sistem syaraf pusat

34
1 BAB I PENDAHULUAN Banyak obat-obatan yang dapat meransang SISTEM SARAF PUSAT (ssp), tetapi yang pemakaiannya disetujui secara medis terbatas hanya pada pengobatan narkolepsi, gangguan penuruna perhatian ( gpp) pada anak –anak. Obesitas , dan pemulihan distress pernapasan , kelompok utama dari meransang SPP adalah amfetamin dan kafein yang meransang korteks serebri dari otak , analeptic dan kafein yang bekerja pada batang otak dan medulla untuk meransang pernapasan , dan obat-obat yang menimbulkan anoreksia yang bekrja pada tingkat tertentu pada korteksserebri dan hipotalamus untuk menekan napsu makan ,.anfetamin dan obat – obatan yang menimbulkan anoreksia yang berkaitan telah banyak di salah gunakan . pemakaian anfetamin jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan pswikologis dan toleransi , suatu keadaan dimana semakin tinggi dosis obat yang diperlukan untuk menhasilkan respons awal . peningkatan dosis obat yang bertahap dan kemudian tiba-tiba dihentikan dapat menimbulakn depressi dan gejala – gejala putus obat. Parkinsonisme ( penyakit Parkinson ) , suatu kelainan neurologis kronis yang mempengaruhi truktus

Upload: chyfa-ainur-al-qifthy

Post on 14-Dec-2014

101 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Syaraf Pusat

1

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak obat-obatan yang dapat meransang SISTEM SARAF PUSAT (ssp),

tetapi yang pemakaiannya disetujui secara medis terbatas hanya pada pengobatan

narkolepsi, gangguan penuruna perhatian ( gpp) pada anak –anak. Obesitas , dan

pemulihan distress pernapasan , kelompok utama dari meransang SPP adalah

amfetamin dan kafein yang meransang korteks serebri dari otak , analeptic dan

kafein yang bekerja pada batang otak dan medulla untuk meransang pernapasan , dan

obat-obat yang menimbulkan anoreksia yang bekrja pada tingkat tertentu pada

korteksserebri dan hipotalamus untuk menekan napsu makan ,.anfetamin dan obat –

obatan yang menimbulkan anoreksia yang berkaitan telah banyak di salah gunakan .

pemakaian anfetamin jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan

pswikologis dan toleransi , suatu keadaan dimana semakin tinggi dosis obat yang

diperlukan untuk menhasilkan respons awal . peningkatan dosis obat yang bertahap

dan kemudian tiba-tiba dihentikan dapat menimbulakn depressi dan gejala – gejala

putus obat.

Parkinsonisme ( penyakit Parkinson ) , suatu kelainan neurologis kronis yang

mempengaruhi truktus motor piramidalis ( yang mengendalikan postur,

keseimbangan , dan kemampuan untuk bergerak ), dianggap mmerupakan suatu

sindroma ( kombinasi gejala-gejala) karena ada tiga cirri utamanya : rigiditas ,

bradikinesia , ( pergerakan yang lamban ) , dan tremor . regiditas ( meningkatnya

tonus otot) akan bertambah dengan adanya pergerakan . perubhan postur kibat

rigidetas dan bradikinesia meliputi dan kepala yang menjulur kedepan dengan lutut

dan paha yang fleksi , langkah yang terseret-seret , dan hilangnya ayunan lengan .

gejala khas lainnya adalah wajah yang seperti topeng ( tidak ada ekspressi wajah ) ,

tremor involunter dari kepala dan leher , dan gerakan tangan yang seperti membuat

pil . tremor dapat lebih jelas pada keadaan istirahat.

Page 2: Sistem Syaraf Pusat

2

Miastenia grafis , tidak adanya impuls saraf dan respons otot pada

persambungan (mioneural (ujung syaraf pada otot), menyebabkan rasa letih dan

kelemahan otot system pernapasan , otot wajah , dan ekstremirtas . dengan

terlibatnya saraf cranial , maka terjadi ptosis ( jatuhnya kelopak mata) dan kesulitan

mengunyah dan menelan . henti pernapasan henti pernapasan dapat terjadi akibat

kelumpuhan otot pernapasan miastenia gravis disebabkan oleh tidak memadainya

sekresi asetilkolin atau hilangnya asetilkolin karena bertambahnya enzim

asetilkolinesterase, yang merusak asetilkolin pada persambungan mioneural.

Page 3: Sistem Syaraf Pusat

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERANSANG SISTEM SYARAF PUSAT

1. Amfetamin

Amfetamin meransang pelepasan neurotransmitter, norepinefrin dan

dopamine, dari otak dan system syaraf simpatis (terminal saraf tepi ). Amfetamin

menyebabkan euphoria dan kesiagaan : tetapi , juga menyebabkan tidak dapat

tidur , gelisah , tremor , dan iritabilitas. Masalah-masalah kardiovaskular , seperti

meningkatnya denyut jantung , palpitasi , aritmia jantung , dan meningkatnya

tekanan darah , dapat timbul pada pada pemakaian yang terus menerus dan

amfetamin.

Waktu paruh dari amfitamin berfariasi dari 4-30 jam. Amfetamin di

eksresikan lebih cepat pada urin yang asam dari pada urin yang basa . jika

dicurigai terjadi toksisitas SPP atau toksisitas jantung , maka dengan menurunkan

PH urin akan membantu eksresi obat. Urin yang asam akan mengurangi waktu

paruh dari amfitamin .

1. Efek samping dan reaksi yang merugikan

Amfetamin dapat menimbulkan efek-efek yang buruk pada

system syaraf pusat , kardiovaskuler, gastroinstestinal dan endokrin.

Page 4: Sistem Syaraf Pusat

4

Efek samping dan reaksi yang merugiknnya adalah gelisah , insomnia,

takikardia, hipertensi, palpitasi jantung , mulut terasa kering ,

anoreksia, berat badan turun , diare atau konstipasi, dan impotensi.

Amfitamin dan obat-obat yang seperti amfitamin

Obat Dosis Pemakaian dan

pertimbangan

- Amfetamin

Amfetamin sulfat

(bendzedrine)

D : 5-20 mg,q.d

samapai t.i.d A>6

th :2,5-5 mg, sehari

untuk GPP ; naikkan

dosis jika perlu

Untuk narkolepsi,

gangguan penurunan

perhatian (GPP). Dosis

harus minimal untuk

mengendalikan gejala-

gejala pada GGP.

Toksisitas SSP dan jantung

dapat terjadi.

Obat – obat yang seperti

amfetamin

Metilfenidat( ritalin ) A: 5 mg, b.i.d, naikkan

jika perlu, tidak > 60

mg

D: 10-60 mg, sehari

Untuk GPP pada anak-

anak. Dosis dinaikkan

setiap minggu sampai

gejalanya berkurang.

Absorbsi di pengaruhi oleh

makanan .

Untuk narkolepsi

Pemolin ( cylert) A > 6 thn : 37,5 mg,

sehari dan dinaikkan

tiap minggu, rata-rata :

Untuk GGP pada anak-

anak . kurang kuat dan

efek samping lebih sedikit

Page 5: Sistem Syaraf Pusat

5

50-75 mg/hari di bandingkan dengan

desoxyn dan retalin.

2. Farmakokinetik

Metilfenidat dan pemolin diabsorpsi dengan baik melalui mukosa

gastrointestinal .meskipun pemolin mempunyai waktu paruh yang lebih

panjang dari pada metilfenidat,obat-obat ini biasa di beri kepada anak-

anak sekali sehari sebelum sarapan pagi.tetapi metilfenidat dapat di

berikan dua kali sehari,sebelum sarapan pagi dan makan siang .karena

makanan mempengaruhi laju absorpsi ,maka obat harus di berikan 30-45

menit sebelum makan .obat-obat ini tidak boleh di berikan dalam 6 jam

sebelum tidur karenadapat menimbulkan insomnia .kedua obat ini di

eskresikan kedalam urin; 40 persen dari metil fenidat dieksresikan tanpa

mengalami perubahan .

3. Farmakodinamik

Metilfenidat dan pemolin membantu memperbaiki GPP dengan

mengurangi hiperaktivitas dan memperbaiki lamanya perhatian.obat-obat

seperti amfetamin ini di anggap lebih afektif dari pada pemolin untuk GPP

,tetapi efek samping dan reaksi yang merugikan dari pemolin juga tidak

seberat metilfenidat .

Obat-obat simpatomimetik ,seperti dekongenstan ,menambah

kerja metilfenidat dan pemolin .antihipertensi dan barbiturat dapat

menurunkan kerja obat-obat ini .makanan yang mengandung kafein harus

di hindari karena menambah keja otak.

Obesitas telah di obati dengan amfetamin yang di resepkan atau

dengan obat-obat seperti amfetamin yang di jual bebas.amfetamin pernah

dianjurkan sebagai obat-obat yang menimbulkan anoreksia (penekan

napsu makan) untuk pemakaian jangka pendek (4-12 minggu). Karena

Page 6: Sistem Syaraf Pusat

6

dapat timbulnya toleransi,ketergantungan,dan penyalahgunaan, anfetamin

kini tidak dianjurkan lagi pemakaiannya untuk penekan napsu makan.obat

bebas pilihan untuk penekan napsu makan untuk pemakaian jangka

pendek adalah fenilpropanolamin (Dexatrim) karena efek samping

sistemik yang ditimbulkanya lebih sedikit dan kurang dapat menimbulkan

penyalahgunaan.

a) Obat-Obatan Yang Menimbulkan Anoreksia

Amfetamin tidak direkomendasikan sebagai obat-obat yang

menimbulkan anoreksia dalam pengobatan obesitas karene banyak reaksi

yang merugikan dan efek sampingnya ,toleransi terhadap obat,dan

ketergantungan psikologis terhadap amfetamin. Kebanyakan obat-obat

yang menimbulkan anoreksia yang dipakai untuk menekan napsu makan

(tabel 11-2) tidak mempunyai efek samping yang serius seperti yang

ditimbulkan oleh amfetamin. Untuk menurunkan berat badan ,penekan

harus ditunjukan pada diet yang tepat, latihan ,dan perubahan

perilaku .tidak dianjurkan untuk hanya bergantung pada penekan napsu

makan. Bagi mereka yang memakai obat-obat yang menimbulkan

anoreksia harus berada di bawa pengawasan dokter .

b) Efek Samping Dan Reaksi Yang Merugikan

Anak-anak di bawah usia 12 tahun tidak boleh memakai obat-obat

yang menimbulkan anoreksia ,dan tidak boleh melakukan pengobotan diri

sendiri dengan memakai obat-obat yang menimbulkan anoreksia .

pemakai jangka panjang dari obat-obat ini seringkali menimbulkan efek

samping yang berat seperti gugup ,gelisah ,iritabilitasi,insomnia ,palpitasi

jantung ,dan hipertensi .

c) Analeptik

Page 7: Sistem Syaraf Pusat

7

Analeptik,yang merupakan perangsang SSP, terutama mempengarui

batang otak dan mendulla spinalis ,tetapi juga mampengaruhi korteks

serebbri .pengunaan utama dari analeptik adalah untuk merangsang

pernapasan .salah satu kelompok bagian dari analeptik adalah santin

(metilsantin),di mana obat utamanya adalah kafein dan teofilin .tergantung

dari dosisnya .kafein merangsang SSP , dan dosis tinggi merangsang

pernapasan .bayi baru lahir dengan distres pernafasan dapat diberikan

kafein untuk meningkatkan pernafasan .Teofilin terutama dipakai untuk

merelaksasi bronkiolus ,tetapi perna dipakai untuk meningkatkan

pernafasan pada bayi baru lahir .

d) Efek Samping Dan Reaksi Yang Merugikan

Efek samping dari kafein adalah mirip dengan obat-obat yang

menimbulkan anoreksia:gugup,gelisa ,tromor, kedutan ,palpitas dan

insomnia. Efek samping lainnya adalah dieresis (bertambahnya buang air

kecil ), iritasi gastrointestinal (mual ,diare ),dan kadang –kadang tinitus

(berdenging pada telinga ).kafen dalam jumlah yang lebih dari 500 mg

akan mempengaruhi SSP dan jantung .kaafein dosis tingngi dalam

kopi ,coklat ,dan obat pelega geja-gejala flu dapat menimbulkan

ketergantungan psikologis .waktu peru dari kafein adalah 3,5 jam; tetapi

metabolismenya diperlambat dan waktu peruhnya diperpanjang pada

penyakit hati dan pada kehamilan kafein merupakan kontraindikasi

selama kehamilan karena efeknya pada janin tidak diketahui .

e) Proses Keperawatan

I. Pengkajian

Tentukan apakah ada riwayat penyakit jantung,

hipertiroidisme ,atau glaucoma. Pada kasus –kasu demikian biasanya

perangsang SSP merupakan kontraindikasi. periksa tanda-tanda vital.

Page 8: Sistem Syaraf Pusat

8

Tanda -Tanda vital dasar dapat dipakai untuk perbandingan perubahan

pada masa akan datang.

II. Perencanaan

Klien akan memakkai perangsang SSP yang diresepkan dan titak

akan mengalami efek sampimping yang tidak diinginkan .

III. Inter vensi keperawatan

Pantau denyut jantung dan tekanan darah.laporan jikaterdapat

takikardia ,danyut jantung yang iregular, atau peningkatan tekanan daraah

berikan amfetamin dan obat –obat yang seperti amfetamin ,dan

obat -obat yang menimbulkan anoreksia sekuurang –kurangnya 6-8 jam

sebelum tidur karena jika diberikan terlalu dekat dengan waktu tidur obat-

obat ini dapat menimbulkan inson nia .Efeknya akan lebih berat pada

populasi geriatrit .

amati klien untuk efek samping dari perangsang SSP seperti

insomnia,gelisah ,gugup ,tromor ,iritabel ,meningkatnya denyut jsnyung

atau meningkatnya tekanandarah .laporan hasil peneemuan yang

demikian .

IV. penyuluhan kepada klien

Jelaskan kepada klien bahwa amfetamin ,kafein ,dan obat-obat yang

menimbulkan anoroksia dapat menimbulkankn penylahgunaan jika

dipakai untuk jangka panjang

Beritahu klien mengenai efek samping perangsang sspdan kapan

obat harus diminum .beritahu klien untuk melaporkan denyut jantung

yang cepat dan palpitasi jantung dan gejala-gejala lainya.

Beritahu klien utuk menghindari prmakaian peralatan yang berbahaya

atau mengendarai kendaraan jikamengalsami tremor ,gugup, atau

mening katnya denyut jantung .

Page 9: Sistem Syaraf Pusat

9

anjurkan klien untuk berkunsultasi kepada dokter sebelum memakai

obat-obat seperti amfetamin .

Jelaskan kepada klien bahwa kebanyakan dari amfitamin , obat – obat

seprti amfitamin , dan obat –obat yang meninmbulkan aneroksia

harus diminum sebelum makan .

Beritahu klien untuk menghentikan pemakaian peransang spp setelah

memakainya dalam jangka waktu lama , dosis harus diturungkan

perlahan-lahan untuk menghindari gejala-gejala putus obat. Jangan

menghentikan obat secara tiba-tiba.

Dorong klien untuk membaca label pada obat bebas karena kafein

banyak dikombinasikan pada obat-obat bebas, khususnya obat

pelega gejala-gejala flu. Kadar kafein plasma yang tinggi dapat

berakibat fatal.

Beritahu ibu yang menyusui untuk menghindari pemakaian semua

peransang spp selama menyusui bayi. Obat-obat ini dapat terdapat di

dalam air susu dan dan dapat menyebabkan bayi gelisah.

f) Obat- Obat Seperti Amfitamin

Anjurkan keluarga untuk mendapat konseling pada anak-anak dengan

GPP . dengan hanya bergantung pada obat saja bukan merupakan

penanganan yang tepat.

g) OBAT OBAT YANG MENIMBULKAN ANOREKSIA

Beritahu klien yang mengeluh mulut terasa kering untuk menghisap

permen keras tanpa gula, mengunyah perme karet, atau menghisap es batu.

h) Kafein

Page 10: Sistem Syaraf Pusat

10

Beritahu kepada klien untuk tidak meminum lebih dari dua atau tiga

cangkir kopi yang mengandung kafein setiap harinya . kopi yang digiling

mempunyaikandungan kafein lebih tinggi dari pada kopi instan .

Evaluasi

Evaluasi aktivitas dari peransang SPP , laporkan setiap efek sampingnya.

B. PENEKAN SISTEM SYARAF PUSAT

1. Sedative – hipnotik

Bentuk yang paling ringan dari SSP adalah sedasi, dimana penekanan

Dimana penekanan SPP tertentu dalam dosis yang lebih rendah .

a. Penyakit parkinson

Definisi Parkinson adalah gangguan otak progresif yang

menimbulkan gangguan neurologik gerakan otot, dengan tanda2 tremor,

kaku otot, bradikinesia (lambat dalam memulai dan melakukan gerakan)

kelainan posisi tubuh dan cara berjalan.

Etiologi Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui, tetapi ada

hubungannya dengan penurunan aktivitas inhibitor neuron dopaminergik

dalam substansi nigra dan korpus stratum dari sistem ganglia basalis otak

yang berfungsi mengatur gerakan.

Substansi nigra, merupakan sumber neuron dopaminergik yang

berakhir dalam striatum. Setiap neuron dopaminergik akan membuat ribuan

kontaks dalam striatum dan memodulasi sebagian aktivitas sel.

Striatum, striatum dan substansi nigra dihubungkan oleh neuron yang

mengeluarkan transmitter inhibitor GABA diterminal dalam substansi nigra.

Sebaliknya sel2 substansi nigra mengirim neuron ke striatum dengan

transmitter dopamin di ujung terminalnya

Mekanisme terjadinya gangguan neurotransmitter yang menyebabkan

penyakit parinson ;

Page 11: Sistem Syaraf Pusat

11

1. Dopamin bekerja sebagai neurotransmiter inhibisi, Acetilkolin

bekerja neurotransmiter eksitasi. Dan bekerja saling

menyeimbangkan.

2. Pada penyakit parkinson terjadi penurunan dopamin karena

neuron pada substansi nigra berkurang sehingga sekresi dopamin

dalam neostriatum pun menurun. (lihat gambar 7.1)

3. Tanpa dopamin neuron akan distimulasi berlebihan oleh Ach

menyebabkan tonus (ketegangan) otot berlebihan yang ditandai

oleh tremor dan rigiditas (kaku).

Parkinson sekunder : disebabkan oleh ensefalitis virus atau lesi

caskuler kecil yang multifel. Obat2 seperti fenotiazin dan haloperidol yang

berfungsi menghambat reseptor dopamin di otak dapat menyebabkan

parkinson sehingga tidak boleh digunakan untuk penderita parkinson.

Golongan Obat Pada Penyakit Parkinson

1. Levodopa

2. Bromokriptin

3. Amantadin

4. Deprenil

5. Triheksifenidil, Benzotropin, Biperidin (Golongan

Antimuskarinik)

Tujuan terapi pada Penyakit Parkinson adalah :

1. Mengembalikan dopamin dalam ganglia basalis (ganglion

yang ada di neostriatum)\

2. Melawan eksitasi neuron kolinergik

3. Sehingga terjadi keseimbangan kembali dopamin/Ach.

a. Levodopa

Levodopa adalah prekursor metabolik dopamin. Mekanisme kerja Levodopa

adalah mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa

Page 12: Sistem Syaraf Pusat

12

akan berkonversi menjadi dopamin, tetapi pada pengobatan yang terlambat dimana

jumlah neuron dan sel2 yang mampu mengambil levodopa berkurang akibat penyakit.

Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat berada dalam tubuh.

Parkinson diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah tertentu di otak.

Dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat, sehingga

lebih mudah levodopa lebih mudah diubah menjadi dopamin di otak.

Efek kerja dari levodopa yaitu mengurangi kekakuan, tremor dan gejala parkinson

lainnya.

b. Karbidopa

Karbidopa dipakai untuk memperkuat efek levodopa , suatu

inhibitordekarboksilase dopamin yang tidak menembus sawar darah otak. Mekanisme

kerja Karbidopa adalah mengurangi metabolisme levodopa pada saluran cerna dan

jaringan perifer, shg meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP dan selain itu

karena karbidopa membantu memperkuat efek levodopa secara tidak langsung, jadi

keuntungannya dapat merendahkan dosis pemakaian levodopa sehingga menurunkan

efek samping.

c. Bromokriptin

Bromokriptin suatu derivat ergotamin (alkaloid ergot yang terdapat pada

gantum hitam yang terkontaminasi jamur rye) dan mempunyai sifat vasokontriktor

merupakan agonis reseptor dopamin (atau dapat berikatan dengan reseptor dopamin).

Tetapi karena Respon yang ditimbulkan bromokriptin kecil maka sering diberikan

bersama dengan levodopa. Penggunaan Bromokriptin harus diwaspadai pada pasien

dengan infark miokard karena akan menimbulkan masalah jantung, dan penggunaan

pada pasien dengan tukak lambung akan semakin parah.

Page 13: Sistem Syaraf Pusat

13

d. Amantadin

Amantadin merupakan obat anti virus influensa yang berpengaruh sebagai

antiparkinson. Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan sintesa, pengeluaran atau

ambilan dopamin dari neuron yang sehat.

(shg bila pelepasan dopamin sudah maksimum, amantadin tidak bermanfaat)

Efek samping yang ditimbulkan yaitu, gelisah, halusinasi, agitasi, dan bingung.

Pada dosis tinggi akan menyebabkan psikosis toksik akut. Dibanding levodopaefek

kerja amantadin kecil dan dapat menimbulkan toleransi, namun efek samping lebih

kecil.

e. Deprenil

Deprenil disebut juga selegilin bekerja secara selektif menghambat MAO B

(yang memetabolisme dopamin) (lihat gambar 7.2) tapi tidak menghambat MAO

A(metabolisatorNEdanSerotonin) Fungsi deprenil, menurunkan metabolisme

dopamin, meningkatkan kadar dopamin di otak, meningkatkan kerja levodopa

(sehingga mengurangi pengguanaan dosis levodopa)

Harus diwaspadai bila penggunaan dosis besar karena dapat menghilangkan

selektifitas (menjadi tidak selektif lagi) dan menimbulkan hipertensi .

f. Antimuskarinik

Antimuskarinik kurang efektif bila dibandingkan dengan levodopa dan

dalam terapi parkinson berfungsi sebagai tambahan terapi. Mekanisme kerjanya

yaitu menghambat transmisi kolinergik, sehingga meningkatkan transmisi

adrenergik (karena pembentukan yang tidak seimbang antara rasio

dopamin/asetilkolin).

Antimuskarinik yang sering digunakan untuk pengobatan parkinson yaitu,

benzotropin, triheksifenidil, biperidin. Efek lain yang menyertai penggunaan obat

antimuskarinik adala memacu perubahan pikiran, serostomia (mulut kering),

Page 14: Sistem Syaraf Pusat

14

masalah visualisasi. Efek sampingnya, antara lain dilatasi pupil, bingung dan

halusinasi.

C. GOLONGAN OBAT PADA GANGGUAN DEPRESI

Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai

hambatan emosi menyeluruh. Depresi berbeda denga skizoprenia yang menggangu

dalam pemikiran. Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam

perasan yang menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, napsu makan, libido

dan kemampuan bekerja.

Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tiada nafsu makan,

dan tidak bisa tidur. Cara berfikir pasien itu2 aja berkisar hanya pada diri sendiri.

Disertai gejala bandaniah rasa penat, nyeri lambung, nyeri jantung. Bila ditutupi

oleh keluhan2 organis disebut depresi terselubung. Depresi berbahaya akan

menyebabkan bunuhdiri.

Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan

serotonin otak pada tempat2 penting di otak. Sementara manik (bipolar)

disebabkan karena peningkatan neurotransmiter diatas pada otak.

Kerja Semua golongan antidepresi bekerja dengan memperkuat langsung atau

tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau serotonin otak.

a. Golongan Obat Antidepresan

Terdapat 3 (tiga) golongan obat antidepresan yaitu, Antidepresan Trisiklik

(TCA), Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin

Oksidase Inhibitor (MAOI).

1. Antidepresan Trisiklik (TCA)

Page 15: Sistem Syaraf Pusat

15

Yang termasuk obat golongan TCA adalah Amitriptilin, Amoksapin,

Desipramin, Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin,

Trimipramin

Mekanisme kerja TCA ;Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA

menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke

terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama

pengeluaran neurotransmiter , TCA akan meningkatkan konsentrasi

monoamin dalam celah sinaps, menimbulkan efek antidepresan.

Efek TCA adalah meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan

mental, meningkatkan aktifitas fisik, mengurangi angka kesakitan pada

depresi.

Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau lebih. Indikasi untuk

Depresi, gangguan panik, dan dapat digunakan untuk mengontrol

ngompol bagi anak diatas 6 tahun.

2. Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)

Yang termasuk obat golongan SSRI adalah Fluoksetin, Fluvoksamin,

Nefazodon, Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.

SSRI merupakan Antidepresan baru, sehingga penggunaannya harus

hati – hati, karena efek jangka panjangnya belum diketahui.

Mekanisme kerjanya sama seperti TCA tetapi lebih selektif

menghambat ambilan neurotransmitter serotonin dibanding yang lain

(dopamin).

Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan TCA),

penderita Bulimia nevrosa, anoreksia nevrosa, gangguan panik, nyeri

neuropati diabetik, dan sindrom premenstrual.

3. Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)

Page 16: Sistem Syaraf Pusat

16

Yang termasuk golongan MAOI yaitu, Isokarboksazid, Feneizin dan

Tranilsipromin.

Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan

dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam

neuron, MAO berfungsi sebagai katup penyelamat (menonaktifkan

neurotransmiter monoamin ( NE, dopamin, serotonin).

Mekanisme kerja MAOI (lihat gambar dibawah)

a). MAO menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang

keluar dari vesikel shg monoamin dalam neuron berkurang.

b). Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga

monoamin tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps.

Indikasi MAOI yaitu :

1. Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi oleh

antidepresan trisiklik.

2. Ansietas hebat

3. Pasien Aktivitas psikomotorik lemah

4. Pengobatan fobia

5. Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan

napsu makan)

b. Golongan Obat pada Gangguan Bipolar

Pasien dengan gangguan bipolar, mengalami dua situasi yang sangat

berbeda, pada saat tertentu pasien mengalami fase depresi, kemudian

mengalami fase manik, dimana perubahan yang terjadi sangat ekstrim. Bila

pasien berada dalam fase manik maka gejala – gejalanya adalah bahagia,

berharap dan gembira berlebihan, Perubahan mendadak dari merasa gembira

ke lekas marah atau permusuhan, Keresahan.Tutur kata cepat dan kurang

konsentrasi, Dorongan seksual tinggi, Cenderung membuat rencana besar

dan sulit dicapai.

Page 17: Sistem Syaraf Pusat

17

1. Golongan obat anti bipolar

Garam litium seperti Litium asetat, litium karbonat, litium sulfat dan

antipsikotik seperti asam Valproat.

2. Golongan Obat pada Skizoprenia

Skozoprenia adalah jenis psikosis dengan berbagai gangguan

kepribadiaan disertai perubahan cara berfikir, perasaannya dan

hubungannya dengan lingkungannya. Biasanya gangguan mental ini

terjadi disebabkan disfungsi otak yang diwariskan.

Gejala dasar pada gangguan skizoprenia adalah berfikir (kacau, lupa

tiba2, perubahan urutan berfikir), acuh tak acuh, mudah terangsang,

hilangnya kontak dengan lingkungan, merasa asing sendiri, terpecahnya

kepribadiaan. Selain gejala dasar adapula gejala tambahan yaitu,

halusinasi, gila (rasa diikuti, rasa seperti keracunan, gila seks), tidak

mau melakukan aktivitas, ungkapan2 aneh, pembentukan istilah2 baru,

pengulangan terus menerus. Setiap gangguan kejiwaan diamati dari

gejala2 yang ditimbulkan dan dialami oleh penderita, sehingga dapat

membedakan gangguan kejiwaan satu dengan gangguang kejiwaan yang

lainnya.

Penyebab skizoprenia secara farmakologis adalah peningkatan aktivitas

neuron dopaminergik pada otak (SSP), sehingga golongan obat yang

digunakan untuk pengobatan skizoprenia adalah menurunkan aktivitas

neuron dopamin.

3. Golongan Obat antiskizoprenia (neuroleptik, antipsikotik, transkuilizer

mayor)

Terdapat 5 (lima) golongan obat antiskizoprenia yaitu :

1. Golongan Fenotiazin yaitu, Klorpromazin, Flupenazin,

Proklorperazin, Promazin, Prometazin, Tioridazin.

2. Golongan Butirofenon yaitu, haloperidol.

3. Golongan Benzisoksazol yaitu, Risperidon.

Page 18: Sistem Syaraf Pusat

18

4. Golongan Tioxanti yaitu, Tiotiksen.

5. Golongan Dibenzodiazepin yaitu, Klozapin.

Mekanisme Kerja Obat Neuroleptika (Antiskizoprenia) secara umum

adalah menghambat reseptor dopamin dalam otak dan perifer dan

serotonin dalam otak.

Indikasi neuroleptika (antiskizorenia) adalah,

a. Sebagai antipsikotik/antiskizoprenia : mengurangi halusinasi dan

agitasi dengan cara menghambat reseptor dopamin di otak. Efek

menenangkan dan mengurangi gerakan spontan. Berbeda dengan

depresan SSP lain, golongan neuroleptik tidak menekan fungsi

intelektual.

b. Sebagai pencegahan mual dan muntah (pada peristiwa mual

muntah juga terjadi peningkatan pelepasan dopamin)

Telah dikatakan bahwa mual muntah juga diakibatkan karena

peningkatan dopamin, maka penggunaan neuroleptika dapat juga

diberikan untuk kasus mual muntah selain sebagai

antiskizoprenia, dibawah ini penggunaan neuroleptika untuk

gejala mual muntah sesuai penyebabnya (lebih spesifik).

- Obat Meklizin, dimenhidrinat digunakan untuk antiemetik

karena vertigo.

- Obat Skopolamin, Prometazin, digunakan sebagai

antiemetik pada mabuk jalan.

- Obat Domperidon,metoklorpramid, digunakan untuk

antiEmetik pada kemoterapi kanker

- Obat Tietilperazin,domperidon adalah antiemetik pada

terapi radiasi

Page 19: Sistem Syaraf Pusat

19

Kerja obat neuroleptik menghambat dopamin dan atau serotonin,

selain itu banyak obat2 neuroleptik yang menghambat reseptor

kolinergik, adrenergik, histamin dengan berbagai efek samping,

diantaranya efek antimuskarinik seperti kabur, mulut kering,

sedasi, bingung, kontipasi, retensi urin. Efek anti ? adrenergik

seperti hipotensi, pusing

Semua obat neuroleptika bekerja menghambat dopamin sehingga

hampir semuan mempunyai efek antiemetik (seperti diterangkan

diatas)

4. Golongan Obat pada Ansietas (Cemas)

5. Ansietas adalah gangguan mental berupa suatu ketegangan yang tidak

menyenangkan, rasa takut,gelisah dan penyebabkannya tidak diketahui.

Ansietas ringan tidak perlu diobati, ansietas berat diobati. Gejala

ansietas adalah Takhikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi dan aktivitas

simpatik

Secara farmakologi penyebab ansietas karena terjadinya letupan

neuritansmitter di otak, sehingga obat – obat yang digunakan untuk

menurunkan gejala ansietas adalah menormalkan letupan

neurotransmitter yang terjadi di otak.

6. Golongan Obat Antiansietas (Ansiolitik)

Obat yang digunakan untuk mengobati cemas, dari golongan

benzodiazepin, golongan ini dibedakan berdasarkan sifat ada tidaknya

efek hipnotik, dengan pembagian sebagai berikut :

Pertama, golongan benzodiazepin Bersifat ansiolitik dan tidak

mempunyai efek hipnotik adalah Alprazolam, Klordiazepoksid,

Klonazepam, Klorazepat, Diazepam dan Lorazepam . Kedua Golongan

benzodiazepine Bersifat Hipnotik adalah Quazepam, Midazolam,

Estazolam, Flurazepam, Temazepam dan Triazolam.

Mekanisme Kerja benzodiazepine sebagai anti cemas ,

Page 20: Sistem Syaraf Pusat

20

a. Letupan neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl,

karena tidak ada ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong.

Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka.

b. Bila pengikatan GABA diperkuat oleh benzodiazepin (obat

ansiolitik), yang menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.

c. Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat

letupan neuron. (lihat gambar 8.3)

7. Indikasi obat golongan Ansiolitik

a. Untuk gangguan ansietas digunakan diazepam, untuk pasien yang

memerlukan pengobatan lama. Alprazolam untuk pengobatan lama

atau pendek. Obat ini menimbulkan adiksi sehingga hanya untuk

ansietas kronik.

b. Untuk gangguan otot digunakan diazepam, bisa juga digunakan

untuk kaku otot.

c. Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang

karena epilepsi. epilepsi Klorazepat, diazepam dan oksazepam

untuk pengobatan akut putus alkohol.

4. Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat

digunakan sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai efek

sedatif dan penenang. Yang digunakan untuk gangguan tidur (obat

tidur) adalah Flurazepam, Temazepam, Triazolam

KATA PENGANTAR

Page 21: Sistem Syaraf Pusat

21

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “OBAT

SUSUNAN SYARAF PUSAT(SSP)”.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai penyakit dan pengobatan

sistem syaraf pusat dan peranan perawat dalam proses pengobatan, atau yang lebih

khususnya mengenai kelainan yang biasanya timbul pada SSP , yang memungkinkan

seseorang sadar bahwa penyakit itu biasanya lahir di antara kita.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, Juli 2012

penulis

DAFTAR ISI

Page 22: Sistem Syaraf Pusat

22

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB III Penutup

Daftar Pustaka