bab 2

52
BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1. Keselamatan Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek salah satunya adalah perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan darilingkungan kerjadan pada dirinya dibekali alat dalam melaksanakan pekerjaannya. Keselamatan kerja merupakan perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. (Jackson, 2002). Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menjadi aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya dalam penerapan teknologi. 10

Upload: johny-iskandar-nst

Post on 12-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kakakaka

TRANSCRIPT

BAB 2LANDASAN TEORITIS

2.1. Keselamatan KerjaPerlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek salah satunya adalah perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan darilingkungan kerjadan pada dirinya dibekali alat dalam melaksanakan pekerjaannya. Keselamatan kerja merupakan perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. (Jackson, 2002).Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menjadi aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja, setiap tenaga kerja dan juga masyarakat pada umumnya. (Sumamur, 2006).Keselamatan kerja juga merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Sabir, 2009).Erickson (2009) membagi unsur-unsur penunjang keselamatan kerja sebagai berikut :1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang dijelaskan sebelumnya.2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.3. Teliti dalam bekerja.4. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.

Keselamatan kerja bertujuan untuk menyelamatkan kepentingan ekonomis perusahaan yang disebabkan kecelakaan, untuk selanjutnya menyelamatkan para pekerja serta mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja, dengan cara menciptakan keamanan di tempat kerja. (Argama, 2006).

Menurut Sumamur (1981), tujuan keselamatan kerja adalah :1. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.3. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.5. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.7. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Menurut Sumaur (1986) adapun indikator-indikator keselamatan kerja meliputi : 1. Tempat Kerja Adalah merupakan lokasi dimana para karyawan melaksanakan aktifitas kerjanya. 2. Mesin dan Peralatan Adalah bagian dari kegiatan operasional dalam proses produksi yang biasanya berupa alat-alat berat dan ringan.

2.2. Kesehatan KerjaKesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja. Kesehatan kerja di perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif dan bila perlu pencegahan kepada lingkungan tersebut, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan untuk mengecap derajat kesehatan setinggitinginya (Sabir, M. 2009). Kesehatan kerja sebagai suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. (Erickson, 2009).Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani, rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya.Menurut Veithzal (2003) pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Mengurangi timbulnya penyakitPada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit, karena hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sering kabur. Padahal, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja.2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja.Mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. Catatan ini juga harus mencantumkan informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dan jarak yang aman dan pengaruh berbahaya bahan-bahan tersebut.3. Memantau kontak langsung.Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan membebaskan tempat kerja dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu pendekatan alternatifnya adalah memantau dan membatasi kontak langsung terhadap zat-zat berbahaya.4. Penyaringan genetikPenyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit-penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan menggunakan uji genetik untuk menyaring individu yang rentan terhadap penyakit tertentu, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalah yang terkait dengan hal itu.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, kesehatan kerja bertujuan untuk :1. Memberi bantuan kepada tenaga kerja.2. Melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja.3. Meningkatkan kesehatan.4. Memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi (Santoso, 2004.).

Menurut Gary, (1997), indikator kesehatan kerja terdiri dari : 1. Keadaan dan Kondisi Karyawan 2. Lingkungan Kerja 3. Perlindungan Karyawan

2.3. Keselamatan dan Kesehatan KerjaKeselamatan Kesehatan kerja pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua aspek kegiatan dalam bekerja. Pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kedua berkaitannya dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat kerja. Secara praktis, keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien. Secara fisiologis, yaitu suatu konsep berpikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja pada khususnya dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budayanya dalam upaya mencapai masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Secara keilmuan, sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Gabungan spesialisasi keilmuannyan pelaksanaannya dilandasi oleh berbagai peraturan perundangan serat berbagai displin ilmu teknik dan medik (Sugiyono, 2003).Tujuan K3 adalah mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dannyaman, mencapai tenaga kerja yang sehat fisik, sosial, dan bebas kecelakaan, peningkatan produktivitas dan efisien perusahaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat tenaga kerja. Usaha-usaha K3 meliputi perlindungan terhadap tenagakerja, perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar selalu terjamin keamanannya dan efisien, perlindungan terhadap oran lain yang berada di tempat kerja agar selamat dan sehat (Sumamur, 1989).Dalam Undang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja No. 1 tahun 1970, memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja yang bekerja agar tempat dan peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat dan amanbagi mereka. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga diperkuat dengan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas K3 ; untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya k3, dan perlindungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjelasan pasal 86, ayat 2 menyatakan upaya K3 dimaksudkan bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (Sumamur, 1989).Dasar hukum keselamatan kesehatan kerja, Undang-undang nomor 1 tahun 1970 yaitu tentang keselamatan kerja meliputi :1. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.2. Bahwa setiap orang lainnyayan berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.3. Bahwa setiap produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dasar hukum yang telah di paparkan diatas juga di perkuat dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif, sehingga segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tujuan penerapan SMK3 dalam PP No. 50 Tahun 2012 adalah untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. (Wisnu, S. 2012) Dengan ini dapat diambil suatu pengertian bahwa segala aspek dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja harus benar-benar diperhatikan, seperti tempat kerja harus menjamin keselamatannya agar tidak terjadi suatu kecelakaanbegitu juga dengan pengaman alat,mesin dan bahan-bahan produksi.Ditinjau dari segi keilmuan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menghindari risiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis secara sistimatis (systematic), dan dalam kerangka pikir kesistiman (system oriented) (Husni, 2006).Sebelum memahami penyebab maupun terjadinya sakit dan celaka, terlebih dahulu perlu dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu mengenali (identify) potensi bahaya tadi, keberadaannya, jenisnya, pola interaksinya dan seterusnya. Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asess, evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat menyebabkan risiko (risk) sakit dan celaka dan dilanjutkan dengan menentukan berbagai cara (control, manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya. Langkah langkah sistimatis tersebut tidak berbeda dengan langkah-langkah sistimatis dalam pengendalian risiko (risk management).Pola pikir dasar dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada hakekatnya adalah bagaimana mengendalikan risiko dan tentunya di dalam upaya mengendalikan risiko tersebut masing-masing bidang keilmuan akan mempunyai pendekatan-pendekatan tersendiri yang sifatnya sangat khusus. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mempunyai kerangka pikir yang bersifat sistimatis dan berorientasi kesistiman tadi, tentunya tidak secara sembarangan penerapan praktisnya diberbagai sektor di dalam kehidupan atau di suatu organisasi. Karena itu dalam rangka menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diperlukan juga pengorganisasian secara baik dan benar.Berdasarkan hubungan inilah diperlukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dan perlu dimiliki oleh setiap organisasi. Melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja inilah pola pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan kedalam seluruh kegiatan operasional agar organisasi dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta tidak menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan. (Health & Safety Protection: 2011).

2.4. Faktor Penyebab Kecelakaan KerjaPenyebab kecelakaan kerja di tempat kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :1. Kondisi berbahaya yang selalu berkaitan dengan: 1)Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain 2) Lingkungan kerja: kebisingan, penerangan, dan lain-lain 3) Proses produksi: waktu kerja, sistem, dan lain-lain, 4) Sifat kerja 5) Cara kerja2. Tindakan berbahaya yang dalam beberapa hal dapat dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: 1) kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, 2) cacat tubuh yang tidak kelihatan, 3) keletihan dan kelelahan, 4) sikap dan tingkah laku yang tidak aman. (Syukri, 1997)

Sedangkan penyebab dasarnya terdiri dari dua faktor manusia atau pribadi (personal factor) dan faktor kerja atau lingkungan kerja.1. Faktor manusia atau pribadi, meliputi ; kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan atau keahlian, stres, motivasi yang tidak cukup atau salah.2. Faktor kerja atau lingkungan meliputi; tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, tidak cukup rekayasa (engineering), tidak cukup pembelian atau pengadaan barang, tidak cukup perawatan (maintenance), tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang atau bahan-bahan, tidak cukup standar-standar kerja, penyalahgunaan. (Sugeng, 2003).

Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan keja yaitu penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes) diantaranya yaitu:1. Penyebab LangsungPenyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu keadaan yang bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok:1) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts).2) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions)2. Penyebab DasarTerdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia/ pribadi dan faktor kerja/ lingkungan kerja.1) Faktor manusia/ pribadi, antara lain karena: kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya/ lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian, stres, motivasi yang tidak cukup/ salah.2) Faktor kerja/ lingkungan, antara lain karena: tidak cukup kepimpinan atau pengawasan, tidak cukup rekayasa, tidak cukup pembelian/ pengadaan barang, tidak cukup perawatan, tidak cukup standar-standar kerja, penyalahgunaan (Sugeng, 2003).

2.5. Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan KerjaPencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan sebabsebab terjadinya kecelakaan atau kekurangan-kekurangan dalam sistem atauproses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian yang tepat (Sukri, 1997).Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja dalam industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut :1. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajibankewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.2. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak resmi.3. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang harus dipatuhi.4. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari bahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker pernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu dan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekan dan alat kerekan lainya.5. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktorfaktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya kecelakaan.6. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang dapat menyebabkan kecelakaan.7. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebab.8. Pendidikan, meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.9. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi para pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.10. Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan imbauan untuk mengembangkan kesadaran akan keselamatan.11. Asuransi, yaitu merupakan usaha untuk memberikan perlindungan dengan memberikan jaminan terhadap kecelakaan yang terjadi.12. Tindakan-tindakan pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing individu (ILO, 1989).

Namun demikian, teknik pengendalian, pencegahan dan penanggulanganterhadap kecelakaan kerja maupun bahaya-bahaya harus berpangkal dari dua faktor penyebab yaitu perbuatan berbahaya maupun kondisi berbahaya dan untukmengatasinya diperlukan usaha-usaha keselamatan da kesehatan kerja. Adapun usaha-usaha tersebut meliputi :1. Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat kerja.2. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, peralatan kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi. Sehingga nyaman, sehat, dan terdapat penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia dan sebaliknya manusia dengan pekerjaan (ILO, 1989).

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan saat ini bukan saja diperhatikan dan dikontrol oleh unsur pemerintah saja, tapi juga oleh pihak seperti pemerhati keselamatan dan kesehatan kerja dan internasional. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila semua pihak yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja mengambil langkah yang strategis di dalam menangani keselamatan dan kesehatan kerja mengambil langkah yang strategis di dalam menangani keselamatan dan kesehatan kerja agar mencapai nihil kecelakaan. Upaya kesasaran ini memang tidak mudah karena hal ini memerlukan berbagai macam pendukung, paling tidak dengan penerapan program-program K3 :1. Secara preventif : kemauan (Commitment) manajemen dan keterlibatan pekerja, analisis risiko di tempat kerja, pencegahan dan pengendalian bahaya, pelatihan bagi pekerja, penyelia dan manajer.2. Secara Represif : Analisis kasus kecelakaan kerja yang telah terjadi (Sugeng, 2003).

2.6. Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan KerjaMenurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik secara fisik, sosial, dan psikologis.2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif mungkin.3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak dapat terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.

2.7. Produktivitas Kerja Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan operasional. Secara filosofis produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak merasa puas, tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. (Arfida, 2003).Secara difinisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Pengertian ketiga mengandung makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk yaitu : 1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang sedikit. 2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan sumber daya yang kurang. 3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama. 4. Jumlah produksi yang lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.

Menurut Suprihanto (1996) hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan antara lain : 1. Hasil Dari Kinerja Karyawan Hasil dari kinerja karyawan adalah perilaku karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi pada perusahaan.2. Hasil Produksi Hasil produksi Adalah suatu yang dihasilkan oleh perusahaan baik berupa barang maupun jasa. 3. Target Perusahaan Target perusahaan adalah merupakan sasaran yang harus dicapai perusahaan.

Produktivitas kerja pada hakekatnya adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih dari hari ini. Pengertian ini mendorong seorang karyawan untuk selalu kreatif mencari metode untuk meningkatkan taraf hidup diwaktu-waktu mendatang. Biasanya digunakan rasio : (2.1.)

atau

(2.2.)

Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan peran tenaga kerja yang bersangkutan per satuan waktu. Secara matematis, produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut :(2.3.)Seorang tenaga kerja dinilai produktif jika yang bersangkutan mampu menghasilkan output lebih banyak dalam satuan waktu tertentu. Jika produktivitas kerja hanya dikaitkan dengan waktu saja, maka jelas kiranya bahwa produktivitas kerja sangat tergantung pada segi ketrampilan dan keahlian tenaga kerja secara fisik. Produktivitas kerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara 2006). Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. (Bambang, 2006)Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ( Bambang, 2006) adalah :1. ManusiaFaktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin.2. ModalFaktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, bahan baku.3. Faktor metode (proses)Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif.4. Faktor produksiMeliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran, spesialisasi produksi.5. Faktor lingkungan organisasiMeliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan personalia, sistem manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklim kerja, system intensif.6. Faktor lingkungan negaraMeliputi struktur social politik, struktur industri, pengesahan, tujuan pengembangan jangka panjang dan lain-lain.7. Faktor lingkungan internasionalMeliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah perdagangan internasional, kebijakan migrasi tenaga kerja.8. Umpan balikUmpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.

Peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu diupayakan, karena mempunyai manfaat, baik secara makro maupun secara mikro. Secara makro peningkatan produktivitas bermanfaat dalam pendapatan masyarakat yang lebih tinggi, tersedianya barang kebutuhan masyarakat yang lebih banyak dengan harga lebih rendah, perbaikan kondisi kerja termasuk jam kerja dan lain-lain. Secara mikro bermanfaat bagi karyawan yaitu dapat meningkatkan gaji atau upah, memperbaiki kondisi kerja, meningkatkan semangat kerja, menimbulkan rasa aman di tempat kerja dan lain-lain. Oleh karenanya meningkatkan produktivitas karyawan merupakan suatu keinginan perusahaan. Melalui para manajernya, perusahaan berusaha untuk memaksimalkan potensi karyawan.

2.8.Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan Kerja Tujuan pengukuran hasil usaha keselamatan kerja adalah membandingkan keadaan antara dua atau lebih masa kerja guna mengetahui sejauhmana pencegahan kecelakaan dapat dilakukan. Standart pengukuran yang telah di setujui oleh International Labour Organization adalah untuk mengetahui tingkat kekerapan atau frekuensi rate dan tingkat keparahan/safety rate. Standart yang dipergunakan untuk perhitungan tersebut digunakan perkalian 48 minggu (setahun) dikalikan 8 jam (sehari) untuk 80 orang. (Silalahi, 1995).1. Tingkat frekuensi / kekerapan kecelakaan kerja. Tingkat frekuensi menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap sejuta jam kerja manusia, dengan rumus : (2.4.)Dimana : F = Tingkat frekuensi kekerapan kecelakaan n = Jumlah kecelakaan yang terjadi N = Jumlah jam kerja karyawan2. Tingkat severity atau keparahan kecelakaan kerja Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan

(2.5.)

Dimana : S = Tingkat seferity/keparahan kecelakaan H = Jumlah total jam hilang karyawanN = Jumlah jam kerja karyawan Sedangkan jumlah jam kerja yang hilang meliputi : a. Jumlah hari yang diakibatkan cacat total sementara, di hitung berdasarkan tanggal (termasuk hari libur selama pekerja tidak mampu bekerja). b. Jumlah cacat total permanen dan kematian.3. Safe T Score/Nilai T Selamat Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan pada unit tersebut, digunakan nilai T Selamat yang berdasarkan pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di gunakan adalah pengujian t atau Student Test. (2.6.)

Dimana : Sts = Nilai T Selamat (tak berdimensi) F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini N = Jumlah jam kerja karyawan

Menurut Bennet Silalahi (1995) Penafsiran ini adalah : Nilai Sts antara +2 sampai dengan -2, dengan tingkat frekuensi kecelakaan kerja tidak menunjukan perubahan yang berarti pada masa kini. 1. Nilai Sts diatas +2, artinya tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini mengalami penurunan terhadap prestasi masa lalu. 2. Nilai Sts dibawah -2, artinya terjadinya peningkatan prestasi tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini jika di bandingkan dengan masa lalu. Cara menafsirkan : a. Nilai positif berarti keadaan memburuk. b. Nilai negatif berarti keadaan membaik. c. Nilai antara + 2,00 dan -2,00, tidak menunjukan keadaan berarti/bermakna. d. Nilai kurang dari + 2,00 berarti ada perubahan yang memburuk secara berarti/bermakna. e. Nilai kurang dari 2,00, menunjukan perbaikan secara berarti/bermakna.

2.9. Hubungan antara Produktivitas dengan Keselamatan dan Kesehatan KerjaPengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Jadi secara umum produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan (output) dan masukan (input). Secara khusus produktivitas dapat diartikan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang meliputi peningkatan efisiensi dan kecepatan menghasilkan suatu produk yang merupakan hasil gabungan efektivitas dan efisiensi. Keselamatan kerja merupakan usaha tindakan untuk keamanan dan kenyamanan proses produksi, menjamin agar tiap orang yang berada di tempat kerja senantiasa dalam kondisi aman. Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi karena berkaitan dengan tingkat produktivitas. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, faktor-faktor yang menjadi sebab kecelakaan, sakit dan kematian dapat dikurangi atau ditekan menjadi lebih kecil, hal ini dikarenakan : 1. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang efisien dan berkaitan erat dengan pencapaian produktivitas yang tinggi. 2. Tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta semangat kerja sehingga faktor manusia dapat diselaraskan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula. 3. Praktek keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari keterampilan, keduanya berjalan dengan sejajar. 4. Keselamatan kerja yang dilaksanakan dengan baik dengan partisipasi pengusaha dan pekerja akan membawa suasana keamanan dan ketenangan kerja sehingga dapat membantu terjalinnya hubungan yang baik antara pekerja dengan pengusaha yang merupakan landasan bagi terciptanya kelancaran produksi.

Pada hakikatnya produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh dua faktor utama menurut, Ravianto, (1986), yaitu :1. Faktor teknis: yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis. 2. Faktor manusia: yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Disini ada dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan kerja (ability) dari pekerja tersebut dan motivasi kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja seseorang.

Penambahan tingkat produktivitas haruslah tetap dengan pengendalian kualitas (quality control) dari produk atau keluaran yang dihasilkan. Perbaikan dalam produktivitas semata-mata tidak harus melalui penambahan kecepatan bekerja, yaitu dimana jam kerja sebagai faktor masukan yang diperkecil/dipersingkat nilai waktunya dengan cara meninggikan performans kerja manusianya. Kerja yang terlalu cepat adakalanya justru akan banyak menimbulkan kesalahan atau cacat dari keluaran yang dihasilkan. Hubungan antara kesehatan dan keselamatan kerja dengan produktivitas dapat dilihat dari seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya sering menjadi nihil sama sekali. Keadaan sakit dalam jangka waktu yang panjang menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk waktu yang relatif panjang juga. Hal ini disebabkan karena waktu kerja karyawan banyak yang hilang. (Tarwaka, 2004).Terdapat tiga alasan yang semakin lama semakin banyak pembuktian ilmiah dan pengungkapan faktanya tentang hungan kesehatan dan keselamatan kerja dengan produktivitas kerja dilapangan diantaranya yaitu : 1. Untuk efisiensi dan produktivitas yang tinggi, pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Tingkat produktivitas dan efisiensi tenaga kerja ditentukan oleh derajat kesehatan tenaga kerja. 3. Biaya cidera, penyakit atau gangguan kesehatan merupakan pemborosan. Produktivitas adalah perbandingan antara hasil (output) dan upaya yang dipergunakan (input). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah kesehatan, motivasi, disiplin, etos kerja, keterampilan, gizi, tingkat penghasilan, jaminan sosial, pendidikan lingkungan, dan iklim kerja, hubungan industrial, teknologi sarana produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi. (Ravianto, 1986) . Pengukuran produktivitas dapat dihitung dengan rumus :

(2.7.)

Keterangan : Semakin sedikit terjadinya kecelakaan dan jumlah karyawan yang tidak masuk, baik karena sakit maupun tanpa keterangan, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja.

2.10. Fault Tree Analysis (FTA) Analisa Pohon Kegagalan (selanjutnya disingkat saja FTA) adalah suatu analisa kegagalan yang di dalamnya keadaan sistem yang tidak diinginkan dianalisa menggunakan Logika Boolean untuk mengkombinasikan serangkaian kejadian di level yang lebih rendah. Metode analisa ini secara umum digunakan dibidang rancang bangun keselamatan untuk memutuskan secara kuantitatif kemungkinan dari suatu bahaya keselamatan (Norberg, 2009)Fault Tree Analysis adalah Upaya untuk mencari sebab kecelakaan disebut analisis sebab kecelakaan. Analisis ini dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap peristiwa kecelakaan. Analisis kecelakaan bukanlah hal yang mudah karena penentuan sebab-sebab kecelakaan akan melibatkan banyak faktor, kondisi dan situasi yang kadang sulit untuk dijelaskan. Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui, baik bagaimana dan mengapa bisa terjadi. Kesimpulan penyebab kecelakaan kerja tidak boleh disederhanakan begitu saja, misalnya kecelakaan kerja disebabkan oleh tertimpa benda yang jatuh tidaklah cukup (Andrews, 1998).Kesimpulan yang benar bisa didapat apabila telah melalui analisis untuk mengetahui kejelasan tentang rangkaian peristiwa atau faktor-faktor yang terjadi dan akhirnya menjadi sebab kecelakaan. Setiap keadaan atau faktor yang ada di sekitar tempat terjadinya kecelakaan kerja adalah hal penting bagi timbulnya kecelakaan. Rangkaian peristiwa secara keseluruhan hanyalah hal yang menyebabkan kecelakaan. Analisis dimaksudkan unutk mendapatkan satu bagian dari rentetan peristiwa yang merupakan penyebab kecelakaan yang bisa dihilangkan sehingga kecelakaan tidak akan terjadi (Andrews, 1998).Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis penyebab kecelakaan kerja yang terjadi adalah Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon kesalahan. Analisis pohon kesalahan adalah metode yang digunakan program keselamatan kerja untuk system kompleks. Analisis pohon kesalahan dibangun oleh H.A. Watsson di Laboratorium Telepon Bel pada tahun 1962. Metode ini merupakan suatu konsep logikan Boolean yang mengevaluasi kejadian-kejadian. Bentuk diagram meniru bentuk sebuah pohon yang terdiri dari ujung pohon, batang, dan akar (Andrews, 1998).Pada bagian yang paling atas adalah kejadian utama yang tidak diinginkan. Kejadian ini diurai (breakdown) menjadi faktor-faktor yang membentuk kejadian dan dilanjutkan lagi ke dalam kejadian-kejadian yang merupakan penyebab kecelakaan. Analisis pohon kesalahan adalah proses deduktif yang dimulai dari bagian yang umum kepada bagian yang lebih spesifik. Interaksi antara kejadian dan unsur-unsur system adalah suatu bagian penting dari metode ini (Andrews, 1998).Ketika analisis pohon kesalahan diterapkan pada sistem keselamatan, maka persiapan analisis risiko bisa mengidentifikasi kejadian utama yang tidak diinginkan. Setelah pohon dibuat, analisis kualitatif atau kuantitatif dilakukan. Untuk melaksanakan analisis kuntitatif menggunakan nilai probabilitas untuk masing-masing penyebab kejadian. Titik awal analisis pohon kesalahan adalah identifikasi kejadian yang tidak diinginkan. Kejadian ini dikenal sebagai kejadian puncak kecelakaan. Kejadian puncak kecelakaan didapatkan dari kejadian-kejadian yang menyebabkannya dan dihubungkan oleh gerbang nalar. Dua gerbang nalar yang digunakan adalah DAN dan ATAU. Langkah-langkah dalam menerapkan analisis pohon kesalahan ada tiga yaitu mendefenisikan kejadian yang tidak diinginkan, membangun pemahaman yang mendalam tentang system dan pengembangan pohon kesalahan (Andrews, 1998).Pengembangan suatu pohon kesalahan dimulai dengan pemilihan kejadian puncak. Umumnya kejadian puncak yang dipilih adalah yang paling utama, atau kejadian yang paling tidak diinginkan. Urutan kejadian di bawah kejadian puncak adalah penyebab yang cukup dan perlu untuk keajdian puncak. Kemudian ditambahkan urutan kejadian yang lain serta hubungan logis antar kejadian. Dalam hal ini akan lebih baik untuk memasukkan penyebab umum pada tingkatan atas pada pohon kesalahan. Hal ini akan lebih memudahkan untuk memasukkan kegagalan dan kesalahan terperinci dalam struktur pohon tersebut. (Andrews, 1998).Model pohon kesalahan akan memberikan pemahaman yang mendalam dari kejadian yang tidak diinginkan dan perilaku sistem. Unsur-unsur suatu pohon kesalahan dapat dievaluasi untuk memperoleh pengertian yang mendalam tentang penyebab kejadian puncak kecelakaan. Penyebab tersebut dapat dievaluasi dan dipertimbangkan menggunakan nilai probabilitas kesalahan atau kegagalan yang mendoroong kejadian puncak. Bahkan masing-masing urutan kejadian dapat dilihan dan kejadian yang paling menonjol bisa dipertimbangkan dengan cepat. Pendekatan lain adalah menentukan urutan dengan memerhatikan gerbang yang menggunakan masukan kejadian untuk gerbang DAN, dan jumlah masukan kejadian untuk gerbang ATAU. Urutan kejadian bisa dipastikan dapat dikenali dengan mengikuti simpul asal tiap cabang pohon dari kejadian puncak menuju kejadian dasaar. Cabang yang dihubungkan oleh gerbang ATAU mempunyai probabilitas kejadian yang tinggi sedangkan cabang yang dihubungkan oleh gerbang DAN memiliki probabilitas kemunculan yang lebih kecil. Ada empat kelas kejadian yang menyebabkan munculnya pohon kesalahan menurut (Vesely, 1981) diantaranya :1. Kegagalan utama (primary failures) adalah permasalahan internal yang membuat komponen tidak berfungsi. Perbaikan suatu kegagalan utama adalah mengembalikan komponen kepada operasi penuh. Kegagalan utama satu komponen tidak bisa berperan untuk kegagalan utama di dalam komponen lain. 2. Kegagalan sekunder (secondary failures) adalah permasalahan eksternal yang membuat komponen tidak beroperasi. Perbaikan suatu kegagalan sekunder adalah tidak mengembalikan komponen kepada operasi. Kegagalan utama atau sekunder dari suatu komponen atau kelompok komponen dapat menyebabkan suatu kegagalan sekunder dalam komponen lain. 3. Kesalahan utama (primay faults)adalah kejadian yang abnormal dalam suatu operasi. Kesalahan-kesalahan ini dapat menyebabkan kondisi-kondisi yang tidak diinginkan dalam suatu sistem. 4. Kesalahan sekunder (secondary faults) adalah kejadian yang menyebabkan penyebab eksternal (external events). Satu format dari kesalahan sekunder adalah kesalahan perintah kepada suatu operasi yang lalai pada suatu komponen dalam kaitan dengan kegagalan suatu elemen kendali. Ada empat macam kejadian dan lambangnya menurut (Vesely, 1981).1. Kejadian kesalahan (fault events) yang dilambangkan dengan suatu persegi panjang, yaitu suatu kejadian utama atau tingkat lanjut yang harus diuraikan. Nilai probabilitas untuk suatu kejadian kesalahan dihitung dari unsur-unsur yang berada di bagian bawah pada pohon tersebut. Kejadian kesalahan adalah kejadian yang berperan untuk komponen atau sistem yang salah. Suatu kesalahan adalah suatu kondisi yang bukan suatu kegagalan dari suatu sistem, subsistem, atau komponen yang berperan untuk kejadian yang mungkin dari suatu kejadian yang tidak diinginkan. 2. Kejadian dasar (basic events) adalah suatu kejadian di mana tidak akan ada analisis lebih lanjut. Dilambangkan dengan lingkaran dan merupakan terminal terakhir suatu cabang di dalam pohon kesalahan. Probabilitas ditetapkan untuk kejadian dasar ketika analisis kuantitatif dilakukan. 3. Kejadian normal (normal events), merupakan suatu kejadian yang mempunyai dua bagian, yaitu terjadi atau tidak terjadi. Kejadian normal diwakili oleh suatu bentuk rumah dan disebut switch events. Pada banyak kasus, dalam menganalisis suatu pohon perlu mempertimbangkan kejadian normal serta kedua bagiannya. Sering kali kejadian normal mempunyai probabilitas 1,0 atau 0,0; kadang probabilitas yang lain ditetapkan. 4. Kejadian yang belum berkembang (undeveloped events), dilambangkan dengan sebuah intan dan merupakan suatu kejadian yang tidak untuk dianalisis. Walupun mungkin dan pantas untuk dianalisis lebih lanjut, suatu kejadian yang belum berkembang bisa dipastikan menjadi kecurigaan atau tidak begitu kritis pada masalah yang ada.

Probabilitas bisa ditetapkan pada kejadian yang belum berkembang. Kadang-kadang suatu kejadian yang belum berkembang tidak bisa diketahui lebih lanjut, tetapi ada pengetahuan yang bisa menjadi dasar untuk lebih mendalami kejadian awal atau pendahuluan tersebut. Dalam membuat diagram kejadian yang belum berkembang seperti itu, sebagian orang menggunakan suatu intan ganda. Secara lengkap, simbol-simbol yang bisa digunakan dalam membangun diagram pohon kesalahan sebagai berikut (Vesely, 1981) :

Gambar 2.1 Simbol-Simbol yang Digunakan dalamFault Tree Analysis (FTA)

Simbol-simbol di atas yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar unsur-unsur tersebut merepresentasikan konsep aljabar Boolean. Hubungan logika dasar adalah ATAU dan DAN yang diwakili oleh sebuah lambang gerbang dengan bentuk unik. Simbol gerbang ATAU menunjukkan bahwa masing-masing dari kejadian kegagalan yang masuk dapat menyebabkan kejadian kegagalan keluar. Simbol gerbang DAN menunjukkan bahwa setiap kejadian kegagalan yang masuk saling berhubungan sehingga menyebabkan kejadian kegagalan keluar. Ada banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mencontoh sebuah FTA, namun cara yang paling umum dan populer dapat dirumuskan dalam lima langkah Analisis FTA (Vesely, 1981) : 1. Mendefinisikan event yang tidak diinginkan untuk dipelajari 2. Memperoleh pengertian tentang sebuah sistem 3. Membangun Pohon Kegagalan 4. Mengevalusai Pohon Kegagalan 5. Mengendalikan bahaya yang telah teridentifikasi

Dari keterangan simbol-simbol di atas yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar unsur-unsur tersebut dengan konsep kecelakaan sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.2. tentang Model Fault Tree saat pekerja mengalami kecelakaan terjatuh dan terpeleset.

39

10

40

Gambar 2.2. Model Fault Tree Terjatuh dan Terpeleset

41Tabel 2.1. Keterangan Model Fault Tree Terjatuh dan Terpeleset

Area Potensi Kecelakaan Tindakan Tidak Aman Kondisi Tidak Aman

Pabrik Terpeleset dan terjatuh a. Mengangkat beban terlalu berat. b. Kekuataan fisik pekerja tidak sesuai dengan pekerjaan. c. Terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaan. d. Bekerja sambil bercanda. e. Sikap kerja yang salah.f. Tidak ada kesadaran pekerja untuk membersihkan lantai pabrik. a. Bagian pabrik licin. b. Terkena tumpahan air, minyak kelapa sawit. c. Lantai jarang dibersihkan.d. Tidak ada petugas khusus yang ditempatkan untuk memersihkan lantai pabrik.

Sumber : David, A. 2011 Analisis Penerapan Program Keselamatan Kerja Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja Dengan Pendekatan Fault Tree Analysis Sumatera Utara