desain pengembanga model kf2010rtttttttt433333

40
DESAIN PENGEMBANGA MODEL KF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pendidikan keaksaraan merupakan salah satu program pendidikan non formal yang sampai saat ini terus dikembangkan dalam pemberantasan buta aksara. Dengan adanya program pendidikan keaksaraan ini, pemerintah berupaya untuk menyadarkan, memotivasi dan membantu masyarakat tertinggal, agar terbebas dari buta aksara yang selalu terkait dengan masalah kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Deklarasi Dakkar yang dicanangkan di Sinegal tahun 2000, yang salah satu butir kesepakatan berupa “Rencana Aksi Dakkar” tersebut adalah keinginan untuk menurunkan jumlah penduduk buta aksara sebesar 50% pada tahu 2015. Program tersebut akan berhasil bila didukung oleh berbagai unsur yang dapat membantu penuntasan program buta aksara.

Upload: ledo

Post on 23-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

3uuuuuuuuuuuuuuuu918888888888888888888

TRANSCRIPT

Page 1: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

DESAIN PENGEMBANGA MODEL KF

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pendidikan keaksaraan merupakan salah satu

program pendidikan non formal yang sampai saat ini terus

dikembangkan dalam pemberantasan buta aksara. Dengan

adanya program pendidikan keaksaraan ini, pemerintah

berupaya untuk menyadarkan, memotivasi dan membantu

masyarakat tertinggal, agar terbebas dari buta aksara yang

selalu terkait dengan masalah kebodohan, kemiskinan dan

keterbelakangan.

Deklarasi Dakkar yang dicanangkan di Sinegal tahun 2000,

yang salah satu butir kesepakatan berupa “Rencana Aksi

Dakkar” tersebut adalah keinginan untuk menurunkan jumlah

penduduk buta aksara sebesar 50% pada tahu 2015. Program

tersebut akan berhasil bila didukung oleh berbagai unsur yang

dapat membantu penuntasan program buta aksara.

Secara global indonesia termasuk dalam daftar 34 negara

yang angka buta hurufnya tertinggi. Global Monitoring Report

menyebutkan negara kita ada diperingkat ke tujuh setelah

antara lain China, India, dan Bangladesh. Total angka buta huruf

di Indonesia tersebut di atas merupakan 9% dari jumlah total

penduduk Indonesia (BPS, 2007). Dua pertiga atau sekitar 66%

Page 2: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

di antaranya adalah perempuan yang berlatar belakang keluarga

miskin atau tinggal di daerah terpencil dan terisolasi karena

faktor geografis wilayah. Diperkirakan sekitar 77% dari populasi

tersebut adalah orang dewasa berusia 45 tahun ke atas,

sedangkan sisanya berusia antara 15 sampai 45 tahun

(Hendrizal, 2007).

Laporan dari BPS (2007) pada tahun 2006 data jumlah

penduduk buta aksara sebanyak 8,36% dari jumlah total

penduduk atau sebanyak 13.182.492 jiwa penduduk masih buta

aksara. Jumlah penduduk buta aksara ini memberikan pengaruh

dalam tingkat kontribusi masyarakat terehadap pembangunan

sehingga dirasakan perlu untuk ditangani sesegera mungkin.

Oleh karena itulah maka masalah buta aksara sebagai suatu

masalah nasional sampai saat ini dipandang masih belum tuntas

sepenuhnya.

Berbagai usaha dalam upaya penanggulangannya masih

mengalami hambatan sehiungga program-program yang

diluncurkan untuk menanggulanginya berupa pengorganisasian

kelompok belajar keaksaraan fungsional, tampaknya belum

efektif. Oleh karena itu, perlu adanya upaya serius, sehingga

jumlah buta aksara dari tahun ke tahun akan semakin menipis,

dan diharapkan pada kurung waktu tertentu akan tuntas dan

bebas dari buta aksara.

Page 3: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Sementara itu, Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah

satu di antara sepuluh Provinsi yang memiliki tingkat penduduk

buta aksara tinggi, adapun sembilan Provinsi lainnya yaitu: Jawa

Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, NTT,NTB, Sulawesi

Selatan, Papua Barat, dan Papua. Berdasarkan data dari Biro

Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk buta aksara

Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2005 sebanyak .............

jiwa (.........% dari penduduk kelompok umur 15 tahun ke atas)

dan menurun pada tahun 2008 sebanyak ........ jiwa (.......%).

Angka pada tahun 2005 (.......%) tersebut diharapkan dapat turun

menjadi ..... % pada akhir tahun 2010. Data BPS tersebut

berbeda dengan data dari Dinas Pendidikan Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah yang pada tahun 2007 terdapat ....... jiwa

penduduk Provinsi Sulawesi Tengah yang menyandang buta

aksara. Diduga perbedaan data disebabkan adanya perbedaan

pendekatan yang digunakan dalam mengumpulkan data. BPS

menggunakan pendekatan survei, sementara data yang dimiliki

Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah yang dikumpulkan

dari tingkat lapangan dengan menggunakan jaringan petugas

lapangan sampai dengan tingkat kecamatan (Tenaga Lapangan

Diknas/TLD dan Penilik PLS).

Menyadari akan permasalahan masih tingginya angka buta

aksara tersebut, maka pemerintah pusat menyalurkan berbagai

Page 4: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

dana pembantuan guna mendukung program penuntasan buta

aksara pada seluruh Provinsi yang diharapkan akan mengurangi

tingkat buta aksara sesuai target pada tahun 2010. Penuntasan

buta aksara adalah salah satu bagian dari Program Pendidikan

non formal yang berfungsi mengembangkan potensi peserta

didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan

sikap dan kepribadian profesional. Kesuksesan dan keberhasilan

penuntasan buta aksara diharapkan dapat meningfkatkan indeks

atau kualitas pembangunan manusia (Zainuddin, 2001). Dan

sebaliknya, kegagalan penuntasan buta aksara akan berdampak

negatif terhadap kelangsungan hidup manusia. Tidak hanya pada

penurunan indeks pembangunan manusi, tetapi juga menjadi

penghambat pembangunan pada sektor lainnya. Literasi atau

kemampuan membaca, menulis dan berhitung (Calistung)

menurut Fasli Jalal (2004) merupakan salah satu indikator

penting dalam variabel kemajuan pendidikan yang

mempengaruhi indeks pengembangan manusia (indeks Human

Development), di mana Indonesia masih menduduki peringkat

yang memprihatinkan, yaitu menduduki peringkat 111 dari 179

negara. Dalam laporan pembangunan manusi internasional

terbaru, Indonesia berada di peringkat ke- 110 dari 197 negara.

Page 5: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Indeks tersebut mempengaruhi tingkat daya saing dan

produktivitas bangsa Indonesia dalam percaturan global.

Sejak tahun 1946 sampai saat ini pemerintah

memprogramkan pemberantasan buta huruf (PBH) tersebut.

Sangat disayangkan sampai saat ini, jumlah buta aksara di

negara Indonesia masih sangat tingi, yakni kurang lebih

13.000.000. juta jiwa pada tahun 2005 (9,555) dari penduduk

kelompok umur 15 tahun ke atas, menurun 7,23% pada tahun

2007. Mengapa hal itu bisa terjadi ? Bisa jadi program

pemberantasan buta aksara selama ini belum berjalan secara

efektif sebagaimana diharapkan. Dan jika hal tersebut dikaitkan

dengan era otonomi daerah sekarang, bisa jadi bahwa program

pemberantasan buta aksara selama era reformasi ini belum

menjadi prioritas utama dari pembangunan daerah.

Program keaksaraan yang merupakan pengembangan dari

program pemberantasan buta aksara mulai diperkenalkan

kembali pada tahun 1977/1978. Program ini di maksudkan untuk

menumbuhkan motivasi interenal dari warga belajar. Keaksaraan

merupakan pendekatan atau cara untuk mengembangkan

kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan

keterampilan membaca, menulis berhitung, berbicara dan

mendengarkan yang didasarkan pada kebutuhan, minat,

Page 6: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

pengalaman hidup sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang

ada di lingkungan sekitarnya.

Pada tahun 2006 pemerintah mengeluarkan insttruksi

Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tanggal 6 Juni 2006 tentang

Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Hal

ini membawa pengertian tantang target Dekralasi Dakkar yang

harus dicapai yaitu 50% sasaran dapat dituntaskan pada tahun

2015. Dalam kaitan dengan hal tersebut, pemerintah

menetapkan bahwa target 50% penuntasan buta aksara dapat

dicapai pada akhir tahun 2010. Pemerintah Indonesia

menargetkan, penyandang buta aksara (buta huruf) diIndonesia

bisa dikurangi maksimal tersisa 7 juta jiwa pada tahun 2010, dari

kondisi pada tahun 2005 sejumlah kurang lebih 13 juta jiwa.

Untuk itulah pada tahun 2010 ini, sebagai target pencapaian

tahun terakhir, maka Pengembangan Kegiatan Belajar

Pendidikan Non Formal dan Informal (PKB PNFI) Provinsi

Sulawesi Tengah, perlu melakukan pengkajian pengembangan

model pendidikan keaksaraan sebagai suatu komunitas tertentu

dengan penekanan pada perspektif budaya masyarakat lokal di

Desa Gunung Batu Kecamatan Banawa Tengah dengan lokasi

binaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Donggala

Page 7: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

yang merupakan salah satu kantong buta aksara di Provinsi

Sulawesi Tengah.

Keadaan Kecamatan Banawa Tengah Kabupaten Donggala

sebagai salah satu Wilayah pemekaran kecamatan Banawa Ibu

Kota Kabupaten Donggala, dikategorikan sebagai salah satu

kantong Buta Huruf memiliki karakteristik yang unik jika dilihat

dari latar belakang budaya penduduknya yang sebagian besar

penduduknya bermukim di sepanjang pesisir pantai. Berkenaan

dengan adanya keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh

berbagai golongan etnik di Kecamatan tersebut yang bukan saja

dihuni oleh penduduk asli (“Kaili”) tetapi sudah merupakan

asimilasi dari berbagai budaya lokal suku pendatang (Bugis-

Makassar, Mandar, Jawa, Gorontalo, Saluan, Bali, Toraja,

Cina, dan sebagainya).

Keberadaan suku-suku pendatang tersebut sudah

berlangsung sejak lama pada awal kemerdekaan Bangsa

Indonesia yang dihubungkan melalui perdagangan antar pulau.

Sejak dahulu kala kota kecil Donggala ini sudah ramai dikunjungi

oleh para pedagang (saudagar) dari berbagai daerah di tanah air

melalui pelajaran antar pulau sebelum terbukanya jalur angkutan

darat, sehingga tidak mengherankan jika Kota Kecil Donggala

dijuluki sebagai “Kota Saudagar” (Nurhayati Nainggolan,

1985). Selain letaknya cukup strategis, juga terdapat pelabuhan

Page 8: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

laut “transit” yang disinggahi oleh berbagai jenis perahu layar,

kapal motor, dan kapal laut (bongkar muat barang/kontener) dari

berbagai daerah. Dari pelabuhan Donggala memuat hasil-hasil

bumi, misalnya kopra, cengkeh, coklat, rotan, dan sebagainya.

Sebaliknya kapal dari luar membongkar berbagai jenis

kebutuhan masyarakat, misalnya 9 bahan pokok, semen, alat-

alat bangunan, bahan-bahan eletronik dan berbagai jenis

kebutuhan rumah tangga dan perkantoran. Inilah yang

mengakibatkan sehingga nama Donggala, yang kemudian

menjadi Ibu Kota Kecamatan Banawa dari sejak dahulu kala

sudah dikenal sampai ke manca negara (Arie, 1983).

Hubungan-hubungan sosial kekerabatan tersebut telah

berlangsung lama di antara masyarakat atau golongan etnik

yang berbeda di Kecamatan Banawa, termasuk di Kecamatan

Banawa Tengah, telah menghasilkan terwujudnya kebudayaan –

kebudayaan umum lokal. Oleh karena itu, keberadaan

kebudayaan umum lokal tersebut sebenarnya dapat dilihat

sebagai wadah yang mengakomodasikan lestarinya perbedaan-

perbedaan identitas golongan etnik serta identitas sosial budaya

dari masyarakat yang saling berbeda kebudayaannya, yang

hidup bersama dalam wilayah atau di sekeliling kebudayaan

tersebut.

Page 9: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Gejala berkumpunya berbagai etnik lokal dapat disebabkan

oleh adanya wilayah pertemuan kebudayaan etnik yang berbeda.

Wilayah pertemuan beberapa etnik yang berbeda misalnya

kebudayaan penduduk asli suku Kaili dengan Bugis-Makassar,

kebudayaan Bugis dengan Mandar; Jawa dengan Gorontalo; Bali

dengan Toraja, dan lain-lain. Daerah seperti ini menurut Abdul

Syani (2006: 57) merupakan Wilayah dengan pola kebudayaan

“Campuran”. Budaya campuran akan memunculkan budaya

umum lokal atau budaya pasar (Santoso, 2008: 109) yang dapat

dipakai sebagai acuan dalam menjalin hubungan baik dalam

rangka memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis, termasuk

kebutuhan akan pendidikan warganyasejalan dengan

perkembangan kebudayaan etnik lokal tersebut, menurut Selo

Sumarjan (1999) dan Sukamto (2005) akan memunculkan

berbagai ketegangan dan pertentangan antar kelompok dalam

setiap kesatuan sosial yang disebabkan adanya perbedaan

dalam mengembangkan kebersamaan.

Di sisi lain, menurut Sukamto (2005) masyarakat dengan

pola kebudayaan campuran akan memunculkan pula berbagai

persaingan yang disebabkan masih adanya sebagian masyarakat

yang sering mengacu pada kebudayaan suku bangsa dan daerah

untuk mengangkat kepentingan kelompok dalam kancah yang

bersifat nasional. Munculnya komplik antar golongan etnik di

Page 10: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

berbagai daerah sejak tahun 1996 hingga di penghujung tahun

2003 di Sulawesi Tengah, misalnya warga pendatang

A. Tujuan

Adapun Tujuan dari Pengembangan Model Keaksaraan Dasar ini

adalah:

a. Tujuan Umum

Mengembangkan model penyelenggaraan pendidikan

Keaksaraan khusus di

Kelurahan.......................Kecamatan,...........................

kabupaten,................................. Donggala Provinsi

Sulawesi Tengah

b. Khusus

Sebagai pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan

Program Keaksaraan.

- Setelah program keaksaraan ini warga belajar

dapatmembaca, menulis dan berhitung (Calistung)

- Dapat mengetahui secara menyelurug potensi desa dan

karakter masyarakat ......................donggala

B. Dasar

Yang menjadi dasar yuridis dalam Pengembangan Model secara

khusus dan secara umum adalah :

Page 11: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

1. Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

2. UU No. 32 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah

3. PP No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

4. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah No. 6 Tahun 2001

tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Pada

Dinas- Dinas Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.

5. Keputusan Mentri Negara Koordinator Bidang

Pengawasan Pembangunan dan Pemberdayaan Aparatur

Negara No 25/Kep/MK.Waspan/6/1999 tanggal 18 Juni

1999 Tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan

angka kreditnya

6. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah No. 37 Tahun

2002 tentang Uraian Tugas dan Fungsi UPTD pada Dinas-

Dinas Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.

7. Surat Keputusan Kepala Dinas Daerah Provinsi .Sulwesi

Tengah No 122/28.21/PKB.PNFI/PD Tanggal 15 Maret

2010 tentang Tim pengembangan dan Uji Coba Model

Kesetaran, Keaksaraan, PAUD Kursus dan Kelembagaan,

dan IT Program Pendidikan Non Formal model pada PKB-

PNFI Provinsi Sulawesi tengah

Page 12: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Pengertian pendidikan keaksaraan

Program Pendidikan Keaksaraan adalah salah satu bentuk

layanan pendidikan non-formal, bagi masyarakat yang masih

dikatagorikan sebagai buta aksara. Dengan kata lain,

pendidikan keaksaraan merupakan sebuah upaya

pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengembangkan

kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berbahasa

Indonesia dengan kandungan nilai fungsional bagi upaya

peningkatan kualitas hidup dan penghidupan warga

masyarakat yang masih buta aksara tersebut.

Menurut John Hauter (1997 : 124), ada tiga kategori dasar

tentang definisi keaksaraan, setiap kategori didasari oleh

asumsi yang sangat berbeda dari peran keaksaraan dalam

kehidupan setiap individu dan dalam kehidupan masyarakat,

yaitu :

a. Literacy as aset if basic skills, abilities or competencies,

artinya keaksaraan merupakan seperangkat keterampilan dan

kemampuan atau kompetensi dasar.

b. Literacy as the necessary fondation for higher quality of life,

artinya keaksaraan sebagai dasar yang penting untuk

meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.

c. Literacy as reflection of political and structural realities,

artinya keaksaraan merupakan refleksi dari kebijakan dan

kenyataan struktural.

Dari beberapa uraian definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa keaksaraan menekankan pada suatu kemampuan

untuk dapat mengatasi suatu kondisi baru yang tercipta oleh

Page 13: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

lingkungan masyarakat, sebagai upaya agar warga belajar

dapat memilih kemampuan yang bermanfaat bagi diri dan

masyarakat disekitarnya.

Istilah fungsional dalam pendidikan keaksaraan

mengandung makna bahwa penyelenggaraan pendidikan

keaksaraan harus: (1) relevan dengan isi, proses, dan konsep,

serta fungsi dan tujuan diselenggarakannya pembelajaran

keaksaraan fungsional, (2) sesuai dengan minat dan

kebutuhan belajar warga belajar, dan (3) ada jaminan bahwa

hasil belajarnya benar-benar bermanfaat (fungsional) bagi

peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar.

Pendidikan keaksaraan berfungsi untuk memberikan

pengetahuan dasar yang meliputi kemampuan membaca,

menulis dan berhitung yang dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari sebagai wahana untuk meningkatkan

taraf hidup warga belajar. Pendidikan keaksaraan juga

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta

kemampuan berusaha atau bermata pencaharian.

Menurut Prof.Dr. M.Saleh Marzuki, M.Ed (Universitas Negeri Malang)

Istilah keaksaraan fungsional  telah lama dikenal yakni sejak 

pertengahan tahun 1960 an, dan merupakan konsep yang

sangat berpengaruh dalam membangun pendidikan melalui

program keaksaraan. Pesona ide tersebut sangat kuat dan

tersebar luas. Banyak pihak sangat perduli terhadap ide

tersebut antara lain : pendidik orang dewasa.,para ahli

pembangunan ekonomi,pekerja pembangunan desa,

lembaga-lembaga penyebar innovasi, para perencana dan

pelaksana pada lembaga-lembaga internasional tampaknya

Page 14: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

semuanya sangat perduli dengan keaaksaraan fungsional.:

ide dibalik itu sepertinya  adalah bahwa keaaksaraan dapat

mempunyai fungsi atau peran membangkitkan  pembangunan

sosial ekonomi suatu masyarakat. Sementara itu para

pekerja  keaksaraan fungsional  terutama yang bekerja di 

proyek-proyek yang disponsori Unesco  melakukan

eksperimentasi, dan telah menjual konsep tersebut  beserta

temuan-temuannya. Munculnya konsep keaksaraan 

fungsional  sangat menegsankan, tetapi  tidak berjalan mulus

untuk gerakan keaksaraan di negara sedang berkembang.

Konsep keaksaraan fungsional ini memakan waktu panjang

untuk bangkit dari frustrasi dan kegagalan para pekerja

keaksaraan  yang seringkali menghadapi para  sasaran didik

orang dewasa yang memimpikan sesuatu kehidupan yang

indah, yang terang benderang tetapi tidak terwujud  dan

mereka tidak ingin menjadi bagian dari mimpi indah tersebut.

Mereka tidak lagi secara sukarela untuk belajar membaca dan

menulis.mereka tidak lagi mikir apakah keaksaraan itu hak

asasi manusia atau bukan.  Bagi mereka yang sudah pernah

belajar membaca dan menulis, mereka juga tidak tahu mau

melakukan apa dengan kecakapan barunya tersebut, atau

setelah memperoleh skill lenguistik. mau apa. Konsep baru

yang disebut keaksaraan fungsional menjanjikan akan

memecahkan  masalah masalah klasik  dan masalah yang

sulit  yaitu motivasi peserta didik dan secara bersamaan

menghubungkan keaksaraan  dengan ekonomi,sosial dan

aspirasi politik  di negara sedang berkembang. Tetapi 

kegagalan  yang pernah dialami oleh para pekerja

keaksaraan  betul betul mendiskreditkan mereka ,merugikan

orang yang betul-betul ingin belajar keaksaraan, dan

Page 15: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

mengabaikannya sebagai hak asasi manusia sampai suatu

saat  perbaikan betul betul dilaksanakan.

Untuk menjadikan keaksaraan fungsional terlaksana dengan

baik, konsep tersebut harus dipahami, diterjemahkan dalam 

tindakan.Implikasi konsep  kedalam berbagai aspek program

dan implementasi harus dilakukan secara logis dan

terefleksikan dalm pelaksanaan. Pengembangan suatu

konsep  tentu ada rasionalnya sebagai antesiden atau adanya

pemikiran pemikiran yang mendahuluinya. Pemahaman

terhadap suatu teori dan kejadian-kejadian  seringkali menjadi

lebih baik apabila  didahului oleh studi kita tentang antesiden

yang merupakan  dimensi historis dan latar belakang  dari

konsep  keaksaraan fungsional. Beberapa antesiden atau latar

belakang tersebut antara lain: (1) idologis,(2) kultural,(3)

ekonomi,(4) lenguistik,(5)moivasi. Idiologis Ada anggapan

yang barangkali boleh disebut keyakinan bahwa  kecakapan

baca tulis merupakan bekal kelak setelah mati menghadap 

Tuhan  guna memperoleh kehidupan yang lebih baik di

akhirat. Juga ada pemikiran bahwa membaca dan menulis

akan memperoleh keuntungan secara politik karena akan

memperoleh dukungan politik dari orang-orang tersebut

karena pemahaman mereka sebagai  konstituen menjadi lebih

terbuka dengan bertambahnya media tulis. Di samping itu

dengan membaca para petani, buruh dan orang-orang lapisan

bawah memahami kepentingannya  sehingga dapat terhindar

dari tindakan eksploitasi kelas penguasa Dalam hidup, kita

mengenal kebajikan bagi sesama yakni hak asasi manusia,

dimana setiap kita mempunyai hak untuk maju, untuk pandai

dan hidup layak.

Page 16: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

B. Standar Kompotensi kesetaraan

SKK ini dirinci ke dalam komponen kompetensi dasar,

indikator, serta proses/pengalaman dan hasil belajar. Lingkup

materi SKK Pendidikan Keaksaraan meliputi: membaca,

menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia.

1. Kompetensi membaca.

Lingkup materi pembelajaran meliputi mengenal huruf,

membaca huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana,

kalimat yang kompleks, serta pemahaman terhadap isi

teks bacaan yang ditunjukkan oleh kemampuan

menjelaskan kembali isi bacaan.

2. Kompetensi menulis.

Lingkup materi pembelajaran meliputi penggunaan alat

tulis dengan benar, menulis huruf, suku kata, kata, kalimat

sederhana, kalimat yang kompleks, serta menulis ceritera,

gagasan atau pengalaman sehari-hari yang dapat difahami

orang lain.

3. Kompetensi berhitung.

Lingkup materi pada standar kompetensi berhitung adalah

mengenal angka, bilangan puluhan, ratusan, dan ribuan,

pengukuran, serta pengelolaan data sederhana.

Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan

melakukan dan menggunakan operasi hitung bilangan

(tambah, kurang, kali, dan bagi) dalam kehidupan sehari-

hari. Pengukuran ditekankan pada kemampuan

menghitung panjang, keliling dan luas bangun datar, serta

volume ruang dalam pemecahan masalah sehari-hari.

Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan

Page 17: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

mengumpulkan, menyajikan, dan membaca data dalam

konteks kehidupan sehari-hari.

4. Kompetensi berkomunikasi menggunakan bahasa

Indonesia.

Lingkup materi pembelajaran meliputi kemampuan

berbahasa Indonesia yang baik dan benar, pemahaman

bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa

persatuan, menterjemahkan kata dan kalimat dari bahasa

ibu ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, keterampilan

membaca dan memahami teks bahasa Indonesia, dan

keterampilan menggunakan bahasa Indonesia untuk

berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dalam konteks

kehidupan sehari-hari.

C. Pemahaman budaya masyarakat donggala

Kultur/Budaya

Teori dan hasil penelitian antrolpologi budaya sudah

tersedia khususnya tentang kebudayaan dan kepribadian

yang mendukung keaksaraan fungsional. Kepribadian kita

dibentuk oleh kebudayaan kita melalui unsur-unsurnya

seperti bahasa, adat istiadat, tradisi dan teknologi.,

berbagai kebiasaan dibentuk oleh budaya kita, berbagai

pola tingkah laku juga dihasilkan oleh budaya kita Nilai-

nilai kehidupan juga berubah mengikuti perkembangan

jaman dan melalui pendidikan dimana media tulis

memegang peranan penting. Keaksaraan telah dipandang

sebagai pembuka kunci potensi manusia, kultur,sosial dan

ekonomi.

Page 18: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Diantara dua manusia beberapa hal memang bisa

sama ,orang yang bisa baca tulis akan lebih  dapat

mengatasi kebutuhan informasi dan dapat mengatasi

berbagai kesulitan dalam  lingkungannya, sosial, politik,

ekonomi dibandingkan dengan orang yang buta aksara.

Memang orang buta aksara  juga bisa menggunakan

simbul-simbul  tetapi yang bisa baca tulis memiliki dua

macam simbul dalam dua tingkatan yaitu lisan dan tulisan.

Ekonomi

Teori ekonomi  mendukung keaksaraan fungsional dengan

penelitian yang dilakukaqn oleh  Phillips (1964) dengan

dasar rancangan expost facto, analisis system ekonomi

yang menunjukkan adanya pertumbuhan produktifitas

sebagai dampak pendidikan..Studi ini menunjukkan bahwa

bagian terbesar dari pertumbuhan  dibidang produksi  di

Negara berkembang stengah abad terkhir ini tidak dapat

diperhitungkan melalui masukan capital fisik,jam kerja dan

sumber daya alam, Sebagian bersar harus dianggap

berasal dari kemajuan teknis dan kualitas  sumber daya

manusia  yang keduanya ini merupakan peranan

pendidikan. Adapun dampak program keaksaraan terhadap

produktivitas potensi manusia, tergambar dalam penelitian

kuasi eksperimental  yang dihasilkan oleh Stanislav

Strumlin (1965) yang menunjukkan bahwa seorang pekerja

yang berpendidikan setahun di sekolah dasar  memiliki

pertumbuhan produktifitas sebesar 30 %  sedangkan

pekerja buta aksara yang dimagangkan di industri selama

satu tahun hanya memikliki pertambahan produktivitas

sebesar 12 %. Sedangkan peningkatan kualifikasi yang

Page 19: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

dihasilkan dari sekolah selama satu tahun rata-rata

mempunyai 2.6 kali lebih besar daripada yang satu tahun

magang di perusahaan. Dengan demikian dapatlah

dikatakan bahwa program keaksaraan fungsional

memberikan sumbangan besar terhadap pembangunan

ekonomi.

Linguistik

Ide pokok daripada keaksaraan fungsional adalah

mengajarkan ketrampilan ekonomi dan baca tulis secara

bersamaan dari awal  yang merupakan bagian pokok

daripada keaksaraan fungsional.Memang konsep ini agak

kurang efektif apabila kita tidak memahami dengan baik

metodologi membaca  yang  diperoleh dari linguistic

seperti antara lain metode global dalam membaca.

Pertamakali tentu harus dipahami apa yang menjadi mata

pencaharian warga didik. Dari situ diidentifikasi kata dan

kalimat yang sering kita dengar dalam pembicaraan

sekitar mata pencaharian  tersebut. Kata dan kalimat

tersebut  setelah dikumpulkan dicari mana kata dan

kalimat yang menjadi motivasi atau mengandung motivasi

kuat, atau  menjadi kekhawatiran dan kecemasan dalam

mencari nafkah. Kemudian kita coba merangkai kata dan

kalimat menjadi suatu cerita seerhana. Cerita tersebut

diperiksa apakah ada kata yang sulit untuk duucapkan

Page 20: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

atau dikenali karena terlalu kompleks.Pilihan kata yang

tepat dan ejaan yang mudah akan mempermudah warga

belajar membacanya. Disamping itu cerita tadi disusun

dengan memperhatikan adanya kandungan masalah

sehingga belajar membaca berlanjut dengan diskusi. Dari

diskusi kita coba mencari pemecahan bersama tentang

kesulitan atau kebutuhan belajar yang terkait dengan 

perbaikan mencari nafkah atau ekonomi mereka..Jika

memerlukan belajar ketrampilan tentu harus diteruskan

dengan pelatihan,jika perlu tindak lanjut mencontoh model

pencarian nafkaf di tempat lain tentu diteruskan dengan

karya wisata yang hasilnya bermanfaat untuk memperbaiki

tingkat hidup mereka baik secara perorangan maupun

kolektif.

Motivasi

Sebenarnya ada sesuatu yang tersembunyi didalam

keaaksaraan fungsional yaitu teori psikologis motivasi.

Orang dewasa menginginkan incentive berupa ganjaran 

atau pujian dalam tingkah laku belajarnya. Membaca tidak

berdiri sendiri melainkan harus memberikan kepuasan

sebagai suatu tindakan  dan sekali  lagi apa yang mereka

baca harus betul betul menarik dan bermakna serta

bermanfaat bagi kehidupan mereka. Mengenai manfaat

memang semua bermanfaat tetapi ada yang manfaatnya

masih lama tertunda karena bersifat laten tetapi ada yang

bermanfaat dalam waktu dekat dan mendesak dalam

kehidupan mereka. Orang dewasa umumnya telah

berhadapan langsung dangan masalah dan kebutuhan

sehari hari yang berbeda tentunya dengan anak yang 

Page 21: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

kebutuhannya masih ada di masa depan. Di sini berlaku

teori kerugian komparatif( Comparative deprivation) atau

loncatan pemenuhan kebutuhan yakni bahwa orang akan

berusaha memenuhi kebutuhannya sebagai mahluk

manusia sebelum memenuhi kebutuhan yang lain.seperti

kebutuhan fisik harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

yang lain. Meskipun demikian hal tersebut akan berbeda

antara orang yang satu dengan yang lain, kelompok satu

engan yang lain.Di Negara sedang berkembang 

penderitaan ekonomi paling  akut dirasakan  dan ingin

segera dipenuhi,karena itu,belajar memperbaiki skill

ekonomi atau mata pencaharian  akan sangat menarik

bagi warga belajar..Dengan mengajarkan skill mata

pencaharian akan dapat membuat belajar baca tulis yang

tidak menyenagkan  menjadi sangat

menyenangkan.Teaching of economic skills could thus gild

the literacy pill atau belajar ketrampilan ekonomi akan

dapat mengasah kecakapan baca tulis yang tumpul.

D. Pendekatan budaya masyarakat Donggala sebagai basis pembelajaran keaksaraan

E. Prinsif – prinsif pembelajaran keaksaraan

1) Konteks Lokal

Agar pembelajaran KF dapat berjalan sesuai dengan

fungsi dan tujuannya, maka bahan belajar harus digali dari

konteks lokal. Bahan belajar harus bermanfaat bagi

kehidupan warga belajar sehari-hari. Mereka yang hidup di

daerah perkotaan berbeda kebutuhannya dengan mereka

yang hidup di daerah pertanian, nelayan, atau daerah

spesifik lainnya. Perlu difahami kebutuhan warga belajar

Page 22: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

untuk mengembangkan program pembelajaran KF yang

benar-benar bermutu dan relevan.

2) Desain Lokal

Unsur-unsur pokok berkaitan penyajian pembelajaran KF

seperti: tujuan, kelompok sasaran, bahan belajar, sarana

belajar, kegiatan belajar, waktu dan tempat pertemuan,

dan unsur-unsur penting lain, harus dirancang sesuai

dengan situasi, kondisi, dan potensi lokal di mana

kelompok belajar berada. Perlu juga dibuat kesepakatan

belajar, rencana pembelajaran, dan pemilihan kegiatan

belajar atas dasar minat, kebutuhan, dan harapan

kelompok belajar, serta dirancang sesuai dengan

karakteristik kelompok belajar.

3) Proses Partisipatif

Program pendidikan keaksaraan harus mampu

memobilisasi warga belajar untuk melakukan beragam

tindakan atau perbuatan sehingga dapat mengembangkan

ragam keterampilan yang bermanfaat untuk memperbaiki

mutu kehidupan dan tarap hidup warga belajar. Pendidikan

keaksaraan fungsional harus berorientasi pada tindakan,

dan semua unsur yang terlibat di dalamnya harus secara

aktif dan proaktif turut berpartisipasi dalam keseluruhan

kegiatan.

4) Fungsionalisasi Hasil Belajar

Program pendidikan keaksaraan harus memberikan

manfaat dan makna yang berkaitan secara langsung

dengan lingkungan hidup, pekerjaan/mata pencaharian,

dan situasi keluarga warga belajar, sehingga hasil belajar

yang dicapai warga belajar memberi manfaat bagi

peningkatan mutu kehidupannya.

Page 23: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

5) Kesadaran

Proses pembelajaran keaksaraan hendaknya dapat

meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga belajar

terhadap keadaan dan permasalahan lingkungan untuk

melakukan aktivitas kehidupannya. Proses pembelajaran

hendaknya dapat memotivasi warga belajar untuk

berupaya memahami berbagai faktor yang berpengaruh

terhadap masalah-masalah yang dihadapinya, dan ikut

memikirkan alternatif cara yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

6) Fleksibilitas

Program pendidikan keaksaraan harus fleksibel, agar

memungkinkan untuk dimodifikasi sehingga responsif

terhadap minat dan kebutuhan belajar serta kondisi

lingkungan warga belajar yang berubah dari waktu ke

waktu.

7) Keanekaragaman

Program pendidikan keaksaraan hendaknya bervariasi

dilihat dari segi materi, metode, maupun strategi

pembelajarannya sehingga mampu memenuhi minat dan

kebutuhan belajar warga belajar di setiap daerah yang

berbeda-beda.

8) Kesesuaian hubungan belajar

Program pendidikan keaksaraan seyoyanya dimulai dari

hal-hal yang telah diketahui dan dapat dilakukan oleh

warga belajar, sehingga pengalaman, kemampuan, minat,

dan kebutuhan belajar mereka hendaknya menjadi dasar

dalam menjalin hubungan yang harmonis dan dinamis

antara tutor dengan warga belajar dalam kegiatan

pembelajaran.

Page 24: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Mengingat warga belajar program pendidikan KF

pada umumnya merupakan kelompok orang dewasa, maka

proses pembelajaran yang digunakan hendaknya

mengikuti kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa

(andragogi). Kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa yang

dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran harus berorientasi pada pemecahan

masalah lingkungan (problem solving oriented).

Permasalahan hendaknya digali dari pendapat dan

diketahui oleh warga belajar.

2. Pembelajaran harus berbasis pada pengalaman pribadi

warga belajar (experience-based learning) agar semakin

mudah difahami.

3. Pembelajaran harus memberikan pengalaman yang

bermakna (meaningfull) bagi warga belajar agar lebih

diminati.

4. Pembelajaran harus memberi kebebasan bagi warga

belajar untuk ikut memilih isi dan proses belajar sesuai

dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya.

5. Tujuan pembelajaran harus ditetapkan dan disetujui

oleh warga belajar melalui kontrak belajar (learning

contract).

6. Warga belajar harus memperoleh umpan balik

(feedback) terhadap dirinya tentang pencapaian hasil

belajar masing-masing individu.

7. Pembelajaran harus dimulai dari dan berdasarkan pada

pengetahuan dan kompetensi yang sudah ada sebelumnya

(prior learning).

8. Penguatan (reinforcement) harus bersifat positif dan

meningkatkan motivasi belajar bagi warga belajar.

Page 25: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

9. Pembelajaran harus memungkinkan warga belajar untuk

berpartisipasi secara aktif sehingga dapat memperbaiki

dan memperpanjang ingatan.

10. Materi pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan

warga belajar.

11. Metode pembelajaran perlu mempertimbangkan

mental dan karakteristik fisik warga belajar.

2).Strategi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional (KF)

Strategi pembelajaran adalah suatu pola belajar yang

menggunakan informasi dalam proses identifikasi kebutuhan

belajar dan perencanaan program belajar. Pola pembelajaran

pada Pendidikan Keaksaraan terdiri atas langkah kegiatan

membaca, menulis, berhitung, diskusi, dan aksi penerapan.

Di antara berbagai pilihan pola strategi pembalajaran,

berikut 3 di antaranya:

a. Pola pertama meliputi langkah-langkah membaca,

menulis, berhitung, dan berdiskusi. Kegiatan

tersebut dapat diterapkan pada metode

pembelajaran pengalaman berbahasa, suku kata,

kata kunci dan asosiasi. Dalam hal ini tutor akan

melakukan peran lain yaitu sebagai fasilitator yang

akan menjembatani warga belajar dan sistem

pendukungnya.

b. Pola kedua meliputi langkah-langkah aksi, diskusi,

membaca, menulis, dan berhitung. Pola semacam

ini dapat diterapkan pada warga belajar yang sudah

mencapai tingkat mandiri.

c. Pola ketiga meliputi langkah-langkah diskusi,

membaca, menulis,berhitung, dan aksi.

Page 26: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Ketiga contoh pola stategi pembelajaran tersebut

bukan berarti langkah yang baku atau harus

dilakukan secara berurutan. Pola tersebut dapat

dilakukan secara acak menurut kecenderungan

karakteristik warga belajar atau kebutuhan

setempat, misalnya dimulai dengan diskusi,

kemudian dilanjutkan dengan belajar membaca

menulis, dan berhitung. Pemilihan dan penentuan

dalam penetapan strategi tersebut dapat dilakukan

dengan memperhatikan kecenderungan warga

belajar pada awal proses pembelajaran.

BAB IIIMETODELOGI PENGEMBANGAN

A. Populasi dan sample

- Populasi

Menurut Harun Alrasyid (1994 :1) populasi adalah keseluruhan objek

psikologis yang memiliki kesamaan ciri berdasarkan kriteria tertentu

sedangkan ukuran populasi adalah banyaknya objek psikologis yang

menjadi anggota sebuah populasi.

Yang menjadi populasi dalam Pengembangan Model ini sebanyak 100

orang terdiri dari ; Tokoh masyarakat, Kepala Desa, Tokoh agama, dan

masyarakat yang ada didesa…………………….Kabupaten Donggala

Provinsi Sulawesi Tengah

- Sampel

Page 27: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Sampel Pengembangan dilakukan secara non probabilitas sampling,

sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu teknik memilih orang secara sengaja untuk dii

ikutkan dalam kelompok belajar Keaksaraa Fungsional yang belum

mampu baca, tulis dan berhitung (Calistung)

B. Waktu dan tempat Pengembangan

Kegiatan Pengembangan Model ini dilaksanakan dalam jangka waktu

satu tahun, terhitung mulai bulan Maret 2010 sampai dengan bulan

Maret 2011. Sedangkan lokasi Pengembangan Model Keaksaraan ini

adalah di Kabupaten Donggala. Provinsi Sulawesi Tengah. Pemilihan

lokasi ini dengan pertimbangan selain dapat diakses dengan mudah

dalam banyak aspek , juga dilokasi ini dari hasil Identifikasi banyak

penyandang buta aksara.

C. Pendekatan pengembangan

Pendekatan pengembangan ini menggunakan action research

(Penelitian tidakanan) alasannya adalah karena seluruh

kegiatan baik telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan serta pengaruh menciptakan suatu hubungan.

D. Prosedur pengembangan

E. Tehnik pengumpulan data

Page 28: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Tehnik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan

ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi, melalui observasi pengembang berusaha

mendapatkan data awal dan gambaran umum tentang obyek

pengembangan berhubungan dengan letak wilayah, populasi

penelitian.

b. Wawancara, data yang ingin didapatkan oleh pengembang

melalui wawancara adalah isue yang berkembang ditengah-tengah

masyarakat tentang Buta aksara atau Keaksaraan Fungsional.

c. Dokumentasi, pengembang berusaha mendapatkan data-

data pendukung lainnya berkaitan dengan masalah yang akan

dikembangkan dan selanjutnya dijadikan sebuah pengembangan

model yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran

Keaksaraan.

F. Tehnik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang

sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen

resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali,

setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah

mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,

proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam

satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada

Page 29: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat

koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan

keabsahan data. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap

penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori

substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103)

menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan

uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan

analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang

disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema

pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih

menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih

menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian

definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

G. Tehnik Keabsahan data

Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang

telah terkumpul,perlu dilakukan pengecekan keabsahan data.

Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria derajat

Page 30: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

kepercayaan (crebility) dengan teknik triangulasi, ketekunan

pengamatan, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2004).

Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang

didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek

atau sebagai pembanding terhadap data yang telah ada

(Moleong,200). Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi

dengan sumber, yaitu membandingkan data hasil obserfasi, hasil

pekerjaan peserta didik dan hasil wawancara terhadap Tutor

yang ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada

efektif membaca .

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan

pengamatan yang diteliti, rinci dan terus menerus selama proses

pembelajaran berlangsung yang diikuti dengan kegiatan

wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang

dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pengecekan teman sejawat/kolega dilakukan dalam bentuk

diskusi mengenai proses dan hasil penelitian dengan harapan

untuk memperoleh masukan baik dari segi metodelogi maupun

pelaksanaan tindakan.

H. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup

pemberiannilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan

serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang

ditemukan Audit adalah suatu proses (kegiatan) sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai

pernyataan-pernyataa kegiatandan kejadian ekonomi (The

American Accounting Association).

Page 31: Desain Pengembanga Model Kf2010rtttttttt433333

Kegiatan ini diperlukan untuk menentukan tingkat

kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan (fungsi atestasi) dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada para pihak yang

berkepentingan Evaluasi bersifat analitik dan kooperatif dengan

obyek evaluasi(evaluatan), sedangkan audit lebih menekankan

pada pengujian-pengujian bukti dan independen terhadap obyek

audit (auditan). Keduanya tetap mengedepankan obyektivitas

evaluator/auditor

I. Gambaran Alur Uji Coba

BAB IVPENUTUPA…B.

DAFTAR PUSTAKA