askep kelompok khusus anak usia sekolah
DESCRIPTION
hhhsgdjhdajhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia,
bertolak dari latar belakang manusia yang berbeda-beda.Hal ini
mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah
kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan
berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan
terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan
melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang
didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan
Wonokromo Surabaya yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012.
Ditemukan sebagian besar anak SDN IV Wonokromo yang memiliki masalah
kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara lain 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak
menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci
tangan sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci
kaki sebelum tidur dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai
alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid tidak biasa potong kuku dengan
persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari
dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare,
cacingan, dan gatal-gatal.Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan
pemberian asuhan keperawatan.
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok
usia anak sekolah maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam
membantu menangani masalah tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada
komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya
termasuk upaya pencegahan dan penanganannya melalui pendekatan proses
keperawatan komunitas.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia
sekolah.
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia
sekolah.
4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak
usia sekolah.
6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi
pendidikan.
1.3 Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang
ditujukan pada komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan
Wonokromo Surabaya diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku
berisiko.
2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang
mungkin terjadi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan
terkait anak usia sekolah.
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia
sekolah dalam memberikan intervensi.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam
hal promotif dan preventif.
6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik
dalam institusi pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan deskripsi Komunitas
2.1.1 Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah
tertentu dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu,
keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di
komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang
terkait perilaku tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
1. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu
golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di
Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
2. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun
2.1.2 Deskripsi wilayah Komunitas
Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak
usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya pada tanggal 12
November s.d 26 November 2012. Luas wilayah komunitas 700 m2
dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5 Kel.
Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel.Wonokromo,
sebelah Barat Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah
penduduk RT.4 Kel.Wonokromo.
2.1.3 Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran
pengkajian adalah anak usia sekolahSD dengan umur 6 – 12 tahun
berjumlah 123 (Data SDN IV Wonokromo Surabaya, November 2012).
2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12
tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi
yang dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian
penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor risiko tersebut ada pasti akan
menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial terjadinya sakit atau
kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi. Anak
usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi
kebutuhan
2.3 Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia
sekolah menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak
usia sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi,
suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling
mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam Ervin, 2002).
2.3.1 Pengkajian
Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak
usia sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.
2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut
oleh anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang
dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan,
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia
sekolah.
Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan
lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di
lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield
survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia
sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan kepala
sekolah melalui wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah
yang kurang baik bagiperkembangan anak usia
sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah,
bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan
konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua
siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dan
melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
Transportasi : Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia
sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib
sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui
buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan
guru dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan
guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah
anak usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di
sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana
penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
2.4 Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
2.4.1 Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis
pelayanan keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana
perawat mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN adalah
pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan
dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi
dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu
dan keluarga.
2.4.2 Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak
usia sekolah antara lain :
1. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral
dalam membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk
menyelesaikan masalah anak sekolah. Seperti halnya perawat
melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama,
keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.
2. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan
anak sekolah, menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia
sekolah.
3. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat
anak usia sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk
mengidentifikasi potensial kasus penyakit dan risiko pada anak usia
sekolah.
4. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana
perawatan untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah,
mengawasi pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi dampak
pelayanan.
5. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak
usia sekolah di masyarakat dan anak usia sekolah di institusi
formal, memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan,
mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
6. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan
alternatif solusi, membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek
solusi dan pemecahan masalah.
7. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil
riset pada anak usia sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
8. Caregiver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan
diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,
melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.
9. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah,
menentukan kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia
sekolah terhadap pengambil keputusan, mempersiapkan anak usia
sekolah untuk mandiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN
Wonokromo IV Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian status kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan
keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi pendidikan, anak sekolah
dan orang tua, dan kepala sekolah.
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community
as partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
3.1.1 Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data
Monografi SDN Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun
+ 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan
golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin di SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November
tahun 2012
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 tahun
12 tahun05
1015202530
PerempuanLaki-laki
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki
yang berumur 8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9
tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 % dan
20 %.
2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama :
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di
bawah ini :
Diagram 2 :
Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama
di SDN IV Wonokromo Surabaya pada November
2012
Dari diagram di samping mayoritas responden
beragama Islam yaitu 96,9 %.
Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi
didapatkan tidak tersedia musala untuk tempat beribadah karena
letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata
pelajaran Agama.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama,
menyatakan bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD
baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-
anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan.
3.1.2 Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
3.1%
96.9%
Kristen
Islam
Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat
dengan jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah
kurang terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam
sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di
depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak
terjamin kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang
terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan
perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa
di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan
ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti
olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti
pengajian.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah
yang kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang
tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak
menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat
UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang
sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling)
untuk konsultasi siswa.
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan
orang tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta
dan berdagang untuk mencari nafkah.
4. Keamanan dan Transportasi
a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah
menyebrang jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang
mengancam kesehatan anak usia sekolah :
1) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah
adalah sebagai berikut :
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan
oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo
Ya Tidak0
20406080
Kebiasaan Jajan Sembarangan
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah
memiliki kebiasaan jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini
merupakan hal yang negatif bagi kesehatan anak usia sekolah
karena kebersihan makanan dan kandungan gizi yang ada di dalam
makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam masalah
kesehatan untuk anak usia sekolah.
2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah
adalah sebagai berikut :
Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia
Sekolah SDN IV Wonokromo
Permen Coklat Snack0
10
20
30
40
50
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolahadalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan
hal yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena
dalam permen mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga
berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah
di SDN IV Wonokromo.
3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur
yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV
Wonokromo
Ya Tidak0
20406080
Kebiasaan Menggosok Gigi
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini
merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah karena
kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu apabila
tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai macam
masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan
bahwa anak-anak SDN IV Wonokromo sudah mendapat
pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak
SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok
gigi sebelum tidur
Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase
Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %
b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV
Wonokromo sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
5. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah
adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta
kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak
usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu
mengikuti kegiatan kepramukaan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang gosok gigi
berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil pengkajian
yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia
sekolah untuk memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di
sekolah SDN IV Wonokromo
Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai
informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media
informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan
negatif.
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia
sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo meliputi data
tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,
peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah
anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan dalam
menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat
dilihat pada uraian dibawah ini :
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak
dengan orang tua di sekolah SDN IV Wonokromo
Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab
jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah
anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko
terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari informasi melalui orang
Media Ortu Guru0
10
20
30
40
50
Sering Jarang Tidak Pernah
0102030405060
lain atau media yang belum tentu kebenarannya. Sehingga diharapkan
orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi
permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.
Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di
sekolah SDN IV
Wonokromo
Pada gambar di atas dapat
dilihat bahwa hampir 100 %
responden menyatakan perlu
mendapatkan bantuan orang tua
untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada dirinya.
7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo
Surabaya.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama
orang tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS),
taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja
(THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan
seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak
bola, sanggar senam, dan tari.
3.1.3 Analisa Data
Data Masalah
1. Lingkungan fisik :
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak
usia sekolah yang kurang baik bagi
perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang membiasakan tidak
menggosok gigi sebelum tidur sehingga
Defisit kebersihan diripada
agregat anak usia sekolah
1.0%
99.0%
Tidak perlu
Perlu
kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah
2. Keamanan dan transportasi:
a. Kebiasaan jajan sembarangan
- 80%anak usia sekolah memiliki
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah
adalah permen sebanyak 50 anak (40,6
%)
- 45 murid yang bermasalah pada gigi
dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
- 75%anak usia sekolah tidak menggosok
gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi karena
tidak disuruh oleh orang tuanya (48.7%)
3. Komunikasi
a. Komunikasi Formal
Anak mengetahui mengenai informasi
tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi
tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang
diskusi dengan orang tua untuk
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu untuk
mengatasi masalah anak
Risiko terjadinya kejadian
karies gigi pada agregat anak
usia sekolah
Risiko penyalahgunaan media
cetak dan elektronik pada anak
untuk memperoleh informasi
yang tidak sesuai dengan
perkembangannya
Ketidakefektifan komunikasi
anak dengan orang tua
3.2 Diagnosa Keperawatan Komunitas
3.2.1 Defisit kebersihan diripada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
3.2.2 Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah
b/d kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur
sebesar 75%, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolahadalah permen
sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang bermasalah pada gigi
dengan persentase 36.5 %dan sebesar 48.7% anak usia sekolah
beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
3.2.3 Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk
memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya
b/dsumber informasi yang digunakan anak untuk mengetahuiinformasi
tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya
televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
3.2.4 Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang
diskusi dengan orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60%
dan perlunya peran ortu untuk mengatasi masalah anak sebesar 99%
3.3 Perencanaan Keperawatan Komunitas
Prioritas masalah
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya
adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan pada
agregat anak usia sekolah
Pentingnya
penyelesaian
masalah
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Perubahan positif untuk
penyelesaian di komunitas
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Penyelesaian untuk
Peningkatan kualitas hidup
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Total
score
Defisit kebersihan diri pada agregat
anak usia sekolah
3 2 3 8
Risiko terjadinya kejadian karies
gigi pada agregat anak usia sekolah
3 3 3 9
Risiko penyalahgunaan media
cetak dan elektronik pada anak
untuk memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya
2 1 1 4
Ketidakefektifankomunikasi anak 2 1 2 5
dengan orang tua
Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalahrisiko kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah dan
yang akan dijadikan implementasi adalah upaya preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada
agregat anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.
3.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
keperawatanTujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Risiko
terjadinya
kejadian karies
gigi pada
agregat anak
usia sekolah
1. Jangka panjang
Terbentuknya
kelompok anak
usia sekolah
yang peduli
terhadap
kesehatan gigi
2. Jangka pendek
- Agregat anak
usia sekolah
tidak
1. Lakukan pendekatan
secara formal dengan
kepala sekolah, guru,
dan petugas UKS
2. Berikan penyuluhan
kesehatan tentang
karies gigi pada
kelompok anak usia
sekolah
3. Demonstrasikan cara
menggosok gigi
- Kepala sekolah,
guru, dan petugas
UKS SDN IV
Wonokromo
Surabaya
- Kelompok anak
usia sekolah di
SDN IV
Wonokromo
Surabaya
-Puskesmas
- Komunikasi
dan
informasi
- Ceramah dan
diskusi
- Edukasi dan
demonstrasi
- Monitoring
3-12-2012 SDN IV
Wonokromo
Surabaya
mengalami
karies gigi
- Agregat anak
usia sekolah
mendapatkan
pengetahuan
yang cukup
tentang
pencegahan
masalah
karies gigi
dengan baik dan
benar pada kelompok
anak usia sekolah
4. Beri kesempatan pada
kelompok anak usia
sekolah untuk
bersama-sama
mempraktikan cara
menggosok gigi
dengan baik dan
benar
5. Lakukan kerjasama
dengan puskesmas
setempat untuk
melakukan
monitoring terhadap
kelompok anak usia
sekolah di SDN IV
Wonokromo
Surabaya
Wonokromo
31-12-
2014
3.5 Implementasi
Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan
Risiko terjadinya
kejadian karies
gigi pada agregat
anak usia sekolah
Senin
3 – 12 - 2012
Senin
31 - 12 - 2012
1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan petugas UKS.
Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya penyuluhan
kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo Surabaya.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok anak usia
sekolah. Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
kesehatan.
3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada kelompok anak
usia sekolah. Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan
baik dan benar.
4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan cara
menggosok gigi dengan baik dan benar
5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya
Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan monitoring
terhadap kelompok anak usia sekolah
3.6 Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi
proses dari pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV
Wonokromo Surabaya adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif
dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu.
Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan
kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi dengan baik dan
benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan
cara menggosok gigi dengan baik dan benar.
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu
dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah
kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (at risk)
terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat. Yang
menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolahSD dengan umur 6 – 12
tahun berjumlah 123 siswa.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia
sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku
bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling
mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan dan rekreasi
4.2 Saran
1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan pada komunitas anak usia sekolah
2. Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk
mendukung keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas
anak usia sekolah