sistem syaraf pusat
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak obat-obatan yang dapat meransang SISTEM SARAF PUSAT (ssp),
tetapi yang pemakaiannya disetujui secara medis terbatas hanya pada pengobatan
narkolepsi, gangguan penuruna perhatian ( gpp) pada anak –anak. Obesitas , dan
pemulihan distress pernapasan , kelompok utama dari meransang SPP adalah
amfetamin dan kafein yang meransang korteks serebri dari otak , analeptic dan
kafein yang bekerja pada batang otak dan medulla untuk meransang pernapasan , dan
obat-obat yang menimbulkan anoreksia yang bekrja pada tingkat tertentu pada
korteksserebri dan hipotalamus untuk menekan napsu makan ,.anfetamin dan obat –
obatan yang menimbulkan anoreksia yang berkaitan telah banyak di salah gunakan .
pemakaian anfetamin jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan
pswikologis dan toleransi , suatu keadaan dimana semakin tinggi dosis obat yang
diperlukan untuk menhasilkan respons awal . peningkatan dosis obat yang bertahap
dan kemudian tiba-tiba dihentikan dapat menimbulakn depressi dan gejala – gejala
putus obat.
Parkinsonisme ( penyakit Parkinson ) , suatu kelainan neurologis kronis yang
mempengaruhi truktus motor piramidalis ( yang mengendalikan postur,
keseimbangan , dan kemampuan untuk bergerak ), dianggap mmerupakan suatu
sindroma ( kombinasi gejala-gejala) karena ada tiga cirri utamanya : rigiditas ,
bradikinesia , ( pergerakan yang lamban ) , dan tremor . regiditas ( meningkatnya
tonus otot) akan bertambah dengan adanya pergerakan . perubhan postur kibat
rigidetas dan bradikinesia meliputi dan kepala yang menjulur kedepan dengan lutut
dan paha yang fleksi , langkah yang terseret-seret , dan hilangnya ayunan lengan .
gejala khas lainnya adalah wajah yang seperti topeng ( tidak ada ekspressi wajah ) ,
tremor involunter dari kepala dan leher , dan gerakan tangan yang seperti membuat
pil . tremor dapat lebih jelas pada keadaan istirahat.
2
Miastenia grafis , tidak adanya impuls saraf dan respons otot pada
persambungan (mioneural (ujung syaraf pada otot), menyebabkan rasa letih dan
kelemahan otot system pernapasan , otot wajah , dan ekstremirtas . dengan
terlibatnya saraf cranial , maka terjadi ptosis ( jatuhnya kelopak mata) dan kesulitan
mengunyah dan menelan . henti pernapasan henti pernapasan dapat terjadi akibat
kelumpuhan otot pernapasan miastenia gravis disebabkan oleh tidak memadainya
sekresi asetilkolin atau hilangnya asetilkolin karena bertambahnya enzim
asetilkolinesterase, yang merusak asetilkolin pada persambungan mioneural.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERANSANG SISTEM SYARAF PUSAT
1. Amfetamin
Amfetamin meransang pelepasan neurotransmitter, norepinefrin dan
dopamine, dari otak dan system syaraf simpatis (terminal saraf tepi ). Amfetamin
menyebabkan euphoria dan kesiagaan : tetapi , juga menyebabkan tidak dapat
tidur , gelisah , tremor , dan iritabilitas. Masalah-masalah kardiovaskular , seperti
meningkatnya denyut jantung , palpitasi , aritmia jantung , dan meningkatnya
tekanan darah , dapat timbul pada pada pemakaian yang terus menerus dan
amfetamin.
Waktu paruh dari amfitamin berfariasi dari 4-30 jam. Amfetamin di
eksresikan lebih cepat pada urin yang asam dari pada urin yang basa . jika
dicurigai terjadi toksisitas SPP atau toksisitas jantung , maka dengan menurunkan
PH urin akan membantu eksresi obat. Urin yang asam akan mengurangi waktu
paruh dari amfitamin .
1. Efek samping dan reaksi yang merugikan
Amfetamin dapat menimbulkan efek-efek yang buruk pada
system syaraf pusat , kardiovaskuler, gastroinstestinal dan endokrin.
4
Efek samping dan reaksi yang merugiknnya adalah gelisah , insomnia,
takikardia, hipertensi, palpitasi jantung , mulut terasa kering ,
anoreksia, berat badan turun , diare atau konstipasi, dan impotensi.
Amfitamin dan obat-obat yang seperti amfitamin
Obat Dosis Pemakaian dan
pertimbangan
- Amfetamin
Amfetamin sulfat
(bendzedrine)
D : 5-20 mg,q.d
samapai t.i.d A>6
th :2,5-5 mg, sehari
untuk GPP ; naikkan
dosis jika perlu
Untuk narkolepsi,
gangguan penurunan
perhatian (GPP). Dosis
harus minimal untuk
mengendalikan gejala-
gejala pada GGP.
Toksisitas SSP dan jantung
dapat terjadi.
Obat – obat yang seperti
amfetamin
Metilfenidat( ritalin ) A: 5 mg, b.i.d, naikkan
jika perlu, tidak > 60
mg
D: 10-60 mg, sehari
Untuk GPP pada anak-
anak. Dosis dinaikkan
setiap minggu sampai
gejalanya berkurang.
Absorbsi di pengaruhi oleh
makanan .
Untuk narkolepsi
Pemolin ( cylert) A > 6 thn : 37,5 mg,
sehari dan dinaikkan
tiap minggu, rata-rata :
Untuk GGP pada anak-
anak . kurang kuat dan
efek samping lebih sedikit
5
50-75 mg/hari di bandingkan dengan
desoxyn dan retalin.
2. Farmakokinetik
Metilfenidat dan pemolin diabsorpsi dengan baik melalui mukosa
gastrointestinal .meskipun pemolin mempunyai waktu paruh yang lebih
panjang dari pada metilfenidat,obat-obat ini biasa di beri kepada anak-
anak sekali sehari sebelum sarapan pagi.tetapi metilfenidat dapat di
berikan dua kali sehari,sebelum sarapan pagi dan makan siang .karena
makanan mempengaruhi laju absorpsi ,maka obat harus di berikan 30-45
menit sebelum makan .obat-obat ini tidak boleh di berikan dalam 6 jam
sebelum tidur karenadapat menimbulkan insomnia .kedua obat ini di
eskresikan kedalam urin; 40 persen dari metil fenidat dieksresikan tanpa
mengalami perubahan .
3. Farmakodinamik
Metilfenidat dan pemolin membantu memperbaiki GPP dengan
mengurangi hiperaktivitas dan memperbaiki lamanya perhatian.obat-obat
seperti amfetamin ini di anggap lebih afektif dari pada pemolin untuk GPP
,tetapi efek samping dan reaksi yang merugikan dari pemolin juga tidak
seberat metilfenidat .
Obat-obat simpatomimetik ,seperti dekongenstan ,menambah
kerja metilfenidat dan pemolin .antihipertensi dan barbiturat dapat
menurunkan kerja obat-obat ini .makanan yang mengandung kafein harus
di hindari karena menambah keja otak.
Obesitas telah di obati dengan amfetamin yang di resepkan atau
dengan obat-obat seperti amfetamin yang di jual bebas.amfetamin pernah
dianjurkan sebagai obat-obat yang menimbulkan anoreksia (penekan
napsu makan) untuk pemakaian jangka pendek (4-12 minggu). Karena
6
dapat timbulnya toleransi,ketergantungan,dan penyalahgunaan, anfetamin
kini tidak dianjurkan lagi pemakaiannya untuk penekan napsu makan.obat
bebas pilihan untuk penekan napsu makan untuk pemakaian jangka
pendek adalah fenilpropanolamin (Dexatrim) karena efek samping
sistemik yang ditimbulkanya lebih sedikit dan kurang dapat menimbulkan
penyalahgunaan.
a) Obat-Obatan Yang Menimbulkan Anoreksia
Amfetamin tidak direkomendasikan sebagai obat-obat yang
menimbulkan anoreksia dalam pengobatan obesitas karene banyak reaksi
yang merugikan dan efek sampingnya ,toleransi terhadap obat,dan
ketergantungan psikologis terhadap amfetamin. Kebanyakan obat-obat
yang menimbulkan anoreksia yang dipakai untuk menekan napsu makan
(tabel 11-2) tidak mempunyai efek samping yang serius seperti yang
ditimbulkan oleh amfetamin. Untuk menurunkan berat badan ,penekan
harus ditunjukan pada diet yang tepat, latihan ,dan perubahan
perilaku .tidak dianjurkan untuk hanya bergantung pada penekan napsu
makan. Bagi mereka yang memakai obat-obat yang menimbulkan
anoreksia harus berada di bawa pengawasan dokter .
b) Efek Samping Dan Reaksi Yang Merugikan
Anak-anak di bawah usia 12 tahun tidak boleh memakai obat-obat
yang menimbulkan anoreksia ,dan tidak boleh melakukan pengobotan diri
sendiri dengan memakai obat-obat yang menimbulkan anoreksia .
pemakai jangka panjang dari obat-obat ini seringkali menimbulkan efek
samping yang berat seperti gugup ,gelisah ,iritabilitasi,insomnia ,palpitasi
jantung ,dan hipertensi .
c) Analeptik
7
Analeptik,yang merupakan perangsang SSP, terutama mempengarui
batang otak dan mendulla spinalis ,tetapi juga mampengaruhi korteks
serebbri .pengunaan utama dari analeptik adalah untuk merangsang
pernapasan .salah satu kelompok bagian dari analeptik adalah santin
(metilsantin),di mana obat utamanya adalah kafein dan teofilin .tergantung
dari dosisnya .kafein merangsang SSP , dan dosis tinggi merangsang
pernapasan .bayi baru lahir dengan distres pernafasan dapat diberikan
kafein untuk meningkatkan pernafasan .Teofilin terutama dipakai untuk
merelaksasi bronkiolus ,tetapi perna dipakai untuk meningkatkan
pernafasan pada bayi baru lahir .
d) Efek Samping Dan Reaksi Yang Merugikan
Efek samping dari kafein adalah mirip dengan obat-obat yang
menimbulkan anoreksia:gugup,gelisa ,tromor, kedutan ,palpitas dan
insomnia. Efek samping lainnya adalah dieresis (bertambahnya buang air
kecil ), iritasi gastrointestinal (mual ,diare ),dan kadang –kadang tinitus
(berdenging pada telinga ).kafen dalam jumlah yang lebih dari 500 mg
akan mempengaruhi SSP dan jantung .kaafein dosis tingngi dalam
kopi ,coklat ,dan obat pelega geja-gejala flu dapat menimbulkan
ketergantungan psikologis .waktu peru dari kafein adalah 3,5 jam; tetapi
metabolismenya diperlambat dan waktu peruhnya diperpanjang pada
penyakit hati dan pada kehamilan kafein merupakan kontraindikasi
selama kehamilan karena efeknya pada janin tidak diketahui .
e) Proses Keperawatan
I. Pengkajian
Tentukan apakah ada riwayat penyakit jantung,
hipertiroidisme ,atau glaucoma. Pada kasus –kasu demikian biasanya
perangsang SSP merupakan kontraindikasi. periksa tanda-tanda vital.
8
Tanda -Tanda vital dasar dapat dipakai untuk perbandingan perubahan
pada masa akan datang.
II. Perencanaan
Klien akan memakkai perangsang SSP yang diresepkan dan titak
akan mengalami efek sampimping yang tidak diinginkan .
III. Inter vensi keperawatan
Pantau denyut jantung dan tekanan darah.laporan jikaterdapat
takikardia ,danyut jantung yang iregular, atau peningkatan tekanan daraah
berikan amfetamin dan obat –obat yang seperti amfetamin ,dan
obat -obat yang menimbulkan anoreksia sekuurang –kurangnya 6-8 jam
sebelum tidur karena jika diberikan terlalu dekat dengan waktu tidur obat-
obat ini dapat menimbulkan inson nia .Efeknya akan lebih berat pada
populasi geriatrit .
amati klien untuk efek samping dari perangsang SSP seperti
insomnia,gelisah ,gugup ,tromor ,iritabel ,meningkatnya denyut jsnyung
atau meningkatnya tekanandarah .laporan hasil peneemuan yang
demikian .
IV. penyuluhan kepada klien
Jelaskan kepada klien bahwa amfetamin ,kafein ,dan obat-obat yang
menimbulkan anoroksia dapat menimbulkankn penylahgunaan jika
dipakai untuk jangka panjang
Beritahu klien mengenai efek samping perangsang sspdan kapan
obat harus diminum .beritahu klien untuk melaporkan denyut jantung
yang cepat dan palpitasi jantung dan gejala-gejala lainya.
Beritahu klien utuk menghindari prmakaian peralatan yang berbahaya
atau mengendarai kendaraan jikamengalsami tremor ,gugup, atau
mening katnya denyut jantung .
9
anjurkan klien untuk berkunsultasi kepada dokter sebelum memakai
obat-obat seperti amfetamin .
Jelaskan kepada klien bahwa kebanyakan dari amfitamin , obat – obat
seprti amfitamin , dan obat –obat yang meninmbulkan aneroksia
harus diminum sebelum makan .
Beritahu klien untuk menghentikan pemakaian peransang spp setelah
memakainya dalam jangka waktu lama , dosis harus diturungkan
perlahan-lahan untuk menghindari gejala-gejala putus obat. Jangan
menghentikan obat secara tiba-tiba.
Dorong klien untuk membaca label pada obat bebas karena kafein
banyak dikombinasikan pada obat-obat bebas, khususnya obat
pelega gejala-gejala flu. Kadar kafein plasma yang tinggi dapat
berakibat fatal.
Beritahu ibu yang menyusui untuk menghindari pemakaian semua
peransang spp selama menyusui bayi. Obat-obat ini dapat terdapat di
dalam air susu dan dan dapat menyebabkan bayi gelisah.
f) Obat- Obat Seperti Amfitamin
Anjurkan keluarga untuk mendapat konseling pada anak-anak dengan
GPP . dengan hanya bergantung pada obat saja bukan merupakan
penanganan yang tepat.
g) OBAT OBAT YANG MENIMBULKAN ANOREKSIA
Beritahu klien yang mengeluh mulut terasa kering untuk menghisap
permen keras tanpa gula, mengunyah perme karet, atau menghisap es batu.
h) Kafein
10
Beritahu kepada klien untuk tidak meminum lebih dari dua atau tiga
cangkir kopi yang mengandung kafein setiap harinya . kopi yang digiling
mempunyaikandungan kafein lebih tinggi dari pada kopi instan .
Evaluasi
Evaluasi aktivitas dari peransang SPP , laporkan setiap efek sampingnya.
B. PENEKAN SISTEM SYARAF PUSAT
1. Sedative – hipnotik
Bentuk yang paling ringan dari SSP adalah sedasi, dimana penekanan
Dimana penekanan SPP tertentu dalam dosis yang lebih rendah .
a. Penyakit parkinson
Definisi Parkinson adalah gangguan otak progresif yang
menimbulkan gangguan neurologik gerakan otot, dengan tanda2 tremor,
kaku otot, bradikinesia (lambat dalam memulai dan melakukan gerakan)
kelainan posisi tubuh dan cara berjalan.
Etiologi Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui, tetapi ada
hubungannya dengan penurunan aktivitas inhibitor neuron dopaminergik
dalam substansi nigra dan korpus stratum dari sistem ganglia basalis otak
yang berfungsi mengatur gerakan.
Substansi nigra, merupakan sumber neuron dopaminergik yang
berakhir dalam striatum. Setiap neuron dopaminergik akan membuat ribuan
kontaks dalam striatum dan memodulasi sebagian aktivitas sel.
Striatum, striatum dan substansi nigra dihubungkan oleh neuron yang
mengeluarkan transmitter inhibitor GABA diterminal dalam substansi nigra.
Sebaliknya sel2 substansi nigra mengirim neuron ke striatum dengan
transmitter dopamin di ujung terminalnya
Mekanisme terjadinya gangguan neurotransmitter yang menyebabkan
penyakit parinson ;
11
1. Dopamin bekerja sebagai neurotransmiter inhibisi, Acetilkolin
bekerja neurotransmiter eksitasi. Dan bekerja saling
menyeimbangkan.
2. Pada penyakit parkinson terjadi penurunan dopamin karena
neuron pada substansi nigra berkurang sehingga sekresi dopamin
dalam neostriatum pun menurun. (lihat gambar 7.1)
3. Tanpa dopamin neuron akan distimulasi berlebihan oleh Ach
menyebabkan tonus (ketegangan) otot berlebihan yang ditandai
oleh tremor dan rigiditas (kaku).
Parkinson sekunder : disebabkan oleh ensefalitis virus atau lesi
caskuler kecil yang multifel. Obat2 seperti fenotiazin dan haloperidol yang
berfungsi menghambat reseptor dopamin di otak dapat menyebabkan
parkinson sehingga tidak boleh digunakan untuk penderita parkinson.
Golongan Obat Pada Penyakit Parkinson
1. Levodopa
2. Bromokriptin
3. Amantadin
4. Deprenil
5. Triheksifenidil, Benzotropin, Biperidin (Golongan
Antimuskarinik)
Tujuan terapi pada Penyakit Parkinson adalah :
1. Mengembalikan dopamin dalam ganglia basalis (ganglion
yang ada di neostriatum)\
2. Melawan eksitasi neuron kolinergik
3. Sehingga terjadi keseimbangan kembali dopamin/Ach.
a. Levodopa
Levodopa adalah prekursor metabolik dopamin. Mekanisme kerja Levodopa
adalah mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa
12
akan berkonversi menjadi dopamin, tetapi pada pengobatan yang terlambat dimana
jumlah neuron dan sel2 yang mampu mengambil levodopa berkurang akibat penyakit.
Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat berada dalam tubuh.
Parkinson diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah tertentu di otak.
Dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat, sehingga
lebih mudah levodopa lebih mudah diubah menjadi dopamin di otak.
Efek kerja dari levodopa yaitu mengurangi kekakuan, tremor dan gejala parkinson
lainnya.
b. Karbidopa
Karbidopa dipakai untuk memperkuat efek levodopa , suatu
inhibitordekarboksilase dopamin yang tidak menembus sawar darah otak. Mekanisme
kerja Karbidopa adalah mengurangi metabolisme levodopa pada saluran cerna dan
jaringan perifer, shg meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP dan selain itu
karena karbidopa membantu memperkuat efek levodopa secara tidak langsung, jadi
keuntungannya dapat merendahkan dosis pemakaian levodopa sehingga menurunkan
efek samping.
c. Bromokriptin
Bromokriptin suatu derivat ergotamin (alkaloid ergot yang terdapat pada
gantum hitam yang terkontaminasi jamur rye) dan mempunyai sifat vasokontriktor
merupakan agonis reseptor dopamin (atau dapat berikatan dengan reseptor dopamin).
Tetapi karena Respon yang ditimbulkan bromokriptin kecil maka sering diberikan
bersama dengan levodopa. Penggunaan Bromokriptin harus diwaspadai pada pasien
dengan infark miokard karena akan menimbulkan masalah jantung, dan penggunaan
pada pasien dengan tukak lambung akan semakin parah.
13
d. Amantadin
Amantadin merupakan obat anti virus influensa yang berpengaruh sebagai
antiparkinson. Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan sintesa, pengeluaran atau
ambilan dopamin dari neuron yang sehat.
(shg bila pelepasan dopamin sudah maksimum, amantadin tidak bermanfaat)
Efek samping yang ditimbulkan yaitu, gelisah, halusinasi, agitasi, dan bingung.
Pada dosis tinggi akan menyebabkan psikosis toksik akut. Dibanding levodopaefek
kerja amantadin kecil dan dapat menimbulkan toleransi, namun efek samping lebih
kecil.
e. Deprenil
Deprenil disebut juga selegilin bekerja secara selektif menghambat MAO B
(yang memetabolisme dopamin) (lihat gambar 7.2) tapi tidak menghambat MAO
A(metabolisatorNEdanSerotonin) Fungsi deprenil, menurunkan metabolisme
dopamin, meningkatkan kadar dopamin di otak, meningkatkan kerja levodopa
(sehingga mengurangi pengguanaan dosis levodopa)
Harus diwaspadai bila penggunaan dosis besar karena dapat menghilangkan
selektifitas (menjadi tidak selektif lagi) dan menimbulkan hipertensi .
f. Antimuskarinik
Antimuskarinik kurang efektif bila dibandingkan dengan levodopa dan
dalam terapi parkinson berfungsi sebagai tambahan terapi. Mekanisme kerjanya
yaitu menghambat transmisi kolinergik, sehingga meningkatkan transmisi
adrenergik (karena pembentukan yang tidak seimbang antara rasio
dopamin/asetilkolin).
Antimuskarinik yang sering digunakan untuk pengobatan parkinson yaitu,
benzotropin, triheksifenidil, biperidin. Efek lain yang menyertai penggunaan obat
antimuskarinik adala memacu perubahan pikiran, serostomia (mulut kering),
14
masalah visualisasi. Efek sampingnya, antara lain dilatasi pupil, bingung dan
halusinasi.
C. GOLONGAN OBAT PADA GANGGUAN DEPRESI
Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai
hambatan emosi menyeluruh. Depresi berbeda denga skizoprenia yang menggangu
dalam pemikiran. Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam
perasan yang menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, napsu makan, libido
dan kemampuan bekerja.
Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tiada nafsu makan,
dan tidak bisa tidur. Cara berfikir pasien itu2 aja berkisar hanya pada diri sendiri.
Disertai gejala bandaniah rasa penat, nyeri lambung, nyeri jantung. Bila ditutupi
oleh keluhan2 organis disebut depresi terselubung. Depresi berbahaya akan
menyebabkan bunuhdiri.
Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan
serotonin otak pada tempat2 penting di otak. Sementara manik (bipolar)
disebabkan karena peningkatan neurotransmiter diatas pada otak.
Kerja Semua golongan antidepresi bekerja dengan memperkuat langsung atau
tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau serotonin otak.
a. Golongan Obat Antidepresan
Terdapat 3 (tiga) golongan obat antidepresan yaitu, Antidepresan Trisiklik
(TCA), Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin
Oksidase Inhibitor (MAOI).
1. Antidepresan Trisiklik (TCA)
15
Yang termasuk obat golongan TCA adalah Amitriptilin, Amoksapin,
Desipramin, Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin,
Trimipramin
Mekanisme kerja TCA ;Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA
menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke
terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama
pengeluaran neurotransmiter , TCA akan meningkatkan konsentrasi
monoamin dalam celah sinaps, menimbulkan efek antidepresan.
Efek TCA adalah meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan
mental, meningkatkan aktifitas fisik, mengurangi angka kesakitan pada
depresi.
Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau lebih. Indikasi untuk
Depresi, gangguan panik, dan dapat digunakan untuk mengontrol
ngompol bagi anak diatas 6 tahun.
2. Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)
Yang termasuk obat golongan SSRI adalah Fluoksetin, Fluvoksamin,
Nefazodon, Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.
SSRI merupakan Antidepresan baru, sehingga penggunaannya harus
hati – hati, karena efek jangka panjangnya belum diketahui.
Mekanisme kerjanya sama seperti TCA tetapi lebih selektif
menghambat ambilan neurotransmitter serotonin dibanding yang lain
(dopamin).
Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan TCA),
penderita Bulimia nevrosa, anoreksia nevrosa, gangguan panik, nyeri
neuropati diabetik, dan sindrom premenstrual.
3. Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
16
Yang termasuk golongan MAOI yaitu, Isokarboksazid, Feneizin dan
Tranilsipromin.
Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan
dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam
neuron, MAO berfungsi sebagai katup penyelamat (menonaktifkan
neurotransmiter monoamin ( NE, dopamin, serotonin).
Mekanisme kerja MAOI (lihat gambar dibawah)
a). MAO menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang
keluar dari vesikel shg monoamin dalam neuron berkurang.
b). Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga
monoamin tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps.
Indikasi MAOI yaitu :
1. Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi oleh
antidepresan trisiklik.
2. Ansietas hebat
3. Pasien Aktivitas psikomotorik lemah
4. Pengobatan fobia
5. Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan
napsu makan)
b. Golongan Obat pada Gangguan Bipolar
Pasien dengan gangguan bipolar, mengalami dua situasi yang sangat
berbeda, pada saat tertentu pasien mengalami fase depresi, kemudian
mengalami fase manik, dimana perubahan yang terjadi sangat ekstrim. Bila
pasien berada dalam fase manik maka gejala – gejalanya adalah bahagia,
berharap dan gembira berlebihan, Perubahan mendadak dari merasa gembira
ke lekas marah atau permusuhan, Keresahan.Tutur kata cepat dan kurang
konsentrasi, Dorongan seksual tinggi, Cenderung membuat rencana besar
dan sulit dicapai.
17
1. Golongan obat anti bipolar
Garam litium seperti Litium asetat, litium karbonat, litium sulfat dan
antipsikotik seperti asam Valproat.
2. Golongan Obat pada Skizoprenia
Skozoprenia adalah jenis psikosis dengan berbagai gangguan
kepribadiaan disertai perubahan cara berfikir, perasaannya dan
hubungannya dengan lingkungannya. Biasanya gangguan mental ini
terjadi disebabkan disfungsi otak yang diwariskan.
Gejala dasar pada gangguan skizoprenia adalah berfikir (kacau, lupa
tiba2, perubahan urutan berfikir), acuh tak acuh, mudah terangsang,
hilangnya kontak dengan lingkungan, merasa asing sendiri, terpecahnya
kepribadiaan. Selain gejala dasar adapula gejala tambahan yaitu,
halusinasi, gila (rasa diikuti, rasa seperti keracunan, gila seks), tidak
mau melakukan aktivitas, ungkapan2 aneh, pembentukan istilah2 baru,
pengulangan terus menerus. Setiap gangguan kejiwaan diamati dari
gejala2 yang ditimbulkan dan dialami oleh penderita, sehingga dapat
membedakan gangguan kejiwaan satu dengan gangguang kejiwaan yang
lainnya.
Penyebab skizoprenia secara farmakologis adalah peningkatan aktivitas
neuron dopaminergik pada otak (SSP), sehingga golongan obat yang
digunakan untuk pengobatan skizoprenia adalah menurunkan aktivitas
neuron dopamin.
3. Golongan Obat antiskizoprenia (neuroleptik, antipsikotik, transkuilizer
mayor)
Terdapat 5 (lima) golongan obat antiskizoprenia yaitu :
1. Golongan Fenotiazin yaitu, Klorpromazin, Flupenazin,
Proklorperazin, Promazin, Prometazin, Tioridazin.
2. Golongan Butirofenon yaitu, haloperidol.
3. Golongan Benzisoksazol yaitu, Risperidon.
18
4. Golongan Tioxanti yaitu, Tiotiksen.
5. Golongan Dibenzodiazepin yaitu, Klozapin.
Mekanisme Kerja Obat Neuroleptika (Antiskizoprenia) secara umum
adalah menghambat reseptor dopamin dalam otak dan perifer dan
serotonin dalam otak.
Indikasi neuroleptika (antiskizorenia) adalah,
a. Sebagai antipsikotik/antiskizoprenia : mengurangi halusinasi dan
agitasi dengan cara menghambat reseptor dopamin di otak. Efek
menenangkan dan mengurangi gerakan spontan. Berbeda dengan
depresan SSP lain, golongan neuroleptik tidak menekan fungsi
intelektual.
b. Sebagai pencegahan mual dan muntah (pada peristiwa mual
muntah juga terjadi peningkatan pelepasan dopamin)
Telah dikatakan bahwa mual muntah juga diakibatkan karena
peningkatan dopamin, maka penggunaan neuroleptika dapat juga
diberikan untuk kasus mual muntah selain sebagai
antiskizoprenia, dibawah ini penggunaan neuroleptika untuk
gejala mual muntah sesuai penyebabnya (lebih spesifik).
- Obat Meklizin, dimenhidrinat digunakan untuk antiemetik
karena vertigo.
- Obat Skopolamin, Prometazin, digunakan sebagai
antiemetik pada mabuk jalan.
- Obat Domperidon,metoklorpramid, digunakan untuk
antiEmetik pada kemoterapi kanker
- Obat Tietilperazin,domperidon adalah antiemetik pada
terapi radiasi
19
Kerja obat neuroleptik menghambat dopamin dan atau serotonin,
selain itu banyak obat2 neuroleptik yang menghambat reseptor
kolinergik, adrenergik, histamin dengan berbagai efek samping,
diantaranya efek antimuskarinik seperti kabur, mulut kering,
sedasi, bingung, kontipasi, retensi urin. Efek anti ? adrenergik
seperti hipotensi, pusing
Semua obat neuroleptika bekerja menghambat dopamin sehingga
hampir semuan mempunyai efek antiemetik (seperti diterangkan
diatas)
4. Golongan Obat pada Ansietas (Cemas)
5. Ansietas adalah gangguan mental berupa suatu ketegangan yang tidak
menyenangkan, rasa takut,gelisah dan penyebabkannya tidak diketahui.
Ansietas ringan tidak perlu diobati, ansietas berat diobati. Gejala
ansietas adalah Takhikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi dan aktivitas
simpatik
Secara farmakologi penyebab ansietas karena terjadinya letupan
neuritansmitter di otak, sehingga obat – obat yang digunakan untuk
menurunkan gejala ansietas adalah menormalkan letupan
neurotransmitter yang terjadi di otak.
6. Golongan Obat Antiansietas (Ansiolitik)
Obat yang digunakan untuk mengobati cemas, dari golongan
benzodiazepin, golongan ini dibedakan berdasarkan sifat ada tidaknya
efek hipnotik, dengan pembagian sebagai berikut :
Pertama, golongan benzodiazepin Bersifat ansiolitik dan tidak
mempunyai efek hipnotik adalah Alprazolam, Klordiazepoksid,
Klonazepam, Klorazepat, Diazepam dan Lorazepam . Kedua Golongan
benzodiazepine Bersifat Hipnotik adalah Quazepam, Midazolam,
Estazolam, Flurazepam, Temazepam dan Triazolam.
Mekanisme Kerja benzodiazepine sebagai anti cemas ,
20
a. Letupan neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl,
karena tidak ada ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong.
Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka.
b. Bila pengikatan GABA diperkuat oleh benzodiazepin (obat
ansiolitik), yang menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
c. Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat
letupan neuron. (lihat gambar 8.3)
7. Indikasi obat golongan Ansiolitik
a. Untuk gangguan ansietas digunakan diazepam, untuk pasien yang
memerlukan pengobatan lama. Alprazolam untuk pengobatan lama
atau pendek. Obat ini menimbulkan adiksi sehingga hanya untuk
ansietas kronik.
b. Untuk gangguan otot digunakan diazepam, bisa juga digunakan
untuk kaku otot.
c. Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang
karena epilepsi. epilepsi Klorazepat, diazepam dan oksazepam
untuk pengobatan akut putus alkohol.
4. Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat
digunakan sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai efek
sedatif dan penenang. Yang digunakan untuk gangguan tidur (obat
tidur) adalah Flurazepam, Temazepam, Triazolam
KATA PENGANTAR
21
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “OBAT
SUSUNAN SYARAF PUSAT(SSP)”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai penyakit dan pengobatan
sistem syaraf pusat dan peranan perawat dalam proses pengobatan, atau yang lebih
khususnya mengenai kelainan yang biasanya timbul pada SSP , yang memungkinkan
seseorang sadar bahwa penyakit itu biasanya lahir di antara kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar, Juli 2012
penulis
DAFTAR ISI
22
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB III Penutup
Daftar Pustaka