asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-stroke

34
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN DENGAN STROKE Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas Dosen : Juliana,SST Disusun Oleh : 1. Sri Pratiwi ( 2220111970 / 05) 2. Arum Tirta Ratnasari ( 2220111980 / 14) 3. Hendy Yulianto ( 2220111988 / 22) 4. Meyra Budyati ( 2220111996/ 29 ) 5. Nadhifatuzzahrox ( 2220111998/ 31 ) 6. Rida Nintami ( 2220112007/ 40 ) 7. Vikna Dwi Ariyani ( 2220112014 / 47) KELOMPOK 5 KELAS : 3C

Upload: harevcuutyiezz-cndyiez-zzaenxzeunx

Post on 27-Oct-2015

1.647 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN

DENGAN STROKE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan KomunitasDosen : Juliana,SST

Disusun Oleh :

1. Sri Pratiwi ( 2220111970 / 05)

2. Arum Tirta Ratnasari ( 2220111980 / 14)

3. Hendy Yulianto ( 2220111988 / 22)

4. Meyra Budyati ( 2220111996/ 29 )

5. Nadhifatuzzahrox ( 2220111998/ 31 )

6. Rida Nintami ( 2220112007/ 40 )

7. Vikna Dwi Ariyani ( 2220112014 / 47)

KELOMPOK 5

KELAS : 3C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN STROKE

A. KONSEP DASAR STROKE

1. Pengertian Stroke

Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne). Stroke adalah

kerusakan sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah yang menyediakan

darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang atau

berhenti, yang kemudian merusak atau memusnahkan area – area tertentu dalam

jaringan otak (discases penyakit ). Stroke merupakan salah satu penyebab

kematian dan kecacatan neurologis yang utama di indonesia, serangan otak ini

merupakan kegawat daruratan media yang harus ditangani secara cepat, tepat dan

cermat.

Stroke adalah sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif

cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang berlangsung 24 jam atau

lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh

gangguan peredaran darah otak non traumatik (Doengoes, 2000:290). Cidera

serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler menunjukkan adanya

beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal maupun struktural yang

disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh

sistem pembuluh darah otak (doengoes:290) Stroke adalah gangguan aliran darah

otak yang bersifat mendadak dan disertai dengan defisit neuologik (Dr. H.

Soedomo Hadinoto)

Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan

fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan

kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak.

2. Anatomi fisiologi

a. Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih

100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak

besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon.

(Satyanegara, 1998)

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan

korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis

yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk

gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis yang berperan pada kegiatan

memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi

tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls

pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan

primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh

duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang

memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah

sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,

serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan

keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula

oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata

merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,

pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons

merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras

kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.

Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi

aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan

pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,

epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan

pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat

dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan

hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang

terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa

dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan

rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai

ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)

b. Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %

konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan

arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling

berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.

(Satyanegara, 1998)

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis

komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke

dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,

menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi

suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen

basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian

(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks

somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah

untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi

yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen

magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini

bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai

setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk

sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris

ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan

sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya

memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan

temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A.

Price, 1995)

Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena

interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan

kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan

mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis

lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke

jantung. (Harsono, 2000)

3. Klasifikasi Stroke

Berdasarkan perjalanan penyakit atau stadiumnya:

1) Transtient Iskemia Attach (TIA)

Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa menit

sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan

dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam

2) Stroke in evolution ( SIE)

Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap

3) Completeted stroke iskemic (CSI)

Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap

4) Reversible iscemic neurological defisit (RIND)

Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja

kelainan yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam

Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi 2:

1) Stroke hemorhagic

Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub

arachnoid. Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak

tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif

namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya

menurun.

2) Stroke non hemorhagic

Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral,

biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau

dipagi hari tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder.

Kesadaran umumnya baik.

4. Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

1) Trombosis cerebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami

oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa

menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya

terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini

dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan

tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan

gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah

thrombosis.

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :

a. Atherosklerosis

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.

Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan

dapat terjadi melalui mekanisme berikut :

Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya

aliran darah.

Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian

melepaskan kepingan thrombus (embolus)

Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian

robek dan terjadi perdarahan.

b. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental , peningkatan viskositas

/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )

2) Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh

bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari

thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri

serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang

dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan

emboli :

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.

(RHD)

b. Myokard infark

c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil

dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan

embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan

terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

3) Tumor otak

4) Hemorhagic

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam

ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini

dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya

pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam

parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,

oedema, dan mungkin herniasi otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.

b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.

c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan

pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan

penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

5) Tekanan darah tinggi

6) Kelemahan dinding arteri

7) Cidera kepala

8) Faktor resiko

Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit

atau kelainan yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang

mengalami serangan stroke pada suatu saat.

a.Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama

1)      Usia

2)      Jenis kelamin

3)      Ras

4)      Genetik

b. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan diantaranya

:

1)      Hipertensi

2)      Diabetes mellitus

3)      Penyakit jantung

4)      Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya

5)      Merokok

6)      Kolesterol tinggi

7)      Obesitas

8)      Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)

5. Patofisiologi

Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu

50 ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang

mengembangkan arteri pada waktu hipotensi yang menguncup waktu hipertensi.

Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat menimbulkan

perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan perdarahan intra

kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan yang akan

menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya. Darah yang

merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme arteri

hemisfer otak.

Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga

timbul iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit

neurologis yang berupa hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari

pembuluh darah otak dapat meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang

kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena apabila daerah ekstravasal

terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H.

Soedomo)

6. Manifestasi klinis

Gejala klinis stroke sangat tergantung kepada daerah otak yang terganggu

aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang mengalami gangguan aliran darah

tersebut. Manifestasi klinik pada umumnya adalah kelumpuhan sebelah badan,

gangguan perasaan sebelah badan, bicara terganggu bisa tidak dapat berbicara

atau tidak mengerti pembicaraan, gangguan menelan, mulut mencong, gangguan

keseimbangan, gangguan penglihatan sampai kesadaran menurun, kemudian

pasca-stroke bisa terjadi antara lain epilepsi, demensia atau pelupa dan depresi

(Nasution,2007).

Adapun gejala klinis stroke menurut Batticaca (2008), dibedakan menurut

jenis stroke, antara lain :

1. Gejala klinis pada stroke hemoragi :

a. Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi

pada saat istrahat atau bangun pagi.

b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran.

c. Terjadi terutama pada usia > 50 tahun.

d. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan

pembuluh darah dan lokasinya.

2. Gejala klinis pada stroke nonhemoragi :

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparase) yang

timbul mendadak.

b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik).

c. Perubahan mendadak pada status mental.

d. Tidak lancar berbicara atau tidak dapat berbicara.

e. Bicara cadel.

f. Tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran.

g. Mual dan muntah.

h. Nyeri kepala.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan

pada penyakit stroke adalah:

a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/

ruptur.

b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya

infark.

c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada

thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau

serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau

perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus

thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang

mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.

e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.

f. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan

pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang

spesifik.

g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah

yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna

terdapat pada thrombosis serebral.

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &

Bare (2002) adalah:

a. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang

dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan

mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat

diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

b. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah

jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan

intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki

aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari

untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi

meluasnya area cedera.

c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan

menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan

aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak

konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat

menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Penatalaksanaan

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis

sebagai berikut:

1) Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital

2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung

3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai

kateter

4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan

secepat mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan

dilakukan latihan-latihan gerak pasif

2. Tindakan konservatif

1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara

percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat

dibutuhkan

2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin

intra arterial

3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk

menghambat reaksi pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi

ulcerasi alteroma

3. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral,

misalnya pada tindakan endarterectomy carotis.

b. Penatalaksanaan Di Rumah

Prinsip dalam merawat pasien stroke dirumah adalah:

1. Membantu mencegah kecacatan menjadi seminimal mungkin

2. Melatih pasien mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari

3. Meningkatkan rasa percaya diri pasien

4. Mencegah terulangnya stroke

Pasien Pasca Stroke

Masalah-masalah yang mungkin dialami pasien pasca stroke dan cara

keluarga mengatasinya.

1. Kelumpuhan/ kelemahan

Apabila sewaktu pulang kerumah pasien belum mampu

bergerak sendiri, aturlah posisi pasien senyaman mungkin, tidur

terlentang atau miring ke salah satu sisi, dengan memberi perhatian

khusus pada bagian lengan atau kaki yang lemah. Posisi tangan dan

kaki yang lemah sebaiknya diganjal dengan bantal, baik pada saat

berbaring atau duduk untuk memperlancar arus balik darah ke jantung

dan mencegah terjadinya bengkak pada tangan dan kaki. Keluarga dan

pengasuh dapat mencegah terjadinya kekakuan tangan dan kaki yang

lemah dengan melakukan latihan gerak sendi, melanjutkan latihan

yang telah dilakukan di rumah sakit. Sebaiknya latihan dilakukan

minimal 2x sehari. Untuk mempertahankan dan meningkatkan

kekuatan otot latihan harus dilakukan oleh fisioterapi 3-4x seminggu,

sedangkan sisa hari yang lain dapat dilakukan oleh keluarga atau

pengasuh. Keluarga juga dapat membantu pasien berjalan kembali

dengan cara berdirilah disisi yang lemah atau di belakang pasie untuk

memberi rasa aman pada pasien. Hindari penggunaan alat bantu jalan

kecuali jika diperlukan sesuai anjuran fisioterapis.

2. Mengaktifkan tangan yang lemah

Anjurkan pasien makan, minum, mandi atau kegiatan harian

lain menggunakan lengan yang masih lemah dibawah pengawasan

pengasuh. Dengan mengaktifkan tangan yang lemah akan memberikan

stimulasi pada sel-sel otak untuk berlatih kembali aktifitas yang

dipelajari sebelum sakit.

3. Gangguan sensibilitas (rasa kebas atau baal)

Keluarga sebaiknya menghampiri dan berbicara dengan pasien

dari sisi tubuh yang lemah. Saat berkomunikasi, pengasuh dapat

menyentuh dan menggosok tangan dengan lembut yang mengalami

kelemahan. Keluarga dianjurkan memberi motivasi kepada pasien

agar menggunakan tangan yang lemah sebanyak dan sesering

mungkin dan menjauhkan dan menghindarkan barang atau keadaan

yang dapat membahayakan keselamatan pasien, misalnya nyala api,

benda tajam dan benda berbahaya lainnya. Keluarga juga harus selalu

mengingatkan pasien untuk tidak mencoba sesuatu, misalnya air panas

dengan tangan yang lemah.

Hal yang perlu di perhatikan dalam perawatan pasien pasca stroke di

rumah adalah :

1. Posisi tempat tidur dan terapi fisik untuk stroke. Tempat tidur ideal

untuk pasien stroke adalah tempat tidur yang padat dengan bagian

kepala cukup keras untuk menopang berat ketika disandarkan.

Membalikkan pasien dari satu sisi ke sisi lainnya dan mengubah

posisi lengan dan tungkai setiap 2 jam. Pijatlah tungkai yang

lumpuh 1-2 kali sehari. Menopang tungkai yang lemah dengan

bantal. Dan ini pula merupakan bagian dari cara merawat pasien

stroke.

2. Membalik pasien. Untuk membalik pasien di tempat tidur, orang

yang merawat harus menyelipkan lengan mereka di bawah tubuh

penderita stroke dan menarik pasien ke arah mereka. Jika pasien

sudah berputar, bukalah dan kencangkan sprei di bawahnya.

Punggung pasien diperiksa untuk melihat tanda-tanda dekubitus.

Karena dengan pasien yang terbaring lemah di tempat tidur dalam

jangka waktu lama akan bisa menimbulkan tanda-tanda dekubitus

termasuk tanda dekubitus pasien stroke.

3. Perawatan kulit pada pasien stroke. Sama halnya dengan di atas,

bahwa tujuan perawatan kulit penderita stroke ini juga mencegah

adanya dekubitus. Membersihkan kulit dengan air hangat, spons

dan sedikit antiseptik atau sabun paling tidak sehari sekali. Kulit

penderita harus dijaga tetap kering dan bila perlu diberi bedak.

4. Perawatan Mata dan Mulut. Pada pasien yang mengalami kesulitan

dalam menelan dan minum maka pada bagian mulutnya pula harus

dibersihkan dengan sikat yang lembut dan lembab. Menggunakan

kain lembab yang bersih ketika membersihkan kelopak mata bila

diperlukan.

5. Menelan dan Makan. Dalam hal membantu mengatasi kesulitan

dalam menelan ini dipelukan pula bantuan ahli terapi wicara dan

juga ahli gizi akan bisa memberikan nasehat berkaitan dengan

konsistensi makanan serta minuman yang sesuai. Bila mengalami

gangguan menelan, bila perlu memberikan makanan melalui selang

(NGT Nas Gastric Tube) yaitu selang yang dimasukkan dari

hidung sampai dengan lambung untuk memudahkan pemberian

makanan. Untuk mencegah tersedak dan juga pneumonia aspirasi,

semua makanan harus dimakan dalam keadaan duduk, jangan

dengan berbaring.

1. Pathways

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica

Ester. (2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa

Monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.

Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.

Jakarta; EGC

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and

Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.

2000. Jakarta: EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen,

Et. All, Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan

Keperawatan Padjajaran.

Zendy. George. L. Pengelolaan Mutahir Stroke. 1992

Shepherd., Robert. B. M. Motor Relearning Programme for Stroke

Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya Penduduk Rawan Stroke, (Online),

(http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2 November 2007)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Stroke, (Online), (http://

depkes.co.id/stroke.html)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIIT STROKE

A. Topik

Diet untuk penderita stroke

B. Sasaran :

Klien dan keluarga

C. Tujuan :

1. Umum

Klien dan keluarga mampu memahami jenis-jenis makanan yang

boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke.

2. Khusus

Setelah diberi penyuluhan selama 1x30 menit, klien mampu :

a. Menguraikan tujuan diet pada penderita stroke.

b. Menyebutkan syarat-syarat diet pada penderita stroke

c. Menyebutkan makanan yang boleh dikonsumsi untuk penderita stroke

d. Menyebutkan makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita

stroke

D. Materi (terlampir)

1. Pengertian stroke

2. Penyebab stroke

3. Tujuan diit pada penderita stroke

4. Syarat-syarat diit pada penderita stroke

5. Diet atau pantangan makanan untuk penderita stroke

E. Metode

Diskusi dan tanya jawab tentang jenis-jenis diet untuk penderita stroke.

F. Media dan Alat

1. Media :

a. Leaflet tentang diet pada penderita stroke berisi pengertian, tujuan diet,

syarat diet, dan jenis-jenis diet.

b. Lembar balik tentang diet pada penderita stroke berisi pengertian,

tujuan diet, syarat diet, dan jenis-jenis diet.

2. Alat :

a. Tiga buah kursi

b. Satu buah meja

G. Waktu

Hari : Minggu, 23 September 2013

Jam : Pukul 10.00 – 10.30 WIB

Acara Waktu yang

diperlukan

Fase Oriantasi

Pembukaan 1 menit

Perkenalan 1 menit

Menyampaikan kontrak

waktu

1 menit

Fase Kerja

Materi penyuluhan 13 menit

Kesempatan bertanya 5 menit

Rangkum materi 2 menit

Evaluasi penyuluhan 4 menit

Menyimpulkan hasil 2 menit

Fase Terminasi

Penutup 1 menit

H. Tempat

Ruang penyuluhan di Rumah klien

Setting tempat : di dalam ruangan terdapat tiga buah kursi dengan

sebuah meja. Perawat dan klien duduk berhadapan tersebut. Penyuluhan

menggunakan media lembar balik yang diletakkan di atas meja.

I. Rencana Evaluasi

Mengajukan beberapa pertanyaan lisan kepada klien segera setelah

penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh kepada klien selama 4 menit.

Aspek yang dievaluasi adalah aspek kognitif. Beberapa pertanyaan sebagai

berikut :

1. Jelaskan tujuan diet pada penderita stroke !

2. Sebutkan syarat-syarat diit pada penderita stroke !

3. Sebutkan makanan yang boleh dikonsumsi oleh penderita stroke !

4. Sebutkan makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita stroke !

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Stroke

Stroke atau CVA (Cerebrovascular Accident) atau penyakit peredaran

darah otak adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh

darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau

pecah.

B. Penyebab Stroke

Pencetus penyakit stroke atau biasa kita sebut faktor resiko timbulnya

stroke yaitu hipertensi, penyakit jantung, Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia

(tingginya kadar lemak dalam darah). Keadaan yang dapat menyebabkan

stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa, jenis kelamin, dan

kurangnya olahraga.

Usia memang merupakan faktor resiko stroke, semakin tua maka

resiko terkena stroke semakin besar, namun sekarang kaum usia produktif

perlu waspada terhadap ancaman stroke. Stroke dapat menyerang terutama

pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak. Generasi muda

seringkali menerapkan makan yang tidak sehat dengan serringnya

mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi

rendah serat. Oleh karena itu kita harus bisa menerapkan pola hidup sehat

dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

C. Tujuan Diit Stroke

Berdasarkan Buku Penuntun Diit Edisi Baru diit yang diberikan pada

penderita stroke adalah Diit Stroke. Diet Stroke bertujuan :

1. Meningkatkan kesehatan secara menyeluruh melalui pemberian gizi yang

sesuai (secara optimal)

2. Memberikan pola makan yang sehatsehingga terdeteksi tekanan darh dan

kadar gula darahnya.

3. Membantu menurunkan kolesterol darah.

4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

D. Syarat Diit

1. Tinggi kalium, rendah natrium

2. Kurangi lemak jenuh, utamakan asam lemak tak jenuh.

3. Tinggi serat, rendah karbohidrat

E. Jenis Diit

1. Makanan yang dianjurkan

- Makanan berserat tinggi : jagung, gandum, beras merah

- Banyak makan sayur-sayuran

- Menu seimbang diutamakan asam lemak tak jenuh dan protein nabati :

tempe, tahu, oncom

2. Makanan yang tidak dianjurkan

- Semua makanan yang digoreng, semua daging yang berlemak

(kambing, babi, ham, sosis, kullit ayam, lemak hewan)

- Jerohan, kepiting, cumi-cumi, udang dan kerang, ikan laut, ikan asin,

ikan pindang, teri, udang kering, telur asin

- Roti, kue yang mengandung soda kue atau garam

- Margarine , mentega

- Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, petis, tauco, saus tomat

- Bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah,

sawi, lobak

- Buah-buahan yang masam atau bergas seperti nanas, kedondong,

nangka dan durian

- Minuman yang mengandung alkohol, soda, kopi, teh kental