asperger journal- translate

21
ASPERGER: BERBEDA, TIDAK BERKEKURANGAN; KEMAMPUAN DALAM BIDANG OKUPASI DAN MINAT UNTUK BEKERJA PADA INDIVIDU PENDERITA SINDROM ASPERGER. ABSTRAK Dengan berakar pada pendekatan neurologi, penelitian ini menyediakan hasil dari peninjauan yang luas terhadap tenaga dan ketertarikan individu- individu yang menderita Sindrom Asperger. Dilakukan wawancara terhadap 136 individu penyakit Sindrom Asperger dan 155 individu dengan ‘neurotypical’ melalui survey on- line dengan mempertimbangkan: (1) demografi, (2) tenaga dalam bekerja, (3) kemampuan diri secara umum, (5) kemampuan diri di bidang okupasi, dan (6) profil minat untuk bekerja menurut Holland. Lapangan pendidikan maupun pekerjaan bagi para penderita Sindrom Asperger pada sampel ini lebih beraneka ragam bahkan melampaui jumlah lapangan pekerjaan yang dinyatakan dalam hasil penelitian maupun literatur. Perbandingan dari kedua kelompok pada laporan statistik menunjukkan adanya perselisihan dari komponen yang dimaksud pada beberapa area, yang berarti bahwa asal dari komponen yang spesifik ini dapat diketahui, dan profil ini melewati bahkan kriteria diagnosa secara klinis. Individu- individu yang menderita Sindrom Asperger mengindikasikan kemampuan diri yang rendah secara umum maupun dalam bidang okupasi. Selanjutnya, konsentrasi tinggi pada penderita Asperger dapat ditemukan di

Upload: phrizy-limen

Post on 12-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asperger journal

TRANSCRIPT

ASPERGER: BERBEDA, TIDAK BERKEKURANGAN; KEMAMPUAN DALAM BIDANG OKUPASI DAN MINAT UNTUK BEKERJA PADA INDIVIDU PENDERITA SINDROM ASPERGER.

ABSTRAKDengan berakar pada pendekatan neurologi, penelitian ini menyediakan hasil dari peninjauan yang luas terhadap tenaga dan ketertarikan individu- individu yang menderita Sindrom Asperger. Dilakukan wawancara terhadap 136 individu penyakit Sindrom Asperger dan 155 individu dengan neurotypical melalui survey on-line dengan mempertimbangkan: (1) demografi, (2) tenaga dalam bekerja, (3) kemampuan diri secara umum, (5) kemampuan diri di bidang okupasi, dan (6) profil minat untuk bekerja menurut Holland. Lapangan pendidikan maupun pekerjaan bagi para penderita Sindrom Asperger pada sampel ini lebih beraneka ragam bahkan melampaui jumlah lapangan pekerjaan yang dinyatakan dalam hasil penelitian maupun literatur. Perbandingan dari kedua kelompok pada laporan statistik menunjukkan adanya perselisihan dari komponen yang dimaksud pada beberapa area, yang berarti bahwa asal dari komponen yang spesifik ini dapat diketahui, dan profil ini melewati bahkan kriteria diagnosa secara klinis. Individu- individu yang menderita Sindrom Asperger mengindikasikan kemampuan diri yang rendah secara umum maupun dalam bidang okupasi. Selanjutnya, konsentrasi tinggi pada penderita Asperger dapat ditemukan di area I (Investigative) dan C (Conventional) pada contoh dari Hollands RIASEC.

PENDAHULUANKonsep diagnostik dari Sindrom Asperger, yang merupakan bagian dari spektrum autisma, diperkenalkan melalui diagnostik secara manual melalui APA maupun WHO di tahun 1990-an. Semenjak diagnosa penyakit ini diperkenalkan dan berdasarkan dari penyempurnaannya, maka banyak anak yang didiagnosa dengan Sindrom Asperger, yang bersamaan dengan diterbitkannya DSM- V, dewasa ini telah menjadi bagian dari penyakit spektrum autisma. Banyak dari anak- anak ini telah berhasil menyelesaikan sekolah dan kuliah. Sistem sekolah ini bekerja keras dalam mengerti keinginan atau kebutuhan dari kelompok ini, dan para penderita Sindrom Asperger masih tersandung dengan beberapa penyulit dalam usaha mereka untuk memiliki karir. Biografi, wawancara, atau media pemberitaan menunjukkan bahwa penderita Asperger bekerja pada bidang pekerjaan yang profesional seperti di bidang penelitian, IT, teknik elektrik, atau mekanik. Meskipun demikian, dewasa ini, belum ditemukan survei umum menyangkut bidang pekerjaan yang paling sering diminati oleh penderita Asperger.Beberapa pendekatan pragmatis telah dirampungkan sebagai upaya yang menunjang dalam proses memasuki kehidupan profesional para penderita Asperger, di antaranya adalah buku- buku panduan dan beberapa organisasi (contohnya specialisterne di Denmark, Passwerk di Belgium, atau Auticon di Jerman). Organisasi- organisasi ini berfungsi sebagai penengah antara dunia bisnis/ pekerjaan dan kelompok penderita Asperger, meskipun begitu pendekatan- pendekatan ini masih kekurangan bukti- bukti penunjang dalam mengoptimalkan usaha membantu penderita Asperger menemukan pekerjaan yang sesuai untuknya, diberi istilah person-job-fit. Person-job-it ini berpengaruh pada performa dalam bekerja, intensitas kecenderungan untuk beralih profesi, komitmen untuk terikat, dan penghasilan ditinjau dari sisi finansial. Ini dapat meminimalisir perasaan bosan dan cemas, sementara itu memaksimalkan usaha dan perasaan menikmati, serta memiliki korelasi yang kuat dengan kepuasan dalam bekerja.Progresivitas dalam bidang ini dapat memberikan keuntungan dalam dua hal; membantu penderita Asperger mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang mereka miliki, serta memperkenalkan mereka pada tuntutan pasar dalam membentuk kepribadian yang memenuhi syarat.Tujuan dari penelitian ini adalah menyajikan peninjauan yang luas mengenai profesi- profesi, tenaga dan ketertarikan dalam bekerja pada penderita Asperger.

NEURODIVERSITY DAN TENAGA DALAM BEKERJAPendekatan yang kami lakukan adalah berdasarkan teori neurodiversity, konsep yang mencakup bidang ilmu pengetahuan neurologis, evolusi dalam dunia psikologis berserta beberapa bidang lainnya, yang menganggap autisma sebagai variasi biasa dalam otak manusia. Variasi neuronal ini, yang dianggap alamiah, mengakibatkan beberapa kesulitan kepada para penderita Asperger contohnya dari sisi empati dan kemampuan dalam bersosialisasi.Anggapan bahwa penderita Asperger sebagai penyandang cacat dapat mengurangi tenaga dan kemampuan mereka. Kemampuan untuk berkonsentrasi selama waktu bekerja yang panjang, mengidentifikasi pola- pola dan peraturan logis, memproses informasi yang didapat secara visual, dan kemampuan untuk mengingat fakta- fakta, dapat melewati individu dengan neurotypical (istilah untuk individu yang tidak memiliki bentuk autism). Tenaga ini dapat menguntungkan dalam beberapa profesi tertentu, juga menawarkan prospek yang baik untuk memadukan penderita Asperger dengan dunia profesi berdasarkan kemampuan mereka, menciptakan person-job-fit yang lebih baik. Hal ini bersadarkan sebuah filosofi, yang mengasumsikan bahwa orang- orang mampu meraih lebih ketika mereka mambangun tenaga daripada berusaha menyeimbangkan kelemahan mereka.Adapun salah satu dari tujuan penelitian ini adalah menyediakan garis besar dari kemampuan dalam tugas- tugas yang relevan (atensi, kecakapan motorik yang bagus, alasan- alasan logis, konsentrasi dan kemampuan visual) bahwa individu penyandang Asperger ini mampu memahami diri mereka sendiri, dan membandingkan mereka dengan kelompok neurotypical.

KEPERCAYAAN DIRIKepercayaan diri adalah faktor intrapersonal penting lain yang memiliki pengaruh terhadap hasil- hasil yang berhubungan dengan pekerjaan. Beberapa di antaranya adalah yang berhubungan dengan performa dalam bekerja, kepuasan dalam bekerja, serta kemampuan dalam menangani tantangan- tantangan hidup. Percaya diri diartikan sebagai percaya kepada kemampuan seseorang untuk menerapkan motivasi, sumber- sumber kognitif, dan pelatihan- pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan. Orang- orang dengan kepercayaan diri yang tinggi akan mengatasi situasi- situasi sulit dengan keyakinan bahwa mereka akan tetap mampu untuk mengendalikan diri. Kepercayaan diri terdiri dari dua aspek berbeda, kepercayaan diri dengan ciri umum, dan kepercayaan diri pada tugas yang spesifik. Perlu untuk diketahui bahwa sejauh ini tidak ditemukan penelitian yang berhubungan dengan penyandang Asperger dan kepercayaan diri. Kepercayaan diri dapat menjadi penjelasan bagi jarak-kapasitas-untuk-berfungsi, dengan pengecualian bahwa tenaga yang ada (kapasitas untuk fungsi) pada penderita Asperger tidak digunakan untuk bidang okupasi, dapat menimbulkan masalah pada pekerjaan, atau bahkan tidak memiliki pekerjaan. Penelitian ini akan menguji bila penderita Asperger memiliki kepercayaan diri yang rendah secara umum, dan kepercayaan diri rendah yang spesifik pada pekerjaan, pada kasus okupasional ini, kepercayaan diri lalu individu neurotypical. Hal ini mengajukan dua hipotesis:1) Individu yang menderita Asperger memiliki tingkat kepercayaan diri secara umum yang lebih rendah daripada individu dengan neurotypical.2) Individu yang menderita Asperger memiliki tingkat kepercayaan diri dari segi okupasional yang lebih rendah daripada individu dengan neurotypical.

KETERTARIKAN PADA JENIS PEKERJAANSituasi di tempat kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang diminati dapat memenuhi kebutuhan psikologis penderita, mengarah ke motivasi intrinsik yang lebih tinggi, perhatian, dan kepuasan pada pekerjaan. Di samping tenaga, ketertarikan yang profesional dari penderita Asperger juga dapat dipelajari pada penelitian ini, mengingat penelitian mengijinkan kita untuk melakukan identifikasi yang optimal serta adaptasi yang sesuai dengan sebuah profesi yang spesifik. Analisis ketertarikan pada pekerjaan ini akan merujuk dari bentuk Hollands RIASEC sebagai dasar teoritis. Bentuk ini terdiri dari enam kategori atau beberapa macam ketertarikan (Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising, Conventional). Mereka telah mengikuti klasifikasi berdasarkan minat utama mereka (manual, investigative, artistic, social, enterprising atau organizing) dan daftar profesi prototipik yang spesifik untuk beberapa macam minat dari yang bersangkutan. Pengujian dilakukan dengan berdasarkan model Holland, menghasilkan kode tiga-angka dari tiga macam minat dengan nilai tertinggi. Biografi yang telah disebutkan sebelumnya, wawancara, dan ulasan media dari para penderita Asperger pada bidang profesional seperti penelitian, IT dan teknik mesin mengarah pada hipotesis nomor 3 untuk macam minat pekerjaan:3) Individu yang menderita Asperger memiliki jumlah minat yang lebih tinggi pada satu dari kombinasi yang mungkin terjadi di kategori R, I, dan C.

METODE PENELITIANPeserta dan Prosedur PenelitianPenelitian ini melibatkan 360 peserta. Sebanyak 15 orang dikeluarkan dari data (satu karena bertingkah dan menjawab dengan tidak masuk akal, tiga peserta karena masih anak- anak, dua peserta karena hilangnya informasi yang dibutuhkan untuk meyakinkan diagnosa Asperger, sembilan peserta karena skor AQ-10