askep dbd

21
ASUHAN KEPERAWATAN ASKEP DHF (DEMAM BERDARAH) Kelompok 6A: 1. Haidar Maulana 2. Rendiawan S 3. Rindayu Meilinda A 4. Ike Fitriyani 5. Yayu Puji P

Upload: yosi-klub-teroriz

Post on 19-Dec-2015

181 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: askep dbd

ASUHAN KEPERAWATAN

ASKEP DHF (DEMAM BERDARAH)

Kelompok 6A:

1. Haidar Maulana

2. Rendiawan S

3. Rindayu Meilinda A

4. Ike Fitriyani

5. Yayu Puji P

STIKES BHAMADA SLAWI

2015

Page 2: askep dbd

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang ber judul “ ASKEP DBD ” ini

dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memenuhi tugas IKD III .

Banyak halangan dan rintangan yang kami hadapi dalam menyelesaikan tugas penyusunan

makalah ini, namun atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan dari semua

pihak maka tugas makalah ini dpat kami selesaikan

Page 3: askep dbd

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI.

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai

dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang

dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu

demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan

sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari

kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada

anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada

dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

B. ETIOLOGI.

1. Virus Dengue.

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue

tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat

dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk

dalam genus flavovirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak

dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel

mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda

misalnya sel aedes Albopictus.

2. Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu

nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa

spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah

Page 4: askep dbd

satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya

(Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000;420).

C. PATOFISIOLOGI.

Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi

pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh

merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam,

nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa denopati.

Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan

virus dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi

ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan

konsentrasi komplek antigen antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.

Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :

1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatoksin C

3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan

mediator kuat yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah

(plasma – Leakage), dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu,

renjatan yang tidak diatasi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan,

asidosis metabolik dan berakhir kematian.

2. Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan

mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat

terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.

3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya

pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka

plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan

anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP).

Page 5: askep dbd

D. PATHWAYS

Page 6: askep dbd

E. TANDA DAN GEJALA

1. Demam.

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian

turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung

demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri

punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat

menyetainya.

2. Perdarahan.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga

sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan

haematemesis (Nelson, 1993 ; 296).

Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat

(Ngastiyah, 1995 ; 349).

3. Hepatomegali.

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada

anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali

dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada

penderita.

4. Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada

ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi

pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

F. KLASIFIKASI

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

1. Derajat I.

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji tourniquet positif.

2. Derajat II.

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti

petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Page 7: askep dbd

3. Derajat III.

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

(>120x/mnt),  tekanan nadi sempit ( ≤ 20 mmHg ), tekanan darah menurun,

(120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/70 → 80/0 → 0/0 ).

4. Derajat IV.

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ≥ 140x/mnt), anggota

gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.

a. HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.

Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.

Nilai normal   

HB =     L : 12,0 – 16,8 g/dl.

P : 11,0 – 15,5 g/dl.

PCV /Hm =    L : 35 – 48 %.

                                      P : 34 – 45 %.

b. Trombosit menurun £ 100.000 / mm3.

Nilai normal    : L          : 150.000 – 400.000/mm3.

P          : 150.000 – 430.000/mm3.

c. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.

Nilai normal    :           L/P      : 4.600 – 11.400/mm3.

d. Waktu perdarahan memanjang.

Nilai normal    :           1 – 5 menit.

e. Waktu protombin memanjang.

Nilai normal    :           10 – 14 detik.

H. PENATALAKSANAAN.

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.

2. Diet makan lunak.

3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan

beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling

penting bagi penderita DHF.

Page 8: askep dbd

4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan

cairan yang paling sering digunakan.

5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik

sebaiknya dari golongan asetaminopen.

7. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

8. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

9. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-

tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

10. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan

pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai

pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan

plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20  30 ml/kg

BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan

12  48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah

teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,

kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.Transfusi

darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.

Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan

yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan

Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum

yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan

melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan

apabila :

a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

I. PENCEGAHAN.

Page 9: askep dbd

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,

yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

1. Lingkungan.

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.

2. Biologis.

Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang).

3. Kimiawi.

Pengendalian kimiawi antara lain :

a. Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan

sampai batas waktu tertentu.

b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti

gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E.C

Page 10: askep dbd

DENGAN DHF GRADE II

DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

A.    PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama                           : An. E.C

Umur                           : 9 thn

Alamat                                    : Tambak Asri 23/27 Surabaya

Agama                         : Kristen

Nama Ibu                    : Ny. T

Pendidikan                  :

Nama Ayah                 : Tn S

Pendidikan                  : SMA

Pekerjaan                     : Karyawan swasta

Diagnosa Medik          : DBD Grade II

Pengkajian tanggal      : 13 Desember 2001

2. Keluhan Utama :

Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.

3. Riwayat penyakit sekarang :

Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam

anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam

03 pagi keluar darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air,

dibawa ke IRD.

4. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.

5. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita

sakit DBD.

6. Riwayat kesehatan lingkungan.

Page 11: askep dbd

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali

kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang

belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang

lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan

lingkungan wilayah belum pernah disemprot.

7. Riwayat kehamilan

Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu

mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak

mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.

8. Pengkajian Persistem

a. Sistem Gastrointestinal

Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak

suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi.

Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.

b. Sistem muskuloskeletal :

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas

simetris, kekuatan otot baik.

c. Sistem Genitourinary

BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur,

BAB dari malam belum ada.

d. Sistem Respirasi.

Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat

pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit.

Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.

e. Sistem Cardiovaskuler

TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap.

Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan

tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.

f. Sistem Neurosensori

Tidak ada kelainan.

g. Sistem Endokrin

Page 12: askep dbd

Tidak ada kelainan.

h. Sistem Integumen.

S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat

perdarahan spontan pada kulit.

9. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 11.8

Leko : 5,5

Trombo : 133

PCV : 0,30

10. Terapi

Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam

Minum manis

Vit B compleks / C 3 x 1

Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.

Nasi 3 x sehari

Susu : 3 x 200 cc

B.     ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1S : Klien mengatakan badanya terasa

panas, pusing

O :  Akral dingin

Panas hari ke 2 panjang.

TTV : S : 376, Nadi 98x/mnt,

TD : 100/60, RR 25x/mnt.

S : Klien mengatakan tidak suka

minum dan perut terasa

kenyang minum terus.

O :  Turgor kulit baik

Proses infeksi virus dengue

Ô

Viremia

Ô

Thermoregulasi

Peningkatan suhu tubuh

Ektravasasi cairan

Intake kurang

Ô

Peningkatan

suhu tubuh

Cairan tubuh

Page 13: askep dbd

Mukosa bibir kering

Urine banyak warna kuning

pekat

Panas hari ke 2 panjang

Trombosit ; 133.000

TD : 100/60, N ; 98x/mnt.

S : Klien menyatakan tidak

mau makan, tetapi tidak mual.

O : KU lemah

Makan pagi hanya mau 3

sendok

Volume plasma berkurang

Ô

Penurunan volume cairan tubuh

Nafsu makan menurun

Ô

Intake nutrisi tidak adekuat

Ô

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Nutrisi

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan.

Tujuan Rencana Rasional

  Kebutuhan nutrisi adekuat.

  KH :

Berat badan stabil atau

meningkat.

a.       Berikan makanan yang

disertai dengan suplemen

nutrisi untuk

meningkatkan kualitas

intake nutrisi.

b.      Anjurkan kepada orang

tua untuk memberikan

makanan dengan teknik

porsi kecil tapi sering

secara bertahap.

c.       Timbang berat badan

setiap hari pada waktu

yang sama dan dengan

skala yang sama.

d.      Pertahankan kebersihan

mulut klien.

a.       Mengganti kehilangan

vitamin karena

malnutrisi/anemia.

b.      Porsi lebih kecil dapat

meningkatkan masukan.

c.       Mengawasi penurunan

berat badan.

d.      Mulut yang bersih

meningkatkan selera

makan dan pemasukan

oral.

e.       Jelaskan pentingnya

intake nutrisi yang adekuat

untuk penyembuhan

penyakit.

Page 14: askep dbd

e.       Jelaskan pentingnya

intake nutrisi yang

adekuat untuk

penyembuhan penyakit.

b. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan Rencana Rasional

  Perfusi jaringan perifer

adekuat.

  KH :

         TTV stabil.

a.       Kaji dan catat tanda-

tanda vital.

b.      Nilai kemungkinan

terjadinya kematian

jaringan pada ekstremitas

seperti dingin, nyeri,

pembengkakan kaki.

a.       Penurunan sirkulasi

darah dapat terjadi dari

peningkatan kehilangan

cairan mengakibatkan

hipotensi.

b.      Kondisi kulit

dipengaruhi oleh sirkulasi,

nutrisi, dan immobilisasi.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber

informasi

Tujuan Rencana Rasional

  Klien mengerti dan

memahami proses

penyakit dan pengobatan.

a.       Tentukan kemampuan

dan kemauan untuk

belajar.

b.      Jelaskan rasional

pengobatan, dosis, efek

samping dan pentingnya

minum obat sesuai resep.

c.       Beri pendidikan

kesehatan mengenai

penyakit DHF.

a.       Adanya keinginan untuk

belajar memudahkan

penerimaan informasi.

b.      Dapat meningkatkan

kerjasama dengan terapi obat

dan mencegah penghentian

pada obat dan atau interkasi

obat yang merugikan.

c.       Dapat meningkatkan

pengetahuan pasien dan dapat

mengurangi kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: askep dbd

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan, EGC ; Jakart

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika.

Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.