artikel pkm p 2013 2014

Upload: t-ara-diadem-jiyeonie-yeonism

Post on 29-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

PKM-P

TRANSCRIPT

  • TK (Thermodinamika, Energi & Pengendalian Proses)

    PENINGKATAN NILAI KALOR

    BATUBARA LIGNIT

    MENGGUNAKAN CAMPURAN

    RESIDU ASAP CAIR GAMBUT

    DAMN MINYAK JELANTAH

    Ikwal Idul Fikri*+

    , Reza Ibnu Mulia*, Achmad

    Faisal Rozi Zunipar*, Sitti Sahraeni S.T.,

    M.Eng.

    *Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Politeknik

    Negeri Samarinda Pembimbing Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia

    Politeknik Negeri Samarinda

    Jln. Ciptomangunkusumo, Kampus Gn. Lipan

    Samarinda Seberang, Samarinda-KALTIM *+

    Penulis korespondensi:

    [email protected]

    Abstrak Menurut laporan BP statistical Review of World Energi

    bulan Juni 2014, Indonesia sekarang hanya memiliki

    cadangan batubara sebesar 28.017 milyar ton yang

    semuanya merupakan batubara peringkat rendah. Batubara

    peringkat rendah (lignit) kurang diminati karena

    mengandung kadar air yang tinggi serta nilai kalor yang

    rendah dengan berbagai karakteristik yang tidak

    menguntungkan jika dimanfaatkan, sehingga perlu

    ditingkatkan kualitasnya dengan teknologi upgrading

    brown coal (UBC). Penelitian ini dimaksudkan agar dapat

    meningkatkan kalori dari batubara lignit dengan

    menggunakan zat aditif dari campuran residu asap cair

    gambut dan minyak jelantah dengan perbandingan tertentu

    sehingga dapat menjadi batubara jenis subbitominus atau

    bitominus. Batubara lignit dengan variasi ukuran partikel

    50, 60 dan 70 mesh masing-masing dicampurkan dengan

    zat aditif (campuran residu asap cair gambut dan minyak

    jelantah dengan perbandingan 1:1 dan 2:1) dengan variasi

    50 g : 15 mL, 50 g : 25 mL, 50 g : 37,5 mL, 50 g : 50 mL

    dan 50 g : 60 mL kemudian dipanaskan pada temperatur

    175 C selama 1 jam. Batubara yang telah diberi perlakuan

    tersebut kemudian dianalisa meliputi analisa proximat dan

    nilai kalor. Penelitian ini menujukkan kualitas terbaik yaitu

    pada ukuran 50 mesh dengan perbandingan zat aditif 1:1

    (50 g : 60 mL) dengan nilai moisture 0,93 %, kadar abu

    4.39 %, volatile matter 65.48%, fixed carbon 29,20%, dan

    nilai kalor 7030 kkal/kg, dengan peningkatan nilai kalor

    sebesar 45,11%. Proses ini dapat meningkatkan nilai kalor

    batubara lignit menjadi batubara bituminus/kg, dengan

    peningkatan nilai kalor sebesar 45,11%. Proses ini dapat

    meningkatkan nilai kalor batubara lignit menjadi batubara

    bituminus.

    Kata kunci : kalor, lignit, minyak jelantah, residu asap

    cair gambut, UBC

    1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan BP Statistical Review of World

    Energy, Juni 2014. Indonesia sekarang hanya

    memiliki cadangan sumber daya batubara sebesar

    28.017 milyar ton yang mana sebagian besar

    merupakan batubara peringkat rendah. Kalimantan

    Timur (Kaltim) merupakan salah satu provinsi dengan

    sumber produksi batubara terbesar di Indonesia.

    menurut BPS Kaltim 2014, pada tahun 2011 produksi

    batubara di Kaltim sebanyak 208.066,479 ton, pada

    tahun 2012 naik menjadi 216.669,424 ton, dan pada

    tahun 2013 produksinya telah mencapai 229.109,603

    ton. Walaupun produksi batubara meningkat, tidak

    semua batubara tersebut berkualitas tinggi melainkan

    sebagian besar merupakan batubara berkualitas rendah

    (batubara lignit).

    Batubara peringkat rendah memiliki nilai

    kalor pembakaran yang rendah, kadar sulfur serta air

    yang tergolong tinggi, sehingga ketika dibakar,

    banyak energi yang terbuang untuk menguapkan air

    dan mengakibatkan nilai kalor yang diperoleh relatif

    rendah.(patmawati Y. dkk ,2013). Selain itu batubara

    ini juga umumnya mudah terbakar pada saat

    pengangkutan maupun di stock-pile, sehingga tidak

    mudah menanganinya. Akibatnya batubara jenis

    lignite ini tidak dapat dijual atau harus dijual dengan

    harga yang sangat rendah (Aswati, 2011). Berdasarkan

    ditjen mineral dan batubara bulan sepember 2013

    harga batubara dengan merk jual prima coal dengan

    kandungan nilai kalor 6.700 Kcal/Kg memiliki harga

    79,45 US$/ton dan untuk batubara dengan merk jual

    Borneo BIB dengan kandungan nilai kalor 3.800

    Kcal/Kg memiliki harga jual sebesar 27,53 US$/ton.

    Oleh karena itu diperlukan teknolgi khusus

    untuk memanfaatkan batubara peringkat rendah

    tersebut agar dapat digunakan sebagaimana batubara

    peringkat tinggi yang cadangannya mulai menipis

    (Heriyadi, 2013). Upaya pemanfaatan batubara

    peringkat rendah secara efektif telah dipecahkan

    dengan ditemukannya teknologi baru dari Jepang yang

    disebut dengan Upgrading Brown Coal (UBC)

    (Deguchi dkk., 1999). UBC adalah teknik

    memanaskan dan membuang air (dewatering) pada

    batubara di dalam media minyak ringan (light oil), dan

    bersamaan dengan itu mengabsorpsikan minyak berat

    (heavy oil) seperti aspal secara selektif ke dalam pori-

    pori batubara sehingga dapat menutupi permukaan

    batubara. Minyak berat tadi sebelumnya ditambahkan

  • dalam jumlah sedikit ke dalam media minyak ringan,

    kurang lebih 0,5%. Minyak berat berfungsi sebagai zat

    aditif sehingga melalui pemrosesan di dalam media

    minyak ini, tidak hanya kalorinya yang naik, tapi

    muncul pula sifat anti air (water-repellent

    characteristic) dan penurunan kecenderungan suhu

    bakar (lower spontaneous combustion propensity)

    pada produk yang dihasilkannya (Budiharjo, 2009).

    1.2 Perumusan Masalah

    Proses upgrading batubara telah banyak

    dilakukan dengan pencampuran zat aditif seperti

    kerosin dan LSWR. Harga kerosin cukup tinggi

    sedangkan penambahan LSWR dapat meningkatkan

    kadar sulfur pada batubara. Pada penelitian ini akan

    menggunakan residu prosuk cair pirolisis sebagai zat

    aditif pada proses upgrading batubara.

    1.3 Tujuan Khusus

    1. Memanfaatkan residu produk cair hasil

    pirolisis gambut sebagai zat aditif pada

    proses upgrading batubara peringkat

    rendah (lignit)

    2. Menentukan perbandingan batubara

    dengan residu produk cair pirolisis yang

    memberikan kualitas batubara yang

    maksimum

    1.4 Luaran Yang Diharapkan

    1. Memperoleh campuran optimum antara residu

    prosuk cair pirolisis gambut dengan batubara

    kualitas rendah.

    2. Artikel ilmiah akan dipublikasikan pada

    Seminar Nasional Teknik Kimia ATIM

    Makasar pada Oktober 2014.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Sebagai alternatif penggunaan zat aditif pada

    upgarding batubara, sehingga penggunaan zat aditif

    seperti kerosin yang memiliki harga yang tinggi dan

    LSWR yang dapat meningkatkan kadar sulfur

    batubara dapat dikurangi.

    1.6 Tinjauan Pustaka

    1.6.1 Upgrading Batubara

    Air yang terkandung dalam batubara terdiri

    atas air bebas (free moisture) dan air bawaan (inherent

    moisture). Kandungan air dalam batubara, baik air

    bebas maupun air bawaan, merupakan faktor yang

    merugikan karena memberikan pengaruh yang negatif

    terhadap proses pembakarannya. Penurunan kadar air

    dalam batubara dapat dilakukan dengan cara mekanik

    atau perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik

    efektif untuk untuk mengurangi kadar air bebas dalam

    batubara basah, sedangkan penurunan kadar air

    bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan.

    Salah satu proses dengan cara ini adalah UBC

    (Upgraded brown coal) yang diperkenalkan oleh Kobe

    Steel Ltd., Jepang. Bagan air proses UBC (Kobelco,

    Ltd., 2000) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Bagan Air Proses UBC

    UBC adalah teknik memanaskan dan

    membuang air (dewatering) pada batubara di dalam

    media minyak ringan (light oil), dan bersamaan

    dengan itu mengabsorpsikan minyak berat (heavy oil)

    seperti aspal secara selektif ke dalam pori-pori

    batubara sehingga dapat menutupi permukaan

    batubara. Minyak berat tadi sebelumnya ditambahkan

    dalam jumlah sedikit ke dalam media minyak ringan,

    kurang lebih 0,5%. Minyak berat berfungsi sebagai zat

    aditif sehingga melalui pemrosesan di dalam media

    minyak ini, tidak hanya kalorinya yang naik, tapi

    muncul pula sifat anti air (water-repellent

    characteristic) dan penurunan kecenderungan

    swabakar (lower spontaneous combustion propensity)

    pada produk yang dihasilkannya (Budiharjo, 2009).

    Proses UBC dilakukan pada temperatur

    sekitar 150C sehingga pengeluaran tar dari batubara

    belum sempurna. Untuk itu perlu ditambahkan zat

    aditif sebagai penutup permukaan batubara, seperti

    kanji, tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan

    minyak residu. Untuk proses UBC, sebagai aditif

    digunakan minyak residu yang merupakan senyawa

    organik yang beberapa sifat kimianya mempunyai

    kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan sifat

    kimia tersebut, minyak residu yang masuk ke dalam

    pori-pori batubara akan kering, kemudian bersatu

    dengan batubara.

    Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat

    menempel pada waktu yang cukup lama sehingga

    batubara dapat disimpan di tempat yang terbuka untuk

    jangka waktu yang cukup lama (Couch, 1990).

    Gambar 2.2 menunjukan sifat permukaan batubara

    sebelum dan sesudah proses pengeringan.

  • Gambar2.2 Permukaan Batubara Sebelum dan

    Sesudah Proses Pengeringan

    2. METODELOGI PENELITIAN

    Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan

    campuran minyak jelantah dan residu produk cair dari

    pirolisis gambut sebagai bahan aditif pada proses

    upgrading batubara kualitas rendah (lignit). Bahan

    baku diperoleh dari daerah kelurahan Bantuas

    kecamatan Palaran, Kalimantan Timur, sedangkan

    residu produk cair diperoleh dari hasil pirolisis gambut

    yang diproses pada kondisi operasi tetap.

    2.1 BAHAN PENELITIAN

    1. Batubara lignit diambil dari daerah

    makroman,Samarinda, Kalimantan Timur

    2. Residu asap cair gambut

    3. Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil)

    2.2 PERALATAN

    Adapun peralatan yang digunakan adalah

    Blender , Botol semprot , Bulp, Cawan Crucible dan

    Petridish, Desikator, Erlenmeyer , Furnace, Gelas

    kimia 100 mL, Labu Ukur 1000 mL, Neraca digital,

    Oven, Penggerus, Pipet Volume 10 mL, Screen

    no.50,60 dan 70, Spatula dan Tang penjepit

    2.3 VARIABEL PENELITIAN

    1. Variabel tetap meliputi massa batubara 50 gram,

    temperatur pemanasan 175 C, tekanan atmosferik

    dan waktu pemanasan selama 1 jam.

    2. Variabel tidak tetap meliputi ukuran partikel

    batubara yaitu 50 ; 60 ; 70 mesh,perbandingan

    campuran zat aditif 1:1 dan 2:1 (residu asap cair

    gambut dengan minyak jelantah) dan komposisi

    campuran batubara dengan zat aditif (gram : mL) =

    50:15 ; 50:25 ; 50:37,5 ; 50:50 ; 50:60.

    3. Variabel respon yaitu analisa proksimate yang

    meliputi analisa inherent moisture (%IM

    menggunakan metode ASTM D -3173), ash

    content(%A metode ASTM D -3174), volatile

    matter( %VM menggunakan metode ASTM D -

    3175), fixed carbon (dihitung dengan rumus : %

    FC = 100% - %IM -%A - %VM) dan analisa nilai

    kalor (menggunakan metode ASTM D 5865 - 04).

    Penelitian dilakukan melalui tahapan: 1.

    Pembuatan produk cair dengan proses pirolisis gambut

    pada kondisi operasi yang tetap, 2. Pemisahan produk

    cair pirolisis dengan proses destilasi, 3. Pencampuran

    residu produk cair dari pirolisis gambut dengan

    minyak jelantah dengan perbandingan 1:1 dan 2:1 (

    zat aditif) .4.Pencampuran zat aditif dengan batubara

    lignit dengan variabel perbandingan batubara dengan

    residu dan ukuran batubara, 4. Proses pengeringan dan

    5. Analisis produk. Rangkaian proses terlihat pada

    gambar diagram alir penelitian.

    2.4 DIAGRAM ALIR PENELITIAN

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan

    residu produk cair hasil pirolisis gambut dan minyak

    jelantah sebagai zat aditif dan menentukan

    perbandingan batubara dengan residu produk cair

    pirolisis yang memberikan kualitas batubara yang

    terbaik dalam meningkatkan nilai kalori batubara

    lignit menjadi batubara yang memiliki nilai kalor

    mendekati jenis sub bituminus atau bituminus.

    Tabel 1 Analisa Awal Sampel Batubara

    Parameter Nilai

    Inherent

    Moisture

    (%)

    19,19

    Tidak

    Gambut Batubara

    Pirolisis Preparasi

    Destilasi

    Produk Cair

    Pencampuran Residu

    Selesai

    Nilai kalor optimum

    Pengeringan

    ya

    Analisis Residu

    Analisis Produk

    Minyak Jelantah

  • Ash (%) 6,04

    Volatile

    Matter (%)

    38,93

    Fixed

    Carbon (%)

    35,84

    Nilai Kalor

    (kkal/kg)

    4.810

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa batubara

    yang digunakan pada penelitian ini adalah batubara

    jenis lignit, karena nilai kalornya dibawah 5100

    kkal/g, yaitu 4810 kkal/g serta memiliki nilai inherent

    moisture yang tinggi yaitu 19,19%.

    Tabel 2. Hasil Analisa Batubara Setelah Proses

    UBC dengan Perbandingan Zat Aditif 1:1

    Tabel 3 Hasil Analisa Batubara Setelah Proses

    UBC dengan Perbandingan Zat Aditif 2:1

    Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa variasi

    ukuran partikel batubara yang telah diupgrading

    memiliki karakteristik yang sedikit berbeda, hal ini

    dikarenakan ukuran partikel sangat berhubungan

    dengan luas permukaan dan kerapatan jarak antar

    partikel sehingga berpengaruh terhadap

    pengabsorpsian zat aditif dan penguapan kadar air

    batubara. Variasi ukuran partikel yang terbaik yaitu

    ukuran partikel 50 mesh hal ini sesuai dengan data

    tabel diatas batubara hasil upgrading dapat

    menurunkan kadar inherent moisture (IM) sampai

    95.18% dengan peningkatan nilai kalori sampai

    46,15% sedangkan untuk ukuran 60 dan 70 mesh

    kadar air yang diturunkan sampai 90,05% dengan

    peningkatan nilai kalori sampai 44,76% (ukuran 60

    mesh) dan 90.89% (ukuran 70 mesh).

    Sedangkan pengaruh variasi penambahan zat

    aditif dapat mempengaruhi kualitas dari batubara hasil

    upgrading. Penambahan zat aditif yang terdiri dari

    campuran residu asap cair gambut dan minyak

    jelantah untuk mencegah air masuk kembali kedalam

    batubara dengan mengisi dan melapisi pori-pori serta

    permukaan batubara. Semakin banyak penambahan

    zat aditif maka semakin menurun pula kandungan IM,

    hal ini dikarenakan dengan semikin banyak aditif

    maka semakin banyak pula partikel dari tar dan residu

    dan minyak jelantah yang menutupi pori-pori dari

    batubara selama proses pemanasan, air terikat yang

    awalnya terkandung dalam batubara telah teruapkan

    dan air yang terkandung di udara sekitar tidak dapat

    kembali memasuki pori-pori batubara karena pori-pori

    dari batubara telah tertutupi oleh zat aditif berupa

    campuran residu asap cair gambut dan minyak

    jelantah setelah proses upgrading. Pada pencampuran

    zat aditif dengan perbandingan aditif 1:1 pada ukuran

    50 mesh kadar air dikurangi sampai 95,18%

    sedangkan untuk perbandingan zat aditif 2:1 kadar air

    yang berkurang sampai 92,06 %. Dari uji ANOVA

    dengan taraf keberartian () sebesar 0,05

    menunjukkan bahwa nilai fhitung pada zat aditif 1:1 dan

    2:1 yaitu 8,876 dan 155,639 lebih besar dari ftabel yaitu

    5,192

    Pada Tabel 2. menunjukan kadar abu

    berubah setelah proses upgrading. Nilai kadar abunya

    semakin menurun dengan bertambah tingginya

    penambahan aditif walaupun penurunannya tidak

    menujukan nilai yang signifikan. Sebelum perlakuan,

    nilai kadar abu dari batubatara sampel awal yaitu

    6,04%, setelah mengalami perlakuan yaitu

    penambahan zat aditif pada semua perbandingan zat

    aditif, nilai kadar abu turun hingga pada perbandingan

    50 g : 60 mL (ukuran 50 mesh) nilai kadar abu turun

    menjadi 4,39%. Hasil uji f ANOVA pada taraf

    keberartian () sebesar 0,05 menunjukkan bahwa nilai

    fhitung yaitu 4,308 lebih kecil dari ftabel 5,192.

    Sedangkan pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar abu

    No.

    Ayakan

    Perbandingan

    massa

    batubara

    lignit

    terhadap

    volume zat

    aditif (g:mL)

    Inherent

    Moisture

    (%)

    Volatil

    Matter

    (%)

    Ash

    Content

    (%)

    Fixed

    Carbon

    (%)

    Nilai

    Kalor

    (kkal/kg)

    50

    50 : 15 3.18 50.71 6.43 39.68 6154

    50 : 25 3.09 55.91 5.63 35.37 6442

    50 : 37,5 2.81 58.96 5.13 33.10 6633

    50 : 50 2.7 63.12 4.46 29.72 6866

    50 : 60 0.93 65.48 4.39 29.20 6980

    60

    50 : 15 3.5 52.47 6.18 37.85 6162

    50 : 25 3.21 55.22 5.49 36.08 6324

    50 : 37,5 3.09 59.05 5.15 32.71 6537

    50 : 50 3.03 64.44 4.42 28.11 6884

    50 : 60 1.91 65.18 4.22 28.69 6963

    70

    50 : 25 3.66 54.10 6.97 35.27 6170

    50 : 37,5 3.39 57.44 6.31 32.86 6406

    50 : 50 3.2 62.91 5.56 28.33 6745

    50 : 60 1.75 65.33 5.44 27.48 6926

    No.

    Ayakan

    Perbandingan

    massa

    batubara

    lignit

    terhadap

    volume zat

    aditif (g:mL)

    Inherent

    Moisture

    (%)

    Volatil

    Matter

    (%)

    Ash

    Content

    (%)

    Fixed

    Carbon

    (%)

    Nilai

    Kalor

    (kkal/kg)

    50

    50 : 15 5.64 47.45 17.20 29.71 5919

    50 : 25 2.01 53.96 20.14 23.89 6253

    50 : 37,5 1.71 58.94 19.92 19.43 6586

    50 : 50 1.70 61.76 17.28 19.26 6738

    50 : 60 1.52 62.45 18.70 17.33 7029

  • batubara mengalami kenaikan setelah upgrading. Dari

    yang semula 6,04% naik sampai 17-20%. Peningkatan

    ini disebabkan masih banyaknya pengotor yang

    terdapat pada residu,Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa pengaruh jumlah jumlah bahan aditif terhadap

    nilai kadar abu memberikan kecenderungan yang tidak

    tetap, namun demikian dengan uji f ANOVA pada

    taraf keberartian () sebesar 0,05 menunjukkan bahwa

    bahan adiktif tidak signifikan terhadap nilai kadar abu

    karena nilai fhitung yaitu 3,346 leih kecil dibandingkan

    dengan ftabel yaitu 5,192.

    Dari hasil analisa volatile matter (VM), terjadi

    peningkatan nilai VM pada hasil upgrading dari yang

    semula sebesar 38,39% naik menjadi sekitar 50- 65%

    (ukuran 50 mesh), 52- 65 % (ukuran 60 mesh) dan 54-

    65 % (ukuran 70 mesh). Dan pada tabel 3 dengan

    perbandingan zat aditif 2:1 VMnya meningkat sampai

    47-62%. Peningkatan nilai VM ini disebabkan karena

    kandungan residu dan minyak jelantah yang melapisi

    permukaan batubara sehingga minyak jelantah yang

    merupakan senyawa hidrokarbon akan menjadi

    senyawa yang volatile dalam bentuk senyawa CXHY

    dan H2 pada suhu pemanasan yang tinggi ketika

    perlakuan analisa VM, yaitu pada temperatur 950 C.

    Walaupun dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai

    volatile matter cenderung mengalami peningkatan

    dengan semakin banyaknya aditif namun pengaruh

    tersebut dapat dikatakan tidak signifikan pada

    perbandingan zat aitif 1:1 karena hasil uji f ANOVA

    pada taraf keberartian () sebesar 0,05 menunjukkan

    bahwa nilai f hitungan yaitu 4,650 lebih kecil dari nilai

    ftabel yaitu 5,192. Akan tetapi pada perbandingan Zat

    aditif 2:1 cukup mempengaruhi niai VMnya, hal ini

    seperti yang ditunjukkan pada hasil uji ANOVA, nilai

    f hitungan yaitu 16,980 lebih besar dari nilai ftabel yaitu

    5,192.

    Untuk nilai fixed Carbon (FC) batubara hasil

    upgrading tidak diperoleh dari analisa tersendiri tetapi

    merupakan hasil pengurangan nilai moisture, ash

    content dan VM yang dihitung menggunakan

    persamaan 2.6 sehingga nilai FC sangat tergantung

    dari moisture, ash content dan VM. Setelah proses

    upgrading diperoleh persentase FC yang menurun

    dibandingkan FC pada batubara awal, menurunnya

    nilai FC ini disebabkan meningkatnya kandungan VM

    batubara setelah proses upgrading, yang mana FC

    merupakan kadar karbon yang pada temperatur

    penetapan VM tidak ikut menguap.

    Nilai kalor batubara dipengaruhi oleh nilai

    dari IM dan FC. Nilai IM yang tinggi akan

    memyebabkan sebagian panas yang dimiliki batubara

    digunakan untuk menguapkan air yang terkandung

    didalamnya sehingga menurunkan nilai kalori

    batubara dan dengan demikian juga menurunkan nilai

    FC. Sedangkan apabila nilai IM batubara rendah,

    maka panas yang digunakan untuk menguapkan air

    lebih kecil sehingga nilai kalor dari batubara tersebut

    semakin tinggi. Dengan demikian penambahan jumlah

    aditif yang semakin besar dapat meningkatkan nilai

    kalori dari batubara karena nilai IM semakin rendah

    sedangkan dan FC semakin tinggi. Hasil percobaan

    dengan penambahan zat aditif 1:1 ini mampu

    meningkatkan kalori batubara lignit yang awalnya

    sebesar 4.810 kkal/kg menjadi batubara bitominus,

    untuk ukuran partikel 50 mesh nilai kalorinya sebesar

    7.030 kkal/kg atau tingkat kenaikannya sebesar

    46,15% sedangkan untuk ukuran 60 dan 70 mesh nilai

    kalorinya masing-masing sebesar 6.963% dan

    6.926% atau tingkat kenaikannya masimg-masing

    44,76% dan 43,99%. Begitu pula dengan

    penambahan zat aditif 2:1 mampu meningkatkan

    kalori batubara lignit menjadi 7.029 kkal/kg atau

    tingkat kenaikan kalorinya sebesar 46,13 %.

    4. KESIMPULAN

    Dari penelitian yang dilakukan dapat

    disimpulkan bahwa peningkatan nilai kalor batubara

    lignit menggunakan zat aditif dari campuran residu

    asap cair gambut dan minyak jelantah memperoleh

    ukuran partikel yang terbaik pada ukuran partikel 50

    mesh dengan perbandingan massa batubara dan

    volume aditif yaitu 50 gram : 60 mL, yang

    menghasilkan nilai kalor sebesar 7030 kkal/kg dengan

    kadar moisture 0,93 % ; VM 65,48% ; kadar ash 4,39

    % dan fixed carbon 29,20 %.

    Daftar Pustaka

    Aswati, Nani, 2011, Peningkatan Mutu Batubara Peringkat Rendah Indonesia Melalui Teknik

    Slurry Dewatering. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

    Billah, Mutasim, 2010, Peningkatan Nilai Kalor Batubara Peringkat Rendah Dengan

    Menggunaka Minyak Tanah dan Minyak

    Residu. Surabaya Press. BPS Kaltim, (2014), Statistik Daerah Provinsi

    Kalimantan Timur 2014,

    (http://kaltim.bps.go.id/web/publikasi%20lai

  • n/statda2012/) , diakses pada tanggal 28 Juli

    2014 pukul 10:10 WITA.

    British Petroleum, (2014), Statistical Review of World

    Energy June 2014,

    http://www.bp.com/assets/bp_internet/global

    bp/globalbp_uk_english/reports_and_public

    ations/statistical_energy_review_2011/STA

    GING/local_assets/pdf/statistical_review_of

    _world_energy_full_report_2012.pdf.

    diakses pada tanggal 19 Juli 2014 pukul

    11:53 WITA.

    Budiharjo, I., (2009), Teknologi UBC-Menggoreng

    Batubara,

    http://imambudiharjo.wordpress.com ,

    Diakses pada tanggal 10 Maret 2012.

    Deguchi, T., Shigehisa, T., Shimasaki, K., (1999),

    Study on Upgraded Brown Coal Process for

    Indonesian Low Rank Coals. Proceedings of

    International Conference on Clean and

    Efficient Coal Technology, in Power

    Generation, Japan : Kobe Steel, Ltd.

    Ditjen minerba, 2014 Harga Batubara Acuan (HBA) & Harga Patokan Batubara (HPB) Bulan

    Juni 2014.

    http://www.minerba.esdm.go.id/library/cont

    ent/file/28935

    HBA%20Juni%202014/3f90ec68b72d9070d

    53cb08de498549c2014-06-12-10-58-37.pdf

    diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul

    09:45 WITA.

    Patmawati, Y., Samosir, D., Suwarto, (2013),

    Optimasi Pencampuran Aditif dan Batubara

    dengan Metode Spraying pada Proses

    Upgarding Batubara Lignit Kalimantan

    Timur, Prosiding Seminar Rekayasa Kimia

    dan Proses, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

    Teknik, Universitas Diponegoro, pp. F-04-1

    f-04-6. Sahraeni, S., Harjanto, Fauzih, M., (2013),

    Pemanfaatan Residu Produk Cair Pirolisis

    Sebagai Pelarut Perekat pada Biobriket

    Tempurung Kelapa, Jurnal Mekanik, Jurusan

    Teknik Mesin, Politeknik Negeri Samarinda.

    Tekmira, (2010), Pilot Plant UBC di Palimanan,

    Cirebon,

    (http://www.tekmira.esdm.go.id/aset/UBC/in

    dex.asp), diakses pada tanggal 01

    September 2013 pukul 09:40 WITA.