aplikasi model desain

28
APLIKASI MODEL DESAIN PEMBELAJARAN Posted on Juli 11, 2008 | 6 Komentar APLIKASI MODEL DESAIN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Oleh: Wijaya Kusumah I. PENDAHULUAN Setelah selesai mengikuti perkuliahan disain pembelajaran, penulis merasa bersyukur mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana membuat desain pembelajaran dan menerapkan model- model pembelajaran yang ada dan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Namun demikian, penulis merasa sangat kekurangan dalam memahami model-model pembelajaran yang sudah didapatkan secara aplikatif. Perlu waktu dalam mengimplementasikannya di mana penulis mengajar dan berkarya di sekolah. Karena itu dalam makalah ini penulis hanya mengambil contoh model yang paling cocok diterapkan di sekolah saat ini. Pendekatan yang sistematik dan ilmiah disebut desain pembelajaran. Pendekatan ini menurut Twelker (1972) banyak dipengaruhi oleh perkembangan di bidang industri dan militer. Pendekatan ini telah juga berkembang di AS sejak tahun 1950an. Berbagai macam model pengembangan pembelajaran dikembangkan dengan tujuan : 1. mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan 2. memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk pengelolaan pembelajaran 3. memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan anatar asatu dengan yang lainnya Montemerlo dan Tennyson (1976) menyatakan adanya 100 buah model pendekatan sistematik dalam pembelajaran ini. Andrews

Upload: hafiz-elmi

Post on 31-Jul-2015

264 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Model Desain

APLIKASI MODEL DESAIN PEMBELAJARANPosted on Juli 11, 2008 | 6 Komentar

APLIKASI MODEL DESAIN PEMBELAJARANDI SEKOLAHOleh:Wijaya Kusumah

I. PENDAHULUAN

Setelah selesai mengikuti perkuliahan disain pembelajaran, penulis merasa bersyukur mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana membuat desain pembelajaran dan menerapkan model-model pembelajaran yang ada dan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Namun demikian, penulis merasa sangat kekurangan dalam memahami model-model pembelajaran yang sudah didapatkan secara aplikatif. Perlu waktu dalam mengimplementasikannya di mana penulis mengajar dan berkarya di sekolah. Karena itu dalam makalah ini penulis hanya mengambil contoh model yang paling cocok diterapkan di sekolah saat ini. Pendekatan yang sistematik dan ilmiah disebut desain pembelajaran. Pendekatan ini menurut Twelker (1972) banyak dipengaruhi oleh perkembangan di bidang industri dan militer. Pendekatan ini telah juga berkembang di AS sejak tahun 1950an.

Berbagai macam model pengembangan pembelajaran dikembangkan dengan tujuan :

1. mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan

2. memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk pengelolaan pembelajaran

3. memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan anatar asatu dengan yang lainnya

Montemerlo dan Tennyson (1976) menyatakan adanya 100 buah model pendekatan sistematik dalam pembelajaran ini. Andrews dan Goodson (1980) mengkaji 40 buah model lain lagi. Menurut Logan (1982:5) timbulnya model yang banyak ini disebabkan :

1. Para ahli pendidikan menganggap situasi yang dihadapinya khusus, sehingga perlu pendekatan khusus

2. Kurangnya usaha untuk memvalidasikan model sehingga ada keraguan untuk menerapkan model orang lain.

3. Adanya ketidakpercayaan atau persaingan akademik di antara para ahli yang merasa dirinya ahli dalam bidang pengajaran

4. Adanya model-model yang bersifat luwes sehingga bagian-bagiannya dapat diubah atau dikembangkan lebih lanjut yang akan melahirkan model baru.

5. Adanya model-model yang menghendaki latar dan persyaratan khusus.

Model disain pembelajaran yang paling sederhana meliputi empat langkah Hamreus (1970) dan DeCecco (1968), sedangkan model yang paling terperinci adalah model Abedor (1971)

Page 2: Aplikasi Model Desain

yang terdiri dari 60 langkah yang disebut “Maxi Model”. Semua model itu mengandung langkah dasar yang sama, yaitu model umum sibernetik (cybernetics) yang dikemukakan oleh Banathy (1968).

Model dasar itu digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1: Model Sibernetik Dasar

Masukan diolah untuk menghasilkan sesuai keinginan lalu dibandingkan dengan yang diinginkan, bila terdapat perbedaan maka diolah kembali untuk mendapatkan hasil yang sesuai.

Istilah pengembangan dan desain sebenarnya mengandung pengertian yang berbeda. Pengembangan pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas karena meliputi desain pembelajaran. Pengembangan pembelajaran adalah : suatu pendekatan sistematik dalam desain, produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap, meliputi semua komponen system yang tepat dengan suatu pola manajemen untuk menggunakannya; desain pembelajaran merupakan satu tahapan dari pengembangan pembelajaran (AECT, 1986)

Reigeluth (1983) mengatakan bahwa desain pembelajaran merupakan proses yang menentukan metode pembelajaran apa yang terbaik untuk mata pelajaran tertentu bagi siswa tertentu agar mencapai tujuan tertentu.

Model desain pembelajaran1. Model Peningkatan kemampuan Pengajar berfokus pada peningkatan penegatahuan, keterampilan, sensitivitas dan teknik pembelajaran para pengajar, dan bukannya pada subyek yang mereka ajarkan2. Model pembuatan produk pembelajaran berfokus untuk menghasilkan paket pembelajaran, baik untuk kegunaan sendiri maupun untuk penggunaan secara meluas termasuk yang diproduksikan secara komersial3. Model pengembangan system berfokus pada peningkatan system yaitu adanya aktivitas menyeluruh dalam menyusun kurikulum, mata ajaran/mata kuliah, program pengajaran, dan bahan ajaran. Adakalanya pendekatan ini memerlukan perubahan dalam pengelolaan kegiatan belajar dan peranan tenaga pengajar, seperti halnya yang terdapat pada UT.4. Model peningkatan organisasi : kegiatannya meliputi perubahan pada struktur, kebijaksanaan, dan lingkungan organisasi di mana pembelajaran berlangsung. Model ini lazim dilaksanakan di lembaga diklat pada organisasi tertentu.

Karakteristik model1. Model PPSIDikembangkan oleh Badan Pengembang Pendidikan (BPP) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1972.2. Model Rekontruksi kuliahModel ini diciptakan oleh Tjipto Utomo, dan Kees Ruijjter, dan diberi nama “rekontruksi kuliah/kursus” karena ditujukan untuk memperbaiki kuliah yang sudah berjalan di ITB3. Model Briggs dan WagerModel ini khusus dibuat untuk kegunaan seseorang tenaga pengajar untuk keperluannya di kelas.4. Model Gerlach dan Ely

Page 3: Aplikasi Model Desain

Menurut Gerlach dan Ely langkah awal berupa spesifikasi isi dan tujuan merupakan langkah yang simultan dan merupakan kegiatan interaktif.5. Model KempModel ini dapat digunakan pada SD sampai perguruan tinggi6. Model GentryDisain pembelajaran model Gentry dikenal dengan singkatan IPDM (Instructional Project Development and Management) mulai diperkenalkan pada tahun 1994 oleh Castelle G. Gentry.

Dari keenam model di atas, penulis lebih tertarik mengembangkan model gentry, yang menurut hemat penulis cocok diterapkan di tempat penulis mengajar. Munculnya model ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain banyak buku-buku teks tentang disain pembelajaran yang cenderung mengabaikan kekurangan hubungan antara proses-proses disain pembelajaran dengan proses-proses pendukungnya (supporting processes).

Banyak para ahli disain pembelajaran mendiskusikan proses-proses disain pembelajaran seperti contoh kebutuhan penilaian, disain, produksi dan implementasi secara detail, tetapi hanya sebagian kecil mendiskusikan proses-proses pendukung dan diskusi biasanya terbatas pada suatu hal yaitu manajemen.

Sebagai seorang instruktur, project manager, dan konsultan Castelle G. Gentry berulang-ulang mencoba mengkaitkan keterhubungan dan saling ketergantungan dua komponen dari proses itu yaitu manajemen, penanganan informasi, komunikasi, perolehan dan alokasi sumber daya, berbagai hal tentang personil, dan penggunaan dari fasilitas-fasilitas proyek.

Menurut Gentry seharusnya buku-buku teks tentang disain pembelajaran mengajarkan para siswa apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Hal ini didasari pada banyaknya buku tentang disain pembelajaran yang hanya memfokuskan pada what needs to be done dan hanya sebagian kecil yang memfokuskan pada how something is done.

Banyak ditemukan guru/instruktur menggunakan metode pengajaran tradisional dimana dalam waktu yang relatif sedikit, mereka secara efektif mengajarkan semua teknik penting untuk penentuan proses suatu model disain pembelajaran. Disisi lain tersedia banyak waktu untuk memperkenalakan disain pembelajaran untuk mengajarkan proses-proses esensial dan teknik-teknik mereka.

Faktor lain yang mendasari munculnya model Gentri yaitu adanya jumlah yang signifikan dari para siswa yang mengambil kursus pengenalan disain pembelajaran yang lengkap tidak akan perlu lagi mengambil kursus-kursus disain pembelajaran tambahan.

Selain hal-hal di atas Gentry juga menyampaikan bahwa hanya usaha minimal yang diperlukan dari para instruktur dan pengembang pembelajaran untuk menghubungkan proses-proses disain pembelajaran umum, proses-proses pendukung, dan teknik-teknik untuk model disain pembelajaran lain yang mereka mungkin disukai.

II. PEMBAHASAN

Disain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat

Page 4: Aplikasi Model Desain

dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.

Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran.

Tujuan dari disain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).Disain pembelajaran model Gentry (IPDM Model) secara skematis dapat digambarkan di bawah ini:

Gambar 1: Disain Pembelajaran model IPDM (Gentry, 1994)

Dari gambar di atas model Gentry terdiri dari dua kelompok/ komponen utama yaitu Development Component dan Supporting . Kedua komponen tersebut dihubungkan oleh adanya komunikasi.

A. Komponen PengembanganKomponen pengembangan terdiri dari 8 komponen yaitu: Need analysis, Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation, Operation, dan Evaluation

1. Analisis kebutuhan (Need analysis)Proses menetapkan validitas dari kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan untuk keberadaan atau instruksi yang diusulkan, dan menentukan priorotas-prioritas dari semuanya. Terdapat tujuh tahap untuk menentukan analisis kebutuhan, yaitu:a. Identifikasi masalah: mengumpulkan data untuk menentukan permasalahan-permasalahan atau ketidakcocokan dalam suatu target proses atau produk sistem instruksional.b. Validasi/mengesahkan masalah: menentukan apakah masalah-masalah yang diedentifikasi adalah masalah yang ril atau hanya merupakan gejala dari sebuah permasalahan.c. Merumuskan kebutuhan: menterjemahkan permasalahan kedalam statemen kebutuhand. Merumuskan tujuan: menterjemahkan kebutuhan kedalam statemen tujuane. Menyelaraskan tujuan yang sekatrang dengan tujuan yang baru: mengkombinasikan tujuan-tujuan yang baru dengan suatu program tujuan saat ini dalam suatu daftar.f. Validasi tujuan-tujuan yang diselaraskan tadig. Memprioritaskan tujuan: sudahkah individu atau kelompok sesuai urutan tujuan ditetapkan dalam hal arti penting merekaHasil dari bebeapa model analisis kebutuhan yaitu suatu set tujuan-tujuan yang diprioritaskan atau mungkin lebih baik jika disebut ”goal analysis” atau ”goal setting”.

2. Adopsi (Adoption)Proses menetapkan dukungan dari suatu inovasi oleh para pembuat keputusan, penentu kebijakan, dan hal-hal lain yang dipengaruhi serta memperoleh komitmen sumber daya. Proses adopsi meliputi:a. Membantu klien-klien dan/atau sistem klien di dalam ”unfreezing” (proses dari klien-klien yang diseleksi, menjadi sadar akan permasalahan dan menjadi berkeinginan mempertimbangkan solusi-solusi potensial)

Page 5: Aplikasi Model Desain

b. Membantu klien-klien dalam ”appraising” diusulkan perubahan (proses dari klien menaksir ketepatan dari satu solusi, atau dari perubahan, untuk masalah intruksional mereka, dan membandingkan hal itu untuk solusi-solusi potensial yang lain).c. Membantu klien-klien dalam ” trying out” change (proses menuntun perubahan dari klien atau beberapa subset dari mereka, di dalam sistem mereka).d. Membantu klien-klien dalam membuat keputusan ”accept/reject” (proses dari klien untuk membuat keputusan lanjut atau tidak tentang suatu inovasi, berdasarkan data percobaan tersebut)e. Membantu dalam ”refreezing” pada sistem klien (proses tentang kestabilan sistem target sampai klien-klien dengan sukses mengintegrasikan perubahan atau perubahan-perubahan)

3. Disain (design)Proses menentukan dan menetapkan tujuan, strategi, teknik-teknik, dan media untuk memenuhi tujuan instruksional. Langkah-langkah disain instruksional sebagai berikut:a. Mengumpulkan data target audiens (untuk menentukan karakteristik, sehingga instruksi tersebut dapat dikhususkan pada audien yang spesifik).b. Memperoleh sasaran pelaksanaan dari tujuan yang ditetapkan (untuk menyediakan bimbingan yang tepat di dalam memilih dan mengatur elemen-elemen yang terdapat dalam disain pembelajran)c. Kategorisasi tujuan pelaksanaan, dan menuliskan beberapa tujuan/sasaran tambahan (untuk memastikan bahwa semua domain yang diinginkan dan tingkat sasaran tujuan tergambarkan dalam disain seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor, serta level masing-masing).d. Mendapatkan persetujuan ketepatan dari tujuan pelaksanaan (sebagian untuk mendapatkan dukungan untuk instuksi yang diusulkan, tetapi juga memperoleh keuntungan pengetahuan relatif klien bagi tujuan dan isi dari instruksi tersebut).e. Menetapkan hirarki tingkah laku dari tujuan pelaksnaan (untuk memastikan bahwa pembelajaran prerekuisit ditempatkan sebelum pembelajaran berikutnya.f. Menulis butir-butir (item) tes dari masing-masing tujuan pelaksanaan (untuk memastikan bahwa tes difokuskan pada tujuan yang spesifik dari isi, stategi, atau media).g. Melengkapi analisis tugas (task analysis), yang dibantu oleh satu set tujuan pelaksanaan (hal ini selanjutnya tujuan di ” break down” ke dalam hal-hal yang spesifik yang dilakukan oleh seorang pemelajar untuk menunjukan kompetensi)h. Mengidentifikasi dua atau lebih strategi yang sesuai dengan tujuan instruksional (untuk membantu memilih strategi terbaik yang dipakai dan/atau strategi yang paling praktis).i. Mengidentifikasi alternatif media cetak atau non cetak yang dapat digunakan untuk menampilkan instruksi (pastikan bahwa isi dan media yang dipilih sesuai dengan tujuan dan strategi)j. Membandingkan strategi dan media alternatif dari segi keefektifan biaya (masing-masing dipertimbangkan secara bijaksana disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya klien)k. Menuliskan spesifikasi strategi dan media pembelajaran 9untuk membantu personil dalam memperoleh dan atau memproduksi elemen-elemen instruksional yang dibutuhkan).

4. Produksi (Production)Proses membangun/mengkonstruksi elemen-elemen dari suatu proyek, seperti yang dikhususkan dalam suatu disain atau didasarkan pada suatu data revisi. Prose produksi meliputi:a. Memperoleh spesifikasi disain untuk instruksionalb. Melengkapi struktur uraian pekerjaan untuk proyek produksic. Memecah struktur uraian pekerjaan yang terlalu luas ke dalam sub-sub proyek supaya tepat/pantas

Page 6: Aplikasi Model Desain

d. Menghitung biaya produksi dari sub-sub proyeke. Menyesuaikan biaya produksi sub-sub proyek dengan pilihan dan batasan-batasan manajemen.f. Menetapkan sub-sub proyek (seperti individu-individu yang terlibat, spesialis produksi, dan atau tim produksi)g. Menejer sub proyek langsung menentukan personil untuk melengkapi elemen-elemen produksih. Mengirimkan elemen-elemen produksi kepada tim prototipei. Menggunakan dan merevisi spesifikasi disain yang diterima dari tim prototipe untuk modifikasi material instruksionalj. Mengirim master elemen produksi final (akhir) ke tim prototipe.

5. Membuat prototip (Prototyping)Proses perakitan, uji coba percontohan, mengesahkan, validasi dan menyelesaikan satu unit instruksional. Proses pembuatan prototipe secara garis besar meliputi:a. Menganalisis tugas pembuiatan prototipe secara spesifikb. Merakit elemen-elemen prototipec. Mengevaluasi prototipe secara formatifd. Mengkombinasi, mengurutkan dan merevisi elemen-elemen tese. Mengevaluasi prototipe secara sumatiff. Membuat perbaikan

6. Instalasi (Installation)Proses menetapkan kondisi-kondisi yang perlu untuk operasi efektif dari suatu proses atau produk instruksional baru. Proses ini memuat keputusan pembuat kebijakan, mengidentifikasi dan meyakinkan hal-hal lain yang dipengaruhi, menetapkan suatu struktur dasar, komitmen terhadap sumber daya, mengidentifikasi personil pengiriman instruksional, pelatihan instruksional personil, memelihara kepatutan fasilitas untuk pengiriman produk, dan dukungan klien staff setelah implementasi.

7. Operasi (Operation)Proses yang secara efektif memelihara aplikasi berkelanjutan dari suatu produk atau prosedur instruksional, setelah instalasi. Proses operasi ini meliputi beberapahal, yaitu: monitoring unit instruksional, memelihara unit-unit instruksional, memeliharatingkat kepantasan sumber daya, pelatihan penempatan personel, dan mengintegrasikan unit-unit instruksional ke dalam sistem.

8. Evaluasi (Evaluation)Proses mengumpulkan dan menganalisis data dan pemberian nilai pada suatu unit instruksional yang sedang berlangsung, untuk dapat mengambil keputusan berupa pemeliharaan, perbaikan/revisi, dan atau mengeliminasi suatu bagian-bagian tertentu. Proses evaluasi meliputi: identifikasi target evaluasi, memelihara kesepakatan untuk penilaian, mengorganisasi datya hasil evalusi, menindaklanjuti hasil evaluasi, dan melaporkan hasil dan kesimpulan dari evaluasi tersebut.

B. Komponen-komponen Pendukung (Supporting Component)Komponen pendukung terdiri dari lima komponen yaitu: Management, Information handling, Resource acquisition & allocation, Personnelm dan Facilities.

Page 7: Aplikasi Model Desain

1. Manajemen (Management)Proses mengendalikan/mengontrol, mengkoordinasikan, mengintegrasikan, dan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses manajemen mencakup: menganalisis, membiayai, dan penawaran proyek; menentukan perolehan dan alokasi sumber daya, membentuk tim proyek disain pembelajaran, memotivasi personal, menangani pertemuan para staf, menagani proyek informasi, mengkomunikasi informasi, monitoring, menyiapkan uraian kerja proyek, mengevaluasi proses dan produk proyek, mengembangkan kemungkinan rencana, dan menutup suatu proyek.

2. Penanganan informasi (Information Handling)Proses memilih, mengumpulkan, mengorganisir, menyetorkan, mendapat kembali, mendistribusikan, dan menilai informasi yang diperlukan oleh satu proyek disain pembelajaran. Penanganan informasi meliputi: memilih dan menentukan spesifikasi informasi, menjaga/mengembangkan informasi, mengorganisasi informasi, memelihara informasi, menyampaian/menstransmisi informasi, dan menilai pengaruh dari informasi tersebut.

3. Perolehan dan Alokasi Sumber Daya (Resource Acquisition and Allocation)Proses ini meliputi: penentuan kebutuhan sumber daya, menyusun anggaran, mengalokasikan sumber dana, pendekatan sumber dana, prioritas sumber dana, strukturisasi proposal untuk sumber daya yang pasti, modifikasi proposal, alokasi sumber daya, dan menutup suatu proyek.

4. Personil (Personnel)Proses penentuan persyaratan susunan kepegawaian, pencarian/rekrutmen personal, pelatihan pekerja, evaluasi efektivitas dan efisiensi on the job, memotivasi pekerja untuk mencapai standar proyek, konseling dan teguran terhadap pekerja yang memiliki perilaku yang kurang pantas dan pemecatan personil.

5. Fasilitas-fasilitas (Facilities)Proses untuk mengorganisir dan merenovasi ruang/space untuk disain, implementasi, dan uji coba elemen-elemen instruksional. Hal ini meliputi: penentuan tipe dan kondisi ruang yang dibutuhkan, faktor-faktor umum yang mempengaruhi ruang, penilaian fasilitas-fasilitas yang ada, spesifikasi modifikasi fasiliitas, pembiayaan modifikasi fasilitas, dan implementasi modifikasi fasilitas.

Berdasarkan bagan dan uraian setiap komponen dalam model Gentry di atas, dapat dianalisis bahwa model Gentry merupakan Model Pendekatan Sistem yang terdiri dari dua kelompok yaitu komponen pengembangan (development component) yang terdiri delapan komponen yaitu analisis kebutuhan, adopsi, disain, produksi, prototipe, instalasi, operasi, dan evaluasi dan kelompok yang kedua yaitu komponen pendukung (supporting component) yang terdiri dari lima komponen (manajemen, penangan informasi, pembiayaan/alokasi sumber daya, personil, dan fasilitas).Menurut Gentry (1994) adanya perubahan pada satu komponen akan mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain.Hubungan antara komponen pendukung dengan komponen pengembang dapat terjadi jika ada komponen komunikasi. Gentry (1994) menjelaskan model komunikasi dari Shannon & Weaver yang mencakup lima elemen komunikasi, yaitu :a. Information Source adalah yang memproduksi pesanb. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal

Page 8: Aplikasi Model Desain

c. Channel adalah saluran pesand. Receiver adalah pihak yang menguraikan/mengkonstruksikan pesan dari sinyale. Destination adalah dimana pesan sampaiGentry tidak memasukkan elemen ke enam dari komunikasi yaitu Noise yang merupakan segala macam gangguan yang mempengaruhi pesan sehingga menyebabkan sinyal yang berbeda dari yang dikirimkan (sifatnya disfungsional).Proses komunikasi dalam proyek pengembangan instruksional dapat berlangsung secara efektif jika dilakukan beberapa hal, yaitu:

Mengidentifikasi pengirim dan penerima informasi Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik yang positif

maupun negatif Menentukan makna/arti pesan yang dikomunikasikan Adanya feedback pada komunikasi individual Menetapkan kebijakan dan aturan komunikasi dengan individu atau kelompok,

internal dan eksternal dari proyek tersebut Formalisasi prosedur untuk sistem komunikasi

Sistem komunikasi pada proyek disain pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting, karena komunikasi memiliki arti sentral dimana manajemen mengontrol aktivitas-aktivitas suatu proyek. Menurut Severin dan Tankard (1988) jaringan komunikasi harus dipertahankan dan dipelihara jika suatu kelompok ingin tetap berfungsi.Komunikasi dalam disain pembelajaran model Gentry memegang peranan yang penting karena akan menjembatani komponen pengembangan dan komponen pendukung. Masing-masing komponen mempengaruhi komponen yang lainnya.Masing-masing komponen di dalam IPDM sengaja mempunyai satu bentuk melingkar, hal ini menekankan bahwa model ini bukan linear. Tanda panah-panah antara komponen-komponen merepresentasikan bagaimana masing-masing komponen berbagi informasi dengan satu sama lain dalam mengirimkan dan menerima informasi.

Kelebihan dan Kekurangan Disain Pembelajaran Model GentryBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christian Fowler (1996) dan kajian pustaka model Gentry memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain:

Kelebihan:1. merupakan model disain pembelajaran yang efisien dan komprehensif2. dapat digunakan untuk pengembangan sistem3. fleksibel, karena bisa dimulai dari komponen yang mana saya4. dapat diterapkan di kelas, kursus, pelatihan, maupun organisasi atau perusahaan

Kekurangan:1. keberhasilan pelaksanaannya sangat tergantung pada komponen pendukung2. Jika salah satu komponen dalam sistem mengalami hambatan akan sangat mempengaruhi komponen lain dan hasil secara keseluruhan3. aplikasi model ini cukup berat karena banyak mengandung komponen

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 9: Aplikasi Model Desain

Disain pembelajaran model Gentry yang dikenal dengan Instructional Project Development Management (IPDM) merupakan salah satu disain pembelajaran Model Pendekatan Sistem yang saat ini cocok untuk diterapkan di sekolah.Model Gentry terdiri dari dua kelompok/komponen utama yaitu komponen pengembangan (Development Component) dan komponen pendukung (Supporting Component) yang dihubungkan oleh komunikasi.Development Component terdiri dari delapan komponen yaitu: Need analysis, Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation, Operation, dan Evaluation, sedangkan Supporting Component terdiri dari lima komponen yaitu: Management, Information handling, Resource acquisition & allocation, Personnelm dan Facilities.Keberhasilan komponen pengembagan sangat dipengaruhi oleh komponen pendukung dan juga komponen pendukung dipengaruhi oleh komponen pengembangan.Sebagai suatu model disain pembelajaran tentunya model Gentry sama halnya dengan model-model yang lain memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari situasi dan kondisi implementasi model tersebut. Karena itu, tidak ada model yang terbaik. Semua model baik tergantung bagaimana kita mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Implementasi disain pembelajaran model Gentry memerlukan dukungan berbagai faktor, oleh karena itu jika model ini akan diterapkan dukungan dana, pengambil kebijakan, kualitas sumber daya materil dan manusia, penguasaan informasi mutlak diperlukan.Persamaan dari setiap model yang ada dapat digolongkan kedalam tiga kegiatan pokok, yang mana para pengelola di bidang pendidikan harus dapat melakukan kegiatan :

1. Menentukan masalah dalam pembelajaran dan mengorganisasikan alat untuk memecahkan masalah tersebut

2. Menganalisa dan mengembangkan pemecahan masalah3. Mengevaluasi pemecahan masalah tersebut.

Semua kegiatan tersebut dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan. Adanya sistem umpan balik memungkinkan adanya perbaikan (revisi) sistem instruksional selama dikembangkan. Karena tidak ada satu pun model yaang terbaik, semua sesuai dengan kondisi tertentu.

DAFTAR ACUAN

Gentry, C. G. 1994. I ntroduction to instructional development: Process and technique . Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company

Morrison, Gary R., Steven M. Ross, and Jerrold E. Kemp.2007. Designing Effective Instruction 5th edition. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Smith, P. L. & Ragan, T. J. .1993. I nstructional desig n . New York: Macmillan Publishing Company.

Fowler, Christian. 1996. Synthesis Fundamentals Seminar:Testing the nstructional Project Development and Management (IPDM) Model byMajor paper submitted to the Faculty of the VI.

Page 10: Aplikasi Model Desain

DESAIN PEMBELAJARANDESAIN PEMBELAJARAN

Agar dapat mengajar dengan baik seorang instruktur memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan membelajarkan. Kesuksesan ini tentunya tidak bisa didapat dengan sendirinya, melainkan dengan mempelajari keahlian sampingan atau disebut sebut sebagai teaching performance.

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajarang yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.Model desain pembelajaran yang ada dikelompokkan berdasarkan; tampilan visual (skema, diagram), penjabaran komponen di dalamnya, dan manfaat yang terkandung dalam model tersebut. Contoh dari perbedaan model desain pembelajaran ini misalnya adalah ketika Dick & Carey secara skema, menerapkan model yang prosedural, sedangkan Kemp, et.al. menerapkan model melingkar ( circular).

Komponen dasar dari desain pembelajaran adalah:• Pebelajar ( pihak yang menjadi fokus ) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.• Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus ) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pebelajar.• Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari• Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro = dalam kurun satu tahun atau mikro = dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.• Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pebelajar• Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.

Dalam disain pembelajaran dikenal beberapa disain pembelajaran diantaranya adalah:Model berbasis sistem, mengembangkan teori sistem atau pendekatan sistem dalam pelaksanaannya.Memiliki ciri:• Jumlah komponen relatif banyak• Seringkali diawali dengan analisis kebutuhan• Memisahkan penilaian proses belajar dan penilaian terhadap program belajar• Merupakan prosedur pengembangan, karena adanya alur feedback dan komponen revisi

Contoh: Model Rothwel & Kazanas (1994)Model materi ajar atau pengetahuan ( content based ), menitikberatkan bagaimana suatu topik

Page 11: Aplikasi Model Desain

yang menjadi bagian dari suatu materi atau mata ajaran disampaikan kepada pebelajar.Memiliki ciri:• Komponen yang ada tidak banyak dan cenderung tidak lengkap• Strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara menjelaskan atau menyajikan materi di kelas.• Kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif• Lingkupnya sempit• Tidak mencerminkan upaya pebelajar untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai

Contoh:Merril yang disunting Reigluth ( 1983 ) Desain pembelajaran CDT ( Component Display Theory)

Model Produk, ditandai dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk memproduksi suatu bahan ajar. Memiliki Ciri:• Memiliki beberapa tahapan, yakni; tahap perancanaan (rumusan tujuan dan analisis kebutuhan), tahap pengembangan (pengembangan topik, penyusunan draft, produksi prototipe ), tahap penilaian ( ujicoba prototipe produk dan perbaikannya)• Terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu• Model dan cara kerja relatif sederhana• Tidak ada kejelasan secara langsung tentang pelaksanaan KBM• Model Kegiatan belajar mengajar (Classroom oriented), memandu seorang instruktur bagaimana mengelola atau menciptakan interaksi belajar mengajar yang tepat. Memiliki ciri:• Relatif lebih banyak komponennya• Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya• Sangat memperhatikan pebelajar• Mengisyaratkan ada aspek pengelolaan kelas• Menyiratkan peran guru dalam menyampaikan materi• Dapat diterapkan oleh instruktur sendiri tanpa tim khusus.• Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentuSelain model desain pembelajaran yang dijabarkan di atas, terdapat pula suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM), yakni model ASSURE, yang merupakan:• Analyze Learner ( menganalisa pebelajar )• State Objective (merumuskan tujuan pembelajaran atau kompetensi)• Select Method, media, and materials ( memilih metode, media dan bahan ajar)• Utilize media and materials ( menggunakan media dan bahan ajar)• Require Learner participacion (mengembangkan peran serta pebelajar)• Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki)

Desain pembelajaran merupakan bagian integral dari kinerja mengajar seorang instruktur.Untuk mendukung desain yang tepat seorang instruktur diharapkan mengenali sifat dan kategori keilmuan yang dibinanya.

Category: Blogroll You can leave a comment or trackback from your own site.

3 Responses to “DESAIN PEMBELAJARAN”

Page 12: Aplikasi Model Desain

http://wijayalabs.com/2008/06/23/desain-pembelajaran-2/

APA PERBEDAANNYA : MODEL, METODE, STRATEGI, PENDEKATAN DAN TEKNIK PEMBELAJARAN

17 Maret 2012 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Page 13: Aplikasi Model Desain

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu

 model pembelajaran. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

H. Agus Maimun. Dosen UIN Malang menulis  Teori pembelajaran adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran yang telah diuji kebenarannya melalui pendekatan ilmiah (behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, perilaku sosial/social behavior).

Disain pembelajaran adalah upaya untuk merencanakan dan menyusun, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran secara sistematis.

Pendekatan pembelajaran adalah muatan-muatan etis-paedagogis yang menyertai  kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual, Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman.

Strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Contoh  : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.

Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil belajar yang berbeda dalam kondisi yang berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan ( Ceramah, tanya jawab, diskusi, dll ).

Model pembelajaran kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (dick & carey, weils, benety, dll)

Kesimpulan.

Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode

Page 14: Aplikasi Model Desain

pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran  adalah  pembungkus proses pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh  : model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana strategi  pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-penemuan

Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Sumber:

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

S. Nasution.Prof. Dr. M.A, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, Jakarta.

Syaiful Sagala,H. DR. M.Pd, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit ALFABETA, Bandung.

Suyatno, www. Klub guru. Com.

Page 15: Aplikasi Model Desain

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zainal Aqib Elham Rohmanto,2006, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah,Bandung, Yrama Widya, Bandung.

………………………, 2008, Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/).

http://herdy07.wordpress.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-model-metode-strategi-pendekatan-dan-teknik-pembelajaran/

Apa sumber belajar itu?

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

B. Apa fungsi sumber belajar?

Sumber belajar memiliki fungsi :

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

Page 16: Aplikasi Model Desain

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa

C. Ada berapa jenis sumber belajar?

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

D. Apa kriteria memilih sumber belajar?

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

E. Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.

Page 17: Aplikasi Model Desain

Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.

Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.

F. Bagaimana prosedur merancang sumber belajar?

Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:

G. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar?

Page 18: Aplikasi Model Desain

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.

Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-paket hemat untuk berinternet yang disediakan para provider?

Sumber:

Adaptasi dari : Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/

Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten TegalJuniya Ip Any, 1102407009 (2011) Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Under Graduates thesis, Universitas Negeri semarang.

PDF (Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal) - Published Version Download (171Kb)

Page 19: Aplikasi Model Desain

Abstract

Any, Juniya Ip. 2011. Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Skripsi, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Wardi, M.Pd, Pembimbing II : Drs. Daniel Purnomo, M.Si, 127 halaman. Kata Kunci: Pemanfaatan, Sumber Belajar, Pembelajaran Pemanfaatan sumber belajar dalam pembelajaran sangat membantu dalam mencapai tujuan proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar tersebut sangat berpengaruh untuk menunjang proses belajar mengajar. Kurang beragamnya pemanfaatan jenis-jenis sumber belajar sebagai sarana pembelajaran membuat peneliti terinspirasi melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana jenis sumber belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran, upaya guru memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran dan keefektifan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan, bagaimana upaya guru memaksimalkan, serta bagaiamana keefektifan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Data penelitian ini akan diuji dengan teknik analisis deskriptif menggunakan metode kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar pemanfaatan jenis sumber belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran, upaya guru memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran serta keefektifan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal adalah pemanfaatan sumber belajar pesan sebanyak 18%, pemanfaatan sumber belajar manusia 17%, pemanfaatan sumber belajar bahan 14%, pemanfaatan sumber belajar alat 21%, pemanfaatan sumber belajar berupa metode 16%, dan pemanfaatan sumber belajar lingkungan sebanyak 14 %. Upaya memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran sebesar 51% dengan kategori cukup baik serta Keefektifan pemanfaatan sumber belajar di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal 48 % dengan kategori kurang baik. Untuk perbaikan dan penelitian selanjutnya, saran yang dapat diberikan adalah diperlukan adanya pelatihan terhadap pendidik bagaimana cara mengembangkan serta memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar dan Guru mampu memaksimalkan lagi pemanfaatan sumber belajar dengan baik serta lebih mengefektifkan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran.

Item Type: Thesis (Under Graduates)

http://lib.unnes.ac.id/7091/