Download - ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2.doc
ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2 (AH2)
Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung,
perangsangan jantung. Beberapa jaringan seperti otot polos pembuluh darah mempunyai
kedua reseptor yaitu H1 dan H2.
Struktur
Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung
komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.
Farmakodinamik
Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.
Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada
pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat.
Farmakokinetik
Cimetidin merupakan Antihistamin H2 yang pertama dan paling banyak di gunakan.
Penyerapan dilambung sedikit, sebagaian besar di usus halus. Waktu paruh 2 jam dan kadar
maksimal 80 menit setelah pemberian. Meskipun tidak menembus sawar darah otak , efek
samping pada syaraf terjadi pada penderita tua dengan fungsi ginjal kurang baik berupa
halusinasi, delirium, gangguan bicara, bingung. Bioavaibilitas oral cimetidin sekitar 70%,
sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorpsi
simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi simetidin terutama terjadi pada menit ke 60-
90. Simetidin masuk ke dalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar
serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidicn dieksresi dalam
bentuk asam dalam urin. Masa paruh eliminasinya sekitar 2 jam. Bioavaibilitas ranitidin yang
diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Masa paruhnya
kira-kira 1,7-3 jam pada orang dewasa, dan memanjang pada orangtua dan pada pasien gaga
ginjal.
Ranitidin mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar
setelah pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya dieksresi terutama melalui ginjal, sisanya
melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan
secara oral dieksresi dalam urin dalam bentuk asal. Pada pasien penyakit hati masa paruh
ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma
dicapai dalam 1-3 jam setelah penggunaan 150 mg ranitidin secara oral, dan yang terikat
protein plasma hanya 15%.
Mekanisme Aksi
Walaupun simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor H2, namun
ranitidin lebih poten. Simetidin juga menghambat histamin N-methyl transferase, suatu enzim
yang berperan dalam degrasi histamin. Tidak seperti ranitidin, simetidin menunjukkan
aktivitas antiandrogen, suatu efek yang diketahui tidak berhubungan dengan kemampuan
menghambat reseptor H2. Aktivitas antiandrogen didapatkan dari inhibisi kompetitif
dyhidrotestosterone pada reseptor androgen perifer. Simetidin tampak meningkatkan sistem
imun dengan menghambat aktivitas sel T supresor. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
blokade reseptor H2 yang dapat dilihat dari supresor limfosit T. Imunitas humoral dan sel
dapat dipengaruhi.
Indikasi :
Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Simetidin, ranitidin atau
antagonis reseptor H2 mempercepat penyembuhan tukak lambung dan tukak duodenum.
Antihistamin H2 sama efektif dengan pengobatan intensif dengan antasid untuk penyembuhan
awal tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk hipersekresi
asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison. Penggunaan Antihistamin H2 dalam bidang
dermatologi seringkali digunakan ranitidin atau simetidin untuk pengobatan gejala dari
mastocytosis sistemik, seperti urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien, pengobatan
diberikan dosis tinggi.
Dosis :
Dosis Antihistamin H2
1. Simetidin:
Oral (Tablet): 200,300,400,800 mg
Parenteral :300 mg/2ml,300mg/50ml
2. Ranitidin:
Oral (tablet): 150,300 mg; sirup 15 mg/mL
Parenteral :0,5; 25 mg/mL untuk suntikan
3. Famotidin:
Oral (tablet):20,40 mg; bubuk untuk suspensi 40mg/5 mL
Parenteral: 10 mg/mL untuk suntik.
4. Nizatidin:
Oral (tablet): 150,300 mg
Efek Samping :
Insiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan
penghambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan
penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain :
1. Nyeri kepala
2. Pusing
3. Malaise
4. Mialgia
5. Mual dan muntah
6. Diare
7. Konstipasi
8. Ruam kulit
9. Pruritus
10. impoten
Kontraindikasi
1. Kehamilan
2. Ibu menyusui