aris

6

Click here to load reader

Upload: fadhil-zuhri-lubis

Post on 29-Jun-2015

201 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: aris

KESESUAIAN PEMILIHAN ANTIBIOTIKA DENGAN HASIL KULTUR DAN UJI SENSITIVITAS SERTA EFEKTIVITASNYA BERDASARKAN

PARAMETER ANGKA LEKOSIT URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

(JULI – DESEMBER 2004)

Aris Widayati*), I Putu Eka Wirawan*), A.M. Wara Kusharwanti**) *)Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, **) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta ([email protected])

Intisari

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya terdapat 6 juta pasien ISK setiap tahunnya. Di RS X di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (Juli – Desember 2004). Penyebab utama ISK adalah bakteri Eschericia coli (85%). Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status klinis pasien.

Studi ini merupakan studi observasional dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian pemilihan antibiotika dengan hasil kultur urin dan uji sensitivitas, serta gambaran efektivitas antibiotika yang dipilih berdasarkan parameter penurunan angka lekosit urin. Sampel diperoleh secara accidentally sampling method dengan kriteria inklusi pasien ISK rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang mempunyai data hasil kultur urin dan uji sensitivitas dan data hasil pemeriksaan lekosit urin awal dan akhir terapi antibiotika.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 pasien (50%) terapi antibiotika empiriknya tidak sesuai dengan hasil kultur urin dan uji sensitivitas, serta tidak dilakukan terapi definitif yang sesuai. Sebanyak 6 pasien dari 7 pasien tersebut angka lekosit urin akhirnya masih di atas normal.

Kata kunci: antibiotika, ISK, uji kultur dan uji sensitivitas, angka leukosit urin.

__________

BAB I. Pendahuluan

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat

perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang ke

111

Page 2: aris

dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Di suatu rumah sakit di Yogyakarta

ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10

besar penyakit (data Bulan Juli – Desember 2004).

Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya invasi mikrooganisme pada

saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin

melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah yang

signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih

besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri

dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling

sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp.

Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah bakteri Eschericia coli (Coyle & Prince,

2005). Penggunaan kateter terkait dengan ISK dengan kemungkinan lebih dari satu

jenis bakteri penginfeksi.

Tujuan terapi penyakit ISK adalah: 1) mencegah atau mengobati meluasnya

infeksi (systemic infection), 2) eradikasi mikroorganisme penginfeksi, 3) mencegah

kekambuhan.

Secara ideal, antimikroba pilihan untuk tatalaksana penyakit ISK harus

memenuhi syarat-syarat: 1) dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, tidak

menimbulkan reaksi hipersensitivitas, 2) diabsorbsi dengan baik, 3) kadar zat

berkhasiat dalam urin tinggi, 4) spektrum kerja yang lebih sempit mengarah pada

bakteri yang diduga menginfeksi (pada terapi empirik) atau pada bakteri hasil

identifikasi dengan kultur urin (terapi definitif), 5) memperhatikan masalah resistensi

terutama dengan bakteri E. Coli atau patogen lainnya (Coyle & Prince, 2005).

Pemilihan antimikroba untuk penatalaksaaan penyakit infeksi termasuk ISK

seharusnya bedasarkan hasil kultur spesimen dan hasil tes sensitivitas kuman

terhadap antimikroba. Terapi empirik dilakukan dengan seara educated guess

berdasarkan pola kuman penginfeksi, pola resistensi kuman setempat dan tingkat

keparahan penyakit. Pengambilan spesimen untuk kultur dan uji sensitivitas

dilakukan sebelum pemberian antibiotika empirik. Setelah diketahui jenis kuman dari

112

Page 3: aris

hasil kultur dan uji sensitivitas, maka segera dilakukan penyesuaian atau penyempitan

spektrum kerja antibiotika.

Kendala yang dihadapi terkait dengan kultur spesimen dan uji sensitivitas

adalah lamanya hasil kultur dan uji sensitivitas dapat diketahui oleh klinisi serta

pertimbangan biaya yang harus ditanggung pasien. Saat ini telah ada cara identifikasi

kuman secara lebih cepat dibanding dengan teknik konvensional yaitu dengan teknik

PCR (Polymerase Chain Reaction), akan tetapi keuntungan teknik ini jika

dibandingkan dengan teknik mikrobiologi konvensional masih harus dievaluasi

(Rybak & Aeschlimann, 2000).

Mempertimbangkan fenomena resistensi antibiotika pada kuman penyebab

ISK yang relatif cepat, maka seleksi antibiotika yang tepat akan sangat mendukung

efektivitas terapi selain rute pemberian dan lama pemberian antibiotika.

BAB II. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional yang bersifat evaluatif. Sampel

diambil secara non-random accidentally sampling method (Sugiyono, 2006) dengan

kriteria inklusi pasien ISK rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang

mempunyai data hasil kultur urin dan uji sensitivitas dan data hasil pemeriksaan

lekosit urin awal dan akhir setelah terapi antibiotika. Data yang diambil bersifat

retrospektif yaitu catatan pada rekam medik pasien periode Juli – Desember 2004.

Diperoleh jumlah sampel sebesar 14 pasien ISK yang mempunyai data hasil kultur

urin dan uji sensitivitas.

BAB III. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1 di bawah menunjukkan hasil penelitian yaitu assessment kesesuaian

pemilihan antibiotika dengan hasil kultur urin dan tes sensitivitas serta efektivitasnya

berdasarkan parameter penurunan angka leukosit urin.

113

Page 4: aris

Tabel 1. Kesesuaian pemilihan antibiotika dengan hasil kultur urin dan tes sensitivitas serta efektivitasnya berdasarkan parameter penurunan angka leukosit urin pada pasien ISK di unit rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli – Desember 2004

No Hasil kultur (n=14)

Antibiotika empirik

Hasil tes sensitivitas

Penggantian antibiotika

Assessment Kesesuaian

Assessment Efektivitas

(angka leukosit urin)

1 Proteus morgagni

Amoksisilin Resisten Tidak ada Tidak sesuai Belum normal

2 Enterobacter sp. Ampisilin Resisten Tidak ada Tidak sesuai Normal 3 Proteus mirabilis Amikasin Sensitif - Sesuai - 4 Staphylococcus

aureus Sefiksim Sensitif - Sesuai -

5 Staphylococcus aureus

Seftriakson Resisten Tidak ada Tidak sesuai Belum normal

6 Pseudomonas sp. Sefuroksim Resisten Tidak ada Tidak sesuai Belum normal 7 Staphylococcus

sp. Levofloksasin Sensitif - Sesuai -

8 Pseudomonas sp. Seftriakson Resisten Tidak ada Tidak sesuai Belum normal 9 Proteus

morgagni Ampisilin Resisten Tidak ada Tidak sesuai Belum normal

10 Streptococcus anhaemoliticus

Sefadroksil Sensitif - Sesuai -

11 Enterobacter sp Seftriakson Sensitif - Sesuai - 12 Staphylococcus

albus Seftriakson Resisten Sefiksim Tidak sesuai

(Resisten) Belum normal

13 Enterobacter sp Eritromisin Sensitif - Sesuai - 14 Escherichia coli Imipenem Sensitif - Sesuai -

Sebanyak 14 pasien yang telah diketahui jenis bakteri penginfeksi dan hasil

tes sensitivitasnya terdapat 7 kasus (no. 1,2,5,6,8,9,12) yang pemilihan antibiotika

empiriknya tidak sesuai. Dikatakan tidak sesuai karena ternyata berdasarkan hasil uji

sensitivitas, antibiotika tersebut resisten terhadap jenis kuman penginfeksi. Idealnya

harus dilakukan penggantian antibiotika (terapi definitif) berdasarkan hasil kultur

kuman dan tes kepekaan tersebut. Pada kasus no.12 dari tabel 1 di atas, dilakukan

penggantian antibiotika dari seftriakson yang resisten menjadi sefiksim yang juga

resisten.

Hasil observasi terhadap angka leukosit urin setelah penggunaan antibiotika

menunjukkan bahwa pemilihan antibiotika yang tidak sesuai memberikan hasil angka

leukosit yang masih di atas angka normal. Terdapat 1 kasus (no. 2) yaitu pemilihan

114

Page 5: aris

antibiotika ampisilin yang resisten terhadap Enterobacter sp., tetapi menghasilkan

angka leukosit urin normal.

Dari hasil observasi tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas

biaya yang harus dibayar oleh pasien untuk kultur kuman dan tes sensitivitas terkait

dengan terapi antibiotika yang tidak mengacu kepada hasil laboratorium tersebut

yaitu tidak ada penggantian antibiotika definitif jika empiriknya resisten yang

ternyata juga berkaitan dengan efektivitas terapinya. Perlu diobservasi lebih lanjut

juga tentang keakuratan hasil kultur dan uji sensitivitas, karena idealnya hasil tersebut

adalah sebagai dasar bagi klinisi untuk pengambilan keputusan pemilihan terapi obat.

BAB IV. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat ketidaksesuaian

pemilihan antibiotika sebesar 50% (7 kasus) berdasarkan hasil kultur dan tes

sensitivitas. Antibiotika empirik ternyata resisten terhadap bakteri penginfeksi dan

tidak dilakukan penggantian dengan yang sensitif. Pemilihan yang tidak sesuai

tersebut memberikan hasil angka leukosit urin yang belum normal.

Daftar Pustaka

Coyle & Prince, 2005, Urinary Tract Infection, in Dipiro J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th , Apleton & Lange, Stamford.

Prodjosudjadi, W., 2003, Penanganan Infeksi Berat Saluran Kemih, JADE 4 th

edition, Jakarta Rybak, J.M., Aeschlimann, J.R., 2000, Laboratory Tests to Direct Antimicrobial

Pharmacotherapy in Dipiro, J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 5th , Apleton & Lange, Stamford.

Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Tessy, A., Ardaya, dan Suwanto, 2001, Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam, Suyono, S. (ed), Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

115

Page 6: aris

116