bab i - bab viii full

81
PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi merupakan komponen terbesar selain pajak yang memberikan sumbangan untuk pendapatan Negara Indonesia. PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang melakukan eksplorasi minyak dan gas bumi. Produksi minyak bumi adalah sektor yang sangat penting yang menentukan berjalannya perusahaan ini. Untuk memproduksi minyak diperlukan energi listrik yang akan didistribusikan ke area perkantoran, perumahan karyawan dan untuk menggerakkan pompa-pompa minyak. Kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam memenuhi kebutuhan energi listrik sangat terbatas sehingga PT CPI membangun sebuah sistem pembangkit energi listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada pada daerah operasi PT CPI. Energi listrik tersebut dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan sendiri oleh PT CPI yang berada pada sebuah departemen yang dinamakan Power Generation and Transmission (PGT). Mengingat arti pentingnya energi listrik bagi PT CPI, maka harus diusahakan agar energi listrik ini dapat tersedia secara terus menerus dan harus memiliki kehandalan yang tinggi. Untuk itu maka PT CPI membangun sistem pembangkit listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada di semua daerah operasinya yang saat ini sudah memilik jaringan listrik yang terinterkoneksi. Sistem tenaga listrik yang handal dan efisien merupakan salah satu keharusan apabila PT CPI tidak mau mengalami kerugian pada proses produksinya, karena terhentinya suplai listrik ke pompa pompa minyak dan ke proses proses produksi lainnya. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem tenaga listrik yang andal ( reliable) yang mampu mencegah kerugian atau production loss yang besar, akibat terhentinya listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan motor. Dengan proteksi yang baik, gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik tidak akan mengganggu sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Sistem transmisi dan distribusi yang baik didukung dengan

Upload: silvia-rafli

Post on 29-Dec-2015

570 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak dan gas bumi merupakan komponen terbesar selain pajak yang

memberikan sumbangan untuk pendapatan Negara Indonesia. PT Chevron Pacific

Indonesia (CPI) merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang melakukan

eksplorasi minyak dan gas bumi. Produksi minyak bumi adalah sektor yang sangat

penting yang menentukan berjalannya perusahaan ini. Untuk memproduksi minyak

diperlukan energi listrik yang akan didistribusikan ke area perkantoran, perumahan

karyawan dan untuk menggerakkan pompa-pompa minyak.

Kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam memenuhi kebutuhan

energi listrik sangat terbatas sehingga PT CPI membangun sebuah sistem pembangkit

energi listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada pada daerah operasi

PT CPI. Energi listrik tersebut dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan

sendiri oleh PT CPI yang berada pada sebuah departemen yang dinamakan Power

Generation and Transmission (PGT).

Mengingat arti pentingnya energi listrik bagi PT CPI, maka harus diusahakan

agar energi listrik ini dapat tersedia secara terus – menerus dan harus memiliki

kehandalan yang tinggi. Untuk itu maka PT CPI membangun sistem pembangkit

listrik sendiri untuk melayani semua beban yang berada di semua daerah operasinya

yang saat ini sudah memilik jaringan listrik yang terinterkoneksi. Sistem tenaga listrik

yang handal dan efisien merupakan salah satu keharusan apabila PT CPI tidak mau

mengalami kerugian pada proses produksinya, karena terhentinya suplai listrik ke

pompa – pompa minyak dan ke proses – proses produksi lainnya.

Untuk itu dibutuhkan suatu sistem tenaga listrik yang andal (reliable) yang

mampu mencegah kerugian atau production loss yang besar, akibat terhentinya listrik

yang dibutuhkan untuk menggerakkan motor. Dengan proteksi yang baik, gangguan

yang terjadi pada sistem tenaga listrik tidak akan mengganggu sistem tenaga listrik

secara keseluruhan. Sistem transmisi dan distribusi yang baik didukung dengan

Page 2: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 2

keandalan sistem proteksi dalam sistemnya. Sistem proteksi bertujuan untuk

mengurangi dan mencegah terjadinya gangguan yang mengakibatkan kerusakan pada

jaringan dan peralatan listrik, serta menjaga keselamatan umum karena gangguan

kelistrikan seperti hubung singkat, over load, dan gangguan yang disebabkan petir.

Dengan adanya sistem proteksi yang handal akan meningkatkan pelayanan kualitas

listrik.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini, antara lain :

1. Memeuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusan mahasiswa pada

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau.

2. Mengenal ruang lingkup Departemen PGT

3. Mempelajari sistem tenaga listrik di PT CPI

4. Melihat dan membandingkan hal – hal yang telah diterima di bangku kuliah

dengan aplikasi yang ada di lapangan.

5. Mengenal lebih dekat dunia kerja dilingkungan perusahaan.

6. Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknik tenaga

listrik serta penerapannya di industri.

7. Memahami gambaran umum tentang sistem tenaga listrik dan mempelajari sistem

proteksi khususnya mengenai Koordinasi Sistem Proteksi pada Saluran Distribusi

PT Chevron Pacific Indonesia di PT CPI.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membatasi permasalahan

pada Koordinasi Sistem Proteksi pada Saluran Distribusi PT Chevron Pacific

Indonesia.

1.4 Waktu Pelaksanaan

Page 3: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 3

Kerja praktek ini dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 15

November 2013- 15 Desember 2013 bertempat di DSC PGT, PT Chevron Pacific

Indonesia distrik Duri.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, tujuan kerja praktek,

batasan masalah, waktu pelaksanaan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini dijelaskan secara singkat mengenai PT Chevron Pacific

Indonesia dan Power Generation & Transmission (PGT)

BAB III DEPARTEMEN POWER GENERATION AND

TRANSMISSION

Pada bab ini dijelaskan secara singkat mengenai struktur organisasi PT

CPI.

BAB IV SISTEM KELISTRIKAN PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Pada bab ini akan dijelaskan secara terperinci tentang bagaimana

sistem kelistrikan di PT CPI .

BAB V TEORI UMUM SISTEM PROTEKSI

Berisi tentang kesimpulan.

BAB VI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA SALURAN

DISTRIBUSI PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

Berisi tentang koordinasi rele OCR dan CB dalam mem-protect sistem

tenaga listrik.

BAB VII PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari tema yang dibahas pada kerja praktek

dan saran yang terkait dengannya.

Page 4: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 4

BAB II

TINJAUAN UMUM PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

2.1 Sejarah Singkat PT Chevron Pacific Indonesia

Pada Tahun 1942, tim survei eksplorasi yang bernama Standard Oil Company of

California (SOCAL) mempelopori berdirinya PT Chevron Pacific Indonesia yang

berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan dan khususnya di daerah Aceh. Usaha

yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti karena Indonesia

pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan Hindia Belanda. Namun usaha

eksplorasi itu tidak berhenti secara total karena pada bulan Juni 1930 tim eksplorasi

SOCAL membentuk n.v. Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM).

Pada tahun 1935 NPPM mendapat hak konsensi tanah seluas ± 600.000 hektar di

Sumatera Tengah yang belum banyak dieksplorasi dan masih dianggap kurang

memberi harapan bagi pemerintah Hindia Belanda. Daerah yang ditawarkan

merupakan daerah yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh NPPM tetapi kegiatan

eksplorasi tetap dijalankan pada daerah tersebut.

Pada tahun 1936 TEXACO Inc. (perusahaan yang berlokasi di Texas, USA )

bersama dengan SOCAL sepakat untuk bergabung dan membentuk perusahaan

California-Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Hasil penelitian kegiatan

geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936-1937 mengindikasikan bahwa prospek

minyak yang lebih besar terletak di daerah Selatan. Kegiatan eksplorasi untuk

pertama kali dilakukan pada bulan April 1939 di daerah lapangan Kubu 1.

Pada bulan Agustus 1940 ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga yang

merupakan penemuan yang pertama di daerah Riau. Pada bulan Nopember 1940

ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan daerah Duri pada

bulan Maret 1941. Pada tahun 1942 Mercu Bor siap dipasang di lapangan miyak di

Minas I, akan tetapi karena pecahnya Perang Dunia kedua (PD II) di Indonesia maka

kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti.

Page 5: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 5

Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang. Hal ini

dapat dilihat dari proses pengeboran yang selesai dilakukan pada saat pendudukan

Jepang atas Indonesia. Perlu diketahui bahwa pengeboran yang dilakukan oleh Jepang

merupakan satu-satunya sumur Wild Cat di Indonesia selama Perang Dunia kedua

yang mempunyai kedalaman 2623 ft (±787 m). Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung

lama karena adanya perang kemerdekaan Indonesia hingga tahun 1946.

Setelah Perang Dunia II berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk

pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintahan RI mulai

mempelajari dan menyusun undang-undang yang mengatur masalah pertambangan.

Berdasarkan undang-undang pertambangan yang telah terbentuk, maka pada bulan

Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex Pacific Oil Company

(CPOC) untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah setahun, kegiatan Caltex

dilanjutkan dengan pengembangan lapangan Minas. Pada tanggal 20 April 1952,

Menteri Perekonomian Sumanang, SH meresmikan selesainya proyek pengembangan

lapangan Minas yang ditandai dengan pengapalan pertama Minas Crude Oil dari

Perawang menuju Pakning di Selat Malaka untuk selanjutnya diekspor ke pasar

dunia. Hasil ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri,

pembangunan jalan, and pemasangan pipa saluran (shipping line) yang mempunyai

garis tengah 60 cm dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai

ke Dumai, mencakup pula pembangunan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun

pompa pusat di Duri maupun di Dumai serta kompleks perumahan dan perbengkelan

di Duri maupun di Dumai.

Dengan ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan besar

untuk memperpanjang “harapan hidup” industri perminyakan di Indonesia dapat terus

bertahan seperti lading minyak di Duri. Dengan teknologi perminyakan yang canggih

yaitu menggunakan teknologi steam dapat meningkatkan produksi minyak per hari 6

kali dari yang sebelumnya atau dari ±50000 barel per hari menjadi ±300000 barel per

hari. Teknologi ini diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan minyak bumi yang

Page 6: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 6

ada di Duri sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap

ke dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah.

Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap

produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total produksi

minyak PT.CPI. Akan tetapi produksi minyak di Duri mulai mengalami penurunan

pada tahun 1964, yang akan sangat berpengaruh pada “Economic Life Expectacy”

dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT CPI menciptakan Proyek

Injeksi Uap di lading minyak Duri, diresmikan Soeharto pada Maret 1991.

Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang dengan pola yang

bervariasi antara lain “pola tujuh titik” yaitu sumur injeksi untuk enam sumur

produksi atau pola lima titik dan sembilan titik.

Pada tahun 1957 Presiden Sukarno mengeluarkan perintah untuk

menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh

Belanda walaupun perintah Presiden Sukarno itu hanya terbatas pada perusahaan

penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung keputusan itu mengancam

kedudukan Caltex sebagai salah satu penghasil minyak asing terbesar di Indonesia.

Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-Undang nomor

44 tahun 1960 menegnai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu

seluruh wilayah konsensi NPPM (Rokan I blok dan Rokan III blok seluas 9.030 km2)

dikembalikan oleh Caltex kepada pemerintah Republik Indonesia, tetapi pelaksanaan

operasi wilayah kerja tetap dikerjakan oleh Caltex.

Pada bulan September 1963, diadakanlah “Perjanjian Karya” yang

ditandatangani oleh Perusahaan Negara dan Perusahaan Asing, termasuk didalamnya

PT CPI dan Pertamina. Perjanjian tersebut menetapkan wilayah kerja PT CPI yaitu

Kangaroo seluas 9.030 km2

. pada tahun 1968, diadakan penambahan luas wilayah

yaitu Minas Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat, dan Sebanga. Dengan adanya

penambahan luas wilayah tersebut, luas wilayah kerja PT CPI seluruhnya menjadi

9.898 km2.

Page 7: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 7

Perjanjian Karya berakhir pada 28 Agustus 1983 dan diperpanjang menjadi

“Kontrak Bagi Hasil” (Production Sharing Contract) sampai tanggal 8 Agustus 2001

dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2. Dalam kontrak tersebut ditetapkan bahwa

Pertamina adalah pengendali manajemen operasional dan yang menyetujui program

kerja anggaran tahunan. PT CPI sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan

kegiatan operasional dan menyediakan keahlian teknis dan investasi serta biaya

operasi. Rasio pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai saat ini

adalah sebesar 88 % untuk Pertamina dan 12 % untuk PT CPI ditambah dengan

ketentuan khusus lainnya berupa fleksibilitas atau intensif bagi PT CPI untuk hal-hal

tertentu.

Pada 11 Maret 1995 PT CPI menerapkan suatu sistem manajemen yang disebut

organisasi Strategic Business unit (SBU). Jika pada sistem yang lama (District

System) garis koordinasi manajemen bersifat sentralistik, dalam SBU garis koordinasi

manajemen bersifat desentralistik atau otonomisasi.

Akhirnya pada 10 Oktober 2001 dua perusahaan besar induk PT CPI yaitu

Chevron dan Texaco bergabung menjadi Chevron Texaco. Dan sejak saat itu

manajemen PT CPI juga ikut berubah dari SBU menjadi Indonesia Business Unit

(IBU). Dan pada akhir tahun 2005, nama Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi

Chevron Pacific Indonesia.

2.2 Lokasi dan Daerah Operasi

Daerah kerja PT CPI yang pertama, seluas hampir 10.000 km2 dikenal dengan

nama Kanggaroo Block terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain mengerjakan

daerahnya sendiri PT CPI juga bertindak sebagai operator bagi Calastiatic / Chevron

dan Topco / Texaco (C & T).

Pada bulan September 1963, ditandatangani perjanjian C & T yang pertama

(berdasarkan Perjanjian Karya) untuk jangka waktu 30 tahun, meliputi empat daerah

seluas 12.328 km, dikenal dengan Blok A, B, C, dan D. Setelah mendapat tambahan

daerah seluas 4.300 km, maka pada tahun 1968 sebagian Blok A, sebagian Blok D

Page 8: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 8

dan seluruh Blok C diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia.

Pengembalian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978

sehingga tersisa 8.314 km.

Pada bulan Agustus 1971, C & T menandatangani Perjanjian Coastal Plains

Pekanbaru Block seluas 21.975 km. Kemudian bulan Januari 1975, menandatangani

Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km. Setelah dilakukan

pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain

Pekanbaru tinggal 9.996 km.

Antara tahun 1979-1991, C & T menandatangani lima perjanjian lagi, yaitu:

1. Tahun 1979, Perjanjian Patungan (Joint Venture) dengan Pertamina (Jambi

Selatan Blok B) seluas 5.826 km sudah dikembalikan seluruhnya tahun 1988.

2. Tahun 1981, KPS Singkarak Blok seluas 7.163 km di Sumatera Barat (telah

dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984).

3. Tahun 1981, KPS Langsa Blok seluas 7.080 km di Selat Malaka dilepas Pantai

Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh (juga dikembalikan seluruhnya pada

Mei 1986).

4. Tahun 1991, KPS Nias Blok seluas 16.116 km.

5. Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Blok seluas 8.314

km berlaku 20 tahun sejak 28 November 1993.

Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan

efisiensi dalam pengoperasian, maka PT CPI membagi lokasi daerah operasi menjadi

5 distrik yaitu:

1. Distrik Jakarta, sebagai pusat administrasi seluruhnya.

2. Distrik Rumbai, merupakan pusat administrasi PT.CPI di Sumatera.

3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi (sekitar 30 km dari Rumbai).

4. Distrik Duri, merupakan daerah operasi (sekitar 112 km dari distrik Rumbai).

5. Distrik Dumai, merupakan tempat pelabuhan tempat pemasaran / pengapalan

minyak mentah (sekitar 184 km dari Rumbai) arah Timur Laut.

Page 9: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 9

2.2.1 Bahan Baku dan Produk

PT. Chevron Pacific Indonesia secara bisnis hanya bergerak di bidang

eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi adalah mulai dari evaluasi kandungan

reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan

oleh PT CPI adalah minyak mentah yang akan dipasarkan di beberapa negara untuk

pengolahan lebih lanjut.

2.3 Kegiatan Operasi

Kegiatan umum PT CPI adalah bergerak di bidang pertambangan minyak bumi

berupa eksplorasi dan produksi.

2.3.1 Kegiatan Eksplorasi

Setelah hak eksplorasi diperoleh NPM pada tahun 1953, maka dilaksanakan

kegiatan seismik secara intensif di Riau, dimulai dengan daerah-daerah sepanjang

aliran sungai Rokan. Berdasarkan penyelidikan geologik pada tahun1936 dan 1937,

semakin diyakini bahwa cadangan minyak yang potensial terdapat di wilayah yang

lebih ke selatan sehingga atas permintaan Chevron, daerah kerjanya diubah sehingga

berbentuk seperti sekarang yaitu bentuk seekor kangguru menghadap ke barat.

Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologik beserta

pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Penelitian seismik yang dilakukan tahun

1937-1941 dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar dengan

kedalaman seluruhnya 26.208 ft (7.862,4 m).

Pada tahun 1938 dimulai pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat

indikasi adanya minyak. Tahun 1938-1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil

diselesaikan dengan temuan di tiga tempat yakni gas di Sebanga,serta minyak di Duri

dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi

eksplorasi perminyakan di Bagian Tengah Pulau Sumatera, sehingga meningkatkan

kegiatan eksplorasi di wilayah yang baru ini.

Setelah Perang Dunia II, PT CPI melanjutkan program eksplorasinya disamping

mengembangkan temuannya di Minas. Enam sumur pengembangan berhasil

Page 10: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 10

diselesaikan pada waktu itu. Penelitian geologik dan pemetaan-pemetaan dimulai di

seluruh daerah kerja pada tahun 1951, disusul dengan pengeboran eksplorasi dan

penelitian geofisika pada tahun 1955.

Pada tahun 1968 PT CPI memanfaatkan helikopter untuk mendukung kegiatan

pengeboran seismik dan eksplorasi yang berhasil mengurangi secara drastis hambatan

yang dihadapi dalam penyediaan suplai angkutan tenaga kerja untuk penelitian

geofisik.

Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan baru.

Sampai tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan (minyak

atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak tahun1989 adalah Lapangan Rintis dan

Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-daerah produksi

baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah sekitarnya.

Hingga kini, PT CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km data seismik, 56.000

km diantaranya dari daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang minyak

baru sudah tidak gencar lagi dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan adalah

meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada (enhanced

oil recovery).

2.3.2 Kegiatan Produksi

Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969, lapangan Minas

mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barel pertama, dan menjadi

lapangan raksasa pertama di Asai di sebelah Timur Iran dan ke-22 di dunia. Hingga

akhir tahun 1990, produksi akumulatif lapangan Minas telah mebihi tiga miliar barel.

Minas Crude Oil digemari oleh negara-negara industri karena kadar belerangnya

sangat rendah.

Selama tahun 1951-1965, meskipun pengeboran eksplorasi menghasikan 7

temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim

politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang

Page 11: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 11

dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun,

diantaranya yang dilakukan adalah:

Menginjeksikan air yang dilakukan di distik Bekasap.

Menginjeksikan air panas yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud.

Menginjeksikan uap air yang dilakukan di distrik Duri.

Teknologi injeksi uap (steam Flooding) mulai diterapkan pada tahun 1981 di

lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang mempunyai

viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri Steam Flood

(DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia. Kini

di Area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi penginjeksian dengan pola

tujuh titik (seven spot pattern) dimana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur

produksi yang mana jika telah selesai akan meliputi areal seluas 6.600 Ha. Dengan ini

akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing

100 sampai 600 Ha.

Sampai tahun 1990, PT CPI telah mengebor 3.660 sumur, 3094 sumur

diantaranya dibor sejak tahun 1966. PT CPI saat itu masih menggunakan mercu bor

yang dapat diangkut dengan helikopter namun pada perkembangannya dimana jalan

darat sudah banyak dibuat, maka menara bor model angkut darat dipakai untuk

pengeboran-pengeboran eksplorasi dan pengembangan. Setiap tahun dapat

diselesaikan kira-kira 215-525 sumur eksplorasi dan pengembangan. Hingga akhir

tahun 1990, jumlah produksi PT CPI sejak tahun 1952 telah mencapai lebih dari tujuh

miliar barel, berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96 lapangan.

Program penyuntikan air (water Flooding) di lapangan Minas dimulai tahun

1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam

tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di

lapangan Kota Batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel

sehari.

Page 12: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 12

Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang lain

untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan

metode primer serta memperbaiki faktor perolehan selain juga untuk menahan

merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua.

Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun 1981

dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri. Penyuntikan uap

di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2 seluas 247 hektar

sejak 1986, di area 3 seluas 1457 hektar pada tahun 1987 dan pembangunan sarana

produksi di area 4 dengan luas 1140 hektar. Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan

proyek injeksi uap terbesar di dunia.

Tabel 2.1 Sejarah Proyek Injeksi Steam

Kegiatan Tahun

Discovery 1941

First Production 1958

Water Injection Pilot 1960

First Cyclic Steaming 1967

Steam Injection Pilot and Caustic

study

1975

Simulation Reservoir Study 1981

Steam Injection area 01 1985

Steam Injection area 02 1986

Steam Injection area 03 1988

Steam Injection area 04 1990

Steam Injection area 05 1992

Steam Injection area 06 1994

Steam Injection area 07 1996

Steam Injection area 08 1997

Page 13: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 13

Steam Injection area 09 1999

2.3.3 Lapangan Minyak

Lapangan minyak Duri ditemukan pada tahun 1941 dengan jenis minyak yang

berbeda dengan ladang-ladang yang ada di PT CPI lainnya, dimana kondisi

alamiahnya sangat kental. Lapangan minyak Duri mulai diproduksi secara

konvensional pada tahun 1958, walaupun secara perhitungan hanya dapat

menghasilkan 7,5% dari seluruh cadangan minyak yang ada. Hal ini ditandai dengan

selesainya pembangunan saluran pipa minyak ke Dumai dengan diameter 36 inci dan

dermaga minyak pelabuhan Dumai yang pertama dioperasikan.

Lapangan minyak ini mencapai puncak produksi pada tahun 1965 dengan

produksi 65.000 barrel perhari dengan produksi secara konvensional. Karena

digunakan secara besar-besaran dan waktu produksi lama, maka secara berangsur-

angsur terjadi penurunan produksi sebesar13% pertahunnya.

Untuk mengantisipasi masalah ini, maka PT CPI menerapkan metode

Enhanced Oil Recovery (EOR). Uji coba terhadap sebuah sumur minyak dengan

menggunakan teknologi EOR-injeksi air, pertama kali diterapkan pada tahun 1963.

Penerapan teknologi ini dapat meningkatkan perolehan minyak, namun secara

ekonomis kurang menguntungkan karena hanya memberikan kenaikan sebesar 16%.

Berdasarkan masalah tersebut PT CPI terus meningkatkan cara penambangan,

salah satunya dengan penerapan sistem injeksi uap dengan teknologi Huff and Puff

yang diterapkan oleh Texaco.

Sebagai studi perbandingan, Chevron melakukan uji coba penginjeksian soda

caustic dan hasilnya menunjukan bahwa penginjeksian soda caustic ini tidak

memberikan peningkatan yang berarti, namun setelah diuji coba dengan sistem

penginjeksian uap didapatkan peningkatan yang sangat besar, sebesar 55%.

Hal ini dapat dianalisa secara global yakni kekentalan minyak di Duri sangat

tinggi, maka dapat menimbulkan pembekuan pada lorong-lorong atau celah-celah

Page 14: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 14

dimana terperangkapnya minyak tersebut karena telah lama diproduksi, sehingga

temperatur minyak di dalam sumur-sumur mengalami penurunan dan dapat

menimbulkan pembekuan cairan minyak mentah tersebut.

Pada tahun 1981 PT CPI mulai menerapkan sistem injeksi uap dengan

pembangunan area I dan pada tahun 1988 penggunaan injeksi uap ini. Pada tahun

1989 produksi minyak mentah mencapai 130.000 barel perhari. Hasil tersebut lebih

besar dibandingkan dengan produksi di dunia dengan produksi yang sama.

2.4 Sarana Penunjang Operasi

Sarana-sarana yang menunjang operasi PT CPI antara lain:

1. Pembangkit Tenaga Listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (21 generator turbin

gas berkapasitas 390 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik sepanjang

1.300 km dengan menggunakan sistam Hotline Maintenance yang

memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan

tinggi tanpa memutuskan aliran listrik. Empat buah dermaga khusus Dumai (dua

diantaranya mampu melayani kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton).

2. Komplek tangki penyimpanan dengan kapasitas 58.000 barrel.

3. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur

Minas-Dumai dan Bangko-Dumai.

4. Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat distrik, serta suatu

sistem telepon dan komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan

lapangan.

5. Pemanfaatan empat saluran sistem komunikasi satelit domestik palapa untuk

hubungan dengan kantor di Jakarta.

6. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan

perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia

melalui Satelit Palapa dan Intelsat.

Page 15: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 15

7. Pada akhir tahun 1968 , PT CPI memasang unit pengolah data elektronik yang

pertama berupa komputer IBM 360 model 30 dengan core capacity 64 Kbytes,

untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat,

serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi.

8. Dumai Remote Entry Shipping System (DRESS) merupakan On-Line

Teleprocessing yang pertama diterapkan PT CPI untuk mengelola pengisian dan

pemompaan tangki penyimpanan dan mengatur kapal tangki di Dumai, serta

menyusun, membuat dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude

Movement, Storage and Shipping.

9. Jaringan komputer yang terdiri dari Micro Vax, IBM AS400, servers dan

Workstations. Juga didukung 4500 PC serta WAN/LAN yang dipunyai hampir

setiap kantor yang berada di semua daerah operasi.

10. Saat ini sistem komputer dan jaringan Global Information Link dengan hardware

Pentium IV dan perangkat lunak berbasis Windows XP Professional saat ini

menjadi perangkat komputer standar yang bisa menghubungkan informasi secara

langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di

seluruh dunia. Beberapa aplikasi khusus menggunakan Linux dan UNIX.

11. Jaringan fiber optic sepanjang 600 km yang menghubungkan seluruh lapangan-

lapangan PT CPI.

2.5 Sumber Daya Manusia

Saat ini PT CPI memiliki lebih dari 5131 tenaga kerja yang 98% diantaranya

adalah berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1966 PT CPI telah dipimpin oleh orang

Indonesia. Kini PT CPI telah melaksanakan proses alih teknologi dan alih

keterampilan yang pada dasarnya terdiri dari tiga aspek pelatihan, pertukaran gagasan

dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja asing.

Program pengembangan sumber daya manusia meliputi kursus keahlian dasar

(latihan bahasa Inggris), latihan teknik (latihan kejuruan di berbagai bidang) dan

Page 16: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 16

program pengembangan manajemen (kursus segi-segi manajemen dan latihan khusus

para karyawan senior).

Untuk menyiapkan tenaga Indonesia menduduki jabatan yang lebih tinggi dan

untuk pengalihan teknologi maju dari kedua perusahaan pemegang saham sejumlah

tenaga kerja Indonesia tingkat menengah ke atas, setiap tahun mengikuti training

sambil bekerja di Amerika Serikat. Kesempatan latihan dan pengembangan karir terus

disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam sumber daya manusia merupakan

inti dari filsafat PT.CPI.

2.6 Visi, Misi dan Nilai-nilai

Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua jajaran

manajemen PT CPI yang bertujuan mematangkan visi, misi dan nilai-nilai yang

dirumuskan secara tegas tertulis.

Visi perusahaan yang dirumuskan PT CPI adalah “menjadi perusahaan energi

Indonesia yang dikagumi karena karyawannya, kemitraannya dan kinerjanya”.

Untuk dapat diakui sebagai perusahaan kelas dunia, PT CPI melaksanakan apa yang

disebut Continous Quality Improvement (perbaikan kualitas yang

berkesinambungan).

Sedangkan misi perusahaan yang telah dicanangkan adalah “Sebagai mitra

Pertamina, PT CPI secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumber daya

minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan

pemegang saham”.

Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan karyawan

PT. Chevron Pacific Indonesia adalah:

1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.

2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi.

3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.

Page 17: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 17

4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan

keluarganya.

5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat.

6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.

2.7 Struktur Organisasi Perusahaan

Sejak tanggal 11 Maret 1995 PT CPI memberlakukan struktur organisasi baru

yakni bentuk departemen menjadi Strategic Bussiness Unit (SBU) yang bersifat tim

kerja sehingga dalam perusahaan seakan-akan ada perusahaan-perusahaan kecil.

Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang beranggotakan orang-orang dengan disiplin

ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota diarahkan pada kerja sama

tim sebagai suatu kelompok kerja. Dengan demikian dalam setiap unit terdapat

sumber daya yang cukup untuk melakukan bisnis sendiri. Team ini dikepalai oleh

seorang Team Manager yang membawahi seksi-seksi seperti seksi teknisi,

manajemen, dsb, sehingga menjadi satu team organisasi yang lengkap.Setiap team

Manager dikepalai atau dikoordinasi oleh seorang Superintendent. Hal ini

dimaksudkan untuk melakukan efisiensi kinerja perusahaan dan mengurangi panjang

birokrasi perusahaan suatu bidang yang dapat dilihat dari kebijaksanaan perusahaan

PT CPI untuk melaksanakan kontrak atau hubungan kerjasama dengan kontraktor

dengan melakukan tender terbuka terhadap penyediaan alat-alat, mesin-mesin serta

alat transportasi.

Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin besar

(desentralisasi) sehingga diharapkan efektifitas. Dan efisiensi perusahaan dengan

semboyan “Our Journey to World Class Company” ini semakin tinggi.

Pengorganisasian SBU menghubungkan proses pengembangan dan pengelolaan

loading minyak menjadi satu unit, sedangkan organisasi pendukung digerakkan oleh

proses dan dirancang untuk meningkatkan semangat kerja team.

PT CPI membagi perusahaannya dalam 7 SBU, yaitu :

Page 18: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 18

Rumbai SBU, dengan wilayah operasi meliputi area Petapahan, Zamrud, Libo

dan Pedada.

Minas SBU, merupakan daerah lapangan minyak yang memiliki kadar

belerang yang rendah, dan dikenal dengan Minas Crude.

Duri SBU, merupakan penghasil minyak terbesar PT CPI yang memiliki

injeksi uap terbesar di dunia, wilayah operasinya meliputi lapangan minyak

Duri dan Kulin.

Bekasap SBU, wilayah operasinya meliputi daerah Petani dan Bekasap.

Support Operation SBU, bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian

minyak, pembangkit listrik, operasi perbaikan, dan jasa transportasi angkutan

darat dan laut.

Exploration and Technical Support SBU.

Safety, Health and Environment (SH&E) SBU

Mulai tahun 2005 struktur organisasi PT CPI mulai berubah lagi.

Kepemimpinan PT CPI dipegang oleh seorang President Director yang

berkedudukan di Jakarta. Sedangkan kepemimpinan di Sumatera dipegang oleh

seorang Managing Director.

2.8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja

Untuk kesejahteraan karyawan PT CPI menyediakan fasilitas antara lain:

Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan

pekerja. Sifat tunjangan khusus ini adalah bukan merupakan unsur upah pokok.

Tunjangan khusus Batam, diberikan apabila pekerja dipindahkan secara

permanen ke dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat tunjangan ini bukan

merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya adalah 70% dari upah pokok.

Fasilitas angkutan/kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk pergi

dan pulang dari kantor ke tempat tinggal mereka.

Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas

angkutan/kendaraan dari perusahaan.

Page 19: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 19

Fasilitas perumahan perusahaan bagi semua golongan pekerja.

Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat fasilitas

perumahan karena terbatasnya fasilitas perumahan perusahaan yang ada, atau

kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas perumahan.

Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih setiap

bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang sudah mengambil

fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak menempati

rumah perusahaan.

Tunjangan Hari Raya Keagamaan.

Jaminan selama pekerja sakit.

Tunjangan istirahat tahunan.

Bantuan perusahaan selama menjalankan ibadah Haji bagi yang memeluk agama

Islam, baik berupa ongkos naik haji, biaya pengangkutan ke tempat

pemberangkatan ataupun kedatangan dan biaya pengurusan dokumen-dokumen

yang diperlukan.

Bantuan bersalin bagi pekerja wanita atau istri pekerja yang diakui oleh

perusahaan.

Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu keselamatan,

jas hujan dan jaket.

Biaya pengobatan dan pemeliharaan bagi pekerja yang mendapatkan kecelakaan

kerja.

Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja.

Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaan kesehatan dan pemeliharaan

kesehatan bagi pekerja dan keluarganya.

Sarana olahraga, seperti kolam renang, fitness centre, bowling, basket, tenis, golf

dan lain-lain.

Fasilitas dan tunjangan perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota keluarganya

yang oleh perusahaan diminta untuk mendampingi/mengikuti pekerjaan tersebut.

Page 20: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 20

Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam status

lajang di tempat kerja yang baru.

Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah

Menengah Umum dan Perguruan Tinggi.

Kegiatan produksi di PT CPI mempunyai resiko yang cukup tinggi.

Kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar. Untuk itu diperlukan kesadaran

dan usaha preventif terhadap kemungkinan bahaya yang datang setiap saat. PT CPI

menekankan hal ini pada setiap karyawannya untuk selalu mementingkan

keselamatan kerja (First Safety). Program yang diterapkan oleh PT CPI adalah

dengan pelaksanaan program “Safety”. Pada intinya program ini diarahkan pada tiga

sasaran, yaitu human, equipment dan procedure. Ketiga elemen tersebut mempunyai

peranan yang sama pentingnya dalam menciptakan suasana kerja yang selamat.

Langkah-langkah yang diambil untuk menanamkan kesadaran dan

keselamatan kerja bagi karyawannya adalah :

1. Mengadakan latihan rutin tentang keamanan dan keselamatan kerja.

2. Menghilangkan keadaan atau tindakan-tindakan yang berbahaya.

3. Mengadakan inspeksi, pengaturan tata ruang yang baik dan menyediakan

prosedur kerja yang tertib.

4. Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan berarti menekan biaya

produksi dalam penggantian alat-alat maupun pemeliharaan akibat kecelakaan

kerja.

Berdasarkan falsafah keunggulan beroperasinya, PT CPI sangat

memperhatikan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungannya yaitu “Do It safely

or Not At All dan There is always time to do it right”. Untuk memenuhi hal tersebut

maka PT.CPI mempunyai komitmen untuk selalu mematuhi setiap peraturan hukum

pemerintah, menjaga standar etika, menyadari bahwa pekerjaan merupakan sumber

daya yang tak ternilai, menjaga lingkungan hidup dan menopang masyarakat sekitar

serta menerapkan perbaikan kualitas kehidupan sebagai jalan hidupnya.

Page 21: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 21

2.8.1 Health, Environment and Safety (HES)

Healthy, Environment and Safety (HES), merupakan salah satu kebijakan

yang dibuat guna menunjang terpenuhinya nilai-nilai di atas, sehingga tujuan

perusahaan bisa tercapai. PT CPI telah lama menerapkan keselamatan kerja dalam

strategi bisnisnya, namun dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan

maka PT CPI juga turut berperan aktif dalam menerapkan kebijakan yang

menyangkut lingkungan hidup maupun lingkungan kerja.

HES merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT Chevron Pacific

Indonesia untuk melaksanakan usahanya secara etis dan dengan penuh rasa tanggung

jawab sosial untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pegawai, mitra kerja,

keluarga dan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan.

Merupakan cita-cita PT CPI untuk diakui oleh lingkungan industri dan

masyarakat sekitar dimana perusahaan beroperasi sebagai pelopor dalam kinerja

kesehatan, lingkungan, keselamatan, kehandalan dan efisiensi.

Untuk mewujudkan cita-cita di atas PT CPI akan menunjukkan

kepemimpinan yang sadar sosial dan memperlihatkan keteladanan dalam

pelaksanaan-pelaksanaan program kesehatan, lingkungan dan keselamatan.

Memastikan kepatuhan terhadap kebijaksanaan ini, semua peraturan dan perundang-

undangan kesehatan, lingkungan, keselamatan dan standar industri yang diakui serta

membuat peraturan sendiri bila belum ada peraturan yang berlaku. Memastikan agar

semua karyawan perusahaan dan mitra kerja memahami tanggung jawab mereka atas

kesehatan, lingkungan dan keselamatan.

2.8.2 Health (Kesehatan)

Bidang ini bertanggung jawab untuk menjadikan lingkungan fisik yang baik dan

tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Bagian-bagian yang diawasi antara lain,

yaitu :

1. Penyediaan Air

Page 22: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 22

Air yang dikonsumsi ataupun yang dibuang ke hutan parameternya selalu

dikontrol secara kontiniu agar tidak mencemari lingkungan dan aman untuk

dikonsumsi. Diantara parameter-parameter tersebut antara lain : pH, total

dissolved solid, kesadahan, biocide, temperatur.

2. Pengelolaan Sampah

Sampah yang berasal dari pekerjaan bangunan akan dibakar. Sampah dari

laboratorium akan diproses sehingga tidak membahaya-kan. Sampah yang

berasal dari bahan beracun (B3) akan dikirim ke Balai Pengolahan di Bogor

untuk diolah lebih lanjut. Limbah yang berasal dari kotoran manusia akan

dimasukkan ke-septic tank yang terdapat di perumahan.

3. Pengawasan Terhadap Makanan dan Minuman

Makanan yang terdapat di Mess Hall, commisary, dan sanggar karyawan

diperiksa secara berkala. Pengawasan juga meliputi masakan kadaluarsa

suatu produk.

4. Pest Control

Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan

hewan pengganggu. HES menyediakan pekerja untuk membasmi hewan-

hewan tersebut bila diminta oleh penghuni camp. dan melakukan

pembasmian berkala terhadap penyakit malaria dan demam berdarah.

2.8.3 Environment (Lingkungan)

Bagian Environment mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran

terhadap lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak atau buangan

minyak ke hutan, pencemaran air produksi yang diizinkan untuk diinjeksikan ke

dalam tanah.

2.8.4 Safety (Keselamatan)

Bidang safety menangani masalah keselamatan kerja. Hasil inspeksi dan audit

yang dilakukan oleh Chevron Texaco, IBU Management dan tim HES beberapa tahun

Page 23: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 23

terakhir menunjukkan bahwa dalam beberapa hal dibidang keselamatan perusahaan

bisa lebih baik. Temuan-temuan dan hasil pengamatan itu memberikan peluang untuk

perbaikan terutama di area dasar-dasar keselamatan. Berdasarkan inilah kemudian

Managemen IBU mencanangkan fokus perbaikan di bidang fundamental safety.

Lebih lanjut kemudian fundamental safety work practice didefinisikan sebagai 7

elemen dasar keselamatan. Elemen tersebut adalah Access Control, Work Permit,

Personal Protective Equipment (PPE), Lock Out Tag Out (LOTO), Standard

Operating Procedure (SOP), Job Safety Analysis (JSA), Material Safety Data Sheet

(MSDS) dan Housekeeping.

Kegiatan yang menjadi tanggung jawab bagian ini adalah :

a. Melakukan pembelian barang-barang penunjang keselamatan kerja dan kesehatan

lingkungan,pelatihan terhadp HES.

b. Melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan dan melakukan inspeksi.

c. Melakukan pencegahan dan melacak sebab terjadinya kecelakaan melalui

perencanaan yang baik.

Page 24: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 24

BAB III

DEPARTEMEN POWER GENERATION AND TRANSMISSION

3.1 Tinjauan Umum

Untuk menjalankan semua mesin-mesin produksi di PT CPI, baik di pompa

angguk maupun ESP (Electrical Submersible Pump) serta peralatan listrik lainnya,

diperlukan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Untuk memenuhi

kebutuhan ini, PT CPI memiliki departemen khusus yang menangani sistem

kelistrikan yang terdiri dari pembangkitan, transmisi dan distribusi.

Sampai tahun 1968, sebagian besar dari kebutuhan listrik PT CPI diperoleh

dari puluhan buah enginator (perpaduan mesin dan generator) yang tersebar disetiap

lokasi dengan kapasitas sekitar 60 KW. Pada saat itu sistem enginator masih

dirasakan efisien untuk memasok energi listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan

pompa di sumur pengeboran. Melihat perkembangan sumur minyak yang

menggunakan pompa semakin banyak dilokasi yang berjauhan, manajemen PT CPI

membuat sebuah sistem tenaga listrik yang lebih handal dibandingkan dengan hanya

mengandalkan enginator.

Pada tahun 1969 diresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas

(PLTG) Duri yang terdiri dari 2 unit generator turbin gas Sulzer buatan Swiss dengan

kapasitas masing-masing 10 MW. Dengan beroperasinya PLTG Duri ini lahirlah

sebuah departemen baru di PT CPI, yang dikenal dengan nama Power Generation

and Transmission (PGT) yaitu sebuah departemen bertugas menyediakan tenaga

listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari gas buang turbin untuk

mendukung kebutuhan RG-SBU.

Dari tahun ke tahun jumlah unit turbin gas ini semakin bertambah seiring

dengan meningkatnya kebutuhan daya listrik di PT CPI. Saat ini di PT CPI terdapat

empat buah PLTG yang beroperasi dan sebuah PLTG yang berukuran 300 MW

(COGEN), antara lain :

Page 25: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 25

Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit gas turbin dengan daya 232 MW.

Tapi sekarang hanya mensuplai sekitar 100 MW, maksimum.

Central Duri Gas Turbin (CGT) sebanyak 5 unit gas turbin dengan daya 145

MW. Tapi sekarang hanya mensuplai sekitar 105 MW, maksimum.

North Duri (COGEN) sebanyak 3 unit gas turbin dengan daya 300 MW

Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator di tiga titik

pusat pembangkit itu mencapai 475 MW. Daya yang dipakai oleh keseluruhan beban

saat ini sekitar 460-470 MW. Sedangkan dalam penyaluran daya listriknya, saluran

pada PT CPI terbagi atas:

1. Saluran transmisi 230 kV

2. Saluran transmisi dan interkoneksi 115 kV

3. Saluran sub transmisi 44 kV

4. Saluran distribusi 13,8 kV dan 4,16 kV

8D

230 KV TRANSMISSION SYSTEM

PINANG

BANGKO

BATANG SINTONG

MENGGALA

ROKAN PEMATANG MAIN

PUNGUT

BEKASAP

LIBO

KOTABATAK PETAPAHAN SURAM

K B J

5B

6D

3D

4D

6DN

TO BERUK / ZAMRUD fffl;fdjgo;fdjgl;dfkg;l(op(operated by CPI)

DURI POWER STATION

CENTRAL DURI POWER PLANT

8C

4 B

DURI PROJECT

ND Subs.

115 KV

115 KV

115 KV

EXISTING

115 KV

NEW

ND = North Duri 230 KV Switchyard

230 KV

KBJ

Rental GT at Kerang

PEDADA

BERUK ZAMRUD

PUSAKA

M INAS POWER PLANT

SO. BEKASAP

TEMP. KOTABATAK

ND-CD 115 kV Tie Line

KBJ 230/115 kV switchyard

P G & T

P r o j e c t s S c o p e

Keterangan : : Dioperasikan dan dimiliki oleh Caltex. : Tidak beroperasi lagi.

Gambar 3.1 CPI Power System One Line Diagram

Page 26: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 26

Sebagai departemen yang bertanggung jawab membangkitkan dan mencatu

daya listrik di perusahaan ini, Departemen PGT yang bernaung didalam Divisi

Support Operation mengemban tugas sebagai berikut :

Membangkitkan daya listrik yang cukup dan berkesinambungan secara efisien

guna memenuhi pertumbuhan beban di PT CPI.

Mencatu daya listrik yang andal dan baku guna memenuhi kebutuhan operasi PT

CPI.

Memanfaatkan gas buang panas dari turbin-turbin gas di Central Duri secara

maksimal untuk menghasilkan uap guna kebutuhan operasi Duri Steam Flood.

Mempertahankan keselamatan kerja yang tinggi.

3.2 Struktur Organisasi PGT

Dalam struktur organisasi perusahaan, PGT termasuk salah satu departemen yang

bernaung dibawah Support Operation SBU. Sejalan dengan misi yang digariskannya,

PGT memiliki misi sebagai berikut :

“ Menyediakan tenaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas

dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG&SBU dan lainnya dengan

menjunjung tinggi kepentingan pelanggan, pengendalian mutu terpadu serta

keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja.”

Dalam menjalankan pengoperasian sehari-hari, PGT memiliki sub-sub bagian

yaitu:

1. MGR Operation

2. REM

3. Bus Sup

Page 27: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 27

3.2.1 MGR operation

3.2.1.1 Transmission Distribution and Operation Engineering (TDO)

Transmission Distribution Operation (TDO) merupakan tim di PGT yang

bertanggung jawab dalam pengiriman dan pendistribusian tenaga listrik yang

dihasilkan oleh unit pembangkit ke beban, seperti pompa-pompa di sumur-sumur

minyak, mesin-mesin industri penyangga, penerangan jalan dan sebagainya. Selain

itu, TDO juga mempunyai tugas lain, yaitu memelihara dan memperbaiki jaringan

transmisi dan distribusi di PT CPI.

Dalam rangka menjalankan tugasnya, tim ini dibagi lagi menjadi beberapa

unit yaitu:

a. Power Line Maintenance

Bertugas memeriksa jaringan transmisi dan distribusi dan mengirim informasi

jika terjadi kerusakan pada jaringan yang dapat menimbulkan gangguan untuk

diperbaiki dengan menggunakan patroli jaringan (line patrol). Aktivitas lainnya

adalah memelihara dan memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi serta

melaksanakan commissioning untuk instalasi yang baru dan menghubungkannya

dengan jaringan yang sudah beroperasi. Dalam melakukan tugas perbaikan tersebut

harus diperhitungkan dampak kehilangan produksi dari sumur-sumur minyak

produksi. Jika pekerjaan tersebut dianggap mengganggu produksi minyak, maka akan

dilakukan pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB) atau hot line work.

b. Substation and Control System

Kegiatan yang dilakukan antara lain memasang, memelihara dan memperbaiki

seluruh peralatan yang terpasang pada substation seperti circuit breaker, switchgear,

trafo, relay dan lain-lain.

c. Power System Operation (PSO)

Page 28: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 28

Kegiatan unit rekayasa sistem ini antara lain menganalisa segala gangguan

yang mungkin terjadi di areanya masing-masing dan mengusahakan perlindungan

secara maksimal. Secara keseluruhan, tugas PSO adalah:

Bertanggung jawab terhadap kelancaran aliran energi listrik.

Menentukan pengaturan relay suatu jaringan.

Menganalisa gangguan dan memberikan solusi terbaik.

Merancang suatu sistem tenaga listrik dengan tingkat kestabilan yang bisa

diandalkan

Karena unit kerja yang harus ditangani TDO sangat luas, tim ini dibagi

berdasarkan daerah operasinya. Tiap-tiap wilayah dipimpin oleh satu orang Team

Manager. Ada empat unit TDO dalam departemen yaitu:

1. TDO Bekasap : meliputi daerah Bekasap/Petani, Libo, Bangko/Balam, distrik

Duri dan sekitarnya.

2. TDO Duri : meliputi Duri field, kulim, distrik Dumai dan sekitarnya.

3. TDO Minas : meliputi disrik Minas, Minas field dan sekitarnya.

4. TDO Rumbai : meliputi distrik Rumbai, Pedada, Petapahan, dan sekitarnya.

3.2.1.2 Power System & Generation (PSG)

PSG merupakan salah satu tim yang berada di bawah PGT yang memiliki

tugas utama untuk menangani pembangkitan energi listrik untuk keperluan PT CPI.

Di samping itu, PSG juga bertanggung jawab untuk memelihara dan mengoperasikan

sistem pembangkit gas turbin pada keempat PTTG.

Tim PSG dikepalai oleh seorang Manager . PSG memiliki tim-tim yang

mempunyai tugas masing-masing antara lain:

a. Tim Power Plant.

Mengendalikan operasi power plant yang meliputi starting dan mematikan

generator serta gas turbin.

Page 29: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 29

Menjaga kelangsungan ketersediaan energi listrik.

Menjaga mutu energi listrik yang dihasilkan.

b. Tim Power System Management

Menyusun jadwal pembangkitan dan penyaluran energi listrik, modifikasi dan

rekayasa masalah yang menyangkut operasi DSC dan lain-lain.

Menangani pembelian spare part dan komponen yang dibutuhkan.

Perencanaan ke depan dan koordinasi dengan bagian lain.

c. Tim Conditioning Monitoring

Mengadakan inspeksi peralatan sistem pembangkit dan sistem kontrol

Pengetesan sistem control

Mengajukan rekomendasi untuk perbaikan ke bidang Gas Turbine Maintenance.

Selain menangani masalah pembangkitan tenaga listrik, PSG juga menangani

pemanfaatan gas buang dari turbin. Saat ini pemanfaatan gas buang terdapat di

Central Duri dan North Duri. Gas buang ini dimanfaatkan untuk membuat uap

dengan menggunakan alat yang dinamakan Waste Heat Recovery Steam Generator

(WHRSG). Uap ini dimanfaatkan oleh bagian produksi untuk proyek injeksi uap Duri

atau Duri Steam Flood (DSF) dimana dengan adanya injeksi uap ini, minyak yang

berada di ladang Duri menjadi mudah diangkat oleh pompa sehingga kerja pompa

menjadi lebih ringan.

3.2.2 REM

Tim GMT terdiri dari beberapa tim yaitu Technical Support Duri &Minas,

Support Shop, Maintenance execution dan Material and Spare Parts. Tugas tim

tersebut adalah:

Mengadakan pemeriksaan terhadap turbin gas

Mengganti dan memperbaiki bagian turbin gas yang rusak

Melakukan pengetesan sistem kontrol dan perbaikan seperlunya.

Menangani pembelian spare part yang dibutuhkan

Page 30: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 30

Melakukan perencanaan ke depan

Menyusun jadwal perbaikan, modifikasi dan pemecahan masalah rekayasa.

3.2.3 Bus Sup

Tim support merupakan tim yang bertugas untuk menangani masalah-masalah

administrasi departemen, hubungan inter-departemen maupun antardepartemen atau

dengan relasi lain.

Tim engineering bertugas mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan

dengan pengembangan dan perencanaan misalnya estimasi jumlah beban sepuluh

tahun yang akan datang sehingga dapat dilakukan antisipasi dengan membangun

power plant tambahan untuk mengimbangi meningkatnya beban. Di samping itu BES

juga menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional PGT dan

mengusahakannya agar mencapai taraf optimal. Tanggung jawab dari BES antara

lain:

a. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan dari PGT

b. Melakukan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancangan estimasi

pertumbuhan beban dengan menggunakan parameter yang ada, misalnya

pertumbuhan sumur minyak, bertambahnya mesin pompa produksi dan

sebagainya.

c. Bertanggung jawab atas pengembangan proyek untuk mengimbangi

pertumbuhan beban, misalnya perluasan jaringan transmisi dan pembangunan

PLTG baru.

d. Penelitian dan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk membangkitkan listrik

per kWh dan biaya operasional lainnya.

Tim BES ini sendiri dikepalai oleh seorang manager. BES itu sendiri terdiri

dari beberapa unit kerja yaitu Planning and Budget, Design and Construction, IT and

Support System, Safety Health and Environment, dan Quality Improvement. Tim ini

juga membawahi pengoperasian DSC.

Page 31: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 31

BAB IV

SISTEM KELISTRIKAN PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

4.1 Gambaran Umum

Sistem tenaga listrik dari beberapa elemen penting, yaitu sistem pembangkit,

sistem transmisi sistem sub-transmisi dan sistem distribusi. PT. CPI menggunakan

sistem pembangkit sendiri dengan jaringan tenaga listrik 60 Hz, yang sudah

terinterkoneksi di seluruh wilayah operasi yang meliputi Rumbai, Minas, Duri, dan

Dumai.

Gambar 4.1 Sistem Tenaga Listrik PT Chevron Pacific Indonesia

Dalam sistem pembangkitkan tenaga listrik, PT Chevron Pacific Indonesia

menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang merupakan rangkaian

instalasi mekanik dan elektrik dimana gas sebagai hasil produk pembakaran

diekspansikan kedalam turbin sebagai penggerak mula (prime mover) generator untuk

menghasilkan energi listrik. Penggunaan turbin gas oleh PT Chevron Pacific

Indonesia lebih dengan alasan tersedianya gas alam dalam jumlah yang memadai

Page 32: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 32

serta melimpah sebagai hasil sampingan selain minyak bumi. Selain itu, waktu start

yang dibutuhkan turbin gas lebih cepat yaitu kurang dari 15 menit dibandingkan

turbin uap yang membutuhkan waktu berjam-jam karena harus memanaskan air

dalam boiler terlebih dahulu.

Pada saat ini, kebutuhan tenaga listrik PT Chevron Pacific Indonesia diperoleh

melalui empat unit power plant, yaitu :

1. Minas Gas Turbin (MGT) sebanyak 11 unit turbin gas dengan daya 229 MW.

2. Central Duri Gas Turbin (CGT) sebanyak 5 unit turbin gas dengan daya 100

MW.

3. Duri Gas Turbin (DGT) sebanyak 1 unit turbin gas dengan daya 20 MW.

4. North Duri sebanyak 3 unit turbin gas dengan daya masing – masing 100 MW

sehingga total semuanya adalah 300 MW.

Keseluruhan daya yang diperoleh dari ketiga generator-generator pembangkit itu

mencapai 649 MW. Daya keseluruhan beban yang dipakai saat ini mencapai 440

MW. Pada daerah operasi North Duri, tegangan yang dibangkitkan oleh generator

sebesar 13.8 kV. Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator ini akan

dinaikkan terlebih dahulu menggunakan trafo step up yang berada di wilayah

pembangkit. Tujuan dari penaikkan tegangan ini adalah untuk memperkecil nilai arus

sehingga memperkecil nilai rugi-rugi (losses) P = I2R. Dengan arus yang kecil

mengakibatkan luas penampang pada konduktor yang digunakan juga menjadi kecil

dan lebih ekonomis. Di samping itu, dengan menaikkan besar tegangan juga akan

memperkecil voltage drop yang terjadi. Namun untuk mengatasi hal-hal tersebut,

pada gardu induk dilengkapi dengan voltage regulator untuk menjaga besarnya

tegangan agar tetap stabil.

Besarnya nilai tegangan yang dinaikkan oleh trafo step up adalah 230 kV. Pada

substation, tegangan 230 kV ini dibagi lagi sesuai dengan kebutuhan dan jarak

transmisi, seperti diturunkan menjadi 115 kV, 44 kV, dan 13.8 kV. Tegangan

transmisi yang digunakan adalah 230 kV, 115 kV, dan 44 kV. Tegangan 230 kV

ditransmisikan ke gardu induk lainnya yang letaknya sangat jauh, tegangan 115 kV

Page 33: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 33

ditransmisikan ke gardu yang letaknya jauh sedangkan tegangan 44 kV

ditransmisikan ke gardu yang letaknya dekat. Saluran transmisi yang digunakan oleh

PT Chevron Pacific Indonesia adalah saluran udara yaitu Saluran Udara Tegangan

Ekstra Tinggi (SUTET) untuk tegangan 230 kV dan Saluran Udara Tegangan Tinggi

(SUTT) untuk tegangan 115 kV. Untuk jaringan transmisi 230 kV menggunakan

tiang berupa menara (tower) karena tegangan yang ditransmisikan sangat tinggi

sehingga diperlukan keamanan (safety) agar tidak mudah mengalami gangguan

seperti gangguan binatang serta pepohonan- pepohonan yang tinggi.

(a) (b) (c)

Gambar 4.2 Saluran Transmisi (a) 230 kV, (b) 150 kV, (c) 44 kV

Setelah melalu proses transmisi, tegangan kemudian diturunkan kembali

dengan menggunakan trafo step down untuk didistribusikan ke beban-beban yang

berada di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia. Sistem distribusi yang

digunakan adalah jenis radial dengan tegangan distribusi 13.8 kV. Adapun tegangan

yang pada saluran distribusi yang digunakan dalam daerah operasi PT Chevron

Pacific Indonesia, yaitu :

1. Saluran distribusi 13.8 kV yang merupakan saluran udara (over head line)

sebagai feeder yang mensuplai pompa motor di ladang minyak yang tersebar,

Page 34: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 34

mensuplai kebutuhan perumahan dan perkantoran di PT Chevron Pacific

Indonesia.

2. Saluran distribusi 4.16 kV yang merupakan saluran udara dan saluran bawah

tanah (underground cable) yang berfungsi sebagai jaringan untuk area

perkantoran dan catu daya untuk motor-motor listrik pada pompa.

Gambar 4.3 Saluran Distribusi 13.8 kV

Dengan menggunakan trafo step down, tegangan tersebut diturunkan menjadi

110 V dan 220 V agar dapat digunakan dalam pemukiman karyawan dan kantor, serta

480 V untuk kebanyakan motor listrik dan pompa. Dalam menjaga kestabilan

tegangan, PT Chevron Pacific Indonesia menggunakan banyak transformator

distribusi pada daerah lokasi pompa minyak di lapangan, perkantoran serta

perumahan. Setiap pompa minyak memiliki satu trafo distribusi. Sementara di

kawasan perumahan, terdapat trafo distribusi yang melayani satu hingga lima rumah.

Dengan demikian ketersediaan dan kontinuitas listrik dapat dipertahankan.

4.2 Peralatan Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik

Adapun peralatan transmisi dan distribusi tenaga listrik yang terdapat di

daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia, yaitu sebagai berikut :

Page 35: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 35

4.2.1 Substation (Gardu Induk)

Substation merupakan komponen sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai

pusat penyaluran (transmisi) yang menghubungkan sistem tranmisi tegangan tinggi

dengan saluran-saluran dan gardu-gardu distribusi. Adapun fungsi dari substation

yaitu untuk :

a. Mengubah besaran tegangan.

b. Mengatur tegangan untuk mengimbangi voltage drop sistem.

c. Mengatur kuantitas aliran daya listrik pada jaringan transmisi dan distribusi.

d. Menghubungkan generator ke jaringan transmisi dan distribusi.

e. Melakukan interkoneksi antar jaringan.

f. Menghubungkan sinyal komunikasi ke jaringan transmisi.

Untuk mendukung fungsi di atas, di substation terdapat beberapa peralatan

diantaranya adalah :

4.2.1.1 Transformator Daya

Transformator daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk

menyalurkan daya / tenaga listrik dari suatu level tegangan ke level tegangan tertentu.

Adapun jenis dari transformator daya yang digunakan di North Duri Substation yaitu

transformator step down. Penggunaan transformator step down untuk menurunkan

tegangan yang dihasilkan dari trafo step up 230 kV di pembangkit menjadi tegangan

115 kV. Di samping itu, terdapat juga trafo step down yang menurunkan tegangan

115 kV menjadi tegangan 13.8 kV.

Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan jantung

dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat

beroperasi secara maksimal (kalau bisa secara terus menerus tanpa berhenti).

Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu, maka cara pemeliharaan

juga dituntut sebaik mungkin.Oleh karena itu tranformator harus dipelihara dengan

menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik dan tepat.

Page 36: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 36

(a) (b) (c)

Gambar 4.4 Trafo Step Down (a) 230 / 115 kV, (b) 115 / 13.8 kV (c) 13.8 kV / 220V

Perubahan temperatur akibat perubahan beban menyebabkan seluruh

komponen trafo menjadi panas, oleh karena itu untuk mengurangi panas pada trafo

dilakukan pendinginan pada trafo. Adapun sistem pendinginan pada trafo

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

ONAN (Oil Natural Air Natural)

Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan udara secara

alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebutkan oleh perbedaan berat jenis

antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas.

ONAF (Oil Natural Air Force)

Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami

sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan

hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya

operasi trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya

Page 37: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 37

sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah meningkat

maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.

OFAF (Oil Force Oil Force)

Sistem ini menggunakan sirkulasi minyak yang digerakkan oleh kekuatan

pompa sedangkan sirkulasi udara menggunakan kipas angin.

Selain itu, pada trafo daya terdapat Tap Changer Trafo (Perubahan Tap) yang

merupakan alat perubah pembanding transformasi untuk mendapatkan tegangan

operasi sekunder yang sesuai dengan tegangan sekunder yang diinginkan dari

tegangan primer yang berubah-ubah. Untuk Tap Changer yang hanya dapat

dioperasikan pada keadaan trafo tidak bertegangan disebut dengan “Off Load Tap

Changer”.

4.2.1.2 Voltage Regulator

Voltage regulator merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang digunakan

untuk menjaga kestabilan tegangan sesuai dengan tingkat tengangan yang ditentukan.

Tegangan yang tidak stabil ini diakibatkan oleh adanya penurunan tegangan dari

pembangkit ke gardu induk transmisi akibat dari losses yang dihasilkan sepanjang

kawat penghantar. Di samping itu, kenaikan tegangan juga dapat terjadi akibat

lepasnya beban. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan atau

pada benda lainnya.

Gambar 4.5 Voltage Regulator

Page 38: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 38

Di North Duri Substation terdapat dua jenis voltage regulator yaitu voltage

regulator yang konstruksinya menyatu dengan 230 / 115 kV dan voltage regulator

seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.

4.2.1.3 Coupling Capacitor and Potential Device (CCPD)

CCPD adalah alat penurunan tegangan yang digunakan untuk mengukur

tegangan tinggi 230 kV dan 115 kV. Prinsip kerja dari CCPD ini adalah membagi

tegangan dari kapasitor.

Gambar 4.6 Coupling Capacitor dan Potential Device

4.2.1.4 Lightning Arrester

Lightning Arrester adalah alat pelindung / pengaman peralatan listrik pada

gardu induk dari tegangan lebih akibat sambaran petir (lightning surge) pada kawat

transmisi ataupun disebabkan oleh sentakan penghubung (switching surge). Dalam

keadaan normal, lightning arrester bersifat tidak bisa menyalurkan arus listrik

(isolator) sedangkan dalam keadaan terjadi gangguan, lightning arrester akan bersifat

konduktif dengan menyalurkan arus listrik ke bumi.

Di North Duri Substation, lightning arrester dilengkapi dengan counter yang

membantu memberikan informasi tentang jumlah tegangan petir yang mengalir ke

lightning arrester.

Page 39: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 39

Gambar 4.7 Lightning Arrester

4.2.1.5 Circuit Breaker (CB)

Circuit Breaker adalah suatu alat pemutus rangkaian listrik pada sistem tenaga

listrik yang mampu membuka (ON) dan menutup (OFF) rangkaian pada semua

kondisi, termasuk arus hubung singkat sesuai dengan ratingnya dan juga pada kondisi

tegangan yang normal atau tidak normal. Pada saat ini, PT Chevron Pacific Indonesia

sedang mengusahakan pemakaian Gas Circuit Breaker (GCB) secara keseluruhan

dikarenakan beban perawatan (maintenance) yang lebih mudah. Namun untuk

sekarang ini, penggunaannya masih mengkombinasikan antara Gas Circuit Breaker

(GCB) dan Vacuum Circuit Breaker (VCB).

(a) (b)

Gambar 4.8 (a) Gas Circuit Breaker, (b) Vacuum Circuit Breaker

Page 40: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 40

4.2.1.6 Switch

Switch adalah alat yang digunakan untuk mengisolasi atau memisahkan

peralatan dari sistem yang masih bertegangan, mem-bypass peralatan serta

mentanahkan (grounding) peralatan. Alat ini berperan penting terutama dalam hala

perawatan peralatan sistem tenaga listrik seperti perawatan circuit breaker. Adapun

jenis-jenis switch yang dipakai pada substation antara lain :

Line Switch

Line Switch berfungsi untuk mengisolasi suatu cabang saluran transmisi atau

distribusi dari feeder utama.

Gambar 4.9 Line Switch

Line Switch ini terhubung secara langsung dengan ground switch. Ketika line

switch on, maka ground switch off.

Ground Switch

Ground Switch berfungsi untuk mentanahkan peralatan listrik yang terhubung

secara langsung dengan line switch.

Page 41: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 41

Gambar 4.10 Ground Switch

By-pass Switch

By-pass Switch adalah peralatan untuk mem-bypass peralatan tegangan tinggi

terutama pada saat peralatan tenaga listrik tersebut dalam keadaan maintenance.

Gambar 4.11 By-pass Switch

4.2.1.7 Fuse

Fuse adalah peralatan pemutus aliran listrik yang bekerja dengan sistem

thermal (berkaitan dengan panas), yaitu apabila komponen fuse yang bernama fuse

link dilewati oleh arus yang besar, maka fuse akan melebur atau putus sehingga aliran

listrik akan terputus pula.

Page 42: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 42

Gambar 4.12 Fuse

4.2.1.8 Bus

Bus merupakan terminal tempat pengambilan sumber listrik. Semua peralatan

pada gardu induk dihubungkan ke bus sebagai pertemuan atau hubungan trafo-trafo

tenaga, SUTT, SUTET, SKTT, dan peralatan listrik lainnya. Hal ini digunakan untuk

menerima dan menyalurkan tenaga atau daya listrik.

Gambar 4.13 Bus

4.2.1.9 Ruang Kontrol

Ruang kontrol berisikan panel-panel listrik yang mengatur seluruh peralatan

listrik yang terdapat di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia. Panel-panel

listrik diantaranya adalah panel circuit breaker, panel by-pass switch, panel proteksi

Page 43: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 43

relay, dan sebagainya. Apabila terdapat gangguan maka keputusan untuk mengatasi

permasalahan berasal dari ruangan ini (ON / OFF). Pada ruangan ini terdapat Remote

Terminal Unit (RTU) yang digunakan untuk mengumpulkan informasi peralatan

lapangan kepada sistem DSC.

(a) (b)

(c) (d) (e)

Gambar 4.14 (a) Panel Kontrol, (b) Panel Circuit Breaker,

(c)-(d)-(e) Panel Proteksi Relay

Di dalam ruangan ini terdapat juga ruang pencatu daya tegangan DC yang

disimpan dalam baterai. Tegangan DC yang tersimpan akan digunakan sebagai

cadangan listrik misalnya jika tegangan sistem yang menyuplai ruang kontrol untuk

panel-panel listrik dan relai yang mati.

Page 44: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 44

4.2.1.10 Ground Resistor

Ground Resistor adalah resistor yang dipasang antara titik netral trafo dengan

pentanahan yang berfungsi untuk memperkecil arus gangguan. Resistor ini dipasang

pada titik netral trafo yang dihubungkan dengan wye (Y). Neutral Ground Resistor

(NGR) yang digunakan di PT Chevron Pacific Indonesia adalah sebesar 20 ohm.

(a) (b)

Gambar 4.15 Ground Resistor

Dalam hal ini ground resistor dihubungkan dengan recloser (sebagai

pendeteksi jika adanya arus gangguan) serta dengan disconnection switch dan bypass

switch pada saat perbaikan (maintenance).

4.2.1.11 Ground Box

Ground Box merupakan tempat pelindung batang rod yang ditancapkan

untuk sistem pentanahan yang digunakan pada substation.

Gambar 4.16 Ground Box

Page 45: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 45

4.2.2 Tiang Penghantar

Penggunaan saluran transmisi udara (Overhead Line) oleh PT Chevron Pacific

Indonesia memerlukan tiang-tiang untuk menjaga kawat penghantar tetap berada di

udara dengan tidak mengganggu kehidupan makhluk hidup dan peralatan yang berada

di dekatnya. Tiang-tiang penghantar ini memiliki konstruksi dan kekuatan mekanik

yang sesuai dengan kondisi lingkungan.

Tabel 4.1 Tipe Tiang Penghantar di Daerah Operasi

PT Chevron Pacific Indonesia

Tipe Tiang Penghantar Diameter Sudut Belokan Jaringan

Tipe A (Tangan Pole) 8 inci 0° - 5° 13.8 kV

Tipe B (Small Angle Pole) 8 inci 6° – 30° 13.8 kV

Tipe C (Large Angle Pole) 12 inci 30° – 90° 13.8 & 115 kV

Tipe D (Dead And Pole) 12 inci Dilengkapi guy

wire

13.8 kV

Tipe I (I Pole) Disesuaikan - 38.5 – 115 kV

Di samping itu, jarak antara tiang bergantung dari besarnya tegangan dan

kondisi medan yang dilalui oleh jaringan tersebut, yaitu :

100 m – 150 m untuk jaringan 13.8 kV

175 m – 200 m untuk jaringan 44 kV

≥ 400 m untuk jaringan 115 kV

≥ 500 m untuk jaringan 230 Kv

Page 46: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 46

4.2.3 Konduktor

Konduktor adalah alat / media yang dapat menghantarkan listrik. Pada

transmisi tenaga listrik, konduktor digunakan dalam bentuk kawat. Kawat konduktor

yang digunakan oleh PT Chevron Pacific Indonesia adalah kawat ASCR (Aluminium

Conductor Steel Reinforced) padata yang berbentuk lilitan mengelilingi kawat baja

sebagai intinya dan memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi.

4.2.4 Isolator

Isolator adalah alat / media yang tidak dapat menghantarkan listrik,

disebabkan oleh nilai resistansi yang besar. Dengan kata lain bahwa isolator

menghambat aliran arus sehingga tidak ada arus yang dapat mengalir melalui isolator.

Bahan isolator yang digunakan di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia

adalah porselen.

Tabel 4.2 Jenis dan Penggunaan Isolator di PT Chevron Pacific Indonesia

Jenis Isolator Penggunaan

Isolator Gantung Transmisi tegangan 44 & 115

kV

Isolator Pasak Transmisi tegangan rendah

Isolator Tarik Transmisi tegangan 115

Isolator Long Rod Untuk daerah berdebu

4.2.5 Trafo Distribusi

Pada daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia, trafo distribusi merupakan

trafo yang digunakan untuk mengubah tegangan distribusi primer (13.8 kV & 4.16

kV) ke tegangan distribusi sekunder (1100 V, 960 V, 480 V, 220 V, 110 V dan lain-

Page 47: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 47

lain). Tegangan distribusi sekunder yang dihasilkan tergantung dari kebutuhan dan

kepentingan.

Gambar 4.17 Trafo Distribusi

4.2.6 Recloser

Recloser digunakan untuk membuka dan menghubungkan rangkaian listrik

melalui sebuah pengendali baik pada saat ada gangguan maupun dalam kondisi

normal. Pada saat gangguan, recloser berfungsi untuk mengisolasi gangguan supaya

tidak mempengaruhi sistem yang lebih besar, sedangkan pada saat normal, recloser

ini dapat dipakai untuk memindahkan beban dengan memutus atau menghubungkan

beban tersebut dari suatu feeder ke feeder lain. Pada umumnya recloser di set 4 kali

trip atau 3 kali reclose (menutup kembali). Waktu reclose biasanya diatur antara 15,

30 atau 45 detik.

(a) (b)

Gambar 4.18 Recloser (a) di tiang distribusi, (b) proteksi arus lebih phase to ground

Page 48: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 48

4.2.7 Load Break Switch (LBS)

Load Break Switch merupakan peralatan listrik yang digunakan untuk

memindahkan dan menghubungkan satu jaringan dengan jaringan lainnya dengan

tujuan menambahkan atau mengurangkan beban pada lokasi jaringan, serta guna

mengadakan perbaikan jaringan dan peralatannya sehingga jaringan bebas dari

tegangan listrik.

Gambar 4.19 Load Break Switch

4.2.8 Decission Support Center.

Metode pengendalian jarak jauh (remote control) adalah suatu alat yang

memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk menjalankan suatu benda, sistem

ataupun instrumen dengan mengadakan perubahan-perubahan yang dikehendaki

tanpa menyentuh peralatan atau benda secara langsung. Contohnya : remote televisi,

remote kunci mobil dan lain-lain.

DSC merupakan sistem pengontrollan (controlling) dan pengawasan

(monitoring) jaringan listrik pada remote area dan pengambilan data-data parameter

jaringan yang terpusat. Daerah instalasi jaringan yang luas memerlukan suatu kontrol

dan koordinasi yang baik agar semua peralatan yang terdapat dalam sistem dapat

bekerja simultan dan memuaskan. Sistem kontrol ini diperlukan agar kinerja sistem

dapat dipantau dari jarak jauh dan dapat meminimalisir gangguan yang terjadi. Sistem

Page 49: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 49

ini berfungsi untuk mengendalikan dan memantau sistem ketenagaan listrik di PT

Chevron Pacific Indonesia.

Ide pemakaian DSC di PT Chevron Pacific Indonesia berasal dari gagasan

mantan superintendent PGT, Bapak A.S. Wahjosoedibyo pada tahun 1974. Wujud

nyata dari gagasan beliau adalah pembelian beberapa buah Gas Turbin yang

dilengkapi dengan sistem pengendali oleh pabriknya, General Electric Co., yang

diberi nama GETAC (Getac Electric Telemetring and Control). Pada saat itu alat

pengendali yang termasuk canggih ini dioperasikan hanya dapat mencakup tiga lokasi

yaitu Pusat Pembangkit di Minas, Gardu Distribusi di Central Minas dan Gardu

Transmisi dan Distribusi di North Minas. Semua data dan pengendaliannya diatur

dari Master Station di Pusat Pembangkit Duri.

Pada tahun 1979, mantan superintendent Bapak Puguh Soegiharto kembali

memunculkan ide pemakaian DSC dengan mengundang tim konsultan dari

perusahaan Macro Engineering, Philadelphia, Amerika Serikat. Tim ini bertugas

memberikan rekomendasi serta gambaran umum sistem pengendalian untuk

pengoperasian di PT Chevron Pacific Indonesia. Dikarenakan membutuhkan investasi

yang besar, maka pengendaliannya mendapatkan perhatian khusus langsung dari

perusahaan pemegang saham yaitu Chevron & Texaco yang diwakili oleh B. H.

Steele (mantan asisten Superintendent TDE-PGT) dan J. J. Mason (yang kemudian

bekerja sebagai tenaga ahli di divisi eksplorasi). Hasil meyakinkan diputuskan dari

studi kelayakan pada tahun 1985 sehingga pemesanan perlengkapan diwujudkan

termasuk media komunikasi dan komputer. Pada tanggal 16 Desember 1988

manajemen PT Chevron Pacific Indonesia meresmikan pemakaian Master Station

pada proyek DSC.

Komponen utama sistem DSC yang digunakan adalah Master Station, Remote

Terminal Unit, dan media komunikasinya. Pusat pengendalian dan pemantauan

master station berada di Distrik Duri yakni PGT Head Office. Lewat master station,

operator dapat memantau kinerja feeder-feeder yang menyuplai beban. Dengan

Page 50: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 50

sistem software tertentu, operator dapat mengetahui berapa daya yang dipakai, arus di

suatu feeder, frekuensi sistem, dan operasi Circuit Breaker di seluruh lokasi.

Di Master Station ini terdapat mimic board atau papan status yang berfungsi

untuk memperlihatkan secara keseluruhan sistem interkoneksi listrik di PT Chevron

Pacific Indonesia serta dilengkapi dengan lampu-lampu indikator. Apabila CB

bekerja dengan baik maka lampu indikator akan berwarna merah sedangkan apabila

CB dalam kondisi terbuka, lampu indikator akan menjadi hijau dan juka CB

dinonaktifkan dalam selang waktu tertentu, maka lampu indikator tidak menyala.

Penandaan lampu indikator berkedip-kedip menandakan terjadi distorsi pengiriman

sinyal dari sistem di lapangan ke Master Station.

Gambar 4.20 DSC Room

Dengan mengamati status pada mimic board, dapat diketahui sistem jaringan

dari seluruh tegangan yang terpasang lengkap dengan lampu indikator pada setiap

substation. Pengaturan ini dilakukan agar diproses produksi dapat berjalan dengan

baik dengan keadaan status suplai energi listrik yang terkendalikan. Jika pada suatu

substation terjadi trip pada CB, maka RTU akan mengirimkan sinyal ke Master

Station. Pada saat tersebut alarm akan menampilkan status CB, sehingga operator

dapat langsung mengetahui lokasi gangguan. Setiap terjadi gangguan akan tercatat di

logging station. Jika perubahan terjadi secara beruntun dan tidak diketahui

penyebabnya, operator akan mencetak data serta menganalisanya lebih lanjut.

Page 51: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 51

Dari Master Station, peralatan dapat dikontrol secara otomatis. Apabila terjadi

gangguan, operator di master station akan menghubungi patroli atau petugas yang

terdekat dengan lokasi untuk memeriksa keadaan. Rekomendasi dari petugas akan

menjadi bahan acuan bagi operator dalam mengambil keputusan. Pengiriman data

atau perintah dari master station dilakukan dengan menggunakan jaringan

komunikasi fiber optic yang telah menggantikan peran microwave yang memiliki

kendala lebih rumit. Kabel-kabel fiber optic ini ditumpangkan pada tiang transmisi

daya listrik.

Keuntungan penggunaan sistem DSC di PT Chevron Pacific Indonesia adalah

jika terjadi penurunan beban (load draft) pada feeder yang tidak bisa dipantau di

power plant, sumur-sumur (wells) mati pada feeder lebih cepat diketahui dan

diperbaiki. Sedangkan keuntungan lainnya adalah jika CB di substation terletak jauh

dari lokasi terbuka, apabila tidak dapat menutup sendiri secara otomatis apabila

terjadi gangguan, maka dengan adanya DSC sistem, informasi tersebut dapat

diketahui dan diinformasikan kepada teknisi yang bersangkutan.

Page 52: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 52

BAB V

SISTEM PROTEKSI

5.1 Teori Umum Sistem Proteksi

5.1.1 Definisi Sistem Proteksi

Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dilakukan kepada

peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem tenaga misanya

generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi

sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,

tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain lain.

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani

konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu,

dalam perancangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi –

kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem melalui analisa gangguan. Dari

hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan.

Jenis – jenis gangguan yang biasanya terjadi pada sistem tenaga listrik antara

lain :

Gangguan Beban Lebih

Gangguan Hubung Singkat

Gangguan bila salah satu phasa terputus

Gangguan jatuh tegangan

Page 53: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 53

Gangguan petir

Gangguan gangguan tersebut ada yang bersifat sementara atau temporer dan

ada yang bersifat permanen. Yang dimaksud dengan gangguan temporer adalah

gangguan yang setelah gangguan itu hilang tidak terjadi kerusakan pada peralatan

yang terganggu. Sedangkan, gangguan permanen disebabkan setelah hilangnya

gangguan tersebut masih terdapat kerusakan pada peralatan sehingga perlu perbaikan.

Proteksi itu diperlukan :

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan

peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin

cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah

pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat

2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.

3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi

kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.

4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh

listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan

pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem

proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang

merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan

circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau

memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang

operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan

Page 54: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 54

menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut

secara manual. Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat

mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk

mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersbut dan selanjutnya

mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau

sistem yang terganggu. Peralatan tersebut kita kenal dengan relay. Ringkasnya

proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang sehubungan mempunyai dua

fungsi pokok :

- Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yanglainnya tetap

beroperasi seperti biasa.

- Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-

gaya mekanik dst.

Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan

memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus

dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus

kerja bertambah melampaui batasaman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau

jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan

mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan

rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh

pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus :

H = 12 Rt Joules

Dimana :

H = panas yang dihasilkan (Joule)

I = arus konduktor (ampere)

Page 55: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 55

R = tahanan konduktor (ohm)

t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut

naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau

Circuit breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa

merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus

sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing

Capacity. Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus

menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).

2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak

menyebabkan peralatan bekerja

3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama

sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.

4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus

gangguan yang dapat terjadi.

5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada

rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap

beroperasi. Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik

diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relative lebih

lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus. Proteksi gangguan

hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit breaker cukup

Page 56: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 56

cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat

merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.

5.1.2 Persyaratan Kualitas Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu

perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu :

a). Selektivitas dan Diskrimanasi

Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam

mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.

b). Stabilitas

Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona

yang melindungi (gangguan luar).

c). Kecepatan Operasi

Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin

besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka

bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan

sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan

gangguan yang tipikal dalam sistem - sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana

waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan

kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).

d). Sensitivitas (kepekaan)

Page 57: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 57

Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan

dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai presentase dari

arus sekunder (trafo arus).

e). Pertimbangan ekonomis

Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh

karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan

keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem transmisi justru aspek teknis

yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang

dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.

Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau

proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).

f). Realiabilitas (keandalan)

Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak

bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).

g) Proteksi Pendukung

Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah

dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama

tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti

halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya

triping CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap

sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada

kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan misalnya antara

trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem

Page 58: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 58

back up (yang dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena

berlapis dengan zona-zona utama seperti pada gambar berikut ini.

Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem

tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up

bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk

mengeluarkan bagian yang terganggu.

5.1.3 Main Protection dan Backup Protection

Ketika sistem tenaga listrik beroperasi dan mengalami gangguan, ada

kemungkinan peralata proteksi gagal bekerja. Untuk mengantisipasi timbulnya

kemungkinan tersebut, disamping harus dipasang proteksi utama (main protection),

maka sistem tenaga listrik juga harus dilengkapi dengan proteksi cadangan (back up

protection).

Proteksi cadangan (back up protection) merupakan susunan yang sepenuhnya

terpisah dan yang bekerja untuk memisahkan bagian yang terganggu apabila proteksi

utama tidak bekerja. Oleh karena itu, proteksi back up selalu disertai dengan waktu

tunda (time deay) untuk memberi kesempatan pada proteki utama bekerja lebih

dahulu. Sistem proteksi back up sedapat mungkin independen seperti halnya proteksi

utama yang memiliki trafo – trafo dan rele – rele tersendiri. Seringkali hanya triping

PMT dan trafo – trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap – tiap

sistem proteksi utama melindungi suatu zona proteksi (protection zone) tertentu

dalam sistem tenaga listrik. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona –

zona yang berdekatan tidak dilindungi. Dalam kondisi ini sistem proteksi back up (

yang dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis

dengan zona – zona utama. Selain remote back up juga terdapat local back up yang

berbeda dengan remote back up pada lokasinya. Local back up terletak ditempat yang

Page 59: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 59

sama dengan proteksi utamanya. Sedangkan remote back up terletak di tempat yang

berbeda dan sepenuhnya terpisag dari proteksi utamanya.

5.1.4 Peralatan – Peralatan Sistem Proteksi

Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:

1. Circuit breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT) (nanti)

2. Relay

3. Trafo arus (Current Transformer, CT)

4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)

5. Catu daya, Supplay (batere)

5.2 Proteksi Jaringan Distribusi

Perlindungan jaringan distribusi terdiri dari:

a. Rele arus lebih pada Feeder Circuit breaker

b. Sistem Ground Fault Path Clearing (GFPC) yang terdapat pada pentanahan netral

transformator

c. Recloser di hilir Feeder Circuit breakers

d. Fuse di Trafo Distribusi

e. Fuse di Feeder Circuit breaker Bypass

5.2.1 Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

Rele arus lebih (over current relay) merupakan relay yang bekerja berdasarkan

adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan jangka waktu

tertentu. Prinsip kerja dari over current relay adalah mendeteksi besaran arus yang

melalui suatu jaringan dengan bantuan current transformator (CT). harga atau

besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting. Jika arus mengalir melebihi

Page 60: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 60

arus setting-nya (>Iset), relay arus lebih akan memberi perintah kepada circuit breaker

(CB) untuk membuka (trip).

Rele arus lebih digunakan untuk memproteksi saluran dari gangguan hubung

singkat antar fase (over current relay ) dan gangguan hubung singkat antar fase

dengan tanah (ground fault relay), baik sebagai proteksi utama maupun sebagai

proteksi cadangan. Proteksi dengan menggunakan rele arus lebih memiliki beberapa

keuntungan, yaitu antara lain :

Pengamannya sederhana

Dapat digunakan sebagai proteksi utama dan proteksi cadangan

Harganya relatif murah

Berdasarkan karakteristik waktu kerja, rele arus lebih dapat dibagi menjadi:

5.2.1.1 Rele Arus Lebih Waktu Seketika ( Instanstaneous Over Current Relay)

Merupakan rele yang langsung bekerja seketika tanpa tundaan waktu (time delay)

ketika arus yang mengalir melebihi nilai setting-nya( Iset). Jangka waktu kerja rele ini

mulai pick up sampai selesainya kerja rele sangat singkat (20-40 ms). Kerja dari rele

ini tidak tergantung dari arus yang menggerakkannya atau arus gangguan. Rele ini

jarang dipasang sendiri, tetapi umumnya dikombinasikan dengan rele arus lebih

dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau dengan waktu terbalik

(inverse time).

Gambar 5.1 Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay)

Page 61: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 61

5.2.1.2 Rele Arus Lebih Waktu Tunda ( Time Delay Over Current Relay )

Rele ini dibedakan menjadi dua, yaitu :

Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Over Current Relay)

Rele ini memberikan perintah kepada circuit breaker (CB) pada saat terjadi gangguan

hubung singkat bila besar arus gangguannya melebihi settingnya (Iset) dan jangka

waktu tertentu yang tidak tergantung pada besarnya arus yang mengerjakan rele atau

arus gangguan. Waktu kerja dapat di – set pada suatu harga tertentu untuk harga arus

yang sama dan lebih besar dari nilai pick up-nya sehingga waktu kerja rele dapat

diatur sesuai dengan kebutuhan koordinasi.

Gambar 5.2 Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay)

Rele Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time Over Current Relay)

Rele ini memberikan perintah kepada circuit breaker (CB) pada saat terjadi gangguan

bila besar arus gangguannya melebihi nilai setting-nya (Iset) dan jangka waktu kerja

rele dari pick up sampai dengan selesainya kerja rele tergantung dari besarnya arus

yang melewati kumparan rele, yaitu berbanding terbalik dengan besar arus

gangguannya. Dapat dikatakan bahwa rele arus lebih waktu terbalik memiliki waktu

kerja yang semakin sengkat untuk arus gangguan yang semakin besar dan waktu kerja

yang semakin lama untuk arus gangguan yang semakin kecil.

Rele arus lebih waktu terbalik ini dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Inverse

2. very Inverse

Page 62: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 62

3. extremely Inverse

4. Long Inverse

Gambar 5.3 Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay)

Pada rele arus lebih, terdapat dua jenis pengaman yang berbeda, yaitu diantaranya :

1. Pengaman hubung singkat fasa

Rele yang mendeteksi adanya arus fasa. Rele ini disebut juga dengan rele fasa

karena rele ini dialiri arus fasa dengan setting arusnya (Iset) harus lebih besar dari arus

beban maksimum. Ditetapkan Iset = 1,2 x ln (In = arus nominal peralatan terlemah).

2. Pengaman hubung tanah

Arus gangguan satu fasa ketanah ada kemungkinan lebih kecil daripada arus

bebannya. Hal ini disebabkan karena gangguan tanahnya melalui impedansi

gangguan yang masih cukup tinggi sehingga pentanahan netral sistemnya melalui

impedansi yang tinggi atau bahkan tidak diketanahkan. Jika demikian, rele pengaman

hubung singkat (rele fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Agar rele

sensitif terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka rele

dipasang tidak pada kawat.fasa, melainkan kawat netral pada sekunder CT sehingga

rele ini dialiri oleh arus netralnya. Arus netral merupakan jumlah dari arus ketiga

fasanya (berdasarkan komponen simetris). Sedangkan, arus urutan nol pada rangkaian

primernya baru akan dapat mengalir jika ada jalur kembali melalui kawat netral

melewati tanah.

Page 63: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 63

5.2.2 Fuse ( Sekering)

Sekering sering disebut juga dengan pengaman lebur atau fuse. Fungsi sekring

adalah mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung singkat.

Dalam pemasangannya sekring dihubungkan pada hantaran phasa tidak diketanahkan

(R,S,T). pengaman lebur ini mempunyai karakteristik pemutusan lebih cepat

dibandingkan MCB. Pengaman ini hanya dapat dipakai satu kali dan tidak bias

dioperasikan kembali.

Jenis-jenis sekering adalah sebagai berikut:

sekering K

o tipe Cepat, menghapus kesalahan dalam waktu cepat dan lebih baik berkoordinasi

dengan rele

o Rasio Kecepatan dari 6 sampai 8

sekering T

o tipe lambat, lebih besar menahan kemampuan untuk sementara dan lonjakan arus.

o Rasio Kecepatan dari 10 sampai 13

sekering Lambat-cepat (sekering SF)

o Khusus merancang sekering untuk melindungi transformator.

Sisi primer trafo distribusi umumnya diproteksi dengan menggunakan fuse

tipe K atau SF. Sedangkan sisi sekunder dari trafo distribusi yang men-supply daya ke

konsumen juga diproteksi oleh fuse tipe R

5.2.3 Recloser

Recloser adalah switch otomatis yang membuka kerena adanya gangguan

pada jaringan dan dapat menutup kembali. Pada prinsipnya fungsi recloser sama

dengan sebuah circuit breaker, yakni memutuskan jaringan jika terjadi gangguan.

Di PT Chevron Facific Indonesia, recloser ini diset tiga kali untuk melayani

pompa – pompa minyak dan untuk perumahan atau perkantoran hanya di set sekali

Page 64: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 64

saja. Jika terjadi gangguan, maka recloser ini akan bekerja sesuai settingnya.

Misalnya untuk recloser yang disetting tiga kali trip, maka jika terjadi gangguan

recloser tersebut akan membuka selama waktu yang ditentukan, lalu, menutup

kembali. Jika gangguan masih ada, recloser akan membuka lagi kemudia menutup.

Demikian seterusnya sampai tiga kali. Dan bila sudah dicapai setting terakhir, maka

recloser akan lock out. Artinya recloser akan terus membuka, dan harus diset lagi.

Gambar 5.1 Skema kerja recloser

5.2.4 Proteksi Pada Feeder Distribusi

Proteksi utama pada penyulang (feeder) saluran distribusi adalah dengan

menggunakan instantaneous over current relay (50) dan time over current relay (51).

Proteksi pada feeder distribusi dibedakan menjadi proteksi fasa dan proteksi netral.

5.2.4.1 Proteksi Phasa

Phase instantaneous over current diatur pada jarak 90% dari recloser terdekat

pada feeder dan tidak mencapai short circuit level pada sisi tegangan rendah

dari transformator distribusi.

Pengaturan time over current berdasarkan prinsip kenaikan waktu atau arus

dengan memperhatikan sisi hulu dan hilirnya.

Waktu minimum pick up harus lebih besar dari beban nominal tapi harus lebih

kecil dari kapasitas saluran.

Margin (jeda) antar setiap peralatan proteksi harus 0,2 detik (untuk recloser

mikroprosessor berbasis rele) atau 0,3 detik (untuk rele elektromekanik).

Page 65: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 65

Pengaturan feeder back up relay harus termasuk dalam koordinasi ini (selain

proteksi utama feeder).

Damage curve (kurva kerusakan) dari transformator dan kawat konduktor

harus berada di atas peralatan proteksi hilir (downstream protection).

Over current relay mampu mengakomodasi inrush current dari transformator

dan motor.

Proteksi arus lebih pada transformator merupakan proteksi cadangan untuk

feeder.

5.2.4.2 Proteksi Netral

Arus hubung singkat netral dibatasi oleh Neutral Grounding Resistor (NGR) yang

terdapat di transformator substation. Umumnya NGR bernilai 20 ohm. Proteksi netral

terdiri dari neutral time over current (51N), ground time over current (51 G pada

substation tx) dan neutral instantaneous (50N) dengan ketentuan setting sebagai

berikut :

Pengaturan time over current berdasarkan prinsip kenaikan waktu atau arus

dengan memperhatikan sisi hulu dan hilirnya.

Neutral instantaneous diaktifkan pada substation tanpa GFPC. Jika ada

GFPC, 50 N akan dinonaktifkan. Instantaneous neutral over current diatur

pada jarak 90% dari recloser terpendek.

Margin (jeda) antar setiap peralatan proteksi harus 0,2 detik (untuk recloser

mikroproseesor berbasis rele) atau 0,3 detik (untuk rele elektromekanik).

Pengaturan feeder back up relay harus termasuk dalam koordinasi ini (selain

proteksi utama feeder).

Damage curve (kurva kerusakan) dari transformator dan kawat konduktor

harus berada di atas peralatan proteksi hilir (downstream protection).

Page 66: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 66

Over current relay mampu mengakomodasi inrush current dari transformator

dan motor.

Proteksi arus lebih pada transformator taah merupakan proteksi cadangan

untuk feeder netral.

5.2.5 Skema Ground Fault Path Clearing (GFPC)

GFPC adalah sistem di mana jalan ke tanah dihapus sementara selama

gangguan bumi dengan membuka sambungan netral dari transformator Substation.

Tujuannya adalah untuk menghapus 3Io saat penundaan waktu tertentu (± 1 detik),

sehingga perlindungan netral tidak melonjak feeder selama gangguan bumi

sementara. Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa feeder menjadi tahan terhadap

gangguan bumi sementara. Kelemahan sistem ini adalah bahwa GFPC menghadapkan

fase ke fase tegangan pada isolator selama tanah terbuka, menyebabkan perjalanan ke

pengumpan tetangga dengan lemah isolasi.

Skema dari GFPC adalah sebagai berikut:

a. GFPC menggunakan breaker (fase tunggal recloser, tiga fase recloser atau tiga fase

breaker) untuk membuka koneksi netral dari transformator.

b. TCC dari recloser GFPC bawah lain TCC di jalur distribusi (paling sensitif). GFPC

khas mengambil setting 40 A dengan pasti waktu tunda dari 100 milidetik.

c. Setiap pengumpan akan memiliki kesalahan tanah alarm TCC dengan pengaturan

yang sama seperti GFPC TCC. Pengaturan alarm khas adalah 40 A (seketika)

d. GFPC akan tertutup kembali setelah durasi waktu yang singkat, biasanya satu

detik.

e. Jika waktu tunda (lebih dari reclosing waktu GFPC) yang berlalu, dan GFPC gagal

tertutup kembali, yang menyalahkan sirkuit pengumpan pemutus harus dibuka.

Page 67: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 67

f. Jika pekerjaan yang dilakukan di Jalur Distribusi, sistem GFPC harus diblokir

untuk perjalanan (tidak untuk membuka). Feeder pemutus harus diblokir atau HLT

juga.

Page 68: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 68

BAB VI

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI SALURAN DISTRIBUSI FEEDER 9

CENTRAL DURI

6.1 One Line Diagram Substation Dan Saluran Distribusi Central Duri

Berikut rancangan one line diagram substation dan jaringan distribusi Central Duri.

Gambar 6.1 One Line Diagram pada Central Duri

Berikut keterangan dari gambar di atas,

Power Grid Central Duri

Untuk power grid dari tabel data short circuit analysis (4 cycle) dalam kondisi

normal yang mewakili Central Duri substation, diinput short circuit rating yang

diperoleh dengan menggunakan one line diagram PT Chevron Pacific Indonesia pada

ETAP.

Page 69: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 69

Gambar 6.2 Power Grid Editor

Over Current Relay pada Transformer Central Duri

Dalam menentukan pick up untuk over current relay pada power transformer,

digunakan arus beban maksimum (FLA) pada kumparan primer untuk rele 115 kv tx

dan pada kumparan sekunder untuk rele 13,8 Kv tx. Pick up merupakan kondisi

dimana rele mulai mendeteksi adanya arus gangguan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan

bahwa rele power transformer akan mulai mendeteksi gangguan hubung singkat saat

telah mencapai arus beban maksimumnya.

Page 70: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 70

Gambar 6.3 Winding Transformer Editor

Multi – Function Relay Editor

Gambar 6.4 Multi – Function Relay Editor

Page 71: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 71

Pick Up Recloser

Hal yang terpenting adalah pick up untuk recloser harus lebih kecil daripada

feeder karena dalam saluran distribusi semakin ke bawah, maka arus short circuit

juga semakin kecil sehingga pick up recloser yang terletak dibawah feeder pun harus

rendah agar dapat mendeteksi arus short circuit tersebut. Pada saluran distribusi

Central Duri, terdapat 4 recloser yang masing masing arus setting-nya yaitu: 560

Ampere, 560 Ampere, 400 Ampere dan 400 Ampere.

Setting – setting lainnya (current transformator, CB, dll) disesuaikan dengan referensi

data kurva TCC untuk feeder 9 Central Duri substation yang telah diberikan berikut

ini.

Gambar 6.5 Kurva TCC Feeder 9 Central Duri substation PT Chevron Pacific

Indonesia

Page 72: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 72

6.2 Analisa Gangguan 3 Phasa pada Feeder 9

Secara umum koordinasi sistem proteksi dengan menggunakan over current

relay pada sistem kelistrikan PT Chevron Pacific Indonesia dapat dideskripsikan

sebagai berikut. Jika terdapat arus lebih pada sistem, maka rele pada transformator

distribusi akan bekerja sesuai dengan fungsinya, yaitu mengamankan transformator

distribusi dari arus lebih yang disebabkan oleh gangguan hubung singkat antar fasa.

Untuk arus gangguan yang besarnya melebihi kemampuan rele, rele akan trip yang

artinya rele tidak mampu menangani arus lebih pada sistem karena telah melebihi

kapasitas kerjanya.

Karena rele gagal dalam pengaman arus lebih, sistem proteksi berikutnya akan

ditangani oleh recloser. Recloser akan bekerja sesuai dengan fungsinya, yaitu

mengisolasi gangguan agar tidak meluas. Dengan sistem kerja 4 kali trip dan 3 kali

reclose, reclose dapat menangani baik gangguan antar fasa maupun gangguan pada

kawat fasa dengan netral. Namun perlu diperhatikan mengenai hubungan antar

recloser dalam satu lokasi feeder yang melayani jaringan tersebut. Gambar berikut

merupakan Nominal load pada feeder 9 Central Duri substation.

Page 73: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 73

Gambar 6.6 Nominal Load pada Feeder 9 Central Duri substation

Dalam menghitung beban nominal secara singkat dengan menggunakan Load

Flow Analysis ETAP. Sedangkan short circuit level diperoleh dengan memberi fault

Page 74: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 74

ke semua bus, kemudian menggunakan short circuit analysis (1.5 – 4 cycle) yang

umumnya cocok digunakan pada proteksi sistem tenaga listrik.

Page 75: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 75

Gambar 6.7 Short Circuit Analysis (1.5 – 4 cycle)

Sehingga diperoleh besarnya short circuit level pada masing – masing bus Feeder 9

Central Duri substation

Gambar 6.8 Short Circuit Level pada Setiap Bus

Page 76: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 76

Berikut akan ditampilkan one line diagram Central Duri substation dengan fault

insertion 3 phasa pada feeder 9

Gambar 6.9 Star- Protective Device Coordination

Page 77: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 77

Adapun simulasi urutan kerja sistem proteksi pada substation feeder 9 (menggunakan

software ETAP 7.5.0)

Page 78: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 78

Gambar 6.10 Simulasi urutan kerja sistem proteksi pada gardu induk dan feeder 9

saat terjadi gangguan di LN_CD92

Page 79: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 79

Gambar 6.11 Urutan kerja sistem proteksi

Urutan kerja sistem proteksi:

1 recloser bekerja sekali

2 jika terjadi kegagalan pada recloser, f60 men-trip CB

4recloser kembali bekerja

Dari hasil dari simulasi program ETAP, pada saat f60 bekerja, T1(ms) yang

dibutuhkan yaitu 860 ms. Berikut adalah perhitungan manual dengan menggunakan

mc. Excel

Page 80: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 80

BAB VII

KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan

Sistem proteksi pada ketenaga listrikan sangat penting untu meminimalisir

gangguan yang mungkin terjadi dengan menggunakan berbagai macam alat

proteksi.

Sistem proteksi feeder distribusi menggunakan peralatan proteksi antara lain :

over current relay, recloser dan circuit breaker.

Over current relay adalah relay yang bekerja bila arus yang mengalir melebihi

nilai setting-nya (Iset).

Recloser merupakan peralatan proteksi yang prinsip kerjanya beroperasi

sebanyak tiga kali dan kemudian lock out dengan waktu tunda pada tiap

reclose sekitar 15 detik.

Pick up over current rele harus lebih kecil dari short circuit level.

ETAP sangat membantu untuk mengetahui berapa arus gangguan hubung

singkat pada suatu substation dengan cepat.

7.2 Saran

Sebaiknya dilakukan update data sistem kelistrikan secara teratur pada masing

– masing substation PT Chevron Pacific Indonesia.

Page 81: BAB I - BAB VIII FULL

PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA UNIVERSITAS RIAU

SILVIA RAFLI UNIVERSITAS RIAU 81

DAFTAR PUSTAKA

Lesmana, Rio dkk.,Protection White Book, Power Generation & Transmission Chevron

Pacific Indonesia, Indonesia, 2011