bab 1 full

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UPT Puskesmas Kopo. UPT Puskemas Kopo merupakan Puskesmas berjenis Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) tanpa perawatan. Terletak di Jalan Kopo No. 369 RT 02 RW 07 di Kelurahan Kebonlega, Kecamatan Bojongloa Kidul, Wilayah Tegalega Kota Bandung. Wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo terdiri atas 44 RW dan 262 RT dengan jumlah penduduk 68.186 jiwa, meliputi 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kebonlega, Kelurahan Situsaeur, Kelurahan Cibaduyut, Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kelurahan Cibaduyut Wetan dan Kelurahan Mekarwangi. Batas-batas wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo meliputi Kecamatan Astana Anyar (utara), Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Babakan Ciparay (barat), Kecamatan Bandung Kidul (timur) dan Kabupaten Bandung (selatan). Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo 1

Upload: yfaldian

Post on 04-Aug-2015

502 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 full

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang UPT Puskesmas Kopo.

UPT Puskemas Kopo merupakan Puskesmas berjenis Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

tanpa perawatan. Terletak di Jalan Kopo No. 369 RT 02 RW 07 di Kelurahan Kebonlega,

Kecamatan Bojongloa Kidul, Wilayah Tegalega Kota Bandung.

Wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo terdiri atas 44 RW dan 262 RT dengan jumlah

penduduk 68.186 jiwa, meliputi 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kebonlega, Kelurahan

Situsaeur, Kelurahan Cibaduyut, Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kelurahan Cibaduyut Wetan

dan Kelurahan Mekarwangi. Batas-batas wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo meliputi

Kecamatan Astana Anyar (utara), Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Babakan

Ciparay (barat), Kecamatan Bandung Kidul (timur) dan Kabupaten Bandung (selatan).

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo

1

Page 2: BAB 1 full

Visi UPT Puskesmas Kopo adalah “Puskesmas perkotaan yang berkualitas”.

Sedangkan misi UPT Puskesmas Kopo adalah memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu, responsif dan terjangkau oleh seluruh masyarakat; memberdayakan masyarakat

untuk mandiri dalam bidang kesehatan; menjalin kemitraan dengan lintas sektor dan

organisasi masyarakat; menggali potensi masyarakat dalam pembangunan masyarakat;

melaksanakan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi secara sinergis antara sumber daya

manusia.

1.2 Analisis Situasi

1.2.1 Masukan (Input)

Masukan atau input dapat adalah kumpulan elemen/bagian sistem yang diperlukan

agar sistem dapat berfungsi dengan baik. Masukan Puskesmas terdiri dari berbagai sumber

daya yaitu 5M yaitu man, money, material, method dan market.

1.2.1.1 Man

Man yang dimaksudkan di sistem Puskesmas adalah sumberdaya manusia (SDM),

yang terbagi kepada dua bagian besar yaitu tenaga kesehatan dan tenaga non-kesehatan. SDM

diorganisasikan dan didayagunakan sesuai tugas pokok dan fungsinya dikaitkan dengan

berbagai program yang dijalankan oleh Puskemas.

Tabel 1.1 Komposisi Tenaga Kerja UPT Puskesmas KopoJenis Tenaga Jumlah Tersedia Standar Puskesmas Kurang

Kepala Puskesmas 1 1 -Dokter Umum 4 6 2Dokter Gigi 2 1 -Tata Usaha 6 7 1Perawat dan Perawat Gigi 8 11 3Bidan 6 8 2Asisten Apoteker 1 4 3Kesehatan Lingkungan 1 3 2Ahli Gizi 1 3 2Tenaga Laborotorium 1 1 -Pengemudi 1 1 -Keamanan 0 5 5

Kebersihan 0 2 2

Jumlah 32 53 21Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Kopo 2011

2

Page 3: BAB 1 full

Kebutuhan SDM UPT Puskesmas Kopo dihitung menggunakan standar penghitungan

SDM metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Metode WISN adalah metode

penghitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh

tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan

menggunakan metode ini adalah ia mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis

mudah diterapkan, komprehensif, dan realistis.

UPT Puskesmas Kopo masih kekurangan jumlah tenaga kerja, untuk jenis ketenagaan

dokter umum, perawat, ahli gizi, keamanan, bidan, asisten apoteker, ahli gizi dan kebersihan.

1.2.1.2 Money

Money adalah sumber keuangan atau dana yang diterima oleh Puskesmas untuk

menjalankan fungsinya. Sumber pembiayaan UPT Puskesmas Kopo dipisahkan menjadi

pendapatan dan penerimaan.

Pendapatan berasal dari pembayaran retribusi pelayanan kesehatan. Dana ini akan

diberikan kepada Dinas Kesehatan dan pengelolaan sepenuhnya diserahkan pada Dinas

Kesehatan.

Sedangkan penerimaan berasal dari beberapa sumber dan dikelola oleh Puskesmas untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Penerimaan tidak sepenuhnya dimanfaatkan

untuk kepentingan Puskesmas terutama dana Jamkesmas. Kelebihan dana penerimaan akan

dimasukkan ke kas negara. Sumber penerimaan berasal dari APBD kota, APBD provinsi,

APBN, dan Jamkesmas.

1.2.1.3 Material

Sarana prasarana di UPT Puskesmas Kopo berupa gedung dengan peralatan kesehatan

dan non - kesehatan. Sarana kesehatan adalah semua tempat di mana pelayanan kesehatan

3

Page 4: BAB 1 full

disediakan. Terdapat sejumlah 135 sarana kesehatan yang memiliki ijin praktek di wilayah

kerja UPT Puskesmas Kopo.

Prasarana kesehatan yang dimiliki UPT Puskesmas Kopo berupa gedung yang terdiri

atas 3 lantai dan dalam keadaan baik. Lantai 1 dan lantai 2 difokuskan sebagai tempat

pelayanan kesehatan dan pada lantai 3 terdapat Aula dan Ruangan Tata Usaha.

Prasarana transportasi di UPT Puskesmas Kopo berupa sebuah kendaraan Puskesmas

Keliling dan 3 buah motor yang digunakan untuk kegiatan Pusling dan sebagai sarana

transportasi tenaga kesehatan dalam melakukan kegiatan penyuluhan, imunisasi, konseling,

dan pelayanan kesehatan lainnya yang berlangsung di luar gedung. Saat ini terdapat

kekurangan sarana transportasi menyebabkan banyak kegiatan tidak dapat dilaksanakan

secara optimal. Tambahan sarana trasportasi diikuti dengan tambahan tenaga kerja

diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas

dalam menjangkau masyarakat.

Peralatan kesehatan yang tersedia di UPT Puskesmas Kopo saat ini sebagian besar

berada dalam kondisi baik namun jumlahnya masih kurang. Peralatan seperti tensimeter air

raksa dan stetoskop perlu ditambah karena merupakan alat yang sering digunakan di semua

pelayanan kesehatan di Puskesmas. Timbangan bayi juga perlu ditambah jumlahnya untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan bayi yaitu sebagai salah satu upaya penting untuk

kesehatan ibu dan anak.

Perlengkapan mebeler di UPT Puskesmas Kopo saat ini berada dalam kondisi yang

baik. Namun, jumlah mebeler terutama meja, kursi dan lemari arsip tidak mencukupi

dibanding dengan jumlah banyaknya ruangan yang ada. Ini menimbulkan masalah untuk

penyimpanan data Puskesmas dan cara kerja petugas Puskesmas. Kursi buat pasien juga

kurang mencukupi terutama saat pasien sedang banyak, sehingga menyebabkan

ketidaknyamanan kepada pasien saat menunggu.

4

Page 5: BAB 1 full

Peralatan kantor untuk keperluan administrasi saat ini kondisinya masih baik namun

masih belum mencukupi terutama peralatan wajib seperti komputer dan printer yang sangat

diperlukan untuk merekapitulasi data Puskesmas Kopo. Jumlah dan jenis peralatan kantor

lainnya seperti lemari es, dispenser, kompor gas, tabung gas 12 kg, dan kipas angin untuk

menunjang pelayanan telah mencukupi.

Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo adalah seperti

berikut:

Tabel 1.2 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas KopoNo. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah Lokasi1 Rumah Sakit Umum 1 Kel. Situsaeur2 Rumah Sakit Khusus - -3 Puskesmas 1 Kel. Kebonlega4 Posyandu 54 6 Kelurahan5 Dokter Umum 35 6 Kelurahan 6 Dokter Spesialis - -7 Dokter Gigi 7 Mekarwangi,Situsaeur,Kebonlega8 Dokter Gigi Spesialis 1 Kebonlega,9 Bidan Praktek 15 Situsaeur, Kebonlega, Cibaduyut Kidul,

Cibaduyut, Mekarwangi10 Poliklinik - -11 Pengobat Tradisional 8 Kebonlega, Situsaeur, Cibaduyut Kidul,

Mekarwangi12 Klinik CT SCAN - -13 Laboratorium 1 Situsaeur14 Klinik Rontgen/Radiologi Swasta - -15 Rumah Bersalin 2 Kebonlega17 Salon Kecantikan 9 Mekarwangi16 Optikal 2 Situsaeur, Kebonlega

Sumber : Laporan Tahunan UPT Puskesmas Kopo 2011

1.2.1.4 Method

Method adalah upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas baik dalam bentuk

program wajib maupun pengembangan, baik nasional ataupun lokal serta Sistem Informasi

Puskemas (SIMPUS). Secara umum, program wajib di Puskesmas adalah basic six yaitu

promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak (KIA) serta keluarga berencana (KB), kesehatan

lingkungan, penanggulangan penyakit penular (P2M), perbaikan gizi masyarakat dan

pengobatan.

5

Page 6: BAB 1 full

1.2.1.5 Market

Masyarakat di wilayah kerja serta masyarakat di luar wilayah Puskesmas yang datang

memperoleh pelayanan di Puskesmas adalah market (sasaran) sebuah Puskesmas.

Untuk memberi pelayanan kesehatan yang baik, ciri masyarakat yang mendapatkan

pelayanan harus diketahui dengan jelas.

1.2.1.5.1 Analisis Kependudukan/Demografi

Analisis kependudukan/demografi yang berkaitan dengan status kesehatan dan

menjadi masalah spesifik daerah, mencakup hal-hal seperti; 1) jumlah penduduk dan

komposisi penduduk; 2) pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk; 3) tingkat

pendidikan penduduk; 4) mata pencaharian penduduk; dan 5) jumlah penduduk miskin.

1.2.1.5.2 Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo adalah sebanyak 68.186

jiwa, 34.093 orang berjenis kelamin laki – laki dan 33.283 orang berjenis kelamin perempuan

seperti tabel di bawah.

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo

Kelompok Jumlah Laki-laki 34903Perempuan 33283Total 68186

Berdasarkan Standar Nasional Pelayanan Puskesmas yang tertulis dalam Keputusan

Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004, menyatakan bahwa setiap puskesmas

dimaksudkan untuk melayani 30.000 jiwa penduduk. Dengan jumlah penduduk di wilayah

kerja UPT Puskesmas Kopo yang berjumlah 68.186, menunjukkan beban kinerja Puskesmas

yang tinggi dalam melayani kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan

6

Page 7: BAB 1 full

Gambar 1.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo

0-5 th 6-9 th 10-19 th 20-44 th 45-59 th >60 th0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

5818 5698

12041

29272

10671

4686

Laki-lakiPerempuanJumlah

Gambar di atas menggambarkan penduduk di kecamatan Bojongloa Kidul didominasi

oleh penduduk dalam usia produktif mulai usia 20 tahun sehingga 44 tahun sebanyak 29.272

orang.

1. 2.1.5.3 Pertumbuhan dan Penyebaran Penduduk

Tabel 1.4 Pertumbuhan dan Penyebaran Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo.No Kelurahan Jumlah Rumah

Tangga (KK)Rata-rata Jiwa/KK

Kepadatan Penduduk (KM2)

Pertumbuhan Penduduk (%)

1 Kebonlega 3.659 5 25.984 0,352 Situsaeur 5.131 4 17.458 0,233 Cibaduyut 4.664 2 14.707 1,774 Cibaduyut Kidul 1.778 4 11.887 0,735 Cibaduyut Wetan 1.436 4 5.888 12,526 Mekarwangi 2.045 4 6.421 23,72

JUMLAH 18.723 4 12.816 3,82

Tabel diatas menunjukkan laju pertumbuhan dan penyebaran penduduk Kecamatan

Bojongloa Kidul dari masing-masing kelurahan. Kelurahan Mekarwangi mendapatkan laju

pertumbuhan penduduk terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo. Laju pertumbuhan

penduduk terendah terdapat di Kelurahan Situsaeur. Pengendalian kependudukan bila tidak

diikuti kebijakan kependudukan yang tepat akan berdampak pada pertumbuhan penduduk

yang tidak terkendali.

7

Jumlah

Usia

Page 8: BAB 1 full

1.2.1.5.4 Tingkat Pendidikan Penduduk

Gambar 1.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo

Tidak/

Belum se

kolah

TidakT

amat

SD

Belum ta

mat SD

Tamat

SD SMP

SMA

Akadem

i/Sarj

ana M

uda

Sarjan

a0

40008000

120001600020000

8675

3138

8380

1770213428 12389

2453 2021

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo mayoritas

adalah tamat SD yaitu sebanyak 17.702 orang (26%) dan minoritas berpendidikan sarjana

sebanyak 2.021 orang (2.9%).

Tingkat pendidikan masyarakat suatu wilayah sangat mempengaruhi perilaku

kesehatannya. Hal ini karena tingkat pendidikan berpengaruh pada perilaku masyarakat

terhadap pencarian pelayanan kesehatan, lingkungan, makanan, sikap mereka dalam

memandang konsep sehat dan sakit, serta penentuan program promotif dan preventif yang

akan dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah penerimaan mereka

dalam informasi kesehatan sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatannya.

Dilihat dari besarnya angka pendidikan yang rendah, yaitu dihitung dari SLTP

sehingga tidak tamat SD, dibutuhkan cara-cara yang efektif dan efisien dalam penyampaian

informasi sehingga masyarakat dengan mudah dapat menyerap informasi. Petugas kesehatan

harus mencari solusi yang tepat agar informasi yang disampaikan bisa diterima semaksimal

mungkin.

8

Jumlah

Page 9: BAB 1 full

1.2.1.5.5 Mata Pencaharian Penduduk

Gambar 1.4 Distribusi Penduduk Menurut Status Pekerjaan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo

Pedag

ang

PNS

TNI/P

OLRI

Pelajar

/Mah

asisw

a

Pegaw

ai sw

asta

Tani

Pensiu

nan

Lain-la

in0

10000

200009308

1578 178

2070714089

287 1055

20989Jumlah

Jumlah

Di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo, sebagian besar penduduk berstatus pekerjaan

yaitu sebanyak 20 989 orang. Status pekerjaan penduduk diurutkan berdasarkan banyaknya

yaitu lain-lain, pelajar/mahasiswa, pegawai swasta, pedagang, PNS, pensiunan, tani, dan

TNI/POLRI.

1.2.1.5.6 Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah seluruh penduduk miskin di wilayah kerja di Puskesmas Kopo adalah

sebanyak 32029 orang (49.97% dari jumlah penduduk). Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.7.

Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Miskin Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas KopoJumlah Penduduk % Penduduk

MiskinMampu Miskin Total

JUMLAH 36.157 32.029 68.186 46.97

Tingkat kemiskinan yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku

hidup bersih dan sehat. Apabila keadaan ekonomi tidak ditingkatkan, perubahan perilaku

akan sehat akan sangat sulit terjadi meskipun pengetahuan telah ditingkatkan.

1.2.2 Proses

Secara sederhana, komponen proses merupakan fungsi manajemen yang terdiri dari

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),

9

Jenis Pekerjaan

Page 10: BAB 1 full

pengawasan (controlling) dan penilaian (evaluation). Proses dilaksanakan dengan

mendayagunakan semua sumberdaya serta potensi yang ada agar dapat memberi pelayanan

yang optimal kepada masyarakat.

Proses adalah bagian atau elemen dari sistem yang berfungsi melakukan

transformasi/konversi yakni mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Proses

mengubah masukan menjadi keluaran dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dan

pelayanan kesehatan Puskesmas yang ditunjang oleh pelaksanaan standar mutu dan standar

prosedur operasional serta Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus). Berbagai jenis

proses yang dilakukan di UPT Puskesmas Kopo di antaranya kegiatan dalam gedung,

kegiatan luar gedung, dan sistem manajemen Puskesmas.

Kegiatan dalam gedung mencakup keseluruhan upaya kesehatan wajib yang berupa

basic six. Sedangkan kegiatan luar gedung di antaranya posyandu, posbindu, penyuluhan dan

home visit upaya perawatan kesehatan masyarakat. Sistem manajemen Puskesmas yang rutin

dilakukan di antaranya lokakarya bulanan (lokbul) yang diadakan setiap bulan dan

merupakan evaluasi dari kegiatan per bulan Puskesmas, lokakarya mini (lokmin) yang

diadakan tiap tiga bulan dan merupakan pelaporan hasil evaluasi kepada pemerintah kota

untuk selanjutnya ditindaklanjuti, pertemuan lintas sektoral, dan sebagainya.

1.2.3 Keluaran (Output)

Keluaran adalah hasil/produk dari sistem Puskesmas yang dapat berupa pelayanan di

dalam dan di luar gedung kepada masyarakat. Pelayanan ini terdiri dari peningkatan

(promotive), pencegahan (preventive), pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative).

Keberhasilan Puskemas dalam mengeluarkan pelayanan terbaik dapat dilihat dengan melihat

indikatornya yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya

kesehatan wajib adalah berdasarkan cakupan pelayanan Puskesmas pada program basic six.

10

Page 11: BAB 1 full

1.2.3.1 Pengobatan

1.2.3.1.1 Pasien rawat jalan

Tabel 1.6 Cakupan Rawat Jalan Umum di UPT Puskesmas Kopo Periode April-Juni 2012

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Jumlah Penduduk Pencapaian 20463 68293 30%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa cakupan rawat jalan umum di UPT Kopo

pada periode April-Juni 2012 mencapai 30%.

1.2.3.1.2 Sepuluh Penyakit Terbanyak

Berdasarkan hasil pencatatan pasien rawat jalan, didapatkan 10 penyakit terbanyak

yang ada di UPT Puskesmas Kopo periode April – Juni 2012.

Tabel 1.7 10 Penyakit Terbanyak di UPT Puskesmas Kopo Periode April-Juni 2012

No Penyakit Jumlah1 Nasofaringitis akut (common cold) 17512 Hipertensi primer (esensial) 15233 ISPA atas tidak spesifik 14604 Gastroduodenitis tidak spesifik 8645 Myalgia 8576 Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan

yang tidak terklasifikasikan349

7 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 3448 Diare dan gastroenteritis 339

9 Demam yang tidak diketahui sebabnya 29210 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 218

Sumber : Data LB1 UPT Puskesmas Kopo Bandung Tahun 2012

Dari data di atas diperoleh gambaran pola penyakit terbanyak pada seluruh kelompok

umur di UPT Puskesmas Kopo Bandung. Secara umum 10 penyakit tersebut dapat

dikelompokkan menjadi penyakit pada saluran napas, penyakit kardiovaskuler (hipertensi),

gangguan otot, penyakit saluran cerna, penyakit kulit, dan gangguan pada gigi. Penyakit

nasofaringitis akut adalah penyakit dengan jumlah terbanyak.

1.2.3.1.3 Pemakaian 10 Obat Terbanyak

11

Page 12: BAB 1 full

Tabel 1.8 Pemakaian 10 Obat Terbanyak di UPT Puskesmas Kopo Periode April-Juni 2012No Obat Jumlah

1 Paracetamol 759452 Amoksisilin 425233 Klorfeniramin Maleat/CTM 350844 Vit. B Complex 306905 Antasida DOEN tablet 186216 Ambroxol 174177 Dexamethasone 158858 Gliseril Guaiakolat 156659 Ranitidine 1116410 Hydrochlorothiazide 9702

Sumber : Data LB2 UPT Puskesmas Kopo Bandung Tahun 2012

1.2.3.2 Promosi Kesehatan

Program promosi kesehatan terdiri dari aktivitas dalam dan luar gedung.

Kegiatan di dalam gedung antara lain penyuluhan dan komunikasi

interpersonal/konseling. Sementara kegiatan luar gedung antara lain, program UKBM

(Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yaitu pembinaan Posyandu (Pos

Pelayanan Terpadu), pembinaan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), pos UKK

(Upaya Kesehatan Kerja), Dana Sehat, TOGA (Tanaman Obat Keluarga), RW Siaga,

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan penyuluhan luar gedung. Secara

keseluruhan, kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan di UPT Puskesmas Kopo

adalah seperti berikut:

a. Kegiatan Dalam dan Luar Gedung

Tabel 1.9 Kegiatan Dalam dan Luar Gedung UPT Puskesmas Kopo periode April - Juni 2012

Bulan Dalam Gedung Luar Gedung

Penyuluhan KIP/K

Penyuluhan PembentukanRW Siaga

Posyandu

April 14 287 36 40 Pratama Madya Purnama MandiriMei 11 226 29

0 6 41 7Juni - 235 -Jumlah 25 748 65 40 54

b. Kegiatan Pembinaan Posyandu

12

Page 13: BAB 1 full

Tabel 1.10 Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo periode April - Juni 2012Posyandu aktif Sasaran Pencapaian(%) Target(%) Kesenjangan(%)

54 54 100 82.0 +18

Dari data di atas, target pembinaan Posyandu Aktif di Puskesmas Kopo sudah tercapai.

c. Kegiatan Pembinaan Rw Siaga

Tabel 1.11 Jumlah RW Siaga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo periode April-Juni 2012Jumlah RW siaga Jumlah RW Pencapaian(%) Target(%) Kesenjangan(%)

40 44 90.9 80.0 +10.9

Dari tabel di atas, jumlah RW Siaga di wilayah kerja Puskesmas Kopo mencapai target.

d. Kegiatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Kegiatan PHBS di Puskesmas Kopo meliputi pelaksanaan Rumah Tangga sehat dan

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Pencapaian program ini pada tahun 2012 dapat dilihat dari

gambar dibawah.

Gambar 1.5 Persentase Rumah Tangga Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo tahun 2011

34%

66%

Presentase Rumah Tangga Sehat

RumahTangga SehatRumah Tidak Sehat

Dari gambar ini, masih banyak rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Kopo

belum mencapai target yang di harapkan yaitu 66%.

Gambar 1.6 Persentase Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo tahun 2011

81%

19%Status KADARZI

% KADARZI%Tidak KADARZI

13

Page 14: BAB 1 full

Dari gambar di atas, jumlah Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) di wilayah kerja

Puskesmas Kopo masih kurang dari target yang ditentukan yaitu 100%.

1.2.3.3 Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan (kesling) dapat dinilai melalui pemeriksaan sarana-sarana dasar

yaitu Tempat-Tempat Umum (TTU), Tempat Pengolahan Makanan (TPM), Sarana Air

Bersih (SAB), Jamban Keluarga (JAGA), Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS),

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan Rumah Sehat (RS).

Setiap bulan ditentukan target jumlah pemeriksaan untuk tiap jenis sarana dan

diharapkan cakupan pemeriksaan dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Cakupan

pemeriksaan kesehatan lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.12 Jumlah Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja UPTPuskesmas Kopo Bulan April – Juni 2012

No Sarana Sasaran Jumlah Diperiksa Persentase (%) Target (%) Kesenjangan (%)

1 TTU 46 34 73,9 75 -1,1

2 TPM 32 11 34,37 75 -40,63

3 SAB 247 290 117 80 +37

4 Rumah Sehat 272 293 107 75 +32

6 JaGa 250 293 117 75 +42

7 SPAL 248 293 118 80 +78,8

Tabel 1.13 Jumlah Sarana yang Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Bulan Bulan April – Juni 2012

No Sarana

Sarana yang Diperiksa MS

Persentase (%) Target (%) Kesenjangan (%)

1 TPM 34 26 76,4 75 +1,4

2 TTU 11 11 100 75 -25

3 SAB 290 279 96,2 80 +16,2

4 Rumah Sehat 293 232 79,18 75 +19,8

6 JaGa 293 40 13,16 75 -61,84

7 SPAL 293 52 17,74 80 -62,26

14

Page 15: BAB 1 full

Pada Tabel 1.13 dapat dilihat bahwa sebagian besar persentase cakupan pemeriksaan

sarana sebagian besar sudah mencapai Target Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) sehingga

tingkat kesehatan lingkungan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo sudah dapat ditentukan.

Sarana air bersih, TTU, TPM, SAB, dan rumah di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo

sebagian besar memenuhi syarat. Sedangkan untuk sarana JAGA dan SPAL, jumlah yang

memenuhi syarat hanya sedikit sekali karena sejak Tahun 2011 telah disepakati kriteria baru

untuk syarat JAGA dan SPAL dimana JAGA wajib disalurkan ke septic tank dan SPAL wajib

disalurkan ke selokan tertutup untuk diolah lebih lanjut, sedangkan menurut kesepakatan

sebelumnya JAGA dan SPAL memenuhi syarat bila tidak mencemari tanah dan sumber air

bersih.

Dalam wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo, terdapat industri rumah tangga dan sarana

kesehatan yang limbahnya potensial menimbulkan polusi. Industri rumah tangga yang

terbanyak adalah perajin sepatu dan pengolah makanan. Limbah yang dihasilkan berupa sisa

sampah kulit dan sisa-sisa makanan. Dalam penanganan sampah, perajin sepatu dapat

memanfaatkan sisa sampah kulit tersebut untuk kerajinan lain seperti dompet dan tas.

Sampah lainnya dikelola oleh pengurus setempat bekerja sama dengan PD Kebersihan.

Limbah medis yang berasal dari sarana kesehatan sebagian dibuang dan dikelola oleh

pihak lain yang berwenang dan sebagian lain dibakar. Penanganan limbah medis secara

sistematis penting untuk menghindari potensial menimbulkan polusi.

Dari hasil wawancara dengan petugas Kesling dan observasi langsung ditemukan

bahwa ventilasi rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat operasional industri rumah

tangga perajin sepatu sebagian besar kurang serta kurang terkena sinar matahari karena

jendela dan ventilasi terhalang tumpukan bahan baku sehingga rumah menjadi berdebu dan

lembab. Hal ini dapat dikaitkan dengan angka kejadian ISPA yang tinggi di wilayah ini

khususnya pada anak-anak.

15

Page 16: BAB 1 full

Cibaduyut, Terminal Leuwipanjang, dan Pasar Leuwipanjang adalah tiga lokasi yang

berpotensial menjadi tempat perkembangbiakan vektor tertentu, maka ketiga lokasi tersebut

harus mendapat penanganan masalah sanitasi. Penanganan sisa limbah industri sepatu dan

sampah terminal maupun pasar selama ini oleh pihak-pihak terkait cukup baik namun bila

terjadi penumpukan sampah, hal ini dapat menjadi tempat perkembangbiakan lalat sebagai

vektor penyakit diare.

1.2.3.4 Kesehatan ibu dan anak (KIA) serta keluarga berencana (KB)

Proses pencatatan dan pelaporan KIA-KB didapatkan dari program yang dilakukan di

dalam dan luar gedung. Sumber data yang diperoleh untuk program di dalam gedung

diantaranya: kartu pemeriksaan ibu hamil dan nifas, Buku KIA, KMS, dan kartu status

peserta KB. Sedangkan sumber data yang diperoleh untuk program yang dilakukan di luar

gedung, yaitu: laporan posyandu, kunjungan rumah dan laporan bidan praktek swasta.

Data-data yang didapatkan baik dari dalam gedung maupun luar gedung dimasukkan

ke dalam kohort ibu, kohort bayi dan kohort balita.. Data yang terdapat dalam kohort

seterusnya akan dilaporkan setiap bulannya dalam LB 3 yang akan dicantumkan dalam

laporan puskesmas ke dinas kesehatan setiap bulan. Selain kohort, pencatatan juga dapat

dilakukan pada PWS (Pemantauan Wilayah Setempat).

1.2.3.4.1 Kesehatan Ibu

Tabel 1.14 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 UPT Puskesmas Kopo periode April – Juni 2012

April Mei Juni Jumlah Sasaran per tahun

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

152 142 143 437 1921 22,75 23,76 -1,01

Dari data bulan April sampai Juni hanya 437 orang ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan K4 sehingga cakupannya adalah 22,75%. Target yang harus dicapai adalah

23,76%. Jadi terdapat kesenjangan sebesar -1,01%.

16

Page 17: BAB 1 full

Tabel 1.15 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Kopo periode April – Juni 2012

April Mei Juni Jumlah Sasaran per tahun

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

147 141 138 426 1833 23,24 22,5 +0,74

Dari data bulan April sampai Juni 2012 hanya 426 orang ibu yang mendapat

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sehingga cakupannya adalah 23,24%. Target

yang harus dicapai adalah 22,5%. Jadi tidak terdapat kesenjangan, malah melebihi target

sebesar +0,74%.

Tabel 1.16 Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang Ditangani UPT Puskesmas Kopo pada Periode April – Juni 2012

April Mei Juni Jumlah Sasaran per tahun

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

25 23 26 74 384 19,27 20,01 -0,74

Dari data bulan April sampai Juni 2012 hanya 74 orang ibu hamil risiko tinggi

sehingga cakupannya adalah 19,27%. Target yang harus dicapai adalah 20,01%. Jadi terdapat

kesenjangan sebesar -0,74%.

Tabel 1.17 Cakupan Pelayanan Nifas UPT Puskesmas Kopo pada Periode April – Juni 2012

April Mei Juni Jumlah Sasaran per tahun

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

147 141 138 426 1833 23,24 22,5 +0,74

Dari data bulan April sampai Juni 2012 hanya 426 orang ibu yang mendapatkan

pelayanan nifas sehingga cakupannya adalah 23,24%. Target yang harus dicapai adalah

22,5%. Jadi tidak terdapat kesenjangan, malah melebihi target sebesar +0.74%.

17

Page 18: BAB 1 full

Tabel 1.18 Cakupan Peserta KB UPT Puskesmas Kopo pada periode April – Juni 2012

April Mei Juni Jumlah Sasaran Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

9845 9990 10049 29884 34775 87 70 +17

Dari data bulan April sampai Juni 2012 terdapat 29884 peserta KB aktif sehingga

cakupannya adalah 87%. Target yang harus dicapai adalah 70%. Jadi tidak terdapat

kesenjangan, malah melebihi target sebesar +17%.

1.2.3.4.2 Kesehatan Bayi

Tabel 1.19 Cakupan Neonatal dengan Komplikasi yang Ditangani pada Periode April – Juni 2012

April Mei Juni JumlahSasaran

per TahunCakupan

(%)Target

(%)Kesenjangan

(%)18 18 14 50 254 19,69 20,01 -0,32

Dari data bulan April sampai Juni terdapat 50 orang neonatus dengan komplikasi yang

dapat ditangani, sehingga cakupannya adalah 19,69%. Target yang harus dicapai selama 3

bulan adalah 20,01%. Jadi terdapat kesenjangan sebesar -0,32%.

Tabel 1.20 Cakupan Kunjungan Bayi (29 hari - 11 bulan) UPT Puskesmas Kopo pada Periode April – Juni 2012

April Mei Juni JumlahSasaran

per Tahun

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

142 130 104 376 1694 22,19 22,5 -0,31

Jumlah bayi yang mendapat pelayanan kesehatan pada bulan April sampai Juni 2012

adalah 376 orang. Sehingga cakupan kunjungan bayi pada periode bulan April sampai Juni

2012 adalah 22,19%. Jadi terdapat kesenjangan sebesar -0.31%.

1.2.3.4.3 Kesehatan Balita

18

Page 19: BAB 1 full

Tabel 1.21 Cakupan Pelayanan Balita (12-59 bulan) UPT Puskesmas Kopo periode April – Juni 2012

April Mei Juni JumlahSasaran

per Tahun

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

595 318 64 977 5225 18,7 22,5 -3,8

Definisi operasional cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12 sampai 59

bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun,

pemantauan perkembangan (SDIDTK) minimal 2 kali setahun, serta pemberian Vitamin A 2

kali setahun.

Dari data bulan April sampai Juni hanya 977 anak balita yang mendapatkan pelayanan

anak balita sehingga cakupannya adalah 18,7%. Target yang harus dicapai selama April

sampai Juni tahun 2012 adalah 65%. Jadi terdapat kesenjangan sebesar -3,8%.

1.2.3.5 Penanggulangan Penyakit Menular (P2M)

Indikator keberhasilan pelayanan P2M adalah berdasarkan cakupan imunisasi dan

penyakit menular.

1.2.3.5.1 Imunisasi

Data cakupan imunisasi di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo periode April

sehingga Juni 2012 didapatkan dari dalam dan luar gedung.

Imunisasi adalah pemberian lima imunisasi lengkap yaitu vaksin BCG, hepatitis B

(HepB) , Difteri Pertusis Tetanus (DPT), polio dan campak. Cakupan imunisasi dapat dilihat

di tabel berikut:

Tabel 1.22 Cakupan Imunisasi BCG di UPT Puskesmas Kopo Periode April hingga Juni 2012

April Mei JuniCakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Kebonlega 43.8 26.64 +17,16 46.3 33.3 +13 51.2 40 +11,2Situsaeur 51.7 26.64 +25,06 65.6 33.3 +32,3 77.1 40 +37,1

19

Page 20: BAB 1 full

Cibaduyut 32.7 26.64 +6,06 42.5 33.3 +9,2 54.7 40 +14,7Cibaduyut

Kidul36.1 26.64 +9,45 77.1 33.3 +43,8 85.9 40 +45,9

Cibaduyut Wetan

33.1 26.64 +6,46 34.9 33.3 +1,6 40.7 40 +0,7

Mekarwangi

52.8 26.64 +25,16 62.5 33.3 +29,2 67 40 +27

Dari tabel menunjukkan target telah dicapai di setiap kelurahan.

Tabel 1.23 Cakupan Imunisasi DPTHB 3 di UPT Puskesmas Kopo Periode April hingga Juni 2012

April Mei JuniCakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Kebonlega 38.2 26.64 +11,56 47.5 33.3 +14,2 52.8 40 +12,8Situsaeur 41.7 26.64 +15,06 50.1 33.3 +16,8 55.2 40 +15,2Cibaduyut 27.5 26.64 +0,86 36.7 33.3 +3,4 47.1 40 +7,1Cibaduyut

Kidul33.9 26.64 +7,26 50 33.3 +16,7 58.9 40 +18,9

Cibaduyut Wetan

29.1 26.64 +2,46 31.4 33.3 -1,9 39 40 -1

Mekarwangi

38.1 26.64 +1,46 44.3 33.3 +11 48.1 40 +8,1

Dari tabel, masih terdapat kesenjangan di Kelurahan Cibaduyut Wetan pada bulan Mei

dan bulan Juni sebesar -1,9% dan -1% masing-masing. Hal ini disebabkan masih belum

terdapat sinkronisasi dalam mendata bayi yang telah diimunisasi antara kader dan petugas

kesehatan.

Tabel 1.24 Cakupan Imunisasi Polio 4 di UPT Puskesmas Kopo Periode April hingga Juni 2012April Mei Juni

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Kebonlega 36.6 26.64 +9,96 46.5 33.3 +13,2 50.7 40 +10,7Situsaeur 39.9 26.64 +13,26 48.1 33.3 +14,8 54.7 40 +14,7Cibaduyut 24.5 26.64 -2,14 31.5 33.3 -1,8 41 40 +1Cibaduyut

Kidul33.9 26.64 +7,26 49.5 33.3 +16,2 56.8 40 +16,8

Cibaduyut Wetan

34.3 26.64 +7,66 34.9 33.3 +1,6 41.9 40 +1,9

Mekarwangi

40.3 26.64 +13,66 46 33.3 +12,7 49.4 40 +9,4

Dari tabel dapat dilihat di Kelurahan Cibaduyut masih terdapat kesenjangan pada bulan

April sebesar -2,14% dan bulan Mei sebesar -1,8%. Hal ini disebabkan pencatatan dan

20

Page 21: BAB 1 full

pelaporan di lapangan tidak tercatat semasa bayi diimunisasi di posyandu dan petugas serta

kader sinkron antara satu dengan yang lain.

21

Page 22: BAB 1 full

Tabel 1.25 Cakupan Imunisasi Campak di UPT Puskesmas Kopo Periode April hingga Juni 2012

April Mei JuniCakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Kebonlega 30.1 26.64 +3,46 38 33.3 +4,7 42.4 40 +2,4Situsaeur 22.9 26.64 -3,74 29 33.3 -4,3 39.4 40 -0,6Cibaduyut 29.7 26.64 +3,06 37 33.3 +3,7 41.6 40 +1,6Cibaduyut

Kidul24 26.64 -2,64 32.3 33.3 -1 39.1 40 -0,9

Cibaduyut Wetan

26.2 26.64 -0,44 26.7 33.3 -6,6 34.9 40 -5,1

Mekarwangi

35.2 26.64 +8,56 37.5 33.3 +4,2 49.4 40 +9,4

Dari tabel dapat dilihat masih terdapat kesenjangan di Kelurahan Situsaeur pada bulan

April sebesar -3,74% bulan Mei sebesar -4,3% dan bulan Juni sebesar -0,6%. Kelurahan

Cibaduyut Kidul juga masih terdapat kesenjangan di bulan April sebesar -2,64%, bulan Mei

sebesar -1% dan bulan Juni sebesar -0,9%. Pada Kelurahan Cibaduyut Wetan terdapat

kesenjangan di bulan April sebesar -0,44%, bulan Mei sebesar -6,6% dan bulan Juni sebesar -

5,1%.

1.2.3.4.2 Penyakit menular

Penyakit menular yang ditangani di UPT Puskesmas Kopo adalah penyakit diare,

pneumonia, tuberkulosis (TB), demam berdarah dengue (DBD), campak dan HIV/AIDS.

Data kasus didapatkan dari kader dan petugas kesehatan mencakup data dalam dan luar

gedung. Tabel menunjukkan cakupan penyakit menular pada bulan April hingga Juni 2012 di

UPT Puskesmas Kopo.

Tabel 1.26 Cakupan penyakit menular di UPT Puskesmas Kopo Periode April 2012April

Jumlah Sasaran Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Diare 126 2998 4,20 25 -20,8Pneumonia 82 729 11,2 28,66 -17,46

TB 24 78 33,33 26.6 +6.73

22

Page 23: BAB 1 full

Tabel 1.27 Cakupan penyakit menular di UPT Puskesmas Kopo Periode Mei 2012Mei

Jumlah Sasaran Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Diare 149 2842 5,24 31 -25,76Pneumonia 55 692 7,94 36 -28,06

TB 26 90 28,88 35,3 -6,42

Tabel 1.28 Cakupan penyakit menular di UPT Puskesmas Kopo Periode Juni 2012Juni

Jumlah Sasaran Cakupan (%)

Target (%)

Kesenjangan (%)

Diare 123 2147 5,72 37,5 -31,78Pneumonia 57 522 10,91 43 -32,09

TB 32 90 35,55 40 -4,45

Secara keseluruhan masih terdapat kesenjangan pada cakupan penyakit diare,

pneumonia, dan TB. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat akan pentingnya

pengobatan masih kurang; kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA;

pencatatan dan pelaporan penderita di lapangan belum optimal; pasien banyak yang berobat

ke dokter swasta dan data tidak terekapitulasi; dan masyarakat merasa penyakit diare bukan

penyakit berbahaya dan melakukan pengobatan sendiri.

Cakupan penderita DBD, campak dan HIV/AIDS berdasarkan jumlah kasus yang

ditangani di UPT Puskesmas Kopo dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 1.29 Cakupan penyakit DBD, Campak dan HIV/AIDS di Puskesmas Kopo periode April-Juni 2012

Penyakit April Mei Juni JumlahDBD 1 4 4 9Campak 0 1 0 1HIV/AIDS 0 0 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah penderita DBD yang ditangani di UPT

Puskesmas Kopo periode April hingga Juni 2012 adalah sebanyak 9 orang, sementara

penderita campak 1 orang dan HIV/AIDS adalah sebanyak 1 orang.

23

Page 24: BAB 1 full

1.2.3.6 Upaya Perbaikan Gizi

Kegiatan upaya perbaikan gizi di UPT Puskesmas Kopo bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan bayi, balita, ibu hamil, dan ibu nifas serta tujuan lainnya

adalah memantau pertumbuhan dan perkembangan balita.

Data mengenai perbaikan gizi masyarakat diambil dari Laporan Bulanan 3 (LB 3)

UPT Puskesmas Kopo. Kegiatan upaya perbaikan gizi yang dilakukan di UPT Puskesmas

Kopo adalah sebagai berikut:

12.3.6.1 Kegiatan Penimbangan Balita

Terdapat penurunan jumlah balita yang datang untuk ditimbang pada bulan Mei

berbanding dengan jumlah balita yang datang untuk ditimbang pada bulan April namun pada

bulan Juni terdapat peningkatan jumlah balita yang ditimbang. Tabel 1.43 menunjukkan data

penimbangan balita pada kegiatan posyandu periode April hingga Juni 2012.

Tabel 1.30 SKDN Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012Bulan S K D N BGMApril 5189 5103 4196 2835 30Mei 5089 4912 4136 2667 42Juni 5188 5025 4204 2763 34

Keterangan:K = Jumlah balita yang memiliki KMS bulan ini di wilayah kerja PosyanduD = Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja PosyanduN = Jumlah balita yang naik berat badannya pada bulan ini di wilayah kerja PosyanduS = Jumlah seluruh balita di wilayah kerja Posyandu BGM = Jumlah anak balita dengan berat badan dibanding umur berada di bawah garis merah pada KMS

1.2.3.6.2 Persentase Balita yang Naik Berat Badannya

Tabel 1.31 Balita terdaftar yang mempunyai KMS per seluruhnya (K/S%) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

K S K/S % Target (%) Kesenjangan (%)

April 5103 5189 98.34 90 +8.34Mei 4912 5089 96.5 90 +6.5Juni 5025 5188 96.9 90 +6.9Total 15040 15466 97.24 90 +7.24

Sumber : Laporan LB 3 Gizi

Tabel 1.32 Balita terdaftar yang ditimbang per seluruhnya (D/S%) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

D S D/S % Target (%) Kesenjangan (%)April 4169 5189 80.34 85 -4.66Mei 4136 5089 81.27 85 -3.73

24

Page 25: BAB 1 full

Juni 4204 5188 81.03 85 -3.97total 12509 15466 80.88 85 -4.12

Sumber : Laporan LB 3 Gizi

Tabel 1.33 Balita terdaftar yang naik berat badan per ditimbang (N/D%) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

N D N/D % Target (%)Kesenjangan

(%)April 2835 4169 68 70 -2Mei 2667 4136 64.48 70 -5.52Juni 2763 4204 65.72 70 -4.28total 8265 12509 66.07 70 -3.93

Sumber : Laporan LB 3 Gizi

Tabel 1.34 Balita Gizi Buruk (BGM/S%) di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

BGM S BGM/S % Target (%) Kesenjangan (%)

April 30 5189 0.58 <1 0.42Mei 42 5089 0.83 <1 0.17Juni 34 5188 0.66 <1 0.34total 21 15466 0.14 <1 0.86

Sumber : Laporan LB 3 Gizi

Gambar 1.7 Proporsi D/S, N/D, K/S, dan BGM/S di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

Keterangan: Target pencapaiannya adalah sebesar:1. K/S (tingkat liputan program) = 90%2. D/S (tingkat partisipasi masyarakat)= 85%3. N/D (tingkat keberhasilan program penimbangan)= 70%4. BGM/S (Balita Gizi Buruk) = < 1%

Dari gambar di atas, dapat dilihat tingkat partisipasi masyarakat dalam program

posyandu meningkat sepanjang bulan April hingga Juni namun target minimal yang

ditetapkan masih belum dicapai. Tingkat liputan program telah mencapai target minimal yang

telah ditetapkan yaitu sebanyak 90%. Persentase balita yang naik berat badannya dibanding

25

Page 26: BAB 1 full

dengan jumlah balita yang datang ke posyandu masih belum mencapai target 70%. Ini

menunjukkan masih banyak balita dengan status gizi buruk tidak terdeteksi sepanjang periode

April hingga Juni 2012. Definisi gizi buruk yang digunakan di puskesmas adalah pengukuran

berat badan dibanding umur (BB/U) dan dilihat berdasarkan WHO 2005. Persentase balita

dengan gizi buruk sepanjang bulan April sehingga bulan Juni tidak melebihi dari target

maksimal yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 1%.

1.2.3.6.3 Pemberian Vitamin A pada Balita

Tabel 1.48 Distribusi Vitamin A pada Balita 6-11 bulan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Tahun 2011-2012

PERIODE Balita 6-11 bulanJumlah Sasaran Cakupan (%) Target (%) Kesenjangan (%)

Februari 2011 673 947 71.07 85 -13.93Agustus 2011 695 1153 60.28 85 -24.72Februari 2012 570 1092 52.25 85 -32.75

Sumber : Laporan Hasil Kegiatan Gizi 2011-2012

Tabel 1.49 Distribusi Vitamin A pada Balita 12-59 bulan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Tahun 2011-2012

PERIODE Balita 12-59 bulanJumlah Sasaran Cakupan (%) Target (%) Kesenjangan (%)

Februari 2011 4196 4353 96.39 85 +11.39Agustus 2011 3701 3922 94.37 85 +9.37Februari 2012 3916 3950 99.14 85 +14.14

Sumber : Laporan Hasil Kegiatan Gizi 2011-2012

Tabel di atas menunjukkan masih terdapat kesenjangan pada pemberian vitamin A

yang besar pada balita dengan usia 6-11 bulan dengan masing-masing kesenjangan sebanyak

-13.9% pada bulan Februari 2011, -24.72% pada bulan Agustus 2011 dan terbesar pada bulan

Februari 2012 sebanyak -32.75%. Distribusi vitamin A pada Balita usia 12-59 bulan sudah

mencapai target minimal yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 85%.

1.2.3.6.4 Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Berdasarkan tabel 1.50 pemberian vitamin A pada ibu nifas sepanjang bulan April

sampai Juni 2012 sudah mencapai target minimal yang ditetapkan yaitu sebanyak 90% .

Tabel 1.50 Distribusi Vitamin A pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Jun 2012

Bulan Jumlah Sasaran Cakupan (%) Target (%) Kesenjangan (%)April 147 152 96.71 90 +6.71

26

Page 27: BAB 1 full

Mei 141 149 94.63 90 +4.63Juni 138 126 109.52 90 +19.52Total 426 427 99.76 90 +9.76

1.2.3.6.5 Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil

Tabel 1.51 Distribusi Tablet Fe3 pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

Bulan Jumlah Sasaran Cakupan(%) Target (%) Kesenjangan (%) April 253 1920 13.18 7.99 +5.19Mei 210 1920 10.93 7.99 +2.94Juni 221 1920 11.51 7.99 +3.52Total 684 1920 35.62 23.96 +11.65

Berdasarkan tabel di atas, pemberian tablet Fe3 pada ibu hamil sepanjang bulan April

sehingga bulan Juni sudah mencapai target kumulatif minimal yang ditetapkan yaitu

sebanyak 23.96%.

1.2.3.6.6 ASI Eksklusif pada Bayi umur 0- 6 Bulan

Berdasarkan Tabel 1.52, pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0 sampai 6 bulan

sepanjang bulan April sampai Juni 2012 masih belum mencapai target kumulatif minimal

yang ditetapkan yaitu sebanyak 26.64%.

Tabel 1.52 ASI Eksklusif pada Bayi umur 0 - 6 Bulan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Periode April – Juni 2012

Bulan Jumlah Sasaran Cakupan(%) Target (%) Kesenjangan (%)April 52 1834 2.83 8.88 -6.04Mei 53 1834 2.89 8.88 -5.99Juni 73 1834 3.98 8.88 -4.9Total 178 1834 9.7 26.64 -16.94

1.3 Identifikasi Masalah

Masalah adalah adanya ketidaksesuaian antara kenyataan dengan yang diharapkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut , dapat menggunakan berbagai cara, salah satunya dengan

menggunakan Skilus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle). Berikut adalah siklus

pemecahan masalah:

27

Page 28: BAB 1 full

Gambar 1.8 Siklus Pemecahan Masalah

Dalam pemecahan masalah, langkah pertama yang harus diambil adalah identifikasi

yang dilakukan dengan cara mengintervensi atau mengumpulkan masalah-masalah yang ada.

Di bidang kesehatan masyarakat, masalah dibagi menjadi masalah kesehatan dan masalah

pelayanan kesehatan.

1.3.1 Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan dapat dilihat berdasarkan angka kesakitan (morbiditas), angka

kematian absolut (mortalitas) dan masalah gizi. Masalah kesehatan juga merupakan masalah

kesehatan global berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs), dan masalah nasional

berdasarkan Visi Indonesia Sehat 2015. Masalah kesehatan juga dapat dilihat melalui

masalah lokal yang didapatkan dari data di UPT Puskesmas Kopo.

1.3.1.1 Mortalitas

28

Identifikasi Masalah

Prioritas Masalah

Penentuan Penyebab Masalah

Penentuan Alternatif

Pemecahan Masalah

Pemecahan Masalah Terpilih

Pelaksanaan Pemecahan

Masalah

Penilaian Hasil Kegiatan

Page 29: BAB 1 full

Angka kematian digambarkan melalui angka kematian ibu (AKI), angka kematian

bayi (AKB), dan angka kematian balita. Di UPT Puskesmas Kopo, angka ini tidak dapat

dihitung karena dibutuhkan pembagi sebanyak 100.000 penduduk untuk mendapatkan angka

tersebut.

Sepanjang periode April hingga Juni 2012, tidak terdapat kematian ibu. Sementara itu,

terdapat 2 kematian bayi selama periode April hingga Juni 2012 dan terdapat sebanyak 1

kematian balita sepanjang periode tersebut.

1.3.1.2 Morbiditas

Angka kesakitan dilihat dari sepuluh penyakit dengan kunjungan terbanyak yang ada

di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo untuk periode April sampai Juni 2012.

Tabel. 1. 53 10 Penyakit Terbanyak di UPT Puskesmas Kopo Periode April-Juni 2012

No Penyakit Jumlah1 Nasofaringitis akuta (common cold) 17512 Hipertensi primer (esensial) 15233 ISPA atas tidak spesifik 14604 Gastroduodenitis tidak spesifik 8645 Myalgia 8576 Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak

terklasifikasikan349

7 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 3448 Diare dan gastroenteritis 339

9 Demam yang tidak diketahui sebabnya 29210 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 218

1.3.1.3 Status gizi

Masih terdapat banyak balita di Bawah Garis Merah (BGM) di wilayah UPT Kerja

Puskesmas Kopo yaitu sebanyak 105 orang anak balita. Kasus gizi buruk seperti kwasiorkor

29

Page 30: BAB 1 full

dan marasmus tidak ditemukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo sepanjang periode

April hingga Juni 2012.

1.3.2 Masalah Pelayanan Kesehatan

Masalah pelayanan kesehatan merupakan masalah yang berhubungan dengan program

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. Masalah pelayanan kesehatan dapat

dilihat dari sistem manajemen dan cakupan program.

1.3.2.1 Sistem Manajemen

Sistem manajemen terbagi atas sumber daya manusia dan sistem informasi pencatatan

dan pelaporan data. Dari kedua hal di atas ditemukan adanya masalah, yaitu kurangnya

jumlah dan kedisiplinan sumber daya manusia serta sistem pencatatan dan pelaporan data

yang kurang efisien.

1.3.2.2 Cakupan Program

Dari beberapa program yang ada di puskesmas, ditemukan adanya kesenjangan, yang

dapat dilihat pada tabel 1.53.

Tabel 1.54 Pencapaian Pelayanan UPT Puskesmas Kopo Periode April-Juni 2012

No Indikator Cakupan (%)

Target (%) Kesenjangan (%)

1 Jamban Keluarga (JaGa) 13.65 77 -63.352 Pengawasan dan Pembuangan Sampah dan Limbah (SPAL) 17.74 55 -37.263 Pemberian Vitamin A Balita 6-11 bulan 60.71 85 -24.294 Kunjungan BP MTBS 76.96 100 -23.045 Cakupan ASI Eksklusif 9.7 26.64 -16.946 Kunjungan Klinik Lansia 12.29 17.49 -5.27 TPM 76.47 81.6 -5.138 Persentase Balita terdaftar yang ditimbang per seluruh balita 80.88 85 -4.129 Persentase Balita yang berat badan naik per yang ditimbang 66.07 70 -3.9310 Pelayanan Balita 18.7 22.5 -3.811 Kunjungan K4 22.75 23.76 -1.0112 Komplikasi Bumil 19.27 20.01 -0.74

30

Page 31: BAB 1 full

13 Komplikasi Neonatal 19.69 20.01 -0.3214 Kunjungan Bayi (1-12 bulan) 22.19 22.5 -0.31

Urutan besarnya masalah diatas tidak menggambarkan prioritas masalah yang harus

diutamakan. oleh karena itu, diperlukan analisis lebih lanjut terhadap pentingnya masalah

yang akan dipecahkan.

1.4 Prioritas Masalah

Prioritas masalah adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

menggunakan metode tertentu untuk menentukan kriteria atau urutan masalah. Prioritas

masalah dilakukan dengan meningatkan banyaknya masalah yang mungkin muncul akan

tetapi kemampuan mengatasi masalah ada batasnya seperti keterbatasan sumber daya,

teknologi dan keterkaitan antara satu masalah dengan masalah yang lain.

Terdapat 2 teknik penentuan prioritas masalah, yaitu teknik skoring dan non-skoring.

Teknik skoring antara lain adalah Matriks Kriteria, Hanlon, Pan American Health

Organization (PAHO) dan teknik USG. Untuk teknik non-skoring antara lain adalah Metode

Delbecq dan Metode Delphi.

1.4.1 Prioritas Masalah Pelayanan Kesehatan

Prioritas masalah pelayanan kesehatan ditentukan berdasaran kesenjangan dan

menggunakan metode USG.

Tabel 1.55 Prioritas Masalah Pelayanan Kesehatandi Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo

No Indikator Cakupan (%) Target (%) Kesenjangan (%)

1 Jamban Keluarga (JaGa) 13.65 77 -63.35

2Pengawasan dan Pembuangan Sampah dan Limbah (SPAL)

17.74 55 -37.26

3 Pemberian Vitamin A Balita 6-11 bulan 60.71 85 -24.29

4 Kunjungan BP MTBS 76.96 100 -23.04

31

Page 32: BAB 1 full

5 Cakupan ASI Eksklusif 9.7 26.64 -16.94

6 Kunjungan Klinik Lansia 12.29 17.49 -5.2

7 TPM 76.47 81.6 -5.13

8Persentase Balita terdaftar yang ditimbang per seluruh balita

80.88 85 -4.12

9Persentase Balita yang berat badan naik per yang ditimbang

66.07 70 -3.93

10 Pelayanan Balita 18.7 22.5 -3.8

11 Kunjungan K4 22.75 23.76 -1.01

12 Komplikasi Bumil 19.27 20.01 -0.74

13 Komplikasi Neonatal 19.69 20.01 -0.32

14 Kunjungan Bayi (1-12 bulan) 22.19 22.5 -0.31

1.4.1.1 Metode USG

Salah satu cara untuk menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik skoring

adalah dengan menggunakan Metode USG. Proses metode USG dilaksanakan dengan

memperhatikan urgensi dari masalah yang timbul, tingkat keseriusan masalah yang dihadapi,

serta kemungkinan untuk masalah tersebut untuk berkembang menjadi lebih besar. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari ketersediaan waktu, apakah mendesak atau

tidak masalah tersebut untuk diselesaikan.

2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yaitu dengan melihat dampak

masalah tersebut terhadap produktifitas kerja serta pengaruhnya terhadap

keberhasilan.

3. Growth atau tingkat perkembangan masalah, yakni apakah masalah tersebut

berkembang sehingga sulit untuk dicegah.

Cara perhitungan ketiga indikator yaitu dengan mengumpulkan sejumlah ahli yang

kemudian akan memberikan skor (skala 1 sampai 8) untuk setiap indikator dari masing–

masing masalah. Skor dari masing–masing indikator dari setiap masalah kemudian akan

32

Page 33: BAB 1 full

dirata–ratakan. Setelah itu nilai skor dari masing–masing indikator dikalikan sesuai masalah.

Ranking ditentukan berdasarkan skor yang tertinggi sampai yang terendah. Total skor yang

tertinggi merupakan prioritas masalah.

Tabel 1.56 Metode USG Pada Indikator yang Masih Memiliki Kesenjangan

Indikator Urgency Seriousness Growth UxSxG

Pelayanan Balita 6 6 5 180Pelayanan Ibu Hamil K4

7 8 7 392

Melalui analisis dan diskusi bersama pihak puskesmas, masalah pelayanan kesehatan

kami pilih sebagai masalah yang kami prioritaskan. Alasan pemilihan masalah pelayanan

kesehatan adalah karena permintaan dari pihak puskesmas yang menghendaki prioritas

masalah diambil dari kedua masalah di bidang kesehatan masyarakat yaitu masalah kesehatan

dan masalah pelayanan kesehatan.

Dari data yang diperoleh selama tiga bulan terakhir, pelayanan balita merupakan

masalah pelayanan yang masih mempunyai kesenjangan dan termasuk dalam Standar

Pelayanan Minimal. Berdasarkan perkiraan USG, masalah pelayanan balita berada dalam

urutan kedua tertinggi setelah pelayanan ibu hamil K4. Masalah kunjungan ibu hamil K4

tidak kami ambil sebagai prioritas masalah karena berdasarkan informasi dari bidan pembina

wilayah, kunjungan ibu hamil K4 berkurang karena kebanyakan ibu hamil yang menerima

pelayanan kesehatan adalah pasien musiman menyebabkan pencatatan kohort tidak lengkap.

Gambar 1.7 : Mind – mapping Tentang Pemecahan Masalah Kunjungan K4 Ibu Hamil

33

Page 34: BAB 1 full

Setelah diskusi lebih lanjut dengan pihak puskesmas, kami memilih masalah

kunjungan balita sebagai masalah utama pelayanan kesehatan yang akan kami tanggulangi

dengan pertimbangan bahwa masih terdapat kesenjangan dalam masalah kunjungan balita,

kunjungan balita penting dalam memantau perkembangan anak dan pihak puskesmas juga

memerlukan bantuan dalam memperbaiki jumlah kunjungan balita.

Gambar 1.8 : Mind – mapping Tentang Pemecahan Masalah Pelayanan Balita

34

Page 35: BAB 1 full

1.5 Rumusan Masalah

Pelayanan kesehatan balita adalah kunjungan balita ke pelayanan kesehatan yang harus

mencakup minimal 8 kali kunjungan dalam setahun berupa penimbangan berat badan,

pemberian vitamin A 2 kali setahun dan pemeriksaan SDIDTK 2 kali setahun. Masalah

kunjungan balita ke pelayanan kesehatan merupakan masalah pelayanan kesehatan yang

masih mempunyai kesenjangan di UPT Puskesmas Kopo dengan nilai sebanyak -3.8%.

1.6 Identifikasi Penyebab Masalah

Identifikasi penyebab masalah dilakukan untuk memahami sebab-sebab utama

munculnya masalah. Identifikasi penyebab potensial dilakukan dengan menggunakan analisis

faktor resiko berdasarkan faktor input (man, money, material, method, market).

Tabel 1.57 Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab Masalah Biaya Kesulitan teknis

Dampak Penolakan terhadap

perubahan

Waktu yang diperlukan

Total

PMT-Penyuluhan tidak menarik

3 3 3 3 3 243

Pencatatan dan pelaporan belum optimal

3 3 3 2 3 162

1.7 Identifikasi Alternatif Penyelesaian Masalah

Alternatif penyelesaian masalah adalah mencari cara untuk menangani masalah

tersebut. Untuk masalah ini, kurangnya variasi dalam penyediaan PMT-penyuluhan

menyebabkan kunjungan balita berkurang ke Posyandu. Berikut adalah beberapa alternatif

untuk mengatasi masalah tersebut :

1. Penyuluhan tentang memvariasikan makanan untuk menarik minat balita ke

posyandu namun tetap sesuai dengan anggaran

35

Page 36: BAB 1 full

2. Penyuluhan tentang dana usaha

1.8 Prioritas Penanggulangan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana dan sumber daya manusia, maka tidak mungkin

seluruh alternatif pemecahan masalah tersebut dilaksanakan. Perlu dilakukan pemilihan untuk

menentukan alternatif mana yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Pemilihan dilakukan

dengan pemeringkatan solusi masalah menggunakan teknik skoring 1 hngga 3 untuk kategori:

biaya, kesulitan teknis, dampak, penolakan terhadap perubahan dan waktu yang diperlukan.

Tabel 1.58 Prioritas Penanggulangan Masalah

Tindakan Biaya Kesulitan teknis

Dampak Penolakan terhadap

perubahan

Waktu yang diperlukan

Total

Penyuluhan tentang memvariasikan makanan untuk

menarik minat balita ke posyandu namun tetap sesuai dengan

anggaran

1 3 3 3 3 81

Penyuluhan tentang dana usaha 3 1 3 1 1 9

Dari pemeringkatan solusi masalah, solusi masalah dengan nilai tertinggi adalah

penyuluhan kepada ibu kader mengenai pemvariasian makanan PMT-Penyuluhan.

Kelurahan Situsaeur dipilih sebagai tempat pelaksanaan solusi karena di kelurahan

tersebut mempunyai jumlah kunjungan balita yang rendah ke posyandu, jumlah penduduk

yang padat, dan sosio-ekonomi menengah ke bawah.

36