bab 1 pxan syaraf

37
2. Pemeriksaan Fungsi M.Trapezius A. Saat Istirahat B. Saat bahu digerakkan Interpretasi : Normal : simetris Kelainan : Asimetris, kelemahan pada bahu yang sakit Nervus Hipoglosus (N XII) Pemeriksaan: a. Inspeksi lidah saat istirahat b. Inspeksi lidah saat dijulurkan c. Pemeriksaan artikulasi kata Interpretasi : Normal : Deviasi – Kelainan : Deviasi +

Upload: chandz-chandra-erryandari

Post on 09-Aug-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

syaraf resus

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pxan Syaraf

2. Pemeriksaan Fungsi M.TrapeziusA. Saat IstirahatB. Saat bahu digerakkan

Interpretasi :Normal : simetrisKelainan : Asimetris, kelemahan pada bahu yang sakit

Nervus Hipoglosus (N XII)Pemeriksaan:

a. Inspeksi lidah saat istirahatb. Inspeksi lidah saat dijulurkanc. Pemeriksaan artikulasi kata

Interpretasi :Normal : Deviasi –Kelainan : Deviasi +

Page 2: Bab 1 Pxan Syaraf

a.normal b.kelainan c.lidah atrofi (defisiensi B12)

CARA PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK1. Pengamatan a. Gaya berjalan dan tingkah laku b. Simetri tubuh dan extermitas c. Kelumpuhan badan dan anggota gerak

2. Gerakan volunter a. Mengangkat kedua tangan dan bahu b. Fleksi dan extensi artikulus kubiti c. Mengepal dan membuka jari tangan d. Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul e. Fleksi dan ekstansi artikulus genu f. Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki g. Gerakan jari-jari kaki

3. Palpasi otota. Pengukuran besar ototb. Nyeri tekanc. Kontrakturd. Konsistensi ( kekenyalan )

Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada:1. Spasme otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.2. Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).3. Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).4. Kontraktur otot.

Konsistensi otot yang menurun terdapat pada:1. Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.2. Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”.

Cara menilai kekuatan otot :1. Dengan menggunakan angka dari 0-5.

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi).3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.4 : Disamping dapat melawan gaya berat, ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

Page 3: Bab 1 Pxan Syaraf

Memeriksa fungsi sensorikKepekaan saraf perifer. Pasien diminta memejamkan mata

a. Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah yang dipatahkan atau ujung kayu aplikator kapas digoreskan pada beberapa area kulit, minta pasien untuk bersuara pada saat dirasakan sensasi tumpul atau tajam.

b. Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan dua tabung tes, satu berisi air panas dan satu air dingin, sentuh kulit dengan tabung tersebut minta pasien untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.

c. Sentuhan ringan : dengan menggunakan bola kapas atau lidi kapas, beri sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit. Minta pasien untuk bersuara jika merasakan sensasi.

d. Vibrasi/getaran : dengan garputala, tempelkan batang garpu tala yang sedang bergetar di bagian distal sendi interfalang dari jari dan sendi interfalang dari ibu jari kaki, siku, dan pergelangan tangan. Minta pasien untuk bersuara pada saat di rasakan vibrasi.

PEMERIKSAAN REFLEKS1. Refleks superficial Refleks dinding perutStimulus : Goresan dinding perut daerah epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral ke medial.Respons : kontraksi dinding perutAfferent :

1. n. intercostal T 5 – 7 ( epigastrik )2. n. intercostal T 7 – 9 ( supra umbilical )3. n. intercostal T 9 – 11 ( umbilica )4. n. intercostal T 11 – L 1 ( infra umbilical )5. n. iliohypogastricus6. n. ilioinguinalis

Efferent : idem

Refleks cremaster Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawahRespons : elevasi testis IpsilateralAfferent : n. ilioinguinal ( L 1-2 )Efferent : n. genitofemoralis

2.Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )Refleks biseps (BPR)Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.Respons : fleksi lengan pada sendi siku

Page 4: Bab 1 Pxan Syaraf

Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 )Efferenst : idem

Refleks triceps (TPR)Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespons : extensi lengan bawah disendi sikuAfferent : n. radialis ( C 6-7-8 )Efferenst : idem

Klonus lututStimulus : pegang dan dorong os patella ke arah distalRespons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris selama stimulus berlangsung.

Klonus kakiStimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

3.Refleks patologisBabinskiStimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari kaki.

Page 5: Bab 1 Pxan Syaraf

ChaddockStimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.Respons : seperti babinski

Page 6: Bab 1 Pxan Syaraf

OppenheimStimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distalRespons : seperti babinskiGordonStimulus : penekanan betis secara kerasRespons : seperti babinskiSchafferStimulus : memencet tendon achilles secara kerasRespons: seperti babinskiGondaStimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempatRespons: seperti babinskiStranskyStimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelimaRespons: seperti babinskiRosolimo Stimulus : pengetukan pada telapak kakiRespons: fleksi jari – jari kaki pada sendi interphalangealnyaHoffmanStimulus : goresan pada kuku jari tengah pasienRespons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleksiTromnerStimulus : colekan pada ujung jari tengah pasienRespons : seperti Hoffman

CARA PEMERIKSAAN NEUROLOGI

1. Cara pemeriksaan anamnesis.2. Cara pemeriksaan kesadaran.3. Cara pemeriksaan rangsang meningeal.4. Cara pemeriksaan saraf kranialis.5. Cara pemeriksaan sistem motorik.6. Cara pemeriksaan sistem sensorik.7. Cara pemeriksaan refleks.

AnamnesisAnamnesis yang baik membawa kita menempuh setengah jalan ke arah diagnosis yang tepat. Terdapat dua pola anamnesis, yaitu:

a. Pasien dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan serta kelainan yang dideritanya.

b. Pemeriksa ( dokter ) membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau kelainannya dengan jalan mengajukan pertanyaan tertuju.

Page 7: Bab 1 Pxan Syaraf

1) Keluhan utama yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter.2) Kemudian ditelusuri tiap keluhan dengan mencari riwayat penyakit yang sedang

dideritanya.3) Kapan mulai timbul.4) Krononologi timbulnya gejala.5) Perjalanan penyakit.

CARA PEMERIKSAAN KESADARANPemeriksaan kesadaran dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.Cara Pemeriksaan Kuantitatif (Glasgow Coma Scale)

a. Membuka Mata (Eye).b. Respon Bicara (Verbal).c. Respon Gerakan (Motoric).

Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI

EYE OPENING SPONTAN 4

DIPANGGIL 3

RANGSANG NYERI 2

TIDAK ADA RESPON 1

Page 8: Bab 1 Pxan Syaraf

Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)

TAMPAKAN SKALA NILAI

VERBAL RESPONSE ORIENTASI BAIK 5

JAWABAN KACAU 4

KATA KATA TIDAK PATUT 3

BUNYI TAK BERARTI 2

TIDAK BERSUARA 1

Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)

Page 9: Bab 1 Pxan Syaraf

MOTOR RESPON SESUAI PERINTAH 6

LOKALISASI NYERI 5

REAKSI PADA NYERI 4

FLEKSI 3

EKSTENSI 2

TIDAK ADA RESPON 1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium (GCS: 9-7)/ Stupor (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

CARA PEMERIKSAAN KESADARAN• PITTSBURGH BRAIN STEM SCORE.

Brainstem Reflex Positif Negatif

1. Refleks bulu mata kedua sisi 2 12. Refleks kornea  kedua sisi 2 13. Doll’s eye movement/ice water calories kedua

sisi2 1

4. Reaksi pupil kanan terhadap cahaya 2 15. Reaksi pupil kiri terhadap cahaya 2 16. Refleks muntah atau batuk 2 1

Interpretasi  : Nilai minimum : 6 Nilai maksimum : 12 ( nilai / skor makin tinggi makin baik )

Page 10: Bab 1 Pxan Syaraf

CARA PEMERIKSAAN KUALITATIF1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. 2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh. 3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-

teriak, berhalusinasi, kadang berhayal. 4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang

lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALKaku KudukUntuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:

Page 11: Bab 1 Pxan Syaraf

1. Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.

2. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALBRUDZINSKI SIGN.Ini meliputi :

1. Tanda leher menurut Brudzinski2. Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski3. Tanda pipi menurut Brudzinski4. Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski dan istilah ini sering disalahpahamkan dengan

Tanda Brudzinski 1 ( Brudzinski’s neck sign), Tanda Brudzinski 2 (Brudzinski’s contralateral legsign) dan seterusnya.

Page 12: Bab 1 Pxan Syaraf

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALTanda tungkai kontra lateral menurutBrudzinski.

1. Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.

2. Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.

Page 13: Bab 1 Pxan Syaraf

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALTanda pipi menurut Brudzinski.Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zygomaticus akan disusul oleh gerakan fleksi secara reflektorik dikedua siku dengan gerakan reflektorik keatas sejenak dari kedua lengan.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALTanda simfisis pubis menurut Brudzinski.Penekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh timbulnya gerakan fleksi secara reflektorik pada kedua tungkai disendi lutut dan panggul.

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALTanda KernigPasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135°, maka dikatakan Kernig sign positif.

Page 14: Bab 1 Pxan Syaraf

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEALTanda Lasegue.

1. Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan ( fleksi ) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi ( lurus ).

2. Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60 derajat.

CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS (N I)Persiapan : Pasien harus sadar & kooperatifBahan: kopi, teh, tembakau, jeruk peppermint, kamperPemeriksaan :

Page 15: Bab 1 Pxan Syaraf

1. Subyektif : Keluhan pasien2. Obyektif

Inspeksi

Periksa kedua lubang hidung Yakinkan jalan pernafasan & mukosa baik.

Identifikasi:

1. Pasien diberitahu bahwa daya penciumannya hendak diperiksa.2. Tutup mata pasien.3. Pasien mengidenfikasi apa yang tercium olehnya bila suatu zat di dekatkan pada lubang

hidungnya.

Interpretasi : Normal Hiperosmia Anosmia Parosmia Hiposmia Kakosmia Halusinasi olfactorik

CARA PEMERIKSAAN SARAFNERVUS OPTIKUS ( N II )

Page 16: Bab 1 Pxan Syaraf

Pemeriksaan nervus optikus :1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.2. Pemeriksaan pengenalan warna.3. Pemeriksaan medan (lapangan) penglihatan.4. Pemeriksaan fundus (funduskopi).

PEMERIKSAAN & INTERPRETASI TAJAMPENGLIHATANPersiapan : Yakinkan tidak ada gangguan visus ok penyakit mata.Tabel Snellen

1. Pasien berdiri 6 m dari kartu snellen.2. Mata kiri ditutup dengan tangan kiri dan visus mata kanan diperiksa.3. Dengan mata kanannya membaca huruf-huruf dalam tabel snellen.4. Begitu juga sebaliknya untuk mata kiri.

Interpretasi Visus normal : 6/6 x: jarak penderita dg snellen y: jarak dimana orang normal dapat melihat tulisan dalam snellen

Jari-jari Tangan1. Visus pasien menurun →< 6/60,visus diperiksa dengan menghitung jari-jari.2. Pasien memberitahukan berapa jari dokter yang diperlihatkan kepadanya.3. Jika sejauh 6 m tidak terlihat, jarak diperpendek sampai dapat dilihat.

Page 17: Bab 1 Pxan Syaraf

Interpretasi Normal:menghitung jari tangan jarak 60 m, jika hanya dapat menghitung jari-jari tangan

dari jarak 5 m→ visus: 5/60

Gerakan Tangan1. Pasien menentukan arah gerakan tangan pemeriksaan.2. Jarak pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pemeriksa dengan jelas.

Interpretasi

Normal : gerakan tangan dari jarak 300 m Hanya melihat arah gerakan tangan dari 3 m→visus 3/300

Lampu / Cahaya1. Memakai rangsangan cahaya.2. Mata pasien disinari dengan cahaya lampu→ pasien disuruh menentukan gelap atau

terang.

Interpretasi Normal : jarak tak terhingga Jika dapat melihat cahaya dari jarak 1 m→ visus 1/~. Cahaya tidak dilihat→visus: nol (nol light perseption)

PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASIPengenalan warnaPemeriksaan

1. Menggunakan kartu test ishihara dan stiling / benang wol berwarna.2. Pasien membaca angka berwarna dalam kartu ishihara atau stiling3. Mengambil wol yang berwarna sesuai perintah.

Interpretasi Normal Buta Warna

Page 18: Bab 1 Pxan Syaraf

Kartu Tes Ishihara

PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASIMedan pengelihatan

Metode test :1. Tanpa alat : test konfrontasi2. Dengan alat : test kampimeter dan test perimeter.

Persiapan :1. Pasien kooperatif.2. Pasien diberi penjelasan test yang akan dilakukan.

Test Kampimeter & Test Perimeter1. Papan hitam diletakan di depan pasien jarak 1 atau 2 m.2. Benda penguji (test objek) berupa bundaran kecil berdiameter 1-3 mm.3. Mata pasien difiksasi di tengah & benda penguji digerakan dari perifer ke tengah dari

segala jurusan.

Page 19: Bab 1 Pxan Syaraf

Pemeriksaan Funduskopi1. Pemeriksa memegang oftalmaskop dengan tangan kanan.2. Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi pasien.3. Pemeriksa menyandarkan dahinya pada darsum manus tangan kiri yang memegang dahi

pasien.4. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa, begitu sebaliknya.5. Pemeriksa menilai retina dan papil nervi optisi.

Page 20: Bab 1 Pxan Syaraf

Oftalmoskop Pemeriksaan funduskopi

Interpretasi Funduskopi

Gambaran retina

Normal :a. Latar belakang: merah keoranye-oranyeanb. Papil nervi optisi: lebih mudac. Pembuluh darah berpangkal pada pusat papil memancarkan cabang-cabangnya ke seluruh

retinad. Arteri berwarna jernih dan vena berwarna merah tua.e. Reflek sinar hanya tampak pada arterif. Vena berukuran lebih besar dan tampak berkelak-kelok dibandingkan arterig. Tampak pulsasi pada pangkal vena besar (di papil) dan penekanan bola mata → pulsasi

lebih jelas

Gambaran Nervi Optisi Normal : bentuk lonjong, warna jingga muda, bagian temporal, sedikit pucat, batas tegas,

bagian nasal agak kabur, fisiologik cupping, vena : arteri 3 : 2

Page 21: Bab 1 Pxan Syaraf

Gambar1. Retina normal Gambar2. Retina pada penderita diabetes

Gambar 3. Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal arterioler (panah hitam) (A). Terlihat AV nickhing (panah hitam) dan gambaran copper wiring pada arterioles (panah putih) (B)

Gambar 4. Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panah hitam) (A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih) (B)

Page 22: Bab 1 Pxan Syaraf

Gambar 5. Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan papiledema

Gambar 6. Normal Tension Glaucoma

Page 23: Bab 1 Pxan Syaraf

Saraf Otak III, IV, VIPemeriksaan nervi III,IV,VI:

1. Inspeksi saat istirahat :a. Kedudukan bola matab. Observasi celah kelopak mata

2. Inspeksi saat bergerak :a. Observasi gerakan mata sesuai perintah

3. Pemeriksaan fungsi & reaksi pupil

1. Inspeksi saat istirahat

A. Kedudukan bola mata

Pemeriksaan1. Kedudukan mata kiri dan kanan semetris/tidak2. Strabismus, deviasio conjugee, krisis akulogirik3. Eksoptalmus / endoftalmus

Interpretasi Normal : Kedudukan bola mata simetris Kelainan : Stabismus, deviatio conjugee, krisis okulogirik, eksoptalmus / endoftalmus

B. Observasi celah kelopak mata

Pemeriksaan :1. Penderita memandang lurus kedepan2. Perhatikan kedudukan kelopak mata terhadap pupil & iris.

InterpretasiNormal : simetris kanan-kiriKelainan :

a. Celah kelopak mata menyempit ptosis enoftalmus & blefarospasmusb. Celah kelopak mata melebar eksoftalmus & proptosis

2. Pemeriksaan gerakan bola mataa. Penilaian gerakan monocularb. Penilaian gerakan kedua bola mata atas perintahc. Penilaian gerakan bola mata mengikuti obyek bergerakd. Pemeriksaan gerakan konjungat reflektorik (doll’s eye movement)

Page 24: Bab 1 Pxan Syaraf

3. Pemeriksaan & InterpretasiPupil-Reaksi pupil

Pemeriksaan :a. Observasi bentuk, ukuran pupil & posisi pupilb. Perbandingan pupil kanan dan kiric. Pemeriksaan reflek pupild. Reflek cahaya langsunge. Reflek cahaya tidak langsung atau konsensuilf. Reflek pupil akomodatif / reflek pupil konvergensi

InterpretasiNormal :

a. Bentuk pupil : bulat regularb. Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm

Page 25: Bab 1 Pxan Syaraf

c. Posisi pupil : ditengah-tengahd. Isokore. Reflek cahaya langsung (+) reaksi pupil pada mata yang disinari secara langsung.f. Reflek cahaya konsensuil (+) reaksi pupil pada mata sebelahnya.g. Reflek akomodasi/konvergensi (+)

Kelainan :a. Pinpoint pupil ( keadaan pupil dimana kurang dari 0,0079 inchi pada pencahayaan yang

normal. Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan pinpoint pupil adalah stroke, trauma kepala, keracunan obat).

b. Bentuk iregulerc. Anisokor dengan kelainan reflek cahayad. Pupil adie (pupil tonik)

Terjadi respon cahaya yang terganggu dan respons akomodasi yang normal dan dilatasi yang lambat setelah akomodasi. Pupil tonik sangat sensitif terhadap parasimpatomimetik topical (methacholie 2,5%, pilocarpine). Konstriksi pupil lebih hebat pada pupil tonik dibandingkan mata normal dan dapat mengakibatkan nyeri karena spasme M.siliaris. Etiologi tidak diketahui. Beberapa kondisi yang menyebabkan pupil tonik antara lain, herpes zooster, varicella arteri, tis temporalis, sifilis

e. Pupil marcus gunn (dalam keadaan tertentu terjadi dilatasi parodoksikal pada pupil yang terkena cahaya. hal ini berhubungan dengan kerusakan cabang aferen pada mata yang disinari. Contohnya adalah pada mata buta, bila cahaya diarahkan ke mata tersebut, maka tidak ada impuls yang diterima retina (aferen) dan pupil mata buta tidak akan konstriksi, ia akan berdilatasi. Penyakit N.optikus unilateral atau bilateral dimana terkenanya kedua saraf tidak sama beratnya, penyakit retina, ambliopia, gangguan traktus optikus bila menyebabkan gangguan lapang pandang yang satu lebih berat dari yang lain.

Page 26: Bab 1 Pxan Syaraf

Marcus Gunn Pupil (Relative Afferent Pupillary Defect)

f. Pupil midriasis

Page 27: Bab 1 Pxan Syaraf

g. Pupil argyll RobertsonJaras eferen yang terkena adalah antara fraktus optikus danNc.Edinger Westphal. Contohnya pada pasien dengan sifilis tertier yang mengenai susunan saraf pusat. Gejala: o Pupil besar, sering ireguler o Tidak bereaksi terhadap cahaya tetapi bereaksi terhadap akomodasi o Sering disertai iris atrofi

Page 28: Bab 1 Pxan Syaraf

N. Kokhlearis dan N. Vestibularis (N VIII)A. N.Kokhelaris (N. Akustikus)1. Suara Bisik

Pemeriksaan:Uji berbisik dilakukan di ruang yang cukup tenang, dengan panjang 6 meter. Pemeriksa duduk ke samping, telinga yang akan diperiksa ke ruang yang 6 meter itu, sedangkan telinga yang sebelah lagi ditutup dengan jarinya.Pemeriksa mengucapkan kata yang terdiri dari 2 suku kata, diucapkan secara berbisik pada akhir ekspirasi. Pasien harus mengulangi apa yang disebut pemeriksa. Dimulai sejak jarak 6 meter, makin lama pemeriksa makin mendekat, sampai pasien dapat menyebut kata dengan benar. Hasil uji berbisik orang normal ialah 5/6 – 6/6.

2. Uji garputalaa. Rinne, yaitu : membandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang.

Pemeriksaan : Garputala digetarkan, lalu diletakkan pada tulang di belakang telinga dengan demikian getaran melalui tulang akan sampai ke telinga dalam. Apabila pasien tidak mendengar bunyi dari garputala yang digetrakan itu, maka garputala dipindahkan ke depan liang telinga, kira-kira 2,5 cm jaraknya dari liang telinga. Hantaran disini ialah hantaran melalui udara. Pada pasien yang pendengarannya masih baik, maka hantaran melalui udara lebih baik dari hantaran melalui tulang. Jadi garputala yang tadi diletakkan di tulang telinga belakang telinga tidak terdengar lagi, ketika dipegang di dekat liang telinga akan terdengar lagi, disebut uji rinne positif.

Page 29: Bab 1 Pxan Syaraf

b. Schwabach, yaitu: membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.

Pemeriksaan :1. Getarkan garputala,tempelkan pada proc.mastoideus penderita2. Jika suara garputala tidak didengar lagi oleh penderita, pindahkan ke proc.mastoideus

pemeriksa.

Interpretasi : Schwabach normal apabila bunyi sudah tidak terdengar oleh pemeriksa. Schwabach memendek apabila pemeriksa masih dapat mendengar bunyi.

Page 30: Bab 1 Pxan Syaraf

c. Weber, yaitu: membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan kiri.

Pemeriksaan :1. Getarkan garputala dan tempatkan diatas calvaria penderita.2. Tanyakan kepada penderita ke telinga mana suara garputala terdengar lebih keras.

Interpretasi :