askep kelompok khusus anak usia sekolah

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar belakang manusia yang berbeda-beda.Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah. Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki

Upload: nur-hidayatul-afidah

Post on 16-Jan-2016

746 views

Category:

Documents


115 download

DESCRIPTION

hhhsgdjhdajh

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia,

bertolak dari latar belakang manusia yang berbeda-beda.Hal ini

mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah

kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan

berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan

terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang

dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan

melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang

didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah.

Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan

Wonokromo Surabaya yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012.

Ditemukan sebagian besar anak SDN IV Wonokromo yang memiliki masalah

kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara lain 45 murid yang

bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak

menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci

tangan sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci

kaki sebelum tidur dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai

alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid tidak biasa potong kuku dengan

persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari

dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah

menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare,

cacingan, dan gatal-gatal.Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan

pemberian asuhan keperawatan.

Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok

usia anak sekolah maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam

membantu menangani masalah tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada

komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya

termasuk upaya pencegahan dan penanganannya melalui pendekatan proses

keperawatan komunitas.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia

sekolah.

2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.

3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia

sekolah.

4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.

5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak

usia sekolah.

6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi

pendidikan.

1.3 Manfaat

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang

ditujukan pada komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan

Wonokromo Surabaya diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku

berisiko.

2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang

mungkin terjadi.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan

terkait anak usia sekolah.

4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia

sekolah dalam memberikan intervensi.

5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam

memberikan penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam

hal promotif dan preventif.

6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik

dalam institusi pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan deskripsi Komunitas

2.1.1 Definisi Komunitas

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah

tertentu dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu,

keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di

komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong

kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang

terkait perilaku tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai

kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang anak usia sekolah yaitu:

1. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu

golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di

Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.

2. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12

tahun

2.1.2 Deskripsi wilayah Komunitas

Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak

usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya pada tanggal 12

November s.d 26 November 2012. Luas wilayah komunitas 700 m2

dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5 Kel.

Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel.Wonokromo,

sebelah Barat Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah

penduduk RT.4 Kel.Wonokromo.

2.1.3 Besarnya Komunitas

Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran

pengkajian adalah anak usia sekolahSD dengan umur 6 – 12 tahun

berjumlah 123 (Data SDN IV Wonokromo Surabaya, November 2012).

2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12

tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan

perkembangan sesuai usianya.

Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi

yang dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian

penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor risiko tersebut ada pasti akan

menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial terjadinya sakit atau

kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi. Anak

usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:

1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah

2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat

3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya

4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi

kebutuhan

2.3 Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia

sekolah menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak

usia sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi,

suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling

mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,

ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,

pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam Ervin, 2002).

2.3.1 Pengkajian

Data inti komunitas, terdiri dari:

1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak

usia sekolah menurut jenis kelamin, golongan umur.

2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.

3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut

oleh anak usia sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang

dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi keagamaan,

kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia

sekolah.

Data subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan

lingkungan, aktifitas anak usia sekolah di

lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield

survey dan observasi.

Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia

sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan kepala

sekolah melalui wawancara.

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah

yang kurang baik bagiperkembangan anak usia

sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah,

bentuk pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan

konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.

3. Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua

siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dan

melihat data di staff tata usaha sekolah.

4. Keamanan dan transportasi.

Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.

Transportasi : Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia

sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa

5. Politik dan pemerintahan

Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib

sekolah yang harus dipatuhi seluruh siswa.

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk

memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui

buku dan sosialisasi dari pendidik.

b. Komunikasi informal

Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan

guru dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam

menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan

guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah

anak usia sekolah.

7. Pendidikan

Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang

digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di

sekolah.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana

penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,

pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

2.4 Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah

2.4.1 Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.

Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis

pelayanan keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana

perawat mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi meningkatkan

derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN adalah

pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan

dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi

dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu

dan keluarga.

2.4.2 Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah

Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak

usia sekolah antara lain :

1. Kolaborator

Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral

dalam membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk

menyelesaikan masalah anak sekolah. Seperti halnya perawat

melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama,

keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.

2. Koordinator

Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan

anak sekolah, menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia

sekolah.

3. Case finder

Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat

anak usia sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk

mengidentifikasi potensial kasus penyakit dan risiko pada anak usia

sekolah.

4. Case manager

Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana

perawatan untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah,

mengawasi pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi dampak

pelayanan.

5. Pendidik

Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak

usia sekolah di masyarakat dan anak usia sekolah di institusi

formal, memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan,

mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.

6. Konselor

Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan

alternatif solusi, membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek

solusi dan pemecahan masalah.

7. Peneliti

Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil

riset pada anak usia sekolah, mendesiminasikan hasil riset.

8. Caregiver

Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan

diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,

melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.

9. Pembela

Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah,

menentukan kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia

sekolah terhadap pengambil keputusan, mempersiapkan anak usia

sekolah untuk mandiri.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN

Wonokromo IV Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian status kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan

keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi pendidikan, anak sekolah

dan orang tua, dan kepala sekolah.

3.1 Pengkajian

Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community

as partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.

3.1.1 Data inti komunitas, terdiri dari:

1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data

Monografi SDN Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun

+ 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan

golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.

Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin di SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November

tahun 2012

6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 tahun

12 tahun05

1015202530

PerempuanLaki-laki

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki

yang berumur 8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9

tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 % dan

20 %.

2. Status perkawinan

100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3. Nilai, kepercayaan dan agama :

Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di

bawah ini :

Diagram 2 :

Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama

di SDN IV Wonokromo Surabaya pada November

2012

Dari diagram di samping mayoritas responden

beragama Islam yaitu 96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi

didapatkan tidak tersedia musala untuk tempat beribadah karena

letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan

dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata

pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama,

menyatakan bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD

baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-

anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan

yang dilaksanakan.

3.1.2 Data subsystem

Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

3.1%

96.9%

Kristen

Islam

Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat

dengan jalan raya. Kebersihan lingkungan sekolah

kurang terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam

sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin

kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di

depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak

terjamin kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang

terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan

perempuan. Kondisi terawat dengan baik.

Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa

di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan

ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti

olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian

meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti

pengajian.

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah

yang kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang

tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak

menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini

diikuti oleh anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat

UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang

sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling)

untuk konsultasi siswa.

3. Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan

orang tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta

dan berdagang untuk mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi

a. Keamanan

Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah

menyebrang jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang

mengancam kesehatan anak usia sekolah :

1) Kebiasaan jajan sembarangan

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang

kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah

adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan

oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Ya Tidak0

20406080

Kebiasaan Jajan Sembarangan

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah

memiliki kebiasaan jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini

merupakan hal yang negatif bagi kesehatan anak usia sekolah

karena kebersihan makanan dan kandungan gizi yang ada di dalam

makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam masalah

kesehatan untuk anak usia sekolah.

2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang

kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah

adalah sebagai berikut :

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia

Sekolah SDN IV Wonokromo

Permen Coklat Snack0

10

20

30

40

50

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia

sekolahadalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan

hal yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena

dalam permen mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga

berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah

di SDN IV Wonokromo.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur

yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV

Wonokromo

Ya Tidak0

20406080

Kebiasaan Menggosok Gigi

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak

menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini

merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah karena

kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu apabila

tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai macam

masalah kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan

bahwa anak-anak SDN IV Wonokromo sudah mendapat

pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak

SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok

gigi sebelum tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase

Malas 50 40.6 %

Tidak disuruh ortu 60 48.7 %

Lupa 13 10.5 %

Total 123 100 %

b. Transportasi

Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV

Wonokromo sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

5. Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah

adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta

kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak

usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu

mengikuti kegiatan kepramukaan.

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk

memperoleh informasi pengetahuan tentang gosok gigi

berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil pengkajian

yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia

sekolah untuk memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di

sekolah SDN IV Wonokromo

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai

informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media

khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media

informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan

negatif.

b. Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia

sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo meliputi data

tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,

peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah

anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan dalam

menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat

dilihat pada uraian dibawah ini :

Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak

dengan orang tua di sekolah SDN IV Wonokromo

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab

jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah

anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko

terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari informasi melalui orang

Media Ortu Guru0

10

20

30

40

50

Sering Jarang Tidak Pernah

0102030405060

lain atau media yang belum tentu kebenarannya. Sehingga diharapkan

orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi

permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di

sekolah SDN IV

Wonokromo

Pada gambar di atas dapat

dilihat bahwa hampir 100 %

responden menyatakan perlu

mendapatkan bantuan orang tua

untuk mengatasi masalah yang

terjadi pada dirinya.

7. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama

orang tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS),

taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja

(THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan

seni di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak

bola, sanggar senam, dan tari.

3.1.3 Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

Adanya kebiasaan pada lingkungan anak

usia sekolah yang kurang baik bagi

perkembangan anak yaitu orang tua dan

lingkungan anak yang membiasakan tidak

menggosok gigi sebelum tidur sehingga

Defisit kebersihan diripada

agregat anak usia sekolah

1.0%

99.0%

Tidak perlu

Perlu

kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:

a. Kebiasaan jajan sembarangan

- 80%anak usia sekolah memiliki

kebiasaan jajan sembarangan

- mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah

adalah permen sebanyak 50 anak (40,6

%)

- 45 murid yang bermasalah pada gigi

dengan persentase 36.5 %

b. Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

- 75%anak usia sekolah tidak menggosok

gigi sebelum tidur

- Alasan tidak menggosok gigi karena

tidak disuruh oleh orang tuanya (48.7%)

3. Komunikasi

a. Komunikasi Formal

Anak mengetahui mengenai informasi

tentang gosok gigi sebelum tidur

bersumber dari media khusunya televisi

tentang iklan pasta gigi sebesar 45%

b. Komunikasi Informal

- Sebesar 60% anak sekolah jarang

diskusi dengan orang tua untuk

menyelesaikan masalah

- Sebesar 99% anak usia sekolah

menganggap perlu peran ortu untuk

mengatasi masalah anak

Risiko terjadinya kejadian

karies gigi pada agregat anak

usia sekolah

Risiko penyalahgunaan media

cetak dan elektronik pada anak

untuk memperoleh informasi

yang tidak sesuai dengan

perkembangannya

Ketidakefektifan komunikasi

anak dengan orang tua

3.2 Diagnosa Keperawatan Komunitas

3.2.1 Defisit kebersihan diripada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan

pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

3.2.2 Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah

b/d kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur

sebesar 75%, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolahadalah permen

sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang bermasalah pada gigi

dengan persentase 36.5 %dan sebesar 48.7% anak usia sekolah

beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

3.2.3 Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk

memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya

b/dsumber informasi yang digunakan anak untuk mengetahuiinformasi

tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya

televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%

3.2.4 Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang

diskusi dengan orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60%

dan perlunya peran ortu untuk mengatasi masalah anak sebesar 99%

3.3 Perencanaan Keperawatan Komunitas

Prioritas masalah

Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya

adalah sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan pada

agregat anak usia sekolah

Pentingnya

penyelesaian

masalah

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Perubahan positif untuk

penyelesaian di komunitas

0 : tidak ada

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Penyelesaian untuk

Peningkatan kualitas hidup

0 : tidak ada

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Total

score

Defisit kebersihan diri pada agregat

anak usia sekolah

3 2 3 8

Risiko terjadinya kejadian karies

gigi pada agregat anak usia sekolah

3 3 3 9

Risiko penyalahgunaan media

cetak dan elektronik pada anak

untuk memperoleh informasi yang

tidak sesuai dengan

perkembangannya

2 1 1 4

Ketidakefektifankomunikasi anak 2 1 2 5

dengan orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalahrisiko kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah dan

yang akan dijadikan implementasi adalah upaya preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada

agregat anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.

3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa

keperawatanTujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat

Risiko

terjadinya

kejadian karies

gigi pada

agregat anak

usia sekolah

1. Jangka panjang

Terbentuknya

kelompok anak

usia sekolah

yang peduli

terhadap

kesehatan gigi

2. Jangka pendek

- Agregat anak

usia sekolah

tidak

1. Lakukan pendekatan

secara formal dengan

kepala sekolah, guru,

dan petugas UKS

2. Berikan penyuluhan

kesehatan tentang

karies gigi pada

kelompok anak usia

sekolah

3. Demonstrasikan cara

menggosok gigi

- Kepala sekolah,

guru, dan petugas

UKS SDN IV

Wonokromo

Surabaya

- Kelompok anak

usia sekolah di

SDN IV

Wonokromo

Surabaya

-Puskesmas

- Komunikasi

dan

informasi

- Ceramah dan

diskusi

- Edukasi dan

demonstrasi

- Monitoring

3-12-2012 SDN IV

Wonokromo

Surabaya

mengalami

karies gigi

- Agregat anak

usia sekolah

mendapatkan

pengetahuan

yang cukup

tentang

pencegahan

masalah

karies gigi

dengan baik dan

benar pada kelompok

anak usia sekolah

4. Beri kesempatan pada

kelompok anak usia

sekolah untuk

bersama-sama

mempraktikan cara

menggosok gigi

dengan baik dan

benar

5. Lakukan kerjasama

dengan puskesmas

setempat untuk

melakukan

monitoring terhadap

kelompok anak usia

sekolah di SDN IV

Wonokromo

Surabaya

Wonokromo

31-12-

2014

3.5 Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

Risiko terjadinya

kejadian karies

gigi pada agregat

anak usia sekolah

Senin

3 – 12 - 2012

Senin

31 - 12 - 2012

1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan petugas UKS.

Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya penyuluhan

kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok anak usia

sekolah. Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan

kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada kelompok anak

usia sekolah. Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan

baik dan benar.

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-sama

mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar

Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan cara

menggosok gigi dengan baik dan benar

5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan monitoring

terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo Surabaya

Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan monitoring

terhadap kelompok anak usia sekolah

3.6 Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi

proses dari pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV

Wonokromo Surabaya adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif

dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu.

Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan

kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi dengan baik dan

benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan

cara menggosok gigi dengan baik dan benar.

BAB IV

SIMPULAN

4.1 Simpulan

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu

dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,

kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah

kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (at risk)

terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat. Yang

menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolahSD dengan umur 6 – 12

tahun berjumlah 123 siswa.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah

menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia

sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku

bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling

mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,

ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,

pendidikan dan rekreasi

4.2 Saran

1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan

masalah kesehatan pada komunitas anak usia sekolah

2. Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk

mendukung keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas

anak usia sekolah