artikel tak putus dirundung malang

7
Tak Putus Dirundung Malang Sutan Takdir Alisahjbana Roman karya Sutan Takdir Alisyahbana ini pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka tahun 1929. Roman ini berkisah tentang sebuah keluarga yang selalu dirundung kemalangan. Novel yang bersetting daerah Bengkulu ini secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut. Adalah Syahbudin, duda dengan dua orang anak, kesabaran dan ketabahan adalah jiwa kekuatan, dia ditinggal mati oleh istrinya karena terlalu pahit akan kemiskinan yang dipikulnya. Kehidupan Syahbudin dapat dilalui tanpa istrinya. Kesibukan kesana-kemari mencari pekerjaan dan mengurusi 2 orang anak membuat dia lalai akan api kecil disudut ruangan beralaskan kayu sehingga membakar istana kecilnya dengan cepat. Dengan semangatnya yang tersisa 70% dia masih mampu membuat istana kecil dan mungil berlantaikan tanah dan tidur beralaskan tikar. Pekerjaan Syahbudin hanyalah dengan mencari buah kelapa ke negeri seberang. Ia tiada pernah meninggalkan anaknya. Laminah dan Mansur selalu bersenang hati bila berada di sisi ayahnya. Akan tetapi hasil tak cukup buat makan seminggu. Dalam mencari kehidupan yang mapan, Syahbudin pergi merantau dan meninggalkan 2 anaknya itu. Laminah dan Mansur sungguh sedih dan menangis atas kepergian ayahnya. Mereka berdua sudah dipasrahkan yaitu pada adik kandung Syahbudin yang biasa dipanggil madang dan beristrikan Jesipah. Dalam beberapa bulan ayahnya kembali ke negeri tanah kelahiran. Uang yang didambakan kini berganti dengan kecemasan dan ketakutan pada penyakit yang diderita Syahbudin. Apalah daya, ilmu nenek Zaleka, dukun yang termahir tidak dapat

Upload: hendri-yanto

Post on 04-Jul-2015

398 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Tak Putus Dirundung Malang

Tak Putus Dirundung Malang

Sutan Takdir Alisahjbana

Roman karya Sutan Takdir Alisyahbana ini pertama kali diterbitkan oleh Penerbit

Balai Pustaka tahun 1929. Roman ini berkisah tentang sebuah keluarga yang selalu

dirundung kemalangan. Novel yang bersetting daerah Bengkulu ini secara ringkas dapat

dipaparkan sebagai berikut.

Adalah Syahbudin, duda dengan dua orang anak, kesabaran dan ketabahan adalah jiwa

kekuatan, dia ditinggal mati oleh istrinya karena terlalu pahit akan kemiskinan yang

dipikulnya. Kehidupan Syahbudin dapat dilalui tanpa istrinya. Kesibukan kesana-kemari

mencari pekerjaan dan mengurusi 2 orang anak membuat dia lalai akan api kecil disudut

ruangan beralaskan kayu sehingga membakar istana kecilnya dengan cepat. Dengan

semangatnya yang tersisa 70% dia masih mampu membuat istana kecil dan mungil

berlantaikan tanah dan tidur beralaskan tikar.

Pekerjaan Syahbudin hanyalah dengan mencari buah kelapa ke negeri seberang. Ia

tiada pernah meninggalkan anaknya. Laminah dan Mansur selalu bersenang hati bila berada di

sisi ayahnya. Akan tetapi hasil tak cukup buat makan seminggu.

Dalam mencari kehidupan yang mapan, Syahbudin pergi merantau dan meninggalkan

2 anaknya itu. Laminah dan Mansur sungguh sedih dan menangis atas kepergian ayahnya.

Mereka berdua sudah dipasrahkan yaitu pada adik kandung Syahbudin yang biasa dipanggil

madang dan beristrikan Jesipah.

Dalam beberapa bulan ayahnya kembali ke negeri tanah kelahiran. Uang yang

didambakan kini berganti dengan kecemasan dan ketakutan pada penyakit yang diderita

Syahbudin. Apalah daya, ilmu nenek Zaleka, dukun yang termahir tidak dapat menghalangi

tugas malaikat pencabut nyawa. Syahbudin meninggal. Lengkap sudah penderitaan Laminah

dan Mansur tanpa keluarga di dunia ini.

Pada usia 15 tahun anak yatim piatu itu hidup masih berada di tangan Madangnya.

Dalam usia masih dini mereka dipaksa untuk bekerja yang berat hingga tulang muda itu tanpa

pernah diberi waktu untuk beristirahat sedikitpun.

Pada suatu hari, Masduki anak Jesipah yang masih kecil itu gemar sekali bermain

dengan Laminah seperti halnya anak desa lainnya. Mainan itu terbuat dari kulit jeruk. Dengan

senang hati Marzuki memainkannya. Tanpa terasa kaki Marzuki tergores oleh pisau yang ada

didekat Laminah. Anak kecil itu menangis tak terkendali. Darah Laminah seakan berhenti

melihat kejadian itu, rasa takut dan khawatir akan apa yang akan dilakukan oleh Jesipah nanti.

Tapi syukur rasa ketakutan kini tiada lagi karena Jesipah telah berbohong pada suaminya

Page 2: Artikel Tak Putus Dirundung Malang

tentang kejadian itu. Beberapa jam Laminah masih dapat merasakan ketenangan jiwanya.

Sungguh sangat disayang Marzuki telah menceritakan kebenarannya kepada ayahnya. Bagai

petir di siang hari, menggelegar suara Pamannya bercampur amarahnya memanggil Jesipah

dan Laminah. Tanpa banyak kata, pukulan yang tak terelakkan terus-menerus mengenai tubuh

Jesipah, berganti pada Laminah. Punggung yang masih lentur kini terbebani kayu berukuran

besar tanpa bisa dihitung lagi. Jesipah dan Laminah diusir dari rumahnya ditambahkan caci

makian dan pukulan untuk kesekian kali. Entah kenapa Laminah hanya diam dan membisu

tidak dapat melarikan diri dari tangan Pamannya itu.

Mansur seharian berada di pantai mencari sesuatu yang dapat dimakan oleh

keluarganya di rumah sedari pagi tanpa sesuap nasi dan setetes air yang masuk diperutnya.

Seorang kakak tentu merasakan apa yang dirasakan oleh adiknya, begitu juga Mansur.

Dengan terburu-buru dia berlari-lari menuju rumah. + 200 jarak menuju rumah, ia mendengar

suara tangis dan jeritan Laminah yang sedang dipukul oleh Pamannya. Mansurpun segera

menarik tangan Pamannya dengan sekuat tenaga. Tanpa pertimbangan lagi Mansur mangajak

Laminah untuk meninggalkan rumah yang penuh penyiksaan itu dan dibawanya ke rumah

Datuk Hatim.

Dengan senang hati Datuk dan Andung Saripah menerima mereka. Kesehatan

Laminah sangat buruk. Karena terlalu banyak derita yang dialami Laminah, dengan tekat

yang bulat Mansur berniat meninggalkan negeri ketahun karena Pamannya itu selalu

mencarinya.

Dalam angin malam mansur kerumah Jesipah lewat pintu belakang dan meminta izin

pergi ke Bengkulu. Jesipah resah karena di Bengkulu itu tak ada sanak famili. Memang berat

bagi mereka meninggalkan Jesipah dan tanah kelahirannya.

Laminah dan Mansur mengembara dari dusun ke dusun melewati hutan lebat dan jalan

berbatu tajam. Sampai menjelang gelap mereka menginap di beranda orang Cina. Suasana

alam telah terdengar membangunkan impian mereka. Persawahan masih tetap ditelusuri dan

masuklah mereka ke kebun yang amat luas yang tidak pernah ditemui sebelumnya. Mereka

duduk sebentar merasakan angin di bawah pohon Limau. Penjaga kebun bernama Mamak

Patik, menghampiri dan bertanya pada mereka. Mamak patik sangat baik, rasa kasihan

melihat mereka yang tak tahu harus melangkah kemana lagi. Mamak Patik membawa ke

rumah untuk sementara sampai mereka mendapat pekerjaan.

Lama mencari pekerjaan yang mereka harapkan akhirnya mereka peroleh yakni

pekerjaan menjadi pelayan di toko roti. Pekerjaan baru itu membuatnya lupa akan kemiskinan

yang selama ini mereka rasakan. Mereka berdua mendapatkan makan dan tempat tinggal

secara gratis. Mansur bekerja untuk mengantarkan barang kesana-kemari di sekitar Bengkulu.

Page 3: Artikel Tak Putus Dirundung Malang

Bulan berganti bulan Laminah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat menarik,

para bujang pekerja toko itu sangat suka dengan Laminah tapi tentunya takut dengan

kakaknya. Tiap hari pekerja toko itu selalu berebut mendapatkan Laminah. Dengan kebaikan

dan kasih sayang tak lupa hartanya mereka berikan buat gadis idaman itu.

Dalam beberapa hari ini Laminah merasa khawatir tak tentu sebabnya. Kurang tidur

dan sering kali kedinginan seakan ada firasat bahaya yang akan menimpanya seperti mimpi-

mimpi ngeri yang selalu menghantuinya.

Seminggu yang lalu Tokeh menerima seorang pekerja kuli kontrak, Sarmin namanya.

Semua kehidupannya tergantung pada kekuatan tulangnya dan bersemboyan “hari ini untuk

hari ini, besok dapat kita berfikir”. Dengan datangnya Sarmin, Laminah makin hari semakin

tak senang. Seakan hidupnya dalam bahaya ketakutan.

Kesenangan hidup yang dikecamnya dalam beberapa hari ini seakan kembali senyap.

Mansur merasa kasihan melihat adiknya. Laminah dan Mansur bersepakat untuk bekerja

ditoko itu sampai akhir bulan.

Pekerjaan dilakukan seperti biasa. Laminah ke belakang dan membersihkan piring.

Sarmin mengikutinya dan berniat untuk merampas kegadisannya. Laminah sangat takut

dengan adanya Sarmin di sampingnya. Dengan secepat kilat Sarmin berusaha menodai gadis

itu. Hanya jeritan yang keluar dari mulut Laminah dan berusaha untuk lari dari genggaman

tangan kekar Sarmin. Para pekerja tidak berani menolongnya karena takut dengan kekuatan

Sarmin.

Laminah kini hanya diam dan menangis menyesali akan peristiwa itu. Mansur tiada

mengerti akan sikap Laminah dan meminta Laminah untuk menceritakan apa yang

dialaminya. Tanpa menunggu lama Mansur membawa pisau berniat untuk membunuh

Sarmin. Mereka saling mengadu kekuatan dan bersilat kuda. Tiada lagi yang dapat

memisahkannya kecuali dengan pistol Tokeh. Karena kesalahan ada dipihak Sarmin, maka dia

dikeluarkan dari toko itu.

Malam telah larut dan terjadi tragedi pada diri Laminah. Ia yang sudah tak tahan lagi

menanggung noda kehidupannya tanpa berpikir panjang Laminah menceburkan dirinya

kedalam lautan yang tak terbatas. Laminah bunuh diri.

Mansur mendengar kabar tentang adik kesayangannya, tanpa pikir panjang, ia ingin

mati di pelabuhan laut seperti adik kesayangannya. Iapun pergi ke laut dimana tempat adiknya

menceburkan diri dan terjadilah apa yang ia harapkan.

Dari cerita novel di atas kita dapat mengambil nilai-nilai kehidupan yang dapat kita

jadikan cerminan untuk menjadi cerminan atau motifasi untuk kita. Disamping itu kita dapat

Page 4: Artikel Tak Putus Dirundung Malang

mengetahui nilai Negative yang juga dapat menjadikan contoh bagi kita untuk tidak

mengikuti hal Negative tersebu.

Nilai negatif dari cerita ini adalah:

Mansur dan Laminah mudah putus asa dan mengambil jalan yang keliru, bunuh diri

Kekejaman hawa nafsu pekerja toko terhadap Laminah

Setiap sesuatu itu dapat diambil hikmahnya:

Dalam menghadapi liku-liku kehidupan hendaknya selalu sabar dan tabah tanpa lupa

dengan ikhtiar dan tawakal

Suatu usaha harus kita coba dalam beberapa hal

Kemiskinan bukanlah penghalang bagi keberhasilan

Rasa sayang Mansur terhadap Laminah tidak bisa dipisahkan, selalu dalam kesetiaan

Novel diatas ini bagus sekali untuk dibaca oleh kalangan remaja islam, karena

mengandung banyak amanah yang terkandung dalam hidup dan dapat menjadi pelejaran. Kita

dapat memahami bahwa Takdir kehidupan tiada yang dapat memvonis hanya bisa dirasakan

dimasa dulu hingga sekarang, masa depan. Waallahu a’alam.

Riwayat Pengarang : 

Sutan Takdir Alisjahbana (STA) menamatkan HKS di Bandung (1928), meraih Mr.

dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan

Universiti Sains, Penang, Malaysia (1987). Diberi nama Takdir karena jari tangannya hanya

ada 4.

Pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-1933), kemudian

mendirikan dan memimpin majalah Pujangga Baru (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina

Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah menjadi guru HKS di

Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di UI (1946-

1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas

Nasional, Jakarta (1950-1958), guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas,

Padang (1956-1958), dan guru besar & Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya,

Kuala Lumpur (1963-1968)

Sumber Artikel :http://mkpd.wordpress.com/2007/06/17/tak-putus-dirundung-malang/http://69jobs.co.cc/tag/37-tak-putus-dirundung-malanghttp://akucreative.blogspot.com/2011/03/37-tak-putus-dirundung-malang.html