antidiabetic drug interactions

14
BAB I PENDAHULUAN Diabetes melitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar pankreasnya gagal menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau yang tubuhnya tak dapat menggunakan insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang membawa gula dari darah ke sel tubuh yang membutuhkannya yang mengubahnya menjadi energi. Pada pasien diabetes melitus, gula tetap berada dalam darah (dan keluar melalui urin) dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan. Karena tak ada gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari biasanya. Pemecahan lemak dan protein secara berlebihan ini akan membebaskan produk buangan asam kedalam darah . Diabetes yang tak ditangani atau diawasi dengan baik dapat menimbulkan efek merugikan dalam jangka panjang dan dapat menyebabkan krisis metabolik dan koma diabetik (Harkness, 1989). Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi . Interaksi obat merupakan perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang 1

Upload: silviacahaya

Post on 09-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Antidiabetic Drug Interactions

TRANSCRIPT

Page 1: Antidiabetic Drug Interactions

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar pankreasnya gagal

menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau yang tubuhnya tak dapat menggunakan

insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang membawa gula dari darah ke sel tubuh yang

membutuhkannya yang mengubahnya menjadi energi. Pada pasien diabetes melitus, gula tetap

berada dalam darah (dan keluar melalui urin) dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan.

Karena tak ada gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari biasanya. Pemecahan

lemak dan protein secara berlebihan ini akan membebaskan produk buangan asam kedalam

darah. Diabetes yang tak ditangani atau diawasi dengan baik dapat menimbulkan efek

merugikan dalam jangka panjang dan dapat menyebabkan krisis metabolik dan koma diabetik

(Harkness, 1989).

Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan

kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat.

Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-

farmakologi dan terapi farmakologi.

Interaksi obat merupakan perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain

(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi

obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi

obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan

bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di

rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena

interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat

terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu

dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat

keparahan penyakit atau usia. Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan

toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah).

1

Page 2: Antidiabetic Drug Interactions

BAB II

ISI

2.1 Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiperglikemia

yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan pprotein yang

disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya

dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Ikatan

Sarjana Farmasi Indonesia, 2008).

2.2 Definisi Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related

problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat

mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika

atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang

berinteraksi (Piscitelli, 2005).

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya

secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau antagonis

efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal,

makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang lebih relevan

kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi

ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas

dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan

2

Page 3: Antidiabetic Drug Interactions

batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,

antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).

2.3 Mekanisme Interaksi Obat

2.3.1 Interaksi Farmakokinetik

a. Absorbsi

Ketika seseorng memakai dua obat atau lebih pada waktu yang bersamaan, maka laju absorpsi

dari salah satu atau kedua obat itu dapat berubah. Obat yang satu dapat menghambat,

menurunkan, atau meningkatkan laju absorpsi obat yang lain. Hal ini dapat terjadi melalui

salah satu dari tiga jalan : dengan memperpendek atau memperpanjang waktu pengosongan

lambung, dengan mengubah pH lambung, atau dengan membentuk kompleks obat.

b. Distribusi

Dua obat yang berikatan tinggi dengan protein atau albumin bersaing untuk mendapatkan

tempat pada protein atau albumin di dalam plasma. Akibatnya terjadi penurunan dalam

pengikatan dengan protein pada salah satu atau kedua obat itu; sehingga lebih banyak obat

bebas yang bersikulasi dalam plama dan meningkatkan kerja obat. Efek ini dapat

menimbulkan toksisitas obat. Obat- obat yang tidak berikatan dengan protein adalah obat

bebas, obat aktif, dan dapat menimbulkan respon farmakologik. Jika ada dua obat yang

berikatan tinggi dengan protein yang harus dipakai bersamaan, dosis salah satu atau kedua

obat itu mungkin perlu dikurangi untuk menghindari toksisitas obat.

c. Metabolisme dan Biotransformasi

Suatu obat dapat meningkatkan metabolisme dari obat yang lain dengan merangsang

(menginduksi) enzim- enzim hati. Obat- obat yang dapat meningkatkan induksi enzim- enzim

disebut sebagai penginduksi enzim. Kadang- kadang enzim- enzim hati mengubah obat

menjadi metabolit aktif atau pasif. Metabolit obat dapat diekskresi atau dapat menghasilkan

respon farmakologis aktif. Ada juga beberapa obat yang merupakan penghambat enzim.

3

Page 4: Antidiabetic Drug Interactions

d. Ekskresi

Obat – obat dapat meningkatkan atau menurunkan eksresi ginjal dan mempunyai efek

terhadap ekskresi dari obat – obat lain. Obat – obat yang dapat menurunkan curah jantung,

menurunkan aliran darah ke ginjal, dan menurunkan filtrasi glomerulus serta menurunkan atau

menunda ekskresi obat.

2.3.2 Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakokinetik adalah hal-hal yang menimbulkan efek-efek obat yang aditif,

sinergis (potensiasi), atau antagonis. Jika dua obat yang mempunyai kerja yang serupa atau

tidak serupa diberikan, maka efek kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif (efek dua

kali lipat), atau antagonis (efek dari salah satu atau kedua obat itu menurun).

a. Efek Obat Aditif

Jika dua obat dengan kerja yang serupa diberikan, interaksi obat ini disebut sebagai efek

aditif. Ini adalah jumlah dari efek kedua obat.

b. Efek Obat Sinergi atau Potensial

Jika dua obat atau lebih diberikan bersama-sama, obat yang satu dapat memperkuat atau

mempunyai efek sinergis terhadap obat yang lain, berarti kadang-kdang efeknya lebih besar

daripada efek gabungan dari kedua obat dari golongan obat yang sama.

c. Efek Obat Antagonis

Jika dua obat dikombinasi yang mempunyai kerja yang berlawanan, atau efek antagonis, maka

efek obat-obat itu akan saling meniadakan. Kerja dari kedua obat itu akan hilang.

Tabel Interaksi Farmakodinamik Dari Obat-Obat

Interaksi Efek

Aditif

Sinergisik atau Potensiasi

Dalam golongan obat yang sama, efek obat

merupakan jumlah dari efek-efek ke dua obat.

Obat yang satu memperkuat atau

meningkatkan efek obat yang lain (lebih besar

4

Page 5: Antidiabetic Drug Interactions

Antagonis

dari efek masing-masing obat)

Dua obat dalam golongan yang berlawanan

menimbulkan efek saling meniadakan satu

terhadap yang lain.

2.4 Interaksi Obat Antidiabetik

2.4.1 Insulin

Mekanisme kerja insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi

pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik.

Interaksi Insulin

Obat A Obat B Efek yang terjadi

Beta blocker Insulin Meningkatkan efek hipoglikemia dengan penghambatan

glikogenolisis hati oleh beta blocker

Captopril Insulin Meningkatkan efek hipoglikemia dengan meningkatkan kerja

insulin

Adrenalin Insulin menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis

Beberapa

antibiotik

(kloramfenikol

, tetrasiklin)

Insulin meningatkan kadar insulin dalam plasma

Nikotin Insulin Nikotin mengurangi absorpsi insulin

2.4.2 Sulfonilurea

Mekanisme kerja sulfonilurea bekerja merangsang sekresi insulin pada pancreas

sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi.

5

Page 6: Antidiabetic Drug Interactions

Interaksi Obat Golongan Sulfonilurea

Obat A Obat B Efek yang terjadi Deskripsi

Karbon aktif Sulfonilurea Penurunan efek

Sulfonilurea

Karbon aktif mereduksi sulfonilurea

Klorpopamid Barbiturate Peningkatan efek

Sulfonilurea

Efek barbiturat diperpanjang pada uji

dengan hewan

siprofloksasi

n

Gliburid Peningkatan efek

Sulfonilurea

Terjadi potensiasi efek hipoglikemik

Sulfonilurea Glikosida

digitalis

Peningkatan efek

Sulfonilurea

Kadar serum glikosida digitalis

meningkat

Etanol Sulfonilurea Efek bervariasi Etanol memperpanjang lama

penurunan glukosa oleh glipizid

(tidak memperbesar etanol kronos

menurunkan t 12

tolbutamid etanol

dengan klorpopamid menimbulkan

reaksi seperti disulfiram

2.4.3 Biguanida

Mekanisme kerja biguanida bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan

penggunaan glukosa di jaringan.

Interaksi Obat Golongan Biguanida

Obat A Obat B Efek yang terjadi/deskripsi

Simetidin Metformin Simetidin meningkatkan kadar puncak plasma metformin 60%

dan AUC 40%, terjadi hambatan ekskresi metformin.

Furosemi

d

Metformin Furosemid meningkatkan kadar plasma metformin, Cmax

meningkat 22% dan AUC 15%, perubahan ekskresi renal

tidak signifikan.

6

Page 7: Antidiabetic Drug Interactions

Alkohol Metformin Alkohol meningkatkan efek metforminpada metabolisme

laktat. Peringatkan pasien tidak menggunakan metformin.

Nifedipin Metformin Cmax dan AUC metformin meningkat masing-masing 20%

dan 9%, jumlah metformin yang diekskresikan meningkat.

Nifedipin meningkatkan absorbsi metformin.

Giburid Metformin Pemberian tunggal metformin meningkatkan AUC dan Cmax

gliburid tetapi sangat bervariasi.

2.4.4 Tiazolidindion

Mekasime kerja tiazolidindion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan

jaringan adiposa dan menghambat glukoneogenesis hepatik.

Interaksi Obat Golongan Tiazolidindion

Obat A Obat B Efek yang terjadi

Atorvastatin Pioglitazon Penggunaan bersama selama 7 hari dapat meningkatkan kadar

serum atorvastatin dan pioglitazon

Ketokonazol Pioglitazon AUC dan Cmax pioglitazon meningkat

Midazolam Pioglitazon Penggunaan pioglitazon 15 hari diikuti dengan miodazolam

dosis tunggal 7,5 mg terjadi penurunan AUC dan Cmax

midazolam sebesar 26%

Nifedipin Pioglitazon Penggunaan Pioglitazon dan nifedipinlepas lambat meningatkan

konsentrasi nifedipin

Kontrasepes

i oral

Pioglitazon Penggunaan Pioglitazon bersama etinilestadion/norethindron

selama 21 hari menyebabkan terjadinya penurunan AUC

etinilestadion 11%, penurunan Cmx 11%-14%.

2.4.5 Inhibitor Beta Glukosidase

7

Page 8: Antidiabetic Drug Interactions

Akarbosa bekerja menghambat alfa glukosidase sehingga mencegah penguraian

sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian memperlambat

dan menghambat penyerapan karbohidrat.

Interaksi Obat Golongan Beta Glukosidase

Obat A Obat B Efek yang terjadi

Akarbose Digoksin Konssentrasi serum digoksin menurun.

akarbose Enzim saluran

cerna (amilase,

pankreatin)

Efek akarbose menurun

Miglitol Gliburid Terjadi peurunan AUC Cmax dan AUC gliburid walaupun

secara statistik tidak signifikan

Miglitol Ranitidine Ketersediaan hayati ranitidin menurun signifikan 60 %

Miglitol Metformin AUC dan Cmax menurun 12-13%

BAB III

8

Page 9: Antidiabetic Drug Interactions

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah kelainan yang bersifat kronik yang ditandai oleh gangguan

metabolism karbohidrat, protein, dan lemak yang diikuti oleh komplikasi mikrovaskuler

maupun makrovaskuler, dan telah diketahui berkaitan dengan faaktor genetik dengan gejala

klinik yang paling utama adalah intoleransi glukosa.

Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik

maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma

obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik

diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.

Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk

mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya.

DAFTAR PUSTAKA

9

Page 10: Antidiabetic Drug Interactions

BNF. (2009). British National Formulary . UK: BMJ Group. Hal 504-505.

Harkness, R. (1989). Interaksi Obat. Bandung: ITB Press. Hal. 99-100.

Piscitelli, S. C., and Rodvold, K. A. (2005). Drug Interaction in Infection Disease. Second

Edition. New Jersey : Humana Press. Halaman 1-9.

Rahmawati, F.Handayani, R., Gosal, V. (2006). Kajian Retrospektif Interaksi Obat di Rumah

Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia, 17 (4). Halaman

177-183. mfi.farmasi.ugm.ac.id /files/news/3.17-4-2007bu_fita. pdf. Diakses tanggal 8

November 2014.

Setiawati, A. (2007). Interaksi obat, dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya

Baru. Halaman 800-801.

Stockley, I.H. (2008). Stockley’s Drug Interaction. Eight Edition. Great Britain: Pharmaceutical

Press. Halaman 1-9.

10