“produk mudharabah dan aplikasinya dalam...

109
“PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM PEMBIAYAAN MODAL NASABAH UMKM” PADA BAITUT TAMWIL MUHAMMADIYAH (BTM) “BERKAH MENTARI” PAMULANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Muhammad Irsyad Fadhillah NIM. 1111053000034 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

“PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM

PEMBIAYAAN MODAL NASABAH UMKM” PADA BAITUT

TAMWIL MUHAMMADIYAH (BTM) “BERKAH MENTARI”

PAMULANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Muhammad Irsyad Fadhillah

NIM. 1111053000034

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 3: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 4: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

iv

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Poduk Mudharabah dan Aplikasinya Dalam

Pembiayaan Modal Terhadap Nasabah UMKM BTM “Berkah Mentari”

yang dibuat oleh Muhammad Irsyad Fadhillah, yang dibimbing oleh Muhamad

Zen, MA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep

dan aplikasinya sistem mudharabah pada BTM “Berkah Mentari. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini

dilakukan di koperasi BTM “Berkah Mentari”, Pamulang Tangerang Selatan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi

pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembiayaan mudharabah

yang dilaksanakan di BTM “Berkah Mentari telah sesuai dengan syariah yang di

jabarkan lewat Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000,

aplikasinya yaitu pembiayaan modal kerja dengan sistem bagi hasil atau

mudharabah. Keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang tertuang

dalam akad, dalam pembiayaan tersebut digunakan istilah prinsip bagi hasil

keuntungan usaha bukan istilah profit sharing. Selain menggunakan istilah bagi

hasil keuntungan usaha, hal lain yang membuat ideal adalah adanya pembagian

kerugian usaha. Kerugian pada pembiayaan dengan akad mudharabah akan

ditanggung sepenuhnya oleh BTM “Berkah Mentari”, kecuali bila nasabah

melakukan kelalaian dan kesengajaan yang menyebabkan dialaminya kerugian.

Dalam menangani pembiayaan bermasalah BTM “Berkah Mentari selalu mencoba

untuk melakukan proses penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian atau

musyawarah. Faktor kejujuran dan transparansi menjadi sangat penting ketika

mendapatkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

Kata Kunci: Pembiayaan, Sistem Mudharabah, Shohibul Maal, Mudharib

Page 5: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

v

KATA PENGANTAR

Mahasuci Allah yang maha tinggi lagi maha agung yang memiliki

pengetahuan yang luas meliputi langit dan bumi. Alhamdulillah dengan izin dan

rahmat-Nya, Dia menganugrahi kita dapat bertahan hidup dan mengembangkan

diri. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad

SAW yang merupakan gudang ilmunya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang

Pendidikan Strata 1 pada Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

orang-orang yang telah membuat dan terlibat dalam proses pembuatan skripsi

yang berjudul “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM

PEMBIAYAAN MODAL PADA NASABAH UMKM BAITUT TAMWIL

MUHAMMADIYAH (BTM) “BERKAH MENTARI” PAMULANG” yaitu:

1. Terima kasih kepada Allah dengan izin dan hidayah-Nya sehingga skripsi

ini berjalan dengan baik.

2. Bapak Dr. Arief Subhan MA., selaku Dekan Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan

bapak Suparto, M.E.d, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, MA

selaku Wakil Dekan II, Dr, Suhaimi, MSi selaku Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

3. Bapak Drs. Cecep Sastra Wijaya MA. Selaku Kepala Jurusan dan Bapak

Drs. Sugiarto MA. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Page 6: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

vi

4. Bapak Muhamad Zen, MA, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis agar skripsi ini lebih

baik.

5. Ayahanda Fadhillatul Syafri dan Ibunda Nuralinah selaku orang tua yang

telah menambah ketenangan lahir dan batin, baik materil maupun spiritual

sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancer.

6. Mujadid Perdana, selaku Manajer BTM yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk memperoleh data skripsi dari BTM.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun

demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan

skripsi ini sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan penulis. Kritik dan

saran membangun dari pembaca serta rekan-rekan mahasiswa senantiasa penulis

nantikan.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat, baik untuk masa sekarang

maupun dimasa yang akan datang.

Jakarta, 02 Oktober 2016

Penulis

Page 7: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 12

D. Metode Penelitian.......................................................................... 13

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 16

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 17

G. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 17

H. Sistematika Penulisan ................................................................... 21

BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................... 23

A. Mudharabah .................................................................................. 23

B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............................... 39

BAB III GAMBARAN UMUM BTM BERKAH MENTARI ...................... 46

A. Profil BTM Berkah Mentari .......................................................... 46

B. Visi dan Misi ................................................................................. 52

C. Struktur Organisasi ........................................................................ 52

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN ...................................... 56

A. Proses Pelaksanaan Pembiayaan Modal Mudharabah Terhadap

Nasabah UMKM BTM “Berkah Mentari” .................................... 56

Page 8: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

viii

B. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat

Implementasi Sistem Bagi Hasil (Mudharabah) ........................... 77

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 86

A. KESIMPULAN ............................................................................. 86

B. SARAN ......................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mudharabah, dalam fiqih Islam, merupakan salah satu bentuk kerja

sama antara rab al-mal (investor) dengan seorang pihak kedua (mudharib)

yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang. Kata mudharabah itu

sendiri berasal dari kata dharb, adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan di muka

bumi. Dan, berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan dalam rangka

menjalankan suatu usaha, berdagang atau berjihad di jalan Allah, sebagimana

firman Allah di dalam surat Al-Muzzammil ayat ke-20, yang artinya: “… dan

sebagian mereka berjalan di bumi mencari karunia Allah”.1

………….. ……

…….. dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah; (QS. Al-Muzzammil: 20).

Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola

modal, dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai

dengan kesepakatan. Di dalam pembiayaan mudharabah pemilik dana

(Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan

nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya akad

mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling

membantu antara pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola

1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005), h. 11

Page 10: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

2

uang. Dalam sejarah Islam banyak pemilik modal yang tidak memiliki

keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu banyak pula para pakar

dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Oleh karena

itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk

saling bekerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam

mengelola dan memproduktifkan modal itu.2

Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada

perbankan pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional

pada umumya menawarkan pembiayaan dengan menentukan suku bunga

tertentu dan pengembalian modal yang telah digunakan mudharib dalam

jangka waktu tertentu. Namun Akad mudharabah tidak menentukan suku

bunga tertentu pada mudharib yang menggunakan pembiayaan mudharabah,

melainkan mewajibkan mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan

yang diperoleh mudharib.3

Ketentuan mengenai akad mudharabah sendiri diatur dalam Fatwa

Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000 dan belum diatur secara

rinci dalam hukum positif. Walaupun ketiadaan aturan hukum positif

dipandang sebagai suatu kelemahan, tetapi sebagai umat Islam yang

berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan akad

mudharabah tersebut tetap harus dipertanggungjawabkan. Tidak hanya terkait

antara sesama manusia saja tetapi terkait antara manusia dengan sang

pencipta. Maka dalam menerapkan akad mudharabah, rukun dan syarat

2 Nasroen Harun, Fiqh Muamalah. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 176

3 Veithzal Rifa’i & Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management. (Jakarta:

PT. Rajawali Pers, 2008), h. 7-9.

Page 11: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

3

mudharabah mutlak harus terpenuhi di setiap transaksi. Ketentuan tersebut

secara khusus terpenuhi terkait dengan ketentuan rukun, penetapan syarat-

syarat pihak, ketentuan modal, ketentuan nisbah bagi hasil/keuntungan, serta

aspek trustee (kepercayaan) dalam akad tersebut yang menjadikan akad

mudharabah bersifat amanah. Apabila salah satu rukun maupun syarat tidak

terpenuhi, berakibat batalnya akad mudharabah tersebut.4

Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung oleh adanya

perkembangan dinamis dan kontribusi nyata di sektor lembaga keuangan,

alasannya karena kontribusi sektor lembaga keuangan berperan penting dalam

menggerakkan roda perekonomian di suatu negara. Hal ini dapat dilihat ketika

sektor lembaga keuangan terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis

moneter (tahun 1997–tahun 1998), dimana dengan terpuruknya sektor

lembaga keuangan mengakibatkan tingkat perekonomian Indonesia tidak

berjalan normal. Oleh karena itulah fungsi dan peran sektor perbankan dalam

pembangunan ekonomi sangatlah berpengaruh, sebab sektor lembaga

keuangan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

Dalam kesuraman krisis ekonomi, keajaiban terjadi. Pada akhir tahun

1998, pertumbuhan ekonomi merosot menjadi -13,7% dari pertumbuhan

sebesar +4,9%, dipermulaan tahun atau jatuh -18,6% hanya dalam tempo satu

tahun. Hampir sebagian besar pakar ekonomi pesimis bahwa perekonomian

nasional akan pulih kembali dalam waktu kurang dari 5 tahun. Namun

terbukti, meski mengalami bleeding berupa pelarian modal sebesar US$ 10

4 Nasroen Harun, Fiqh Muamalah. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 178.

Page 12: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

4

milyar per tahun dan ambruknya industri besar, hanya dalam 2 tahun ekonomi

nasional mampu tumbuh 4,8%. Akhirnya di akui bahwa unit usaha mikro,

kecil, dan menengah (yang sering kali disebut ekonomi rakyat), memberi

kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi pada masa itu. Fenomena ini

mengejutkan, sebab di luar nalar dari ilmu ekonomi (Budiantoro, 2003).5

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia harus di akui

merupakan salah satu kekuatan ekonomi baik diperkotaan maupun dipedesaan

yang mampu bertahan di tengah pembangunan dan krisis yang terjadi akhir-

akhir ini. Tumbuh dan berkembangnya usaha mikro kecil dan menengah

sejalan dengan perkembangan lingkungan di mana keberadaannya tidak lepas

dari pembinaan dinas/instansi terkait sebagai wujud kepedulian pemerintah

baik pusat maupun daerah.

Peran UMKM dalam pembangunan ekonomi adalah kemampuan usaha

tersebut memberikan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Disamping itu juga menciptakan lapangan kerja disekitarnya dengan

memanfaatkan bahan baku dalam negeri, bahkan bahan baku lokal

diwilayahnya sendiri. Dengan demikian UMKM perlu terus diberdayakan

dengan memberikan fasilitasi dan pemikiran yang mudah diaplikasikan,

sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.6

Berdasarkan UU no. 20 tahun 2009 kriteria UMKM adalah sabagai

berikut:

5 Setyo Budiantoro, 2003. “Robohnya Ilmu Ekonomi Ortodoks”. Dalam Jurnal Ekonomi

Rakyat. Diakses dari http://www.ekonomirakyat.org, pada hari 12-Jan-2016. 6 Tiktik Sartika Pratomo & Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah

dan Koperasi, Cet. IV, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 24

Page 13: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

5

1. Usaha Mikro adalah usaha yang mempunyai:

a. Aset tidak termasuk investasi tidak lebih dari 50 juta rupiah.

b. Hasil penjualan tahunan tidak lebih dari 300 juta rupiah.

2. Usaha Kecil adalah usaha yang mempunyai:

a. Aset, tidak teremasuk investasi antara 50 juta – 500 juta rupiah.

b. Hasil penjualan tahunan tidak lebih dari 2,5 milyar rupiah.

3. Usaha Menengah adalah usaha yang mempunyai:

a. Aset, tidak termasuk investasi 500 juta – 10 milyar rupiah.

b. Hasil penjualan tahunan 2,5 milyar – 50 milyar rupiah.

Peningkatan kinerja UMKM terus dilakukan, akan tetapi ada pokok

masalah lain yang juga menjadi hambatan dalam pengembangan UMKM.

Salah satu kesulitan yang dialami pengusaha kecil dalam upaya

mengembangkan usahanya adalah kesulitan permodalan. Hal ini terutama

disebabkan karena kesulitan mendapatkan dana investasi dan modal kerja dari

lembaga keuangan perbankan, karena hingga saat ini lembaga perbankan yang

ada belum mampu menjangkau pengusaha kecil.7

Keberadaan perbankan syariah tentunya menjadi angin segar ditengah

lesunya perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini

dikarenakan lembaga keuangan syariah memiliki karakter khusus, yaitu non-

bunga.8 Bunga bank merupakan momok yang menakutkan bagi UMKM

untuk meminjam modal usaha mereka. Akibatnya, banyak pelaku UMKM

7 Widiyanto. 2000. Jurnal Semarang: “Lembaga Keuangan Syariah Solusi Bagi UMKM”,

(Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Unissula, Semarang). 8 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi ke 3. (Jakarta:

Penerbit Intan), h. 177

Page 14: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

6

enggan untuk meminjam modal dari Bank Umum Konvensional, karena akan

berakibat pada stagnannya perkembangan UMKM itu sendiri. Model

pembiayaan bagi hasil tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi UMKM

dalam pengembangan usahanya. hasilnya, muncul banyak harapan UKM

terhadap kehadiran lembaga keuangan syariah dengan model pembiayaan

mudharabah-nya.

Sebagaimana dimaklumi sektor usaha UMKM pada umumnya berada

di sektor tradisional dengan perkiraan resiko yang tidak lazim tersedia pada

pengalaman perbankan konvensional. Sementara sistem bagi hasil justru

menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain. Maka

amatlah tepat jika format pengembangan Lembaga Keuangan dan Perbankan

Syariah dapat diarahkan untuk mendukung pengembangan UMKM.9 Dilihat

dari pelakunya sistem lembaga keuangan syariah memberikan keyakinan lain

akan terjaminnya keamanan batin mereka. Hal yang terakhir ini sudah barang

tentu memperkuat tingkat pengharapan dan keyakinan mereka akan

keberhasilan usahanya.

Lembaga keuangan dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku

usaha dalam menyediakan pembiayaan modal. Pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang

atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi

9 Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h 10

Page 15: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

7

hasil. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah.10

Salah satu bentuk lembaga keuangan mikro yang berkembang di

masyarakat dewasa ini adalah Baitul Maal wat Tamwil. Baitul Maal wat

Tamwil (BMT) merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial.

Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor

keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni

menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya

kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Sebagai lembaga

sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga

Amil Zakat (LAZ). Sedangkan lembaga keuangan mikro lainnya selain BMT

umumnya lebih berorentasi bisnis. Oleh karena itu, baitul maal ini harus

didorong agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan.

Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq,

sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain, dan upaya penyaluran

zakat kepada golongan yang paling berhak menerima.11

Perkembangan Baitul Maal wat Tamwil di Indonesia saat ini cukup

pesat. Pertumbuhan asset BMT yang meningkat seiring tumbuhnya jumlah

BMT di daerah-daerah. Hingga akhir 2015, sudah ada 3.900 BMT. Sebanyak

10

Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum. (Yogyakarta:

KANISIUS, 2003), h, 83 11

M. Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). (Yogyakarta: UII Press,

2004), h. 21

Page 16: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

8

206 diantaranya bergabung dalam asosiasi BMT seluruh Indonesia.12

BMT

tersebut berada di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta,

Banten, Bali, Kalimantan Barat, Lampung, dan Sulawesi Tenggara.

Adapun regulasi yang mendukung perkembangan BMT yaitu

KEPMEN Nomor 91/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, dapat dirasakan bahwa

gerakan BMT telah mendapat kepastian hukum. Bahkan, dalam Petunjuk

Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (juknis) yang dikeluarkan

pemerintah, telah terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) maupun

Standar Operasional Menejemen (SOM) yang relatif memenuhi harapan BMT

dari sisi syariah, sehingga kedepan gerakan BMT dapat segera

mentransformasi dirinya kedalam upaya profesionalisme lembaga keuangan

syariah dengan menerapkan Ketundukan Syariah (Syariah Compliance) dan

Good Corporate Governance (GCG). Permen dimaksud adalah PERMEN

Nomor 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman standar Operasional

Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Usaha Jasa Keuangan

Syariah.

Basis BMT adalah Koperasi Syariah yang mengacu pada Undang-

Undang Koperasi dan peraturan Dewan Syariah Nasional. Indonesia butuh

lembaga seperti BMT yang bisa menjangkau kelompok masyarakat terbawah

karena berbasis koperasi atau perkumpulan masyarakat. Berdasarkan laporan

sejumlah daerah, masyarakat di pelosok butuh akses keuangan mikro. Sesudah

12

(Data Perhimpunan BMT Indonesia, sumber: www.tempo.co). Diakses pada 06 Maret

2016, jam 20.15 wib.

Page 17: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

9

terdidik dan terlayani soal kesehatan, ada kebutuhan modal usaha untuk

mengembangkan ekonomi. Jasa layanan syariah ini memiliki peluang yang

sangat besar.

BMT sebagai lembaga yang berasaskan Islam, maka dalam

penghimpunan dana maupun penyaluran dananya menggunakan prinsip

syariah (prinsip bagi hasil).13

Dalam UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang

perbankan, yang dimaksud dengan sistem syariah, artinya menjalankan usaha

di bidang jasa perbankan menurut aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam,

dengan memperoleh keuntungan bukan berupa bunga tapi berupa bagi hasil.

Perbedaan yang mendasar antara pembiayaan dengan sistem syariah dengan

sistem konvensional dapat dilihat pada Tabel 1.14

Tabel. 1

Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil

SISTEM BUNGA BAGI HASIL

a. Penentuan biaya ditentukan pada waktu

akad dengan asumsi harus selalu untung

a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi

hasil dibuat pada waktu akad dengan

berpedoman pada kemungkinan untung

rugi.

b. Biasanya persentase berdasarkan pada

jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

b. Biasanya rasio bagi hasil berdasarkan

pada jumlah keuntungan yang diperoleh

c. Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa pertimbangan apakah

proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah

untung atau rugi

3. Bagi hasil tergantung pada keuntungan

proyek yang dijalankan. Bila usaha

merugi kerugian akan ditanggung

bersama oleh kedua belah pihak

d. Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah keuntungan

berlipat atau keadaan ekonomi sedang “

boming”

4. Jumlah pembagian laba meningkat

sesuai dengan peningkatan jumlah

pendapatan

5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak

dikecam) oleh semua agama termasuk

Islam

e. Tidak ada yang meragukan keabsahan

bagi hasil

Sumber : Muhammad Safi’I Antonio, 1999.

13

M. Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). (Yogyakarta: UII Press,

2004), h. 34 14

Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan.

(Jakarta: Tazkia: Institut dan Bank Indonesia, 1999), h. 28

Page 18: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

10

Bagi usaha kecil keuntungan adanya lembaga keuangan mikro15

adalah: 1) Usaha kecil diharapkan dapat memperoleh pelayanan keuangan

tepat waktu dan sasaran sesuai kebutuhan usaha kecil; 2) pola pelayanan

Lembaga Keuangan Mikro tidak menggunakan pola perbankan konvensional

(pruden banking/5C), sehingga usaha kecil dapat mengakses untuk

mendapatkan kredit untuk berusaha tanpa adanya proses adminitrasi yang

menyulitkan; 3) dengan adanya lembaga keuangan mikro yang dekat dengan

tempat usaha kecil arus pelarian modal keluar dapat dicegah; 4) kegiatan

ekonomi produktif lainnya sekitar LKM dapat tumbuh dan berkembang

sebagaimana mestinya; 5) mendorong adanya peluang usaha/lapangan kerja

baru; 6) tingkat pemanfaatan kredit usaha kecil yang lebih pasti pada skala

pelayanan optimal dari lembaga keuangan mikro; 7) menstimulasi

pengembangan kegiatan usaha mikro yang berbasis sumber daya lokal.

Salah satu Baitul Maal wat Tamwil yang ada di daerah Tangerang

Selatan yaitu Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) “Berkah Mentari”

tepatnya di daerah Pamulang. Melihat peranan yang besar dalam fungsi BMT

sebagai lembaga keuangan mikro yang dapat menjangkau pengusaha UMKM

sebagai basis ekonomi kerakyatan, sudah sepantasnya BMT harus berkembang

pesat agar dapat maju bersama dan mendampingi para pengusaha UMKM.

Namun di sisi lain penerapan hukum syariah dalam pelaksanaan pembiayaan

syariah tetap harus sesuai dengan syarat dan rukun syariah.

15

Noer Soetrisno, Lembaga Keuangan Mikro : Energi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat,

(dalam Bunga Rampai Lembaga Keuangan Mikro). (Bogor: Business Innovation Centre of

Indonesia (pusat Inovasi Bisnis Indonesia), 2003), h. 45

Page 19: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

11

Selanjutnya penelitian yang akan penulis lakukan berdasarkan latar

belakang di atas adalah dengan judul “PRODUK MUDHARABAH DAN

APLIKASINYA PADA BAITUT TAMWIL MUHAMMADIYAH (BTM)

PAMULANG “BERKAH MENTARI” DALAM PEMBIAYAAN

MODAL NASABAH UMKM”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan tentang beragamnya akad pembiayaan

syariah, maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini

diharapkan agar pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah.

Adapun pembatasan pada pembahasan skripsi ini adalah tentang

mudharabah dan bagaimana aplikasinya pada BTM Berkah Mentari yang

dilaksanakan dalam pembiayaan modal nasabah UMKM.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dideskripsikan tersebut, pokok

masalah yang dihadapi adalah permasalahan ekonomi ummat, masih

banyak masyarakat di sekitar kita yang terjerat dengan rentenir,

disebabkan oleh masih terbatasnya lembaga yang dapat membantu untuk

meningkatkan pendapatan mereka, tidak punya posisi tawar dengan pihak

lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba tidak menguntungkan bagi

masyarakat kecil. Maka apakah dengan adanya lembaga ekonomi mikro

BTM “Berkah Mentari” merupakan alternatif untuk meningkatkantaraf

Page 20: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

12

ekonomi ummat dan membantu dalam mengembangkan usahanya dalam

kondisi kini, adapun selanjutnya dapat penulis rumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah konsep dan aplikasinya mudharabah pada BTM

“Berkah Mentari?

b. Apakah penerapan mudharabah pada BTM “Berkah Mentari” telah

sesuai dan sejalan dengan teori sistem mudharabah?

c. Apa saja kendalanya dalam penerapan teori sistem mudharabah pada

BTM “Berkah Mentari”?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan aplikasinya mudharabah

pada BTM “Berkah Mentari.

b. Untuk mengetahui apakah penerapan mudharabah pada BTM “Berkah

Mentari” telah sesuai dan sejalan dengan teori sistem mudharabah.

c. Untuk mengetahui apa saja kendalanya dalam penerapan teori sistem

mudharabah pada BTM “Berkah Mentari”.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta

kontribusi yang baik bagi praktisi maupun akademisi diantaranya:

a. Bagi penulis, penelitian ini dapat bernilai lebih untuk menambah dan

memperluas wawasan atau ilmu pengetahuan serta pengalaman di

Page 21: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

13

dalam praktek pemberdayaan ekonomi ummat yang dijalankan oleh

BTM “Berkah Mentari”, dimana penulis dapat menerapkan teori-teori

yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.

b. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan

sumbangan pemikiran baru bagi ilmu bagi pemberdayaan masyarakat

pada umumnya dan contoh lembaga keuangan mikro dengan landasan

syari’ah pada khususnya, serta menjadi rujukan penelitian selanjutnya

tentang sistem mudharabah dan aplikasinya pada BTM “Berkah

Mentari” dalam pembiayaan modal nasabah UMKM.

c. Bagi praktisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kajian

menarik dan menambah wawasan keilmuan khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi para pembaca.

d. Adapun bagi pihak BTM “Berkah Mentari”, dapat dijadikan sebagai

catatan atau koreksi untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan

kinerja lembaga yang sudah baik, sekaligus memperbaiki kelemahan

dan kekurangan yang ada.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu kegiatan

pengumpulan dan menganalisis yang mana dipergunakan sebagai

menjawab permasalahan yang diteliti. Metode penelitian kualitatif yaitu

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat

Page 22: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

14

di capai dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari

kuantifikasi.

Kirk dan Miller (1998) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kawasannya maupun dalam peristiwanya. Kemudian Bogdan dan Taylor

menefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang yang perilakunya dapat diamati.16

2. Sumber Data

a. Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau

dari hasil penelitian lapangan. Untuk mendapatkan data primer ini,

penulis mengadakan observasi (pengamatan) serta wawancara kepada

pengelola BTM “Berkah Mentari”.

b. Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang

berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Studi dokumentasi yang

dilakukan yaitu studi kepustakaan (library research) yaitu dengan

mempelajari buku kepustakaan, literatur, bulletin yang berkaitan erat

dengan pembahasan masalah ini.

16

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif (Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2014), h. 8

Page 23: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

15

3. Subyek dan Objek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Lembaga Keuangan Mikro BTM

“Berkah Mentari”. Dalam hal ini BTM “Berkah Mentari” sebagai

lembaga keuangan yang menerapkan sistem mudharabah dalam

pemberian pembiayaan modal kepada nasabah UMKM yaitu bagian

penelitian dengan pengambilan data yang dilakukan terhadap orang

yang paling mengetahui dan terlibat langsung dalam pembiayaan

modal dengan akad mudharabah.

b. Obyek Penelitian

Objek dan sasaran penelitian ini adalah mengenai pembiayaan

modal kepada nasabah UMKM dengan sistem mudharabah dan

apakah aplikasinya telah sesuai dengan syari’ah.

4. Lokasi dan Jadwal Penelitian.

Penelitian ini mengambil lokasi di BTM “Berkah Mentari”. Yang

bertempat jalan Raya Pamulang No. 24. Pemilihan lokasi penelitian ini

dikarenakan lembaga yang berkaitan adalah salah satu BMT dengan

nasabah cukup banyak sekitar 120 orang dan berorientasi untuk

meningkatkan kehidupan ekonomi ummat. Sedangkan jadwal

penelitiannya kami laksanakan pada tanggal 9 Maret 2016 pada pukul

10.00 WIB hingga selesai.

Page 24: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

16

E. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa:17

1. Observasi, istilah observasi berasal dan Bahasa Latin yang berarti

“melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai displin ilmu, baik

ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi dapat berlangsung

dalam konteks laboratorium (experimental) maupun konteks alamiah.

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data

tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat

re-checking in atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki

secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya

terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui

questionnaire dan tes. Di sini penulis mengadakan suatu pengamatan ke

BTM “Berkah Mentari” dan melihat secara langsung pembiayaan modal

yang diberikan kepada nasabah UMKM dengan menggunakan akad

mudharabah.

17

Wardi bakhtiar, Metodelogi Penelitian Dakwah. (Jakarta : Logos,2001), h.2

Page 25: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

17

2. Wawancara adalah disini penulis memperoleh keterangan secara langsung

dengan bertanya jawab sambil bertatap muka tanpa ada unsur paksaan

sedikitpun.

3. Dokumentasi berupa data tertulis yang mendukung keterangan dan

penjelasan serta pemikiran secara aktual, dalam hal ini berupa profil-profil

dan program kesuksesan UMKM.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut

bisa ditafsirkan. serta menjelaskan katagori dan mencari hubungan antar

berbagai konsep.18

Dalam menganalisis data, penulis mengunakan metode

data dekriptis analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih

dahulu menerapkan semua data yang diperoleh dari pengamatan di lapangan

kemudian menganalisisnya.

G. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan karya ilmiah ini, sebelum penulis mangadakan

penelitian lebih lanjut dan menyusun menjadi sebuah karya ilmiah berupa

skripsi, maka sebelumnya penulis akan mengkaji skripsi-skripsi terdahulu

yang mempunyai judul hampir sama dengan penulis. Maksudnya dari

pengkajian ini adalah agar dapat kita ketahui bersama bahwa apa yang penulis

teliti berbeda dengan peneliti skripsi sebelumnya. Berikut ini judul-judul

18

Dadang Ahmad. Metlid Agama: Perspektif Perbandingan Agama. (Bandung: Pustaka

setia 2000).cet ke 1.h.158.

Page 26: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

18

skripsi yang hampir sama dengan penulis teliti diantaranya skripsi pertama

yang berjudul: “Konsep dan Mekanisme Akad Mudharabah Dalam

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)” yang ditulis oleh

Fitrianingsih, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbankan

Syariah, 2010. NIM 106046101620. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Dalam skripsi ini di bahas tentang mekanisme dan

prosedural pembiayaan dari FPJPS, kesesuaian akad mudharabah yang

ditetapkan dalam FPJPS dengan menggunakan Fatwa Dewan Syariah

Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah

(qiradh). Hasil penelitian terdapat dua hal yang kontradiktif dengan ketentuan

pembiayaan mudharabah dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-

MUI/IV/2000, khususnya terkait dengan perhitungan imbalan FPJPS yang

memberi indikasi bahwa mekanisme akad mudharabah dalam FPJPS kurang

sesuai dengan prinsip syariah.

Kedua “Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah Dalam

Sistem Pengelolaan Produk Simpanan Qurban Pada BMT AL-FATH

Kedaung - Pamulang” yang ditulis oleh Suhendar, Mahasiswa Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, 2009. NIM

104053002033. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif. Penelitian tersebut menghasilkan fokus pembahasan mengenai

implementasi akad mudharabah almuthlaqah yang tergambar dalam ssstem

dan pengelolaan dana simpanan qurban Al-Fath IKMI. Pengelolaan dana

qurban tersebut dilakukan dengan menggabungkan dana simpanan qurban

Page 27: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

19

dengan dana tabungan lainnya yang menggunakan prinsip mudharabah

almuthlaqah, kemudian dana tersebut disalurkan kembali pada masyarakat

untuk usaha dalam jangka waktu tertentu. Nisbah bagi hasil antara penabung

dengan BMT Al-Fath IKMI adalah 20%: 80%.

Ketiga “Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah (Studi

pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)” yang ditulis oleh Siti Nur Lailatul

Mahmuah, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbankan

Syariah, 2008. NIM 103046101762. . Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Penelitian tersebut menghasilkan fokus pembahasan mengenai

penyertaan jaminan dalam akad mudharabah. Walaupun konteks asli secara

fiqih akad mudharabah ditetapkan tanpa adanya jaminan, tetapi penyertaan

jaminan tersebut berfungsi sebagai salah satu langkah untuk melindungi dana

masyarakat agar tidak hilang begitu saja akibat keteledoran mudharib.

Review Perbedaan dari masing-masing penelitian dapat di lihat pada

Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2

Review Perbedaan Penelitian Sejenis Terdahulu

Identitas Fitrianingsih

Judul Skripsi Konsep dan Mekanisme Akad

Mudharabah dalam Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

Objek FPJPS

Hasil Kesimpulan Perhitungan imbalan FPJPS yang

memberi indikasi bahwa mekanisme

akad mudharabah dalam FPJPS kurang

Page 28: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

20

sesuai dengan prinsip syariah

Pembeda Objek yang diteliti oleh penulis

mengarah pada system mudharabah

Identitas Suhendar

Judul Skripsi Implementasi Prinsip Mudharabah

Muthlaqah dalam Sistem Pengelolaan

Produk Simpanan Qurban Pada BMT

AL-FATH Kedaung - Pamulang

Objek BMT AL-FATH Kedaung - Pamulang

Hasil Kesimpulan Pengelolaan dana qurban tersebut

dilakukan dengan menggabungkan dana

simpanan qurban dengan dana tabungan

lainnya yang menggunakan prinsip

mudharabah almuthlaqah, kemudian

dana tersebut disalurkan kembali pada

masyarakat untuk usaha dalam jangka

waktu tertentu. Nisbah bagi hasil antara

penabung dengan BMT Al-Fath IKMI

adalah 20%: 80%.

Pembeda Penulis lebih mengarah kepada proses

pelaksanaan sistem pembiayaan modal

Mudharabah terhadap nasabah UMKM

BTM “Berkah Mentari”

Identitas Siti Nur Lailatul Mahmuah

Judul Skripsi Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan

Mudharabah (Studi pada LKS Berkah

Madani Kelapa Dua)

Objek (Studi pada LKS Berkah Madani

Kelapa Dua)

Page 29: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

21

Hasil Kesimpulan Penelitian tersebut menghasilkan fokus

pembahasan mengenai penyertaan

jaminan dalam akad mudharabah

Pembeda Penulis lebih mengarah kepada faktor-

faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat implementasi mudharabah

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penelitian, Sistematika penulis ini dibagi

menjadi Lima Bab, adapun pembahasannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar balakang masalah, pembatasan masalah dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan putaka, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini meliputi : Mudharabah yang terdiri dari Pengertian

dan Jenis Mudharabah, Landasan Al Quran dan Hadist, Rukun dan

Ketentuan Syariat, Prinsip pembagian hasil Usaha, pengertian

usaha mikro kecil menengah.

BAB III GAMBARAN UMUM BTM “Berkah Mentari”

Terdiri dari Sejarah Berdirinya BTM “Berkah Mentari”, Visi Misi

dan Tujuan BTM “Berkah Mentari”, Struktur organisasi, Program-

program pembiayaan modal, dan data nasabah BTM “Berkah

Mentari”.

Page 30: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

22

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang aplikasi sistem

mudharabah pada BTM “Berkah Mentari” yang akan disesuaikan

dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000

dan analisis sistem mudharabah pada lembaga keuangan BTM

“Berkah Mentari” terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional No

07/DSN-MUI/IV/2000, serta faktor penghambat dalam

pembiayaan modal nasabah UMKM.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup dari Skripsi, yang didalamnya

menguraikan tentang kesimpulan dari pembahasan. Saran-saran

yang sifatnya mambangun lembaga tersebut.

Page 31: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah bisa juga disebut dengan qiradh yang berarti

“memutuskan”. Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul

atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah

proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara

teknis, al- mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara kedua belah

pihak dimana pihak pertama (shohibul mal) menyediakan seluruh modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.1

Dibawah ini ada beberapa pendapat mengenai pengertian

mudharabah secara istilah, diantaranya:

1. Mudharabah menurut Abdur Rahman L. Doi yaitu:

Mudharabah dalam terminologi hukum adalah suatu kontrak

dimana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock) tertentu

(rabb al mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan

yang diantara kedua belah pihak berhak memperoleh keuntungan.2

1 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005), h.95 2 Sutan Remy Sjahdeini, PERBANKAN Dan Kedudukannya dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), h. 29

Page 32: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

24

2. Mudharabah menurut Imam Saraksi, salah seorang pakar perundangan

Islam yang dikenal dalam kitabnya al Mabsut mendefinisikan

mudharabah yaitu:

Perkataan mudharabah diambil dari pada perkataan “darb”

(usaha) diatas bumi. Dinamakan demikian mudharib berhak untuk

bekerja sama bagi hasil atas jerih payah dan usahanya.3

3. Mudharabah menurut ahli fiqih yaitu:

Mudharabah menurut ahli fiqih merupakan suatu perjanjian

dimana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain berdasarkan

prinsip dagang dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi

berdasarkan pembagian yang disetujui oleh para pihak.4

Sedangkan menurut fatwa DSN MUI No. 07/DSN-

MUI/IV/2000, mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh

LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.5 Jadi,

mudharabah adalah suatu akad kerjasama yang dilakukan antara kedua

belah pihak yakni shohibul mal manyediakan seluruh modal dan

mudharib sebagai pengelola modal.

Jadi, Konsep umum mudharabah (yaitu suatu bentuk

pembiayaan modal usaha atau penyaluran kredit kepada mereka yang

kekurangan dana tetapi memiliki keterampilan untuk menjalankan

dagang atau bisnis dengan suatu keuntungan tidak pasti yang mugkin

3 Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta:

IKAPI, 2005), h.33 4 Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan

Indonesia, h. 30 5 Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000, h. 3

Page 33: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

25

dapat atau mungkin tidak dapat diwujudkan) tidak tampil menjadi

sesuatu yang menonjol atau yang cukup tampak dalam mudharabah

perbankan Islam.

2. Dasar Hukum Mudharabah

Secara umum, dalam pembiayaan mudharabah lebih

mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Sebagaimana dalam ayat-

ayat dan hadits sebagai berikut :6

a. Al Qur’an

1) QS. An-Nisa‟: 297

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

(QS. An-Nisa‟ (4): 29).

2) QS. Al-Baqarah: 2758

6 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, h. 95-96

7 Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Penerbit Amzah, 2013), h. 156

8 Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi, h. 168-170

Page 34: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

26

Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan

syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka

yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai

kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya

dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)

kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka

orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya”. (QS Al-Baqarah (2): 275).

3) QS Al-Baqarah: 2809

Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,

Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan

menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik

bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS Al-Baqarah (2): 280).

b. Al Hadits

م قال: ثلاث ي صلى الله عليو وسل عن سهيب رضي الله عنو أن النبعي للب يت لا للب يع فيهن الب ركة : قارضة وخلط الب ر بالش

الب يع إل أجل والم

))رواه ابن ما جو

9 Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Penerbit Amzah, 2013), h. 168-170

Page 35: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

27

Dari sholih bin suhaib r.a bahwa rasulullah SAW bersabda,

tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli tangguh,

muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung

untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual (HR Ibnu Majah No. 2280,

Kitab at Tijarah).

كان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة اشت رط على صاحبو أن لا يسلك بو برا، ولا ي نزل بو واديا، ولا يشتي بو دابة ذات

صلى الله عليو وآلو الله ن، ف ب لغ شرطو رسول كبد رطبة، فإن ف عل ذلك ضم )وسلم فأجازه )رواه الطبراني فى الأوسط عن ابن عباس

“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai

mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak

mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli

hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana)

harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan itu ditetapkan Abbas

dengan Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.”(HR. Thabrani dari

Ibnu Abbas)

3. Syarat dan Rukun Mudharabah

Dalam hal rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan

pendapat antara ulama hanafiyah dan jumhur ulama‟. Ulama‟ Hanafiyah

berpendapat bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah ijab dan

qabul.

Sedangkan menurut jumhur ulama‟ menyatakan bahwa rukun

akad mudharabah adalah terdiri atas orang yang berakad, modal,

keuntungan, kerja dan akad, tidak hanya terbatas pada rukun sebagaimana

yang dikemukakan ulama‟ hanafiyah, akan tetapi ulama‟ hanafiyah

memasukkan rukun-rukunnya yang disebutkan jumhur ulama‟ itu, selain

ijab dan qabul sebagai syarat akad mudharabah.

Page 36: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

28

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)10

, rukun dan

syarat pembiayaan Mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Penyedia dana (shohibul mal ) dan pengelola ( mudharib ) harus cakap

hukum.

b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan

tujuan kontrak (akad),

2) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak,

3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi atau

dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

c. Modal ialah sejumlah uang dan atau aset yang diberikan oleh penyedia

dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai

berikut:

1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya,

2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dapat dinilai. Jika

modal diberikan dalam bentuk asset, maka asset tersebut harus

dinilai pada waktu akad,

3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus diabayarkan

kepada mudharib, baik cara bertahap maupun tidak, sesuai dengan

kesepakatan dalam akad.

10

Fatwa MUI, DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000, h. 4

Page 37: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

29

d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai

kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

1) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh

disyaratkan hanya untuk satu pihak,

2) Bagian keuntungannya proporsional bagi setiap pihak harus

diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus

dalam bentuk prosentase (nisbah) dari keuntungan sesuai

kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan,

3) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian

apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan yang disengaja,

kelalaian atau pelanggaran kesepakatan.

e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan

(muqabil) modal disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan

hal-hal berikut:

1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur

tangan penyedia dana tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan

pengawasan,

2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola

sedemikian rupa yang dapat mengahalangi tercapainya tujuan

mudharabah, yaitu keuntungan,

Page 38: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

30

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam

tindakan yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus

mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

Sedangkan didalam buku Syafi‟i Antonio dijelaskan

bahwa, rukun-rukun yang harus ada dalam akad mudharabah

adalah:

a. Pelaku

Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua

pelaku. Pihak pertama bertindak pemilik modal (shohib al

mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana

usaha (Mudharib atau „amil). Tanpa adanya dua pelaku ini,

maka akad mudharabah tidak ada.

b. Objek Mudharabah

Faktor kedua merupakan konsekuensi logis dari

tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal

menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan

pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek

mudharabah.

Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau

barang yang dirinci berapa nilai uangnya, sedangkan yang

diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill,

Management skill dan lain-lain. Tanpa dua objek ini

mudharabah ini, akad mudharabah ini tidak ada.

Page 39: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

31

c. Persetujuan Kedua Belah Pihak

Faktor ketiga yaitu, persetujuan kedua belah pihak,

merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum

(sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara rela

bersepakat untuk mengingatkan diri dalam akad mudharabah.

Pemilik dana setuju dengan peranannya untuk

mengkontribusikan dana, sementara itu pelaksana usaha pun

setuju dengan peranannya untuk mengkontribusikan kerja.

d. Nisbah Keuntungan

Faktor yang keempat yaitu rukun yang khas dalam

akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah

ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua

belah pihak yang bermudhabarah. Mudharib mendapatkan

imbalan atas kerjanya, sedangkan shohib al mal mendapat

imbalan atas pernyataan modalnya. Nisbah keuntungan inilah

yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah

pihak mengenai cara pembagian keuntungan11

.

4. Macam-Macam Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib,

mudharabah dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yakni:12

11

Adiwarman A. Karim, Bank Islam, analisis fikih dan keuangan, edisi keempat,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 205-206 12

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005), h. 96

Page 40: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

32

a. Mudharabah Mutlaqah: mudharib diberi kewenangan penuh oleh

shahibul maal untuk mengelola modal tanpa batasan dalam usaha yang

dianggap baik dan menguntungkan. Dalam hal ini tanggung jawab atas

pengelolaan modal usaha berada pada mudharib sesuai dengan praktek

kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf).

b. Mudharabah Muqayyadah (restricted investment): shahibul maal

bertindak selaku channelling agent dan berwenang menetapkan syarat

dan batasan tertentu terhadap penggunaan dana oleh mudharib.

Seluruh resiko kerugian kegiatan usaha tidak ditanggung oleh bank,

melainkan oleh investor (pemilik dana), kecuali jika nasabah lalai.

Dalam skim pembiayaan ini, mudharib tidak diperbolehkan untuk

mencampurkan modal dengan dana lain. pada umumnya digunakan

untuk investasi khusus dan reksadana.

Gambar 1. Skema Mudharabah

(1) (1)

(2)

(3)

(4)

(5) (4)

Keterangan:

1. Pemilik dana dan pengelola dana menyepakati akad mudharabah.

2. Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana.

Pemilik

Dana

Akad

Mudharabah

Pengelola

Dana

Proyek

Usaha

Porsi

Laba

Porsi

Rugi Porsi Laba

Hasil

Usaha

Page 41: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

33

3. Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi.

4. Jika untung, dibagi sesuai nisbah.

5. Jika rugi ditanggung pemilik dana.

5. Manfaat Mudharabah

Di dalam mudharabah terdapat beberapa manfaat, diantaranya:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan

usaha nasabah meningkat

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah

pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil

usaha Bank sehingga tidak akan pernah mengalami negative spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus

kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang

benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang

konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip

bunga tetap, dimana Bank akan menagih penerima pembiayaan

(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungannya yang

dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Resiko yang terdapat dalam mudharabah terutama pada

penerapannya, dalam pembiayaan relatif tinggi, diantaranya adalah:

a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang

disebut dalam kontrak.

Page 42: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

34

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, apabila nasabahnya tidak

jujur.13

6. Pembiayaan Mudharabah

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan

pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah

kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing yaitu pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukunginvestasi yang telah direncanakan,

baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah Ayat

1:14

QS Al-Maidah: 1

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan

kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika

kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-

hukum menurut yang dikehendaki-Nya”. (QS Al-Maidah (5): 1).

Sedangkan menurut Kasmir, pembiayaan adalah penyediaan atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

13

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema

Insani Press, 2005), h. 98 14

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. J-ART, 2005),

h.107

Page 43: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

35

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil15

.

Oleh karena itu, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil16

.

Sedangkan, al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara kedua

belah pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh

modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai pengelola modal.

1. Beberapa Jenis Usaha yang Dapat Dibiayai dengan Pembiayaan

Mudharabah

a. Pembiayaan mudharabah untuk usaha dagang.

Pada pembiayaan mudharabah untuk usaha dagang ini,

jumlah modal yang disalurkan dapat dipergunakan untuk membeli alat

peraga dan barang dagangannya serta biaya operasional.

b. Pembiayaan mudharabah untuk jasa foto kopi, wartel, dan warnet.

Pada pembiayaan mudharabah untuk jasa foto kopi, wartel,

dan warnet ini, jumlah modal yang disalurkan dipergunakan untuk

membeli dan menyewa mesin-mesin dengan semua peralatan dan

fasilitas yang diperlukan serta biaya operasional.

c. Pembiayaan mudharabah untuk jasa angkutan.

15

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 73 16

Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, (Yogyakarta:

KANISIUS, 2003), h. 83

Page 44: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

36

Pada pembiayaan mudharabah ini, jumlah modal yang

disalurkan untuk membeli kendaraan dan biaya operasioal juga

bervariasi tergantung kepada besar-kecilnya usaha yang dibiayai.

d. Pembiayaan mudharabah untuk jasa kontruksi.

Pada pembiayaan mudharabah untuk jasa kontruksi ini,

jumlah modal yang disalurkan biasanya dalam bentuk plafon dana yag

besarnya bervariasi tergantung pada besar-kecilnya usaha yang akan

dibiayai.

e. Pembiayaan mudharabah untuk jasa agro

Pada pembiayaan mudharabah ini, jumlah modal yang

disalurkan dapat dipergunakan untuk membeli bibit dan pupuk serta

biaya operasional.17

2. Persyaratan minimum Akad mudharabah menurut Fikih18

No. KATEGORI PERSYARATAN

1 Persyaratan dalam Akad

1.1 Syarat Menggunakan Judul/ kata Mudharabah

1.2 Syarat Menyebutkan hari dan tanggal akad dilakukan

1.3 Rukun Menyebutkan pihak yang bertransaksi dan/atau yang

mewakilinya.

1.4 Rukun Menetapkan bank sebagai pemilik dana atau shahibul

mal dan nasabah sebagai pengelola atau mudharib.

1.5 Rukun Mencantumkan nisbah bagi hasil yang disepakati bagi

masing-masing pihak.

1.6 Syarat Menetapkan jenis usaha yang akan dilakukan nasabah.

1.7 Syarat Menyebutkan bahwa kerugian ditanggung oleh bank

apabila tidak disebabkan pelanggaran akad dan bertindak

melebihi kapasitas.

1.8 Kesepakatan Menetapkan sanksi bagi nasabah apabila lalai membayar

17

Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori Praktik, dan

Peranannya, (Jakarta: Celestial Publishing, 2007), h. 131-133 18

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 66

Page 45: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

37

bagi hasil pada waktunya.

1.9 Kesepakatan Menetapkan kesepakatan apabila terjadi force majeur.

1.10 Kesepakatan Menetapkan jaminan dari pihak ketiga apabila

diperlukan.

1.11 Kesepakatan Menetapkan sanksi-sanksi apabila diperlukan.

1.12 Kesepakatan Menetapkan Badan Arbitrase Syariah sebagai tempat

penyelesaian apabila terjadi sengketa.

2 Persyaratan Transfer Dana

2.1 Syarat

Turunan

Dilakukan bank dengan mengredit kepada rekening

nasabah.

2.2 Syarat

Turunan

Tanda Terima oleh nasabah adalah tanda terima uang.

3 Persyaratan perhitungan Keuntungan

3.1 Kesepakatan Menggunakan real transactionary cost atau real cost

yang ditetapkan alco masing-masing.

7. Berakhirnya Akad Mudharabah

Lamanya kerjasama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak

terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu

kontrak kerjasama dengan memberitahukan pihak lainnya. Akad

mudharabah dapat berakhir karena:

a. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya.

b. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.

c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

d. Pengelola dana tidak menjalankana manahnya sebagai pengelola usaha

untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.

e. Modal sudah tidak ada.

Jadi, pembiayaan mudharabah adalah suatu akad kerja sama

usaha antara kedua belah pihak dimana pihak pertama (shohibul mal)

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai

pengelola modal, dimana setiap periode si debitur wajib untuk

Page 46: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

38

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil sesuai persetujuan atau kesepakatan antara

kreditur (shohibul mal) dengan debitur (mudharib).

8. Prinsip Pembagian Hasil Usaha

Pada prinsipnya dalam mudharabah pembagian hasil usaha tidak

ada istilah profit and loss sharing, karena yang dibagi adalah hasil dari

keuntungan usaha tersebut. Sehingga digunakan istilah prinsip bagi hasil

seperti dam Undang-Undang No. 10 th 1998.

Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:

Penjualan Rp 1.000.000

HPP (Rp 650.000)

Laba Kotor Rp 350.000

Biaya-biaya (Rp 250.000)

Laba(rugi) bersih Rp 100.000

9. Pembagian Hasil Usaha

a. Berdasarkan prinsip “Bagi Laba” (Profit Sharing), jika nisbah Pemilik

Dana : Pengelola Dana = 30 : 70

1) Pemilik Dana : 30% x Rp100.000 = Rp30.000

2) Pengelola Dana : 70%x Rp100.000 = Rp70.000

Dasar pembagian hasil usaha adalah laba bersih

b. Berdasarkan prinsip “Bagi Hasil”, jika nisbah Pemilik Dana :

Pengelola Dana = 10 : 90

1) Pemilik Dana : 10% x Rp350.000 = Rp 35.000

2) Pengelola Dana : 90% x Rp350.000 = Rp 315.000

Dasar pembagian hasil usaha adalah laba kotor

Page 47: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

39

B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

1. Pengertian Usaha Kecil

Konsep Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat berbeda

dari suatu negara dengan negara lain. UMKM menjadi pembahasan

berbagai pihak bahkan UMKM dianggap sebagai penyelamat

perekonomian Indonesia di masa krisis pada periode1998-2000, UMKM

mempunyai ciri khas yaitu modal yang kecil, resiko yang relatif kecil dan

mendorong masyarakat mengembangkan semangat wirausaha19

. UMKM

di Indonesia telah mendapat perhatian dan dibina Pemerintah dengan

dibuatnya sebuah Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah.

Peraturan perundang-undangan tentang usaha kecil telah

dilakukan perubahan yaitu Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang

usaha kecil diganti dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Undang-undang tersebut

mengelompokkan usaha menjadi empat kelompok berdasarkan total asset

dan total penjualan tahunan dengan kriteria sebagai berikut:

(1) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp.50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.

300.000.000,00.

19

Manurung, A.H., Wirausaha: Bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah, (Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2006 ), h. 23

Page 48: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

40

(2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasasi, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar, dengan kriteria

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan

paling banyak Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp.300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp.

2.500.000.000,00.

(3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih

lebih dari Rp. 500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00

sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00.

(4) Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh

badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha

Page 49: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

41

nasional milik negara atau swasta, usaha patungan dan usaha asing

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas Undang-undang Nomor 20 Tahun

2008 tidak memberikan kriteria yang terlalu luas pada kelompok usaha

kecil, seperti halnya pada Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995.

Kelompok-kelompok usaha tersebut memberikan gambaran bahwa suatu

kegiatan bisnis dapat berpindah kelompok sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan usahanya.

Terkait dengan usaha kecil, maka Badan Pusat Statistik20

,

menyebutkan bahwa ada industri kecil (IK) yang merupakan unit usaha

denganjumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang

termasuk pengusaha, sedangkan industri rumah tangga (IRT) merupakan

unit usaha dengan jumlah pekerja paling banyak 4 orang termasuk

pengusaha. Unit-unit usaha tanpa pekerja (self-employment unit) termasuk

dalam kategori ini. Pentingnya IK dan IRT di Indonesia terefleksi antara

lain dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah

unit usaha dari kelompok industri menengah besar (IMB). IK dan IRT di

Indonesia secara tradisional memiliki spesialisasi dalam jenis-jenis

industri yang membuat produk sederhana dengan kandungan teknologi

rendah dan sebagian besar pengusaha IK dan IRT hanya berpendidikan SD

ke bawah.

20

Tambunan, Tulus T.H., Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu

Penting, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 19

Page 50: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

42

2. Kebijakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Kebijakan usaha mikro, kecil dan menengah tertuang dalam

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa

pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah

daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergi dalam bentuk

penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, usaha

kecil dan usaha menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Prinsip pemberdayaan usaha

mikro, kecil dan menengah adalah: (1) penumbuhan kemandirian,

kebersamaan dan kewirausahaan usaha mikro, kecil dan menengah untuk

berkarya dengan prakarsa sendiri; (2) perwujudan kebijakan publik yang

transparan, akuntabel dan berkeadilan; (3) pengembangan usaha berbasis

potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi usaha

mikro, kecil dan menengah; (4) peningkatan daya saing usaha mikro, kecil

dan menengah; dan (5) penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian secara terpadu.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

(1) mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang dan berkeadilan; (2) menumbuhkan dan mengembangkan

kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri; dan (3) meningkatkan peran usaha mikro, kecil dan

menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,

Page 51: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

43

pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomidan pengentasan rakyat

dari kemiskinan.

Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah dan

pemerintah daerah untuk memberdayakan usaha mikro, kecil dan

menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan

perundang-undangan dan kebijaksanaan diberbagai aspek kehidupan

ekonomi agar usaha mikro, kecil dan menengah memperoleh pemihakan,

kepastian, kesempatan, perlindungan dan dukungan berusaha yang seluas-

luasnya. Pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha

dengan menetapkan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan yang

meliputi aspek: (1) pendanaan; (2) sarana dan prasarana; (3) informasi

usaha;(4) perizinan usaha; (5) kesempatan berusaha; (6) promosi dagang;

dan (7) dukungan kelembagaan.

Pengembangan adalah upaya yang dilakukan pemerintah,

pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk memberdayakan

usaha mikro, kecil dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan,

pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil dan

menengah. Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi

pengembangan usaha dalam bidang: (1) produksi dan pengolahan; (2)

pemasaran; (3) sumberdaya manusia; dan (4) desain dan teknologi.

Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, dunia usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi dan lembaga

Page 52: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

44

keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat

permodalan usaha mikro, kecil dan menengah. Penjaminan adalah

pemberian jaminan pinjaman usaha mikro, kecil dan menengah oleh

lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar

kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat

permodalannya.

3. Kondisi Individu Pengusaha Kecil

Terdapat berbagai studi yang menelaah faktor individu usaha

kecil seperti status sosial ekonomi usaha kecil, pengalaman usaha, dan

kekosmopolitan yang dikaitkan dengan persepsi terhadap pendidikan,

hingga mengaitkan faktor individu usaha kecil dengan partisipasi dalam

kegiatan kelompok, dan kemiskinan diantaranya dilakukan oleh Mubyarto

dkk.21

. Berdasarkan studi tersebut, faktor internal usaha kecil seperti status

sosial ekonomi usaha kecil, pendidikan (formal dan informal yang pernah

diikuti), teknologi yang digunakan, wawasan lingkungan, pengalaman

berusaha dan kekosmopolitan memiliki hubungan positif dengan

pendapatan, dan kesejahteraan rumah tangga. Terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan dengan kinerja usaha kecil, serta pengalaman dalam

memprediksi usaha yang tajam untuk memperhitungkan resiko dan

kesuksesan.

Faktor-faktor individu yang umum biasanya meliputi: gender,

suku, tingkat pendidikan, pengalaman dan keterampilan. Banyak kajian

21

Mubyarto dkk.,Strategi Pembangunan Pedesaan. (Yogyakarta: P3PK UGM, 1984) h.

12

Page 53: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

45

bahwa faktor-faktor ini ada kaitannya dengan keberhasilan kegiatan

kewirausahaan. Dalam konsteks wirausaha, menurut Bird (1996), faktor

individu wirausaha merupakan individu yang menjalankan usaha, faktor-

faktor yang ada pada individu tersebut adalah: (1) karakteristik biologis

meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan; (2) latar belakang wirausaha

yaitu: pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan

keluarga; dan (3) motivasi, sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu

usaha, seperti: ketekunan, kegigihan dan kemauan keras untuk berhasil.

Menurut pemikiran para ahli tersebut, keragaan individu

pengusaha kecil merupakan kondisi yang ada, melekat dan dimiliki oleh

para pengusaha kecil, seperti tingkat pendidikan, status sosial, tingkat

ekonomi yang dicapai usaha kecil, latar belakang wirausaha pengalaman

berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga, keaktifan dalam kelompok,

kekosmopolitan dan teknologi yang digunakan serta tingkat motivasi/

kegigihan para pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya.

Page 54: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

46

BAB III

GAMBARAN UMUM BTM BERKAH MENTARI

A. Profil BTM Berkah Mentari1

Saat ini lembaga keuangan mikro yang berkembang di masyarakat

adalah Baitul Maal wat Tamwil. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan

organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Sebagai lembaga bisnis, BMT

lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam.

Usaha BMT seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana anggota

dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi

yang halal dan menguntungkan. Sebagai lembaga sosial baitul maal memiliki

kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Berada dibawah naungan organisasi masyarakat “Muhammadiyah”,

BTM Berkah Mentari yang memiliki kepanjangan nama Baitut Tamwil

Muhammadiyah (BTM) Berkah Mentari, membantu usaha kecil yang

mengalami kesulitan untuk mengakses kredit modal kerja dari perbankan,

maka sebagai alternatif untuk membantu permodalan usaha kecil diperlukan

lembaga keuangan mikro (Micro Finance Intsitusion) yang menawarkan

pinjaman dengan konsep bagi hasil (Mudharabah).

BTM Berkah Mentari merupakan jenis lembaga keuangan bukan bank

yang kehadirannya ditengah-tengah masyarakat terutama usaha kecil sangat

diperlukan. Selain itu BTM Berkah Mentari dengan mengutamakan prinsip

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Mujadid perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 55: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

47

keuangan berbasis syariah menjamin kehalalan dan keadilan dalam

mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan,

1. Profil Umum

a. Nama Koperasi : KJKS BTM Berkah Mentari

Pamulang

b. Tanggal Berdiri : 18 Mei 2008

c. No. & Tgl. Akta Pendirian (Notaris) : No. 45 Tgl. 31 Juli 2008

(Notaris: IRMA SAVYNA

FIRDAUS)

d. No & Tgl. Badan Hukum : 518/51/BH/dIs-KUKM Tanggal 7

Agustus 2008

e. Alamat Lengkap : Jl. Surya Kencana No.17 RT. 005

RW. 006 Kelurahan Pamulang

Barat - Kecamatan Pamulang

f. No. Telepon/HP&Fax : 021-744 3232

g. Kota : Tangerang Selatan

h. Provinsi : Banten

i. Peserta Program : Koperasi Perkotaan Dan Pedesaan

2. Nama Pengurus (periode th. 2015 s/d th. 2020)

a. Ketua : H.Taswin Hamto, S.Pd

b. Sekretaris : Nuryasin, S.Pd.

c. Bendahara : H. Entis Sutisna, S.Pd.

Page 56: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

48

3. Nama Pengawas (periode th. 2015 s/d th. 2020)

a. Ketua : H. Ali Muniri Hidayat, SPd.I

b. Anggota : Moh. Badrus

c. Anggota : M.Fikron

4. Keanggotaan (orang)

No. Status Laki–laki Perempuan Jumlah

1.a. Anggota 74 13 87

terdiri atas:

1.b. Pelaku Usaha

Mikro

- - -

1.c. Pelaku Usaha 62 13 75

2. Calon Anggota 148 34 182

Keterangan:

No. 2. Calon Anggota adalah individu yang belum melunasi Simpanan

Pokok.

Anggota koperasi adalah konsumen akhir dan pengusaha yang

memanfaatkan koperasi dalam kegiatan sosial ekonominya.

5. Modal

Sebagai badan usaha yang menjalankan bisnis, koperasi BTM

Berkah Mentari membutuhkan modal. Modal dibutuhkan untuk membiayai

kegiatan organisasi maupun bisnis koperasi. Modal usaha bisnis terdiri dari

modal kerja dan modal investasi. Modal kerja adalah sejumlah uang yang

tersimpan dalam aktiva lancar perusahaan atau yang dipergunakan untuk

membiayai operasional jangka pendek perusahaan. Misalnya, biaya tenaga

kerja, pengadaan bahan baku, listrik, dan pajak.

Page 57: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

49

Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.

Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang bisa dicairkan menjadi uang kas

paling lama setahun. Misalnya, uang kas, persediaan barang, piutang-

piutang dagang, dan deposito jangka pendek. Modal kerja sangat vital bagi

sebuah badan usaha koperasi atau perusahaan perseroan karena berputar

secara terus-menerus di dalam perusahaan. Dengan demikian, modal kerja

dipakai untuk mengukur likuiditas-kemampuan perusahaan untuk

memenuhi seluruh kewajiban keuangan jangka pendek sebuah perusahaan.

Sedangkan modal invetasi adalah sejumlah uang yang

dipergunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana operasional koperasi

yang bersifat tetap dan tidak mudah untuk diuangkan, seperti tanah,

bangunan kantor, mesin, peralatan kantor, dan lain-lain. Untuk memenuhi

modal investasi, sebuah perusahan, termasuk koperasi, berusaha

mendapatkan uang dari luar, baik dari investor maupun pinjaman. Modal

yang diterima sebagai pinjaman jangka panjang umumnya dipakai untuk

modal investasi.

a. Modal Sendiri

a. Simpanan Pokok, : Rp. 123.600.000

b. Simpanan Wajib, : Rp. 20.275.000

c. Simpanan Sukarela : Rp. ---

d. Dana Cadangan, : Rp. 14.595.968

e. Hibah, : Rp. 150.000.000

f. Donasi, : Rp. 3.800.000

Jumlah Modal Sendiri : Rp. 312.270.968 (data mulai dari

awal pendirian - sampai th. 2015)

Page 58: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

50

5.2 Modal Pinjaman (Modal Luar)

a. Dari Anggota Koperasi : Rp 1.054.546.806

b. Dari Non Anggota Koperasi :Rp. 118.258/325

c. Dari Koperasi Lain : Rp. -

d. Kredit dari Bank : Rp. 265.563.314

e. Kredit dari LKNB : Rp. -

f. Modal Penyertaan : Rp. 15.000.000

g. Bantuan dari pemerintah : Rp. -

h. Lain-lain : Rp. –

Jumlah Modal Pinjaman: Rp. 1.453.368.445 (data mulai dari

awal pendirian - sampai th. 2015)

Gambar 2. Permodalan Koperasi BTM Berkah Mentari

MODAL

KOPERASI

MODAL

PINJAMAN

MODAL

SENDIRI

INVESTASI

MODAL

KERJA SHU

Page 59: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

51

6. Jumlah karyawan : 8 orang ( tetap )

7. Kegiatan Usaha Koperasi

a. Usaha Pokok : Koperasi Simpan Pinjam - Pola Syariah

b. Usaha Lain–lain : Loket Pembayaran Listrik/Telphone.

8. Nilai Asset : Rp. 2.200.000.000-

9. Nilai Volume Usaha : Rp. 1.750.000.000

a. Usaha Pokok : Simpan Pinjam Rp.2.000.000.000,-

b. Usaha Lain-lain (Total) : Rp. 200.000.000,-

10. Status kantor koperasi : (Milik koperasi/ Milik Pengurus/ Sewa/

Kontrak)

11. Nama Bank Referensi : (wajib melampirkan nomor rekening bank dan

surat keterangan dari bank referensi bahwa

nomer rekening tabungan atau giro tsb atas

nama koperasi dan masih aktif)

a. Bank : Bank Syariah Mandiri Pamulang

b. Nomor Rekening : 704 389 3313

12. Perizinan Usaha yang masih berlaku dan wajib melampirkan foto copynya

a. NPWP No. : 02.909.326.7.411.000

b. SIUSP, No. : 518/14A/SIUSP/Dis-KUKM/VI/2012

a. TDP, No. : 30.08.2.64.00103 , tgl. 3 Juni 2013

c. SKDU, No. : 503/11/Kel.PB/V/2013 Tgl. 16 Mei 2013

Page 60: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

52

B. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang selalu menjadi mitra bagi

masyarakat demi kemakmuran bersama.

2. Misi

a. Mengemban amanah sebagai Lembaga Keuangan dengan

mengedepankan prinsip-prinsip syariah.

b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan modal usaha.

c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

C. Struktur Organisasi

KEPALA

BAGIAN

PENGURUS PENGAWAS

MANAJER/PENGELOLA

KEPALA

BAGIAN

KARYAWAN

PENGURUS PENGURUS PENGURUS

RAPAT ANGGOTA

KEPALA

BAGIAN

KARYAWAN

KARYAWAN KARYAWAN

KARYAWAN

KARYAWAN

KARYAWAN

KARYAWAN

KARYAWAN

Gambar 3. Struktur Organisasi BTM Berkah Mentari

Page 61: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

53

Struktur dari sistem manajemen koperasi di Indonesia dapat dilihat

dari perangkat organisasi koperasi yang tertuang dalam UU No.17 Tahun 2012.

Berdasarkan UU tersebut, perangkat organisasi koperasi BTM Berkah Mentari

adalah Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas.

1. Rapat Anggota

Rapat anggota dihadiri oleh anggota dan merupakan pemegang

kekuasaan tertinggi dari koperasi. Keputusan-keputusan rapat anggota

diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila

musyawarah gagal mencapai kemufakatan, maka pengambilan keputusan

dilakukan berdasarkan suara terbanyak.

Dalam hal pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu

suara. Rapat anggota yang digelar sekurang-kurangnya setahun sekali,

menetapkan (1) Anggaran Dasar, (2) Kebijakan umum dibidang organisasi,

(3) Pemilihan, pengakatan, pemberhentian pengurus dan pengawas, (4)

Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta

pengesahan laporan keuangan, (5) Pengesahan pertanggungjawaban

pengurus dalam melaksanakan tugasnya, (6) Pembagian sisa hasil usaha, (7)

Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.

Selain Rapat anggota, koperasi juga dapat melaksanakan Rapat

Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan

segera yang wewenangnya ada pada rapat anggota. Rapat anggota luar biasa

dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota koperasi atau atas

keputusan pengurus yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar.

Page 62: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

54

2. Pengurus

Pengurus adalah pemegang kekuasaan rapat anggota. Pengurus

dapat dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota dengan

masa jabatan paling lama 5 (lima) tahun. Untuk pertama kali, susunan dan

nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian koperasi.

Berdasarkan Pasal 58 UU No.17 Tahun 2012, pengurus koperasi

mengemban tugas sebagai berikut: (1) Mengelola koperasi berdasarkan

anggaran dasar, (2) Mendorong dan memajukan usaha anggota, (3)

Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan

belanja koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota, (4) Menyusun

laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas untuk

diajukan kepada rapat anggota, (5) Menyusun rencana pendidikan,

pelatihan, dan komunikasi koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota,

(6) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib,

(7) Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien, (8)

Memelihara buku daftar anggota, buku daftar pengawas, buku daftar

pengurus, buku daftar pemegang sertifikat modal koperasi, dan risalah rapat

anggota, (8) Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan

kemajuan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat

anggota.

3. Pengawas

Pengawas adalah perangkat organisasi koperasi yang dipilih dari

anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya

Page 63: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

55

roda orgnisasi dan usaha koperasi. Pasal 50 ayat (1) UU No.17 Tahun 2012

menyebutkan bahwa tugas pengawas adalah;

a. mengusulkan calon pengurus,

b. memberi nasihat dan pengawasan kepada pengurus,

c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan

koperasi yang dilakukan oleh pengurus,

d. melaporkan hasil pengawasan kepada rapat anggota

Page 64: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

56

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN

A. Proses Pelaksanaan Pembiayaan Modal Mudharabah Terhadap Nasabah

UMKM BTM “Berkah Mentari”.

Tingginya porsi pembiaayaan berbasis bagi hasil mempunyai

beberapa keunggulan, yaitu: pertama, pembiayaan mudharabah akan

menggerakkan sektor riil karena pembiayaaan ini bersifat produktif yakni

disalurkan untuk kebutuhan modal kerja. Meningkatnya sektor riil tentunya

akan menciptakan kesempatan kerja baru sehingga dapat mengurangi

pengangguran sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kedua,

peningkatan persentase pembiayaan bagi hasil akan mendorong tumbuhnya

pengusaha atau investor yang berani mengambil keputusan bisnis yang

berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai inovasi baru yang akan

meningkatkan daya saing lembaga keuangan syariah. Ketiga, pola pembiayaan

mudharabah adalah pola pembiayaan berbasis produktif yang memberikan nilai

tambah bagi perekonomian dan sektor riil sehingga kemungkinan terjadinya

krisis keuangan akan dapat dikurangi. Selain itu, dengan mengoptimalkan

pembiayaan bagi hasil lembaga keuangan syariah dapat menumbuhkan jiwa

entrepreneurship nasabah yang pada akhirnya dapat meningkatkan distribusi

pendapatan dan memberdayakan ekonomi masyarakat.

Pada umumnya nasabah yang meminjam modal pada BTM “Berkah

Mentari”, adalah para UMKM yang membutuhkan tambahan modal untuk

Page 65: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

57

usaha mereka. Para nasabah ini adalah juga harus menjadi anggota koperasi

BTM “Berkah Mentari”. Pada umumnya usaha mereka sudah berjalan lebih

kurang satu tahun keatas. Seperti yang dijelaskan oleh bapak Mujadid Perdana

sebagai manajer BTM “Berkah Mentari”, sebagai berikut:

“Para nasabah kami ini, umumnya mereka sudah menjalankan usaha.

Karena perlu tambahan modal, mereka pada pinjam modal ke BTM

“Berkah Mentari”. Biasanya mereka sudah menjalankan usaha lebih

kurang satu tahun. Karena mereka juga melihat perputaran usahanya

lancar apa tidak, dan mereka akan berani meminjam kalau usahanya

lancar karena itu akan berpengaruh pada kemampuan mereka

mengembalikan pinjaman”.1

Pembiayaan dengan menggunakan sistem mudharabah cocok

diterapkan dalam membiayai sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

karena lebih memberikan kepastian dan tidak terbebani akibat kenaikan suku

bunga. Selain itu faktor ukuran atau skala usaha BTM “Berkah Mentari” yang

tidak sebesar perbankan membuat BTM “Berkah Mentari” lebih fokus ke

sektor UMKM dengan skala usaha lebih kecil, di lain sisi ketertarikan UMKM

memilih sistem mudharabah terkait dengan tidak diperlukannya ketersediaan

kolateral dimana prinsip kepercayaan lebih dominan, lebih menarik bagi

UMKM. Hal ini juga diamini oleh bapak Mujadid Perdana, beliau mengatakan

bahwa:

“BTM “Berkah Mentari” tidak meminta kolateral atau jaminan kepada

peminjam modal. Selain tidak sejalan dengan syariah, BTM “Berkah

Mentari” merupakan wadah koperasi maka semua dari anggota untuk

anggota. Jadi antara koperasi dengan anggotanya harus ada saling

percaya karena niat baik didasarkan pada ibadah saling tolong

menolong”.2

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Mujadid Perdana selaku Manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016. 2 Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 66: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

58

Hal yang sama juga dikatakan oleh anggota koperasi yang meminjam

modal pada BTM “Berkah Mentari”, bapak Khairul Adianto seorang pedagang

pakaian muslim. Beliau menjelaskan sebagai berikut:

“BTM “Berkah Mentari” tidak meminta jaminan barang, tapi

membuat surat perjanjian di atas materai. Lagian saya sudah

bersyukur karena kami dapat meminjam uang pada BTM “Berkah

Mentari” tanpa harus membayar bunga”.3

Ada beberapa kerakteristik dan ciri khas yang menjadi keunggulan

Usaha Mikro Kecil Menengah, yaitu pertama, skala usaha yang kecil

memungkinkan untuk beradaptasi dengan cepat dan responsif terhadap

lingkungan bisnis yang bergejolak. Kedua, lebih fleksibel, sehingga memiliki

lebih banyak peluang untuk berinovasi dan bereksperimen. Ketiga, memiliki

banyak sumber keunikan yang berbasis budaya setempat. Keempat, dapat

memanfaatkan peluang kecil yang ada. Kelima, mudah untuk bangkit kembali,

bila menghadapi kondisi bisnis yang kurang menguntungkan.

BTM “Berkah Mentari”mempunyai peluang yang sangat besar untuk

memberdayakan perekonomian ummat apabila mampu mengoptimalkan

pembiayaan bagi hasil dalam penyaluran dananya ke nasabah. BTM “Berkah

Mentari” lebih mencerminkan prinsip keadilan melalui mekanisme pembiayaan

bagi hasil dengan skema distribusi pendapatan yang merata karena lebih fokus

pada pemberdayaan UMKM. Hal ini seperti dikatakan oleh bapak Mujadid

Perdana, sebagai berikut:

“Pada intinya baik dari pihak BTM “Berkah Mentari” maupun

mudharib sama-sama merasakan keuntungan. BTM “Berkah Mentari”

3 Wawancara pribadi dengan bapak Khairul Adianto selaku anggota BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 67: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

59

sebagai lembaga keuangan yang membantu penyediaan modal usaha

telah berupaya menegakkan syariah dengan mengikuti kaidah-kaidah

yang telah dituntun dalam agama Islam yaitu mengharamkan riba.

Selanjutnya pihak mudharib mendapat keuntungan karena mereka

tidak dikenakan bunga, dan tidak perlu menggunakan jaminan untuk

meminjam uang”.4

1. Aplikasi Mudharabah di Lembaga Keuangan Syariah (BTM “Berkah

Mentari”)

Baitul Maal Muhammadiyah (BTM) “Berkah Mentari” lebih

mengarah pada usaha-usaha penghimpunan dan penyaluran dana yang non

profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh, juga sebagai usaha penghimpunan

dan penyaluran dana komersial. Dahulu BTM “Berkah Mentari” merupakan

salah satu unit usaha pada sebuah koperasi yang menginginkan salah satu

unit usaha adalah jasa keuangan mikro dengan berprinsip syariah. Saat ini

dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro, maka Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dapat berdiri

sendiri dengan badan hukum berbentuk koperasi.

Dalam BTM “Berkah Mentari” aplikasi mudharabah berkaitan

dengan penyaluran dana BTM “Berkah Mentari” kepada nasabah yaitu

pembiayaan dengan sistem bagi hasil. Pembiayaan ini merupakan

penyaluran dana BTM “Berkah Mentari” kepada anggota, berdasarkan

kesepakatan pembiayaan antara BTM “Berkah Mentari” dengan anggota

dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati, hal ini

4 Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 68: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

60

tercermin dari aplikasinya mudharabah sebagai salah satu bentuk penyaluran

dana BTM “Berkah Mentari”.

Kehadiran BTM “Berkah Mentari” diharapkan mampu

menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha kecil

mikro, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan

masyarakat kecil dalam menjalankan maupun mengembangkan usahanya.

Penyaluran dana oleh BTM “Berkah Mentari” dikenal dengan sebutan

pembiayaan. Sebagaimana diketahui bahwa usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM) di Tangerang Selatan bukan hanya yang bergerak di

bidang industri yang membutuhkan bantuan modal, namun dengan besarnya

jumlah penduduk maka yang berpotensi untuk diberdayakan juga adalah

para pedagang kaki lima, misalnya saja penjual makanan, minuman,

kebutuhan pokok, dan lain sebagainya.

Pemberian pembiayaan dengan prinsip bagi hasil kepada UMKM

menggunakan prosedur umum pembiayaan, mulai dari pengajuan, analisis

kelayakan, pembuatan akad (perjanjian), dan pengawasan. Pengajuan

disertai dengan penyertaan dokumen-dokumen yang diperlukan, terlebih

karena pemberian pembiayaan adalah kepada suatu badan hukum.

Salah satu syarat untuk mendapatkan pembiayaan adalah seseorang

harus masuk menjadi anggota koperasi BTM “Berkah Mentari” dan telah

memiliki usaha minimal telah berjalan selama satu tahun. BTM “Berkah

Mentari” akan datang langsung kelapangan untuk mensurvei dan

mengetahui lebih dekat kondisi usaha, kehidupan dan perekonomian

Page 69: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

61

anggotanya yang akan dibantu tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh bapak

Mujadid Perdana sebagai manajer BTM “Berkah Mentari”, sebagai berikut:

“Kita harus jeli menilai karakter orang, apa orang ini mudah

dipercaya atau bisa diberikan amanah. Kita juga menanyakan apa

dia ada meminjam dari pihak lain eggak, soalnya takut

memberatkan. Jadi angota yang akan menjadi mudharib kita perlu

analisis, di survey rumahnya, kalo perlu tanya tetangga.”5

Setelah melakukan analisis terhadap calon mudharib dan

diputuskan bahwa mudharib tersebut layak untuk diberikan pembiayaan,

maka BTM “Berkah Mentari” akan membuat suatu akad (perjanjian). Akad

pembiayaan harus dibuat tertulis dengan memperhatikan rukun dan syarat-

syarat sesuai dengan hukum Islam. Prosedur umum pengajuan pembiayaan

mulai dari pengajuan permohonan hingga pengawasan oleh bank,

merupakan upaya bagi BTM “Berkah Mentari” dalam menghindari risiko

kemacetan.

Setelah nasabah mendapat modal usaha, BTM “Berkah Mentari”

tidak lepas tangan begitu saja. Ada pembinaan dan pengawasan, pembinaan

dilakukan agar anggota yang telah diberikan modal tidak salah langkah

dalam mengembangkan usahanya. Pengawasan dilakukan dengan memantau

setiap perkembangan kegiatan usaha anggota termasuk pengadaan

kunjungan kepada mereka dengan memberikan peringatan dini jika terjadi

penurunan kualitas penggunaan dana yang diperkirakan akan mengandung

resiko bagi BTM “Berkah Mentari”.

5 Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 70: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

62

Penjelasan ini berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan

dengan bapak Mujadid Perdana, adalah sebagai berikut:

“Jadi gini, kalo ada kesulitan, keluh kesah anggota kita dengarkan

dan beri solusi. Katanya warungnya sepi pembeli, kita kasih saran

untuk menghadapi saingannya. Biar menarik warung didandanin,

buat menu yang sederhana tapi enak rasanya. Kalo pembayarannya

mulai tidak lancar, kita cari tau ada masalah apa. Kalo masih

nunggak juga kita kirim surat teguran pertama, surat teguran kedua,

hingga surat teguran ketiga. Permasalah ini selanjutnya kita

selesaikan secara kekeluargaan”6

Kontribusi BTM “Berkah Mentari” sangat ditentukan dengan

kemampuan penyaluran dananya kepada masyarakat. Kemampuan ini

tentunya akan mampu meningkatkan produksi masyarakat secara maksimal.

Keberadaan BTM “Berkah Mentari” tentunya menjadi angin segar di tengah

lesunya perkembangan UMKM. Hal ini dikarenakan BTM “Berkah

Mentari” memiliki karakter khusus, yaitu non-bunga. Seperti yang telah

diketahui, bahwa bunga bank merupakan momok yang menakutkan bagi

UMKM untuk meminjam modal usaha mereka. Akibatnya, banyak pelaku

UMKM enggan untuk meminjam modal dari perbankan, dan berakibat pada

stagnannya perkembangan UMKM itu sendiri. Model pembiayaan bagi hasil

tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi UMKM dalam pengembangan

usahanya.

6 Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 71: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

63

2. Mudharabah dalam Pemberdayaan Sektor Riil nasabah BTM “Berkah

Mentari”.

Ketua koperasi bapak Mujadid Perdana menjelaskan ada beberapa

beberapa Jenis Usaha yang dibiayai dengan pembiayaan mudharabah oleh

BTM “Berkah Mentari”, diantaranya:7

a. Pembiayaan mudharabah untuk usaha dagang.

Pada pembiayaan mudharabah untuk usaha dagang ini, jumlah

modal yang disalurkan dapat dipergunakan untuk membeli alat peraga

dan barang dagangannya serta biaya operasional.

b. Pembiayaan mudharabah untuk jasa foto kopi, wartel, dan warnet.

Pada pembiayaan mudharabah untuk jasa foto kopi, wartel, dan

warnet ini, jumlah modal yang disalurkan dipergunakan untuk membeli

dan menyewa mesin-mesin dengan semua peralatan dan fasilitas yang

diperlukan serta biaya operasional.

c. Pembiayaan mudharabah untuk jasa angkutan.

Pada pembiayaan mudharabah ini, jumlah modal yang disalurkan

untuk membeli kendaraan dan biaya operasioal juga bervariasi

tergantung kepada besar-kecilnya usaha yang dibiayai.

d. Pembiayaan mudharabah untuk jasa kontruksi.

Pada pembiayaan mudharabah untuk jasa kontruksi ini, jumlah

modal yang disalurkan biasanya dalam bentuk plafon dana yag besarnya

bervariasi tergantung pada besar-kecilnya usaha yang akan dibiayai.

7 Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016.

Page 72: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

64

Lebih lanjut bapak Mujadid Perdana menjelaskan:

“Secara manajemen BTM “Berkah Mentari” berusaha semaksimal

mungkin melaksanakan sistem mudharabah sesuai syariah,

demikian juga karena visi dan misi kami mengemban amanah

sebagai lembaga keuangan dengan mengedepankan prinsip-prinsip

syariah serta untuk membantu para pengusaha UMKM dalam

mendapatkan modal usaha”.8

Tanpa akses yang tetap pada lembaga keuangan mikro syariah,

hampir seluruh masyarakat dan pedagang kecil akan menggantungkan

pembiayaan pada kemampuan sendiri yang sangat terbatas atau pada

kelembagaan keuangan informal (rentenir). Yang mana prosedur

penyaluran dana menggunakan sistem riba (bunga). Sedangkan yang

telah kita ketahui bahwa sistem riba itu diharamkan oleh Islam. BTM

“Berkah Mentari” berupaya memudahkan sistem mudharabah dalam

transaksi pembiayaan bagi anggotanya dengan harapan dapat memenuhi

setiap kebutuhan anggotanya untuk bermuamalah secara nyaman, penuh

berkah dan terhindar dari prakrik ribawi.

Anggota Koperasi BTM “Berkah Mentari”, yaitu bapak Suhemi

pemilik toko kelontong, mengatakan lebih lanjut:

“Sistem bagi hasil dengan akad Mudharabah antara anggota dengan

koperasi BTM “Berkah Mentari” sangat meringankan. Mulai dari

pembagian keutungan semua dibicarakan di awal akad perjanjian

peminjaman”.9

Dalam prosedur peminjamannya, BTM “Berkah Mentari”

memberikan kemudahan meminjamkan modal usaha kepada nasabah.

8 Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB, tanggal 03 September 2016. 9 Wawancara pribadi dengan bapak Suhemi selaku anggota BTM “Berkah Mentari”, jam

11.30 WIB, tanggal 25 Agustus 2016.

Page 73: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

65

Persyaratan dalam mengajukan pembiayaan, anggota BTM “Berkah

Mentari” yang akan meminjam harus mengisi formulir aplikasi dengan

melampirkan:

a. Foto copy KTP suami dan istri.

b. Foto copy Kartu Keluarga.

c. Surat Keterangan Domisili RT setempat.

Seperti yang dikatakan oleh bapak Suhemi, sebagai berikut:

“Saya ngisi formulir, sama ngelengkapi surat domisili RT, KTP

suami istri, KK. Terus usaha kitanya di survey”.10

Selain itu bapak Khairul Adianto juga memberikan pernyataannya,

sebagai berikut:

“Kalo persyaratannya KTP suami dan istri, KK, surat domisili dari

RT tempat kita tinggal. Setelah itu disurvey deh tempat tinggal dan

usaha kita”.11

Berbeda dengan mengajukan pinjaman modal di lembaga keuangan

konvensional, dimana persyaratannya bisa dibilang rumit dan menunggu

proses yang lama. Salah satu persyaratan yang menjadi keluhan

masyarakat bawah dan pedagang kecil adalah tidak adanya jaminan yang

tepat untuk dijaminkan apabila ingin mengajukan pembiayaan di

lembaga keuangan formal seperti bank.

Selain itu dari hasil pengamatan dan wawancara bersama beberapa

anggota yang meminjam modal, mereka mendapatkan kemudahan modal

pembiayaan sesuai dengan yang mereka ajukan. Apabila mereka telah

10

Wawancara pribadi dengan bapak Suhemi selaku anggota BTM “Berkah Mentari”, jam

11.30 WIB 25 Agustus 2016. 11

Wawancara pribadi dengan bapak Khairul Adianto selaku anggota BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 25 Agustus 2016.

Page 74: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

66

selesai dalam angsuran pembiayaan, mreka juga boleh mengajukan

pinjaman modal usaha kembali untuk kesekian kali dan seterusnya.

Berikut pernyataan dari beberapa mudharib. Adalah seorang

pengusaha rumah makan warteg bernama ibu Nuralinah, sebagai berikut:

“Saya sudah tiga kali pengambilan, yang pertama pinjaman saya

tiga juta. Di awal peminjaman pihak BTM “Berkah Mentari” selalu

mengharapkan kejujuran dari mudharib tentang keuntungan usaha. Itu

untuk memudahkan dalam pembagian keuntungan. Terus saya

menceritakan apa adanya aja, eggak ada yang ditutupi. Setelah

pembagian keuntungan sudah disepakati, terus membicarakan masalah

pengembalian pinjaman. Saya minta kalo pinjaman dikembalikan secara

mengangsur setiap hari sampe lunas”.12

3. Pembiayaan Mudharabah Dalam Persentase Bagi Hasil

Pada pembiayaan mudharabah, bank bertindak sebagai shahibul

maal yang menyediakan dana secara penuh dan nasabah bertindak sebagai

mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan usaha. Pembiayaan

mudharabah ini memiliki karakter yang berbeda dengan kredit yang

diberikan oleh bank konvensional, karakter tersebut adalah adanya keadilan

dan kebersamaan yang merupakan semangat dari perbankan syariah. Hal ini

dapat terlihat dari pembagian keuntungan dan kerugian di antara bank

dengan nasabah pengelola dana.

Keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang tertuang

dalam akad, sedangkan kerugian akan ditanggung oleh BTM “Berkah

Mentari” kecuali jika pihak pengelola dana melakukan kesalahan yang

disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian. Pembiayaan dengan akad

12

Wawancara pribadi dengan ibu Nuralinah selaku anggota BTM “Berkah Mentari”, jam

11.30 WIB 25 Agustus 2016.

Page 75: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

67

mudharabah pada dasarnya merupakan pembiayaan yang sempurna, hal ini

dikarenakan pada pembiayaan tersebut digunakan istilah prinsip bagi hasil

keuntungan usaha bukan istilah profit sharing. Selain menggunakan istilah

bagi hasil keuntungan usaha, hal lain yang membuat ideal adalah adanya

pembagian kerugian usaha. Kerugian pada pembiayaan dengan akad

mudharabah akan ditanggung sepenuhnya oleh BTM “Berkah Mentari”,

kecuali bila nasabah melakukan kelalaian dan kesengajaan yang

menyebabkan dialaminya kerugian.

Seperti yang dituturkan oleh bapak Mujadid Perdana, beliau

mengatakan sebagai berikut:

“Aturan bagi hasil bagi kedua belah pihak baik penyedia dana

maupun mudharib telah disepakati diawal akad kerja sama. BTM

“Berkah Mentari” sebagai penyedia dana menanggung semua

kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah)

melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi

perjanjian”.13

Dari hasil penelitian didapatkan hasil, bahwa batas pemberian

pembiayaan dalam BTM “Berkah Mentari” adalah plafond pembiayaan

yang dapat diberikan adalah mulai dari angka satu juta rupiah (Rp.

1000.000) sampai dengan yang tertinggi sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan hasil wawancara, bapak Mujadid Perdana mengatakan

sebagai berikut:

“Batas waktu yang diberikan bagi para pelaku UMKM yang

menerima pembiayaan, umumnya waktu yang diberikan sebagai

kontrak pembiayaan adalah sesuai kemampuan membayar si

anggota, akan tetapi kami tetapkan waktu maksimal yaitu 3 tahun,

13

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 03 September 2016.

Page 76: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

68

pembayaran dilakukan secara mengangsur. Hal ini didasarkan

pengalaman di lapangan bahwa kemampuan nasabah dalam

mengambalikan dana pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh

BTM “Berkah Mentari”.”14

Jika merujuk dengan prinsip persamaan dan kesetaraan yang

menyatakan bahwa, hubungan mu‟amalah dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Seringkali terjadi bahwa seseorang memiliki

kelebihan dari yang lainnya. Oleh karena itu sesama manusia masing-

masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka antara manusia yang satu

dengan yang lain, hendaknya saling melengkapi atas kekurangan yang lain

dari kelebihan yang dimilikinya.

Dalam melakukan kontrak para pihak menentukan hak dan

kewajiban masing-masing didasarkan pada asas persamaan dan kesetaraan.

Tidak diperbolehkan terdapat kezaliman yang dilakukan dalam kontrak

tersebut. Sehingga tidak diperbolehkan membeda-bedakan manusia berdasar

perbedaan warna kulit, agama, adat dan ras. Dalam Q.S. al-Hujurat (49): 13

dinyatakan, yang artinya

”Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal”

Mengutip pendapat yang dikeluarkan oleh Veithzal Rifa‟I dalam

bukunya Islamic Financial Management, bahwa dalam melakukan

pembiayaan seharusnya perbankan syariah lebih mengedepankan prinsip

14

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016.

Page 77: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

69

ata‟awun kepada sesama, tidak dibenarkan adanya perbedaan yang hanya

dilihat dari segi keuntungan semata15

.

Hal tersebut dinyatakan oleh Veithzal Rifa‟i dikarenakan menurut beliau,

fungsi dasar dari sebuah pembiayaan adalah:

1. Pembiayaan dapat meningkatkan Utility (daya guna) dari modal/uang

2. Pembiayaan dapat meningkatkan Utility (daya guna) suatu barang

3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

4. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat

5. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi

6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

7. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi Internasional

Dari hasil wawancara dengan nasabah yang merupakan pelaku

UMKM yang bernama Ahmad Rusydi seorang penjahit pakaian, beliau

menyatakan, dalam menentukan nisbah bagi hasil sebagaimana yang dibuat

dalam dalam surat perjanjian mudharabah (kontrak mudharabah),

pembagian keuntungan itu dibicarakan sebelumnya di awal akad oleh pihak

BTM “Berkah Mentari”, dan nasabah diajak berunding atau musyawarah

dalam penentuan bagi hasil tersebut.

“Kami para pengusaha harus terbuka dengan pihak BTM “Berkah

Mentari”, walaupun ada juga yang tidak terbuka. Jadi kita bisa

sama-sama nego untuk masalah pembagian keuntungan”.16

Masalah keterbukaan tentang keuntungan usaha, juga dijelaskan

oleh bapak Mujadid Perdana, beliau menjelaskan sebagai berikut:

15

Rivai, Veithzal & Veithzal, Andria Permata, Islamic Financial Management, Jakarta,

PT. Rajawali Pers, 2008, h. 7-9 16

Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Rushdy selaku anggota BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 25 Agustus 2016.

Page 78: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

70

“Pihak BTM “Berkah Mentari” sangat menghargai apabila anggota

yang meminjam modal sudah terbuka dari awal tentang keuntungan

usahanya. Hal ini sangat diperlukan untuk menghitung pembagian

keuntungan. Karena sistem mudharabah menuntut kejujuran dan

keadilan. Permasalahannya bila anggota tidak terbuka tentang

keuntungan usahanya. Tapi pihak kami berusaha untuk meyakinkan

pentingnya saling kepercayaan itu”17

Lebih lanjut kepala koperasi bapak Mujadid Perdana, menjelaskan

pembagian hasil melalui angka-angka:

“Pada prinsipnya dalam mudharabah pembagian hasil usaha tidak

ada istilah profit and loss sharing, karena yang dibagi adalah hasil

dari keuntungan usaha tersebut. Sehingga digunakan istilah prinsip

bagi hasil seperti dalam Undang-Undang No. 10 th 1998”.18

Pembagian hasil usaha didasarkan pada kesepakatan bersama

antara BTM Berkah Mentari dengan mudharib. Pembagian hasil usaha

berdasarkan persentase bisa 30% : 70% atau 25% : 75% antara pemilik dana

dalam hal ini BTM Berkah Mentari dengan mudharib sebagai pengelola

dana.

Secara angka dapat dihitung sebagai berikut:

Contoh perhitungan pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil:

Penjualan Rp. 1.000.000,-

HPP (Rp. 650.000,-)

Laba kotor Rp. 350.000,-

Biaya-biaya (Rp. 250.000,-)

Laba (rugi) bersih Rp. 100.000,-

17

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016. 18

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016.

Page 79: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

71

a. Berdasarkan prinsip “Bagi Laba” (Profit Sharing), jika nisbah

Pemilik Dana : Pengelola Dana = 30 : 70

Pemilik Dana : 30% x Rp100.000 = Rp30.000

Pengelola Dana : 70%x Rp100.000 = Rp70.000

Dasar pembagian hasil usaha adalah laba bersih

b. Berdasarkan prinsip “Bagi Hasil”, jika nisbah Pemilik Dana :

Pengelola Dana = 10 : 90

Pemilik Dana : 10% x Rp350.000 = Rp 35.000

Pengelola Dana : 90% x Rp350.000 = Rp 315.000

Dasar pembagian hasil usaha adalah laba kotor

4. Pembiayaan Mudharabah dalam Hal Jaminan

Dalam fiqih tidak diperbolehkan investor untuk menuntut jaminan

dari mudharib, BTM Berkah Mentari dalam hal ini berusaha untuk

melaksanakan juga prinsip tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam

Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Pembiayaan Mudharabah dinyatakan bahwa pada prinsipnya dalam

pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan.

Lebih jauh bapak Mujadid Perdana menjelaskan:

“BTM “Berkah Mentari” tidak meminta kolateral atau jaminan

kepada peminjam modal. Selain tidak sejalan dengan syariah, BTM

“Berkah Mentari” merupakan wadah koperasi maka semua dari

anggota untuk anggota. Sebenarnya dengan telah menjadi anggota

koperasi BTM “Berkah Mentari”, dan harus membayar iuran pokok

dan iuran wajib berarti anggota telah memiliki jaminannya. Jadi

antara koperasi dengan anggotanya harus ada saling percaya karena

niat baik didasarkan pada ibadah saling tolong menolong. Kami

hanya meminta anggota untuk saling jujur dan memegang

Page 80: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

72

kepercayaan. Kalau ada masalah akan diselesaikan secara

kekeluargaan”.19

Hal yang sama juga dikatakan oleh anggota koperasi yang

meminjam modal pada BTM “Berkah Mentari”, Diaz Pradiananto pemilik

toko on line. Beliau menjelaskan sebagai berikut:

“Saya tidak diminta jaminan berupa barang hanya membuat surat

perjanjian di atas materai”.20

Peminjam lainnya bapak Helmi mengatakan sebagai berikut:

“Kan kita sudah menjadi anggota koperasi, bayar iuran pokok dan

iuran wajib sudah terikat perjanjian, mungkin ini sudah dianggap

sebagai jaminan”.21

5. Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Dalam pembagian laba dan rugi, secara teori, BTM “Berkah

Mentari” menanggung secara risiko, tetapi dalam praktik, dikarenakan sifat

mudharabah bank Islam dan syarat-syarat yang ada di dalamnya, kerugian

semacam ini mungkin akan jarang sekali terjadi.

Jika mudharabah tidak menghasilkan suatu keuntungan, si

mudharib tidak akan mendapatkan sedikitpun upah atas kerjanya. Dalam hal

ini mengalami kerugian sepanjang tidak ditemukan bukti salah guna dan

salah urus mudharib atas dana mudharabah atau sepanjang tidak ditentukan

pelanggaran atas syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank. Jika terbukti

demikian, maka mudharib sendiri yang akan menanggung kerugian, dalam

19

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016. 20

Wawancara pribadi dengan Diaz Pradiananto selaku anggota BTM “Berkah Mentari”,

jam 11.30 WIB 25 Agustus 2016. 21

Wawancara pribadi dengan bapak Helmi selaku anggota BTM “Berkah Mentari”, jam

11.30 WIB 25 Agustus 2016.

Page 81: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

73

kasus mana jaminan yang terkait dengan tanggung jawab nasabah harus

diberikan kepada BTM “Berkah Mentari”.

Pihak BTM “Berkah Mentari” untuk mengambil alih dalam risiko

dari setiap kerugian tidak begitu saja terjadi. Ia melewati bermacam-macam

cara untuk menghilangkan ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam

kongsi mudharabah murni. Risiko aktuarial dalam kongsi mudharabah

seperti yang digunakan dalam perbankan Islam dapat diukur dan dapat

dipastikan. Untuk alasan inilah, dapat dikatakan bahwa mudharabah bank

Islam sedikit berbeda dengan penyelenggaraan investasi berisiko rendah

maupun investasi bebas risiko manapun.

Menurut Siti Ch. Fadjriah, bahwa Pembiayaan dengan

menggunakan sistem syariah lebih cocok diterapkan dalam membiayai

sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) karena lebih memberikan kepastian

dan tidak terbebani akibat kenaikan suku bunga. Selain itu faktor ukuran

atau skala usaha bank syariah yang tidak sebesar perbankan konvensional

membuat bank syariah lebih fokus ke sektor UKM dengan skala usaha lebih

kecil, di lain sisi ketertarikan UKM memilih sistem pembiayaan syariah

terkait dengan ketersediaan kolateral yang tidak seketat konvensional dan

sifat gain sharing, risk sharing, lebih menarik bagi UKM.22

Namun, menurut Isha Ashari ada beberapa kerakteristik dan ciri

khas yang menjadi keunggulan Usaha Kecil dan Menengah, yaitu :

22

Siti Ch. Fadjriah 2005. Sistem syariah lebih cocok untuk pembiayaan UKM.

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_l

ang_id=2&ptopik=A34&cdate=15-APR-2005&inw_id=356756

Page 82: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

74

“Pertama, skala usaha yang kecil memungkinkan untuk beradaptasi

dengan cepat dan responsive terhadap lingkungan bisnis yang

bergejolak. Kedua, lebih fleksibel, sehingga memiliki lebih banyak

peluang untuk berinovasi dan bereksperimen. Ketiga, memiliki

banyak sumber keunikan yang berbasis budaya setempat. Keempat,

dapat memanfaatkan peluang kecil yang ada. Kelima, mudah untuk

bangkit kembali, bila menghadapi kondisi bisnis yang kurang

menguntungkan”.23

Dari hasil wawancara dengan para anggota bahwa selama mereka

meminjam modal pada BTM “Berkah Mentari” tidak pernah terjadi kredit

macet atau menyalahgunakan modal untuk hal-hal lain. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh nasabah yang peneliti wawancarai, salah satunya ibu

Nuralinah. Beliau menuturkan sebagai berikut:

“Selama menjadi anggota BTM “Berkah Mentari”, saya enggak

pernah mengalami kredit macet. Saya berusaha untuk amanah

dalam menjalankan usaha saya sehingga modal yang saya pinjam

saya gunakan sepenuhnya untuk usaha bukan untuk hal lain. Saya

enggak mau terlibat masalah mas”.24

Bapak Mujadid Perdana, memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Selama ini belum ada kendala yang berarti, kalaupun ada semua

permasalahan diselesaikan secara kekeluargaan. Kendala utama

yaitu penggunaan modal usaha digunakan untuk keperluan lain

bukan untuk usaha produksi. Tapi itu hanya sedikit kasusnya”.25

Pada dasarnya Hukum Islam telah menawarkan beberapa cara yang

harus ditempuh oleh perbankan yaitu perdamaian, namun jika memang tidak

23

Isha Ashari, Kebijakan Pemerintah (Dinas Perindustrian Perdagangan Penanaman

Modal Kota Magelang) dalam Memberdayakan UMKM dan Ekonomi Islam. Makalah

disampaikan dalam Seminar Musyawarah Regional 2007. Magelang: LSEI Universitas

Muhammadiyah Magelang 30 Juni 2007. Republika.co.id. 2005. situs resmi harian Republika.

http://www.menkokesra.go.id/content/view/3391/1/ 24

Wawancara pribadi dengan ibu Nuralinah selaku anggota BTM “Berkah Mentari”,

jam 11.30 WIB 25 Agustus 2016. 25

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 25 Agustus 2016.

Page 83: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

75

dapat diselesaikan dengan jalan perdamaian maka dengan jalan arbitrase,

jika tidak bisa juga maka dengan proses peradilan.

Berkaitan dengan hal di atas, proses penyelesaian sengketa dengan

jalan perdamaian atau musyawarah merupakan suatu penyelesaian yang

sesuai dengan kultur masyarakat yang beradat dan bersendikan syara‟, tetapi

pada kenyataannya mungkin akan begitu sulit untuk mewujudkannya, hal

ini disebabkan pada umumnya para pihak menganggap remeh terhadap hal-

hal yang kelihatannya sepele, tapi para pihak tidak menyadari hal yang

dianggap begitu sepele terkadang akan membawa perkara dibelakang hari.

Dalam fiqh Islam pengertian penyelesaian sengketa dengan jalan

perdamaian (sulhu) adalah akad untuk menyelesaikan suatu masalah atau

perselisihan sehingga menjadi perdamaian, atau dengan pengertian lain

suatu jenis akad itu mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling

berlawanan atau untuk mengakhiri sengketa. Ketika nasabah/mudharib

mengalami perselisihan dengan pihak bank syariah maka pihak

nasabah/mudharib dan bank dapat melakukan perdamaian (sulhu) tanpa

menyelesaikan masalah melalui jalur hukum.

Sedangkan Pasal 4 PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran serta

Pelayanan Jasa Bank Syariah menjelaskan bahwa penyelesaian sengketa

antara bank dengan nasabah dilakukan dengan musyawarah. jika

musyawarah tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaian sengketa

dilakukan melalui mediasi, termasuk mediasi perbankan. dan jiak mediasi

Page 84: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

76

tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaian dilakukan melalui

mekanisme Arbitrase Syariah atau melalui lembaga peradilan yang

ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Namun adanya peraturan PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang

Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

yang mana bank dapat merestrukturisasi bagi nasabah yang dalam kategori:

a. nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan b. nasabah

memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah

restrukturisasi (sebagaimana di sebutkan dalam Pasal 5 PBI No.

10/18/PBI/2008). Sedangkan dalam Undang-Undang Perbankan Syariah

hanya dikatakan bahwa, jika terjadi kerugian maka bank yang akan

menanggung seluruhnya, kecuali jika nasabah yang melakukan kelalaian.

Menurut Burhanudin S. Bahwa hal-hal yang boleh didamaikan

hanya dalam bentuk pertikaian harta benda yang dpaat dinilai dan sebatas

kepada hak-hak manusia yang dapat diganti.26

Proses litigasi dan non litigasi pada dasarnya adalah suatu proses dalam

rangka pendamaian, sebagaimana disebutkan oleh Burhanudin S. Bahwa

upaya perdamaian pada dasarnya ada dua jenis:

1. Perdamaian melalui lembaga peradilan (litigasi).

2. Perdamaian melalui lembaga di luar peradilan (non litigasi).

Hal senada yang diungkapkan Gemala Dewi dalam bukunya yang

menyatakan bahwa Penyelesaian perselisihan dalam hukum perikatan Islam,

26

Burhanudin S, Hukum Kontrak Syariah, (Yogyakarta, BPFE UGM, 2009), h. 112

Page 85: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

77

pada prinsipnya boleh dilaksanakan melalui tiga jalan, yaitu pertama dengan

jalan perdamaian (Shulhu), yang kedua dengan jalan Arbitrase ( tahkim) dan

yang terakhir melalui proses peradilan (Al Qadha ).27

B. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Implementasi

Sistem Bagi Hasil (Mudharabah)

1. Faktor Pendukung

Pelaku UMKM pada umumnya sangat membutuhkan bantuan

pembiayaan yang penerapannya mudah untuk memperoleh modal, tidak

perlu menyertakan agunan, tidak dikenakan suku bunga pinjaman, oleh

karena itu kehadiran lembaga keuangan mikro syariah menjadi solusi bagi

pelaku UMKM, dalam memperoleh pinjaman modal usaha kecil tumbuh

secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.

Pemberdayaan masyarakat berarti melakukan perubahan kea rah

yang lebih baik yang identik dengan pembangunan yang berarti. Perubahan

kemajuan atau progress yaitu peningkatan bidang-bidang kehidupan yang

memang diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai.

Sebagai tujuan pemberdayaan, program pembiayaan ini menunjuk

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial

yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social,

memiliki kehidupan yang sejahtera dan terbebas dari jerat kemiskinan.

27

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet-2, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2006). h. 32-33.

Page 86: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

78

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Mujadid Perdana, adalah

sebagai berikut:

“Yaa.., semua faktor pendudukung dalam pembiayaan model

mudharabah ini, bertujuan untuk dapat terpenuhinya semua

kebutuhan baik primer dan sekunder. Contohnya, pendapatan jadi

meningkat, dapat menyekolahkan anak, tambahan modal untuk

meningkatkan usahanya, dan juga untuk mengangsur pinjaman”.28

2. Faktor Penghambat

Kecilnya porsi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil muncul

disebabkan karena beberapa persoalan, misalnya pembiayaan dengan prinsip

bagi hasil sangat berisiko dan membutuhkan transparansi informasi juga

kepercayaan tinggi antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola

usaha (mudarib), usaha mikro kecil sering dianggap sebagai unit usaha yang

oleh perbankan sering disebut sebagai unit usaha yang tidak bankable,

kebijakan perbankan itu sendiri, hingga perilaku masyarakat yang kurang

menempatkan faktor kejujuran ketika mendapatkan pembiayaan dengan

prinsip bagi hasil.

Kendala lainnya yaitu tidak bisa dihindari bahwa karena keadaan

kebutuhan hidup yang mendesak membuat peminjam modal kadang

menggunakan pinjaman modal tersebut untuk keperluan lain, seperti ada

anggota keluarga yang sakit terpaksa modal digunakan untuk biaya berobat,

pengeluaran uang untuk membeli barang yang diinginkan, dan sebagainya.

Dari wawancara dengan bapak bapak Mujadid Perdana, beliau

mengatakan:

28

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016.

Page 87: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

79

“Kita dari pihak BTM “Berkah Mentari”, sangat mengharapkan transparansi informasi juga kepercayaan tinggi dari pengelola

usaha (mudarib), faktor kejujuran menjadi sangat penting ketika

mendapatkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil”.29

Selanjutnya bapak Mujadid Perdana menambahkan:

“Penting juga bagi anggota yang meminjam modal, agar

menggunakan modalnya dengan bijak tidak untuk dipakai untuk

hal-hal yang tidak berguna”.30

Keberadaan lembaga keuangan syariah seperti BTM “Berkah

Mentari” sudah semestinya menjadi “angin segar” bagi perkembangan

UMKM. Hal ini dikarenakan lembaga keuangan syariah memiliki karakter

khusus, yaitu non-bunga. Bunga bank merupakan momok yang menakutkan

bagi UMKM untuk meminjam modal usaha mereka. Akibatnya, banyak pelaku

UMKM enggan untuk meminjam modal dari perbankan, dan berakibat pada

stagnannya perkembangan UMKM itu sendiri. Model pembiayaan bagi hasil

tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi UMKM dalam pengembangan

usahanya. Hasilnya, muncul banyak harapan UMKM terhadap kehadiran BTM

“Berkah Mentari” dengan model pembiayaan bagi hasil Mudharabah-nya.

Maka melihat hal tersebut dia atas, penulis berpendapat, BTM

“Berkah Mentari” sudah memposisikan dirinya sebagai salah satu titik sentral

bagi kemajuan UMKM. Penulis sepakat dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional No. 7 tentang Mudharabah maka diketahui faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam penentuan nisbah bagi hasil atas pembiayaan

mudharabah yaitu: Prosentase rata-rata laba/laba secara efektif, jumlah nominal

29

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016. 30

Wawancara pribadi dengan bapak Mujadid Perdana selaku manajer BTM “Berkah

Mentari”, jam 11.30 WIB 3 September 2016.

Page 88: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

80

pembiayaan mudharabah yang diajukan nasabah, kemampuan nasabah untuk

membayar angsuran, resiko yang akan diterima BTM “Berkah Mentari” atas

pembiayaan mudharabah, jangka waktu pengembalian pembiayaan

mudharabah, situasi persaingan pasar, hubungan baik antara BTM “Berkah

Mentari” dengan anggota, dan keinginan nasabah untuk membayar angsuran.

Sedangkan faktor yang paling dipertimbangkan dalam penentuan nisbah bagi

hasil atas pembiayaan mudharabah yaitu: Prosentase rata-rata laba/laba setara

efektif.

Dalam wacana fiqih prinsip mudharabah dan bagi hasil tidak semata-

mata menjalin mitra usaha dalam arti modern, tetapi juga memberikan kode

etik ekonomi yang menggabungkan nilai material dan spiritual, dan juga

sebagai solusi pemecahan persoalan ekonomi. Mudharabah dan bagi hasil juga

tidak hanya menyelamatkan masyarakat dari akibat-akibat buruk perbankan,

juga akan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

menjamin keadilan, karena keadilan yang tercipta dengan akad tersebut erat

hubungannya dengan keadilan yang tercipta dengan keadilan sosial

kemasyarakatan.

Page 89: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

81

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pembiayaan merupakan penyaluran dana BTM “Berkah Mentari” kepada

anggota, berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BTM “Berkah Mentari”

dengan anggota dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang

disepakati. Pemberian pembiayaan dengan prinsip bagi hasil kepada UMKM

menggunakan prosedur umum pembiayaan, mulai dari pengajuan, analisis

kelayakan, pembuatan akad (perjanjian), dan pengawasan. Setelah melakukan

analisis terhadap calon mudharib dan diputuskan bahwa mudharib tersebut

layak untuk diberikan pembiayaan, maka BTM “Berkah Mentari” akan

membuat suatu akad (perjanjian). Akad pembiayaan harus dibuat tertulis

dengan memperhatikan rukun dan syarat-syarat sesuai dengan hukum Islam.

2. Penerapan sistem mudharabah pada BTM “Berkah Mentari” telah sesuai dan

sejalan dengan prinsip-prinsip syariah tentang mudharabah. Diantaranya:

a. Pembiayaan mudharabah pada BTM “Berkah Mentari” memiliki karakter

keadilan dan kebersamaan yang merupakan semangat dari lembaga

keuangan mikro syariah. Hal ini dapat terlihat dari pembagian keuntungan

dan kerugian di antara BTM “Berkah Mentari” dengan pengelola dana.

Dalam menentukan nisbah bagi hasil sebagaimana yang dibuat dalam dalam

surat perjanjian mudharabah (kontrak mudharabah), pembagian keuntungan

itu dibicarakan sebelumnya di awal akad oleh pihak BTM “Berkah

Page 90: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

82

Mentari”, dan nasabah diajak berunding atau musyawarah dalam penentuan

bagi hasil tersebut.

b. Dalam fiqih tidak diperbolehkan investor untuk menuntut jaminan dari

mudharib, BTM Berkah Mentari dalam hal ini berusaha untuk

melaksanakan juga prinsip tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam

Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Pembiayaan Mudharabah dinyatakan bahwa pada prinsipnya dalam

pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan.

3. Kendala yang dihadapi BTM “Berkah Mentari”, dalam menerapkan sistem

mudharabah diantaranya:

a. Penanganan pembiayaan bermasalah.

Pada dasarnya Hukum Islam telah menawarkan beberapa cara yang harus

ditempuh yaitu perdamaian. BTM “Berkah Mentari selalu mencoba untuk

melakukan proses penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian atau

musyawarah merupakan suatu penyelesaian yang sesuai dengan kultur

masyarakat yang beradat dan bersendikan syara‟.

b. Transparansi informasi dan kejujuran.

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil sangat berisiko dan membutuhkan

transparansi informasi juga kepercayaan tinggi antara pemilik modal

(shahibul maal) dan pengelola usaha (mudarib). Dalam hal ini di awal akad

pembiayaan pihak BTM “Berkah Mentari”, sangat mengharapkan

transparansi informasi juga kepercayaan tinggi dari pengelola usaha

Page 91: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

83

(mudarib), faktor kejujuran menjadi sangat penting ketika mendapatkan

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

c. Menggunakan pinjaman modal tersebut untuk keperluan lain.

Kendala lainnya yaitu tidak bisa dihindari bahwa karena keadaan kebutuhan

hidup yang mendesak membuat peminjam modal kadang menggunakan

pinjaman modal tersebut untuk keperluan lain, seperti ada anggota keluarga

yang sakit terpaksa modal digunakan untuk biaya berobat, pengeluaran uang

untuk membeli barang yang diinginkan, dan sebagainya.

Pihak BTM “Berkah Mentari” selalu menekankan akan pentingnya bagi

anggota yang meminjam modal, agar menggunakan modalnya dengan bijak

tidak untuk dipakai untuk hal-hal yang tidak berguna.

B. SARAN

1. Pihak BTM “Berkah Mentari” lebih aktif lagi melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap anggota yang mendapat pembiayaan modal usaha,

agar lebih meminimalisir pembiayaan yang bermasalah.

2. Membuat hubungan yang harmonis antara pihak BTM “Berkah Mentari”

dengan anggota agar tercipta iklim saling kepercayaan.

3. Anggota yang mendapatkan pembiayaan modal usaha diajak lebih terbuka

bila ada permasalahan dalam keluarga anggota yang dapat mempengaruhi

kemajuan usaha anggota, sehingga dapat dicarikan solusinya.

Page 92: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

84

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi‟I, 1999. Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi

Keuangan. Jakarta Tazkia: Institut dan Bank Indonesia.

______________, 2005. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta. Gema

Insani Press.

Anshori, Abdul Ghofur, 2010. Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan

Konversi (Pendekatan Hukum Islam dan Hukum Positiv), Yogyakarta,

UII Press.

______________, 2007. Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta, Gadjah

Mada University Press.

Ariawati, Ria Ratna, 2004. “Usaha Kecil dan Kesempatan Kerja”, Fakultas

Ekonomi, UNIKOM. Jakarta.

Ahmad, Abu Syuja‟. 1978. Al-Tahdzib fi adillah Matn Al-Ghoyah wa At-Taqrib.

Al Hidayah: Surabaya.

Ascarya, 2007. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Budiantoro, Setyo. 2003. Robohnya Ilmu Ekonomi Ortodoks. dalam Jurnal

Ekonomi Rakyat. Diakses dari http://www.ekonomirakyat.org, pada hari

12-Jan-2016.

Burhanudin S., 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Cet-I, Yogyakarta,

UII Pers.

Burhanudin S, 2009. Hukum Kontrak Syariah, BPFE UGM, Yogyakarta.

Djumhana, Muhammad, 2000. Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT.

Citra Aditya.

Dewi, Gemala, 2006. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet-2, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No 07/DSN-MUI/IV/2000.

Fadjriah, Siti Ch. 2005. Sistem Syariah Lebih Cocok Untuk Pembiayaan UKM.

Hafsah, Mohammad Jafar, 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM), Infokop Nomor 25 Tahun XX.

Harun, Nasroen. 2007. Fiqh Muamalah. Gaya Media Pratama: Jakarta.

Page 93: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

85

Ashari, Isha, 2007. Kebijakan Pemerintah (Dinas Perindustrian Perdagangan

Penanaman Modal Kota Magelang) dalam Memberdayakan UMKM dan

Ekonomi Islam. Makalah disampaikan dalam Seminar Musyawarah

Regional 2007. Magelang: LSEI Universitas Muhammadiyah Magelang.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan , 2007.

Jaringan Muda Ekonomi Syariah, artikel di akses pada tanggal 3 Januari 2016

pada:http://en-

gb.facebook.com/topic.php?uid=123584407704049&topic=24

Karim, Adiwarman A, 2008. Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan, edisi ke 3,

Jakarta.

Khan, Wagar msood, Toward, An Interest-Free Islamic Economic Syistem, Uk,

The Islamic Fundation UK and The International Association For

Islamic Economies, Islamabad, 1985 M-1406 H.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Mahkamah Agung.

Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank

Syariah. Yogyakarta: UII Press.

M. Ridwan. 2004. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII

Press.

Muhammad. 2006. Konstruk Mudharabah dalam Bisnis Syariah. dalam Ijtihad:

Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam. Volume 1 Nomor 1, Januari-Juni

2006.

Manurung, A.H., 2006.Wirausaha: Bisnis UKM (UsahaKecil Menengah). Penerbit

Buku Kompas, Jakarta.

Prasetyo, Aries Heru, 2010. Mengelola Keuangan Usaha Micro Kecil dan

Menengah, Jakarta, PT Kompas Gramedia.

Pratomo, Tiktik Sartika & Soejoedono, Abd. Rachman, 2004. Ekonomi Skala

Kecil/Menengah dan Koperasi, Cet. IV, Bogor, Ghalia Indonesia.

Rahmana, Arif, Keragaman Definisi UKM di Indonesia, artikel diakses pada

tanggal 5 Januari 2011 pada:

http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukm-di-

indonesia/

Rusyd, Ibnu. 1995. Bidayatul Mujtahid. Pustaka Amani: Jakarta.

Rivai, Veithzal & Veithzal, Andria Permata, 2008. Islamic Financial

Management, Jakarta, PT. Rajawali Pers.

Page 94: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

86

Rusyd, Ibnu, Bidahah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Jilid II, Mesir,

Mustafa Al-Halabi, T.Tp.

Sjahdeini, Sutan Remy.1999. Perbankan Islam. Pustaka Utama Grafiti: Jakarta.

Syafe‟I, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah. Pustaka Setia: Bandung.

Sabiq, Sayyid.1998. Fiqh Al-Sunnah, juz 3. Dar Al-Fikr: Beirut.

Saed, Abdullah, 2003. Bank dan Bunga Penerjemah M.Ufuqul Mubin, Nurul

Huda dan Ahmad Sahidah Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Senda, Dewi Praptiwi & Irawan, 2003. Cara Mudah Bagi UKM Dalam

Mendobrak Kebekuan Bisnis, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.

Soetrisno, Noer. 2003. Lembaga Keuangan Mikro : Energi Pemberdayaan

Ekonomi Rakyat, (dalam Bunga Rampai Lembaga Keuangan Mikro).

Bogor: Business Innovation Centre of Indonesia (pusat Inovasi Bisnis

Indonesia).

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Rajawali Press: Jakarta.

Sitompul, Zulkarnain, Kemungkinan penerapan Universal Banking Syari’ah Di

Indonesia, Kajian Dari perspektip Bank Syari’ah, Jurnal Hukum Bisnis.

Vol.20, Agustus-September 2002.

Taimiyah, Ibnu, Majmu‟fatwa, Juz.37, ttp, Muhammad „ Abdurrahman Qasim,

1398 M.

Tambunan, Tulus T.H.2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa

Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.

Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Taufiq, Muhammad, 2004. Strategi Pengembangan UKM Pada Era Otonomi

Daerah dan Perdagangan Bebas, Jakarta, PT Rajawali Pers.

Undang – Undang Perbankan Syariah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU

No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, Tentang Usaha Kecil, Balitbangkop, Jakarta.

Widiyanto. 2000. Jurnal Semarang: “Lembaga Keuangan Syariah Solusi Bagi

UMKM”, (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Unissula, Semarang).

Wijono, Wiloejo Wirjo, 2003 . “Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro

Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit

Memutus Mata Rantai Kemiskinan”, Penelitian Ekonomi – LIPI, Jakarta.

Page 95: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

87

Wirdyaningsih et al, 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta, Kerja

sama Kencana Media Group dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Yunita, Ascaya Diana, Bank Syari’ah: Gambaran Umum, Jakarta, PPSK BI.

Page 96: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 97: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 98: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 99: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 100: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 101: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 102: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 103: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 104: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 105: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan
Page 106: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

Foto penulis bersama Bapak Mujadid Perdana, selaku manajer BTM

“Berkah Mentari”.

Page 107: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

Khairul Adionto: Perdagangan Pakain Muslim

Diaz Pradiananto: Toko Online

Page 108: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

Ahmad Rusdi: Tukang Jahit Pakaian

Suhemi: Toko Kelontong

Page 109: “PRODUK MUDHARABAH DAN APLIKASINYA DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48818/1/MUHA… · berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli, penggunaan

Nuralinah: Rumah Makan Warteg