drug abuse

23
Obat-Obat Resep—Penggunaan dan Penyalahgunaan SEORANG gadis bernama Amy mendengar orang tuanya mengatakan bahwa obat yang digunakan adik laki-lakinya bisa mengurangi selera makan si adik. Karena khawatir akan berat badannya, Amy secara diam-diam mulai mengambil pil-pil adiknya, sebutir pil setiap beberapa hari. Agar tidak ketahuan orang tuanya, ia meminta beberapa pil dari temannya yang menggunakan obat yang sama.* Mengapa banyak orang tertarik untuk menyalahgunakan obat-obat resep? Satu di antaranya adalah karena obat itu mudah diperoleh—boleh jadi sudah ada di rumah. Kedua, banyak anak muda menyangka bahwa menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter bukanlah sesuatu yang terlarang. Yang ketiga, obat-obat resep tampaknya kurang berbahaya ketimbang obat-obatan terlarang. Selain itu, ada remaja yang berdalih bahwa jika seorang anak kecil bisa menggunakan obat resep, pastilah obat itu aman. Memang, jika digunakan dengan sepatutnya, obat resep bisa meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup dan bahkan menyelamatkan nyawa. Tetapi, jika disalahgunakan, itu sama berbahayanya dengan narkoba. Misalnya, jika seseorang menyalahgunakan obat perangsang tertentu, ia bisa menderita gagal jantung atau kejang-kejang. Ada obat-obat lain yang dapat menurunkan kecepatan pernapasan dan akhirnya menimbulkan kematian. Ada obat yang bisa menimbulkan efek yang berbahaya jika diminum bersama obat tertentu lainnya atau dengan alkohol. Pada awal tahun 2008, seorang aktor terkenal tewas ”karena minum campuran yang memautkan dari enam butir obat penenang, obat tidur, dan obat penghilang rasa sakit”, kata surat kabar Arizona Republic. Bahaya potensial lainnya adalah kecanduan. Jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan atau untuk tujuan yang salah, beberapa zat tertentu bisa menimbulkan efek seperti narkoba—obat-obatan ini merangsang pusat rasa senang di otak sehingga dapat menimbulkan hasrat yang kuat akan obat itu. Tetapi, ketimbang memberikan perasaan senang yang langgeng atau membantu orang-orang mengatasi persoalan kehidupan, penyalahgunaan obat-obatan hanya akan memperburuk situasi. Hal itu dapat meningkatkan stres, memperparah

Upload: ratu-qurroh-ain

Post on 14-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

obat

TRANSCRIPT

Page 1: Drug Abuse

Obat-Obat Resep—Penggunaan dan PenyalahgunaanSEORANG gadis bernama Amy mendengar orang tuanya mengatakan bahwa obat yang

digunakan adik laki-lakinya bisa mengurangi selera makan si adik. Karena khawatir akan

berat badannya, Amy secara diam-diam mulai mengambil pil-pil adiknya, sebutir pil setiap

beberapa hari. Agar tidak ketahuan orang tuanya, ia meminta beberapa pil dari temannya

yang menggunakan obat yang sama.*

Mengapa banyak orang tertarik untuk menyalahgunakan obat-obat resep? Satu di antaranya

adalah karena obat itu mudah diperoleh—boleh jadi sudah ada di rumah. Kedua, banyak

anak muda menyangka bahwa menggunakan obat-obatan tanpa resep dokter bukanlah

sesuatu yang terlarang. Yang ketiga, obat-obat resep tampaknya kurang berbahaya

ketimbang obat-obatan terlarang. Selain itu, ada remaja yang berdalih bahwa jika seorang

anak kecil bisa menggunakan obat resep, pastilah obat itu aman.

Memang, jika digunakan dengan sepatutnya, obat resep bisa meningkatkan kesehatan serta

kualitas hidup dan bahkan menyelamatkan nyawa. Tetapi, jika disalahgunakan, itu sama

berbahayanya dengan narkoba. Misalnya, jika seseorang menyalahgunakan obat

perangsang tertentu, ia bisa menderita gagal jantung atau kejang-kejang. Ada obat-obat lain

yang dapat menurunkan kecepatan pernapasan dan akhirnya menimbulkan kematian. Ada

obat yang bisa menimbulkan efek yang berbahaya jika diminum bersama obat tertentu

lainnya atau dengan alkohol. Pada awal tahun 2008, seorang aktor terkenal tewas ”karena

minum campuran yang memautkan dari enam butir obat penenang, obat tidur, dan obat

penghilang rasa sakit”, kata surat kabar Arizona Republic.

Bahaya potensial lainnya adalah kecanduan. Jika digunakan dalam jumlah yang

berlebihan atau untuk tujuan yang salah, beberapa zat tertentu bisa menimbulkan efek

seperti narkoba—obat-obatan ini merangsang pusat rasa senang di otak sehingga dapat

menimbulkan hasrat yang kuat akan obat itu. Tetapi, ketimbang memberikan perasaan

senang yang langgeng atau membantu orang-orang mengatasi persoalan kehidupan,

penyalahgunaan obat-obatan hanya akan memperburuk situasi. Hal itu dapat meningkatkan

stres, memperparah depresi, merusak kesehatan dan kemampuan untuk berfungsi secara

normal, menimbulkan kecanduan, atau mengalami semua hal tersebut. Tak pelak lagi, sang

korban akan mengalami problem di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja. Lalu, di

manakah batas antara penggunaan obat resep yang sepatutnya dan penggunaannya yang

salah?

Penggunaan atau Penyalahgunaan?

Singkatnya, Anda menggunakan obat-obat resep dengan sepatutnya jika Anda memakainya

sesuai dengan petunjuk dokter yang sudah mengetahui riwayat kesehatan Anda. Itu

Page 2: Drug Abuse

mencakup menggunakan dosis yang tepat pada waktu yang ditetapkan, dengan cara yang

sepatutnya, dan dengan tujuan medis yang benar. Meski demikian, boleh jadi timbul gejala-

gejala yang tidak diinginkan atau yang tidak diharapkan. Jika hal itu terjadi, segera beri tahu

dokter Anda. Sang dokter mungkin akan mengubah resep atau membatalkannya. Prinsip

yang sama berlaku atas obat-obatan yang dijual bebas di pasar: Gunakan hanya bila perlu,

dan ikuti petunjuk yang ada di label dengan saksama.

Orang-orang memasuki daerah berbahaya sewaktu mereka mengonsumsi obat untuk tujuan

yang salah, tidak mengikuti dosis yang ditetapkan, menggunakan obat yang diresepkan

untuk orang lain, atau menggunakannya dengan cara yang salah. Sebagai contoh, ada

tablet yang harus ditelan bulat-bulat agar bahan aktifnya diterima tubuh secara perlahan-

lahan. Orang-orang yang menyalahgunakan obat sering merusak proses itu dengan

mengunyah atau melumatkan obat, menghancurkan dan menghirupnya, atau dengan

melarutkan dalam air dan kemudian menyuntikkannya. Boleh jadi, ia merasahigh,  tetapi itu

bisa juga menjadi langkah pertama menuju kecanduan. Yang lebih parah lagi, hal itu bisa

memautkan.

Sebaliknya, jika seseorang menggunakan obat resep dengan sepatutnya namun curiga

jangan-jangan ia mulai ketagihan, ia hendaknya memberi tahu dokter tanpa menunda-

nunda. Sang dokter sudah tahu cara mengatasi masalah itu tanpa mengabaikan masalah

kesehatan yang semula.

Pandemi penyalahgunaan obat—dalam segala bentuknya—merupakan ciri zaman kita.

Keluarga, yang diharapkan sebagai tempat kasih bersemi dan tempat perlindungan dari

stres yang dialami setiap hari, kini sedang guncang. Nilai-nilai moral dan spiritual yang sehat

sedang lenyap, demikian juga dengan respek terhadap kehidupan. (2 Timotius 3:1-5) Faktor

lainnya adalah kurangnya harapan untuk masa depan yang lebih baik. Banyak orang melihat

bahwa masa depannya suram tanpa harapan. Karena itu, mereka hidup tanpa memikirkan

konsekuensinya dan mengejar apa saja yang dapat menyenangkan, kadang-kadang

dengan sembrono. Alkitab mengatakan, ”Apabila tidak ada penglihatan [ke masa depan],

orang-orang menjadi tidak terkendali.”—Amsal 29:18.

Jika Anda orang tua, pastilah Anda ingin melindungi keluarga Anda dari penyakit moral dan

spiritual yang melanda dunia. Tetapi, bagaimana Anda dapat melakukannya? Dan, di mana

Anda dapat menemukan pedoman dan harapan yang dapat diandalkan untuk masa depan

yang lebih baik? Artikel-artikel berikut akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

[Catatan Kaki]

Dari situs Web TeensHealth.

[Kotak di hlm. 4]

Page 3: Drug Abuse

POKOKNYA BISA HIGH

Ada orang yang mencoba apa saja, pokoknya yang bisa membuatnya high. Praktek-praktek

yang khususnya berbahaya antara lain menghirup cairan pembersih, cat kuku, pernis,

bensin, lem, cairan penyala api, cat semprot, dan bahan-bahan lain yang mudah menguap.

Uap atau gas yang dihirup langsung terserap dalam darah dan segera bereaksi.

Praktek lainnya yang berbahaya adalah penyalahgunaan obat yang dijual bebas yang

mengandung alkohol atau yang merangsang rasa kantuk. Jika digunakan dalam dosis tinggi,

obat-obatan tersebut dapat mempengaruhi indra-indra, khususnya pendengaran dan

penglihatan, dan dapat menimbulkan pusing, halusinasi, mati rasa, serta nyeri lambung.

[Kotak di hlm. 5]

”TAKTIK MENDAPATKAN OBAT RESEP”

”Perilaku mencari-cari obat resep sudah umum di kalangan pecandu dan penyalahguna

obat-obatan,” kata buku Physicians’ Desk Reference. ”Yang termasuk dalam taktik untuk

mencari obat-obatan itu antara lain membuat panggilan darurat atau berkunjung ke dokter

menjelang berakhirnya jam praktek, menolak untuk menjalani pemeriksaan, pengujian, atau

untuk dirujuk, sering ’kehilangan’ resep, mengubah atau menjiplak resep dokter, dan

menolak untuk menunjukkan catatan kesehatan atau keterangan yang diperlukan kepada

dokter lain yang dirujuk. Gonta-ganti dokter untuk mendapatkan lebih banyak resep lazim

dilakukan oleh orang yang menyalahgunakan obat-obatan dan orang yang menderita

kecanduan yang tidak ditangani.”

Tiga jenis obat yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut:

▪ Opioid—diresepkan sebagai obat penghilang rasa nyeri

▪ Depresan CNS (sistem saraf pusat)—barbiturat dan benzodiazepin yang diresepkan untuk

mengatasi kecemasan atau susah tidur (sering disebut sedatif atau obat penenang)

▪ Stimulans—diresepkan untuk mengatasi kelainan tidak dapat memusatkan perhatian karena

hiperaktif (ADHD), gangguan tidur narkolepsi, atau obesitas*

[Catatan Kaki]

Informasi ini disediakan oleh Lembaga Nasional untuk Penyalahgunaan Obat-obatan AS.

[Kotak di hlm. 6]

PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT-OBAT RESEP SECARA AMAN

1. Ikuti petunjuk dengan saksama.

2. Jangan ubah dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda.

3. Jangan hentikan penggunaan obat resep tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan

dokter.

Page 4: Drug Abuse

4. Jangan lumatkan atau pecah-pecahkan pil kecuali disebutkan demikian dalam petunjuk

pemakaian.

5. Berhati-hatilah terhadap pengaruh obat pada saat Anda mengemudi atau melakukan

aktivitas lainnya.

6. Cari tahu bagaimana obat itu bereaksi dengan alkohol dan dengan obat lainnya—baik

yang diresepkan maupun yang dijual bebas.

7. Jika Anda pernah menyalahgunakan obat atau zat-zat lainnya, beri tahu dokter Anda.

8. Jangan gunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, dan jangan berikan obat Anda

kepada orang lain*

[Catatan Kaki]

Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS.

Page 5: Drug Abuse

Akhir ini marak diberitakan penyalahgunaan obat, terutama obat bebas (bisa dibeli tanpa

resep dokter) yang secara kimia dikenal dengan nama Dextromethorpan 

Hidrobromidaatau DMP dan digunakan untuk menyembuhkan batuk. Obat ini tersedia

dalam bentuk tablet atau syrup, bisa dengan komposisi sediaan tunggal  (dengan

kandungan zat aktif 15 mg) atau kombinasi  zat aktif (kadar 5 mg) dengan antialergi (CTM)

dan pengurang dahak (misal GG). Obat ini diindikasikan sebagai  obat batuk  non narkotik

yang dijual bebas di toko obat atau bahkan warung kelontong biasa (misal Konidin tablet,

Vicks Formula 44).

Secara kimia, obat ini sangat mirip Codein (obat batuk golongan narkotika), namun tidak

menimbulkan ketagihan. Di pasaran tersedia hampir 50an nama dagang merek obat,  baik

sediaan tunggal atau campuran.  Nama jalanan  pil dekstro, DXM atau DXT, DX, robo, atau

rojo. Pada dosis normal, obat ini menekan keinginan batuk dengan menaikkan ambang

rangsang batuk di otak.

Penyalahgunaan obat

Dosis normal obat ini untuk penyembuhan batuk  adalah 3 X 1 tablet (kadar 15 mg) per hari.

Yang menjadi masalah, bahkan sudah sejak dulu (entah dari mana para remaja tahu), obat

ini digunakan untuk obat rekreasi (recreational drug),  diminum tidak sesuai indikasi, namun

meminumnya dalam jumlah besar  sekaligus secara overdosis, dengan harapan

untuk tripping atau teler dan menimbulkan  efek psikologi “halusinasi”. Menurut penelitian,

dosis besar antara 150 mg hingga 2500 mg (kalau per tabletnya 15 mg, antara 10 sampai

150 tablet), akan menimbulkan eforia, gangguan memori,  berkurangnya penglihatan, dan

akhirnya kehilangan kontrol dan kesadaran. Bagi pemakai, keadaan ini dianggap dapat

melupakan segala kesulitan beban kehidupan di dunia.

Dosis besar dengan meminumnya puluhan tablet sekaligus apalagi jika dilakukan secara

rutin akan sangat berbahaya dan memperberat kerja hati dan ginjal pengguna. Lebih

berbahaya lagi jika diminum dengan minuman suplemen yang mengandung caffein atau

soda, Akan terjadi interaksi obat yang akan membuat , jantung pengguna berdebar-debar,

sesak nafas, nyeri perut, mual dan muntah. Jika berlebihan, pasien bisa tidak sadar, kejang-

kejang, mengalami koma dan mati.

Surat Edaran

Mengingat  kecenderungan penyalahgunaan obat dekstro ini, maka mulai kemarin Dinkes

RL membuat surat edaran ke sejumlah apotek dan toko obat agar pembelian dekstro untuk

penggunaan pribadi dibatasi  maks 20 tablet.  Hal ini untuk mencegah agar apotek dan toko

obat  tidak ikut dipersalahkan jika ternyata obat tersebut digunakan tidak sesuai indikasinya.

Di samping itu, mengingat harga obat tersebut yang sangat murah  (sekitar 200 – 300 rupiah

per tablet),  dikhawatirkan ada pengguna yang membeli dalam jumlah besar (packing

botolan/1000 buah), dan diperjualbelikan secara illegal. Harus diingat bahwa, sebagaimana

ucapan Paracelsus dokter jaman Romawi dulu : obat adalah racun, hanya dosisnya saja

Page 6: Drug Abuse

yang membedakan. Racun akan menjadi obat, jika digunakan pada dosis yang tepat, namun

obat akan menjadi racun, jika digunakan pada dosis yang tidak semestinya.

Page 7: Drug Abuse

Penyalahgunaan obat secara sekilas bukan merupakan penyakit tetapi merupakan penyakit yang berkaitan  dengan psikis dan fisik.

Definisi penyalahgunaan substansi dalam arti luas meliputi penyalahgunaan obat obatan seperti alkohol, kokain, heroin, nikotin yang terdapat dalam tembakau, kafein yang terkandung dalam kopi, minumanringan.

Franklin dan Frances (1999) mendefinisikan ketergantungan substansi bila seseorang tergantung secara psikologis pada substansi, membutuhkan lebih banyak lagi substansi untuk mendapatkan efek yang sama (toleransi) dan fisiknya akan merespons secara negatif ketika substansi tsb. tidak lagi digunakan (withdrawal).

Adiksi ( Ketergantungan ) adalah  suatu  kondisi patologis yang disebabkan karena penggunaan berulang suatu obat yang jika dihentikan akan menyebabkan gejala-gejala tertentu. 

Gangguan kekambuhan yang bersifat kronis, yang disebabkan oleh karena:1.      Dorongan untuk mencari dan menggunakan obat2.      Kehilangan control terhadap pembatasan pengunaaan obat3.      Munculnya emosi negative  (dysphoria, anxiety, irritability) jika tidak mendapatkan obat,

walaupun mengetahui efek buruk obat tersebutPenyalahgunaan obat (drug abuse)   : pengunaan obat yang berlebihan tanpa tujuan

medis.Drug mis use   : salah pengunaan obat-obat dengan tujuan medis (misal: cara minum,

cara memakai)Ada tiga golongan obat yang paling sering disalahgunakan, yaitu :

1.      Golongan Analgesik Opiat / NarkotikaMenurut  UU RI No 22 tahun 1997 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman  atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapaqt menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.Contohnya adalah codein, oxycodon, morfin.

2.      Golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan tidur.Menurut UU RI No 5 tahun 1997 Psikotropika adalah suatu zat atau obat baik alamiah atau sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.Contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin (diazepam/valium, klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll)

3.      Golongan stimulan sistem saraf pusat.Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan ketergantungan atau kecanduan.

Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkan efek sampingnya, bukan berdasarkan indikasi yang resmi dituliskan. Contohnya dekstroamfetamin, amfetamin. Beberapa contoh diantaranya adalah :

            Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah tukak peptik/gangguan lambung, sering dipakai untuk menggugurkan kandungan karena bersifat memicu kontraksi rahim.

            Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk profilaksis asma, sering diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak

Page 8: Drug Abuse

            Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat” bagi wanita pekerja seks komersial untuk

mendukung pekerjaannya. Obat ini berisicarisoprodol, suatu muscle relaxant, yang digunakan untuk melemaskan ketegangan otot.

Obat-obat psikotropika beserta dosis sedative dan dosis yang menyebabkan ketergantungan :

Mekanisme Terjadinya Adiksi :Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah systemreward pada

manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa menyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa berasal secara alami, seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuat orang merasakan senang ketika makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan. Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur tertentu di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh reward alami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived(mempertahankan kehidupan).

Nama Dosis sedatif (mg) Dosis ketergantungan dan waktuuntuk menimbulkan ketergantungan

Diazepam 5 – 10 40 – 100 mg x 42 – 120 hariKlordiazepoksid 10 – 25 75 – 600 mg x 42 – 120 hariAlprazolam 0,25 – 8 8 – 16 mg x 42 hariFlunitrazepam 1 – 2 8 – 10 mg x 42 hariPentobarbital 100 800 – 2200 mg x 35 – 37 hariAmobarbital 65 – 100 800 – 2200 mg x 35 – 37 hariMeprobamat 400 1,6 – 3,2 g x 270 hari

Page 9: Drug Abuse

Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut :ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTA terhubung dengan nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan mengirim informasi melalui saraf. Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan bekerja pada system reward.

Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya, bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin,bekerja meningkatkan pelepasan dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan kadar dopamin meningkat.

Pada obat golongan opiat, reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbens dan cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan efek analgesia, sedangkan pada jalurreward akan memberikan reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan reseptornya di nucleus accumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat dalam system reward.

B. Alasan Penyalahgunaan ObatAda tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat, yaitu :

         Yang pertama, seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan, insomnia, dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara legal dengan resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan mengalami gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi kecanduan atau ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan segala cara.

         Kemungkinan kedua, seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional. Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas, hanya untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance yang lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll.

         Yang ketiga, seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping seperti yang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat menyebabkan toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan.

C. Cara Mendapatkan Obat-Obat Yang Disalahgunakan:Obat-obat tadi harus diperoleh dengan resep dokter. Namun untuk penyalahgunaan

ini, banyak cara yang bisa dilakukan orang untuk memperoleh obat. Antara lain adalah :

Page 10: Drug Abuse

multiple doctor shopping à maksudnya, ia pergi ke banyak dokter, sehingga mendapatkan banyak resep untuk mendapatkan obat yang dimaksud memalsukan resep, memalsukan angka untuk iterasi mencuri atau meminta paksa over prescribing by physicians à dokter sendiri yang meresepkan dalam jumlah berlebihan pembelian melalui internet à sekarang banyak online pharmacies,terutama di luar negeri penjualan langsung oleh dokter atau apoteker yang memang tidak mengindahkan moral dan etika profesi

D. Peran Farmasis Dalam Mencegah Penyalahgunaan Obat:Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan garda terdepan bagi akses masyarakat

terhadap obat, maka farmasis dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengidentifikasi dan mencegah penyalahgunaan obat. Melihat berbagai kemungkinan akses masyarakat terhadap obat yang bisa disalah-gunakan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya penyalahgunaan obat, lebih baik dengan cara yang sistematik dan terstruktur.

2. Mewaspadai adanya kemungkinan resep-resep yang palsu dan ganjil, terutama resep - resep yang mengandung obat psikotropika/narkotika.Hal ini memerlukan pengalaman yang cukup dan pengamatan yang kuat. Jika terdapat hal-hal mencurigakan, dapat berkomunikasi dengan dokter penulis resep yang tertera dalam resep tersebut untuk konfirmasi.

3. Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan pasien dengan tidak memberikan kemudahan akses terhadap obat-obat yang mudah disalah gunakan.

            Kondisi yang perlu diatasi secara farmakoterapi pada keadaan ketergantungan obat ada dua, yaitu kondisi intoksikasi dan kejadian munculnyagejala putus obat (“sakaw”). Dengan demikian, sasaran terapinya bervariasi tergantung tujuannya:1. Terapi pada intoksikasi/over dosis  tujuannya untuk mengeliminasi obat dari tubuh, menjaga fungsi vital tubuh

2. Terapi pada gejala putus obat  tujuannya untuk mencegah perkembangan gejala supaya tidak semakin parah, sehingga pasien tetap nyaman dalam menjalani program penghentian obat

Masing-masing golongan obat memiliki cara penanganan yang berbeda, sesuai dengan gejala klinis yang terjadi. Di bawah ini disajikan tabel ringkasan terapi intoksikasi pada berbagai jenis obat yang sering disalahgunakan.

Tabel 1. Ringkasan tentang terapi intoksikasi

Klas obat Terapi obat Terapi non-obat

Komentar

Benzodiazepin Flumazenil 0,2 mg/min IV, ulangi sampai max 3 mg

Support fungsi vital

Kontraindikasi jika ada penggunaan TCA à resiko kejang

Alkohol, barbiturat, sedatif hipnotik

Tidak ada Support fungsi vital

Page 11: Drug Abuse

non-benzodiazepinOpiat Naloxone 0,4-2,0 mg

IV setiap 3 minSupport fungsi vital

Jika pasien tidak responsif sampai dosis 10 mg àmungkin ada OD selain opiat

Kokain dan stimulan CNS lain

þ Lorazepam 2-4 mg IM setiap 30 min sampai 6 jam jika perlu

þ Haloperidol 2-5 mg (atau antipsikotik lain) setiap 30 min sampai 6 jam

-Support fungsi vital- Monitor fungsi jantung

- digunakan jika pasien agitasi

- digunakan jika pasien psikotik

- komplikasi kardiovaskuler diatasi scr simptomatis

Halusinogen, marijuana

Sama dgn di atas Support fungsi vital,„talk-down therapy“

Tabel 2. Ringkasan tentang terapi untuk mengatasi gejala putus obat withdrawal syndrome (DiPiro, 2008)

Obat Terapi obat KomentarBenzodiazepin(short acting)

Klordiazepoksid 50 mg 3 x sehari atau lorazepam 2 mg 3 x sehari, jaga dosis utk 5 hari, kmd tapering

Long acting BZD Sama, tapi tambah 5-7 hari utktappering

Alprazolam paling sulit dan butuh wkt lebih lama

Opiat Methadon 20-80 mg p.o, taperdengan 5-10 mg sehari, atau klonidin 2 mg/kg tid x 7 hari,taper untuk 3 hari berikutnya

- jika metadon gagal à metadon maintanance program

- Klonidin menyebabkan hipotensi à pantau BP

Barbiturat Test toleransi pentobarbital, gunakan dosis pada batas atas test, turunkan dosis 100 mg setiap 2-3 hari

Mixed-substance Lakukan spt pada long acting BZDStimulan CNS Terapi supportif saja, bisa gunakan

bromokriptin 2,5 mg jika pasien benar-benar kecanduan, terutama pada kokain

Defenisi Penyalahgunaan Zat / obat

Page 12: Drug Abuse

Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori:  penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan teman-teman.

Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari pemakaian obat tersebut.

B.     Obat Medis Yang sering Disalahgunakan

1.    Paracetamol

Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah paracetamol atauacetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic (penurun panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari jika perlu. Jangan sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali minum, dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x sehari artinya diminum setiap 6-8 jam). Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan merek yang berbeda-beda baik pada obat penurun panas, maupun pada obat batuk, atau flu.

Selain paracetamol,  terdapat juga golongan senyawa obat lain yang juga bisa berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang non-steroid (NSAIDs, Non Steroidal AntiInflammatory Drugs). Contoh obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates (seperti : acetyl salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate, dll), ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).

Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan flu. Obat-obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak nyaman sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada obat yang memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti Tamiflu, Relenza; akan tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan harus atas resep dokter. Pilek atau flu yang relatif biasa akan hilang sendiri (melemah) dalam beberapa hari terutama jika diiringi dengan istirahat yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen dan vitamin.

Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan remaja menjadi obat yang memberikan rasa tenang (seperti narkotik). Karena penjualan obat yang sekarang sangat bebas serta beredar pula di apotik dimana – mana dan tanpa pengawasan yang ketat, bermacam obat pereda demam seperti paracetamol ini juga sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun dewasa. Apabila obat ini disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

2.    Obat penghilang rasa nyeri

Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi ketergantungan

Page 13: Drug Abuse

terhadap obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.

Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak tepat telah mnyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun

Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain. Menurut data yang telah dipublikasikan pada 1 November 2011, resep obat penghilang rasa sakit yang sering disalahgunakan adalah oxycodone (Oxycotin), metadon atau xanax (Vicodin).

Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan, antara lain:a)         Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan Roxicodoneb)        Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek Endocet, Percocet, Percodan,

dan Xolox.c)         Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet

Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril yang fungsinya untuk mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta rematik, dan telah lama beredar di sejumlah warung obat, diduga sering disalahgunakan untuk kepentingan teler atau mabuk para pembelinya. Bila obat ini digunakan dalam dosis yang tinggi maka akan menyebabkan gangguan koordinasi motorik, gangguan konsentrasi, hipotensi, dan bahkan dapat menyebabkan koma jika terus-menerus digunakan dalam jumlah yang banyak.

3.    Misoprostol / Cytotec

Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag dan radang lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan untuk menggugurkan kandungan. Cytotecsebetulnya untuk mengobati maag dan dilarang keras digunakan untuk perempuan hamil dan ibu menyusui. Cytotec sebetulnya mempunyai indikasi untuk mengobati maag kronis. Cara kerjanya dalam mengobati lambung adalah menetralisir asam lambung yang tinggi (yang menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag). Selain itu cytotec mampu melapisi dinding usus yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya asam lambung. Tetapi efek samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos di mulut rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita hamil). Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.

Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan aborsi, maka Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus. Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku aborsi meninggal dunia.

4.    Flunitrazepam

Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk kejahatan agar si korban tertidur.

Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan sebutan date rape drugkarena bisa melumpuhkan perempuan selama penyerangan seksual seperti pemerkosaan.

Page 14: Drug Abuse

Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium (diazepam), tapi 10 kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan gangguan penilaian dan keterampilan motorik.

Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya ketika ia dicampurkan ke dalam makanan atau minuman.

Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang mungkin akan merasa pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin serta mual.

Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan bergerak hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu 2 jam dan bisa bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang konsumsi obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia berada dalam pengaruh obat.

Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan kombinasi ini bisa menyebabkan seseorang tidak sadar selama 8-12 jam setelah dikonsumsi.

Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing, merasa bingung, gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi urine.

5.    Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin

Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat yang sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai analgetika (penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk). Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena kodein dapat juga disalahgunakan, jika diminum langsung ternyata ada sekian persen yang diubah menjadi morfin di saluran pencernaan. Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja membeli kodein untuk di ubah menjadi morfin atau heroin. Jika kodein disalahgunakan menjadi morfin, maka akan menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan adanya rasa nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika terus menerus disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan ketergantungan dan meninggal karena overdosis.

6.    Obat anti-cemas

Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai, terapi perilaku atau psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot, mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan. Yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin. Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati. Contoh benzodiazepinadalah:

          Alprazolam          Klordiazepoksid

Page 15: Drug Abuse

          Diazepam          Flurazepam          Lorazepam          Oksazepam          Temazepam          Triazolam.

Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan.

Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat merupakan obat pilihan untuk mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk disalahgunakan, sering terjadi gejala putus obat dan overdosis serta sering menyebabkan kematian; sehingga jarang digunakan lagi.

Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit kecemasan. Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:

          Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin, paroksetin, sertralin)          Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)          Anti-depresi trisiklik (amitriptilin, amoksapin, klomipramin, imipramin, nortriptilin,

rotriptilin).Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering disalahgunakan dan paling

banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat ketidakseimbangan. Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan) seseorang pun berkurang, sehingga si pemakai relatif tenang.

Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam pemakaian jangka panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka akan menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan dapat terjadi halusinasi.

7.    Dextromethorpan

Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu obat penekan batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping yang berarti.

Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narcotic codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk yang dijual bebas sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah mendapatkannya untuk disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat penemuan bahwa mereka dapat merasa ‘high/mabuk’ dengan mengkonsumsi obat-obatan bebas yang mengandung dextromethorpan (juga disebut DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, dan gel. seperti juga sirup, dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi label DM, batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung ‘tuss’ pada nama obatnya).

Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah ditemukan, dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya sangat mudah, yaitu dengan membeli di

Page 16: Drug Abuse

toko obat atau mencarinya di kotak kotak obat dirumahnya. Dan karena ditemukan pada obat-obatan bebas, maka remaja mengasumsikan bahwa DXM tidaklah berbahaya.

Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health and Human Services Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA) yang memonitor hubungan antara obat-obatan dengan kunjungan pada Gawat Darurat dan kematian secara luas, tidak ada perubahan secara signifikan pada kunjungan di Gawat Darurat RS akibat penyalahgunaan DXM sejak 1994.

Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari tahun-tahun dulu dengan sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan internet tidak hanya untuk membeli DXM dalam bentuk bubuk murni, tapi juga belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi dalam volume besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-obatan tersebut diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet dalam bentuk tablet yang kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup. Bahkan di versi online terdapat kalkulator yang dapat menghitung seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi badannya.

Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga 30 miligram untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang mengandung DXM dapat menyebabkan halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat mengemudi), dan sensasi ‘out of body’.

Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan DXM yaitu : bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing, paranoia, keringat berlebihan, bicara mencerca, mual, muntah-muntah, sakit perut, detak jantung yang tidak normal, tekanan darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat, kulit yang kering dan gatal, hilang kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan bahkan kematian.

Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat menyebabkan hyperthermia, atau demam tinggi.

8.    Dexametasone

Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg adalah obat-obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi Sehingga sering diberikan pada penyakit alergi menahun seperti asma bronchiale, urticaria dan berbagai penyakit alergi lainnya. Obat yang mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk menggemukkan badan karena dampak menahan airnya, atau untuk meningkatkan kualitas tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah timbulnya penyakit pencernaan seperti penyakit maag, luka di lambung, kelainan pencernaan lainnya. Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan penderita meningkat nafsu makannya dan bertambah berat. Selain itu obat yang mengandung Dexamethasone merupakan pemicu timbulnya penyakit kencing manis, apalagi kalau pemakai mempunyai riwayat penyakit kencing manis di keluarga. Obat ini juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila dipakai secara berkesinambungan. Karena dampaknya imunosupresif, pemakai mudah menderita penyakit infeksi virus dan jamur pada tubuhnya. Pemakai jangka panjang juga akan menderita pengeroposan tulang yang disebut sebagai osteoporosis. Bila penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang berujung dengan kematian.

Page 17: Drug Abuse

C.      Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat

Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-macam, antara lain:

1.         Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup).

2.         Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan nyaman, menyenangkan.

3.         Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung jawab kehidupan.4.         Faktor-faktor Lingkungan. Para remaja dapat menyalahgunakan obat-obatan dikemudian

harinya jikalau kita memanjakan mereka, melindungi mereka secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka sendiri. Sehingga masa kecil yang seperti itu, maka akan menghasilkan :

            Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung jawab. Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan yang menekan.

            Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup di mana penggunaan obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.

            Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan orangtua (kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.

            Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah,  kedua orangtua yang memanjakan anak tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.

5.         Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang tua yang patologis/kacau.

6.         Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

D.      Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis

Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi, metamfetamin, dll.

Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :

Page 18: Drug Abuse

1.         Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan medis seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak wajar.

2.         Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam memberi pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan konsumen / masyarakat, sehingga dapat segera mengantisipasi dan mengambil sikap terhadap hal-hal yang tidak wajar terkait dengan pembelian obat-obatan medis di apotik.

3.         Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian / buku, laci putra-putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpan di dalamnya. Jika ditemukan obat-obatan medis, perlu segera dipastikan apakah putra-putri anda memerlukan obat tersebut atau tidak.

4.         Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-obatan lain yang bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera melaporkan pada pihak keamanan, karena pil dekstro atau obat-obatan lain walaupun dapat dibeli secara bebas tapi sebenarnya obat-obatan tersebut hanya boleh dijual di apotik atau toko obat berizin.