1 bab kata pengantar full

Upload: inland-sea-sea

Post on 05-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    1/68

    PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN

    KOMPOSIT DENGAN VARIASI FILLER 

    SKRIPSI

     Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat sarjana teknik (S1) pada

     Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    Anggit Eka Sumarna

    3331090116

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

    CILEGON-BANTEN

    2016

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    2/68

    iii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Yang bertanda tangan dibawah ini,

     Nama : Anggit Eka Sumarna

     NPM : 3331090116

    Judul : PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI

    PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI FILLER 

    Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    MENYATAKAN

    Bahwa skripsi ini hasil karya sendiri dan tidak ada duplikat dengan karya orang lain,

    kecuali sumber informasi yang berasal atau dikutip karya yang telah diterbitkan

    maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang

    dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Cilegon, Februari 2016

    Anggit Eka Sumarna

     NIM. 3331090116

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    3/68

    iv

    ABSTRAK

    Potensi limbah Pelepah kelapa sawit yang kurang dimanfaatkan menjadi inspirasi

    untuk pembuatan papan komposit dari limbah tersebut. Pembuatan papan komposit

    dari pelepah kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan produk yang ramah

    lingkungan dan memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan yang ada di

     pasaran. Bahan yang digunakan adalah serat pelepah kelapa sawit, serbuk kayu

    sengon, mahoni, bayur, abu sekam padi, resin epoxy dan PVAc. Fraksi volume dari

    komposit ini adalah serat pelepah kelapa sawit 15%, serbuk kayu 50%, abu sekam

    50%, resin epoxy  15% dan lem fox 20%. Pembuatan bahan dilakukakn dengan

    metodecold press single punch

    dengan tekanan 300 kg/cm

    2.Karakteristik bahan

    yang diteliti yaitu luas permukaan pori, pengembangan tebal, kekerasan, impak,

     bending serta pengamatan SEM. Dari hasil pengujian diperoleh papan komposit

    dengan karakteristik optimum yaitu pada papan komposit  filler   mahoni. Papan

    komposit  filler   mahoni memiliki nilai diameter pori 2.0288 (nm), pengembangan

    tebal 1.2 %, kekerasan 43 N/mm2, nilai max force 34.6025 N, batas elastisitas

    641.646  N/mm2, nilai impak 3.540 kj/m2.

    Kata kunci: variasi filler , serat pelepah kelapa sawit, papan komposit

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    4/68

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

    memberikan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    yang berjudul  Pemanfaatan Limbah Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Papan

     Komposit Dengan Variasi Filler. Shalawat serta salam selalu menyertai Nabi Besar

    Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

    Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

     program studi S1 dan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Disamping itu untuk menambah pengetahuan

    terhadap ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan dan menerapkan teori-teori

    ke dalam kehidupan sehari-hari.

    Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari pihak

    lain. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta

    membatu dalam pelaksanaan, penulisan, dan penyelesaian skripsi ini, yaitu:

    1.  Bapak Ipik Setiawan, S.T., M.Eng Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

    FT.UNTIRTA.

    2.  Bapak Sunardi, M.Eng. Selaku dosen pembimbing I, terimakasih atas ilmu, waktu

    dan kesabaran dalam membimbing.

    3.  Bapak Moch Fawahid, S.T., M.Eng. Selaku dosen pembimbing II yang juga telah

    memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

    4.  Ibu Melly Meliana. Selaku dosen pembimbing III yang juga telah memberikan

     bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

    5.  Kedua orang tua tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan segalanya,

    nasehat, semangat, kasih sayang, doa, dan materi yang tak terhingga nilainya

    6.  Bapak Haryadi, MT. selaku Koordinator Tugas Akhir.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    5/68

    vi

    7.  Dosen-dosen dan staff akademik Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan

    Ageng Tirtayasa yang banyak memberikan masukan serta bantuan dalam skripsi.

    8.  Rekan-rekan dari Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin, KREAMUR, Teknik

    Elektro 2010, Teknik Metalurgi 2010 dan LIPI PPKimia yang telah memberikan

     bantuan moral dan motivasi kepada penulis.

    9.  Keluarga besar Teknik Mesin angkatan 2009, rekan-rekan seperjuangan penulis di

    kampus tercinta, dan pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak

     bisa disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan,

    semangat, dan bantuan kalian kepada penulis selama ini. “Solidarity Forever,

     Machine is the best” .

    Penulis menyadari penelitian ini masih belum sempurna, namun penulis

     berharap penelitian ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis

    sendiri. Oleh karena itu penulis menerima dengan senang hati, kritik, saran, maupun

    masukkan lainnya yang dapat menyempurnakan penelitian ini.

    Cilegon, 14 Februari 2016

    Penulis

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    6/68

    vii

    DAFTAR ISI

    Halaman 

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. ii

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiBAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 2

    1.3 Batasan Masalah ......................................................................................... 2

    1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 

    Komposit ................................................................................................... 4

    2.2 Klasifikasi Komposit .................................................................................. 5

    2.3 Perlakuan NaOH ........................................................................................ 8

    2.4 Fraksi Vulome ............................................................................................ 8

    2.5 Proses Kompaksi ........................................................................................ 9

    2.6 Bahan Penyusun ....................................................................................... 11

    2.6.1 Pelepah Kelapa Sawit ......................................................................... 11

    A. Selulosa .............................................................................................. 12

    B. Hemiselulosa ...................................................................................... 12

    C. Lignin.................................................................................................. 13

    2.6.2 Serbuk Kayu Sengon........................................................................... 13

    2.6.3 Serbuk Kayu Mahoni .......................................................................... 14

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    7/68

    viii

    2.6.4 Serbuk Kayu Bayur ............................................................................. 14

    2.6.5 Abu Sekam Padi .................................................................................. 15

    2.6.6 Resin Epoxy ........................................................................................ 16

    2.6.7 Lem PVAc ........................................................................................... 17

    2.7 Proses Pengujian ...................................................................................... 18

    2.7.1 Uji Kekerasan ..................................................................................... 18

    2.7.2 Uji Kekuatan Bending (Flexural Strength) ........................................ 21

    2.7.3 Uji Impak ............................................................................................ 23

    2.7.4 Uji SAA (Surface Area Analyzer) ...................................................... 24

    2.7.5 Uji SEM .............................................................................................. 26

    2.7.6 

    Uji Pengembangan Tebal ................................................................... 292.8 Karakteristik Papan Partikel ..................................................................... 29

    2.9 Tingkt Kekuatan Kayu ............................................................................. 30

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................... 31

    3.2  Persiapan Alat dan Bahan ....................................................................... 32

    3.2.1 Alat-alat yang Digunakan ................................................................... 32

    3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan ............................................................ 33

    3.3 Persiapan Pembuatan Sampel Komposit .................................................. 33

    3.3.1 Persiapan Bahan Penyusun ................................................................. 33

    3.3.2 Proses Pencampuran ( Mixing) ............................................................ 35

    3.3.3 Proses Kompaksi ................................................................................. 36

    3.4 Proses Pengujian ...................................................................................... 37

    3.4.1 Pengujian Kekerasan Ball  Indentation................................................ 37

    3.4.2 Pengujian Bending .............................................................................. 38

    3.4.3 Pengujian Impak ................................................................................ 39

    3.4.4 Pengujian Surface Area Analyser (SAA) .................................................. 39

    3.4.5 Pengamatan SEM ............................................................................... 41

    3.4.6 Pengujian Pengembangan Tebal ......................................................... 42

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    8/68

    ix

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

    4.1 Kualitas Papan Komposit ......................................................................... 43

    4.1.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis .................................................................. 43

    a. Analisa Luas Permukaan (SAA) ........................................................... 43

     b. Hasil Uji Pengembangan Tebal ............................................................. 44

    4.2 Hasil Pengujian Mekanik ......................................................................... 46

    a. Hasil Uji Kekerasan ( Hardness) ............................................................ 46

     b. Hasil Pengujian Impak .......................................................................... 48

    c. Hasil Pengujian Bending ....................................................................... 50 

    4.3 Hasil Pengujian SEM .............................................................................. 52

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 56

    5.2 Saran ......................................................................................................... 56

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    9/68

    x

    DAFTAR GAMBAR 

    Halaman

    Gambar 2.1 Skema Pembentuk Komposit ................................................................... 4

    Gambar 2.2 Fasa Komposit .......................................................................................... 5

    Gambar 2.3 Diagram Bahan Dasar Komposit.............................................................. 6

    Gambar 2.4 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Penguatnya ....................................... 7

    Gambar 2.5 Jenis-jenis Kompaksi ............................................................................. 10

    Gambar 2.6 Tahapan Proses Kompaksi ..................................................................... 11

    Gambar 2.7 Pelepah Kelapa Sawit ............................................................................. 11

    Gambar 2.8 Serbuk Kayu Sengon .............................................................................. 13

    Gambar 2.9 Serbuk Kayu Mahoni ............................................................................. 14 Gambar 2.10 Serbuk Kayu Bayur .............................................................................. 15

    Gambar 2.11 Serbuk Abu Sekam Padi ....................................................................... 16

    Gambar 2.12 Resin Epoxi dan Hardener.................................................................... 17

    Gambar 2.13 Lem PVAc ............................................................................................ 17

    Gambar 2.14 Perinsip Kerja Pengujian Kekerasan Rockwell .................................... 20

    Gambar 2.15 Bentuk Spesimen Uji Bending ............................................................. 21

    Gambar 2.16 Titik Pembebanan Uji Bending ............................................................ 21

    Gambar 2.17 Alat Uji Srface Area Analyzer (SAA) ................................................. 25

    Gambar 2.18 Skema Alat Uji SEM ............................................................................ 26

    Gambar 2.19 Sinyal-sinyal yang dihasilkan oleh SEM ............................................. 27

    Gambar 2.20 Perbandingan Sinyal Elektron Sekuder dengan Backscattered ............ 28

    Gambar 2.21 Mekanisme Kontras dari Elektron Sekunder ....................................... 28

    Gambar 2.22 Mekasime Kontras dari Backscattered Elektron .................................. 28

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 31

    Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan)....................................................... 32

    Gambar 3.3 Penggolahan Serat Pelepah Kelapa Sawit ............................................. 34

    Gamabar 3.4 Pengayakan Serbuk Kayu dan Abu Sekam ......................................... 34

    Gambar 3.5 Timbangan Digital ................................................................................ 35 

    Gambar 3.6 Proses Pencampuran ( Mixing) ................................................................ 36

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    10/68

    xi

    Gambar 3.7 Mesin Press dan Cetakan........................................................................ 36

    Gambar 3.8 Alat Uji Kekerasan Ball Indentation dan Sample Uji ............................ 37

    Gambar 3.9 Alat Pengujian Bending dan Sample Uji ............................................... 38

    Gambar 3.10 Alat Pengujian Impak dan Sample Uji ................................................. 39

    Gambar 3.11 Alat Surface Area Analyser (SAA) ............................................................ 41

    Gambar 3.12 Alat Foto SEM ..................................................................................... 42

    Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Tekanan Kompaksi Terhadap Diameter Porositas…...44

    Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Variasi Filler  Terhadap Pengembangan Tebal ........... 45

    Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Filler  Terhadap Nilai Kekerasan ................................ 47

    Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Variasi Filler  Terhadap Pengujian Impak .................. 49

    Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Variasi Filler Terhadap Nilai kekuatan Bending ........ 50Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Variasi Filler Terhadap Nilai Batas Elastisitas .......... 51 

    Gambar 4.7 Hasil Pengamatan SEM Komposit Serbuk Abu Sekam ......................... 52

    Gambar 4.8 Hasil Pengamatan SEM Komposit Serbuk Bayur .................................. 53

    Gambar 4.9 Hasil Pengamatan SEM Komposit Serbuk Mahoni ............................... 53

    Gambar 4.10 Hasil Pengamatan SEM Komposit Serbuk Sengon ............................. 54

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    11/68

    xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Komposisi Kimia Pelepah Sawit................................................................ 12

    Tabel 2.2 Karakteristik Resin Epoxy .......................................................................... 16

    Tabel 2.3 Skala Kekerasan Rockwell ......................................................................... 20

    Tabel 2.4 Tabel beban uji dan durasi uji. ................................................................... 21

    Tabel 2.5 Tabel Karakteristik Papan Komposit ......................................................... 29

    Tabel 2.6 Tabel Tingkat Kekuatan Kayu ................................................................... 30

    Tabel 3.1 Fraksi Volum Bahan Komposit.................................................................. 35Tabel 4.1 Data Surface Area Analyzer (SAA) ............................................................ 43

    Tabel 4.2 Data Pengujian Pengembangan Tebal........................................................ 45

    Tabel 4.3 Data Pengujian Kekerasan ......................................................................... 46

    Tabel 4.4 Data Pengujian Impak ................................................................................ 48

    Tabel 4.5 Data Pengujian Bending............................................................................. 50

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    12/68

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kebutuhan masyarakat terhadap kayu untuk dijadikan produk-produk lain

    yang terbuat dari kayu sampai saat ini masih tinggi. Di sisi lain hutan sebagai

     penghasil kayu luasnya semakin berkurang akibat eksploitasi yang berlebihan

    serta adanya alih fungsi hutan menjadi peruntukan lain. Tingginya permintaan

    masyarakat terhadap kayu dikhawatirkan akan semakin meningkatkan kerusakan

    hutan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari solusi untuk memanfaatkan

     bahan-bahan lain sebagai bahan baku pengganti kayu. Salah satunya dengan

    memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan papan sebagai

     pengganti papan dari kayu.

    Setiap hektar kebun kelapa sawit rata-rata menghasilkan 2 ton pelepah

     pertahunnya (LIPI, 2005). Permasalahannya adalah berlimpahnya limbah tersebut

     pada saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan melihat hal tersebut

    serta didukung dengan berkembangnya teknologi, maka pelepah kelapa sawit

    tersebut bisa dijadikan sebagai pengganti kayu dari kayu solid. Hal ini

    memungkinkan dilakukan karena kelapa sawit merupakan pohon yang

    mengandung serat berlignoselusa yang mirip dengan kayu, oleh karena itu dapat

    dimanfaatkan sebagai produk panel seperti papan partikel dan papan serat

    (Sihotang, 2005).

    Teknologi pada saat ini banyak yang menggunakan konsep yang ramah

    lingkungan dan back to nature. Komposit ini termasuk salah satu teknologi yang

     berkonsep ramah lingkungan dan back to nature. Karena hasil komposit ini tidak

    menghasilkan limbah yang dapat merusak alam, tetapi memanfaatkan limbah

    alam seperti pelepah kelapa sawit dan serbuk gergajian kayu yang tidak

    termanfaatkan sebagai bahan dasar campuran. Sedangkan sebagai penguat dan

    matriksnya menggunakan lem fox dan resin epoxy.

    Resin epoxy merupakan kopolimer yang terdiri dari resin dan hardener  

    memiliki daya rekat yang sangat baik, sehingga banyak digunakan sebagai

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    13/68

     

    2

     pengikat komposit (Maulana, 2010). Serat penguat pada bahan komposit juga

    sangat mempengaruhi karakteristik bahan komposit. Semakin tingginya fraksi

    volume serat akan meningkatkan kekuatan tarik dan kekuatan lelah bahan

    komposit (Astika, 2009).

    Keuntungan mendasar yang dimiliki oleh serat alam adalah jumlahnya

     berlimpah, memiliki specific cost yang rendah, dapat diperbarui dan didaur ulang,

    serta tidak mencemari lingkungan. Untuk memperoleh sifat mekanik yang tinggi

    (kekuatan tekan maksimum dan modulus elastisitas) maka serat alam telah diberi

     bermacam perlakuan yang dapat meningkatkan sifat mekanik tersebut.

    Penggunaan serat pelepah kelapa sawit sebagai bahan komposit merupakan

    langkah yang tepat. Pada penelitian ini digunakan bahan dasar  polymericfoam

    yang diperkuat serat pelepah kelapa sawit.

    Maka, dari uraian tersebut menjelaskan bahwa serat pelepah kelapa sawit

    salah satu pengganti kayu untuk menjadi bahan baku alternatif pembuatan papan

     partikel.

    1.2 

    Perumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adanya kebutuhan teknologi untukmengolah pelepah kelapa sawit sebagai material penguat komposit yang

    digunakan untuk pembuatan papan komposit.  Seberapa besar pengaruh variasi

    material pengisi ( filler) dan serat pelepah kelapa sawit terhadap karakteristik

     papan komposit.

    1.3 Batasan Masalah

    Pada penelitian komposit berpenguat serat pelepah kelapa sawit ini perluadanya batasan masalah, bertujuan agar pembahasan persoalan tidak meluas.

    Batasan –  batasan masalah tersebut adalah :

    1.  Bahan komposit tersusun oleh serat pelepah kelapa sawit, serbuk gergajian

    kayu sengon, mahoni, bayur dan abu sekam padi dengan pengikatnya

    adalah resin epoxy dan lem fox.

    2.  Serat pelepah kelapa sawit yang digunakan adalah serat bagian pangkal

     batang.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    14/68

     

    3

    3.  Karakteristik komposit yang akan diuji yaitu : uji kekerasan, uji impak, uji

     bending, Analisa BET dan pengamatan struktur mikro SEM.

    1.4 

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.  Untuk mengetahui pengaruh dari variasi material pengisi ( filler) terhadap

    sifat mekanik papan komposit berpenguat serat pelepah kelapa sawit,

    serbuk gergajian kayu dan abu sekam padi.

    2.  Mendapatkan nilai karakteristik optimum papan komposit dengan penguat

    serat pelepah kelapa sawit sebagai alternatif bahan baku untuk papan

    komposit.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    15/68

     

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 

    Komposit

    Komposit adalah bahan yang terdiri dari dua atau lebih bahan penyusun yang

    diproses secara terpisah dan diikat bersama-sama untuk mencapai sifat unggul

    dari pada bahan penyusunnya (Groover, 2007). Komposit berasal dari kata kerja

    “to compose”  yang artinya menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana

    komposit dapat diartikan sebagai suatu bahan yang tersusun oleh beberapa unsur

    yang bekerja sama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang diinginkan.

    Umumnya struktur komposit terdiri dari partikel atau serat dari satu fase dicampur

    dengan fase kedua yang disebut matriks. 

    Gambar 2.1 Skema pembentuk komposit

     Matriks  adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi

    volume terbesar (dominan). Jenis dari matriks  yang digunakan dalam material

    komposit dapat menentukan sifat dominan dari material komposit dan dapat

    mengontrol sifat yang diinginkan dari material komposit yang terbentuk. Menurut

     ASM Handbook vol. 21 (2001), fungsi matriks adalah untuk mentransfer tegangan

    ke reinforce, membentuk ikatan koheren pada permukaan matrik serta untuk

    melindungi reinforce.

    Penguat (reinforce)  adalah material yang memiliki kekerasan yang baik

    sehingga pada saat material komposit menerima beban atau gaya akan ditransfer

    oleh matrik menuju penguatnya. Fungsi penguat  pada material komposit adalah

    sebagai penahan beban, selain itu penguat  juga digunakan untuk meningkatkan

    kekuatan dan kekerasan material. Mekanisme penguatan dan pengerasan dari

    reinforce yaitu dengan menghalangi pergerakan dislokasi ( ASM Handbook Vol 21,

    2001).

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    16/68

     

    5

    Gambar 2.2 Fase-fase dalam komposit

    Setiap material komposit memiliki lapisan interface yang merupakan lapisan

    antar muka antara matrik dan penguat. Interface adalah lapisan antar muka matrik

    dan penguat yang memberikan kekuatan pada material komposit sehingga

    memiliki sifat mekanis yang bagus dan pada aplikasinya dapat digunakan untuk

     bahan-bahan yang bisa menerima pembebanan (Jang Kim Kyo, 1998). Dari

    Gambar 2.2 dapat lihat bahwa lapisan interface material komposit berada di antara

     partikel penguat dan matrik. Dibandingkan dengan material monolitik,

    mikrostruktur dan interfasial pada komposit saling berkaitan. Interaksi dan reaksi

    kimia antara matrik dan penguatnya ditentukan oleh adhesi interfasial,

    karakteristik komponen - komponen pembentuk komposit dan karakteristik

    mekaniknya. Terbentuknya fase pada daerah interfasial matrik dan penguat

    material komposit sangat ditentukan pada saat proses produksi dan karakteristik

    material komposit.

    2.2  Klasifikasi Komposit

    Berdasarkan pengertian dari komposit yang menerangkan bahwa komposit

    merupakan perpaduan dua atau lebih material. Pada Gambar 2.3 dapat dilihat tiga

     bahan dasar yang bisa dipadukan untuk membentuk komposit.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    17/68

     

    6

    Gambar 2.3 Diagram bahan dasar komposit

    Komposit dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu klasifikasi komposit

     berdasarkan matriknya dan klasifikasi berdasarkan unsur penguatnya. Klasifikasi

    komposit berdasarkan matriknya diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu :

    a.  Komposit bermatrik polimer (Polymer   Matrix Composites/PMCs). 

    Komposit bermatrik polimer menggunakan bahan polimer sebagai

     penyusun utama atau komposisi dominan. 

     b.  Komposit bermatrik logam ( Metal Matrix Composites/MMCs)

    Komposit bermatrik logam menggunakan bahan logam sebagai penyusun

    utama atau komposisi dominan. 

    c.  Komposit bermatrik keramik (Ceramic Matrix Composites/CMCs)

    Komposit bermatrik logam menggunakan bahan keramik sebagai

     penyusun utama atau komposisi dominan. 

    Klasifikasi komposit berdasarkan penguatnya dapat dilihat dari Gambar 2.4 di

     bawah ini.

    Logam

    Keramik Polimer

    Komposit logam -

    Komposit keramik -

    Komposit logam -

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    18/68

     

    7

    Gambar 2.4 komposit berdasarkan penguatnya

    1.  Komposit Partikel Komposit ini dibentuk oleh partikel-partikel kecil/serbuk

    sebagai penguat yang letaknya tidak beraturan di dalam sebuah matriks.

    Komposit partikel yang paling sering digunakan adalah beton, dimana kerikil

    sebagai penguat dicampur dengan semen.

    2. 

    Komposit Serpihan (Flake Composites) Sesuai dengan namanya, komposit ini

    dibuat dengan cara mencampurkan flakes atau serpihan-serpihan tipis ke

    dalam bahan matriksnya. Walaupun biasanya letak serpihan tersebut secara

    acak, namun penyebaran serpihan/flakes di dalam matriks dapat juga dibuat

    secara beraturan satu sama lainnya. Contoh serpihan yang sering digunakan

    adalah mika, logam, dan karbon.

    3. 

    Komposit Serat (Fibrous Composites) Merupakan jenis komposit yang hanya

    terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa

    serat/fiber. Serat yang digunakan bisa berupa glass fibres, carbon fibres,

    aramid fîhres ( poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara

    acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang

    lebih kompleks seperti anyaman. Ketika komposit mengalami beban

     berlebihan, bahan matriks yang mengikat serat berfungsi sebagai agen yang

    mendistribusikan kembali beban dari serat yang patah ke serat selanjutnya.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    19/68

     

    8

    4.  Komposit Laminat Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau

    lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik

    sendiri. Pada komposit laminat, bahan penguat disusun secara beraturan

    dengan berlapis-lapis dan setiap lapisan disusun berlawanan arah. Penyebaran

     penguat pada dasarnya memanjang dan melebar dalam arah dua dimensi.

    Komposit ini juga dapat dibentuk dari gabungan komposit itu sendiri.

    2.3 Perlakuan Alkali (NaOH) 

     NaOH atau sering disebut alkali berfungsi untuk menghilangkan kotoran atau

    lignin pada serat. Pengaruh perlakuan alkali terhadap permukaan serat alam

    selulosa telah diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sihingga

    sifat alami serat dapat memberikan ikatan interfacical dengan matrik secara

    optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perlakuan alkali adalah

    sebagai berikut:

    a.  Konsentrasi

    Reaksi lebih dapat ditingkatkan dengan menambah konsentrasi.

     b.  Waktu reaksi

    Pada umumnya perlakuan alkali terhadap serat alam akan menjadi lebihreaktif dengan memperpanjang waktu reaksi. Namun waktu reksi yang

    terlalu lama juga akan merusak rantai selulosa dan hemiselulosa.

    c.  Suhu

    Peningkatan suhu mengakibatkan terjadinya peningkatan pada reaksi

     perlakuan alkali. Penentuan suhu bervariasi tergantung pada jenis bahan

    kimia yang digunakan. Suhu perlakuan biasanya berkisar antara 20  –  

    110

    O

    C.d.  pH

     pH mempunyai pengaruh yang sangat penting. Nilai pH tergantung pada

     bahan yang digunakan.

    2.4 Fraksi volume 

    Pada bahan komposit dengan volume matrik yang sama, kuat tariknya juga

    ditentukan oleh volume serat yang yang terkandung, bahwa semakin banyak serat

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    20/68

     

    9

    yang terkandung dalam komposit tersebut kekuatan mekanisnya semakin besar

    (Schwartz, 1984). Volume komposit merupakan penjumlahan antara volume serat

    dan volume matriknya. Volume komposit dapat ditentukan dengan persamaan : 

    mv

     f v

    cv    .................... (2.1)

    Dimana :

    VC = Volume komposit (cm3)

    VF = Volume serat (cm3)

    VM = Volume matriks (cm3)

    Fraksi volume serat dapat ditentukan dengan persamaan:

    cv f 

    v

     f v   .................... (2.2)

    Dengan vf = fraksi volume serat (%)

    2.5 Proses kompaksi 

    Proses kompaksi adalah menempatkan serbuk sehingga serbuk akan saling

    melekat dan rongga udara antar partikel akan terdorong keluar. Semakin besar

    tekanan kompaksi, jumlah udara di antara partikel akan semakin sedikit, namun

     porositas tidak mungkin mencapai nol. Hasil kompaksi biasa disebut green body.

    Berdasarkan temperatur, kompaksi dapat dibagi dalam dua cara yaitu :

    1.  Hot compaction (kompaksi dengan temperatur)

    Proses kompaksi material pada dies dimana terdapat dua  punch (penekan) 

    yaitu upper punch dan  lowwer punch yang berfungsi menekan campuran

    homogen serbuk di dalam dies dan diberikan temperatur tertentu saat proses

    kompaksi berlangsung.2.  Cold compaction (kompaksi tanpa temperatur)

    Proses yang sama halnya dengan hot compaction pada punch serta dies yang

    digunakan, akan tetapi tidak diberikan temperatur pada saat proses kompaksi

     berlangsung.

    Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah sumbu atau dua arah sumbu.

    Kompaksi dua arah ini bisa jadi dengan arah berlawanan. Kebanyakan proses

    kompaksi menggunakan penekan atas dan bawah. Pada Gambar 2.8 terlihat

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    21/68

     

    10

     berbagai jenis kompaksi yaitu (a) single punch, (b) dan (c) double punches dan (c)

    multiple punches.  Penekan bawah sekaligus berfungsi sebagai injektor untuk

    mengeluarkan benda yang telah dicetak. Permukaan dalam cetakan (dies) harus

    halus untuk mengurangi gesekan.

    (a) (b) (c) (d)

    Gambar 2.5 Jenis-jenis kompaksi (J.S. Colton, 2009)

    Faktor yang mempengaruhi proses kompaksi adalah ukuran partikel, bentuk

     partikel, susunan partikel dan distribusi ukuran. Pada awal proses pembentukan,

    serbuk memiliki kepadatan yang sama dengan kepadatan serbuk lepas. Saat

    tekanan diberikan, respon pertama adalah penyusunan ulang partikel- partikel

    dimana pada proses ini pori-pori yang besar terisi serbuk, sehingga akan

    memberikan kepadatan yang tertinggi.

    Peningkatan tekanan memberikan kepadatan yang lebih baik dan mengarah

    ke penurunan pori-pori dengan adanya formasi kontak partikel baru. Gambar 2.6

    menjukan proses pembentukan kepadatan serbuk logam.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    22/68

     

    11

    (Preparation) (Start compaction) (Completed compaction)

    Gambar 2.6 Tahapan proses kompaksi (Groover, 2007)

    Pada penelitian ini proses kompaksi dilakukan secara cold compaction satu

    arah, dimana  punch  bagian atas bergerak menekan ke bawah, sementara  punch 

     bagian bawah tetap.

    2.6 

    Bahan Penyusun 2.6.1  Pelepah Kelapa Sawit

    Bahan baku yang disiapkan adalah pelepah kelapa sawit. Limbah kelapa sawit

    umumnya berbentuk batang, batang kelapa sawit banyak mengandung serat

    disamping zat-zat lainya. Bagian dari batang yang banyak mengandung serat atau

    selulosa adalah bagian pangkal yang besar dan keras.

    Gambar 2.7 Pelepah Kelapa Sawit

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    23/68

     

    12

    Secara umum komposisi Komposisi kimia pelepah sawit (% bahan kering)

    didalamnya seperti diperlihatkan table 2.1 di bawah.

    Tabel 2.1 Komposisi kimia pelepah sawit (% bahan kering)

    Komponen Kimia Komposisi (%)

     NDF (Neutral Detergent Fiber)1  78.7%

    ADF (Acid Detergent Fiber)1 55.5%

    Selulosa2  23.1%

    Homiselulosa1  31.7%

    Lignin2  17.4%

    Silika2  0.6%

    Sumber : 1 = Abu Hasan et.al (1994)

    2= Ginting dan Elisabeth (2003

    A.  Selulosa

    Menurut Achmadi (1990), selulosa adalah polisakarida yang paling

    melimpah. Bobot molekulnya tinggi,strukturnya teratur, dan merupakan polimer

    linier dengan unit ulangan ß-D-glukopiranosa yang terikat melalui ikatan

    glikosida ß (1-4). Karena ketersediaanya cukup dan bersifat dapat diperbaharui

    serta strukturnya teratur, selulosa adalah polimer yang relatif murah dengan sifat

    fisik dan kimia yang istimewa.

    B.  Hemiselulosa

    Menurut Sjostrom (1995), hemiselulosa termasuk dalam kelompok

     polisakarida heterogen yang dibentuk melalui biosintesis yang berbeda denganselulosa. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-

    komponen monomennya.

    Hemiselulosa mempunya rantai molekul yang lebih pendek, bercabang dan

     bobot molekul (BM) yang lebih rendah dari selulosa (Achmad, 1990). Hal ini

    menyebabkan hemiselulosa akan lebih mudah terhidrolisis menjadi unit-unit

     penyusunnya (Sudrajat, et al., 1979 dalam Utama, 1995).

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    24/68

     

    13

    C.  Lignin

    Lignin merupakan polimer komplek dengan BM tinggi yang tersusun atas

    satuan-satuan fenil propana. Senyawa ini sangat stabil, sulit dipisahkan dan

    mempunyai bentuk yang bermacam-macam.

    Lignin terdapat diantara sel-sel dan dinding sel. Fungsinya adalah sebagai

     perekat antar sel agar tetap bersama-sama,pemberi ketegaran pada sel dan

    memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kadar air

    (haygreen dan Bowyer, 1989).

    2.6.2  Serbuk Kayu Sengon

    Sengon atau albasia merupakan tanaman kayu yang banyak dimanfaatkan

    sebagai kayu olahan seperti papan penyekat, pensil, pembuatan peti, meubel

    ( furniture). Tanaman sengon dapat mencapai diameter yang besar, tanaman

    sengon dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim apa saja, sehingga sengon dapat

    tumbuh dengan baik di sembarang tempat. Tinggi tanaman sengon bisa mencapai

    39 m dengan diameter lebih dari 60 cm dan mencapai 1 m pada tanaman yang

    usianya sudah tua. 

    Serbuk kayu sengon dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya

     per unit volume. Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan

    meningkatkan sifat mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara

    serat dan matriks ( Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat

    dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik didalam matriks. Serbuk kayu

    yang digunakan adalah serbuk dengan ukuran mesh 40.

    Gambar 2.8 Serbuk Kayu Sengon

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    25/68

     

    14

    2.6.3  Serbuk Kayu Mahoni

    Mahoni (S. mahagoni (L.) Jacq.)  termasuk pohon besar dengan tinggi pohon

    mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk

    silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur

    dangkal seperti sisik,  sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika

    masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.

    Serbuk kayu mahoni dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang

     bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya

     per unit volume.

    Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan meningkatkan sifat

    mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara serat dan matriks (

    Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk

    kayu terdistribusi dengan baik didalam matriks. Serbuk kayu yang digunakan

    adalah serbuk dengan ukuran mesh 40.

    Gambar 2.9 Serbuk kayu Mahoni

    2.6.4  Serbuk Kayu Bayur

    Bayur ( pterospermum,spp) merupakan tanaman yang tumbuh di Negara

     beriklim tropis seperti Indonesia, tinggi pohonnya dapat mencapai 40 m dengan

    diameter mencapai 120 cm, cirri-ciri dari pohon bayur ini adalah batang bagian

     bawah berabanir dan kulitnya cokelat keabu-abuan sedikit mudah terkelupas.

    Kayu teras bayur berwarna merah pucat, merah-coklat muda, hingga keungu-

    unguan atau semu lembayung.  Kayu gubalnya putih kotor hingga kelabu. Berat

     jenis kayu bayur berkisar antara 0,35 – 0,70 (rata-rata 0,53). Kayu ini termasuk

    mudah dikerjakan dengan hasil yang baik; walaupun teksturnya agak kasar,

    http://id.wikipedia.org/wiki/Diameterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://id.wikipedia.org/wiki/Cokelathttp://id.wikipedia.org/wiki/Sisikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abu-abuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_terashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_gubalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenishttp://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenishttp://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenishttp://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_gubalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_terashttp://id.wikipedia.org/wiki/Abu-abuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sisikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cokelathttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://id.wikipedia.org/wiki/Diameter

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    26/68

     

    15

    namun permukaan kayu yang dihasilkan umumnya licin dan berkilap. Kayu ini

    mudah d ipelitur, dan mudah dijadikan venir (lembaran tipis bahan kayu lapis).

    Serbuk kayu bayur dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang

     bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya

     per unit volume. Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan

    meningkatkan sifat mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara

    serat dan matriks ( Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat

    dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik didalam matriks. Serbuk kayu

    yang digunakan adalah serbuk dengan ukuran mesh 40.

    Gambar 2.10 Serbuk Kayu Bayur

    2.6.5  Abu Sekam

    Sekam padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti biomassa lainnya

    namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas

    50 % selulosa, 25  –   30 % lignin, dan 15  –   20 % silika (Ismail and Waliuddin,

    1996). Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk

    menghasilkan abu yang dikenal di dunia sebagai RHA (rice husk ask ). Abu sekam

     padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 400o

     –  500o

     C akanmenjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1.000o C akan menjadi

    silika kristalin. Silika amorphous yang dihasilkan dari abu sekam padi diduga

    sebagai sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon, dan

    tepung nitrid silikon (Katsuki et al., 2005). Konversi sekam padi menjadi abu

    silika setelah mengalami proses karbonisasi juga merupakan sumber pozzolan

     potensil sebagai SCM (Supplementary Cementitious Material). Abu sekam padi

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pelitur&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Venir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_lapishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_lapishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Venir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pelitur&action=edit&redlink=1

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    27/68

     

    16

    memiliki aktivitas pozzolanic yang sangat tinggi sehingga lebih unggul dari SCM

    lainnya seperti fly ash, slag, dan silica fume.

    Abu sekam padi dalam bahan komposit berperan sebagai filler yang bertujuan

    mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit

    volume. Filler ditambahkan kedalam matriks dengan tujuan meningkatkan sifat

    mekanis melalui penyebaran tekanan yang efektif diantara serat dan matriks (

    Han, 1990). Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila abu sekam

    terdistribusi dengan baik didalam matriks.

    Gambar 2.11 Abu Sekam Padi

    2.6.7  Resin epoxy 

    Resin epoxy  adalah bahan termoset yang digunakan secara luas dalam

    aplikasi komposit struktural karena memiliki kombinasi unik dan sifat yang

     berbeda dengan resin termoset lainnya. Resin epoxy  memiliki kekuatan tinggi,

     penyusutan rendah, adhesi yang sangat baik untuk berbagai pengunaan, baik

    isolasi listrik, kimia dan ketahanan pelarut, biaya rendah, dan toksisitas rendah.

    Resin epoxy  juga bisa digunakan pada permukaan yang basah, sehingga

    sangat cocok untuk aplikasikan pada komposit. Resin epoxy  biasa digunakan

    sebagai perekat, pelapis dan pengikat. Karateristik resin epoxy dapat dilihat pada

    Tabel 2.2 dibawah ini.

    Tabel 2.2 Karakteristik resin epoxy

    Karakteristik Resin Epoxy  Units

     Adhesion Strength 140 Kgf/cm2 

    Tensile Strength 530 Kgf/cm2 

    Flexural Strength 950 Kgf/cm2 

    Compressive Strength 860 Kgf/cm2 

     Density 1.1-1.4 gr/ cm3

     

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    28/68

     

    17

     Hardness 84 Shore D 

    Gambar 2.12 resin epoksi dan hardener

    2.6.8 

    Lem Kayu Putih/  PVAc (Polivinil Asetat)

    Lem kayu putih atau Polivinil Asetat merupakan merupakan suatu jenis

     perekat yang berbasis pada senyawa polimer poly vinyl asetat yang termasuk

     pada golongan thermoplastik sebab lem ini dapat berubah ke bentuk semula

    setelah dikenkan panas.

    Gambar 2.13 lem PVAc

    Karena kelarutannya yang baik dalam air maka lem jenis ini kurang tahan

    terhadap air atau uap air sehingga lem ini lebih cocok digunakan sebagai lem

    interior.

    Itulah sebabnya lem ini banyak digunakan pada industri manufaktur kayu

    (mebel) dalam ruangan. Lem ini sendiri memiliki nilai densitas 0.924 gr/ cm3.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    29/68

     

    18

    2.7  Proses Pengujian

    2.7.1 Pengujian Kekerasan

    Kekerasan suatu bahan adalah peristilahan yang kabur, yang mempunyai

     banyak arti tergantung pada pengalaman pihak-pihak yang terlibat. Namun pada

    umumnya kekerasan menyatakan ketahanan suatu logam terhadap deformasi

     plastik atau deformasi permanen. Kekerasan dapat juga diartikan menjadi

     berbagai macam definisi, yaitu :

    1.  Ketahanan terhadap penekanan di bawah beban statik atau dinamik

    2.  Energi yang diserap ketika diberikan beban impak

    3.  Ketahanan terhadap pengoresan

    4. 

    Ketahanan terhadap abrasi

    5.  Ketahanan terhadap pemotongan dan pengeboran

    Syarat untuk benda yang akan diuji kekerasannya adalah :

    1.  Ketebalan pemotongan harus sesuai dengan ketebalan material

    2.  Permukaan uji harus datar

    3.  Permukaan uji harus bersih dari lapisan-lapisan lain yang mungkin

    mempengaruhi kekerasan material

    4. 

    Permukaan material dan benda penguji (indenter)diusahakan membentuk bidang tegak lurus

    5.  Beban penguji harus memiliki harga kekerasan yang lebih besar dari

    material yang ingin diuji agar tidak terjadi deformasi plastis pada benda

     penguji.

    6.  Ukuran benda penguji harus lebih kecil daripada material yang diuji agar

    tidak terjadi perubahan lain dari material,misalnya pembengkokan.

    7. 

    Pengujian dilakukan beberapa kali di beberapa tempat agar nilainya lebihmewakili dari seluruh permukaan.

     Namun pada umumnya kekerasan menyatakan ketahanan suatu logam

    terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen. Terdapat tiga jenis umum

    mengenai ukuran kekerasan, yang tergantung pada cara melakukan pengujian3.

    1.  Kekerasan goresan (scratch hardness) atau kekerasan mohs.

    2.  Kekerasan lekukan (indentation hardness) menurut Brinel, Rockwell, Vicker,

    dan Mikrohardness Tuken atau Knoop untuk logam.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    30/68

     

    19

    3.  Kekerasan dinamik (rebound hardness).

    Pengujian kekerasan pada penelitian ini menggunakan metoda  Rockwell.

    Metoda ini paling banyak digunakan karena sifatnya yang cepat, relatif bebas dari

    kesalahan dari manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan kecil

    yang dimiliki oleh baja yang diperkeras, dan ukuran lekukan yang ditimbulakan

    sangat kecil. Uji ini memperhitungkan kedalaman bekas penekanan yang diukur

    dengan dial gauge, yang kemudian dikonversikan ke dalam skala  Rockwell  (0-

    100).Pembebanan yang diberikan pada uji ini dilakukan dua kali yaitu dengan

     pembebanan makro (10 Kg) dan kemudian dengan menggunakan beban makro

    yang besarnya beragam (60Kg-150Kg).

    Cara kerja dari metoda pengujian  Rockwell  yaitu mengidentifikasi material

    dengan indentor kerucut intan atau bola baja. indentor ditekan ke material

    dibawah beban minor/terkecil (Gambar 2.14.a) pada umumnya 10 kgf. Ketika

    keseimbangan telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat, yang mengikuti

     pergerakan indentor dan demikian bereaksi terhadap perubahan kedalaman

     penetrasi oleh indentor, ini merupakan angka posisi pertama. Beban kedua atau

     beban utama ditambahkan tanpa menghilangkan beban awal, sehingga akan

    meningkatkan kedalaman penetrasi (Gambar 2.14.b). Saat keseimbangan kembalitercapai, beban utama dihilangkan tetapi beban awal masih tetap diberikan.

    Dengan hilangnya beban utama maka akan terjadi recovery parsial dan terjadi

     pengurangan jejak kedalaman (Gambar 2.14.c). Peningkatan kedalaman penetrasi

    akhir sebagai hasil aplikasi ini dan kehilangan beban utama digunakan untuk

    menentukan nilai kekerasan R.

    HR = E –  e .................... (2.3) 

    Dengan :F 0 = beban awal minor (kgf)

    F 1  = beban tambahan utama (kgf)

    F   = beban total (kgf)

    e  = peningkatan kedalaman akhir dari penetrasi dimana beban F1 diukur di

    dalam unit adalah 0.002 mm

     E   = konstanta yang bergantung pada indentor, 100 untuk indentor intan, 130

    untuk indentor bola baja.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    31/68

     

    20

    HR = angka kekerasan Rockwell

    Gambar 2.14. Prinsip kerja pengujian kekerasan Rockwell

    Berikut ini adalah tabel kekerasan Rockwell :

    Tabel 2.3. Skala kekerasan Rockwell

    ` IndentorMinor Load

    F0 kgf

    Major Load F1 

    kgf

    Total Load F  

    kgf

    Value of

     E  

    A Diamond cone 10 50 60 100

    B 1/16" steel ball 10 90 100 130

    C Diamond cone 10 140 150 100

    D Diamond cone 10 90 100 100E 1/8" steel ball 10 90 100 130

    F 1/16" steel ball 10 50 60 130

    G 1/16" steel ball 10 140 150 130

    H 1/8" steel ball 10 50 60 130

    K 1/8" steel ball 10 140 150 130

    L 1/4" steel ball 10 50 60 130

    M 1/4" steel ball 10 90 100 130P 1/4" steel ball 10 140 150 130

    R 1/2" steel ball 10 50 60 130

    S 1/2" steel ball 10 90 100 130

    V 1/2" steel ball 10 140 150 130

    ISO 2039-1 adalah standar SNI  yang digunakan untuk pengujian kekerasan

    terhadap material thermoplastik dengan diameter bola indentor baja sebesar 5 mm

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    32/68

     

    21

    dan tebal spesimen minimum 4 mm dengan beban awal yang diberikan sebesar

    9,8 N. Berikut adalah tabel beban uji dan durasi uji. :

    Tabel 2.4 Tabel beban uji dan durasi uji.

    Scale  Test Load (N)  Test Duration (Sec) 

    H 49/30 49 30

    H132/30 132 30

    H358/30 358 30

    H961/30 961 30

    2.7.2 Pengujian Bending

    Kekuatan lentur atau kekuatan bending adalah tegangan bending terbesar

    yang dapat diterima akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi besar.

    Pengujian kuat lentur dilakukan untuk mengetahui ketahanan suatu bahan

    terhadap pembebanan pada titik lentur dan juga untuk mengetahui keelastisan

    suatu bahan. Cara pengujian kuat lentur ini dengan memberikan pembebanan

    tegak lurus terhadap sampel dengan tiga titik lentur dan titik-titik sebagai penahan

     berjarak tertentu. Titik pembebanan diletakkan pada pertengahan panjang sampel

    ditunjukkan seperti gambar 2.11. Pada pengujian ini terjadi perlengkungan pada

    titik tengah sampel dan besarnya perlengkungan ini dinamakan defleksi (δ).

    Kemudian dicatat beban maksimum (Wmaks) dan regangan saat spesimen patah.

    Bentuk sampel uji bending secara umum digambarkan seperti gambar 2.11.

    Gambar 2.15 Betuk spesimen uji bending

    Gambar 2.16 Titik pembebanan uji bending

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    33/68

     

    22

    Pada perhitungan untuk menentukan kekuatan lentur/bending, digunakan

     persamaan sesuai standar ASTM D790, yaitu:

    22

    3

    bh

    PL

     f      ..................... (2.4)

    Dimana;

    σ f = Tegangan lentur maksimum ( MPa)

    P = Beban maksimum ( N )

     b = Lebar dari benda uji (mm)

    h = Tebal benda uji (mm)

    L = Jarak antara penyangga (mm)

    Regangan bending (єf ) dapat diketahui besarnya menggunakan persamaan:

    00

    2  100

    3

     x L

     f 

     

         ..................... (2.5)

    Dimana;

    εf = regangan bending (%) 

    L = Jarak antara penyangga (mm)

    δ = defleksi maksimum (mm)

    d = tebal benda uji (mm)

     Nilai modulus elastisitas bending (Ef) bahan dapat dirumuskan dengan

     persamaan:

    3

    3

    4bh

    m L

     f  E     ..................... (2.6)

    Dimana;

    Ef = modulus elastisitas bending ( MPa)

    L = Jarak antara penyangga (mm)

     b = lebar benda uji (mm)

    h = tebal benda uji (mm)

    m = Slope Tangent pada kurva beban defleksi ( N/mm).

     Nilai batas elastisitas dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

      

    P x

    bh

     L y

    3

    3

    4 ..................... (2.7)

    y = Batas elastisitas ( N/mm 2

    ).

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    34/68

     

    23

    L = Jarak antara penyangga (mm).

     b = lebar benda uji (mm).

    h = tebal benda uji (mm).

    P = Beban maksimum ( N ).

    δ = defleksi maksimum (mm).

    2.7.3 Uji Impak

    Untuk mengetahui sifat perpatahan,keuletan dan kegetasan suatu lmaterial,

    dapat dilakukan suatu pengujian yaitu dengan uji impak. Umumnya pengujian ini

    menggunakan benda uji yang bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang

     bertakik telah digunakan untuk menentukan kecenderungan bahan untuk bersifat

    getas. Dengan uji ini kita dapat mengetahui perbedaan sifat bahan yang tidak

    teramati dalam uji tarik.

    Hasil yang diperoleh dari pengujian tidak sekaligus memberikan besaran

    rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan

    tiga sumbu pada takik. Para peneliti perpatahan getas logam telah menggunakan

     berbagai bentuk benda uji untuk pengujian impak bertakik.

    Uji impak termasuk uji mekanik dinamis, dilihat dari cara pengujiannya yaitudengan pemukulan secara tiba-tiba. Suatu material yang mendapat beban statis

    seperti tarik, kekerasan, tekuk dan lain-lain, maka akan berbeda karakteristiknya

     jika kita bandingkan dengan material yang mendapat beban dinamis. Bila baja

    yang kualitasnya kurang baik atau perlakuan panasnya tidak sempurna, maka

    dengan pengujian statis semacam tarik, kekerasan dan lain-lain, masih

    mendapatkan angka yang baik, tetapi bila diuji dengan pukulan secara tiba-tiba

    seperti uji impak, maka akan menunjukkan angka yang rendah.Bahan logam yang biasa diuji impak seperti ketel uap, hasil pengelasan, pelat

    kapal, pipa gas dan minyak. Hal ini disebabkan bahan logam tersebut dipakai

    dalam kondisi temperatur yang selalu berubah-ubah, sehingga mengakibatkan

     bahan tersebut dapat mengalami kegetasan sehingga peka terhadap beban kejut

    seperti pukulan dan tekanan yang tiba-tiba. Dengan pengujian impak ini material

     bisa diketahui ketangguhannya. Dengan demikian, dengan uji impak dapat

    mengetahui material logam tangguh atau tidak. Untuk ketentuan spesimennya

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    35/68

     

    24

    dibuat dengan ukuran tertentu dan diberi takikan dengan tipe tertentu pula.

    Kemudian dipukul secara tiba-tiba sampai patah lalu mengukur kerja pukulan

    dalam satuan joule (J).

    Pengujian impak digunakan pada penenelitian ini dilakukan untuk menguji

    kecenderungan material komposit ini untuk bersifat getas. Spesimen tanpa diberi

    notch (takikan) menerima beban secara tiba- tiba (rapid loading). Pada

     pembebanan cepat ini, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi

    kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Standar yang digunkan adalah

    ISO 179-1 yang mempunyai luas penampang melintang berupa bujur sangkar 10

    x 80 mm dengan ketebalan 5 mm dan tanpa memiliki notch.

    Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan oleh

     beban (pendulum) dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada saat

     beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki energy potensial

    maksimum, kemudian saat akan menumbuk specimen energy kinetic mencapai

    maksimum. Energi kinetik maksimum tersebut akan diserap sebagian oleh

    specimen hingga specimen tersebut patah.

     Nilai Harga Impak pada suatu specimen adalah energy yang diserap tiap

    satuan luas penampang lintang specimen uji. Persamaannya sebagai berikut:

    H = ..................... (2.9)

    Di mana :

    E = Energi yang diserap (Joule)

    A = Luas penampang bawah takik (mm2 )

    2.7.4  Pengujian SAA (Surface Area Analyzer) 

    Surface Area Analyzer   (SAA) merupakan salah satu alat utama dalam

    karakterisasi material. Alat ini berfungsi untuk menentukan luas permukaan

    material, distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu

     bahan. Metode BET ( Brunaur, Emmett and Teller ) pertama kali ditemukan oleh

    Brunaur, Emmett dan Teller pada tahun 1938. Metode ini digunakan untuk

     permukaan yang datar (tidak ada lekukan) dan tidak ada batas dalam setiap layer

    yang dapat digunakan dalam menjelaskan luas permukaan. Metode ini digunakan

     berdasarkan asumsi bahwa pada setiap permukaan mempunyai tingkat energi

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    36/68

     

    25

    yang homogen (energi adsorpsi tidak mengalami perubahan dengan adanya

    adsorpsi di layer yang sama) dan tidak ada interaksi selama molekul teradsorpsi.

    Prinsip kerja alat ini menggunakan mekanisme adsorpsi gas, pada umumnya

    nitrogen, argon dan helium, pada permukaan suatu bahan padat yang akan

    dikarakterisasipada suhu konstan biasanya suhu didih dari gas tersebut. Alat

    tersebut mengukur jumlah gas yang dapat diadsorb oleh suatu permukaan padatan

     pada tekanan dan suhu tertentu.Alat ini hanya memerlukan sampel dalam jumlah

    yang kecil. Biasanya berkisar 0.01 sampai 0.1 gram. Persiapan utama dari sampel

    sebelum dianalisis adalah dengan menghilangkan gas – gas yang terserap

    (degassing). Alat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu  Degasser   dan  Analyzer

    ((Heru Sasongko, 1988).

    Gambar 2.17 Alat Uji SAA

    Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada

     permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada

     permukaaan zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi

    tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

    a.  Jenis adsorben

     b. 

    Jenis adsorbatc.  Luas permukaan adsorben

    d.  Konsentrasi zat terlarut

    e.  Temperatur

    Desorpsi adalah peristiwa pelepasan molekul, ion, dsb dr permukaan zat

     padat sehingga molekul atau ion itu menjadi gas atau Desorpsi adalah proses

     pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    37/68

     

    26

    adsorben. Salah satu contohnya adalah larutan H2SO4 untuk mendesorpsi adsorbat

     pada adsorben karbon aktif (Gregg, S.J. and Sing, K.S.W., 1982).

    2.7.5 

    SEM (Scanning Electron Microscopy)

    Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan mikroskop elektron yang

     banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan material. SEM banyak digunakan

    karena memiliki kombinasi yang unik, mulai dari persiapan spesimen yang simpel

    dan mudah, kapabilitas tampilan yang bagus serta fleksibel.

    SEM digunakan pada sampel yang tebal dan memungkinkan untuk analisis

     permukaan. Pancaran berkas yang jatuh pada sampel akan dipantulkan dan di

    difraksikan. Adanya elektron yang terdifraksi dapat diamati dalam bentuk pola  – 

     pola difraksi. Pola  –   pola difraksi yang tampak sangat bergantung pada bentuk

    dan ukuran sel satuan dari sampel. SEM juga dapat digunakan untuk

    menyimpulkan data  –   data kristalografi, sehingga hal ini dapat dikembangkan

    untuk menentukan elemen atau senyawa.

    Gambar 2.18 Skema Alat SEM

    Prinsip kerja SEM dapat dilihat pada Gambar 2.14. Sebuah pistol elektron

    memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda. Lensa magnetik

    memfokuskan elektron menuju ke sampel. Sinar elektron yang terfokus memindai

    (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai. Ketika elektron

    mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan

    diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    38/68

     

    27

    Dua sinar elektron deigunakan secara simultan. Satu strike specimen

    digunakan untuk menguji dan strike yang lain adalah CRT (Cathode Ray Tube)

    memberi tampilan yang dapat dilihat oleh operator. Akibat tumbukan pada

    spesimen dihasilkan satu jenis elektron dan emisi foton. Sinyal yang terpilih

    dikoleksi, dideteksi dan dikuatkan untuk memodulasi tingkat keterangan dari sinar

    elektron yang kedua, maka sejumlah besar sinar akan menghasilkan bintik gelap.

    SEM menggunakan prinsip scanning, maksudnya berkas elektron di arahkan dari

    titik ke titik pada objek. Gerakan berkas elektron dari satu titik ke titik yang lain

     pada suatu daerah objek menyerupai gerakan membaca. Gerakan membaca ini

    disebut dengan scanning.

    Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari pantulan

    inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X sedangkan

    dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered electron. Sinyal -sinyal

    tersebut dijelaskan pada gambar 2.15 dibawah ini.

    Gambar 2.19 sinyal –  sinyal yang dihasilkan oleh SEM

    Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered adalah

    sebagai berikut: elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yangdianalisa, permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah.

    Sedangkan backscattered elektron memberikan perbedaan berat molekul dari atom

     –   atom yang menyusun permukaan, atom dengan berat molekul tinggi akan

     berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah. Contoh

     perbandingan gambar dari kedua sinyal ini disajikan pada gambar 2.16 dibawah

    ini.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    39/68

     

    28

    Gambar 2.20 Perbandingan sinyal elektron sekuder dengan backscattered

    Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar

    dibawah ini. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan

    menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah

    atau datar.

    Gambar 2.21 Mekanisme kontras dari elektron sekunder

    Sedangkan mekasime kontras dari backscattered electron dijelaskan dengan

    gambar dibawah ini yang secara prinsip atom  –  atom dengan densitas atau berat

    molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak

    lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik ini sangat berguna untuk

    membedakan jenis atom.

    Gambar 2.22 mekasime kontras dari backscattered elektron

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    40/68

     

    29

    2.7.6  Uji Pengembangan Tebal

    Pengujian pengembangan tebal dilakukan untuk mengetahui daya serap air

    terhadap papan partikel tersebut. Untuk standar Sni 03-2105-2006  nilai

     pengembangan maks 12 %

    Pengujian tebal dilakukan dengan spesimen berukuran 5x5 cm spsimen

    diukur tebalnya (T1), lalu direndam dalam air (suhu kamar) secara horizintal

    kurang lebih sedalam 3 cm dibawah permukaan air selama 24 jam kemudian

    diukur kembali tebalnya (T2).

    Di mana :

    Pengembangan tebal (%)2

    12

    T T    ..................... (2.9)

    2.8  Karakteristik Papan Partikel

    Karakterisasi papan partikel dilakukan untuk mengetahui karkteristik papan

     partikel (campuran polimer dan serat). Karakterisasi dilakukan dengan

    mengunakan standar Sni 03-2105-2006 yang meliputi sifat fisik dari papan

     partikel tersebut.

    Tabel 2.5 Tabel Sni 03-2105-2006 .

    NOSIFAT

    MEKANIKSni 03-2105-2006

    1 Densitas (gr/cm3) 0,40-0,90

    2 Kadar air (%) < 14 %

    3Kuat lentur

    (Kgf/cm2)min 82

    4Modulus elastisitas

    (Kgf/cm2)Min 20.400

    5Pengembangan

    tebal (%)maks 12 %

    6Kuat rekat

    internal(Kgf/cm2)min 1.5

    7 Kuat impak

    Sumber : Badan standarisasi nasional 2006

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    41/68

     

    30

    2.9  Tingkat Kekuatan Kayu

    Untuk tingkat kekuatan kayu, dilakukan pengujian kuat tarik, kuat lentur, dan

    kuat tekan, serta pengujian berat  jenis kayu. 

    Tabel 2.6 Tingkat kekuatan kayu

    Tingkat I : kayu jati, merbau, bengkirai, resak,  biasa digunakan pada

    konstruksi yang berat.

    Tingkat II : kayu rasamala, mahoni, merawan, digunakan untuk konstruksi

     berat terlindungi.

    Tingkat III : kayu puspa, kamper, bayur, kemuning, digunakan konstruksi

     berat terlindungi.

    Tingkat IV : kayu meranti, suren, sungkai, pinus, lame digunakan untuk

    konstruksi ringanTingkat V : kayu albasia, Bayur, untuk pekerjaan keperluan sementara.

    Tingkat 1 2 3 4 5

    a. Kuat lentur dalam Kg / cm2  1000 725 500 360

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    42/68

     

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1  Diagram Alir Penelitian

    Penelitian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian. Adapun diagram alir

     penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. 

    Tidak

    Ya

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

    Proses Kompaksi

    ( 30 Bar )

    MULAI

    Persiapan Bahan

    Serat pelepah (5 mm) 15 %

    Serbuk Kayu (40msh) 50 %

    Abu sekam 50%

    Lem fox 20 %

    Proses Mixing 

    Pembuatan Spesimen

    Spesimen Komposit

    Pengujian Spesimen

    A

    Repair

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    43/68

     

    32

    Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan)

    3.2  Persiapan Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat-alat yang Digunakan

    a.  Gunting

     b.  Mistar  

    c.  Timbangan digital 

    d.  Mesin press + Cetakan 

    e. 

    Alat uji kekerasan 

    f. 

    Alat uji laju impak  

    g.  Alat uji bending 

    h.  Alat uji strukur mikro 

    i.   Mixer  

    A

    Uji

    Kekerasan

    Uji Densitas

    dan Porositas

    Uji Impak Uji

    Bending

    Uji Kuat Pegang

    Sekrup

    Uji

    Metalografi

    Analisa Literatur

    Kesimpulan

    Selesai

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    44/68

     

    33

    3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan

    a.  Serat pelepah kelapa sawit

     b.  Serbuk kayu dan abu sekam

    c. 

    Lem PVaC 

    d.  Resin epoxy

    e.  NaOH

    f.  Aquades

    3.3 

    Persiapan Pembuatan Sampel Komposit

    3.3.1 Persiapan Bahan Penyusun

    1. 

    Pengolahan serat pelepah kelapa sawit

    Bagian pangkal pelepah kelapa sawit dipotong dan diambil sebagai serat yang

    digunakan. pelepah kelapa sawit dikeringkan dan dibersihkan supaya mudah

    untuk mengurai serat tersebut. Kemudian pelepah kelapa sawit diurai sehingga

    menjadi bentuk serat satuan. Serat pelepah kelapa sawit kemudian dipotong

    menjadi ukuran 5 mm menggunakan alat potong atau gunting. Setelah serat

    terpotong sesuai ukuaran, kemudian serat dilakukan perlakuan alkali dengan

    menggunakan larutan 5 % NaOH selama 2 jam. Setelah 2 jam serat dicuci denganmenggunakan air bersih agar efek dari NaOH bisa direduksi. Setelah serat melalui

     perlakuan alkali dikeringkan dengan temperatur ruang selama 24 jam.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    45/68

     

    34

    Gambar 3.3 Penggolahan Serat Pelepah Kelapa Sawit

    2.  Pengayakan serbuk kayu

    Kayu yang digunakan sebagai bahan dasar komposit ini adalah kayu sengon,

    mahoni dan bayur. Serbuk kayu didapat dari tempat pengerajin kayu di daerah

    Pandeglang, Banten. Serbuk kayu dijemur terlebih dulu dalam temperatur ruang

    supaya serbuk dalam keadaan kering. Kemudian serbuk kayu diayak sampai

    dengan ukuran mesh 40. Tahapan pengayakannya adalah ayakan ukuran mesh 18

    terlebih dulu, setelah serbuk lolos pada ayakan ukuran mesh 18 dilanjutkan

    menggunakan ayakan ukuran mesh 40. Serbuk yang lolos setelah diayak ukuran

    mesh 40 yang digunakan sebagai bahan penyusun.

    Gamabar 3.4 Pengayakan Serbuk Kayu

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    46/68

     

    35

    Tabel 3.1 Fraksi Volum Bahan Komposit

    Komposisi Bahan Persentase

    Serbuk kayu 50 %

    Abu sekam padi 50 %

    Serat pelepah 15 %

    Lem fox  15 %

    Resin Epoxy 20 %

    Gambar 3.5 Timbangan Digital 

    3.3.2  Proses Pencampuran ( Mixing) 

    Proses pencampuran atau mixing  dilakukan dengan menggunakan mixer

    electric sebagai alat pengaduk dan sebuah baskom sebagai wadah pencampuran.

    Proses pencampuran berlangsung selama 20 menit dengan 700 rpm yang terdiri

    dari beberapa tahap:

    1. 

    Resin dan hardener  dicampur hingga merata dengan perbandingan 1:1.

    2.  Setelah resin dan hardener tercampur, masukan serbuk kayu kedalam

    campuran resin dan hardener tadi.

    3.  Kemudian serat dimasukkan kedalam campuran resin, hardener dan serbuk

    kayu tadi.  Mixing selama 20 menit hingga bahan-bahan tersebut merata

    seluruhnya. Campuran bahan kemudian didiamkan selama 10 menit sebelum

    dimasukkan kedalam cetakan dengan tujuan untuk mencegah kebocoran saat

     proses kompaksi.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    47/68

     

    36

    Gambar 3.6 Proses Pencampuran ( Mixing)

    3.3.3  Proses Kompaksi

    Proses kompaksi dilakukan di laboratorium METALURGI FT.UNTIRTA,

    dengan menggunakan mesin  press  dengan tekanan 30 Bar. Pada penelitian ini

     proses kompaksi menggunakan metode cold press single punch. Campuran bahan

    komposit dimasukan ke dalam cetakan dengan dimensi 115 x 70 x 90 mm, dengan

    cara langsung memasukkan semua bahan komposit ke dalam cetakan. Cara ini

    menghindari terjadinya layer   atau berlapisnya pada komposit. Kemudian

    dilakukan proses kompaksi dengan tekanan 30 bar dan perlakuan holding time

    selama 120 menit. kemudian sampel kembali ditekan hingga keluar dari cetakan.

    Gambar 3.7 Mesin Press dan Cetakan

    3.4 Proses Pengujian

    3.4.1 Pengujian Kekerasan B all Indentation 

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    48/68

     

    37

    Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode ball indentation atau sama

    dengan kekerasan Rockwell tipe h.  Nilai kekerasan yang diperoleh disebut

    kekerasan ball indentation hardness (N/mm²). Bertambah keras suatu bahan yang

    diuji, maka akan bertambah tinggi nilai ball indentation. Bahan-bahan dan

     perlengkapan yang digunakan untuk uji kekerasan ball indentation adalah sebagai

     berikut: 

    1. Mesin uji kekerasan ball indentation 

    2. Indentor

    3. Amplas kasar dan halus

    4. Benda uji

    Gambar 3.8 Alat uji kekerasan ball indentation dan sample pengujian dngan

    standar ISO 2039-1.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan saat pengujian yaitu permukaan benda

    uji harus rata, pemilihan diameter indentor dan pembebanan yang digunakan.

    Bahan komposit papan partikel memiliki nilai kekerasan ball indentation  yang

    tidak tinggi, maka dipilihlah indentor dengan diameter 3.5 mm dan pembebanan49 N. 

    Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan pengujian yaitu:

    1.  Mempersiapkan benda uji yaitu komposit papan partikel.

    2.  Benda uji sebelumnya telah melalui proses grinding sehingga memiliki

     permukaan yang rata pada bagian atas dan bagian alas.

    3.  Pasang ball indentor  berukuran 3.5 mm

    4.  Mempersiapkan benda uji di alat uji kekerasan

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    49/68

     

    38

    5.  Lakukan pembebanan dengan load sebesar 49 N

    6.  Melepaskan tuas pembebanan dengan waktu tahan 10 detik.

    7.  Mencatat nilai diameter lekukan secara horizontal dan vertikal.

    8. 

    Menentukan nilai kekersan ball indentation dari rata-rata diameter lekukan.

    9.  Untuk ketelitian sebaiknya dilakukan pengulangan pengujian hingga

    diperoleh nilai kekerasan rata-rata.

    3.4.2  Pengujian Bending

    Pengujian bending dilakukan di laboratorium sentra teknologi polimer LIPI

    PUSPIPTEK. Tangerang. Pada pengujian bending ini menggunakan standar

    ASTM D 790 dengan metode 3 point bending. Dengan ukuran panjang specimen

    100 mm lebar 10 mm dan tebal 4 mm. Pada metode ini benda uji disangga pada

    kedua ujungnya dan diberi beban pada titik tengah antara ujung benda uji.

    Pembebanan dilkukan dengan kecepatan 2.64 mm/min pada temperature 23.7°C.

    Adapun tahapan dari pengujian bending ini : 

    1.  Persiapkan bahan sesuai standar ukurannya

    2.  Letakkan benda uji pada alat uji bending

    3. 

    Lakukan pengujian bending4.  Catat hasil pengujian

    5.  Untuk ketelitian sebaiknya dilakukan pengulangan pengujian untuk masing-

    masing benda uji.

    Gambar 3.9 Alat pengujian bending dan sample uji dengan standart ASTM

    D 790.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    50/68

     

    39

    3.4.3  Pengujian Impak

    Pengujian impak dilakukan di laboratorium sentra teknologi polimer LIPI

    PUSPIPTEK. Tangerang. Pada pengujian impak ini menggunakan metode charpy

    tanpa menggunakan takik dengan standar ISO 179 pada temperatur 23°C. Adapun

    tahapan dari pengujian impak ini :

    1.  Persiapkan spesimen sesuai ukuran standarnya.

    2.  Persiapkan alat uji impak

    3.  Letakkan spesimen di alat uji impak.

    4.  Lakukan pengujian impak dengan menghantamkan pendulum ke

    spesimen.

    5. 

    Catat hasil pengujian.

    6.  Untuk ketelitian sebaiknya dilakukan pengulangan pengujian untuk

    masing-masing benda uji.

    Gambar 3.10 Alat pengujian impak dan sample uji dengan standar ISO

    179.

    3.4.5 

    Pengujian SAA (Surface Area Analyzer)

    Surface Area Analyser (SAA)  merupakan alat yang digunakan untuk

    mengkarakterisasi luas permukaan, distribusi pori, dan desorpsi suatu material.

    Prinsip dasar alat ini menggunakan mekanisme adsorpsi gas (nitrogen, argon, dan

    helium) pada permukaan suatu bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu

    konstan biasanya suhu didih dari gas tersebut, pada pengujian ini digunakan

     Nitrogen. Terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam analisis menggunakan

    SAA yaitu adsorpsi dan desorpsi. Adsorpsi adalah proses penyerapan gas N2 pada

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    51/68

     

    40

     permukaan padatan standart raw material. Sedangkan desorpsi adalah proses

     pengeluaran gas N2 yang berada pada permukaan standart raw material. Sampel

    yang digunakan adalah komposit dengan tekstur yang kasar (bukan serbuk).

    Sampel didegassing dengan gas N2 pada suhu 300oC selama 2 jam. Degassing

     bertujuan untuk menghilangkan pengotor pada pori padatan sehingga hasil analisis

    yang didapatkan lebih akurat. Adapun prosedur pengujian SAA yaitu:

    1.  Persiapkan alat

    a.  Neraca analitik

     b.  Corong

    c.  Sampel set No 92

    d. 

    Satu set alat SAA Micromeritics TriStar 3020 ver 2.00

    2.  Bahan

    Bahan bahan yang digunakan meliputi :

    a.  Gas N2 

     b.  N2 cair

    c.  Sample komposit

    3.  Persiapan Alat

    Kabel disambungkan pada sumber tegangan dan pastikan semua kabel dankomputer tersambung, kemudian vakum dinyalakan, tekan Switch Power

     pada alat SAA dan nyalakan komputer.

    4.  Preparasi sample

    Preparasi sampel degassing, pertama adalah menimbang sampel dan

    memasukkannnya dalam sampel cell  yang bersih, kemudian menyusun

    sampel cell  dalam tempat degassing. Menyalakan heating mantle, atur

    temperaturnya hingga 300

    o

    C. Setelah load  menu degass tekan tombol ESC.Atur kecepatan keluarnya gelembung gas N2, 2 gelembung/detik. masukkan

    metal flow tube dalam sample, dan tunggu hingga tidak ada uap yang keluar

    kemudian putar valve dan matikan heating mantle.

    5.  Analisa sample

    Sampel dalam cell sampel yang telah didegassing dimasukan batang kuarsa

    kemudian di set pada holder station dengan urutan o-ring, adaptor slave dan 

    knurled retainer ring. Kemudian menuangkan Nitrogen cair kedalam dewar

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    52/68

     

    41

    dan di set alatnya, setelah itu jalankan file NovaWin di start program dan

    login dengan user Nova, klik operation dan pilih start analisis. Lakukan

     penyetingan parameter dan point pada tab sample.

    Untuk mencetak hasil analisa, Open file yang telah dianalisa dan cetak

    sebagai PDF, beri nama dan simpan file. Untuk mematikan alat pastikan

    terlebih dahulu bahwa sample cell telah dilepas dan menutup software

     NovaWin. Matikan instrumen dengan menekan tombol Switch Power,

    matikan vacum dan tutup katub N2. matikan komputer dan cabut semua

    kabel.

    Gambar 3.11 Alat Surface Area Analyser (SAA)

    3.4.6  Pengamatan Struktur Mikro dengan SEM

    Sebelum sampel dilakukan pengujian SEM, sampel harus dilakukan preparasi

    terlebih dahulu. Tahapan pengujian struktur mikro didasarkan pada persiapan dan

     pengamatan metalografi. Tahapan persiapan tersebut adalah sebagai berikut:

    1.  Cutting (Pemotongan) 

    2.  Polishing (Pemolesan) 

    3.  Pengamatan struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik  

    4.  Pengamatan struktur mikro menggunakan SEM 

    Pengamatan struktur mikro dengan menggunakan SEM (Scanning Electron

     Microscope)  milik lab fisika LIPI. Pengamatan ini adalah dengan cara

    menembakan sampel dengan menggunakan elektron, dan nantinya pantulan

    elektron dari tumbukan dengan sampel tadi akan ditangkap oleh detektor-detektor

    yang kemudian dapat menampilkan gambar struktur mikro pada monitor.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    53/68

     

    42

    Pertama-tama, permukaan sampel dilakukan coating  menggunakan Au kira-

    kira satu jam agar tidak terjadi charging  berlebih ketika ditembakan dengan

    electron dan untuk meningkatkan kontras warna pada gambar. Kemudian sampel

    dimasukan kedalam alat pengujian SEM dan divakum selama kira-kira 10 menit.

    Selanjutnya sampel dapat ditembakan electron dengan  probe level  tertentu.

    Pantulam electron setelah menumbuk sample dapt ditangkap oleh detektor

    secondary electron (SE1) atau  backscaterred electron (QBSD). Detektor SE1

    digunakan untuk mengamati topografi permukaan sampel yang diuji. Sedangkan

    detektor QBSD digunakan untuk mengamati terbentuknya fasa-fasa yang terdapat

     pada sampel yang diuji. Pengamatan didasarkan pada perbedaan terang dan gelap

    fasa tersebut. Bila suatu fasa memiliki berat atomyang ringan, maka fasa yang

    terlihat pada monitor adalah berwarna terang, sedangkan fasa yang memiliki berat

    atom yang berat akan ditunjukan dengan warna yang gelap pada monitor.

    3.4.5 

    Pengujian Pengembangan Tebal

    Proses pengujian pengembangan tebal dilakukan dengan cara mengukur

    dimensi setiap sisi spesimen. Kemudian spesimen komposit direndam didalam air

    selama 48 jam dan diukur kembali setelah melalui proses perendaman. Adapun prosedur pengujian densitas yaitu:

    1.  Mempersiapkan benda uji dan

    2.  Mempersiapkan air dalam wadah untuk perendaman komposit.

    3.  Mengukur setiap sisi komposit.

    4.  Catat ukuran dimensi setelah diukur.

    5.  Rendam komposit dalam air selama 24 jam.

    6. 

    Ukur kembali komposit setelah direndam.7.  Melakukan perhitungan pengembangan tebal.

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    54/68

     

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pembuatan material komposit terdiri dari beberapa jenis bahan penyusun.

    Pada komposit variasi 1 terdiri dari serat pelepah kelapa sawit 15% dengan

     panjang 5 mm, serbuk kayu sengon 50 % mesh 40, lem fox 20% dan resin epoksi

    15%. Pada variasi dua hingga empat komposisi dan bahan penyusun sama dengan

    variasi satu, hanya berbeda pada bahan pengisi atau  filler . Untuk variasi pertama

    menggunakan serbuk kayu sengon, variasi kedua serbuk kayu bayur, variasi

    ketiga menggunakan serbuk kayu mahoni dan variasi ke empat menggunakan

    serbuk abu sekam padi. Bentuk awal spesimen berbentuk balok dengan ukuran

     panjang 115 mm, lebar 70 mm, dan tinggi 50 mm. Pembuatan komposit ini

    ditekan dengan tekanan 30 bar menggunakan mesin press hidraulik.

    4.1  Kualitas Papan Partikel

    4.1.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis

    a.  Analisa Luas Permukaan (SAA)

    Surface Area Analyzer   (SAA) merupakan salah satu alat utama dalam

    karakterisasi material. Alat ini berfungsi untuk menentukan luas permukaan

    material, volume pori, dan ukuran nanopartikel. Dalam analisa dengan SAA

    hanya membutuhkan sampel dalam jumlah yang kecil. Biasanya berkisar 0.1

    sampai 0.01 gram. Dalam pengujian komposit ini didapat data densitas komposit

    seperti tertera pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Data Surface Area Analyzer  

     No.Kode

    KompositVariasi filler  

    Luas

    Permukaan

    (m2/g)

    Vol Pori

    (cm3/g)

    Diameter

     pori

    (nm)

    1 A Abu Sekam 1.386 724x10-4  2.0901

    2 B Bayur 0.327 170 x10-4  2.0838

    3 C Mahoni 0.375 190 x10-4  2.0288

    4 D Sengon 1.404 736 x10-4  2.0976

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    55/68

     

    44

    5 EPapan Partikel di

     pasaran- - -

    Dari table 4.1 data pengujian SAA, dapat disimpulkan bahwa kompaksi

    mempunyai pengaruh terhadap diameter pori komposit. Ini dikarenakan masing-

    masing filler memiliki ukuran nanopartikel yang berbeda. Pengaruh kompaksi

    terhadap diameter pori komposit dapat dilihat pada grafik 4.1 di bawah ini.

    Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Kompaksi Terhadap Diameter Porositas

    Dari grafik di atas dapat dilihat, komposit dengan campuran serbuk mahoni

    mempunyai nilai diameter porositas yang paling kecil yaitu 2.0288 nm. Hal ini

    disebabkan karena tekanan kompaksi 30 bar menghasilkan jarak antar partikel

    semakin dekat, diameter pori mengecil dan densitas meningkat. Artinya dengan

    semakin kecilnya nilai diameter pori maka semakin tinggi nilai density  atau

    kerapatanya sehingga akan membuat papan komposit memiliki sifat ketangguhan

    yang tinggi.

    b.  Pengembangan Tebal

    Pengujian pengembangan tebal dilakukan dengan direndam air selama 24 jam

     pada temperatur ruang setiap variasi komposit. Dalam pengujian komposit ini

    didapat persentase pengembangan tebal komposit yang tertera pada Tabel 4.2.

    2.09012.0838

    2.0288

    2.0976

    Abu Sekam Bayur Mahoni Sengon

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    56/68

     

    45

    Tabel 4.2 Data Pengujian Pengembangan Tebal

    Kode Komposit Variasi filler  Pengembangan

    Tebal (%)

    A Abu Sekam 4.3

    B Bayur 2.0

    C Mahoni 1.2

    D Sengon 3.3

    Papan partikel di pasaran - 18

    Hasil pengujian papan partikel yang telah dilakukan menunjukkan persentase

     pengembangan tebal setelah direndam selama 24 jam. Pengembangan tebal

    tertinggi terdapat pada komposit A 4.3% dan pengembangan tebal yang terendah

    terdapat pada komposit C 1.2%. Pada penelitian ini, papan partikel yang

    dihasilkan nilai rata-ratanya di bawah papan partikel di pasaran yang memiliki

    nilai pengembangan tebal sebesar 18.198%.

    Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Variasi Filler  Terhadap Pengembangan Tebal

    Dari hasil pengujian papan partikel pada Tabel 4.2, nilai pengembangan tebal

    tertinggi terdapat pada papan partikel campuran abu sekam yaitu sebesar 4.3%.

    Tingginya nilai pengembangan tebal pada papan partikel campuran abu sekam ini,

    dipengaruhi faktor  filler  abu sekam yang digunakan masih berbentuk kasar. Abu

    4.32.0 1.2

    3.0

    18

    Abu Sekam Bayur Mahoni Sengon -

    A B C D Papanpartikel di

    pasaran

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    57/68

     

    46

    sekam kasar masih memiliki sifat higroskopis karena mengandung lignin dan

    selulosa. Semua bahan yang mengandung lignin dan selulosa ini sangat mudah

    menyerap air. Semakin banyak air yang diserap semakin lemah ikatan antar

     partikel dan akhirnya membuat papan partikel mengembang. Sehingga semakin

     banyak jumlah abu sekam kasar yang digunakan, semakin besar pula nilai

     pengembangan tebalnya.

    Sedangkan pengembangan tebal yang terjadi pada papan partikel  filler  kayu

    disebabkan karena partikel kayu mengandung lignoselulosa yang cukup tinggi,

    yaitu komponen holoselulosa (selulosa dan hemiselulosa) sebesar 62-64% dan

    lignin sebesar 21-23% sehingga memiliki sifat higroskopis. Sifat ini akan

    mempengaruhi banyaknya air yang masuk ke dalam papan sehingga akan

    memperbesar pengembangan tebal papan.

    4.2  Hasil Pengujian Sifat Mekanik

    a. 

    Hasil Uji Kekerasan ( Hardness) 

    Pengujian kekerasan (hardness)  dilakukan dengan metode ball indentation

    menggunakan indentor bola baja berdiameter 5 mm dan pembebanan 132.3 N. Uji

    kekerasan ini menggunakan standar pengujian ISO 2039-1. Benda uji berbentuk balok dengan panjang 70 mm, lebar 35 mm dan tinggi 14 mm. Data hasil

     pengujian kekerasan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

    Tabel 4.3. Data Pengujian Kekerasan

     No. Kode Komposit Variasi Filler  

    Ball Indentation

    Hardness

    (N/mm2)1 A Abu sekam 31

    2 B Bayur 42

    3 C Mahoni 43

    4 D Sengon 41

    5Papan partikel di

     pasaran- 28

  • 8/16/2019 1 BAB Kata Pengantar Full

    58/68

     

    47

    Berdasarkan data hasil pengujian kekerasan dapa