aplikasi model konsep royku

Upload: godong-telho

Post on 18-Jul-2015

345 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Lampiran 11: Model konsep

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI S. CALLISTA ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.K DENGAN CA SERVIKS STADIUM III B DI RUANG NIFAS RSD dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH: SUHERIYONO, S.Kep. NIM. 07 1101 115

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2009

PERSETUJUANAplikasi Model Konseptual Adaptasi S. Callista Roy Pada Asuhan Keperawatan Ny.K Dengan Ca Serviks Stadium III B Di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember Telah dilaksanakan pada tanggal 10 Pebruari 2010 sampai 12 Pebruari 2010 di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember

Jember, 10 Pebruari 2010 Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Hj. Riningsih, AMd.Keb

Diyan Indriyani, M.Kep.,Sp.Mat

Mengetahui, Kepala Ruangan Ruang Nifas

Hj. Riningsih, AMd.Keb

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI S. CALLISTA ROY PADA ASKEP KLIEN NY.W DENGAN CA CERVIKS STADIUM IIIB DIRUANG NIFAS RSD DR. SOEBANDI JEMBER

1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan keperawatan pada kasus terminal pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup (Quality of life) memberikan semangat hidup (Mind body spirit) pasien dalam menghadapi perubahan status kesehatannya atau mati dengan damai. Pada kondisi ini dukungan biopsikososial, spiritual dan interpersonal sangatlah penting. Dukungan ini bisa berasal dari perawat, keluarga terdekat, lingkungan tempat tinggal klien atau organisasi/kelompok yang dapat membantu meningkatkan motivasi, memunculkan penyesuaian jiwa, raga, pikiran, keberadaan kehidupan dan kematian secara spiritual demi kualitas dan kedamaian hidup yang lebih baik. Ca Cerviks Stadium IIIB merupakan diagnosis penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit terminal. Pada stadium ini biasanya mulai terjadi penyebaran proliferasi ke area organ yang lain. Klien biasanya sudah mengalami perubahan terhadap pola kebiasaan sehari-hari, seperti pola nutrisi, pola istirahat tidur, cairan dan elektrolit, dan gangguan fisiologis yang lain. Selain itu dapat juga terjadi gangguan konsep diri, perubahan psikologis, spiritual (keyakinan hidup) dan lain-lain.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system). Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang memiliki input, kontrol, feed back processes dan output. Pada saat seseorang mengalami perubahan dalam keseimbangan bio-psiko-sosio-spiritualnya, maka dia akan cenderung melakukan proses adaptasi terhadap suatu perubahan. Hal ini dimaksudkan agar manusia tetap berada pada suatu keseimbangan. Ny.K dengan Ca Serviks stadium IIIB telah

mengalami perubahan bio-psiko-sosio-spiritualnya dalam baradaptasi terhadap perubahan dalam dirinya akibat penyakit yang dideritanya. Pada keadaan perubahan ini memerlukan dukungan dari orang terdekat maupun petugas kesehatan dalam mengoptimalkan kemampuan koping klien (Roy, 1991) Pada perubahan satus kesehatan akan terjadi perubahan fisik, psikososial yang memerlukan proses adaptasi (Bobak, 2005). Perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien ini dengan menggunakan pendekatan model konsep adaptasi Roy untuk memaksimalkan koping dan potensi yang dimiliki klien untuk adaptasi dalam menghadapi perubahan. Kasus Ca Serviks yang dialami oleh Ny K di ruang Nifas RSD dr Soebandi Jember yang penulis kelola saat ini, memiliki kondisi riwayat yang sangat menarik untuk dipelajari. Selain itu dengan kondisi mengalami stressor yang cukup berat bagi klien apakah penggunaan model konsep adaptasi Roy efektif untuk digunakan, untuk itu penulis mempelajarinya melalui studi kasus ini. B. RUMUSAN MASALAH Asuhan keperawatan pada kasus terminal pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup (Quality of life) memberikan semangat hidup (Mind body spirit) pasien dalam menghadapi perubahan status kesehatannya atau mati dengan damai. Pada kondisi ini dukungan biopsikososial, spiritual dan interpersonal sangatlah penting. Dukungan ini bisa berasal dari perawat, keluarga terdekat, lingkungan tempat tinggal klien atau organisasi/kelompok karena menghadapi kasus penyakit seperti ini merupakan stressor yang sangat berat bagi klien sehingga jika tidak mendapatkan support sistem maka kemungkinan besar klien akan frustasi dan akhirnya akan melakukan koping yang destruktif

C.

TUJUAN PENULISAN

1.

Tujuan Umum Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan Adaptasi Roy pada kasus klien Ny. K dengan Ca serviks stadium III B di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember.

2. a. b. c. d. e.

Tujuan Khusus Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus Ny.K dengan Ca Serviks stadium IIIB. Melakukan penerapan model konsep keperawatan Adaptasi Roy pada kasus Ny K dengan Ca Serviks stadium IIIB Melakukan pengelolaan pada kasus Ny.K dengan Ca Serviks stadium IIIB menggunakan pendekatan model konsep keperawatan tersebut. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang dikelola Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep keperawatan adaptasi Roy pada kasus Ca serviks stadium III.B

II. KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Kanker Serviks

1. Pengertian kanker serviks Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Perkembangan keganasan mulut rahim berjalan sangat lambat, tetapi ironisnya sebagian besar kedatangan penderita sudah dalam stadium lanjut, sehingga pengobatan tidak memuaskan 2. Etiologi Belum diketahui secara pasti (multifaktor) Beberapa predisposisi, diantaranya :a. Hubungan seksual

(Manuaba, 2002).

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita (< 20) melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks.dan hubungan dengan banyak mitra seks.b. Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV), HIV atau virus kondiloma akuminata (CMV) diduga sebagai faktor penyebab kankerc. Sosial Ekonomi dan faktor keturunan

d. Bahan karsinogen dan bahan kimia e. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. f. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang

terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. (Manuaba, 2002)

3. Epidemiologi Angka kejadian Ca Serviks adalah sekitar 143.000 s/d 266.000 di Asia, 66.000 s/d 75.000 di Eropa, di dunia setiap 2 menit seorang wanita meninggal karena kanker cerviks, setiap 1 jam wanita Indonesia meninggal karena Kanker Serviks (Depkes RI 2004).merupakan kanker urutan ke 8 terbanyak diderita wanita Indonesia 4. Gejala Pada kondisi prakanker, umumnya tidak ada gejala dan tidak ada rasa nyeri. Kanker ini dapat dideteksi dengan menggunakan Pap Smear. Bila kanker ini sudah muncul, gejalanya dapat berupa: terdapatnya keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh- sembuh, adanya perdarahan tidak normal. Ini terjadi hanya bila setelah sel-sel leher rahim menjadi bersifat kanker dan menyerang jaringanjaringan sekitarnya, pengeluaran darah lewat vagina, meningkatnya perdarahan selama menstruasi, terjadi siklus diluar menstruasi dan setelah hubungan seks, nyeri selama hubungan seks, kesulitan atau nyeri dalam perkemihan, terasa nyeri didaerah sekitar panggul, perdarahan pada masa pra atau pasca menopause. Bila kanker sudah mencapai stadium tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan, dan sebagainya. Gejala-gejala ini juga dapat disebabkan oleh masalah kesehatan serius lainnya misalnya akibat gangguan keseimbanagn hormon. 5. Stadium kanker serviks a. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. b. Stadium karsinoma insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh

didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. c. Stadium karsinoma mikroinvasif Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. d. Stadium karsinoma invasif Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. Sedangkan Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks : Pertumbuhan eksofilik. berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium, dan Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus. 6. Diagnosis dan Penatalaksanaan Deteksi dini kanker leher rahim sangat diperlukan agar pengobatan dapat berhasil optimal, pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan Pap smear test, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan Biopsi. Direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali bagi wanita usia 21 tahun, atau bagi mereka yang sudah melakukan hubungan seks. Bagi wanita yang berusia diatas 30 tahun dan telah melakukan pap smear selama 3 kali berturut-turut dan hasilnya normal, dapat melakukan tes ini setiap dua atau tiga tahun sekali.

Sedangkan Penatalaksanaan kasus kanker serviks pada stadium prakanker adalah dengan pengambilan sel kanker dengan operasi eksisi atau ablasi, dan dengan mengunakan panas atau laser (cryo surgery / laser ablasi). Jika sudah masuk dalam stadium kanker maka dilakukan tindakan Operasi, Irradiasi dan Cytostatika. 7. Pencegahan kanker serviks Pencegahan dapat dilakukan dengan tiga strategi: primer, sekunder dan tertier. Pencegahan primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki resiko terkena kanker serviks.caranya, dengan memberikan penyuluhan baik dilingkungan kesehatan maupun disekolah-sekolah, karena banyak masyarakat yang tidak tahu. Penjelasan yang perlu disampaikan diantaranya: pentingnya pemeriksaan pap smear / IVA secara rutin bagi wanita diatas usia 20 tahun yang sudah melakukan hubungan seks, dan pentingnya perilaku seks yang aman untuk mencegah ekspos HPV, jika perlu disarankan untuk melakukan imunisasi HPV. Menurut WHO vaksin sebaiknya diberikan pertamakali dalam lima tahun setelah aktif berhubungan seksual atau usia 25 tahun sampai 65 tahun. Frekuensi vaksinasi dilakukan 2-3 tahun sekali dengan catatan dua kali berturut-turut pap smear negatif. Pencegahan sekunder juga diperlukan pada orang yang tidak memiliki gejala. Ini agar angka kejadian dapat ditekan dan memungkinkan pengobatan sedini mungkin, agar pengobatannya lebih efektif dan hasilnya dapat optimal. Sedangkan pencegahan tertier dilakukan pada orang yang sudah terkena penyakit kanker servik ini, agar penyebaran kanker dapat dihambat agar tidak menjadi invasif

B. MODEL KONSEP S. CALLISTA ROY Roy memandang individu sebagai makhluk biopsikosial yang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh, secara terus menerus berinterakasi dan beradaptasi dengan lingkungan keperawatan dilihat sebgai kegiatan atau tindakan yang diajukan kepada upaya menghilangkan stimull dan memacu kemampuan adaptasi dari individu. Model keperawatan yang dikembangkan selanjutnya dikenal sebagai adptation model (Kusnanto, 2005)

1. Asumsi dasar yang mendasari pendekatan ini antara lain a. b. c. d. e. Manusia sebagai mahkluk biologi, psikologi dan sosial yang selalu berinterkasi dengan lingkungannya Untuk mencapai sutau homostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi Terdapat tiga tingkatan adaptasi, yaitu focal stimuli, kontekstual stimuli, dan residual stimuli Sistem adaptasi memliki empat model, pertama fungsi fisiologis, kedua konsep diri, ketiga fungsi peran dan keempat interdependent Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan perkembangan, dan reproduksi (Hidayat, A, 2004) Fokal Stimuli adalah stimulasi yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap individu. Kontekstual merupakan stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun. eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang dan dapat diukur secara subyektif dan observasi. Residual stimulus merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar diobservasi. (Hidayat, A, 2004) 2. Elemen-elemen Roy Adaptasion Model (Nursalam, 2005 dan Hidayat, 2004) a. Person Untuk Menggambarkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptif, lebih lanjut Roy mengemukakan sistem efektor yang merupakan adaptive model yang terdiri dari empat aspek, yaitu : Fungsi fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, Interdependent. Mekanisme regulator dan cognator dinilai berfungsi dalam keempat model diatas. Perilaku merupakan manifestasi seseorang dalam beradaptasi dan menggunakan mekanisme koping. Manifetasi tingkat adaptasi seseorang mencerminkan penggunaan mekanisme koping. Perawat

mempunyai 1)

tugas

mengobservasi

dan

mengidentifikasi

responnya

(adaptive/maladaptive) dalam situasi sehat-sakit. Fungsi Fisiologis Terdiri dari : Oksigenasi, Nutrisi, Eleminasi, Aktifitas dan istirahat, Intergritas kulit, Indera perasa, Cairan dan elektrolit, Fungsi neurologis, Fungsi endokrin. 2) Konsep diri Mengenal pola-pola nilai keyakinan, emosi yang berhubungan dengan gambaran diri mengenai : Physical self, Personal self, Moral ethical self 3) Fungsi Peran Mengenai pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain yang diceminkan oleh peran primer, sekunder, dan tersier. 4) Interdependent Nilai-nilai manusiawi yang terjadi pada proses hubungan interpresonal yang berupa kasih sayang, cinta dan ketegasan. Proses ini terjadi melalui hubungan interpersonal pada tingkat perorangan atau kelompok. Keempat adaptive model ini mencoba menjawab bagaimana yang terjadi baik internal maupun eksternal. Proses perubahan mungkin terjadi dengan satu model saja. b. Tujuan Konsep Keperawatan Adalah meningkatkan kemampuan adaptasi seseorang dalam hubungan dengan keempat adaptive models diatas yang berefek positif/negatif terhadap kesehatan dipengaruhi tingkat adaptasi seseorang dan ditentukan oleh rangsang focal, contekstual, dan residual. c. Konsep Sehat Sebelumnya Roy models mendefinisikan sehat merupakan rangkaian kesatuan paling sehat. Tetapi saat ini didefinisikan sebagai suatu keadaan dan proses terintegrasi seseorang secara keseluruhan. Integritas seseorang diekspresikan melalui kemampuan melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi, dan keunggulan

d. Lingkungan Adalah semua kondisi, keadaan, dan pengaruh-pengaruh sekitarnya dan mempengaruhi perilaku seseorang dan kelompok. Maka dengan mengenal lingkungan dapat membantu meningkatkan adapatasi terhadap perubahan atau menentukan intervensi. Biasanya stimulus lingkungan internal dan eksternal merupakan area studi keperawatan. e. Aktifitas Keperawatan Suatu tindakan keperawatan untuk memanipulasi rangsangan focal, contekstual dan residual terhadap seseorang. Perawat mengantisipasi potensi inefektif respon terhadap rangsangan tertentu yang terjadi pada situasi tertentu atau menyiapkan seseorang untuk mengantisipasi perubahan dan memperkuat mekanisme koping C. PROSES KEPERAWATAN MENURUT ROY Roy models memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan elemen dalam proses keperawatan menurut Roy dalam Nursalam, Susilaningrum, Utami, (2005), Meliputi : 1. Pengkajian tingkat pertama Mengumpulkan data perilaku out put seseorang sebagai sistem adaptasi dihubungkan dengan 4 adaptive mode: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependent. Pengkajian tahap pertama ini berkenaan dengan pengkajian perilaku. 2. Pengkajian tingkat kedua Setelah pengkajian tahap pertama perawat dapat menganalisa data yang timbul dan pola-pola perilaku pasien untuk mengidentifikasi respon tidak efektif atau respon adaptif yang diperlukan untuk mendukung tindakan perawat. Bila perilaku tidak efektif atau respon adaptif ada, perawat melakukan pengkajian tahap kedua. Pada fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, contekstual, dan residual yang mempengaruhi pasien. Proses ini mengklarifikasi

etiologi dari problem dan mengenai faktor-faktor contekstual dan residual yang berarti. 3. Diagnosa keperawatan Pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

4. Tujuan Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh perawat setelah tindakan keperawatan dan penjelasan berhasil dilakukan.

5. Intervensi Adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. 6. Evaluasi Adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap Pelaksanaan

D. PATHWAY CA. SERVIK

Virus HPV

Virus herpes simplex Sito megalo virus

Faktor-faktor resiko Penekanan sel Ca pada saraf Nyeri

Ca Cervik Psikologis Kurang pengetahuan Cemas/Takut Pendarahan Bau busuk

Pengobatan Eksternal radiasi

Hipovolemi Anemia Resti Infeksi Intoleransi aktifitas

Ggn. Bodi image

Ggn. Pola Seksual

Kulit merah, kering

Depresi sumsum tulang Hb Anemia

Mulut kering stomatitis

Sel-sel kurang O2 Gastrointestin kurang O2 Mual, muntah Nutrisi kurang Daya tahan tubuh berkurang Risti Infeksi Kelemahan/kelelahan Risti Injuri

III. APLIKASI MODEL KONSEP ADAPTASI ROY PADA STUDI KASUS A. Pengkajian 1. Riwayat Pasien a. Identitas Ny K , 50 tahun, Islam, Pendidikan SD, Ibu rumah tangga, suku bangsa Jawa, Golongan Darah O, klien menikah saat berusia 15 tahun, dengan suaminya Tn. A, 60 tahun, Islam, Pendidikan SD, Pekerjaan Tani suku bangsa Jawa, MRS tanggal 9 Pebruari 2009 jam 01.00 WIB (Pengkajian tanggal 10 Pebruari 2010 jam 08.00 WIB). b. Keluhan Utama Klien menyatakan perut bawahnya terasa sakit menjalar ke punggung, nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam, hilang timbul, sehingga klien tidurnya tidak nyenyak. c. Riwayat obstetrik 1) Riwayat Perkawinan Klien menikah usia 15 tahun, mempunyai 2 orang anak. Klien berbahagia dengan perkawinanya. Klien tinggal serumah dengan anaknya nomer pertama. Persepsi klien terhadap perkawinanya, klien cukup bahagia karena suaminya sangat perhatian baik pada dirinya maupun pada anak-anaknya. 2) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Klien pertama haid umur 12 tahun, teratur. Klien hamil 3 kali 2 lahir hidup dan 1 kali abortus. Anak pertama berusia 34 tahun, yang kedua abortus dan anak yang ketiga 30 tahun. Semua persalinan klien ditolong oleh dukun 3) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Klien menyatakan dulu pernah ikut kontrasepsi Spiral

d. Riwayat Ginekologi Sejak berusia 48 tahun klien sudah mengalami menopause. Kemudian sejak tidak datang bulan klien sering mengeluh perut bawah terasa tidak enak. Klien mengira itu adalah sakit karena usianya yang sudah lanjut, dengan minum obat rasa sakit menghilang. Lama kelamaam timbul keputihan berbau, perdarahan pervaginam serta sakit perut yang lama kelamaan bertambah parah. e. Riwayat Penyakit Sekarang Pada bulan juli 2009 klien atas saran keluarga berobat ke RS Wijaya Kusuma. Dokter mengatakan ada tumor di leher kandungannya, dokter menyarankan untuk operasi, klien dan keluarga memutuskan untuk operasi. Klien dirumah sakit selama 5 hari dan diijinkan pulang.sejak saat itu keluhan sakitnya hilang. Pada bulan September 2009 klien mengeluh sakit perut dan pinggang, klien kembali berobat ke RS Wijaya Kusuma dan dokter mengatakan tumornya sudah menjalar, namun hasil PA tidak ada.klien berobat ke RS PTP, kleuhan masih tetap klien berobat ke Bidan setempat atas saran Bidan klien berobat ke RSD dr Soebandi, klien masuk RSD tanggal 9 Pebruari 2010 lewat IGD. Sampai di Ruang Nifas Jam 01.00 Wib dipasang infus, blood group, dan dilakukan tranfusi darah karena berdasarkan hasil pemeriksaan darah Hb klien 8 gram%, perdarahan pervaginam banyak. Sedangkan terapi yang diberikan adalah ijneksi Cefotaxim 3x1 gram, asam tranexamat 3x 1 ampul, dan antrain 3x1 ampul, profenid supp 2x f. lalu. g. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga tidak ada yang sakit tumor, dan menjalani operasi, hipertensi tidak ada, DM tidak ada.dan penyakit lainnya. h. Status Perkembangan Merupakan keluarga inti denagan 2 anak dari perkawinanya. Anak keduanya tinggal bersama klien (extended family) Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak pernah sakit menular, klien pernah operasi kandungan 8 bulan yang

i.

Riwayat Psikososial Klien anak ke 3 dari 5 saudaranya . kedua orang tuanya sudah meninggal. Klien merasa yang sangat penting dalam kehidupannya adalah suami dan ke2 anaknya.hubungan dengan tetangga selama ini selalu baik.klien mengetahui bahwa dirinya sakit kanker akan tetapi tidak mengetahui prognosa penyakitnya, klien ingin segera sembuh dan menimang cucunya.

Pola Seksualitas Klien mengatakan sejak menopause klien tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Pengkajian Spiritual Klien menyatakan dirinya seorang muslim, saat sakit klien tidak melakukan ibadah karena merasa belum suci, badan terasa lemah dan rasa sakit di perut dan pinggang bertambah hebat jika untuk beraktifitas. Pengkajian Budaya Klien berasal dari suku Jawa, selama sakit klien tidak melakukan pantangan makanan karena telah dijelaskan oleh dokter boleh makan ikan, telur dan lainlainnya hanya karena ada rasa mual jadi nafsu makannya jadi hilang. B. Aplikasi Teori Adaptasi Roy 1. Pengkajian Tahap Pertama a. Physiological Mode 1) Oksigenasi Klien tidak mengalami gangguan oksigenasi, tensi 130/90 mmHg, nadi 88X/menit, suhu : 36 7oC, RR 20 x/menit, Capilery Revil Time 4 Detik 2) Nutrisi Saat sakit klien makan setengah dari yang disediakan karena perut terasa mual mual 3) Eliminasi Sebelun sakit : BAB sehari 1 x kadang-kadang 2 hari sekali, konsistensi padat lunak, BAK terpasang catheter nomer 18, urin berwarna kemerahan,produksi 800 cc / 24 jam

4) Aktifitas istirahat Sebelum sakit klien terbiasa tidur siang sekitar 1 jam, sedang tidur malam jam 20.00 04.00 WIB. Saat sakit klien sering terbangun karena rasa sakit diperut yang menjalar ke pinggang. Rasa sakit hilang timbul setiap saat sehingga kebutuhan tidurnya terganggu..klien terlihat lelah mata terlihat merah 5) Proteksi Kulit di daerah tangan terpasang infus di tangan kiri, terpasang idwelling chateter no 18, pertahanan sekunder klien yang mengalami masalah adalah klien mengalami Ca Servik metastase, perdarahan pervaginam, dan anemia (Hb 8,3) 6) Senses Saat ini klien merasa badanya lemas, pusing, perut terasa nyeri menjalar ke punggung dengan skala 7, wajah klien terlihat kesakitan, keadaan ini dirasakan sepanjang waktu sehingga klien mendapatkan terapi profenid supp. 7) Cairan dan elektrolit Sebelum sakit tidak ada gangguan dalam pemenuhan air dan elektrolit (minum 7 8 gelas sehari), saat ini klien minum 1-2 gelas sehari karena perut sakit dan mual mual klien tidak minum karena ingin muntah. Produksi kencing klien kurang, pada daerah perut dan pinggang klien odema, hasil pemeriksaan fungsi ginjal 9/2/10 di dapatkan : creatinin 6,9 dl/L, BUN 60.dl/L, Ureum 129dl/L, asam urat 10.6 dl/L, protein urine + +++ (fungsi ginjal menurun) dan hasil biopsi belum jadi. 8) Fungsi Neurologis Kesadaran compos mentis, daya ingat, pendengaran, penglihatan, peradaban dan pengecapan baik.tidak ada deficit neurologis. 9) Fungsi endokrin Secara klinis tidak ditemukan ganguan hormonal. Saat ini klien mengalami menopause.

b. Self Concept Mode 1) Physical self Klien mengatakan dirinya menderita sakit kanker (belum tahu stadium dan prognosanya). Klien bertanya kapan sakitnya dioperasi, klien ingin agar sakitnya segera sembuh, adaptasi konsep diri kurang (respon psikologis klien terhadap sakit kronis yang dideritanya) 2) Personal self Harga diri klien mulai irasional (negative) karena sebagai seorang ibu dan seorang nenek, klien tidak dapat melaksanakan tugasnya seperti orang lain seusianya. c. Role Function Mode Klien menyatakan perannya dalam keluarga adalah sebagi seorang istri dengan 2 orang anak dan 2 orang cucu, sejak sakit klien tidak dapat melakukan peran itu, klien lebih berfokus pada dirinya sendiri karena sakitnya. kedua anaknya sudah berkeluarga, salah satu anaknya tinggal serumah dengan klien. d. Interdependensi Mode Hubungan dengan keluarga harmonis, klien lebih dekat dengan anaknya yang pertama , orang terdekat adalah anak dan suaminya. 2. Pengkajian Tahap Kedua a. Faktor fokal Saat ini klien merasa perut bawah terasa nyeri ditusuk tusuk, rasa nyeri menjalar ke pinggang. Perdarahan pervaginam jumlah banyak bahkan berdungkul dungkul sehingaa klien terlihat lemas. Hb klien 8,3 gr/dL dan kreatinin klien 6,9 gr/dL sehingga klien harus ditranfusi darah untuk memulihkan kondisi fisiknya. b. Faktor kontekstual Diagnosa kerja klien adalah suspect Ca Cervik stadium III B metastase dengan perdarahan dan anemia serta fungsi ginjal yang menurun

c. Faktor Residual Klien menikah usia 15 tahun hamil 3 kali melahirkan hidup 2 orang dan 1 kali abortus, sebelumya klien pernah diangkat tumornya 8 bulan yang lalu. Hasil PA (-). Prnah periksa PA di Rumah Sakit lumajang tapi, saat dimintak tidak ada hasinya 2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Lemah , anemis, kesadaran compos mentis, GCS 456b. Tanda-tanda vital

Tensi c.

130/90 mmHg, Respirasi 20 x/mnt, Denyut Nadi 88 x/mnt, Suhu tubuh

36,7C, TB 145 cm, BB 54 kg. Kepala dan leher Muka bentuk bulat, warna kuning langsat, luka tidak ada. Tidak ada Udema palpebre, Konjungtiva anemis, tidak ada, Reflek scahaya: +/+, Hidung perdarahan tidak ada, kebersihan cukup, Mulut tidak ada kelainan, Leher hipertiroid/limfe tidak ada, distensi vena leher tidak ada. d. Thorax / Dada Retraksi otot-otot dada tidak ada, gerakan dada simetris, iktus kordi ICS IV, nyeri tekan tidak ada, iktus kordis tidak teraba, Auskultasi Thorak : vesikuler, wh -/-, rh -/-, Suara jantung 1, 2 tunggal, tidak ada suara tambahan. Paru timphani, jantung redup pada ICL V MCL sinistra.akan tetapi klien terlihat bertambah sesak. e. Dada Bentuk simentris, suara nafas vesikuler diarea paru, suara nafas tanbahan (-) bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, buah dada simetris, dan puting susu menonjol, tidak ada lesi f. Abdomen Bentuk flat, teraba masa 3 jari bawah pusat, nyeri tekan, peristaltic 10 /menit.

g.

Genetalia dan anus

Keluaran pervaginam: darah hitam berdungkul- dungkul, berbau terpasang catheter, daerah supra pubik neri tekan, teraba benjolan keras, rektum: keluar darah saat buang air besar. h. Punggung Kelainan bentuk tidak ada, punggung bawah sering terasa sakit. Odema (+) di daerah pinggang klien i. Ekstremitas Turgor kulit: kurang, kulit terasa kering, Warna kulit agak pucat, Oedema extermitas +/+, Lesi: tidak ditemukan, Akral hangat, CRT 4 detik, pergerakan daerah kaki dan punggung menimbulkan rasa nyeri. C. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Tanggal 9 Pebruari 2010 dengan hasil : Hb 8,3 gr%, Creatine 6,9dl/l, BUN 60, Urea 60 gr% dan asam urat 10,6 dl/l 2. Teraphy Tanggal 9 Pebruari 2010 Infus RL 20 tetes/menit, Injeksi: Cefotaxim 3 x 1 gr,Inj. Antrain 3 x 1 amp, Inj. Kalnex 3 x 1 amp,Profenid supp 2 x 2 supp, Tranfusi 2 kolf / hari

D. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal 6-7-2009 1. Analisa Data a. Analisa ke-1 a) Data subyektif Klien menyatakan perut bawahnya terasa sakit menjalar ke punggung, nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam, (skala nyeri sedang 5-7), hilang timbul, sehingga klien tidurnya tidak nyenyak. b) Data Obyektif Tensi 130/90 mmHg, Respirasi 20 x/mnt, Denyut Nadi 88 x/mnt, Suhu tubuh 36,7C, teraba masa 3 jari bawah pusat, nyeri tekan, Keluaran pervaginam: darah hitam berdungkul- dungkul, berbau terpasang catheter, daerah supra pubik neri tekan, teraba benjolan keras, rektum: keluar darah saat buang air besar, Odema (+) di daerah pinggang klien, klien terlihat kesakitan. c) d) b. 1) Masalah Keperawatan Nyeri sedang Kemungkinan Penyebab Proses inflamasi sekunder akibat metastase tumor Analisa ke-2 Pengelompokan data a) Data Subyektif klien mengatakan minum 1-2 gelas sehari karena perut sakit dan mual mual klien tidak minum karena ingin muntah. Produksi kencing klien kurang. b) Data Obyektif Keadaan umum lemah , anemis, Hb 8,3 gr%, Creatine 6,9dl/l, BUN 60, Urea 60 gr% dan asam urat 10,6 dl/l, pada daerah perut dan pinggang klien odema produksi 800 cc / 24 jam c) Masalah Keperawatan 1) Pengelompokan Data

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit d) Kemungkinan penyebab Gangguan mekanisme regulator ginjal akibat fungsi ginjal yang menurun. c. 1) Analisa ke-3 Pengelompokan Data a) Data Subyektif Keluarga klien mengatakan klien hanya makan setengah dari yang disediakan karena perut terasa mualmual sehingga nafsu makannya hilang b) Data Obyektif A: BB 54 kg, TB 145 cm B : Hb 8,3 gr%, C : anemia -, muntah dan mual (+), intake 1/2 porsi yg dihabiskan. D : BKC = 1500 kal/ hari c) Masalah Keperawatan Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan d) Kemungjkinan penyebab Anorexia sekunder akibat mual dan muntah d. Analisa ke-4 1) Pengelompokan Data a) Data Subyektif Klien mengatakan badanya lemas, pusing, perut terasa nyeri menjalar ke punggung dengan skala 7, keadaan ini dirasakan sepanjang waktu b) Data Obyektif Keadaan umum lemah, anemis, Tensi 130/90 mmHg, Respirasi x/mnt, Denyut Nadi 88 x/mnt, Suhu tubuh 36,7C, Hb 8,3 gr%, c) d) Masalah Keperawatan Intoleransi aktivitas Kemungkinan penyebab Gangguan transport oksigen sekunder akibat anemia 20

e. )a

Analisa ke-5 1) Pengelompokan data

Data Subyektif klien mengetahui bahwa dirinya sakit kanker akan tetapi tidak mengetahui prognosa penyakitnya, klien ingin segera sembuh dan menimang cucunya.,

)b

Data Obyektif Keadaan umum lemah, anemis, Tensi 130/90 mmHg, Respirasi 20 x/mnt, Denyut Nadi 88 x/mnt, Suhu tubuh 36,7C, Hb 8,3 gr%, Diagnosa kanker cervik stadium IIIB metastase daerah pelvis. Klien sering bertanya kapan sakitnya dioperasi, klien ingin agar sakitnya segera sembuh

)c )d

Masalah Keperawatan Ideal diri kurang realistis Kemungkinan penyebab Kurangnya pengetahuan klien tentang prognosis kanker servik stadium III B f. Analisa ke-6 1) Pengelompokan data

)a

Data Subyektif Klien mengatakan saat sakit klien sering terbangun karena rasa sakit diperut yang menjalar ke pinggang. Rasa sakit hilang timbul setiap saat sehingga kebutuhan tidurnya terganggu

)b

Data Obyektif Keadaan umum lemah, anemis, Tensi 130/90 mmHg, Hb 8,3 gr%, klien terlihat lelah mata terlihat merah

)c

Masalah Keperawatan Gangguan pemenuhan istirahat (tidur)

)d

Kemungkinan penyebab Sering terbangun sekunder akibat nyeri yang menganggu

g. )a )b

Analisa ke-7 1) Pengelompokan data

Data Subyektif (-) Data Obyektif Keadaan umum lemah , anemis, Hb 8,3 gr%, Creatine 6,9dl/l, BUN 60, Urea 60 gr% dan asam urat 10,6 dl/l, pada daerah perut dan pinggang klien odema produksi urine 800 cc / 24 jam

)c )d

Masalah Keperawatan / Kolaboratif PK Uremia Kemungkinan penyebab Penurunan fungsi ginjal h. Analisa ke-8 1) Pengelompokan Data )a Data Subyektif Harga diri klien mulai irasional (negative) karena sebagai seorang ibu dan seorang nenek, klien tidak dapat melaksanakan tugasnya seperti orang lain seusianya. adaptasi konsep diri kurang (respon psikologis klien terhadap sakit kronis yang dideritanya) )b Data obyektif Klien sering bertanya kapan sakitnya dioperasi, klien ingin agar sakitnya segera sembuh, )c )d Masalah keperawatan Resiko mekanisme koping tidak efektif Kemungkinan penyebab Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya dan suport dari keluarga

E.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. 2. ginjal 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Nyeri akut sedang yang berhubungan dengan proses inflamasi sekunder akibat metastase kanker Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator ginjal sekunder akibat penurunan fungsi Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan anorexia sekunder akibat mual dan muntah Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan gangguan tranport oksigen sekunder akibat anemia Ideal diri kurang realistis yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prognosis kasus Ca Cerviks stadium III B Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang berhubungan dengan sering terbangun sekunder akibat nyeri yang menganggu. PK: shock Uremia Resiko mekanisme koping tidak efektif yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kasus Ca Cerviks.

D. 1. a. b. 1) 2) 3) c. 1) 2) 3)

RENCANA TINDAKAN Diagnosa keperawatan 1 (Nyeri) Tujuan Klien mampu beradaptasi terhadap nyeri setelah diberikan intervensi Kriteria Hasil Wajah klien tampak lebih rilek skala nyeri menurun Klien mampu beristirahat Intervensi Kaji tingkat nyeri dengan skala 1 10. Berikan analgesik sesuai program. Diskusikan dengan klien tentang metode yg paling efektif untuk mengurangi nyeri dan ajarkan klien tehnik mengurangi/

menghilangkan nyeri seperti : tehnik relaksasi, rubah posisi, pola pernapasan lingkungan yang tenang dan nyaman.4)

Jelaskan tentang penyebab nyeri dan hal yang dapat mengurangi atau memperberatnya Atur posisi yang nyaman, ciptakan suasana yang terapeutik Diagnosa elektrolit) keperawatan Tujuan 2 (keseimbangan cairan dan

5) 2. a. perawatan b.

Klien tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit selama Kriteria Hasil 1) Klien tidak mengalami edema / penambahan BB 2) Intake dan output klien seimbang 3) Produksi urine minimal 30cc/jam 4) Memperlihatkan penurunan edema 5) Klien mengetahui penyebab edema c. 1) 2) metode pencegahanya 3) jam 4) 5) outputnya 6) 3. a. Tujuan Kolaborasi terapi medis, parenteral Diagnosa keperawatan 8 (koping tidak efektif) Diet RPRG Batasi cairan masuk sesuai dengan Mutivasi klien untuk merubah posisi tiap 2 Intervensi Observasi intake dan output klien, produksi urine/24 jam, gejala edema dan sesak. Jelaskan pada klien penyebab edema dan

Setelah 4 kali pertemuan klien dapat mengungkapkan adaptasi penggunaan koping yang lebih efektif

b. 1) 2) 3) 4) lingkungan personal c. 1) 2) 3) 4)

Kriteria Hasil Mengungkapkan perasaan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional Dapat mengidentifikasi pola koping dan konsekuensi perilaku yang diakibatkanya Dapat mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan yang efektif Dapat membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai untuk mengubah situasi provokatif dalam Intervensi Jalin hubungan saling percaya Kaji status koping yang dimiliki klien Gali pengalaman masa lalu klien tentang penggunaan koping dalam menghadapi stressor Berikan pandangan yang realistis dalam menghadapi masalah klien, tunjukan bahwa kita peduli, jika klien pesimis berikan harapan yang realistis 5) Jika klien dalam keadaan marah,pertahankan lingkungan denga stimuli yang rendah, perlihatkan sikap penerimaan, keiklasan dan jangan pedulikan kata-kata permusuhan. 6) perilakunya sendiri 7) masalah secara konstruktif. Berikan bantuan untuk memecahkan Mutivasi klien untuk evaluasi diri dari

8) stress untuk mengontrolnya. 9) klien 10) 11) 12) 13) 14) dukungan bagi klien 4. a.

Bantu mengidentifikasi masalah yang tidak dapat dikontrol langsung dan bantu klien melakukan aktivitas reduksi Gali kekuatan support sosial yang dimiliki Beri kesempatan klien ungkapkan

prasaanya dan mengekspresikan perasaanya dalam menghadapi sakitnya. Tunjukkan sikap empaty dan caring saat klien mengungkapkan perasaanya. Ajarkan Berikan teknik relaksasi, tekankan dan pentingnya meluangkan waktu 15-20 menit untuk melakukannya. kesempatan belajar menggunakan terknik penatalaksanaan stress Anjurkan keluarga untuk memberikan Diagnosa keperawatan 5 (ideal diri kurang realistis) Tujuan Setelah 3 kali pertemuan klien mampu memiliki idela diri yang realistis dalam menyikapi penyakit yang dideritanya secara bertahap setelah pengetahuannya meningkat. b. 1) tentang Ca serviks 2) dengan kondisi dan arahan 3) 4) 5) penyakitnya. Tidak menunjukan perilaku negative Menunjukkan perubahan ekspresi yang berhubungan dengan pemahaman informasi yang baru Menginterigrasikan perilaku dalam aktivitas klien sesuai dengan peningkatan pengetahuan klien terhadap Menunjukkan perilaku positif sesuai Kriteria Hasil Mengungkapkan peningkatan pengetahuan

c. 1) klien 2) perasaanya 3) 4) 5)

Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan Beri kesempatan klien untuk ungkapkan Gali pengetahuan klien tentang ca serviks Gali latar belakang yang mendukung pengetahuan klien terhadap pengetahuannya sekarang Gali perilaku yang biasa dilakukan klien sebagai respon dari sakitnya 6) 7) memberikan support pada klien 8) klien yang positif. Berikan reward positif terhadap perilaku Jelaskan pada klien tentang ca serviks dengan memperhatikan ekspresi perilaku klien. Libatkan anggota keluarga untuk

E. IMPLEMENTASI 1.a.

Diagnosa keperawatan 1 (Nyeri) Tanggal 10 12 Pebruari 2010 mengkaji tingkat nyeri klien mendiskusikan dengan klien tentang tehnik relaksasi nafas dalam memperberatnya.e. b. memberikan analgesik sesuai program. c.

d. menjelaskan tentang penyebab nyeri dan hal yang dapat mengurangi atau

mengatur posisi yang nyaman, ciptakan suasana yang terapeutik Diagnosa elektrolit) keperawatan 2 (keseimbangan cairan dan

2.

a. b. c. d. e. f. a. b. c. d.

mengobservasi intake dan output klien, produksi urine/24 jam, gejala edema dan sesak. menjelaskan pada klien penyebab edema dan metode pencegahanya memotivasi klien untuk merubah posisi tiap 2 jam melaksanakan kolaborasi dengan ahli diet px (RPRG) mengatur cairan masuk sesuai dengan outputnya ( infuse D5% 500 cc) + jumlah urine klien. Melaksanakan hasil kolaborasi: inj cefotaxim 1 gram, antrain 1, kalnex 1A. Mengkaji status koping klien dan mengkaitkan penggunaan koping klien yang nyata. Mengaji respon klien tentang penerimaan dia terhadap sakit Mengajarkan dan memotivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, tekankan pentingnya untuk melakukannya. Beri kesempatan untuk belajar penggunaan teknik penatalaksanaan stress antara lain sharing, meminta bantuan jika merasa tdiak mampu, jujur dan malaksanakan teknik relaksasi.

3. Diagnosa keperawatan 8

e.

Memutivasi keluarga memberikan support mulai dari selalu mendampingi klien, hingga menghiburnya denga kata-kata.

4. Diagnosa keperawatan 5 a. b. c. d. e. f. g. membina hubungan saling percaya dengan klien memberi kesempatan klien untuk ungkapkan perasaanya mengali pengetahuan klien tentang ca serviks mengali latar belakang yang mendukung pengetahuan klien terhadap pengetahuannya sekarang mengali perilaku yang biasa dilakukan klien sebagai respon dari sakitnya menjelaskan pada klien tentang ca serviks dengan memperhatikan ekspresi perilaku klien. Memotivasi anggota keluarga untuk memberikan support pada klien

h.

memberikan reward positif terhadap perilaku klien yang positif.

F. 1.

EVALUASI Diagnosa keperawatan 1 Tanggal, 11 Pebruari 2010 Subyektif : Klien menyatakan nyeri berkurang, klien bias istirahat walaupun sebentar Skala nyeri 5, klien mengerti kenapa perutnya terasa nyeri, klien senag diajari perawat distraksi nafas dalamhingga mengerti. Objektif : Klien tertidur setelah diberikan injeksi antrain 1 A, wajah mulai rileks, skala nyeri 5, TD: 140/80, RR: 20 x/menit, t: 36 oC, nadi: 80 x/menit.

Analysa : Masalah teratasi sebagian Planning : Lanjutkan Intervensi nomor 1,2,5 2. Subyektif : Klien mengatakan jika perutnya sakit dad terasa agak sesak. Objektif : a. b. c. d. Hb 10,3 gr%, leuko 14,3, creatinin 9,8, BUN 76, urea 162, asam urat 11,1, GDA 145g/dl. Odema perut bawah dan punggung serta extermitas. Infuse D5% 500cc/24jam, produksi urine 500cc/ 24 jam Ada gerakan infolunter pada daerah wajah Diagnosa keperawatan 2

Analysa : Masalah keseimbangan cairan dan elektrolit belum teratasi Planning : Lanjutkan intervensi Intervensi : Laksanakan intervensi1,3,4,5,6 Evaluasi : Muncul masalah baru : PK Resiko shock Uremia Reasasment : Lakukan intervensi 1,3,4,5,6 dan observasi gejala shock uremia dan memberikan penjelasan pada keluarg tentang kondisi klien. 3. Subyektif : Klien mengatakan apa betul saya akan dioperasi ?, saya ingin segera pulang tapi keadaan saya masih sakit, saya ingin lihat cucu saya dirumah. Diagnosa keperawatan 8

Objektif : Eskpresi wajah sedih saat berbicara denga perawat Analysa : Resiko mekaniske koping tidak efektif masih berlanjut, klien belum megetahui prognosa penyakitnya Planning : Intervensi dilanjutkan Mutivasi klien untuk banyak berdoa dan tunjukkan bahwa perawat selalu siap membantu 4. Subyektif : Klien mengatakan kapan saya bisa dioperasi, karena sudah 3 hari disini, saya ingin segera sembuh karena sudah kangen dengan cucu saya . Objektif : Ekspresi klien saat bicara dengan perawat belum stabil, kadang terlihat cemas, sedih , marah. Analysa : Ideal diri masih belum realistis, pemberian info diberikan secara bertahap sesuai dengan kondisi klien Diagnosa keperawatan 5

Planning : Pilih intervensi yang sesuai dengan kondisi klien untuk mengurangi kecemasan dan stressor klien. Support sisitem klien tingkatkan. IV. PEMBAHASAN Penyakit terminal ca serviks stadium IIIB merupakakan suatu gangguan fisik yang disertai perubahan bio-psiko-sosial dan mungkin spiritual dari klien yang mengalaminya. Apabila pengetahuan klien tentang penyakitnya tidak adequate maka akan menjadi sumber stressor

dan akan menimbulkan suatu mekanisme ideal diri yang tidak realistis. Hal ini diperlukan peran perawat yang mempunyai tugas memenuhi semua kebutuhan dasar klien, menciptakan lingkungan yang aman dan meningkatkan support sisitem disekitar klien hingga klien dapat menerima keadaanya, ideal diri klien yang realistis, keluarga dapat menerima kondisi klien dan klien dapat meninggal dengan tenang. Ny K dengan penyakit Ca serviks IIIB juga mengalami perubahan fisik dirinya yang menyebabkan perubahan bio-psiko-soso-spiritual, yang menjadikan stressor dengan kurangnya pengetahuan klien tentang sakitnya maka mekanisme koping klien tidak efektif serta ideal diri klien tidak realistis sehingga diperlukan peran perawat dan support keluarga dalam mengatasinya. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai tugas merawat pasien secara holistik sesuai dengan kepribadian caring yaitu perawat menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif. Perawat harus mengenal pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi sehat-sakit individu. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal adalah kesehatan mental spiritual, kesejahteraan, dan sosiokultural yang dimiliki individu. Sedangkan lingkungan eksternalnya meliputi kenyamanan, keamanan, privacy, kebersihan, dan lingkungan yang estetik. Melalui faktor ini, perawat menyediakan lingkungan yang suportif yang menjamin rasa aman dan nyaman baik fisik maupun psikologis klien Perawat yang selalu mendampingi klien dan menawarkan diri untuk membantu pasien dengan meyakinkan. Maka tahap perilaku sakit pasien menjadi adaptif sehingga perubahan emosi menjadi positif. Hal ini bisa dilakukan melalui pendekaptan model konsep Roy sehingga pendekatan klien lebih terarah dan efektif. Masalah keperawatan fisiologis yang muncul pada Ny K yang berhubungan dengan fisiologis antara lain : perubahan rasa nyaman (nyeri kronis, mual muntah), kelebihan volume cairan, gangguan keseimbangn cairan dan elektrolit, nutrisi yang kurang, PK shock Uremia, intoleransi aktivitas dan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur yang kurang. Sedangkan masalah psikologis yang muncul adalah: risiko koping tidak efektif

dan idela diri kurang realistis. Pada kesempatan ini penulis menekankan pada dokumentasi masalah keperawatan psikologis. Dalam kondisi klien yang tidak stabil, terjadi perubahan mekanisme personal, internal dan mental spiritual klien dalam upaya untuk kesembuhan diri sendiri. Denagn support keluarga yang sudah begitu baik muncul harapan yang tidak realistis dari klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan seperti penyakit lainnya sehingga muncul ideal diri yang tidak realistis, namun apabila klien mengetahui prognosa penyakitnya maka akan muncul keputusasaan atau mekanisme koping tidak efektif (maladaptif) sehingga perlu dipikirkan saat yang tepat dalam memberikan penjelasan . Perlunya intervensi perawat agar klien dan keluarga menyiapkan diri untuk berproses, meningkatkan kemampuan klien dalam menerima keadaan yang sebenarnya merubah kerangka fikir pasien kearah yang lebih realistis. Hasil evaluasi pada tanggal 12 Pebruari 2010, dari masalah yang muncul dan telah dilakukan intervensi pada keempat diagnosa tersebut setelah dilakukan analisa didapatkan hasil keempat masalah tersebut masih berlanjut. Hal ini karena kondisi klien yang semakin menurun, terutama adalah fungsi organ ginjal yang menurun sehingga produksi urine menjadi negatif, creatinin meningkat sehingga timbul masalah baru yaitu PK shock uremia, dengan dilakukannya intervensi terhadap masalah psikologis diharapkan klien dan keluarga siap dalam menghadapi segala situasi yang dimungkinkan muncul nantinya, walaupun hasilnya belum maksimal dikarenakan kondisi klien yang belum memungkinkan, namun support keluarga sangatlah bagus sehingga sangat membantu klien dalm menghadapi perubahan kondisinya.

V. PENUTUP A. KESIMPULAN Asuhan keperawatan pada kasus terminal pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup (Quality of life) memberikan semangat hidup (Mind body spirit) pasien dalam menghadapi perubahan status kesehatannya, dengan menggunakan mekanisme koping yang konstruktif atau destruktif (adaptif atau maladaptif)

Masalah keperawatan pada Ny K dengan Ca serviks stadium IIIB yang berhubungan dengan aspek psikologis adalah mekanisme koping tidak efektif dan ideal diri kurang realistis. Hasil evaluasi setelah perawat memberikan intervensi terhadap klien masalah masih berlanjut dikarenakan kondisi klien yang semakin memburuk sehingga tidak memungkinkan, namun pada intervensi terhadap peningkatan support keluarga didapatkan respon yang positif sehingga diharapkan klien dan keluarga mampu berproses, merubah kerangka fikir pasien, meningkatkan nilai spiritual pasien, mempunyai semangat hidup (body spirit) dalam menghadapi rahasia dimensi kehidupan dan kematian, sehingga pasien mampu hidup dengan semangat spiritualnya dalam menghadapi perubahan status kesehatannya atau mati dengan tenang

B.

SARAN Model adaptasi Roy dapat digunakan untuk mengidentifikasi adaptasi terhadap perubahan fisik dan psikologis pada pasien ca serviks stadium IIIB (terminal) sehingga dapat diketahui apakah adaptasi yang dilakukan Ny K adaptif atau maladaptif Berkaitan dengan pengkajian yang masih belum bisa diadopsi melalui pendekatan adaptasi Roy maka perawat dapat memodifikasi dengan menggunakan pendekatan model konsep yang lain untuk melengkapi.

DAFTAR PUSTAKABobak (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC. Cuningham.F.G (2006). Obstetri Williams. Jakarta :EGC Carpenito,L.J.(1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 Jakarata : EGC. Dian Indriyani (2007) Diktat kuliah Keperawatan Maternitas. FIKES UNMUH Jember -------------------,(2008) Aplikasi model konsep roy, FIKES UNMUH Jember. Manuaba (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC.