antihistamin penghambat reseptor h2.doc

5
ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H 2 (AH 2 ) Reseptor histamin H 2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung. Beberapa jaringan seperti otot polos pembuluh darah mempunyai kedua reseptor yaitu H 1 dan H 2 . Struktur Antihistamin H 2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety. Farmakodinamik Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H 2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H 2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat. Farmakokinetik Cimetidin merupakan Antihistamin H2 yang pertama dan paling banyak di gunakan. Penyerapan dilambung sedikit, sebagaian besar di usus halus. Waktu paruh 2 jam dan kadar maksimal 80 menit setelah pemberian. Meskipun tidak menembus sawar darah otak , efek samping pada syaraf terjadi pada penderita tua dengan fungsi ginjal kurang baik berupa halusinasi, delirium, gangguan bicara, bingung. Bioavaibilitas oral cimetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorpsi simetidin diperlambat

Upload: iiel-bozz

Post on 28-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2.doc

ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2 (AH2)

Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung,

perangsangan jantung. Beberapa jaringan seperti otot polos pembuluh darah mempunyai

kedua reseptor yaitu H1 dan H2.

Struktur

Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung

komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.

Farmakodinamik

Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.

Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada

pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat.

Farmakokinetik

Cimetidin merupakan Antihistamin H2 yang pertama dan paling banyak di gunakan.

Penyerapan dilambung sedikit, sebagaian besar di usus halus. Waktu paruh 2 jam dan kadar

maksimal 80 menit setelah pemberian. Meskipun tidak menembus sawar darah otak , efek

samping pada syaraf terjadi pada penderita tua dengan fungsi ginjal kurang baik berupa

halusinasi, delirium, gangguan bicara, bingung. Bioavaibilitas oral cimetidin sekitar 70%,

sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorpsi

simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi simetidin terutama terjadi pada menit ke 60-

90. Simetidin masuk ke dalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar

serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidicn dieksresi dalam

bentuk asam dalam urin. Masa paruh eliminasinya sekitar 2 jam. Bioavaibilitas ranitidin yang

diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Masa paruhnya

kira-kira 1,7-3 jam pada orang dewasa, dan memanjang pada orangtua dan pada pasien gaga

ginjal.

Ranitidin mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar

setelah pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya dieksresi terutama melalui ginjal, sisanya

melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan

Page 2: ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2.doc

secara oral dieksresi dalam urin dalam bentuk asal. Pada pasien penyakit hati masa paruh

ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma

dicapai dalam 1-3 jam setelah penggunaan 150 mg ranitidin secara oral, dan yang terikat

protein plasma hanya 15%.

Mekanisme Aksi

Walaupun simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor H2, namun

ranitidin lebih poten. Simetidin juga menghambat histamin N-methyl transferase, suatu enzim

yang berperan dalam degrasi histamin. Tidak seperti ranitidin, simetidin menunjukkan

aktivitas antiandrogen, suatu efek yang diketahui tidak berhubungan dengan kemampuan

menghambat reseptor H2. Aktivitas antiandrogen didapatkan dari inhibisi kompetitif

dyhidrotestosterone pada reseptor androgen perifer. Simetidin tampak meningkatkan sistem

imun dengan menghambat aktivitas sel T supresor. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

blokade reseptor H2 yang dapat dilihat dari supresor limfosit T. Imunitas humoral dan sel

dapat dipengaruhi.

Indikasi :

Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Simetidin, ranitidin atau

antagonis reseptor H2 mempercepat penyembuhan tukak lambung dan tukak duodenum.

Antihistamin H2 sama efektif dengan pengobatan intensif dengan antasid untuk penyembuhan

awal tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk hipersekresi

asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison. Penggunaan Antihistamin H2 dalam bidang

dermatologi seringkali digunakan ranitidin atau simetidin untuk pengobatan gejala dari

mastocytosis sistemik, seperti urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien, pengobatan

diberikan dosis tinggi.

Dosis :

Dosis Antihistamin H2

1. Simetidin:

Oral (Tablet): 200,300,400,800 mg

Parenteral :300 mg/2ml,300mg/50ml

2. Ranitidin:

Oral (tablet): 150,300 mg; sirup 15 mg/mL

Page 3: ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2.doc

Parenteral :0,5; 25 mg/mL untuk suntikan

3. Famotidin:

Oral (tablet):20,40 mg; bubuk untuk suspensi 40mg/5 mL

Parenteral: 10 mg/mL untuk suntik.

4. Nizatidin:

Oral (tablet): 150,300 mg

Efek Samping :

Insiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan

penghambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan

penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain :

1. Nyeri kepala

2. Pusing

3. Malaise

4. Mialgia

5. Mual dan muntah

6. Diare

7. Konstipasi

8. Ruam kulit

9. Pruritus

10. impoten

Kontraindikasi

1. Kehamilan

2. Ibu menyusui

Page 4: ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2.doc