model desain pembelajaran - umsurabaya

120

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya
Page 2: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN MORAL

BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Penulis

Dra. Badruli Martati, SH, MA., M.Pd

Page 3: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

ii

Model Desain Pembelajaran

Pengembangan Moral Berbasis Kearifan

Lokal

Penulis:

Badruli Martati

Editor:

Shoffan Shoffa

Desain Sampul dan Layout:

Sandha Soemantri

Penerbit:

Mavendra Pers

Alamat Redaksi:

Jl. Sutorejo no.59, Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur

Hp. 082141201983

Email: [email protected]

Cetakan I, Agustus 2019

Ukuran 18,2 x 25,7 cm

IV + 119 halaman

ISBN: 978-623-90948-3-6

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya

tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotocopy,

tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyantumkan

sumbernya.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2012, Tentang Hak Cipta Ketentuan

pidana, pasal 72 ayat (1), (2) dan (6).

Page 4: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

iii

Kata Pengantar

Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep

pendidikannya, artinya tempat bermain: teduh, tenang, dan

menyenangkan. Anak-anak gembira berada di taman dan dengan senang

hati menghabiskan waktu di taman. Faktanya, masih banyak guru yang

belum benar-benar berkompeten untuk mengajar dan mendidik, belum

dapat menciptakan “taman” sehingga siswa dapat belajar dengan senang

dalam proses kegembiraan.

Untuk menyiptakan suasana belajar yang menyenangkan diperlukan

model pembelajaran. Model pembelajaran terbaik adalah model yang

dikembangkan atas dasar teori belajar, teori pembelajaran, teori

komunikasi dan teori lain yang sesuai serta terbukti menghasilkan sistem

instruksional yang efektif dan efisien dalam memfasilitasi proses dan hasil

belajar atau meningkatkan kinerja peserta didik. Namun sesungguhnya

tidak ada model pembelajaran terbaik, semua memiliki kelebihan dan

kekurangan. Sehingga diperlukan kemampuan guru dalam memilih model

yang tepat sesuai dengan tujuan, materi atau pun sumber belajar juga

karakteristik siswa.

Karakteristik siswa yang beragam membutuhkan pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena pendidikan adalah satu-satunya

cara mendongkrak kualitas manusia Indonesia, maka pendidikan nasional

harus dikembangkan terus-menerus tanpa mengenal waktu. Pembangunan

pendidikan harus dikembangkan progresif dan mengarah pada dua target

utama, yakni moral dan keilmuan. Setiap jenjang pendidikan harus

memberikan ruang kepada peserta didik agar leluasa bereksperimen dan

mengekspresikan diri. Thomas Lickona (1992) menekankan pentingnya

tiga komponen karakter yang baik yaitu pengetahuan moral, perasaan

Page 5: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

iv

tentang moral dan perbuatan bermoral. Terkait dengan pentingnya

kearifan lokal yang perlu dikembangkan pada anak, menurut Keraf (2006)

merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan

serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam

kehidupan di dalam komunitas ekologis.

Buku monograf ini merupakan hasil penelitian dengan metode

berdasarkan konsep R&D, oleh karena R&D adalah research yang

terencana, sistematis dan terukur bertujuan untuk menciptkan kebaruan

atau inovasi dalam segala bidang. Inovasi ini bisa berupa inovasi produk,

model, prosedur, desain, cara kerja, dan strategi. Dalam penelitian ini

konsep R&D digunakan sebagai cara menciptakan model pembelajaran

dalam rangka pengembangan moral anak usia dini yang berorientasi masa

depan, tepat guna, siap pakai dan dapat terus dikembangkan.

Pengembangan model desain pembelajaran yang dilaksanakan

dalam penelitian ini berdasarkan disain instruksional yang dikembangkan

oleh Dick, Carey and Carey, yaitu The Systematic Design of Instruction.

Subjek penelitian adalah mahasiswa PG PAUD, siswa anak usia dini.

Pengumpulan dan analisis data: survey, FGD, kuasi-eksperimen (pre-post

test group only) untuk menguji keefektifan model, metode & media

pembelajaran. Data dianalisis dengan statistik inferensial uji beda. Target

Indikator Keberhasilan: a) Bahan Ajar Pengembangan Moral Anak

berbasis kearifan lokal; b) Metode yang dikemas dalam modul, c) Media

pembelajaran berbasis kearifan lokal. Luaran Penelitian: a) Model

pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal; b) Penyebaran model

melalui buku, CD, buku saku/pintar, dan leaflet; c) Publikasi Jurnal

ilmiah (tahun I), d) Buku Ajar/ Buku Teks (tahun II).

Page 6: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

v

Penulis memahami ketidaksempurnaan dalam penyusunan buku

monograf ini. Oleh karena itu, besar harapan kami kepada pembaca untuk

memberikan saran yang membangun agar menjadi lebih baik dan

bermanfaat. Semoga buku monograf ini dapat memberikan manfaat

positif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan

pembelajaran, khususnya pendidikan nilai di sekolah.

Surabaya, 19 Juni 2019

Penulis

Page 7: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

vi

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah,

kekuatan, rahman dan rahim, serta kesehatan sehingga dapat terselesaikan

buku monograf sebagai tindak lanjut dari laporan akhir penelitian hibah

bersaing ini. Buku monograf yang berjudul “Model Desain Pembelajaran

Pengembangan Moral Anak Berbasis Kearifan Lokal” merupakan hasil

bantuan baik secara material maupun moril dari berbagai pihak yang tidak

mungkin kami sebutkan satu persatu. Namun demikian merupakan sebuah

kehormatan jika kami diperkenankan menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA., Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa

Timur atas fasilitas dan khususnya pembiayaan dalam penelitian hibah

bersaing ini.

2. Dr. Sukadiono, MM.., Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya,

yang telah memberikan petunjuk serta memotivasi peneliti untuk

menyusun proposal dan melaksanakan penelitian.

3. Dr. M. Ridlwan, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, yang telah memotivasi dan memberikan referensi

mengenai penelitian di bidang pendidikan.

4. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas RI yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam Program Hibah

Penelitian Hibah Bersaing (HIBER) sehingga dapat mengembangkan

potensi diri dalam penelitian.

5. Teman sejawat dan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UMSurabaya dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang

Page 8: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

vii

memberikan waktu dalam membantu kelancaran kegiatan penelitian

ini.

6. Seluruh mahasiswa yang sangat bersemangat, terima kasih atas

dukungannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

7. Keluarga tercinta yang menjadi spirit dalam menempuh kehidupan ini.

Penulis menyadari bahwa buku monograf ini masih jauh dari

sempurna, karena itu, saran, kritik, tanggapan, komentar-komentar dari

segenap pembaca sangat diharapkan, serta bimbingan dari pakar sangat

penulis harapkan, demi perbaikan yang akan digunakan untuk refensi

penulisan laporan akhir.

Surabaya, Juni 2019

Penulis

Page 9: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

viii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................. i

Ucapan terima kasih ........................................................................ iv

Daftar Isi .......................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian ............................................................ 2

1.3. Luaran Penelitian ............................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 4

2.1. Studi Penelitian Terdahulu .............................................. 4

2.2. Model Desain Pembelajaran ........................................... 6

2.3. Pengembangan Moral Anak ........................................... 9

2.4. Kearifan Lokal ................................................................ 14

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................... 17

3.1. Tujuan Penelitian ........................................................... 17

3.2. Manfaat Penelitian ......................................................... 17

3.3. Luaran Penelitian ........................................................... 18

BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................. 20

4.1. Model pengembangan desain pembelajaran .................. 20

4.2. Prosedur pengembangan penelitian .................................... 20

4.3. Kegiatan Penelitian (2 tahun) ............................................ 21

4.4. Prosedur Pengembangan Penelitian Tahun I dan II ...... 22

4.5. Subjek penelitian ............................................................ 24

4.6. Lokasi penelitian ............................................................ 24

4.7. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian ..... 25

4.8. Target Indikator Keberhasilan ....................................... 28

Page 10: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

ix

4.9. Teknik Analisis Data ...................................................... 28

4.10 Analisis data dosen mengelola pembelajaran di kelas .. 31

4.11 Analisis data aktivitas mahasiswa ................................. 31

4.12 Data respon mahasiswa ................................................. 33

BAB V. HASIL YANG DICAPAI.................................................. 25

5.1 Deskripsi Proses dan Hasil Pengembangan Perangkat

Pembelajaran .................................................................... 35

5.2 Proses Pengembangan The Systematc Design of Informatio 36

5.3 Tahap Dick & Carey yang akan dilakukan pada tahun ke-2 100

5.4 Modifikasi Dick, Carey & Carey Design Model ............. 100

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 106

6.1. Kesimpulan ......................... .......................................... 106

6.2. Saran .............................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 110

LAMPIRAN .................................................................................... 112

Page 11: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

x

Page 12: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan

menyatakan, “ Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan

istilah “Taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah

tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Anak-anak

senantiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati

menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti

sebuah taman. Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses

kegembiraan. Ketika lonceng sekolah berbunyi semestinya sebuah tanda

dimulainya kegembiraan. Lalu ketika lonceng pulang berbunyi anak-anak

akan enggan untuk pulang karena ia tak ingin kesenangannya

berhenti. Pertanyaannya, bagaiman seorang guru dapat menciptakan

sekolah sebagai taman yang menyenangkan tersebut.

(http://www.kemdiknas.go.id)

Faktanya dilapangan, masih banyak guru yang belum benar-benar

berkompeten untuk mengajar dan mendidik. Belum banyak guru yang

menciptakan “taman” sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang

dalam proses kegembiraan. Secara profesional pun guru masih memiliki

kelemahan dalam dalam penalaran dan pemahaman akan makna

pembelajaran sebagai sebuah taman yang memberikan kesenangan dan

membuat peserta didiik enggan pulang ke rumah.

Salah satu bukti guru dan adalah dalam proses Pendidikan dan

Pelatihan Profesi Guru (PLPG) lebih dari seribu guru dinyatakan tidak

lulus. Beberapa sebab ketidaklulusan tersebut dikarenakan, masih

Page 13: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

2

“lemah” di bidang penalaran dan pemahaman. Padahal soal tulis yang

dibuat essay terstuktur, materinya mengacu pada kurikulum, silabus,

dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Termasuk materi

pedagogik dan kompetensi profesional. (Jawa Pos, 25 April 2014).

Berpijak dari konsep Ki Hajar Dewantoro dan adanya fakta guru

yang masih lemah dalam penalaran dan pemahaman, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran pengembangan

moral anak bagi mahasiswa pendidikan guru, khususnya mahasiswa

pendidikan anak usia dini. Diharapkan mahasiswa calon guru dan

entrepreneur di bidang pendidikan anak usia dini, dapat memiliki

pemahaman dan penalaran yang baik dalam melakukan pengembangan

moral anak dengan menggunakan lingkungan alam sebagai media

pembelajaran berbasis kearifan lokal, dalam rangka mendukung Indonesia

Emas 2030.

1.2. Tujuan Penelitian

Model desain pembelajaran pengembangan moral anak berbasis

kearifan lokal bertujuan:

a. Mengembangkan model pembelajaran pengembangan moral anak

bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini dengan

menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran berbasis

kearifan lokal.

b. Mengembangkan perangkat pembelajaran pengembangan moral anak

bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini berbasis

kearifan lokal, meliputi: bahan ajar, buku saku/pintar, dan buku ajar.

Page 14: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

3

1.3. Luaran Penelitian

a. Model pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal

b. Penyebaran model melalui buku, CD, buku saku/pintar, dan leaflet.

c. Publikasi Jurnal ilmiah (tahun I)

d. Buku Ajar/ Buku Teks (tahun II) .

Page 15: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Penelitian Terdahulu

Murdiono melakukan sebuah penelitian berjudul Metode

Penanaman Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini . Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan tentang metode penanaman nilai moral di

beberapa Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal Kota

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari deskripsi tersebut dapat

diperoleh gambaran tentang pengaruh metode yang dipilih terhadap

keberhasilan dalam penanaman nilai moral untuk anak usia dini. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa metode penanaman nilai moral yang

digunakan adalah sebagai berikut: bercerita, bermain, karyawisata,

bernyanyi, outbond, pembiasaan, teladan, syair, dan diskusi. Kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan metode penanaman nilai moral tersebut

meliputi: kurangnya pengetahuan atau teknik dalam bercerita dan

kurangnya media yang digunakan dalam bercerita, sering terjadi

inkonsistensi antara apa yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan apa

yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan lingkungan sekitar tempat ia

tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Gunadi, bertujuan untuk:

(1)mengetahui efektivitas pendidikan moral pada anak usia dini melalui

pembacaan doa-doa harian dan surat-surat pendek Al-Qur’an dalam

rangka membentuk karakter. (2) Pelaksanaan metode pendidikan moral

pada anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas. Responden adalah siswa sekolah taman kanak-kanak R.A

Habibillah kelas B usia 5-6 tahun dengan jumlah 12 orang. Hasil

Page 16: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

5

penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pendidikan pembacaan doa-

doa harian dan surat-surat pendek Al-Qur’an dalam rangka membentuk

karakter peserta didik sangat efektif dimana kemampuan yang dimiliki

peserta didik dapat memperlihatkan perilaku mereka sehari-hari di

sekolah. Moral mereka sudah mencerminkan perilaku yang Islami. (2)

Proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru adalah langsung

mendekatkan diri kepada siswa yang ingin bermain atau mengobrol

dengan temannya di saat proses pembelajaran berlangsung.

Penelitian tentang karakter dilakukan Martati, dkk (2013, 2014)

pada mahasiswa, Yaitu sebuah penelitian dalam rangka pembentukan

karakter siaga bencana melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),

lebih pada upaya membelajarkan mahasiswa untuk memiliki empati dan

kepedulian terhadap bencana yang sering melanda di negeri ini.

Pendidikan karakter siaga bencana tidak terlepas dari grand desain

pendidikan karakter Nasional, pengembangan karakter dilakukan dengan

pendekatan terintegrasi pada semua mata pelajaran (embeded approach).

Hal ini sejalan dengan misi pengembangan nilai dan sikap pada mata

pelajaran Pendidikan Agama dan PKn. Pengembangan karakter tersebut

bertujuan sebagai dampak pembelajaran (instructional effects) dan

dampak pengiring (nurturant effects).

Termasuk dalam pendidikan karakter adalah pendidikan moral,

dimana pendidikan moral sangatlah penting dalam membentuk karakter

seseorang. Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilainilai atau

tatacara kehidupan. Pendidikan moral yang dilakukan Murdiono dan

Ahmad Gunadi tersebut di atas, unit analisisnya adalah siswa Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD), sedangkan penelitian yang dilakukan Martati,

dkk merupakan penelitian pendidikan karakter siaga bencana dengan unit

Page 17: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

6

analisis mahasiswa. Ketiga penelitian tersebut memiliki benang merah

yaitu pendidikan karakter yang berpijak pada Grand Desain Pendidikan

Karakter Nasional (2010).

2.2. Model Desain Pembelajaran

Amri (2013: 4) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah

suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi

lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi

perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Joyce, Bruce., Weil,

Marsha and Calhoun, Emily. (2009) dalam Atwi Suparman, “Models of

teaching are one way to organize intelligence-oriented education, giving

our children the means to educate themselves. The key to the effectiveness

of models of teaching is to teach students to become more powerful

learners”. Sedangkan yang dimaksudkan dengan model pembelajaran

terbaik adalah model yang dikembangkan atas dasar teori belajar, teori

pembelajaran, teori komunikasi dan teori lain yang sesuai serta terbukti

menghasilkan sistem instruksional yang efektif dan efisien dalam

memfasilitasi proses dan hasil belajar atau meningkatkan kinerja peserta

didik (Suparman, 2014:127).

Untuk menciptakan efektivitas pembelajaran yang berkualitas,

langkah awal yang perlu dilakukan adalah menerapkan desain sistem

pembelajaran, yang berisi langkah-langkah sistematis yang diperlukan

untuk menciptakan sebuah aktivitas pembelajaran. Untuk merancang

sistem pembelajaran , kita perlu mengenal model-model desain sistem

pembelajaran, dimana setiap sistem memiliki ciri khas tersendiri yang

relevan untuk digunakan dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang

spesifik. Hal ini sejalan dengan Maslene Fauser, dkk (2006:6) dalam

Page 18: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

7

(Pribadi, 2009:iv), “...Instructional designers cannot be effective if they

are familiar with only one model. The designers must be able to fit the

design to situatioun and familiarity with various models will make that

designer more succesful.”

Model pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini

berdasarkan desain instruksional yang dikembangkan oleh Dick, Carey

and Carey, yaitu The Systematic Design of Instruction dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) mengidentifikasi tujuan instruksional umum; b) melakukan analisis

instruksional; c) mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta

didik; d) menulis tujuan kinerja; e) mengembangkan butir tes acuan

patokan; f) mengembangkan strategi instruksional; g) mengembangkan

dan memilih bahan instruksional; h) mendesain dan melaksanakan

evaluasi formatif; i) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif dan j)

merevisi kegiatan instruksional. Dalam menyusun desain instruksional

dimulai dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional

(instructional needs), dan menentukan tujuan instruksional umum

(instructonal goal) yang berisi kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh

peserta didik. Selanjutnya dilakukan penjabaran dari tujuan instruksional

umum menjadi tujuan instruksional khusus. Penyusunan evaluasi

berdasarkan tujuan instruksional, menentukan isi (content) pembelajaran,

metode, media dan alat pembelajaran. Menentukan alokasi waktu, proses

evaluasi dan merevisi produk sebelum digunakan di lapangan. Evaluasi

formatif melibatkan ahli di luar pengajar. Berbagai instrumen evaluasi

digunakan seperti observasi, tes, kuesioner.

Pengembangan desain pembelajaran pada mahasiswa, sejalan

dengan visi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD)

Page 19: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

8

yaitu, “Pada tahun 2017 menjadikan program studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk menghasilkan tenaga

pendidik anak usia dini yang Islami, berkompeten, dan berjiwa

entrepreneurship.” Adapun lulusan diharapkan memiliki kompetensi

utama sebagai pendidik profesional dibidang Pendidikan Anak Usia Dini.

Secara lebih rinci, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Dini UMSurabaya berupaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai

kompetensi utama dan memiliki kompetensi utama:

a. Memiliki kompetensi penalaran bidang pendidikan Anak Usia Dini,

professional, bermoral, berakhlak mulia, dan berorientasi ke depan.

b. Memiliki kemampuan merancang, membaca, menganalisis, dan

pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang PAUD

c. Keterampilan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa pendidikan

dalam masyarakat serta memahami sesuai dengan ajaran Islam.

d. Kemampuan dalam pengelolaan pendidikan. (Borang PG PAUD)

Dalam rangka mendukung kompetensi lulusan, disusun deskripsi

kode MK. 140303; mata kuliah Metodologi Pengembangan Afektif Anak

Usia Dini, yaitu mata kuliah yang membahas tentang cara dan strategi

pemahaman dan pengintegrasian nilai-nilai agama ke dalam diri anak;

membangun kepercayaan; tenggang rasa terhadap kepercayaan orang

lain; kegiatan pelaksanaan beragama dan moral dalam kehidupan sehari-

hari, penanaman dan pengembangan kemampuan untuk mandiri,

mengekspresikan emosi; bekerja sama dan toleransi, menghargai orang

lain, serta mengembangkan konsep diri.

Moral merupakan suatu nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam

bertingkah laku. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini

Page 20: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

9

sifatnya masih relatif terbatas. Seorang anak belum mampu menguasai

nilai-nilai abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik-buruk. Namun

demikian, moral sudah harus dikenalkan dan ditanamkan sejak dini,

supaya nantinya anak menjadi terbiasa dan sudah dapat membedakan

mana yang benar dan yang salah.

2.3. Pengembangan Moral Anak

Pendidikan adalah satu-satunya cara mendongkrak kualitas manusia

Indonesia. Jusuf Kalla (2008) dalam Yasin (2014: 17) menjelaskan,

pendidikan nasional harus dikembangkan terus-menerus tanpa mengenal

waktu. Pembangunan pendidikan harus dikembangkan progresif dan

mengarah pada dua target utama, yakni moral dan keilmuan. Setiap

jenjang pendidikan harus memberikan ruang kepada peserta didik agar

leluasa bereksperimen dan mengekspresikan diri. Kalla menyakini, hal ini

tidak boleh diabaikan bila ingin mencetak manusia produktif dan kreatif,

serta memiliki semangat juang tinggi.

Paradigma pendidikan saat ini telah bergeser, pendidikan atau

mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, (Jihad, 2010:47)

namun lebih jauh dari pengertian itu yang lebih utama adalah dapat

mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi

lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun

perilaku dalam kehidupan shari-hari. Dalam pendidikan karakter, Thomas

Lickona (1992) (Kemendiknas, 2010:43) menekankan pentingnya tiga

komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu

moral knowing atau pengetahuan moral atau perbuatan bermoral.

Komponen-komponen tersebut sebagai berikut. Pertama, Pengetahuan

Moral. Ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral knowing yaitu:

Page 21: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

10

1) kesadaran terhadap moral (moral awareness), 2) pengetahuan terhadap

nilai moral (knowing moral values), 3) mengambil sikap pandangan

(perspective taking), 4) memberikan penalaran moral (moral reasoning),

5) membuat keputusan moral (decission making), dan 6) menjadikan

pengetahuan sebagai miliknya (self knowledge). Kedua, perasaan tentang

moral: ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral feeling yaitu: 1)

kata hati/suara hati (conscience), 2) harga diri (self esteem), 3) empati

(emphaty) 4) mencintai kebajikan (looving the good), 5) pengendalian diri

(self control), dan 6) kerendahan hati (humility). Ketiga.

Perbuatan/tindakan moral. Ada tiga aspek yang menjadi indikator dari

moral action, yaitu: 1) kompetensi (competence), 2) keinginan (will), 3)

kebiasaan (habit).

Mahmuddin Yasin dalam memaknai perspektif Yusuf Kalla tentang

penyelenggaran pembelajaran di Indonesia selama ini, bahwa selama

bertahun-tahun, dimana sistem pendidikan di Indonesia masih belum

memberikan cukup ruang bagi anak didik untuk mengekspresikan diri

secara kreatif (Yasin, 2014:18). Anak-anak lebih banyak “didikte” dengan

pelajaran buku teks tanpa belajar dikenalkan pada realitas yang akan

mereka hadapi. Pendidikan Indonesia membuat anak-anak “terasing” dan

pada akhirnya gagap menghadapi perubahan zaman. Satu hal yang

seharusnya kita ingat bersama adalah pendidikan tidak pernah ada di

ruang hampa. Pendidikan adalah bagian dari budaya dan sistem politik

kebudayaan. Ia harus menjadi pilot project bagi penguatan masyarakat

dan perubahan sosial.

Sejalan dengan paradigma yang menghendaki “kebebasan” dalam

pembelajaran, yaitu Paulo Freire (Hidayat, 2013: 25) dalam bukunya

yang berjudul Pedagogy of Freedom: Ethics, Democracy, And Civil

Page 22: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

11

Courage (1998). Secara prinsip buku ini memuat: pertama, tidak ada

kegiatan mengajar tanpa belajar. Artinya pendidik hendaknya juga belajar

untuk menghormati apa yang diketahui muridnya; kedua, pengajaran

bukan sedekar menstransfer pengetahuan; dibahas konstruksi kedasaran

pendidik dan murid tanpa batas, penghormatan terhadap otonomi murid,

kerendahan hati, toleransi, dan perjuangan hak pendidik; ketiga, praktik

pendidikan itu sejatinya berfokus pada percaya diri, kompetensi

profesional, dan kedermawanan, komitmen, kebebasan dan otorita;

keempat, pendidikan itu juga didalamnya mengajarkan proses dialog dan

hubungan yang harmonis, misalnya mengetahui cara mendengarkan

murid, konsepsi pendidikan sebagai ideologis, keterbukaan untuk dialog

dan merawat optimisme murid. Dengan kalimat lain dapat dikatakan

bahwa Paulo Freire menanamkan pondasi dalam pendidikan yang

memberikan “kebebasan” bagi peserta didik untuk mengeksplorasi diri

dalam kemampuan, sikap dan keterampilan (kognitif, afektif dan

psikomotor). Jadi pendidikan tidak dipandang sebagai transfer ilmu

pengetahuan, yang diibaratkan menuang isi dalam gelas, namun

pendidikan dilakukan dengan proses pembelajaran yang menghargai

perbedaan individual peserta didik.

Ada lima (5) solusi menurut Yasin (2014: 19) agar pendidikan di

Indonesia lebih berdaya untuk menelurkan generasi emas yang siap

menghadapi persaingan bebas itu. Walaupun “there is no single magic

bullet” untuk menyelesaikan masalah tersebut tetapi ada beberapa hal

yang perlu dilakukan, yaitu: pertama, terus menambah proporsi alokasi

anggaran pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara

(APBN) maupun anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) ;

kedua, evaluasi dan reformasi kurikulum dengan pendekatan lebih

Page 23: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

12

filosofis, dan memasukan aspek fungsionalisme dan developmentalisme.

Kurikulum harus memberikan peluang kepada anak-anak yang memiliki

kemampuan berbeda untuk berkembang secara optimal. Tidak semua

prestasi anak didekati dari sisi kemampuan akademik text book, tidak

semua anak pandai fisika, matematika atau bahasa- seni . Kadangkala ada

juga anak yang memiliki kemampuan kreatif tertentu yang tidak terlalu

akademik, namun ternyata dibutuhkan dan memiliki manfaat untuk

dirinya dalam menghadapi dunia nyata puluhan tahun mendatang; ketiga,

insentif dan penghargaan tinggi untuk para guru yang bersedia bekerja di

wilayah pelosok. Pemerintah hendaknya berupaya memanusiakan para

guru yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi mendidik anak-anak

Indonesia dan melewati rintangan; keempat, penguatan sekolah menengah

kejuruan dan kompetensi profesi kejuruan dalam pendidikan tinggi.

Aspek fungsionalisme dan developmentalisme menekankan pentingnya

relevasi pendidikan dengan dunia kerja. Ada link and match dengan

realitas, dimana anak didik disiapkan untuk memilih opsi-opsi yang

berguna dalam hidupnya; kelima, penguatan riset dan pengembangan

(Research and Development/ R&D). Indonesia memiliki potensi riset

yang sangat melimpah di berbagai bidang.

Dipelopori oleh UNESCO melalui “The International Commission

On Educational For The Twenty-First Century” yang dipimpin oleh

Jacques Delors (1996:85) yang menyimpulkan dalam rangka memasuki

abad 21, pendidikan yang dapat diharapkan mendukung generasi emas

2030, hendaknya berpijak pada The Four Pillars of Education:

a. “Learning to know; by combining a sufficiently broad general

knowledge with the oppurtunity to work in depth on a small

number of subject. This also means learning to learn, so as so

Page 24: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

13

to benefit from the opportunities education providers

throughout life;

b. Learning to do, in order to acquire not only an occupational skill

but also, more broadly, the competence to deal with many

situations and work in teams. It also means learning to do in the

context of young people’s various social and work experiences

which may be informal, as a result of the local or national

context, or formal, invorving courses, alternating study and

work.

c. Learning to be, so as better to develop one’s personality and be

able to act with ever greater autonomy, judgement and personal

responsibility. to In that connection must not disregard any

aspect of a person’s potential: memory, reasoning, aesthetic

sence, physycal capasities and communication skill;

d. Learning to live together; by developing an understanding of

other people and an appreciation of independence – carrying

out joint projects and learning to manage conflicts- in a spirit

of respect for the values of pluralism, mutual understanding and

peace.”

Penerapan pilar pertama “Learning to know” pada hakekatnya

sejalan dengan penerapan paradigma ilmu pengetahuan pada proses

pembelajaran di berbagai tingkat pendidikan, yaitu bagaimana peserta

didik dapat mendapatkan pengetahuan dengan cara tidak diberikan

informasi langsung, namun dengan cara memproses pengetahuan ke

dalam dirinya. Penerapan pilar kedua “Learning to do” merupakan suatu

upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan mendapatkan

sesuatu yang bermakna, suatu proses pembelajaran yang disebut “active

learning”. Pilar ketiga “Learning to be” adalah prinsip pendidikan yang

dirancang bagi terjadinya proses pembelajaran yang memungkinkan

lahirnya manusia terdidik yang mandiri. Penerapan pilar keempat

“Learning to live together” di dunia international sangat penting di era

globalisasi yang sarat muatan teknologi dan perdagangan bebas, dimensi

Page 25: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

14

kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh setiap agama terlupakan karena

tekanannya pada pertambahan nilai kebendaan. Pertentangan yang

dasarnya perbedaan ras, agama, suku, keyakinan politik, dan kepentingan

ekonomi yang masih sering terjadi, perlu dihindarkan. Karena itu

pendidikan nilai kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasai

hubungan antar manusia perlu diintensifkan.

2.4. Kearifan Lokal

Grand Desain karakter pendidikan nasional (2010), menyebutkan

salah satu karakter yang perlu dibangun untuk siswa adalah karakter

demokratis, sebuah nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang

tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena

itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi

moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991)

atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and

moral behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun

pro-social morality (Piaget, 1967; Kohlberg; 1975; Eisenberg-Berg;

1981).

Pemaknaan senada, demokratis dapat dimaknai sebagai perilaku

manusia dalam mengamalkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehari-hari. Atau dikatakan

sebagai perilaku hidup dari warganegara yang baik dan bertanggung

jawab, serta sadar akan hak dan kewajiban terhadap masyarakat, bangsa

Page 26: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

15

dan negara. Menurut Warsono, sebagai warga negara yang baik dan

bertangung jawab setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga dan lingkungan (Martati,

2010:5).

Pengertian bertanggung jawab terhadap lingkungan dapat diartikan

kewajiban untuk menjaga dan memelihara lingkungan, peduli terhadap

kelestarian alam dengan menjaga fungsi-fungsi alam itu sendiri. Yang

dimaksud dengan lingkungan disini adalah lingkungan alam dan

lingkungan sosial yang dapat dimaknai pula sebagai sebuah sikap kearifan

lokal. Contoh menjaga lingkungan alam: menanam pohon yang

bermanfaat bagi kehidupan, tidak membuang sampah di sungai. Menjaga

lingkungan sosial, contohnya: menjaga dan memelihara norma dalam

masyarakat, menjaga dan memelihara budaya daerah di tengah arus

globalisi, berperan serta dalam kegiatan gotong royong di lingkungan, dan

lain-lain

Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau

kebijaksanaan; dan lokal (lokal) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah

gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,

yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Menurut Gobyah

nilai terpentingnya adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg

dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan

lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi

nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara

tradisional.(lihat https://id.answers.yahoo.com)

Pentingnya kearifan lokal, menjadi hal penting untuk dibudayakan

kepada generasi muda (anak usia dini) melalui proses pembelajaran yang

diberikan oleh guru PAUD melalui bahan ajar berbasis kearifan lokal.

Page 27: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

16

Kearifan lokal makin mendesak untuk disisipkan dalam proses

pembelajaran agar anak usia dini memiliki karakter peduli sosial dan

lingkungan. Hal ini sejalan dengan semakin menipisnya sumber daya

alam dan peliknya upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh karena kearifan

lokal turut menjadi elemen penentu keberhasilan pembangunan sumber

daya masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai sebuah

nilai, kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat

lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.

Keraf (2006) menegaskan kearifan lokal merupakan bentuk

pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan

atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam

komunitas ekologis. (lihat http://spe.dbp.gov.my).

Jadi melalui proses pembelajaran yang dirancang peserta didik agar

memiliki moral yang baik sebagai karakter yang diperlukan untuk

mennyongsong Indonesia Emas 2030, serta berdampak pengiring agar

anak usia dini memiliki karakter peduli sosial dan lingkungan. Penelitian

pengembangan ini bertujuan untuk membantu mahasiswa calon guru

PAUD dan entrepreneur pendidikan anak usia dini untuk pemahaman

dan penalaran menuju guru yang profesional.

Page 28: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

17

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan penelitian

Model desain pembelajaran pengembangan moral anak usia dini

berbasis kearifan lokal bertujuan:

a. Mengembangkan model pembelajaran pengembangan moral

anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak

usia dini (PG-PAUD) dengan menggunakan lingkungan alam

sebagai media pembelajaran berbasis kearifan lokal.

b. Mengembangkan perangkat pembelajaran pengembangan moral

anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak

usia dini (PG-PAUD) berbasis kearifan lokal, meliputi: bahan

ajar, buku saku/pintar, dan buku ajar.

3.2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa,

dosen, maupun universitas.

a. Bagi mahasiswa

Memberikan pengalaman pembelajaran dan keteladanan dalam

upaya peningkatan kualitas pembelajaran untuk menemukan cara

yang terbaik guna mencapai pembelajaran yang bermutu dan

berimplikasi pada terciptanya kualitas calon guru yang

profesional pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) dengan

menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran

berbasis kearifan lokal.

Page 29: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

18

b. Bagi dosen

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para dosen

dalam meningkatkan mutu perkuliahan, memberikan inovasi

pembelajaran dengan kreativitas mengembangkan perangkat

pembelajaran pengembangan moral anak usia dini bagi

mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-

PAUD) berbasis kearifan lokal, meliputi: bahan ajar, buku

saku/pintar, dan buku ajar.

c. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas

mutu dan hasil belajar, khususnya mata kuliah Pengembangan

Moral Anak Usia Dini, sehingga secara langsung dapat

meningkatkan kualitas pendidikan dan out put mahasiswa

pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD)

Universitas Muhammadiyah Surabaya.

3.3 Luaran Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan maka luaran penelitian yang

dihasilkan antara lain:

a. Mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal lokal yang

mempunyai ISSN atau jurnal nasional terakreditasi atau jurnal

Internasional.

b. Menghasilkan artikel ilmiah yang dimuat dalam prosiding pada

seminar ilmiah baik yang berskala lokal, regional, nasional

maupun Internasional.

c. Pengayaan perangkat pembelajaran pengembangan moral anak

usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia

Page 30: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

19

dini (PG-PAUD) berbasis kearifan lokal, berupa: bahan ajar, buku

saku/pintar dan leaflet.

d. Buku Ajar/ Buku Teks/ Modul/ Monograf

Page 31: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

20

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Model pengembangan desain pembelajaran

Kemajuan perusahaan dan negara kini sangat ditentukan oleh

kemampuan mengembangkan kreativitas untuk mencari temukan inovasi-

inovasi, torobosan-terobosan, produk-produk, karya cipta, model-model,

dan solusi-solusi baru, berbeda, unik dan unggul. Telah terbukti semua itu

dapat diraih jika perusahaan atau negara serius melakukan Research And

Development (R&D). R&D memiliki prestasi besar untuk inovasi karena

berbeda dari jenis penelitian lain yang memiliki tujuan untuk menjelaskan

dan memahami. R&D secara terencana, sistematis dan terukur bertujuan

untuk menciptakan kebaruan atau inovasi dalam segala bidang. Inovasi

ini bisa berupa inovasi produk, model, prosedur, desain, cara kerja, dan

strategi. R&D memiliki ciri-ciri tema yaitu:

a. bertolak dari fakta, masalah, potensi, tantangan, kebutuhan yang nyata-

nyata memang mesti direspon dengan sistematik, sengaja, bertujuan,

dan segera mengedepanka pemecahan masalah yang berfokus pada

kebaruan atau inovasi, efektivitas, efesiensi dan produktivitas;

b. membutuhkan uji coba yang akurat menggunakan penelitian

eksperimen;

c. menciptakan model, cara, sistem, temuan yang berorientasi masa

depan, tepat guna, siap pakai dan dapat terus dikembangkan. (Putra,

2011:26).

Jadi dalam penelitian ini konsep R&D digunakan sebagai cara

menciptakan model pembelajaran dalam rangka pengembangan moral

anak usia dini yang berorientasi masa depan, tepat guna, siap pakai dan

Page 32: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

21

dapat terus dikembangkan melalui matakuliah Metodologi

Pengembangan Afektif Anak Usia Dini pada program studi Pendidikan

Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD).

4.2 Prosedur pengembangan penelitian

Pengembangan model desain pembelajaran yang dilaksanakan

dalam penelitian ini berdasarkan disain instruksional yang dikembangkan

oleh Dick, Carey and Carey, yaitu The Systematic Design of Instruction,

melalui tiga tahap prosedur pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

a. Tahap pertama dikembangkan rancangan survai dan forum

diskusi;

b. Tahap kedua, dikembangkan rancangan penelitian kaji-tindak

kolaboratif;

c. Tahap ketiga dikembangkan kaji- tindak kolaboratis dan kuasi

eksperimen.

4.3 Kegiatan Penelitian (2 tahun)

Tabel 4.1. Kegiatan Penelitian

Tahun & Tahap Penelitian Target

Tahun I

Tahap I (pertama)

1. Mengidentifikasi kecakapan-

kecakapan mahasiswa yang

dibutuhkan dalam desain

pembelajaran moral anak usia dini

berbasis kearifan lokal

2. Mengidentifikasi kompetensi dan

topik bahasan esensial untuk

selanjutnya dikemas dalam bentuk

program pembelajaran atau silabus

3. Mengembangkan rancangan

penelitian survai dan pengembangan

desain pembelajaran

1. Daftar permasalahan pembelajaran

moral anak usia dini berbasis

kearifan lokal untuk mahasiswa

PG PAUD

2. Daftar kecakapan yang perlu

dimiliki oleh mahasiswa PG

PAUD dalam desain pembelajaran

moral anak usia dini berbasis

kearifan lokal

3. Informasi pokok bahasan yang

esensial sebagai bahan ajar dalam

pembelajaran moral anak usia dini

Page 33: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

22

Tahun & Tahap Penelitian Target

Tahap II (kedua)

Menyusun perangkat pembelajaran:

bahan ajar, metode dan media

pembelajaran yang relevan dengan

pembelajaran moral anak usia dini

berbasis kearifan lokal untuk mahasiswa

PG PAUD

berbasis kearifan lokal untuk

mahasiswa PG PAUD

Tersusunnya bahan ajar, metode

dan media pembelajaran yang

telah divalidasi dengan expert

judgment.

1. kecakapan mengenal diri,

2. kecakapan akademik dan

berpikir rasional,

3. kecakapan profesional,

4. integrasi dari semua

kecakapan tersebut.

Tahun II

Tahap III (ketiga )

Ujicoba model perangkat pembelajaran

bagi mahasiswa PG PAUD berbasis

kearifan lokal

* Pendekatan yang dipilih adalah kuasi

eksperimen rancangan pre-posttest

group only.

* Keefektifan model dan perangkat akan

dianalisis dengan statistik inferensial uji

beda.

1. Informasi tentang kualitas dan

efektivitas model dan

perangkat pembelajaran yang

telah dihasilkan.

2. Naskah final perangkat

pembelajaran bagi mahasiswa

PG PAUD berbasis kearifan

lokal

4.4 Prosedur Pengembangan Penelitian Tahun I dan II

Gambar

The Dick and Carey Systems Approach Model for Designing Instruction

( Dick Carey and Carey, 2009:1)

Page 34: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

23

Tabel 4.2. Componen of the systems Approach Model

No. Tahap Proses Pengembangan

1 Identify instructional

goal (s)

Menuliskan tujuan pembelajaran. Tujuan ini

dihasilkan dari daftar tujuan, analisis kinerja,

penilain kebutuhan dari pengalaman praktis siswa

yang kesulitasn belajar atau analisis orang yang

melakukan pekerjaan atau lainnya.

2 Conduct Instructinal

analysis

Menentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang disebut entry behavior atau perilaku awal

yang penting bagi siswa dalam proses

pembelajaran.

3 Analyze Learners and

Contexts

Selain menganalisis tujuan pembelajaran, ada

analisis relevan peserta didik, dalam konteks ini

berkaitan dengan dimana mereka belajar dan dalam

konteks apa pembelajarannya.

4 Write Performance

Objectives

Berdasarkan analisis laporan perilaku

pembelajaran, akan ditulis laporan khusus pada apa

yang dapat lakukan ketika mereka selesai dalam

pembelajaran ini.

5 Develop

Asesment Instrumens

Berdasrakan tujuan yang ditulis, dikembangkan

penilaian yang relevan dan mengukur kemampuan

peserta didik untuk melakukan apa yang tertulis

dalam tujuan pembelajaran.

6 Develop

Instructional Startegy

Berdasarkan informasi dari lima langkah

sebelumnya, maka kemudian dikembangkan

strategi pembelajaran yang relevan.

7 Develop

And Select

Insructional Materials

Dikembangkan diktat, bahan ajar, PPT, film dan

lain-lain sebagai panduan pembelajaran dari

berbagai sumber.

8 Design and Conduct

Formative Evaluation

of Instruction

Merancang dan melakukan evaluasi formatif,

setelah menyelesaikan serangkaian penilaian untuk

mengumpulkan data yang digunakan untuk

mengindentifikasi cara untuk meningkatkan

pembelajaran

9 Revice Instruction Langkah terakhir dalam proses dan pengembangan

(langkah pertama dalam siklus pengulangan) adalah

meninjau pembelajaran. Formatif evaluasi data

disimpulkan dan ditafsirkan untuk

mengidentifikasi kesulitan yang dialami oleh

peserta didik dalam mencapai tujuan.

4.5 Subjek penelitian

a. Mahasiswa Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG

PAUD)

Page 35: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

24

b. Anak Usia Dini

c. Pengembang model, metode dan media pembelajaran

4.6 Lokasi penelitian

a. Kota Surabaya

b. Kabupaten Sidoarjo

4.7 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang

digunakan, sebab data yang diperlukan untuk pertanyaan dalam penelitian

ini diperoleh melalui instrumen yang diberikan kepada mahasiswa. Dan

teknik pengumpulan data merupakan sebuah teknik yang digunakan oleh

seorang peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

Adapun teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Teknik Tes

Sudijono (2005:66) menerangkan bahwa “tes adalah alat atau

prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan

penilaian”. Peneliti menggunakan teknik tes untuk mengetahui

ketuntasan belajar mahasiswa sebagai upaya menilai ranah kognitif

dari masing-masing siswa, materi tes yang diberikan adalah sesuai

dengan materi yang diajarkan.

Data ketuntasan belajar mahasiswa diperoleh dengan cara

memberikan pre-test dan post-test kepada mahasiswa sebelum dan

sesudah penerapan metode pembelajaran disampaikan. Instrumen

yang digunakan oleh peneliti adalah tes tulis berupa soal uraian.

Page 36: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

25

b. Teknik Observasi

Observasi disebut pula dengan pengamatan. Peneliti

menggunakan teknik ini untuk memperoleh data tentang aktivitas

mahasiswa dan aktivitas dosen serta kemampuan dosen dalam

mengelola pembelajaran selama proses pembelajaran mata kuliah

Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal berlangsung.

1) Data kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran

Data kemampuan dosen diperoleh dengan melakukan

observasi terhadap kemampuan dosen dalam mengelola

pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung oleh

pengamat untuk setiap kali pertemuan dengan menggunakan

lembar observasi yang telah disediakan dan dilakukan dengan

cara memberi skor pada setiap aspek dalam lembar observasi

kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran.

2) Data aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran

Data aktivitas mahasiswa diperoleh melalui pengamatan

terhadap aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran

berlangsung oleh tiga orang pengamat. Pengamatan dilakukan

dengan mengamati aktivitas mahasiswa selama mengikuti

pembelajaran, selanjutnya pengamat mencatat kode aktivitas

mahasiswa pada kolom yang terdapat pada lembar observasi

aktivitas mahasiswa.

Aktivitas mahasiswa yang diamati meliputi, antara lain:

(a) Membaca masalah / materi pelajaran

(b) Aktif dalam kegiatan (diskusi kelompok, pelajaran)

(c) Mencatat

Page 37: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

26

(d) Memperhatikan penjelasan dosen (pendahuluan/penutup,

motivasi, bahan pengait/apersepsi, tujuan pembelajaran,

materi pelajaran, contoh materi)

(e) Melakukan pengamatan, percobaan, bekerja

(f) Bertanya kepada dosen/teman

(g) Mengemukakan pendapat, presentasi di depan kelas,

mendengarkan percakapan diskusi

(h) Perilaku yang tidak relevan (berbicara sendiri, bercanda, dll)

3) Data aktivitas dosen selama proses pembelajaran

Data aktivitas diperoleh dengan melakukan observasi

terhadap aktivitas dosen selama proses pembelajaran

berlangsung oleh pengamat untuk setiap kali pertemuan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan dan

dilakukan dengan cara mencatat kode aktivitas dosen pada

kolom yang terdapat pada lembar observasi aktivitas dosen.

Aktivitas dosen yang diamati, meliputi hal-hal sebagai berikut:

Aspek yang diamati

Tahap-1: Mempresentasikan materi pendidikan moral Indonesia

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Memunculkan masalah moral Indonesia

3. Memotivasi untuk memecahkan masalah moral Indonesia

Tahap-2: mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar dalam tim

Membagi mahasiswa dalam kelompok dengan memperhatikan

perbedaan kemampuan dan rasio jumlah mahasiswa

Tahap-3: membantu pembelajaran secara kelompok

1. Mahasiswa belajar dalam tim

2. Membimbing mahasiswa dalam mengorganisasikan tugas dan

berbagi tugas dengan teman sekelompoknya

3. Memastikan bahwa seluruh tim telah menguasai materi

Tahap-4:Mengembangkan dan menyajikan hasil tim

1. Membimbing mahasiswa menganalisis dan membuat kesimpulan

2. Membimbing mahasiswa menyajikan hasil tim

Tahap-5: Membagikan post-test secara individu

Membagikan post-test secara individu

Page 38: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

27

c. Teknik Angket

Teknik angket digunakan untuk mengetahui penerapan mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.

Angket yang dibuat berupa daftar pertanyaan sederhana yang

diberikan kepada mahasiswa setelah proses mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.

Peneliti menggunakan angket respon mahasiswa untuk mengetahui

dan mengevaluasi pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral

Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.

Lembar angket diisi oleh mahasiswa dengan memberi tanda cek (√)

pada jawaban yang sesuai dengan penilaian mereka terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan.

4.8 Target Indikator Keberhasilan

a. Bahan Ajar Pengembangan Moral AUD berbasis kearifan lokal;

b. Metode yang dikemas dalam modul;

c. Media pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk anak usia dini

4.9 Teknik Analisis Data

a. Analisis Data Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan aktivitas mahasiswa selama kegiatan

pembelajaran dianalisis berdasarkan persentase. Persentase aktivitas

siswa yaitu frekuensi suatu aspek pengamatan dibagi dengan jumlah

frekuensi semua aspek pengamatan dikali dengan 100 %.

Presentase aktivitas mahasiswa =frekuensi suatu aspek pengamatan

jumlah frekuensi semua aspek pengamatan× 100%

Page 39: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

28

b. Analisis Data Respons Mahasiswa

Analisa data respons siswa terhadap proses pembelajaran

digunakan analisa persentase. Persentase dari setiap respons

mahasiswa dihitung dengan rumus:

Jumlah respons positif siswa tiap aspek yang muncul

Jumlah seluruh siswa× 100%

c. Analisis data tes hasil belajar

1) Validitas butir soal

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir

adalah rumus korelasi product moment yaitu :

2222 YYnXXn

YXXYnrXY

keterangan : X = skor butir soal

Y = skor total

n = banyak mahasiswa yang mengikuti tes

rXY = koefisien korelasi skor butir soal dan skor total

(Arikunto, 2001:72)

Kriteria validitas suatu tes adalah:

0,80 < rXY ≤ 1,00 : sangat tinggi

0,60 < rXY ≤ 0,80 : tinggi

0,40 < rXY ≤ 0,60 : cukup

0,20 < rXY ≤ 0,40 : rendah

0,00 < rXY ≤ 0,20 : sangat rendah

rXY ≤ 0,00 : tidak valid

Tes dikatakan valid jika mempunyai validitas cukup, tinggi,

atau sangat tinggi sehingga butir soal tersebut dapat digunakan

dalam penelitian deskriptif. Jika validitas tes rendah, sangat

rendah, atau tidak valid maka tes akan direvisi atau diganti.

Page 40: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

29

2) Reliabilitas

Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus alpha

(α) sebagai berikut:

2

2

11 1)1(

t

i

n

nr

dengan : n = banyak butir tes.

r11 (α) = reliabilitas tes yang dicari

Σσ2i = jumlah varian tiap-tiap item

σ2t = varian total. (Arikunto, 2001: 109)

Interpretasi koefisien reliabilitas tes menggunakan kategori

sebagai berikut:

0,80 < r(α) ≤ 1,00 : sangat tinggi

0,60 < r(α ) ≤ 0,80 : tinggi

0,40 < r(α ) ≤ 0,60 : cukup

0,20 < r(α ) ≤ 0,40 : rendah

0,00 < r(α ) ≤ 0,20 : sangat rendah

Tes hasil belajar dikatakan reliabel jika mempunyai

reliabilitas cukup, tinggi, atau sangat tinggi.

Jika perangkat pembelajaran yang dihasilkan sudah memenuhi

kriteria di atas, maka akan digunakan dalam penelitian deskriptif.

4.10 Analisis data dosen mengelola pembelajaran di kelas

Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi

kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. Pengamatan

dilakukan setiap kali pertemuan.

Tingkat kemampuan dosen tiap pertemuan dihitung dengan cara

sebagai berikut:

Page 41: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

30

Tkg = Jumlah nilai tiap aspek

Banyak aspek yang dinilai ….. Kurniawan (2011:165)

Untuk kemampuan dosen tersebut digunakan kategori seperti

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Kategori kemampuan dosen dalam pengelolaan

pembelajaran

Tingkat kemampuan Dosen Kriteria

3,2 < tkg ≤ 4,00 Sangat baik

2,40 < tkg ≤ 3,20 Baik

1,60 < tkg ≤ 2,40 Cukup baik

0,80 < tkg ≤ 1,60 Kurang baik

0 < tkg ≤ 0,80 Tidak baik

Pembelajaran matematika dengan penerapan metode jarimatika

dikatakan efektif jika dalam mengelola pembelajaran dosen telah

mencapai kriteria baik atau sangat baik.

4.11 Analisis Data Aktivitas Mahasiswa

Data aktivitas mahasiswa diperoleh selama berlangsungnya

penerapan pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral AUD

Berbasis Kearifan Lokal dari dosen membuka pelajaran sampai menutup

pelajaran.

Aktivitas mahasiswa dan guru dikatakan pasif, jika mahasiswa

melakukan perilaku yang tidak relevan selama kegiatan belajar mengajar.

Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

mahasiswa selama mengikuti pembelajaran.

Setiap pengamatan dilakukan dalam selang waktu 2 menit, berikut

diberikan table waktu idea untuk aktivias mahasiswa selama proses

pembelajaran.

Page 42: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

31

Tabel 4.4 Waktu ideal untuk aktivitas siswa selama proses

pembelajaran

No Jenis Kegiatan

Rentang waktu

ideal dengan

toleransi 5

menit (%)

Keterangan

1 Membaca masalah / materi pelajaran 5 ≤ x ≤ 15 Efektif

2 Aktif dalam kegiatan (diskusi kelompok,

pelajaran)

25 ≤ x ≤ 35 Efektif

3 Mencatat 5 ≤ x ≤ 15 Efektif

4

Memperhatikan penjelasan dosen

(pendahuluan/penutup, motivasi, bahan

pengait/apersepsi, tujuan pembelajaran,

materi pelajaran, contoh materi)

25 ≤ x ≤ 35 Efektif

5 Melakukan pengamatan, percobaan,

bekerja

20 ≤ x ≤ 30 Efektif

6 Bertanya kepada dosen/teman 15 ≤ x ≤ 25 Efektif

7

Mengemukakan pendapat, presentasi di

depan kelas, mendengarkan percakapan

diskusi

35 ≤ x ≤ 45 Efektif

8 Perilaku yang tidak relevan (berbicara

sendiri, bercanda, dll)

0 ≤ x ≤ 5 Efektif

Pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral AUD Berbasis

Kearifan Lokal dikatakan efektif jika aktivitas mahasiswa berada dalam

rentang waktu ideal yang sudah ditentukan.

4.12 Data Respon Mahasiswa

Respon mahasiswa terhadap pembelajaran pada penelitian ini

meliputi respon positif dan respon negatif. Respon positif diperoleh dari

jawaban mahasiswa “ya” dan “senang” dan respon negatif diperoleh dari

jawaban mahasiswa “tidak dan tidak senang.

Data respon mahasiswa diperoleh dari lembar angket respon siswa

yang dianalisis dengan rumus, sebagai berikut:

% respon siswa = A

B × 100% ……… Trianto (2009:243)

Page 43: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

32

Dimana:

A = proporsi mahasiswa yang memilih B = jumlah mahasiswa

(responden)

Respon mahasiswa dikatakan efektif jika rata-rata tiap komponen

mahasiswa, responnya positif dan mencapai ≥ 80%. (Musfiani, 2012:70)

Kriteria dalam menyatakan respon mahasiswa adalah sebagai berikut.

a. Sangat positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif

lebih dari 85% (Rs ≥ 85%)

b. Positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif antara

70% sampai 85% (70% ≤ Rs < 85%)

c. Kurang positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif

antara 50% sampai 70% (50% ≤ Rs < 70%)

d. Tidak positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif

kurang dari 50% (Rs < 50%)

Page 44: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

33

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

5.1 Deskripsi Proses dan Hasil Pengembangan Perangkat

Pembelajaran

Penelitian ini tergolong penelitian pengembangan karena dalam

penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran untuk

memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran

yang akan dikembangkan adalah berupa model pembelajaran

pengembangan moral anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru

pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) dengan menggunakan lingkungan

alam sebagai media pembelajaran berbasis kearifan lokal. Penelitian

menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif karena

dalam penelitian ini ingin mendeskripsikan atau menggambarkan apa

adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan yang diteliti.

Model pengembangan yang dijadikan acuan dalam penelitian

pengembangan perangkat pembelajaran Pengembangan Moral Anak Usia

Dini berbasis kearifan lokal adalah model Dick, Carey and Carey.

Pengembangan model desain pembelajaran yang dilaksanakan dalam

penelitian ini berdasarkan disain instruksional The Systematic Design of

Instruction, melalui tiga tahap prosedur pelaksanaan penelitian sebagai

berikut:

1) Tahap pertama dikembangkan rancangan survai dan forum diskusi; 2)

Tahap kedua, dikembangkan rancangan penelitian kaji-tindak kolaboratif;

dan 3) Tahap ketiga dikembangkan kaji-tindak kolaboratis dan kuasi

eksperimen.

Page 45: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

34

5.2 Proses Pengembangan The Systematic Design of Instruction

Perancangan pengembangan menurut sistem pendekatan model

Dick, Carey and Carey, memiliki proses pengembangan yang diterapkan

dan disajikan ke dalam 10 (sepuluh) langkah sebagai berikut (Dick, Carey

and Carey, 2009:1):

T1. Tahap Identifikasi Tujuan Pengembangan Instruksional (Identity

Instructional Goals)

Pada tahap awal model ini adalah menentukan capaian

pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa pendidikan guru

pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) sebagai tujuan pengembangan

perangkat pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia

Dini berbasis kearifan lokal. Identifikasi tujuan pengembangan mengacu

pada hasil survey analisis mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia

Dini berbasis kearifan lokal sebagai hasil need assessment, sehingga

diperoleh profil lulusan untuk merumuskan capaian pembelajaran

(learning outcomes).

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

UMSurabaya berupaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai

kompetensi utama dan memiliki kompetensi utama:

a. Memiliki kompetensi penalaran bidang pendidikan Anak Usia Dini,

professional, bermoral, berakhlak mulia, dan berorientasi ke depan.

Page 46: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

35

b. Memiliki kemampuan merancang, membaca, menganalisis, dan

pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang PAUD

c. Keterampilan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa pendidikan

dalam masyarakat serta memahami sesuai dengan ajaran Islam.

d. Kemampuan dalam pengelolaan pendidikan.

Kompetensi tersebut di break down dalam mata kuliah pengembangangan

nilai moral agama anak usia dini sebagai berikut:

a. Memiliki kompetensi penalaran dalam nilai moral AUD

b. Memiliki moral yang sesuai dengan kearifan lokal

c. Memiliki wawasan nilai moral dan agama yang berorientasi ke

depan

d. Mampu menyusun bahan pembelajaran nilai moral dan agama AUD

T2. Tahap Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goals

Analysis)

Setelah mengidentifikasi tujuan capaian pembelajaran (learning

outcomes), maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan

mahasiswa. Tujuan yang dianalisis digunakan untuk mengidentifikasi

karakter dan keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari.

Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang pemilihan

bahan kajian yang ditinjau berdasarkan: tingkat keluasan, tingkat

kedalaman, dan tingkat kemampuan yang ingin dicapai. Berdasarkan

bahan kajian tersebut akan menghasilkan carta atau diagram dalam bentuk

matriks bahan kajian capaian pembelajaran (learning outcomes)

mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) yang

kemudian diperoleh konsep mata kuliah yang terintegrasi.

Page 47: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

36

T3. Tahap Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik

Mahasiswa (Analyze Learners and Contexts)

Pada tahap ke tiga dilakukan identifikasi tingkah laku

awal/karakteristik peserta didik (mahasiswa) untuk mengetahui karakter

yang perlu dikembangkan dan merumuskan capaian pembelajaran

(learning outcomes) yang harus dimiliki oleh mahasiswa pada saat

mengikuti perkuliahan, yang paling penting juga adalah melakukan

identifikasi karakteristik khusus mahasiswa yang mungkin ada

hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Model desain pembelajaran pengembangan moral anak usia dini

berbasis kearifan lokal bertujuan: 1) mengembangkan model

pembelajaran pengembangan moral anak usia dini bagi mahasiswa

pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) dengan

menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran berbasis

kearifan lokal. 2) mengembangkan perangkat pembelajaran

pengembangan moral anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru

pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) berbasis kearifan lokal, meliputi:

bahan ajar, buku saku/pintar, dan buku ajar. Oleh karena perlu diakukan

survey sebagai salah satu langkah untuk menganalisis kebutuhan atau

need assement dalam mengembangkan pembelajaran moral berbasis

kearifan lokal. Need assesment dilakukan untuk menginventarisasi

kecakapan-kecakapan mahasiswa yang relevan dengan pengembangan

moral anak usia dini. Data dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan tabel-tabel, diagram, dan naratif. Pada model

pengembangan tahap pertama yag dilakukan adalah menentukan profil

lulusan untuk merumuskan capaian pembelajaran (learning outcomes).

Page 48: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

37

Pada tahap ini untuk mengetahui karakteristik khusus mahasiswa

pada mata kuliah pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal, kami

selaku tim peneliti melakukan survey need assesment mahasiswa. Adapun

tahap pelaksanaan untuk kegiatan need assessment disajikan pada bagan

sebagai berikut:

a. Perancangan (Design) Survey Need Assessment

Perancangan (design) format survey need assesment mahasiswa

dimaksudkan untuk mendesain atau merancang lembar survey mahasiswa

yang disusun oleh tim peneliti dengan mengadaptasi pengembangan nilai

moral berbasis kearifan lokal disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Selanjutnya, lembar survey need assesment yang dihasilkan divalidasikan

kepada Expert Judgement (validator ahli), adapun validator perangkat

pembelajaran adalah sebagai berikut:

Expert Judgement-1 : Dr. M. Ridlwan, M.Pd.

Expert Judgement-2 : Dr. Wahju Dyah Laksmi W., M.Pd.

Berikut ini lembar survey need assessment pengembangan nilai

moral berbasis kearifan lokal yang masih belum direvisi

Perancangan

(Design) Survey

need assessment

Validasi perangkat

Survey need

assessment

Pelaksanaan

Survey need

assessment

Analisis hasil

Survey need

assessment

Page 49: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

38

b. Validasi perangkat Survey Need Assessment

Rancangan lembar survey need assesment yang dihasilkan

divalidasi oleh Expert Judgement (validator ahli). Adapun saran

perbaikan dari validator untuk lembar survey need assessment

pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal tersaji dalam tabel

berikut:

Tabel 5.1 Saran Perbaikan Validator Lembar Survey Need Assessment

Validator Saran Perbaikan Lembar Survey Need Assessment Kesimpulan

Validator

1

2. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi

3. Belum ada petunjuk pengisian lembar survey

4. Pada lembar survey ada baiknya mahasiswa tidak hanya

menjawab Ya/Tidak namun ditambahkan item “Alasan” pada

setiap pertanyaan pilihan jawaban

Dapat

digunakan

dengan

perbaikan

Validator

2

1. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi

2. Tambahkan juga identitas mata kuliah yang dikembangkan

serta program studi

3. Pada pertanyaan No. 7 tidak perlu dicantumkan, sehingga

pertanyaan survey hanya memuat 9 pertanyaan

Dapat

digunakan

dengan

perbaikan

Kesimpulan saran dari validator mengenai perangkat survey need

assessment adalah lembar survey dapat digunakan dengan sedikit

perbaikan.

c. Validasi perangkat Survey Need Assessment

Setelah dilakukan validasi dan perbaikan lembar survey need

assessment, kemudian dilakukan uji coba terbatas pada mahasiswa PG-

PAUD. Uji coba ini dilakukan pada mahasiswa semester II (dua) dengan

jumlah sebanyak 33 peserta didik. Berikut salah satu contoh hasil survey

need assessment.

Page 50: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

39

Page 51: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

40

d. Analisis hasil Survey need assessment

Hasil survey need assessment diperoleh daftar permasalahan

pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal untuk

mahasiswa PG-PAUD diberikan sebagai berikut:

1) Mahasiswa kurang memahami teori-teori perkembangan moral

universal.

2) Mahasiswa kurang memahami pentingnya penanaman nilai moral

pada Anak Usia Dini pada saat golden age dalam rangka pembentukan

karakter semenjak dini

3) Mahasiswa kurang memahami karakter anak usia dini yang

dibutuhkan dalam pengembangan moral AUD sesuai dengan ajaran

Islam.

4) Mahasiswa memiliki pemahaman moral sesuai dengan daerah asal

mereka, jadi kurang paham kearifan lokal dari kota surabaya.

5) Mahasiswa kurang memahami tujuan pembelajaran moral anak usia

dini berbasis kearifan lokal.

6) Mahasiswa kurang memahami pentingnya pendidikan karakter peduli

sosial dan peduli lingkungan untuk anak usia dini yang dibutuhkan

dalam pengembangan moral AUD.

7) Mahasiswa kurang memahami tentang menyusun materi

pembelajaran yang dibutuhkan dalam pengembangan moral AUD.

8) Mahasiswa kurang memahami metode pembelajaran yang dibutuhkan

dalam pengembangan moral AUD.

9) Mahasiswa kurang memahami pembuatan media pembelajaran yang

dibutuhkan dalam pengembangan moral AUD.

Data hasil survey need assessment mahasiswa terhadap

permasalahan pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal

Page 52: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

41

untuk mahasiswa PG-PAUD. Perhitungan data hasil survey need

assessment secara terperinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan

analisis data hasil survey need assessment terhadap kegiatan pembelajaran

moral anak usia dini berbasis kearifan lokal untuk mahasiswa PG-PAUD

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Data Hasil Survey Need Assessment Mahasiswa PG-PAUD

No Pertanyaan Respon Mahasiswa (%)

Ya Tidak

1 Moral adalah perilaku yang baik dan tidak baik? 21 (63.64%)

12 (36.36%)

2 Menurut Saudara pembelajaran moral untuk anak usia dini

perlukah?

9

(27.27%)

24

(72.73%)

3 Kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat

bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan

diikuti oleh anggota masyarakatnya?

22

(66.67%)

11

(33.33%)

4 Moral yang diajarkan sebaiknya berpijak atau sesuai

dengan kearifan lokal?

0

(0 %)

33

(100.00%)

5 Nilai agama penting diajarkan sejak usia dini? 33

(100.00%)

0

(0 %)

6 Kearifan lokal makin mendesak untuk disisipkan dalam

proses pembelajaran agar anak usia dini memiliki karakter

peduli sosial dan lingkungan?

25 (75.76%)

8 (24.24%)

7 Saya membutuhkan materi yang sesuai dengan kearifan

lokal?

33 (100.00%)

0 (0 %)

8 Saya membutuhkan metode yang sesuai dengan kearifan

lokal?

33 (100.00%)

0 (0 %)

9 Saya membutuhkan media yang sesuai dengan kearifan

lokal?

33

(100.00%)

0

(0 %)

Pada Tabel 5.2 hasil survey need assessment mahasiswa PG-

PAUD terhadap pengembangan pembelajaran moral anak usia dini

berbasis kearifan lokal untuk setiap pertanyaan diuraikan sebagai berikut:

1) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-1 menunjukkan bahwa

mahasiswa kurang memahami tentang moral, menuru mereka moral

Page 53: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

42

hanya merupakan perilaku yang baik dan tidak baik. Mahasiswa juga

kurang memahami teori-teori perkembangan moral universal

2) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-2 menunjukkan bahwa

72.73% mahasiswa menyatakan pembelajaran moral dimulai pada

usia SD.

3) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-3 menunjukkan bahwa

66.67% mahasiswa menyatakan Kearifan lokal adalah gagasan

setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang

tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya, namun mereka

belum memahami secara pasti tentang makna “Kearifan Lokal”.

4) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-4 menunjukkan bahwa

100.00% mahasiswa menjawab “Tidak”, mereka belum memahami

tentang “Kearifan Lokal”.

5) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-5 menunjukkan bahwa

100.00% mahasiswa menjawab nilai agama penting diajarkan sejak

usia dini, karena menganggap bahwa agama adalah pedoman hidup

dalam mendidik manusia.

6) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-6 menunjukkan bahwa

75.76% mahasiswa menyatakan kearifan lokal makin mendesak untuk

disisipkan dalam proses pembelajaran agar anak usia dini memiliki

karakter peduli sosial dan lingkungan.

7) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-7 menunjukkan bahwa

100.00% mahasiswa menyatakan membutuhkan materi yang sesuai

dengan kearifan lokal.

8) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-8 menunjukkan bahwa

100.00% mahasiswa menyatakan membutuhkan metode yang sesuai

dengan kearifan lokal.

Page 54: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

43

9) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-9 menunjukkan bahwa

100.00% mahasiswa menyatakan membutuhkan media yang sesuai

dengan kearifan lokal.

T4. Tahap Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance

Objectives)

Berdasarkan analisis instruksional dan identifikasi tingkah laku

awal/karakteristik mahasiswa, selanjutnya akan dirumuskan

pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah Pengembangan

Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal.

Hasil survey need assessment tim peneliti merumuskan daftar

kecakapan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa PG-PAUD dalam desain

pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal.

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

UMSurabaya berupaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai

kompetensi utama dan memiliki kompetensi utama:

a. Memiliki kompetensi penalaran bidang pendidikan Anak Usia Dini,

professional, bermoral, berakhlak mulia, dan berorientasi ke depan.

b. Memiliki kemampuan merancang, membaca, menganalisis, dan

pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang PAUD

c. Keterampilan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa pendidikan

dalam masyarakat serta memahami sesuai dengan ajaran Islam.

d. Kemampuan dalam pengelolaan pendidikan.

Kompetensi tersebut di break down dalam mata kuliah

pengembangangan nilai moral agama anak usia dini sebagai berikut:

a. Memiliki kompetensi penalaran dalam nilai moral AUD

b. Memiliki moral yang sesuai dengan kearifan lokal

Page 55: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

44

c. Memiliki wawasan nilai moral dan agama yang berorientasi ke

depan

d. Mampu menyusun bahan pembelajaran nilai moral dan agama AUD

Informasi pokok bahasan yang esensial sebagai bahan ajar dalam

pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal untuk

mahasiswa PG-PAUD dirumusakan sebagai berikut:

POKOK BAHASAN ESENSIAL UNTUK BAHAN AJAR

a. Tujuan mata kuliah

b. Nilai

c. Moral

d. Teori nilai moral Lickona dan Kohlberg

e. Pendidikan nilai Ki Hajar Dewantara

f. Nilai-nilai agama dan moral universal

g. Grand desain pendidikan karakter di Indonesia

h. Nilai moral berbasis kearifan lokal

i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

j. Analisis nilai moral dan agama AUD

k. Metode-metode pembelajaran nilai moral AUD

l. Penyusunan bahan ajar dan metode pembelajaran nilai moral AUD

berbasis kearifan lokal

Setelah menyusun pokok bahasan mata kuliah pengembangangan

nilai moral anak usia dini (AUD), tim peneliti melaksanakan rancangan

penelitian di Ruang Microteaching (B-106), Gedung FKIP, Universitas

Muhammadiyah Surabaya, dengan hasil sebagai berikut:

Page 56: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

45

a. Penentuan tim observer

Pembentukan tim obeserver, sebagai strategi untuk meningkatkan

keprofesionalan pendidik secara bersama-sama. Setelah melakukan

diskusi diperoleh hasil sebagai berikut:

Fakultas/Jurusan : Keguruan dan Ilmu Pendidikan/ FMIPA

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini

(PG-PAUD)

Bidang Keahlian : Pendidikan Kewarganegaraan

Bidang Keahlian Mata kuliah Nama

Dosen Peneliti

Nama

(Dosen Pengamat)

Pendidikan

Kewarganegaraan

Pengembangangan

Nilai Moral Anak

Usia Dini (AUD)

Badruli

Martati, M.Pd. Wahyuni Suryaningtyas, M.Si.

Misrin Hariadi, ME.

Kamaliah Rahmayati

b. Perancangan (design) pembelajaran mata kuliah pengembangangan

nilai moral AUD

Pada design pembelajaran mata kuliah pengembangangan nilai

moral AUD juga dilakukan identifikasi masalah di ruang perkuliahan

yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian dan perencanaan alternatif

pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan

pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi

pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik

Observer

Page 57: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

46

siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat

peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap design adalah

dengan melakukan diskusi sesama tim peneliti mengenai tata cara atau

skenario pelaksanaan, penetapan materi pembelajaran, waktu

Implementasi dan Refleksi. Diskusi menghasilkan kesepahaman

mengenai rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Selanjutnya dosen peneliti dan observer berdiskusi dalam menyusun

lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu

diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-

indikatornya, dilihat dari segi tingkah laku mahasiswa. Aspek-aspek

proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan

perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang

ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya,

selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran

yang terdiri atas:

1) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal

2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) mata kuliah Pengembangan Moral

Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal

3) Bahan ajar mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini

berbasis kearifan lokal

4) Media pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia

Dini berbasis kearifan lokal

5) Instrument penelitan mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia

Dini berbasis kearifan lokal meliputi: lembar observasi

Page 58: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

47

kesesuaian/kelayakan RPP dengan pelaksanaan pembelajaran,

lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas dosen

dan lembar respon mahasiswa

6) Prototype buku teks pengembangan moral anak usia dini bagi

mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD)

dengan menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran

berbasis kearifan lokal.

T5. Tahap Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Criterian-

Reverenced Test Item)

Berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka dilakukan

pengembangan butir asesmen untuk mengukur pengembangan karakter

dan capaian pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa. Berikut

diberikan literature mengenai pembelajaran berbasis kearifan lokal:

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Gagne (dalam Pribadi, 2009:9) mendefinisikan istilah pembelajaran

sebagai serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud

untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran pada

dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan

yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai

sumber untuk belajar (Susialana dan Riyana, 2008: 1). Pembelajaran

Page 59: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

48

dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru

sebagai fasilitator. Bagian terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah

terjadinya proses belajar (learning process).

Grand Desain karakter pendidikan nasional (2010), menyebutkan

salah satu karakter yang perlu dibangun untuk siswa adalah karakter

demokratis, sebuah nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang

tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena

itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi

moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991)

atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and

moral behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun

pro-social morality (Piaget, 1967; Kohlberg; 1975; Eisenberg-Berg;

1981).

Pemaknaan senada, demokratis dapat dimaknai sebagai perilaku

manusia dalam mengamalkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehari-hari. Atau dikatakan

sebagai perilaku hidup dari warganegara yang baik dan bertanggung

jawab, serta sadar akan hak dan kewajiban terhadap masyarakat, bangsa

dan negara. Menurut Warsono, sebagai warga negara yang baik dan

bertangung jawab setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga dan lingkungan (Martati,

2010:5). Pengertian bertanggung jawab terhadap lingkungan dapat

diartikan kewajiban untuk menjaga dan memelihara lingkungan, peduli

Page 60: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

49

terhadap kelestarian alam dengan menjaga fungsi-fungsi alam itu sendiri.

Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah lingkungan alam dan

lingkungan sosial yang dapat dimaknai pula sebagai sebuah sikap kearifan

lokal. Contoh menjaga lingkungan alam: menanam pohon yang

bermanfaat bagi kehidupan, tidak membuang sampah di sungai. Menjaga

lingkungan sosial, contohnya: menjaga dan memelihara norma dalam

masyarakat, menjaga dan memelihara budaya daerah di tengah arus

globalisi, berperan serta dalam kegiatan gotong royong di lingkungan, dan

lain-lain

Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau

kebijaksanaan; dan lokal (lokal) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah

gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,

yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Secara

konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan

kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika,

cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Pentingnya

kearifan lokal, menjadi hal penting untuk dibudayakan kepada generasi

muda (anak usia dini) melalui proses pembelajaran yang diberikan oleh

guru PAUD melalui bahan ajar berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal

makin mendesak untuk disisipkan dalam proses pembelajaran agar anak

usia dini memiliki karakter peduli sosial dan lingkungan. Hal ini sejalan

dengan semakin menipisnya sumber daya alam dan peliknya upaya

pemberdayaan masyarakat. Oleh karena kearifan lokal turut menjadi

elemen penentu keberhasilan pembangunan sumber daya masyarakat dan

pengelolaan sumber daya alam. Sebagai sebuah nilai, kearifan lokal

merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam

berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Keraf

Page 61: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

50

(2006) menegaskan kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan,

keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang

menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas

ekologis.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran moral berbasis

kearifan lokal adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan

peserta didik dalam upaya pemenuhan kebutuhan tentang pengetahuan,

keterampilan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan

atau etika yang menuntun perilaku hidup masyarakat lokal dalam

berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif pada suatu

lingkungan belajar dengan memanfaatkan komunitas ekologis sebagai

sumber belajar.

Penelitian pengembangan menggunakan prosedur Dick &Carey

pada tahap 6 sampai dengan tahap 9 saling terintegrasi, sehingga

prosesnya tidak dapat dipisahkan tahap satu dengan tahap lainnya. Bagan

integrasi tahap 6 sampai dengan tahap 9 adalah sebagai berikut:

T6. Tahap Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional

Strategy)

Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan

dilakukan pengembangan strategi pengajaran yang digunakan untuk

mengidentifikasi kegiatan pendukung pengembangan perangkat

pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis

kearifan lokal dan peningkatan capaian pembelajaran (learning

Page 62: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

51

outcomes). Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian

informasi, praktik dan refleksi (balikan), dan testing yang dilakukan lewat

aktivitas.

T7. Tahap Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop and

Select Instructional Materials)

Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan

pengembangan perangkat pembelajaran sebagai penjabaran lebih rinci

dalam memenuhi capaian pembelajaran (learning outcomes) yang

meliputi silabus, RPP, bahan ajar, media, dan instrumen penilaian hasil

belajar.

T8. Tahap Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design

and Conduct Formative Evaluation)

Tahap ini akan dilakukan evaluasi untuk mengumpulkan data

dalam rangka melakukan identifikasi strategi pengembangan perangkat

pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis

kearifan lokal dan capaian pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa.

T9. Tahap Menulis Perangkat (Design and Conduct Summative

Evaluation)

Hasil-hasil tahap di atas dijadikan sebagai dasar untuk menulis

perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan

diujicobakan di pada mitra-Universitas yaitu Universitas Muhammadiyah

Sidoarjo (UMSIDA) program studi Pendidikan Guru- Pendidikan Anak

Usia Dini (PG-PAUD).

Hasil validasi perangkat pembelajaran yang dihasilkan

divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli), adapun validator

perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:

Page 63: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

52

Expert Judgement-1 : Dr. Ridwan

Expert Judgement-2: Dr. Wahju Dyah Laksmi W., M.Pd.

Validasi-1: Perangkat Survey Need Assesment

Rancangan lembar survey need assesment yang dihasilkan

divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli). Adapun hasil

validasi perangkat serta saran perbaikan dari validator untuk lembar

survey need assessment pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal

tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 5.3 Validasi dan Saran Perbaikan Lembar Survey Need Assessment

No Pertanyaan V-1 V-2

1 Moral adalah perilaku yang baik dan tidak baik 3 3

2 Menurut Saudara pembelajaran moral untuk anak usia dini

perlukah?

4 4

3 Kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana,

penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya

3 3

4 Moral yang diajarkan sebaiknya berpijak atau sesuai dengan kearifan lokal

3 3

5 Nilai agama penting diajarkan sejak usia dini 3 3

6 Kearifan lokal makin mendesak untuk disisipkan dalam proses pembelajaran agar anak usia dini memiliki karakter peduli sosial

dan lingkungan

3 3

7 Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan,

pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang

menuntun perilaku manusia dalam keidupan di dalam komunitas

ekologis

3 2

8 Saya membutuhkan materi yang sesuai dengan kearifan lokal 3 3

9 Saya membutuhkan metode yang sesuai dengan kearifan lokal 3 3

10 Saya membutuhkan media yang sesuai dengan kearifan lokal 3 3

Ratar-rata Skor Penilaian 3.10 3.00

Rata-rata Skor Penilaian V-1 dan V-2 3.05

(Sangat Baik)

Saran Validator-1:

1. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi

2. Belum ada petunjuk pengisian lembar survey

3. Pada lembar survey ada baiknya mahasiswa tidak hanya menjawab Ya/Tidak namun

ditambahkan item “Alasan” pada setiap pertanyaan pilihan jawaban

Kesimpulan:

Dapat digunakan dengan perbaikan kecil

Page 64: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

53

Saran Validator-2:

1. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi

2. Tambahkan juga petunjuk pengisian lembar survey serta identitas mata kuliah yang

dikembangkan serta program studi

3. Pada pertanyaan No. 7 tidak perlu dicantumkan, sehingga pertanyaan survey hanya

memuat 9 pertanyaan

Kesimpulan:

Dapat digunakan dengan sedikit perbaikan

Keterangan Skala penilaian:

Sangat Baik : 4 (Kualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan

konteks penjelasan)

Baik : 3 (Kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan)

Cukup baik : 2 (Kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan)

Tidak baik : 1 (Kualitas tidak baik, sulit difahami, perlu

disempurnakan

Pedoman Penilaian Perangkat Survey Need Assestment (PSMA):

Nilai dikonversikan dengan kriteria :

30 < PSNA ≤ 40 Kategori : Kualitas PSNA Sangat Baik, dapat

digunakan untuk penelitian dengan sedikit

perbaikan

20 < PSNA ≤ 30 Kategori : Kualitas PSNA Baik, dapat digunakan

untuk penelitian dengan banyak perbaikan

10 < PSNA ≤ 20 Kategori : Kualitas PSNA Tidak Baik, tidak dapat

digunakan untuk penelitian

Kesimpulan saran dari validator mengenai perangkat survey need

assessment adalah lembar survey dapat digunakan dengan sedikit

perbaikan.

Page 65: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

54

Validasi-2: Perangkat RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dihasilkan

divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli). Adapun hasil

validasi perangkat serta saran perbaikan dari validator untuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Implementasi-1 dan Implementasi-2

mata kuliah pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal tersaji

dalam tabel berikut:

Tabel 5.4 Validasi dan Saran Perbaikan RPP Implementasi-1 dan Implementasi-2

No Komponen RPP Ada RPP-1 RPP-2

V-1 V-2 V-1 V-2 V-1 V-2

I A. Kompetensi dasar

1. Kesesuaian dengan kurikulum 2. kesesuaian dengan perangkat

√ √

√ √

4 3

3 4

3 4

3 4

II B. Indikator 1. Ketepatan penjabaran

kompetensi dasar dengan

indikator

2. Dapat dan mudah diukur 3. Mengandung kata-kata

operasional.

3

3

3

3

4

4

3

4

3

4

3

4

III C. Penyusunan RPP

1. Kegiatan awal

2. Kegiatan inti

3. Kegiatan akhir 4. Pemberian tugas

√ √

√ √

3

3

2 3

3

3

3 3

3

3

3 3

3

3

3 3

Rata-rata Skor Penilaian 3.00 3.33 3.22 3.33

Rata-rata Skor Penilaian V-1 dan V-2 3.17 3.28

Rata-rata Skor Akhir Penilaian V-1 dan V-2 3.22

Saran Validator-1:

1. Pada judul RPP ditambahkan identitas RPP seperti keterangan identittas prodi dan

implementasi ke-…

RPP Implementasi ke-1

RPP Implementasi ke-2

2. Menambahkan pada point (F)

Metode ditambahkan Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

Menambahkan “Model Pembelajaran apa? yang digunakan

3. Memperbaiki alokasi waktu yang digunakan pada RPP implementasi-1 dan implementasi-2

4. Pada RPP implementasi-1 dan implementasi-2 alokasi waktu sebaiknya jangan dibuat

global, harus diperinci setiap langkah pembelajaran

Kesimpulan:

Dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan

Page 66: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

55

Saran Validator-2:

1. Pada lembar RPP bisa ditambahkan logo Fakultas

2. Secara umum RPP implementasi-1 dan implementasi-2 serta bahan ajar yang digunakan

sudah memiliki linieritas dalam capaian pembelajaran dan materi.

3. Memperbaiki point (F)

- Pendekatan yang digunakan digani dengan pendekatan Saintific

- Menambahkan metode pembelajaran Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Presentasi,

karena dalam RPP juga terdapat unsur ceramah ketika dosen menerangkan tentang

pembelajaran berbasis kearifan lokal, terdapat juga unsur diskusi ketika mahasiswa

berkelompok berdiskusi mengerjakan LKM, terdapat Tanya jawab ketika awal

pembelajaran pada waktu melakukan apersepsi serta eksplorasi tentang kearifan lokal,

dan juga terdapat unsur presentasi ketika mahasiswa setiap kelompok memaparkan

hasil diskusi.

4. RPP implementasi-1 dan implementasi-2 pada kegiatan awal, inti dan akhir karakteristik

pendekatan pembelajaran yang digunakan belum terlihat dengan jelas. Karakteristik

pendekatan bisa ditampakkan mungkin dengan menebalkan kata-kata/unsur-unsur

pendekatan Saintific.

5. Metode pembelajaran juga harus terlihat mungkin bisa dengan alternatif menambahkan

kolom metode pembalajaran.

6. Jika memungkinkan bisa menambahkan model pembelajaran yang digunakan.

7. Alokasi waktu RPP implementasi-1 dan implementasi-2 terlalu global, alokasi harus lebih

diperinci karena akan digunakan untuk menghitung efektifitas aktivitas mahasiswa dalam

pembelajaran berbasis kearifan lokal.

8. Sumber pustaka yang digunakan tidak up-to-date, sebaiknya menggunakan pustaka yang

terbaru dengan janka waktu 5 tahun ke belakang yaitu pustaka sekitar tahun 2010 s.d 2016.

9. Pada point (I), untuk media pembelajaran ditambahkan media yang digunakan untuk

pembelajaran berbasis kearifan lokal.

10. Penulisan point (J) “Insrumen” diperbaiki menjadi “Instrumen”

Kesimpulan:

Dapat digunakan dengan melakukan perbaikan

Keterangan Skala penilaian:

Sangat Baik : 4 (Kualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan

konteks penjelasan)

Baik : 3 (Kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan)

Cukup baik : 2 (Kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan)

Tidak baik : 1 (Kualitas tidak baik, sulit difahami, perlu

disempurnakan

Page 67: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

56

Pedoman Penilaian Perangkat RPP:

Nilai dikonversikan dengan kriteria:

30 < RPP ≤ 40 Kategori : Kualitas RPP Sangat Baik, dapat

digunakan untuk penelitian dengan sedikit

perbaikan

20 < RPP ≤ 30 Kategori : Kualitas RPP Baik, dapat digunakan

untuk penelitian dengan banyak perbaikan

10 < RPP ≤ 20 Kategori : Kualitas RPP Tidak Baik, tidak dapat

digunakan untuk penelitian

Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa untuk kedua RPP baik RPP

Implementasi-1 dan Implementasi-2 semuanya komponen RPP ada,

diantaranya yaitu: komponen Kompetensi Dasar (KD), Indikator

Pembelajaran dan komponen penyusunan RPP yang terdiri dari Kegiatan Awal,

Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir dan Pemberian Tugas. Berdasarkan hasil validasi

expert judgement menunjukkan bahwa RPP layak digunakan untuk

penelitian dengan melakukan perbaikan. Penilaian Expert Judgement-1

pada RPP Implementasi-1 memberikan rata-rata nilai sebesar 3.00 dan

RPP Implementasi-2 memliki rata-rata 3.22, sehingga diperoleh rata-rata

keseluruhan penilaian RPP sebesar 3.11. Pedoman penilaian perangkat

pembelajaran RPP untuk rata-rata 3.11 masuk pada kategori perangkat

yang ”sangat baik”, yaitu RPP memiliki kualitas yang baik dan layak

digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan. Sedangkan,

hasil penilaian Expert Judgement-2 pada RPP Implementasi-1

memberikan rata-rata nilai sebesar 3.33 dan RPP Implementasi-2 memliki

rata-rata 3.33, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan penilaian RPP

sebesar 3.33. Pedoman penilaian perangkat pembelajaran RPP untuk rata-

rata 3.33 masuk pada kategori perangkat yang ”sangat baik”, yaitu RPP

Page 68: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

57

memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan untuk penelitian dengan

melakukan perbaikan.

Hasil analisis validasi pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa secara

umum kesimpulan dan saran dari validator mengenai perangkat RPP

Implementasi-1 dan Implementasi-2 adalah kualitas RPP sangat baik dan

dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan.

Validasi-3: Materi Ajar

Materi ajar pembelajaran berbasis kearifan lokal yang dihasilkan

juga divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli). Materi ajar

yang digunakan adalah berupa verisi cetak dari media power point dengan

hasil cetak dua slide per lembar, jika menggunakan 3 (tiga) slide per

lembar tulisan pada masing-masing slide terlihat terlalu kecil dan tidak

terlihat dengan jelas, sehingga tim peneliti sepakat untuk mencetak 2 (dua)

slide per lembar. Adapun hasil validasi perangkat serta saran perbaikan

dari validator untuk Materi Ajar Implementasi-1 dan Implementasi-2 mata

kuliah pengembangan nilai moral pembelajaran berbasis kearifan lokal

tersaji dalam Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.4 Validasi dan Saran Perbaikan RPP Implementasi-1 dan Implementasi-2

No Komponen RPP Ada MA-1 MA-2

V-1 V-2 V-1 V-2 V-1 V-2

1.

2.

3.

4.

5.

6

Kesesuaian materi dengan

tujuan pembelajaran

. Kebenaran konsep

Gambar penunjang materi

Keterangan gambar

Contoh permasalahan

penunjang materi

Keterbacaan bahasa

3

3

4

3

3

4

3

4

4

3

3

4

3

4

3

3

3

3

4

3

3

3

3

4

Rata-rata Skor Penilaian 3.33 3.50 3.17 3.33

Rata-rata Skor Penilaian V-1 dan V-2 3.42 3.25

Rata-rata Skor Akhir Penilaian V-1 dan V-2 3.33

Page 69: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

58

Saran Validator-1:

1. Pada materi ajar sebaiknya diberikan keterangan implementasi ke-…

Contoh:

Menjadi

2. Menambahkan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran pada PPT

Implementasi-1

Kesimpulan:

Dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan sedikit perbaikan

Saran Validator-2:

1. Pada PPT Implementasi-1 ditambahkan kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran.

2. Power point yang digunakan sangat menarik karena terdapat gambar-gambar

yang sesuai dengan konten pebelajaran berbasis kearifan lokal yaitu mempelajari

Tokoh pendidikan bangsa disertai dengan melibatkan tokoh penanaman nilai

moral Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan sangat sesuai dengan ciri khas

Universitas, Fakultas dan Prodi.

3. Secara umum ajar yang digunakan untuk implementasi-1 dan implementasi-2

sudah memiliki linieritas dalam capaian pembelajaran.

Kesimpulan:

Dapat digunakan dengan melakukan sedikit perbaikan

Page 70: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

59

Keterangan Skala penilaian:

Sangat Baik : 4 (Kualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan

konteks penjelasan)

Baik : 3 (Kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan)

Cukup baik : 2 (Kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan)

Tidak baik : 1 (Kualitas tidak baik, sulit difahami, perlu

disempurnakan

Pedoman Penilaian Perangkat RPP:

Nilai dikonversikan dengan kriteria:

30 < RPP ≤ 40 Kategori : Kualitas RPP Sangat Baik, dapat

digunakan untuk penelitian dengan sedikit

perbaikan

20 < RPP ≤ 30 Kategori : Kualitas RPP Baik, dapat digunakan

untuk penelitian dengan banyak perbaikan

10 < RPP ≤ 20 Kategori : Kualitas RPP Tidak Baik, tidak dapat

digunakan untuk penelitian

Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa untuk kedua Media Ajar

Implementasi-1 dan Implementasi-2 semuanya komponen materi ajar ada,

diantaranya yaitu: Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran,

Kebenaran konsep, Gambar penunjang materi, Keterangan gambar,

Contoh permasalahan penunjang materi dan Keterbacaan bahasa.

Berdasarkan hasil validasi expert judgement menunjukkan bahwa Materi

Ajar layak digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan.

Penilaian Expert Judgement-1 pada Materi Ajar Implementasi-1

memberikan rata-rata nilai sebesar 3.33 dan Materi Ajar Implementasi-2

memliki rata-rata 3.17, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan penilaian

RPP sebesar 3.25. Pedoman penilaian perangkat pembelajaran Materi

Page 71: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

60

Ajar untuk rata-rata 3.25 masuk pada kategori perangkat yang ”sangat

baik”, yaitu Materi Ajar memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan

untuk penelitian dengan melakukan perbaikan. Sedangkan, hasil penilaian

Expert Judgement-2 pada Materi Ajar Implementasi-1 memberikan rata-

rata nilai sebesar 3.50 dan Materi Ajar Implementasi-2 memliki rata-rata

3.33, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan penilaian RPP sebesar

3.42. Pedoman penilaian perangkat pembelajaran RPP untuk rata-rata

3.42 masuk pada kategori perangkat yang ”sangat baik”, yaitu Materi

Ajar memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan untuk penelitian

dengan melakukan perbaikan.

Hasil analisis validasi pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa secara

umum kesimpulan dan saran dari validator mengenai perangkat Materi

Ajar Implementasi-1 dan Implementasi-2 adalah kualitas Materi Ajar

sangat baik dan dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan

perbaikan.

Penelitian pengembangan Tahap-6 (T6) sampai dengan Tahap-9

(T9) terealisasi pada hasil penelitian Implementasi-1. Hasil

implementasi-1 diuraikan sebagai berikut:

Implementasi-1 Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal

Pada tahap ini

dilaksanakan Implementasi-1

mata kuliah Pengembangan

Moral Anak Usia Dini

berbasis kearifan lokal.

Impementasi-1 dilakukan pada

Hari Kamis, tanggal 23 Juni 2016, penjelasan pelaksanaan implementasi

dilakukan oleh ketua peneliti pada pukul 12.45 WIB dan diakhiri dengan

Page 72: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

61

pembagian Lembar Observasi, RPP, LKM, dan Lembar Soal-Soal

Evaluasi kepada observer dan lembar validasi perangkat pembelajaran.

Dalam kegiatan pelaksanaan dan observasi, dosen peneliti melakukan

penyelenggaraan Belajar dan Mengajar (PBM) dan observer melakukan

observasi dengan mencatat apa saja yang diamati saat proses

pembelajaran berlangsung sesuai poin-poin yang telah tersedia dalam

lembar observasi. Pelaksanaan Implementasi I disajikan pada tabel 5.6

berikut.

Tabel 5.6 Jadwal Pelaksanaan perkuliahan pada Implementasi-1

Implementasi-1

Hari/Tanggal Materi/Topik

Kamis/23 Juni 2016 Nilai Moral Indonesia

Kompetensi Dasar:

Mampu memahami teori-teori nilai moral pakar pendidikan Indonesia

Indikator

1. Memahami teori nilai moral Ki Hajar Dewantara

2. Memahami teori nilai moral K.H. Ahmad Dahlan

Pada awal perkuliahan dosen menyampaikan tujuan pembelajaran

dilanjutkan dengan menjelaskan materi pelajaran dengan pokok bahasan

Nilai Moral Indonesia, selanjutnya membagi mahasiswa yang berjumlah

33 mahasiswa ke dalam 6 (delapan) kelompok belajar, dimana masing-

masing kelompok belajar terdiri dari 5-6 orang mahasiswa, namun pada

pelaksanaan mahasiswa yang hadir sebanyak 29 mahasiswa. Langkah

selanjutnya dosen peneliti memberikan media pembelajaran berbasis

kearifan lokal serta lembar kerja mahasiswa (LKM) kepada masing-

masing kelompok setelah memberikan penjelasan materi.

Page 73: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

62

Bahan Ajar Implementasi-1 (Pengembangan Moral AUD Berbasis

Kearifan Lokal)

Bahan ajar yang digunakan pada Implementasi-1 mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal

menggunakan teori-teori moral dari tokoh pahlawan pendidikan Ki Hajar

Dewantara serta untuk mengintegrasikan dengan nilai-nilai

Kemuhammadiyahan kami menyertakan teori nilai morah dari K.H.

Ahmad Dahlan.

Pelaksanaan Implementasi-1

Pelaksanaan pembelajaran pada

implementasi-1 dilakukan sesuai dengan

RPP yang telah disusun.

Prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a. Penyajian informasi

Dosen memberikan informasi dengan menyampaikan materi tentang:

nilai moral Ki Hajar Dewantoro dan nilai moral K.H. Ahmad

Dahlan.

b. Pembagian kelompok

Dosen membagi mahasiswa menjadi

kelompok yang heterogen yaitu

dibentuk kelompok yang memiliki

Page 74: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

63

kriteria Tinggi, Sedang dan Rendah. Pembagian kelompok sudah

dilakukan sebelum Implementasi-1. Hal ini dilakukan karena peneliti

sudah terbiasa melakukan pem-belajaran dengan menggunakan

cooperative learning. Peneliti sebelum mulai pembelajaran sudah

membagikan kelompok belajar, sehingga siswa pada waktu

pembelajaran sudah membentuk kelompok masing-masing sesuai

dengan list group yang diberikan oleh dosen. Pemberian list group

sebelum implementasi-1 diharapkan dapat menghemat waktu

pembelajaran, mengingat pembentukan kelompok menghabiskan

waktu yang cukup banyak, diantaranya waktu untuk menata kursi,

waktu untuk berkelompok sesuai dengan list group, waktu untuk

mengeluarkan kursi yang tidak digunakan, dan lain-lain.

c. Membagikan Bahan ajar, LKM dan media pembelajaran

Dosen membagikan Bahan ajar,

Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)

dan Media Pembelajaran pada

masing-masing kelompok belajar.

Sebelum mengerjakan LKM,

mahasiswa diberikan informasi mengenai penggunaan media

pembelajaran, setelah menggunakan media, kelompok mahasiswa

dapat berdiskusi mengerjakan LKM.

d. Dosen membimbing kelompok belajar

Dosen juga melakukan pendampingan

dan bimbingan pada kelompok belajar,

hanya untuk memastikan media dan LKM

yang diberikan dapat dapat dikerjakan

sesuai dengan informasi yang diberikan.

Page 75: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

64

e. Presentasi diskusi kelompok belajar

Mahasiswa setelah melakukan

diskusi pada masing-masing

kelompok belajar serta

mengerjakan LKM, dosen

kemudian memberikan arahan

agar masing-masing kelompok menunjuk perwakilan untuk

mempresentasikan hasil diskusi pengerjaaan LKM.

Dosen pada waktu akhir presentasi memberikan assessment

(penilaian) hasil presentasi diskusi kelompok berupa reward

(penghargaan) bagi kelompok yang presentasinya bagus.

f. Membimbing membuat ringkasan/refleksi

Dosen membimbing kelompok belajar agar berdiskusi untuk

membuat ringkasan pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral

AUD Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok bahasan Nilai Moral

Indonesia.

g. Memberikan Post-Test dan tugas lanjutan

Dosen membagikan post-test kepada masing-masing mahasiswa.

Sebelum membagikan post-test dosen mengembalikan tempat duduk

mahasiswa seperti semula dengan diberikan jarak pada masing-

masing kursi. Pengembalian empat duduk dan pemberian jarak

dimaksudkan agar mahasiswa mengerjakan post-test sesuai dengan

kemampuannya sesndir serta untuk menghindari pencontekan. Jika

ada pencontekan, maka hasil evaluasi test hasil belajar menjadi tidak

valid.

Page 76: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

65

Setelah mengerjakan post-test selama 40 menit, mahasiswa

diberikan informasi mengenai tugas lanjutan yang akan dibahas

pada pertemuan selanjutnya (implementasi-2).

Refleksi Implementasi-1

Pada pukul 15.30 perkuliahan berakhir, kemudian pukul 16.00

dosen peneliti dan tim observer masuk kembali ke dalam ruang kelas yang

sama untuk melakukan diskusi pasca pembelajaran. Diskusi pasca

pembelajaran ini dikenal dengan tahap refleksi. Tahap Refleksi diawali

dengan mempersilahkan dosen peneliti untuk melakukan refleksi diri

berupa perasaan sebelum, saat dan setelah mengajar, ketercapaian

skenario pembelajaran yang telah dirancang, kondisi-kondisi khusus yang

terjadi pada beberapa siswa saat pembelajaran, dll. Selanjutnya, setelah

refleksi diri dari dosen model dilakukan kemudian observer

menyampaikan komentar berdasarkan hasil pengamatan

pembelajarannya. Berikut hasil refleksi yang diberikan:

a. Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKM, dan THB

b. Penyesuaian alokasi waktu pembelajaran

c. Ruang kelas yang digunakan kurang luas walaupun sudah mengurangi

kursi-kursi yang tidak digunakan, karena pada waktu mahasiswa

membentuk kelompok, space (jarak) antara kelompok satu dengan

yang lain sangat dekat serta akses dosen untuk berjalan ke masing-

masing kelompok kesulitan.

d. Tas-tas mahasiswa sebaiknya ditaruh di depan kelas, mahasiswa

diharapkan hanya mengeluarkan peralatan menulis, buku ataupun

sumber belajar yang dibawa.

Page 77: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

66

e. Dosen kurang memperhatikan mahasiswanya pada waktu

menerangkan, karena terdapat beberapa mahasiswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari dosen.

Analisis Kemampuan Dosen dalam Mengelola Pembelajaran

Implementasi-1

Data kemampuan dosen diperoleh dari lembar observasi

kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. Data kemampuan

dosen secara terperinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan analisis

data kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5.7 Data Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada

Implementasi-1

Aspek Yang Diamati Dilakukan Observer Rata-

Rata Ya Tidak 1 2 3

Tahap-1: Mempresentasikan materi pendidikan moral Indonesia

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran

√ 3 4 3 3.33

2. Memunculkan masalah moral Indonesia

√ 4 4 4 4.00

3. Memotivasi untuk memecahkan masalah moral

Indonesia

√ 3 4 4 3.67

Tahap-2: mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar dalam tim

Membagi mahasiswa dalam

kelompok dengan memperhatikan

perbedaan kemampuan dan rasio

jumlah mahasiswa

√ 4 4 4 4.00

Page 78: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

67

Aspek Yang Diamati Dilakukan Observer Rata-

Rata Ya Tidak 1 2 3

Tahap-3: membantu pembelajaran secara kelompok

1. Mahasiswa belajar dalam tim √ 4 3 3 3.33

2. Membimbing mahasiswa

dalam mengorganisasikan

tugas dan berbagi tugas dengan teman sekelompoknya

√ 4 4 4 4.00

3. Memastikan bahwa seluruh tim telah menguasai materi

√ 3 3 3 3.00

Tahap-4:Mengembangkan dan menyajikan hasil tim

1. Membimbing mahasiswa

menganalisis dan membuat kesimpulan

√ 4 4 3 3.67

2. Membimbing mahasiswa menyajikan hasil tim

√ 3 3 4 3.33

Tahap-5: Membagikan post-test secara individu

Membagikan post-test secara

individu

√ 4 4 4 4.00

Hasil Penilaian Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada Implementasi-1

Rata-rata tingkat Kemampuan Dosen 3.60 3.70 3.60 3.63

Kategori Penilaian Sang

at

Baik

Sang

at

Baik

Sanga

t Baik

Sangat

Baik

Pedoman Penilaian :

Nilai dikonversikan dengan kriteria :

3,20 < tkg ≤ 4,00 Kategori : Sangat Baik

2,40 < tkg ≤ 3,20 Kategori : Baik

0,80 < tkg ≤ 1,60 Kategori : Kurang Baik

0 < tkg ≤ 0,80 Kategori : Tidak Baik

Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran ditunjukkan pada

tabel 5.7 yang dihitung dengan mencari rata-rata dari ke tiga observer,

kemudian melihat hasil rata-rata diperoleh hasil kriteria kemampuan

dosen dalam mengelola pembelajaran. Kriteria kemampuan dosen

diperoleh dari rumus sturges untuk memperoleh banyak kelas dan juga

rentang penilaian. Dari ke ke tiga observer menunjukkan tingkat

kemampuan dosen berada pada kriteria Sangat Baik. Dari hasil analisis

Page 79: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

68

tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dosen dalam mengelola

pembelajaran adalah efektif.

Analisis Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-1

Pada instrumen lembar observasi aktivitas mahasiswa diperoleh

aktivitas mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan

dilakukan setiap kali pertemuan dengan waktu 2 × 50 menit dengan jarak

waktu setiap 2 (dua) menit satu kali pencatatan dan hasilnya dirata-rata.

Data hasil pengamatan dapat dilihat secara terperinci pada lampiran,

sedangkan pengolahan data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.5

berikut.

Tabel 5.8 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa pada

Implementasi-1

No Jenis Kegiatan O1 O2 O3 Rata-

rata

Rentang

waktu ideal

dengan

toleransi 5

menit (%)

Keterangan

1 Membaca masalah / materi

pelajaran

9.00 8.00 8.00 8.33 5 ≤ x ≤ 15 Efektif

2 Aktif dalam kegiatan (diskusi kelompok,

pelajaran)

27.00 28.00 27.00 27.33 25 ≤ x ≤ 35 Efektif

3 Mencatat 8.00 8.00 9.00 8.33 5 ≤ x ≤ 15 Efektif

4 Memperhatikan penjelasan

dosen

(pendahuluan/penutup, motivasi, bahan

pengait/apersepsi, tujuan

pembelajaran, materi

pelajaran, contoh materi)

30.00 24.00 26.00 26.67 25 ≤ x ≤ 35 Efektif

5 Melakukan pengamatan,

percobaan, bekerja

24.00 30.00 23.00 25.67 20 ≤ x ≤ 30 Efektif

6 Bertanya kepada

dosen/teman

15.00 16.00 15.00 15.33 15 ≤ x ≤ 25 Efektif

7 Mengemukakan pendapat,

presentasi di depan kelas, mendengarkan percakapan

diskusi

37.00 38.00 38.00 37.67 35 ≤ x ≤ 45 Efektif

Page 80: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

69

No Jenis Kegiatan O1 O2 O3 Rata-

rata

Rentang

waktu ideal

dengan

toleransi 5

menit (%)

Keterangan

8 Perilaku yang tidak

relevan (berbicara sendiri, bercanda, dll)

4 0 0 1.33 0 ≤ x ≤ 5 Efektif

Berdasarkan tabel 5.8 dan rentang waktu ideal, maka waktu yang

digunakan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung untuk setiap

aktivitas diuraikan sebagai berikut.

a. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam membaca masalah / materi

pelajaran adalah 8.33 berada pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga

aktivitas tersebut efektif dilakukan.

b. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam aktif dalam kegiatan

(diskusi kelompok, pelajaran) adalah 27.33 berada pada rentang 25 ≤

x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.

c. Waktu yang digunakan mahasiswa untuk mencatat adalah 8.33berada

pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.

d. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam memperhatikan penjelasan

dosen (pendahuluan/penutup, motivasi, bahan pengait/apersepsi,

tujuan pembelajaran, materi pelajaran, contoh materi) adalah 26.67

berada pada rentang 25 ≤ x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif

dilakukan.

e. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam melakukan pengamatan,

percobaan, bekerja adalah 25.67 berada pada rentang 20 ≤ x ≤ 30,

sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.

f. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam bertanya kepada

dosen/teman adalah 15.33 berada pada rentang 15 ≤ x ≤ 25, sehingga

aktivitas tersebut efektif dilakukan.

Page 81: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

70

g. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam mengemukakan pendapat,

presentasi di depan kelas, mendengarkan percakapan diskusi adalah

37.67 berada pada rentang 35 ≤ x ≤ 45, sehingga aktivitas tersebut

efektif dilakukan.

h. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam Perilaku yang tidak relevan

(berbicara sendiri, bercanda, dll) adalah 1.33 berada pada rentang 0 ≤

x ≤ 5, sehingga aktivitas tersebut efektif tidak dilakukan.

Analisis Ketuntasan Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-

1

Dosen peneliti dalam analisis ketutasan mahasiswa, dosen

memberikan Pre-test untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa

mengenai pembelajaran pengembangan nilai moral berbasis kearifan

lokal. Selain sebagai informasi kemampuan awal, nilai pre-test juga

digunakan untuk mengetahui terdapatnya perbedaan sebelum dan sesudah

pembejaran. Grafik nilai pre-post mahasiswa PG-PAUD pada

imlementasi-1 diberikan pada grafik 5.1 sebagai berikut.

Grafik 5. 1 Pre-Post Implementasi-1 Pembelajaran Berbasis Kearifan

Lokal

Page 82: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

71

Tabel 5.9 Rekapitulasi Nilai Pre-test Mahasiwa Implementasi-1

Nilai Post-Test 1 Nilai

Rata-rata KKMM

Jumlah

Mahasiswa Persentase

Tuntas Belajar

(KKMM ≥ 65) 0 00.00 %

21.72

Tidak Tuntas Belajar

(KKMM < 65) 29 100.00 %

Jumlah 29 100.00%

Rekapitulasi hasil pre-test mahasiswa pada table 5.9 menunjukkan

bahwa semua (100%) mahasiswa tidak memenuhi nilai KKMM sebesar

lebih dari sama dengan 65 (KKMM ≥ 65). Nilai rata-rata kelas juga sangat

rendah yaitu sebesar 21.72, hal ini sejalan dengan need assessment yang

telah dilakukan, menunjukkan bahwa mahasiswa belum memahami

tentang pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal.

Tes ketuntasan belajar mahasiswa diikuti oleh 29 mahasiswa, 4

mahasiswa tidak hadir karena 1 mahasiswa pulang ke desa, 1 mahasiswa

ijin karena harus mengantarkan ibunya ke rumah sakit dan 2 mahasiswa

yang lain sakit. Data tes ketuntasan belajar mahasiswa pada mata kuliah

Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok

bahasan Nilai Moral Indonesia, diperoleh sebagai berikut.

Tabel 5. 10 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Mahasiwa Implementasi-1

Nilai Post-Test 1 Nilai

Rata-rata KKMM

Jumlah

Mahasiswa Persentase

Tuntas Belajar

(KKMM ≥ 65) 25 86.21 %

70.17

Tidak Tuntas Belajar

(KKMM < 65) 4 23.79 %

Jumlah 29 100.00%

Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa kriteria ketuntasan minimal

mahasiswa yang ditentukan dosen sebagai peneliti sebesar lebih dari sama

Page 83: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

72

dengan 65 (KKMM ≥ 65). Penentuan KKMM ≥ 65 dikarenakan

pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan hal yang baru bagi

mahasiswa serta mempertimbangkan kemampuan mahasiswa dalam

menjawab soal uraian dikarenakan banyak mahasiswa dalam menjawab

cenderung “to the point” kurang dapat menguraikan jawaban dengan

kata-kata. Pada implementasi-1 diperoleh hasil presentase ketuntasan

belajar sebesar 86.21% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 70.12.

Berdasarkan hasil penelitian pada implementasi-1 dapat disimpulkan

oleh peneliti bahwa KKMM telah melebihi target yang ditentukan oleh

peneliti yaitu 80% mahasiswa mencapai KKMM ≥ 65, walaupun dalam

penelitian pengembangan hal tersebut tidak perlu ditentukan indikatornya,

namun indikator tersebut bagi peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan

penelitian dalam melihat progres atau proses peningkatan ketuntasan

mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen.

Penelitian pengembangan Tahap-6 (T6) sampai dengan Tahap-9

(T9) terealisasi juga pada hasil penelitian Implementasi-2. Hasil

implementasi-2 diuraikan sebagai berikut:

Implementasi-2 Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal

Pada tahap ini dilaksanakan Implementasi-2 mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal.

Impementasi-2 dilakukan pada Hari Senin, tanggal 27 Juni 2016. Ketua

peneliti mengadakan briefing pada pukul 11.00 sebelum pelaksanaan

implementasi-2. Briefing yang diberikan meliputi: skenario pembelajaran,

observasi yang harus dilakukan dan diakhiri dengan pembagian Lembar

Observasi, RPP, LKM, dan Lembar Soal-Soal Evaluasi kepada observer.

Implementasi-2 dilaksanakan pada pukul 12.45. Pada waktu kegiatan

Page 84: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

73

pelaksanaan dan observasi implementasi-2, dosen peneliti melakukan

penyelenggaraan Belajar dan Mengajar (PBM) dan observer melakukan

observasi dengan mencatat apa saja yang diamati saat proses

pembelajaran berlangsung sesuai poin-poin yang telah tersedia dalam

lembar observasi. Pelaksanaan Impementasi-2 disajikan pada tabel 5.11

berikut.

Tabel 5.11 Jadwal Pelaksanaan perkuliahan pada Implementasi-2

Implementasi-1

Hari/Tanggal Materi/Topik

Senin/27 Juni 2016 Norma Agama Anak Usia Dini

(AUD)

Kompetensi Dasar:

Mampu memahami, dan menampilkan perilaku yang mendukung

pembiasaan berdasarkan norma agama

Indikator 1. Memahami tentang Norma Agama untuk Anak Usia ini

2. Menampilkan perilaku yang mendukung pembiasaan berdasarkan norma

Agama

Pada awal perkuliahan dosen menyampaikan tujuan pembelajaran

dilanjutkan dengan menjelaskan materi pelajaran dengan pokok bahasan

“Norma Agama Anak Usia Dini (AUD)”, selanjutnya membagi

mahasiswa yang berjumlah 33 mahasiswa ke dalam 6 (delapan) kelompok

belajar, dimana masing-masing kelompok belajar terdiri dari 5-6 orang

mahasiswa. List pembagian kelompok sama dengan implementasi-1

dengan tujuan untuk melihat kekonsistenan mahasiswa bekerja dalam satu

tim dalam tim yang sama. Alhamdulillah mahasiswa hadir seluruhnya,

namun pada waktu analisis data, nilai post-test mahasiswa disesuaikan

dengan implementasi-1 yaitu sejumlah 29 mahasiswa. Langkah

selanjutnya dosen peneliti memberikan media pembelajaran berbasis

kearifan lokal serta lembar kerja mahasiswa (LKM) kepada masing-

masing kelompok setelah memberikan penjelasan materi.

Page 85: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

74

Bahan Ajar Implementasi-2

Bahan ajar yang digunakan pada

Implementasi-2 mata kuliah Pengembangan

Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal

pada materi norma agama AUD

menggunakan strategi dan pengintegrasian

nilai moral dan agama ke dalam diri anak

usia dini, membangun kepercayaan diri, membangun kepercayaan

kepada orang lain, tenggang rasa, kegiatan pelaksanaan beragama dan

moral dalam kehidupan sehari-hari, penanaman dan pengembangan

kemampuan untuk mandiri mengekspresikan emosi, bekerja sama dan

toleransi, menghargai orang lain, serta mengembangkan konsep diri.

Pelaksanaan Implementasi-2

Pelaksanaan pembelajaran pada implementasi-2 dilakukan sesuai dengan

RPP yang telah disusun. Prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut.

a. Penyajian informasi

Dosen memberikan informasi dengan menyampaikan materi

implementasi-2 yaitu tentang: Norma Agama Anak Usia Dini (AUD).

Pada materi perkuliahan, mahasiswa sebagai calon guru PAUD

dijelaskan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan berfungsi

sebagai wahana sosialisasi,

membantu anak-anak dalam

mempelajari cara-cara hidup dimana

mereka dilahirkan. Sekolah berfungsi

mentransmisi dan mentransformasi

Page 86: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

75

kebudayaan, mengajarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi tua ke

generasi muda. Sekolah berfungsi mentransformasi budaya, artinya

untuk mengubah bentuk kebudayaan agar tetap sesuai dengan

masyarakat yang semakin maju dan komplek dengan tidak

meninggalkan kultur kebudayaan kita. Oleh karena itu nilai-nilai

luhur yang telah diwariskan oleh generasi tua ke generasi muda tidak

boleh ditinggalkan, maka sekolah mempunyai peranan besar dalam

menjaga eksistensi nilai-nilai luhur tersebut. Sebab dalam kurun

waktu yang bersamaan sekolah dituntut untuk menjawab tantangan

kemajuan teknologi serta komunikasi global yang semakin canggih

dan kompleks. Berkaitan dengan pendidikan norma agama pada anak

usia dini, maka kearifan lokal yang tercermin pada perilaku budaya

norma agama kita, perlu ditumbuhkan melalui pengenalan norma

agama setempat yang mampu menampilkan perilaku yang

mendukung kegiatan pelaksanaan beragama dan moral dalam

kehidupan sehari-hari berwujud perilaku yang sesuai dengan norma

agama dan norma sosial.

Pokok-pokok dan ruang lingkup materi pengembangan norma agama

meliputi: (1) berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan; (2)

mengucapkan dua kalimat syahadah dan mengamalkannya melalui

perbuatan; (3) melaksanakan sholat; (4) menunaikan zakat; dan (5)

berpuasa.

b. Pembagian kelompok

Pada implementasi-2, Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok

yang heterogen yaitu dibentuk kelompok yang memiliki kriteria

Tinggi, Sedang dan Rendah. Dosen Peneliti sebelum mulai

pembelajaran sudah membagikan kelompok belajar, sehingga siswa

Page 87: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

76

pada waktu pembelajaran sudah membentuk kelompok masing-

masing sesuai dengan list group yang diberikan oleh dosen pada

waktu implementasi-1.

c. Membagikan Bahan ajar, LKM dan media pembelajaran

Implementasi-2

Dosen membagikan Bahan ajar,

Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)

dan Media Pembelajaran pada

masing-masing kelompok belajar.

Sebelum mengerjakan LKM,

mahasiswa diberikan informasi

mengenai penggunaan media pembelajaran, setelah menggunakan

media, kelompok mahasiswa dapat berdiskusi mengerjakan LKM.

d. Dosen membimbing kelompok belajar pada Implementasi-2

Dosen juga melakukan pendampingan dan bimbingan pada kelompok

belajar pada Implementasi-2, hanya untuk memastikan media dan

LKM yang diberikan dapat dapat dikerjakan sesuai dengan informasi

yang diberikan.

e. Presentasi diskusi kelompok belajar Implementasi-2

Mahasiswa setelah melakukan diskusi pada masing-masing

kelompok belajar serta mengerjakan LKM, dosen kemudian

memberikan arahan agar masing-masing kelompok menunjuk

perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi pengerjaaan LKM

Implementasi-2.

Dosen pada waktu akhir presentasi memberikan assessment

(penilaian) hasil presentasi diskusi kelompok berupa reward

(penghargaan) bagi kelompok yang presentasinya bagus.

Page 88: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

77

f. Membimbing membuat ringkasan/refleksi

g. Dosen membimbing kelompok belajar agar berdiskusi untuk membuat

ringkasan pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral AUD

Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok bahasan Norma Agama AUD.

h. Memberikan Post-Test, tugas lanjutan dan lembar respon

pembelajaran pada Implementasi-2

Dosen membagikan post-test kepada masing-masing mahasiswa.

Sebelum membagikan post-test dosen mengembalikan tempat duduk

mahasiswa seperti semula dengan diberikan jarak pada masing-

masing kursi. Pengembalian empat duduk dan pemberian jarak

dimaksudkan agar mahasiswa mengerjakan post-test sesuai dengan

kemampuannya sesndir serta untuk menghindari pencontekan. Jika

ada pencontekan, maka hasil evaluasi test hasil belajar menjadi tidak

valid.

Setelah mengerjakan post-test selama 40 menit, mahasiswa diberikan

informasi mengenai tugas lanjutan serta dilanjutkan dengan

membagikan lembar respon pembelajaran.

Refleksi Implementasi-2

Pelaksanaan perkuliahan Implementasi-2 berakhir pada pukul

15.30, kemudian pukul 16.15 dosen peneliti dan tim observer masuk

kembali ke dalam ruang kelas yang sama untuk melakukan diskusi pasca

pembelajaran. Diskusi pasca pembelajaran ini dikenal dengan tahap

refleksi. Tahap Refleksi diawali dengan mempersilahkan dosen peneliti

untuk melakukan refleksi diri berupa perasaan sebelum, saat dan setelah

mengajar, ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dirancang,

kondisi-kondisi khusus yang terjadi pada beberapa siswa saat

Page 89: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

78

pembelajaran, dll. Selanjutnya, setelah refleksi diri dari dosen model

dilakukan kemudian observer menyampaikan komentar berdasarkan hasil

pengamatan pembelajarannya. Berikut hasil refleksi yang diberikan.

a. Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

skenario pembelajaran pada waktu Implementasi-2

b. Penyesuaian alokasi waktu pembelajaran

Permasalahan-permasalahan pada waktu Implementasi-1 sebagian

sudah dapat teratasi diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Untuk refleksi pada Implementasi-1 mengenai ruang kelas yang

kurang luas belum bisa teratasi dikarenakan terbatasnya jumlah kelas

yang digunakan. Hal ini disebabkan karena pembangunan gedung

FKIP belum selesai, sehingga prodi PG-PAUD berusaha

memaksimalkan kelas-kelas yang ada.

b. Tas-tas mahasiswa juga sudah ditaruh di depan kelas, mahasiswa

hanya mengeluarkan peralatan menulis, buku ataupun sumber belajar

yang dibawa. Penempatan tas di depan kelas diharapkan dapat

menghemat space dan agar tidak kelihatan semrawut.

c. Dosen sudah mampu mengelola kelas dengan baik karena sudah tidak

ada mahasiswa yang melakukan perilaku tidak relevan seperti:

melamun pada waktu dosen menjelaskan, berbicara dengan teman

pada waktu proses pembelajaran dan sibuk dengan ponsel.

Analisis Kemampuan Dosen dalam Mengelola Pembelajaran

Implementasi-2

Data kemampuan dosen diperoleh dari lembar observasi

kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran Implementasi-2. Data

kemampuan dosen secara terperinci dapat dilihat pada lampiran,

Page 90: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

79

sedangkan analisis data kemampuan dosen dalam mengelola

pembelajaran Implementasi-2 dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut:

Tabel 5.12 Data Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada

Implementasi-2

Aspek Yang Diamati Dilakukan Observer Rata-

Rata Ya Tidak 1 2 3

Tahap-1: Mempresentasikan materi pendidikan moral Indonesia

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran

√ 4 4 3 3.67

2. Memunculkan masalah moral Indonesia

√ 4 4 4 4.00

3. Memotivasi untuk memecahkan masalah moral

Indonesia

√ 4 3 4 3.67

Tahap-2: mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar dalam tim

Membagi mahasiswa dalam

kelompok dengan memperhatikan

perbedaan kemampuan dan rasio

jumlah mahasiswa

√ 4 3 4 3.67

Tahap-3: membantu pembelajaran secara kelompok

1. Mahasiswa belajar dalam tim √ 4 3 4 3.67

2. Membimbing mahasiswa

dalam mengorganisasikan tugas dan berbagi tugas

dengan teman

sekelompoknya

√ 4 4 3 3.67

3. Memastikan bahwa seluruh

tim telah menguasai materi

√ 3 4 3 3.33

Tahap-4:Mengembangkan dan menyajikan hasil tim

1. Membimbing mahasiswa

menganalisis dan membuat

kesimpulan

√ 4 4 3 3.67

2. Membimbing mahasiswa

menyajikan hasil tim

√ 4 3 4 3.67

Tahap-5: Membagikan post-test secara individu

Membagikan post-test secara

individu

√ 4 4 4 4.00

Hasil Penilaian Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada Implementasi-1

Rata-rata tingkat Kemampuan Dosen 3.90 3.60 3.60 3.70

Kategori Penilaian Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Page 91: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

80

Pedoman Penilaian:

Nilai dikonversikan dengan kriteria :

3,20 < tkg ≤ 4,00 Kategori : Sangat Baik

2,40 < tkg ≤ 3,20 Kategori : Baik

0,80 < tkg ≤ 1,60 Kategori : Kurang Baik

0 < tkg ≤ 0,80 Kategori : Tidak Baik

Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran ditunjukkan

pada tabel 5.12 yang dihitung dengan mencari rata-rata dari ke tiga

observer, kemudian melihat hasil rata-rata diperoleh hasil kriteria

kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. Kriteria kemampuan

dosen diperoleh dari rumus sturges untuk memperoleh banyak kelas dan

juga rentang penilaian. Dari ke ke tiga observer menunjukkan tingkat

kemampuan dosen berada pada kriteria Sangat Baik. Pada hasil analisis

tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dosen dalam mengelola

pembelajaran adalah efektif dengan rata-rata sebesar 3.70.

Analisis Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-2

Pada instrumen lembar observasi aktivitas mahasiswa

Implementasi-2, diperoleh aktivitas mahasiswa selama pembelajaran

berlangsung. Pengamatan dilakukan setiap kali pertemuan dengan waktu

2 × 50 menit dengan jarak waktu setiap 2 (dua) menit satu kali pencatatan

dan hasilnya dirata-rata. Data hasil pengamatan dapat dilihat secara

terperinci pada lampiran, sedangkan pengolahan data hasil pengamatan

dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut.

Page 92: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

81

Tabel 5.13 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa pada

Implementasi-2

No Jenis Kegiatan O1 O2 O3 Rata-

rata

Rentang

waktu ideal

dengan

toleransi 5

menit (%)

Ket

1 Membaca masalah /

materi pelajaran

8.00 9.00 9.00 8.67 5 ≤ x ≤ 15 Efektif

2 Aktif dalam kegiatan

(diskusi kelompok,

pelajaran)

28.00 30.00 29.00 29.00 25 ≤ x ≤ 35 Efektif

3 Mencatat 9.00 8.00 9.00 8.67 5 ≤ x ≤ 15 Efektif

4 Memperhatikan penjelasan dosen

(pendahuluan/penutup,

motivasi, bahan

pengait/apersepsi, tujuan pembelajaran, materi

pelajaran, contoh materi)

28.00 27.00 26.00 27.00 25 ≤ x ≤ 35 Efektif

5 Melakukan pengamatan,

percobaan, bekerja

25.00 27.00 28.00 26.67 20 ≤ x ≤ 30 Efektif

6 Bertanya kepada

dosen/teman

18.00 16.00 17.00 17.00 15 ≤ x ≤ 25 Efektif

7 Mengemukakan

pendapat, presentasi di

depan kelas,

mendengarkan percakapan diskusi

38.00 38.00 39.00 38.33 35 ≤ x ≤ 45 Efektif

8 Perilaku yang tidak relevan (berbicara sendiri,

bercanda, dll)

0 0 0 0.00 0 ≤ x ≤ 5 Efektif

Berdasarkan tabel 5.13 dan rentang waktu ideal, maka waktu yang

digunakan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung untuk setiap

aktivitas diuraikan sebagai berikut.

a. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam membaca masalah / materi

pelajaran adalah 8.67 berada pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga

aktivitas tersebut efektif dilakukan.

b. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam aktif dalam kegiatan

(diskusi kelompok, pelajaran) adalah 29.00 berada pada rentang 25 ≤

x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.

Page 93: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

82

c. Waktu yang digunakan mahasiswa untuk mencatat adalah 8.67 berada

pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.

d. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam memperhatikan penjelasan

dosen (pendahuluan/penutup, motivasi, bahan pengait/apersepsi,

tujuan pembelajaran, materi pelajaran, contoh materi) adalah 27.00

berada pada rentang 25 ≤ x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif

dilakukan.

e. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam melakukan pengamatan,

percobaan, bekerja adalah 26.67 berada pada rentang 20 ≤ x ≤ 30,

sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.

f. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam bertanya kepada

dosen/teman adalah 17.00 berada pada rentang 15 ≤ x ≤ 25, sehingga

aktivitas tersebut efektif dilakukan.

g. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam mengemukakan pendapat,

presentasi di depan kelas, mendengarkan percakapan diskusi adalah

38.33 berada pada rentang 35 ≤ x ≤ 45, sehingga aktivitas tersebut

efektif dilakukan.

h. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam Perilaku yang tidak relevan

(berbicara sendiri, bercanda, dll) adalah 0.00 berada pada rentang 0 ≤

x ≤ 5, sehingga aktivitas tersebut efektif tidak dilakukan.

Analisis Ketuntasan Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-

2

Dosen peneliti dalam analisis ketuntasan mahasiswa, dosen pada

waktu Implementasi-2 memberikan Pre-test untuk mengetahui

kemampuan awal mahasiswa mengenai pembelajaran pengembangan

nilai moral berbasis kearifan lokal dengan pokok bahasan Norma Agama

Page 94: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

83

Anak Usia Dini (AUD). Selain sebagai informasi kemampuan awal, nilai

pre-test juga digunakan untuk mengetahui terdapatnya perbedaan sebelum

dan sesudah pembelajaran. Grafik nilai pre-post mahasiswa PG-PAUD

pada imlementasi-2 diberikan pada grafik 5.3 sebagai berikut.

Grafik 5.3 Pre-Post Implementasi-2 Pembelajaran Berbasis Kearifan

Lokal

Tabel 5.14 Rekapitulasi Nilai Pre-test Mahasiwa Implementasi-2

Nilai Post-Test 1 Nilai

Rata-rata KKMM

Jumlah

Mahasiswa Persentase

Tuntas Belajar

(KKMM ≥ 65) 0 00.00 %

42.41

Tidak Tuntas Belajar

(KKMM < 65) 29 100.00 %

Jumlah 29 100.00%

Rekapitulasi hasil pre-test mahasiswa pada tabel 5.14

menunjukkan bahwa semua (100%) mahasiswa tidak memenuhi nilai

KKMM sebesar lebih dari sama dengan 65 (KKMM ≥ 65). Nilai rata-rata

kelas juga sangat rendah yaitu sebesar 42.41.

Tes ketuntasan belajar mahasiswa diambil data analisis sebanyak

29 mahasiswa. Tetap menggunakan mahasiswa yang sama pada

Page 95: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

84

Implementasi-2 dengan tujuan diperoleh hasil analisis yang konsisten.

Data tes ketuntasan belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan

Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok bahasan Norma

Agama Anak Usia Dini (AUD), diperoleh sebagai berikut :

Tabel 5. 15 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Mahasiswa Implementasi-2

Nilai Post-Test 2 Nilai

Rata-rata KKMM

Jumlah

Mahasiswa Persentase

Tuntas Belajar

(KKMM ≥ 65) 27 93.10 %

75.52

Tidak Tuntas Belajar

(KKMM < 65) 2 7.90 %

Jumlah 29 100.00%

Pada tabel 5.15 dapat dilihat bahwa kriteria ketuntasan minimal

mahasiswa yang ditentukan dosen sebagai peneliti sebesar lebih dari sama

dengan 65 (KKMM ≥ 65). Pada ketuntasan belajar mahasiswa

implementasi-2 diperoleh hasil presentase ketuntasan belajar sebesar

93.10% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 75.52. Berdasarkan hasil

penelitian pada implementasi-2 dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa

KKMM telah melebihi target yang ditentukan oleh peneliti yaitu 80%

mahasiswa mencapai KKMM ≥ 65, walaupun dalam penelitian

pengembangan hal tersebut tidak perlu ditentukan indikatornya, namun

indikator tersebut bagi peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan

penelitian dalam melihat progres atau proses peningkatan ketuntasan

mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen.

Analisis Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Implementasi-1 dan

Implementasi-2

Hasil analisis pembelajaran berbasis kearifan lokal pada

implementasi-1 dan implementasi-2 diperoleh hasil peningkatan nilai

Page 96: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

85

rata-rata ketuntasan belajar. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata yang

diperoleh mahasiswa meningkat dari implementasi-1 ke implementasi-2

dengan peningkatan sebesar 7.62%. Rekapitulasi hasil nilai rata-rata Post-

Test implementasi-1 dan implementasi-2 mahasiswa diberikan pada tabel

5.13 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar

mahasiswa, tabel diberikan sebagai berikut:

Tabel 5. 16 Analisis Ketuntasan Belajar Mahasiswa Implementasi-1 dan

Implementasi-2

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation

Variance % Ketuntasan

Post_test_1 29 70.1724 6.61205 43.719 86.21%

Post_test_2 29 75.5172 6.17380 38.116 93.10%

Valid N

(listwise)

29

Pada tabel 5.13 hasil analisis Post-Test ketuntasan belajar

mahasiswa implementasi-1 dan implementasi-2 menunjukkan bahwa rata-

rata hasil belajar mahasiswa meningkat pada implementasi-1 rata-rata

sebesar 70.17 dan implementasi-2 rata-rata sebesar 75.52. Namun tingkat

variansi pada implementasi-2 lebih kecil dibandingkan dengan

implementasi-1. Variansi yang kecil menunjukkan bahwa mahasiswa

rata-rata mulai memahami tentang pembelajaran pengembangan nilai

moral AUD berbasis kearifan lokal. Mahasiswa mulai dapat

mengintegrasikan penerapan pembelajaran berbasis kearifan lokal pada

implementasi-2, ditunjukkan dalam proses pengerjaan LKM serta hasil

presentasi kelompok mahasiswa. Tingkat variansi mahasiswa

implementasi-1 dan implementasi-2 divisualisasikan pada diagram Box-

Plot sebagai berikut:

Page 97: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

86

Diagram 5.1 Box-Plot Implementasi-1 dan Implementasi-2

Pada diagram 5.1 dapat dilihat bahwa kotak box-plot pada Post-Test

implementasi-1 lebih panjang dibandingkan dengan box-plot pada Post-

Test implementasi-2. Panjang box-plot menunjukkan tingkat variansi data

yang besar. Variansi Post-Test implementasi-1 adalah sebesar 43.72 dan

variansi Post-Test implementasi-2 adalah 38.12. Diagram pada Box-Plot

menginterpretasikan bahwa pada implementasi-1 terdapat tingkat variansi

yang lebih besar dibandingkan dengan variansi implementasi-2. Letak

Box-Plot juga menunjukkan bahwa pada diagram 5.1 Box-Plot Post-Test

nilai rata-rata implementasi-2 lebih tinggi dibandingkan dengan

implementasi-1, ditunjukkan dengan letak Box-Plot Post-Test

implementasi-2 lebih tinggi dibandingkan dengan letak Box-Plot Post-

Test implementasi-1. Persentase ketuntasan hasil belajar implementasi-1

(86.21%) meningkat pada implementasi-2 (93.10%) dengan peningkatan

sebesar 7.62%.

Page 98: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

87

Analisis Respon Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-1

dan Implementasi-2

Data respon mahasiswa terhadap pembelajaran mata kuliah

Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal implementasi-1 dan

implementasi-2 diperoleh dari angket. Perhitungan data respon

mahasiswa dapat dilihat secara terperinci dapat dilihat pada lampiran,

sedangkan analisis data respon mahasiswa terhadap kegiatan

pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.17 Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Implementasi-1

dan Implementasi-2

No Uraian Respon mahasiswa

senang tidak senang

1 Perasaan mahasiswa terhadap kegiatan

pembelajaran 29 (100.00%) 0 (0.00%)

2 Perasaan mahasiswa terhadap

a. materi pelajaran

b. lembar kegiatan mahasiswa

c. kuis dalam pertemuan

d. suasana belajar di kelas

e. cara penyajian materi

27 (93.10%)

24 (82.76%)

26 (89.66%)

29 (100.00%)

27 (93.10%)

2 (6.90%)

5 (17.24%)

3 (10.34%)

0 (0.00%)

2 (6.90%)

baru tidak baru

3 Pendapat mahasiswa terhadap:

a. materi pelajaran

b. lembar kegiatan mahasiswa

c. kuis dalam pertemuan

d. suasana belajar dikelas

e. cara penyajian materi

26 (89.66%)

28 (96.55%)

24 (82.76%)

27 (93.10%)

22 (75.86%)

3 (10.34%)

1 (3.45%)

5 (17.24%)

2 (6.90%)

7 (24.14%)

baru tidak baru

4 Pendapat mahasiswa terhadap pendidikan moral

Indonesia berbasis kearifan lokal

27 (93.10%) 2 (6.90%)

5 Pendapat mahasiswa terhadap pembelajaran

pendidikan moral Indonesia berbasis kearifan

lokal

a. bekerja sama dalam kelompok

b. mendemonstrasikan kemampuan

mendengarkan pembicaraan orang lain

c. menyatakan ide-ide dengan jelas selama

bertukar pendapat

d. dapat dan mau membantu mahasiswa lain

dalam tugas-tugas kelompok

21 (72.41%)

26 (89.66%)

24 (82.76%)

25 (86.21%)

22 (75.86%)

8 (27.59%)

3 (10.34%)

5 (13.79%)

4 (13.79%)

7 (24.14%)

Page 99: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

88

No Uraian Respon mahasiswa

senang tidak senang

e. mengajukan pertanyaan

senang tidak senang

6 Pendapat mahasiswa tentang keterampilan

pemecahan masalah berikut ini:

a. berada dalam tugas

b. mengambil giliran berbagi tugas

c. mendorong berpartisipasi

d. mendengarkan dengan aktif

25 (86.21%)

28 (96.55%)

28 (96.55%)

28 (96.55%)

4 (13.79%)

1 (3.45%)

1 (3.45%)

1 (3.45%)

Respon mahasiswa terhadap pembelajaran pada penelitian ini

meliputi respon positif dan respon negatif. Respon positif diperoleh dari

jawaban siswa “ya” dan “senang” dan respon negatif diperoleh dari

jawaban siswa “tidak dan tidak senang.

Data respon mahasiswa diperoleh dari lembar angket respon

mahasiswa yang dianalisis dengan rumus, sebagai berikut.

% respon siswa = A

B × 100% ……… Trianto (2009:243)

dimana : A = proporsi mahasiswa yang memilih B = jumlah

mahasiswa (responden)

Respon mahasiswa dikatakan efektif jika rata-rata tiap komponen

mahasiswa, responnya positif dan mencapai ≥ 80%. (Musfiani, 2012:70)

Kriteria dalam menyatakan respon siswa adalah sebagai berikut.

a. Sangat positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif

lebih dari 85% (Rs ≥ 85%)

b. Positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif antara

70% sampai 85% (70% ≤ Rs < 85%)

c. Kurang positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif

antara 50% sampai 70% (50% ≤ Rs < 70%)

d. Tidak positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif

kurang dari 50% (Rs < 50%)

Page 100: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

89

Pada tabel 5.17 respon mahasiswa terhadap pembelajaran mata

kuliah Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal

implementasi-1 dan implementasi-2 untuk setiap pertanyaan diuraikan

sebagai berikut.

a. Respon mahasiswa terhadap penyataan ke-1 menunjukkan 100.00%

mahasiswa menyatakan senang terhadap kegiatan pembelajaran,

sehingga merupakan respon sangat positif.

b. Respon mahasiswa terhadap penyataan ke-2a menunjukkan 93.10%

mahasiswa menyatakan senang terhadap materi pelajaran, sehingga

merupakan respon sangat positif.

c. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2b menunjukkan 82.76%

mahasiswa menyatakan senang dengan Lembar Kegiatan Mahasiswa

(LKM), sehingga merupakan respon positif.

d. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2c menunjukkan 89.66%

mahasiswa menyatakan senang dengan kuis dalam pertemuan,

sehingga merupakan respon sangat positif.

e. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2d menunjukkan

100.00% mahasiswa menyatakan senang dengan suasana belajar di

kelas, sehingga merupakan respon sangat positif.

f. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2e menunjukkan 93.10%

mahasiswa menyatakan senang dengan cara dosen dalam menyajikan

materi, sehingga merupakan respon sangat positif.

g. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3a menunjukkan 89.66%

mahasiswa menyatakan bahwa materi pelajaran yang diberikan

merupakan materi baru, sehingga merupakan respon sangat positif.

h. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3b menunjukkan 96.55%

mahasiswa menyatakan bahwa LKM yang dikerjakan merupakan hal

Page 101: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

90

yang baru bagi mereka, karena tidak semua dosen menyusun dan

membagikan LKM dalam pembelajaran, sehingga merupakan respon

sangat positif.

i. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3c menunjukkan 82.76%

mahasiswa menyatakan bahwa kuis dalam pertemuan merupakan hal

yang baru terutama kuis tentang pembelajaran nilai moral berbasis

kearifan lokal, sehingga merupakan respon positif.

j. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3d menunjukkan 93.10%

mahasiswa menyatakan bahwa suasana belajar di kelas merupakan

hal yang baru diantaranya adalah media yang diberikan, diskusi

kelompok yang menyenangkan, diberikan pendampingan dan

bimbingan dalam diskusi kelompok dan diberikannya reward hasil

diskusi bagi presentasi kelompok yang baik, sehingga merupakan

respon sangat positif.

k. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3e menunjukkan 75.86%

mahasiswa menyatakan bahwa cara dosen menyajikan materi adalah

hal yang baru, sehingga merupakan respon positif.

l. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-4 menunjukkan 93.10%

mahasiswa menyatakan pendidikan moral Indonesia berbasis

kearifan lokal merupakan hal yang baru, sehingga merupakan respon

sangat positif.

m. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5a menunjukkan bahwa

72.41% mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan bekerja

sama dalam kelompok merupakan hal yang baru, sehingga

merupakan respon positif.

n. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5b menunjukkan 89.66%

mahasiswa menyatakan bahwa mendemonstrasikan kemampuan

Page 102: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

91

mendengarkan pembicaraan orang lain merupakan hal yang baru,

sehingga merupakan respon sangat positif.

o. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5c menunjukkan 82.76%

mahasiswa menyatakan bahwa menyatakan ide-ide dengan jelas

selama bertukar pendapat merupakan hal yang baru, sehingga

merupakan respon positif.

p. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5d menunjukkan 86.21%

mahasiswa menyatakan bahwa mahasiswa dapat dan mau membantu

mahasiswa lain dalam tugas-tugas kelompok merupakan hal yang

baru, sehingga merupakan respon sangat positif.

q. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5e menunjukkan 75.86%

mahasiswa menyatakan bahwa mengajukan pertanyaan dalam

pembelajaran merupakan hal yang baru, sehingga merupakan respon

positif.

r. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6a menunjukkan 86.21%

mahasiswa menyatakan berada dalam tugas dalam pemecahan

masalah merupakan hal yang baru, sehingga merupakan respon

sangat positif.

s. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6b menunjukkan 96.55%

mahasiswa menyatakan bahwa keterampilan mengambil giliran

berbagi tugas dalam pemecahan masalah merupakan hal yang baru,

sehingga merupakan respon sangat positif.

t. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6c menunjukkan 96.55%

mahasiswa menyatakan bahwa keterampilan mendorong

berpartisipasi dalam pemecahan masalah merupakan hal yang baru,

sehingga merupakan respon sangat positif.

Page 103: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

92

u. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6c menunjukkan 96.55%

mahasiswa menyatakan bahwa keterampilan mendengarkan dengan

aktif dalam pemecahan masalah merupakan hal yang baru, sehingga

merupakan respon sangat positif.

5.3 Tahap Dick & Carey yang akan dilakukan pada tahun ke-2

Perancangan pengembangan menurut sistem pendekatan model

Dick, Carey and Carey pada penelitan telah melaksanakan sebanyak 5

(lima) tahap, sedangkan 5 tahap berikut dilaksanakan pada peneltian tahun

ke-2. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada tahun ke-2.

T10. Tahap Revisi Instruksional (Revice Instruction)

Tahap ini dilakukan untuk utuk memperoleh masukan tentang

kebenaran substansi pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal. Di samping

itu, langkah ini dimaksudkan untuk memperoleh validasi perangkat

pembelajaran tentang: kebenaran isi dan kebenaran tujuan pengembangan

berbasis karakter. Tim Peneliti Mitra (TPM) yang dilibatkan dalam

penelitian pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal mencakup

tenaga ahli penunjang pengembangan pendidikan karakter dan tenaga ahli

pengembang kurikulum program studi berdasarkan Indonesian

Qualification Framework (KKNI).

5.4 Modifikasi Dick, Carey & Carey Design Model

Selanjutnya, draf pertama berupa buku pengembangan perangkat

pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis

Page 104: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

93

kearifan lokal program studi PG-PAUD yang dihasilkan tersebut

dihasilkan ini direvisi berdasarkan masukkan dari para validator. Setelah

draf pertama direvisi dan diperbaiki maka dihasilkan draf buku

pengembangan yang ke-2 (dua).

Pada draf buku pengembangan yang ke-2 ini akan dilakukan uji

coba terbatas paket sebaran kurikulum selama satu semester untuk satu

angkatan. Uji coba terbatas ini dilakukan untuk mengetahui

pengembangan karakter dan peningkatan capaian pembelajaran (learning

outcomes). Hasil dari respon uji coba terbatas tersebut djadikan referensi

untuk memperbaiki draf buku pengembangan perangkat pembelajaran

mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal

dan capaian pembelajaran (learning outcomes) sehingga akan muncul draf

buku pengembangan terakhir yaitu draf buku pengembangan yang akan

digunakan sebagai buku pegangan utama mahasiswa pada mata kuliah

Pengembangan Moral Anak Usia Dini yang terintegrasi dengan unsur

kearifan lokal.

Berdasarkan learning outcomes dapat dirumuskan kompetensi

mata kuliah pengembangan nilai moral agama anak usia dini berbasis

kearifan lokal sebagai berikut: 1) Memiliki kompetensi penalaran dalam

nilai moral AUD; 2) Memiliki moral yang sesuai dengan kearifan lokal;

3) Memiliki wawasan nilai moral dan agama yang berorientasi ke depan;

dan 4) Mampu menyusun bahan pembelajaran nilai moral dan agama

AUD.

Berikut diberikan langkah-langkah pengembangan nilai moral

agama anak usia dini berbasis kearifan lokal dengan menggunakan model

desain Dick, Carey & Carey yang telah dimodifikasi.

Page 105: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

94

Diagram 5.2 Prosedur Pengembangan Penelitian Tahun I

(Model Pengembangan Dick & Carey yang telah Dimodifikasi)

dokumen kurikulum baru: buku Pengembangan Moral

Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal

Analisis Masalah

Survey

PROFIL MAHAJISWA

RUMUSAN CAPAIAN PEMBELAJARAN

(Learning Outcome)

Tugas Tim

Pengembangan

Perangkat Pemb.

T1. Identifikasi Tujuan Pengembangan moral anak usia dini berbasis kearifan lokal

T2. Analisis Instruksional

Pemilihan Bahan

Kajian:

Tingkat Keluasan,

Tingkat Kedalaman,

Tingkat kemampuan

yang ingin dicapai

Matriks Bahan Kajian

dengan pengembangan

karakter dan capaian pembelajaran

(learning outcomes)

Konsep mata kuliah

terintegrasi

Peta Keilmuan

Berbasis Kearifan

Lokal

Keterlibatan

Dosen dan

Mahasiswa

T3. Identifikasi Karakteristik Mahasiswa

T4. Merumuskan Tujuan Kinerja

Ketetapan

Program Studi

T5.

Pengembangan

Tes Acuan

Patokan

T6.

Pengembangan

Strategi

Pengajaran

T7. Memilih

Pengajaran

T9. Menulis

Perangkat

T8.

Merancang

Evaluasi

Formatif

DRAFT I

TAHUN 1

T10. Revisi Instruksional Perangkat Pembelajaran -> Review

Ahli

DRAFT

II

UJI COBA TERBATAS

NASKAH

PRODUK I

Page 106: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

95

Implementasi Tahap ke-2 Setelah Laporan Kemajuan

Implementasi tahap ke-2 merupakan realisasi rancangan penelitian

tahap setelah pengerjaan Laporan Kemajuan dengan pelaksanaan

anggaran penelitian 70%. Implementasi rancangan penelitian setelah

pengerjaan Laporan Kemajuan adalah mengerjakan Laporan Akhir

penelitian Hibah Bersaing, yaitu realisasi racangan penelitian dengan

anggaran hibah sebesar 100%, dengan implementasi diberikan sebagai

berikut.

a. Tim peneliti mempublikasikan hasil penelitian pada seminar

internasional.

Alhamdulillah tim kami sudah mengikuti seminar internasional

pendidikan di Univrsitas Muhammadiyah Ponorogo, berikut bukti

lampiran sertifikat dan cover proseding.

b. Tim peneliti mendiseminasikan hasil laporan Hiber tahun ke-1 yang

berupa Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing kepada LPPM

Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Perpustakaan, dengan

tujuan dapat dijadikan sebagai arsip dan referensi penelitian bagi

teman sejawat dan mahasiswa.

Page 107: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

96

c. Mendesiminasikan luaran penelitian yang berupa: Rencana

Pelaksanaan Perkuliahan (RPP), Lembar Kerja Mahasiswa (LKM),

Tes Hasil Belajar (THB) dan Buku Saku kepada.

1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

Muhammadiyah Surabaya

2) Program Studi Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG-

PAUD)

3) LPPM Universitas Muhammadiyah Surabaya

4) Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surabaya

Cover CD-Penelitian HIBER Cover Sumber Belajar

Cover Perangkat

Pembelajaran

Cover Hand-Out

Page 108: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

97

d. Membuat poster Penelitian Hibah Bersaing Pembelajaran Berbasis

Kearifan Lokal

e. Menyusun draft buku ajar untuk persiapan Hiber tahun ke-2

f. Mengajukan Proposal Hibah Bersaing tahun ke-2.

Page 109: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

98

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan dalam laporan

kemajuan penelitian pengembangan ini telah menghasilkan need

assessment mahasiswa PG-PAUD terhadap pengembangan pembelajaran

moral anak usia dini berbasis kearifan lokal. Penelitian pengembangan ini

diujicobakan pada mahasiswa semester II (dua) kelas pagi tahun

akademik 2015/2016. Hasil penelitian pengembangan ini sehingga ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengembangan pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan

lokal dikembangkan dengan model desain pembelajaran yang

dilaksanakan dalam penelitian ini berdasarkan disain instruksional

The Systematic Design of Instruction Dick, Carey and Carey (2009).

b. Model desain pengembangan memiliki 10 (sepuluh) tahap sebagai

berikut:

Tahap-1: Identifikasi Tujuan Pengembangan Instruksional (Identity

Instructional Goals)

Tahap-2: Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goals

Analysis)

Page 110: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

99

Tahap-3: Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik

Mahasiswa (Analyze Learners and Contexts)

Tahap-4: Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives)

Tahap-5: Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Criterian-

Reverenced Test Item)

Tahap-6: Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional

Strategy)

Tahap-7: Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop and

Select Instructional Materials)

Tahap-8: Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and

Conduct Formative Evaluation)

Tahap-9: Menulis Perangkat (Design and Conduct Summative

Evaluation)

Tahap-10: Revisi Instruksional (Revice Instruction)

c. Hasil survey need assessment mahasiswa PG-PAUD menunjukkan bahwa

mahasiswa membutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran

moral anak usia dini berbasis kearifan lokal.

d. Penelitian pengembangan menggunakan prosedur Dick &Carey pada

tahap-6 sampai dengan tahap-9 saling terintegrasi, sehingga prosesnya

tidak dapat dipisahkan tahap satu dengan tahap lainnya. Penelitian

pengembangan Tahap-6 (T6) sampai dengan Tahap-9 (T9) terealisasi

pada hasil penelitian Implementasi-1 dan Implementasi-2.

e. Hasil analisis kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran

berbasis kearifan lokal pada Implementasi-1 dari ke ke tiga observer

memperoleh rata-rata sebesar 3.63 menunjukkan tingkat kemampuan

dosen berada pada kriteria Sangat Baik. Sedangkan, pada

Implementasi-2 dari ke ke tiga observer memperoleh rata-rata sebesar

3.70 menunjukkan tingkat kemampuan dosen juga berada pada

Page 111: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

100

kriteria Sangat Baik. Sehingga, berdasarkan hasil pada Implementasi-

1 dan Implementasi-2 tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dosen

dalam mengelola pembelajaran adalah efektif.

f. Hasil analisis aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis

kearifan lokal pada Implementasi-1 dan Implementasi-2 semua

aktivitas dalam rentang waktu ideal. Sehingga, berdasarkan hasil

analisis pada Implementasi-1 dan Implementasi-2 tersebut dapat

dilihat bahwa aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis

kearifan lokal adalah efektif.

g. Hasil ketuntasan belajar Post-Test mahasiswa pada Implementasi-1

mahasiswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 25 mahasiswa yaitu

sebesar 86.21% dengan rata-rata kelas sebesar 70.17. Sedangkan, hasil

ketuntasan belajar Post-Test mahasiswa pada Implementasi-2

mahasiswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 27 mahasiswa yaitu

sebesar 93.10% dengan rata-rata kelas sebesar 75.52. Persentase

ketuntasan hasil belajar implementasi-1 (86.21%) meningkat pada

implementasi-2 (93.10%) dengan peningkatan sebesar 7.62%.

Sehingga, berdasarkan hasil analisis pada Implementasi-1 dan

Implementasi-2 tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar Post-

Test dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah efektif.

h. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal

menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa menjawab positif dengan

prosentase respon positif antara 70% sampai 85% dan ada juga respon

yang lebih dari 85%. Sehingga, berdasarkan hasil analisis respon

mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal

Implementasi-1 dan Implementasi-2 tersebut dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran memperoleh respon yang positif dan efektif.

Page 112: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

101

6.1 Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil

penelitian laporan akhir dalam rangka mengembangkan perangkat

pembelajaran mata kuliah pengembangan pembelajaran moral anak usia

dini berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut.

a. Pada penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan,

belum sampai pada tahap penyebaran, sehingga untuk tahap

penyebaran (disseminate) dapat dilakukan pada tingkat Perguruan

Tinggi Mitra (TPM)

b. Diseminasi juga diharapkan dapat mengimplementasikan media

pembelajaran berbasis kearifan lokal pada tingkat sekolah-

sekolah PAUD Aisyiyah di Lingkungan Muhammadiyah, dengan

harapan setiap konten pada tema yang diberikan berbasis kearifan

lokal.

Page 113: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

102

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Gunadi,R. Andi. 2015. http://download.

portalgaruda.org/article.php?article diunduh 27 April 2015.

Amri, Sofan,. 2013. “Pengembangan& Model Pembelajaran dalam

Kurikulum 2013”. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Publisher

Borang PG-PAUD FKIP Univ Muhammadiyah Surabaya Tahun 2014

Delors, Jacques. 1996 . “Learning: The Treasure Within”. UNESCO

Publishing The Australian National Commission for UNESCO.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah,

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. “Model Pembinaan

Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah”.

Dick, Walter., Lou Carey, James O Carey,. 2009. The Dick and Carey

Systems Approach Model for Designing Instruction. 7th ed. New

Jersey: Pearson.

Kemendiknas, (2010), Grand Design Pendidikan Karakter.

Hidayat, Rakhmat. 2013. “Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan

Pemikiran”. Jakarta: PT Grafindo Rajawali Perkasa.

Jihad, Asep., M. Muchlas Rawi, Noer Komarudin. 2010 .“Pendidikan

Karakter Teori dan Implementasi. “ Jakarta:Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Pribadi, Benny.A,.2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT

Dian Rakyat.

Putra, Nusa. 2011. Research & Development., Penelitian Dan

Pengembangan: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Martati, Badruli., Seminar Nasional Temu Ilmiah Guru Nasional (TING)

VI. Prosiding FKIP Universitas Terbuka. ISBN- 978-979-011-

923-9. Penerapan Hak Asasi Manusia Melalui Model

Pembelajaran Siaga Bencana, Tangerang Selatan, 29 November

2014

Martati, Badruli, (2010). Metodologi Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan: Strategi Penanaman Nilai, Jilid I. Bandung:

Genesindo

Murdiono, Mukhamad.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304487/B1-

JURNAL%20KEPENDIDIKAN-LEMLIT%20UNY.pdf. Diunduh

27 April 2015.

Page 114: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

103

Suparman, Atwi M. 2014. Desain Instruksional Modern: Panduan Para

Pengajar Dan Inovator Pendidikan. Edisi keempat. Jakarta:

Erlangga.

Yasin, Mahmuddin. Indonesia Menanti Harapan 2030: Generasi Emas dan

Semoga Bukan Generasi Cemas dalam Bunga Rampai

“Tantangan Pendidikan Indonesia dalam Membangun Generasi

Emas“. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

2014.

Jawa Pos, Sabtu 25 Januari 2014 “ Lemah Nalar, Gagal

PLPG”,https://id.answers.yahoo.com /diunduh 17-4-l 2014,

http://spe.dbp.gov.my /diunduh 17-4- 2014

Page 115: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

104

Lampiran 1. Artikel Ilmiah pada Internasional Seminar on

Education (ISE)

http://ise.fkip.umpo.ac.id/index.php/e-proceedings/

DISCOVERING THE CONCEPT OF RELIGIOUS MORAL

VALUES FOR YOUNG LEARNERS Badruli Martati1, Wahyuni Suryaningtyas2, Misrin Hariyadi 3

[email protected]

Abstract

Young learners need facilities to rise and develop their all personality aspects.

In the moral aspect development as an effort for character building, it is

necessary to have three components within character building. Those are moral knowledge, moral conception, and moral action. The aim of moral education is

preparing young learners in the very beginning to develop their behaviors which

are based on the principles of religious and moral value. By knowing,

understanding, and implementing the principles of truth value, justice, kindness, and amelioration so that they can live well in the society.

Keywords: Religious, Moral Values, Young Learners

INTRODUCTION

Education for young learners is an education which is given to facilitate the

development of students’ character building and personality aspects1.It means

that young learners are given such opportunities to develop their maximum

personality and potential. Therefore, it is necessary to have activities to support

various aspects development such as cognitive, language, social, emotional,

physical, and motoric aspect.

Young learners are learners who are in the kindergarten school aging 2-6 years

old. This age is called as golden age since this is the right time to maximize all

their capabilities and talents. In this age, young learners tend to be egocentric.

Therefore, teachers need to teach them religious moral values with full attention

and affection.

Lickona (1992) emphasized the importance of three components of good

character. Those are: 1) knowing the moral knowledge; 2) moral conception; 3)

moral action. The development of young learners’ character within moral

knowledge is emphasized good and bad behaviors, without any detail reasons.

Moral knowledge refers to culture, habit, values, and rule of life. Therefore,

moral values are used to be a behavior standard. In this context, a teacher plays

Page 116: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

105

an important role to have and to understand moral values in society which are

based on local wisdom. For instance, one is forbidden to lie because it is a sin.

Thus, young learners need to be taught why a lie is prohibited.

The moral development for young learners is relatively limited. A young learner

has not been able yet to master abstract values related to good and bad behaviors.

However, religious moral values should be introduced in the very beginning, so

a young learner can be differentiate which one is right and which one is wrong

and can do what have been ruled in their religion.

DISCUSSION

Introducing religious, moral, discipline, and affection values implemented

within behavior program at kindergarten school is continually conducted and is

practiced in the daily life. Therefore, those aspects can be optimally developed.

In order to achieve those aspects, it should be practiced regularly in daily life

activities. By learning in the very beginning, young learners will then live

according to society norms.For this reason, teachers need to guide by giving

religious moral values for young learners at school.

Owen, in the early 1800s assumed that education for young learners is a part of

establishing a society as the one. In addition, the condition where they live, and

how they are protected are also part of society. Corporal punishment may be

thought as a bad education for some parents. Teachers are required to

appropriately teach their young learners without any corporal punishment.

Based on explanation above, it is a teacher’s duty in the kindergarten to give an

education according to religious moral values implemented in the society.

Behavior guidance should be taught without any corporal punishment. The

punishment should be consistent with implemented moral values. Therefore, a

good education for young learners at school will be absolute for fulfillment of

children's right to a proper education.

Education which is suitable with moral values for young learners is guiding them

to a proper behavior according to what have been ruled in the society. This

guidance refers to a positive process to develop a good behavior. Discipline is

not only about obedience and control, but also about having a proper behavior,

being an independent learner, and having a confidence. There are some strategies

to guide young learner’s behavior. Those are (1) implementing constructive

stages; (2) having confidence related to behavior guidance; (3) knowing and

practicing activities according to young learner’s development and needs; (4)

guiding young learners to build a new habit, to empower them, to encourage

them to reach their dreams, to be a good model for them, to create an educated

learning atmosphere, to build a good partnership with their parents and

environment; (5) knowing and appreciating what should be accepted by young

learners; (6) implementing conflict management to young learners.

Page 117: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

106

Moral intelligence will be seen from a young learner’s behavior. Smart young

learners are not only those who are good in the academic but also those who

know how to behave to others; appreciating what others do. Moral intelligence

cannot be reached only by obeying the rules and learning abstract discussion at

school, but also learning how to behave based on the value that is believed to be

right; selecting the proper things from what have been seen and what have been

heard.

Since the teachers have a responsibility to teach a good behavior to young

learners, so they must have a deep knowledge of appropriate religious moral

values. Moreover, they should be able to develop moral intelligence of young

learners. This is the required competence that should be had by the teachers of

young learners. They have to be able to have knowledge and understanding; and

be able to be a model for their students.

According to Wiyani, the development of young learner’s moral value is the

process of how young learner differentiates which behavior is right to do and

which one is forbidden to do based on particular norms. While the development

of religion is referred to the development of any behaviors that should be done

and avoided based on one’s belief. Therefore, the development of moral values

and religion can be done together because moral values come from religion

values and do not contradict it. Basically, if one has done according to the

required religious moral values, then he or she will behave based on universal

moral values.

The development of moral and religion for young learners can be divided into

three aspects:

a) Cognitive aspect. It is related to the ability of young learners to know

appropriate behaviors according to their belief. This ability can teach them

what is good based on the religion they believe.

b) Affective aspect. It is related to the ability of young learners to feel and to

love the appropriate behaviors according to their belief. This ability can

teach them to have a care and love to society based on the religion they

believe.

c) Behavioral aspect. It is related to the ability of young learners to determine

which behavior should be done and which behavior should be avoided

according to their belief. This ability can motivate them to be consistent on

doing the good behaviors based on the norms.

While teaching religious values to young learners, there are some problems since

they still cannot think an abstract idea or unseen thing such as God, Angel, Satan,

Jannah, and Jahannam. Here, the ability to teach and give understanding to young

Page 118: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

107

learners is important. Related to the concept of God, F. Oser proposed five stages

of young learner’s perception towards God.

a) First stage, God is physically powerful

b) Second stage, God is the One who gives prosperity and goodness

c) Third stage, God is the closest Friend

d) Fourth stage, God is the One who creates the rule of law

e) Fifth stage, God is the One who rules the moral values

As time goes by, young learners will be able to understand the concept of God

appropriately. It is expected that daily life activities and models given will be

beneficial for young learners.

Yusuf (2008) revealed that moral development for young learners can be taught

through some ways: 1) direct education; through understanding delivered by

parents and teachers; 2) identification; doing exactly what they see such as

appearance and behavior from parents, teachers, and idols; 3) trial; try to do and

improve moral values that they have been learnt. The behaviors which result to

compliment will continuously do, and vice versa.

Successful religious moral education will influence to successive character

building. It depends on awareness, understanding, attention, and commitment

towards many educational parties. Kilpatrick reported: “one reason why one

cannot behave well although he or she understands about that behavior is because

he or she used to not doing it. Therefore, character building for young learners

should be taught through real activities, not too theoretically.

Related to those aspects, below are tips for teachers to teach moral values to

young learners.

a) Establishing consistent and appropriate rules for young learners

b) Appreciating young learners’ opinions and knowing what they need

c) Having effective communication with young learners

d) Using clear statements about what should be done by young learners

e) Explaining the impacts if they do not stop their bad behaviors

f) Educating them not to lie and explaining why

g) Reminding them with appropriate ways

Muhammad TakdirIlahi stated that introducing moral values which are based on

religious values will lastly be primordial step to develop moral values for young

learners. It influences positively towards their contemplation to understand

substantial meaning of religious teachings. Therefore, they will be able to have

high respect, kindness, brave to others, ready to face reality, and emphatic to face

problems.

Page 119: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

108

Moreover, the significance education for young learners can be applied by:

firstly, through the concept of education which contains universal values, it is an

understanding to comprehend the meaning of substantial religious teachings.

Educational process includes not only cultural transformation value process, but

also the development itself. Secondly, transformation process here means that it

is a change, forming a better generation from one to another. Education will form

creative individual who will continuously develop cultural scope.

Based on description above, education for young learners as a pleasant place to

learn for young learners needs some parties to do all the responsibilities.

Therefore, every party involved within the school such as teachers, students,

headmaster, parents, and stakeholders should have the standardized moral

values. In this case, it is necessary to create school rules. These rules are an

accepted instruction which aims to control any individual behavior in the school,

so that safe environment will be ensured. In addition, it is expected that

operational principles at school can control bad behavior and promote good

behavior to students.

Generally, one’s behavior is based on moral values which he or she believes.

Necessary values for young learners are truth, justice, humanity, and

advancement so these values can assist their development. According to Subur,

education values are the efforts to form one’s manner and behavior. In line with

this, Smith and Spranger stated that moral values affect one’s behavior and

manner.

Hermawan (1972) stated, “…value is neither taught nor caught, it is learnt”. That

the values substance is not always taught but is learnt, explored, internalized, and

made to be a part of one’s personal quality through learning process. It is needed

to remind that learning process does not always happen in the classroom but in

the society where various cultures are taught because we live in the cultured life.

It can be concluded that moral values is a precious thing to form young learner’s

character. It needs to be developed within manner and behavior. Moral values

are not taught but those should be delivered through real models and should be

implemented within behavior according norms and rules of society.

CONCLUSION

Moral values are related to one’s bad and good behavior in life. Moral

development for young learners should be taught by teachers to guide their

behavior at school. Besides, religion is the belief which controls manner and

behavior for those who believe in it. However, the implementation of religious

moral values should be done without any corporal punishment for those learners

who break the rule. It should be based on school principles which create the

Page 120: MODEL DESAIN PEMBELAJARAN - UMSurabaya

109

pleasant environment for learners to study and to play. For this reason, the

teachers must have deep knowledge and understanding of religious moral values.

REFERENCES Budimansyah, Dasim. Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara

Press, 2012.

Coles, Robert Menumbuhkan Kecerdasan Moral . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 2000 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Kementerian Pendidikan

Nasional.. “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah”. 2010

Fridani, Lara & APE Lestari. Inspiring Education PAUD . Jakarta: Gramedia. 2009.

Gunadi,R. Andi Ahmad . Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini Di Sekolah Raudhatul Athfal (R.A) Habibillah, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor

2 Juli-Agustus 2013.

Ilahi, Muhammad Takdir. Revitalisasi Pendidikaan Berbasis Moral. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2012. Maswardi Muhammad Amin. Pendidikan Karakter Anak Bangsa . Jakarta: Badueso Media,

2011.

Morrison, George S. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks , 2012

Mulyasa, Manajemen PAUD .Bandung: Remaja Rosda. 2012 Nutbrown, Cathy dan Peter Clough, Pendidikan Anak Usia Dini: Sejarah, Filosofi, dan

Pengalaman, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Subur, Pendidikan Nilai: Telaah tentang Model Pembelajaran,INSANIA| Vol. 12 | No. 1 | P3M

STAIN Purwokerto | Subur 1 Jan-Apr 2007 | 3-16 http://download.portalgaruda.org diakses 9-2-2015

Suyadi dan Maulidya Ulfah. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013

Wiyani, Novan Ardy . Manajemen Paud Bermutu: Konsep dan Praktik MMT Di KB, TK/RA

.Yogyakarta: Gava Media , 2015 Zaman, Badru. Strategi Pengembangan Moral Dan Agama Di Taman Kanak-Kanak.

https://docs.google.com. diakses 22 -2- 2016