analisis perlindungan hukum terhadap klaim ...terhadap klaim asuransi jiwa yang ditetapkan oleh pt....
TRANSCRIPT
ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KLAIM
POLIS PERJANJIAN ASURANSI JIWA SYARIAH (STUDI
KASUS ASURANSI PRUDENTIAL SURAKARTA)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
ERDITYA ASA WIDYAWAN
C100150085
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KLAIM POLIS
PERJANJIAN ASURANSI JIWA SYARIAH (STUDI KASUS ASURANSI
PRUDENTIAL SURAKARTA)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan perjanjian asuransi syariah
dalam memberikan perlindungan kepada nasabah terhadap klaim asuransi jiwa; b)
untuk mengetahui proses pengajuan pada asuransi syariah terhadap klaim asuransi
jiwa; c) untuk mengetahui penyelesaian masalah pada asuransi syariah terhadap
klaim asuransi jiwa. Jadil penelitian yang diperoleh adalah dalam asuransi
Prudential Syariah menggunakan Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah
yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk
mengelola Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau
wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee). Dalam asuransi
Prudential Syariah ketentuan mengenai calon peserta atau nasabah berumur 1
sampai 70 tahun (ulang tahun berikutnya) harus sesuai dengan Peraturan MA
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah Pasal 2 Ayat (1). Pasal 5
Ayat (1). Asuransi Prudential Syariah merupakan Ta'min/asuransi sebagaimana
dijelasakan pada Pasal 26 Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum
Ekonomi Syariah. Akad daripada pengajuan klaim asuransi jiwa Prudential
Syariah berupa identitas para pihak terkait, dan kronologi terkait dengan jiwa
tertanggung sebagaimana dijelaskan pada Pasal 21 Peraturan MA Nomor 2 Tahun
2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah. Proses pengajuan asuransi syariah
terhadap klaim asuransi jiwa yang ditetapkan oleh PT. Prudential terhadap
nasabah sebagai pemegang polis didasarkan Pasal 1 angka 22 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian menyatakan, bahwa:“Pemegang
Polis adalah Pihak. Penyelesaian sengketa asuransi syariah yaitu melalui; a)
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dikenal juga dengan Alternatif
penyelesaian Sengketa (APS); b) BMAI adalah sebuah badan hukum berbentuk
Perhimpunan, berasaskan Pancasila, berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945,
melakukan kegiatan di bidang sosial didirikan oleh asosiasi-asosiasi usaha
perasuransian di Indonesia. Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia
(BMAI).
Kata kunci: perjanjian asuransi syari’ah, implementasi asuransi syari’ah,
penyelesaian sengketa asuransi syari’ah
Abstract
This study aims to determine the provisions of Islamic insurance agreements in
providing protection to customers against life insurance claims; b) to find out the
process of submitting sharia insurance for life insurance claims; c) to find out the
resolution of problems in Islamic insurance for life insurance claims. The research
schedule obtained is in Prudential Sharia insurance using Wakalah Akad Bil Ujrah
is a Tijarah Agreement which grants power to the Company as Participant's
representative to manage Tabarru 'Funds and / or Participant Investment Funds,
according to the power or authority granted, in return in the form of Ujrah (fee). In
2
Sharia Prudential insurance the provisions regarding prospective participants or
customers aged 1 to 70 years (the following anniversary) must be in accordance
with MA Regulation Number 2 of 2008 concerning Sharia Economic Law Article
2 Paragraph (1). Article 5 Paragraph (1). Prudential Sharia Insurance is Ta'min /
insurance as explained in Article 26 of MA Regulation Number 2 of 2008
concerning Sharia Economic Law. The contract rather than filing a Prudential
Sharia life insurance claim in the form of the identity of the relevant parties, and
the chronology related to the life of the insured as explained in Article 21 of MA
Regulation Number 2 of 2008 concerning Sharia Economic Law. The process of
submitting Islamic insurance to life insurance claims established by PT.
Prudential for customers as policy holders is based on Article 1 number 22 of Act
Number 40 of 2014 concerning Insurance, states that: "Policyholders are
Parties.Sharia insurance dispute resolution through; a) Alternative Dispute
Resolution (ADR) or also known as Alternative Dispute Resolution (APS); b)
BMAI is a legal entity in the form of an Association, based on Pancasila, based on
the 1945 Constitution, carrying out social activities established by insurance
business associations in Indonesia. Indonesian Insurance Mediation and
Arbitration Board (BMAI).
Keywords: sharia insurance agreement, sharia insurance implementation; ah,
sharia insurance dispute settlement
1. PENDAHULUAN
Asuransi dalam bahasa Belanda yaitu assurantie (asuransi) dan verzekiring
(pertanggung). Inggris menggunakan istilah insurance dan assurance dengan
pengertian sama. Istilah insurance dipakai untuk asuransi kerugian dan assurance
dipakai untuk asuransi jiwa (Purba, 1997).
Penjelasan mengenai asuransi dijelaskan pada Pasal 1 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian yaitu “asuransi adalah perjanjian
antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi
dasar bagi penerimaan premi perusahaan sebagai imbalan untuk; Memberikan
penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggungjawab huku kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau; Memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan
pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
3
Asuransi jenis konvensional dengan asuransi dengan jenis syariah berbeda,
hal ini dapat dilihat pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah menjelaskan bahwa asuransi syariah merupakan usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah pihak melalui investasi dalam bentuk
asset dan iuran tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Tabbaru’ merupakan
derma atau dana kebajikan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi
jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat
asuransi.
Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi
ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan
operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan Sunnah
(Muhaimin, 2005). Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan
istilah takaful yang berasal dari bahasa arab taka-fala-yataka-fulu-takaful yang
berarti saling menanggung atau saling menjamin. Asuransi dapat diartikan sebagai
perjanjian yang berkaitan dengan pertanggungan atau penjaminan atas resiko
kerugian tertentu (Suhendi dan Yusuf, 2005).
Konsep asuransi Islam berasaskan konsep Takaful yang merupakan
perpaduan rasa tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Takaful berasal
dari bahasa Arab yang berakar dari kata ”kafala yakfulu” yang artinya tolong
menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Takaful yang
berarti saling menanggung/memikul resiko antar umat manusia merupakan dasar
pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial. Saling pikul resiko inidilakukan
atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara, setiap orang
mengeluarkan dana kebajikan (tabarru) yang ditujukan untuk menanggung resiko
tersebut.
Asuransi syariah dalam ushul fiqh kontemporer dibagi menjadi 2 (dua)
jenis yaitu: a) Al-Ta’min (Asuransi Tolong Menolong); b) Al-Ta’Min Bi Qisth
Tsabit (Asuransi dengan Pembagian Tetap). Asuransi Al-Ta’min (Asuransi Tolong
Menolong) merupakan kesepakatan atas beberapa orang melakukan pembayaran
4
berupa uang ketika diantara mereka terjadi musibah. -Ta’Min Bi Qisth Tsabit
(Asuransi dengan Pembagian Tetap) merupakan akad dimana seseorang wajib
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada pihak asuransu yang terdiri dari
pemegang sahan dengan sebuah perjanjian, bila peserta asuransi mendapat
kecelakaan, maka akan diberikan ganti rugi (Thohari, 2011).
Dasar hukum diperbolehkannya Ta’min (Asuransi Tolong Menolong) dan
Al-Ta’Min Bi Qisth Tsabit (Asuransi dengan Pembagian Tetap) dianggap sejalan
dengan prinsip Islam sebagaimana Qs. Al-Maidah (5: 2); “dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dari pelanggaran”.
Penulis akan melakukan penelitian perjanjian asuransi syariah, isi
perjanjian asuransi syariah, implementasi perjanjian syariah dan penyelesaian
masalah terkait perjanjian syariah. Oleh karena itu penulis akan melakukan
penelitian dengan judul skripsi: “Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Klaim
Polis Perjanjian Asuransi Syariah (Studi Kasus Asuransi Prudential Surakarta)”
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang mengenai perlindungan
hukum terhadap klaim polis asuransi perjanjian asuransi syariah, maka penulis
akan melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: a)
Bagaimana isi perjanjian asuransi syariah dalam memberikan perlindungan
kepada nasabah terhadap klaim asuransi jiwa?; b) Bagaimana proses pengajuan
pada asuransi syariah terhadap klaim asuransi jiwa?; c) Bagaimana penyelesaian
masalah pada asuransi syariah terhadap klaim asuransi jiwa?
2. METODE
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif,
karena dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kaidah-kaidah hukum, asas-
asas hukum tentang perlindungan hukum terhadap klaim polis perjanjian asuransi
syariah (Muhammad, 2004). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu
untuk menggambarkan secara jelas mengenai perlindungan hukum terhadap klaim
polis perjanjian asuransi syariah.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Isi Perjanjian Asuransi Syariah Dalam Memberikan Perlindungan
Kepada Nasabah Terhadap Klaim Asuransi Jiwa
Dalam asuransi akad yang digunakan, yaitu akad tabarru’. tabarru’ yaitu semua
bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong. Akad
tabarru’merupakan akad yang mendasari asuransi syariah karena akad tersebut
harus melekat pada semua produk asuransi syariah. Setiap peserta asuransi syariah
memberikan dana tabarru’ kepada pengelola asuransi kemudian dana tersebut
akan dikumpulkan dalam satu akun tabarru’ yang terpisah dari akun dana-dana
lain yang terdapat pada asuransi syariah. Dana tabarru’ ini boleh digunakan oleh
siapa saja yang mendapatkan musibah. Sementara, asuransi syariah merupakan
lembaga professional yang mempunyai tujuan komersil, maka dana tabarru’ ini
hanya terbatas pada peserta asuransi syariah. Dalam asuransi Prudential Syariah
menggunakan Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan
kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru’
dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan,
dengan imbalan berupa ujrah (fee).
Dalam asuransi Prudential Syariah ketentuan mengenai calon peserta atau
nasabah berumur 1 sampai 70 tahun (ulang tahun berikutnya) harus sesuai dengan
Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah Pasal 2
Ayat (1) Seseorang dipandang memiliki kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum dalam hal telah mencapai umur paling rendah 18 (delapan belas) tahun
atau pernah menikah. Pasal 5 Ayat (1) Dalam hal seseorang sudah berumur 18
tahun atau pernah menikah, namun tidak cakap melakukan perbuatan hukum,
maka pihak keluarga dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk
menetapkan wali bagi yang bersangkutan.
Asuransi Prudential Syariah merupakan Ta'min/asuransi sebagaimana
dijelasakan pada Pasal 26 Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum
Ekonomi Syariah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi ta' min
untuk menerima penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
6
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari peristiwa
yang tidak pasti.
Akad daripada pengajuan klaim asuransi jiwa Prudential Syariah berupa
identitas para pihak terkait, dan kronologi terkait dengan jiwa tertanggung
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 21 Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Hukum Ekonomi Syariah, yaitu: a) ikhtiyari/sukarela; setiap akad
dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan
salah satu pihak atau pihak lain; b) amanah/menepati janji; setiap akad wajib
dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan kesepakan yang ditetapkan oleh yang
bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cidera-janji; c)
ikhtiyati/kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan dilaksanakan secara tepat dan cermat; d) Tuzum/tidak berobah; setiap akad
dilakukan dengan tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga
terhindar dari praktik spekulasi atau maisir; e) saling menguntungkan; setiap akad
dilakukan untuk memenuhi kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktik
manipulasi dan merugikan salah satu pihak; f) taswiyah/kesetaraan; para pihak
dalam setiap akad memiliki kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan
kewajiban yang seimbang; g) transparansi; setiap akad dilakukan dengan
pertanggungjawaban para pihak secara terbuka; h) kemampuan; setiap akad
dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak, sehingga tidak menjadi beban
yang berlebihan bagi yang bersangkutan; i) taisir/kemudahan; setiap akad
dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan kepada masing-masing pihak
untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan; j) itikad baik; akad
dilakukan dalam rangka menegakan kemaslahatan, tidak mengandung unsur
jebakan dan perbuatan buruk lainnya; k) sebab yang halal; tidak bertentangan
dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum dan tidak haram.
Akad daripada pengajuan klaim asuransi jiwa Prudential Syariah dengan
menggunakan prinsip wakalah bil ujrah yang dijalankan oleh sebuah perusahaan
asuransi dimana dalam pengajuan klaim asuransinya dengan system tabungan, Hal
ini seusai dengan ketenmtuan Pasal 555 Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2008
7
Tentang Hukum Ekonomi Syariah bahwa boleh dilakukan perusahaan asuransi
dan mengandung unsur tabungan. Akad daripada pengajuan klaim asuransi jiwa
Prudential Syariah merupakan objek sebagaimana dijelaskan Peraturan MA
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah Pasal 556 Objek wakalah
bil ujrah meliputi antara lain: a. kegiatan administrasi b. pengelolaan dana C.
pembayaran klaim d. dhaman ishdar/underwriting e. pengelolaan portofolio risiko;
E) pemasaran; dan f) investasi.
3.2 Proses Pengajuan Pada Asuransi Syariah Terhadap Klaim Asuransi
Jiwa
Proses pengajuan asuransi syariah terhadap klaim asuransi jiwa yang ditetapkan
oleh PT. Prudential terhadap nasabah sebagai pemegang polis didasarkan Pasal 1
angka 22 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
menyatakan, bahwa:“Pemegang Polis adalah Pihak yang mengikatkan diri
berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk
mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya, tertanggung,
atau peserta lain”.Pasal 1 angka 23 menyatakan: “Tertanggung adalah Pihak yang
menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian Asuransi atau perjanjian
reasuransi.”
Unsur premi pada asuransi syariah PT. Prudential sudah sesuai dengan
prisnip syariah yaitu terdiri dari; a) Unsur tabarru’ dan tabungan (untuk asuransi
jiwa); b) Unsur tabarru’ saja (untuk asuransi kerugian dan term insurance).Klaim
adalah suatu tuntutan atas hak, yang timbul karena evenemen yang persyaratannya
dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi. Penyebab terjadinya
klaim pada PT. Prudential.
Fasilitas yang diberikan oleh PT. Prudential atas klaim asuransi
jiwamerupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada
penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian
berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat. Perusahaan sebagai mudharib
berkewajiban untuk menyelesaikan proses klaim secara cepat, tepat dan efisien
sesuai dengan amanah yang diterimanya sebagaimana firman Allah SWT, dalam
8
QS. Al-Anfal ayat 27. Jenis-jenis kerugian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu;
kerugian seluruhnya (total loss) dan kerugian sebagian (partial loss).
3.3 Penyelesaian Masalah Pada Asuransi Syariah Terhadap Klaim Asuransi
Jiwa
Lembaga penyelesaian sengketa yang disediakan oleh PT. Prudential jika terjadi
permasalahan hukum yaitu sebagai berikut; Konsultasi adalah suatu tindakan yang
bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang
merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya
kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya. Negosiasi adalah
sutau upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses pengadilan
dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih
harmonis dan kreatif.
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
Konsiliasi merupakan penengah yang bertindak menjadi konsiliator dengan
kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima.
Penilaian ahli yaitu merupakan pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat
teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.
Arbitrase yaitu suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul
sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah
timbul sengketa (Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999)25.
Pada pasal 1 Undang-Undang No.30 Tahun 1990 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa dikatakan bahwa Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dikenal juga dengan Alternatif
penyelesaian Sengketa (APS) merupakan cara yang dapat dipergunakan dalam
menyelesaikan sengketa nonlitigasi. Mekanisme APS lazimnya melibatkan
penengah yang adil (tidak memihak) yang berperan sebagai pihak ketiga atau
pihak yang netral terhadap dua kubu yang sedang bersengketa. Menurut Takdir
9
Rahmadi, APS merupakan sebuah konsep yang melingkupi berbagai bentuk
penyelesaian sengketa selain daripada proses peradilan melalui cara-cara yang sah
menurut hukum, baik berdasarkan pendekatan konsensus maupun tidak
Penyelesaian sengketa asuransi syariah dapat dilakukan oleh beberapa
lembaga non litigasi, diantaranya yaitu; BMAI adalah sebuah badan hukum
berbentuk Perhimpunan, berasaskan Pancasila, berlandaskan Undang-Undang
Dasar 1945, melakukan kegiatan di bidang sosial didirikan oleh asosiasi-asosiasi
usaha perasuransian di Indonesia yaitu: Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
(AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Asosiasi Asuransi
Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI) yang secara resmi berdiri tanggal 12 Mei 2006
dan beroperasi pada tanggal 25 September 2006.
Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI) merupakan
lembaga independen dan imparsial yang dibentuk dengan tujuan untuk
memberikan representasi yang seimbang antara tertanggung atau pemegang polis
dan penanggung/perusahaan asuransi. Pendirian Badan Mediasi Asuransi
Indonesia (BMAI) digagas oleh industri asuransi dan semua Federasi Asosiasi
Perasuransian Indonesia (FAPI) yaitu Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
(AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Asosiasi Asuransi
Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI), serta didukung oleh pemerintah. Tujuan
pendirian Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) adalah untuk memberikan
pelayanan yang lebih profesional dan transparan yang berbasis pada kepuasan dan
perlindungan serta penegakan hak-hak tertanggung atau pemegang polis. Badan
Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) secara resmi didirikan pada tanggal 12 Mei
2006 dan mulai beroperasi pada tanggal 25 September 2006.i
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 mengatur perihal Penyelesaian
Sengketa (Bab IX) sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayatayatnya, sebagai
berikut:
“Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama. Dalam hal para pihak telah
memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.
Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
bertentangan dengan Prinsip Syariah”.
10
Berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayatayatnya di atas, tampak suatu bentuk
penyelesaian sengketa keperdataaan Perbankan Syariah dengan nasabahnya yang
berdasarkan pada kompetensi absolut Peradilan Agama. Namun, di dalam
ketentuan Pasal 55 Ayat (2) terbuka kemungkinan dilakukannya penyelesaian
sengketa sesuai kesepakatan para pihak tanpa melalui Peradilan Agama sehingga
tidak menggunakan bentuk penyelesaiannya melalui Peradilan Agama. Dengan
ditandatanganinya Akad Pembiayaan Murabahah maka telah ada suatu dasar
hukum bagi para pihak, termasuk dalam penyelesaian sengketanya jika di
kemudian hari timbul persengketaan di antara Bank Syariah dengan nasabahnya.
Dalam akad tersebut dimuat suatu klausul tertentu apakah penyelesaian sengketa
melalui Peradilan Agama (penyelesaian sengketa secara ligitasi) atau non litigasi
seperti melalui musyawarah atau arbitrase. Fathurrahman Djamil menjelaskan,
klausul ini lazimnya dinyatakan bahwa apabila terdapat perselisihan dalam
pelaksanaan perjanjian, akan terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah dan
mufakat. Apabila tidak tercapai kesepakatan dalam musyawarah maka
sengketanya akan diselesaikan melalui arbitrase, atau badan peradilan.1
Dalam penyelesaian sengketa perdata antara Bank Syariah dengan
nasabahnya terdapat kecenderungan mengenyampingkan penyelesaian sengketa
melalui peradilan agama maupun melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional
(Basyarnas), melainkan sesuai dengan bentuk-bentuk penyelesaian berdasarkan Isi
Akad Pembiayaan Murabahah.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Isi Perjanjian Asuransi Syariah Dalam Memberikan Perlindungan Kepada
Nasabah Terhadap Klaim Asuransi Jiwa
Dalam asuransi Prudential Syariah menggunakan Akad Wakalah bil Ujrah adalah
Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta
untuk mengelola Dana Tabarru’ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa
1
Faturrahman Djamil, 2012, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalaha Di Bank Syariah,
Jakarta:Sinar Grafika, hal. 33.
11
atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee). Dalam
asuransi Prudential Syariah ketentuan mengenai calon peserta atau nasabah
berumur 1 sampai 70 tahun (ulang tahun berikutnya) harus sesuai dengan
Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah Pasal 2
Ayat (1) Seseorang dipandang memiliki kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum dalam hal telah mencapai umur paling rendah 18 (delapan belas) tahun
atau pernah menikah. Pasal 5 Ayat (1). Asuransi Prudential Syariah merupakan
Ta'min/asuransi sebagaimana dijelasakan pada Pasal 26 Peraturan MA Nomor 2
Tahun 2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah. Akad daripada pengajuan klaim
asuransi jiwa Prudential Syariah berupa identitas para pihak terkait, dan kronologi
terkait dengan jiwa tertanggung sebagaimana dijelaskan pada Pasal 21 Peraturan
MA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Hukum Ekonomi Syariah.
4.1.2 Proses Pengajuan Pada Asuransi Syariah Terhadap Klaim Asuransi Jiwa
Prosedur penyelesaian klaim pada asuransi syariah PT. Prudential berdasarkan
ketentuan syariah baik tabarru’ dan tabungan atau salah satunya yaitu sebagai
berikut: a) Pemberitahuan Klaim; b) Bukti Klaim Kerugian; c) Penyelidikan; d)
Penyelesaian Klaim. Proses pengajuan asuransi syariah terhadap klaim asuransi
jiwa yang ditetapkan oleh PT. Prudential terhadap nasabah sebagai pemegang
polis didasarkan Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian menyatakan, bahwa:“Pemegang Polis adalah Pihak yang
mengikatkan diri berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk
mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya, tertanggung,
atau peserta lain”.Pasal 1 angka 23 menyatakan: “Tertanggung adalah Pihak yang
menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian Asuransi atau perjanjian
reasuransi.” Unsur premi pada asuransi syariah PT. Prudential sudah sesuai
dengan prisnip syariah yaitu terdiri dari; a) Unsur tabarru’ dan tabungan (untuk
asuransi jiwa); b) Unsur tabarru’ saja (untuk asuransi kerugian dan term
insurance).Klaim adalah suatu tuntutan atas hak, yang timbul karena evenemen
yang persyaratannya dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi.
Penyebab terjadinya klaim pada PT. Prudential.
12
4.1.3 Penyelesaian Masalah Pada Asuransi Syariah Terhadap Klaim Asuransi
Jiwa
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dikenal juga dengan Alternatif
penyelesaian Sengketa (APS) merupakan cara yang dapat dipergunakan dalam
menyelesaikan sengketa nonlitigasi. Penyelesaian sengketa asuransi syariah dapat
dilakukan oleh beberapa lembaga non litigasi, diantaranya yaitu; BMAI adalah
sebuah badan hukum berbentuk Perhimpunan, berasaskan Pancasila, berlandaskan
Undang-Undang Dasar 1945, melakukan kegiatan di bidang sosial didirikan oleh
asosiasi-asosiasi usaha perasuransian di Indonesia. Badan Mediasi dan Arbitrase
Asuransi Indonesia (BMAI) merupakan lembaga independen dan imparsial yang
dibentuk dengan tujuan untuk memberikan representasi yang seimbang antara
tertanggung atau pemegang polis dan penanggung/perusahaan asuransi. Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 mengatur perihal Penyelesaian Sengketa (Bab IX)
sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayatayatnya.
4.2 Saran
Untuk asuransi, diharapkan kedepannya puihak asuransi memberikan penjelasan
kepada nasabah agar lebih memudahkan proses pengajuan nasabah. Untuk
nasabah, diharapkan membaca lebih detail mengenai asuransi yang ditawarkan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, AM. Hasan. (2003). Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga
Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djamil, Faturrahman. (2012). Penyelesaian Pembiayaan Bermasalaha Di Bank
Syariah. Jakarta:Sinar Grafika.
Haroen, Nasrun. (2007). Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hasan, M. Ali. (2003). Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Hraun, Nasrun. (2007). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Gaya Media Pratama.
Muhaimin, Iqbal. (2005). Asuransi Umum Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press.
Muhammad, Abdulkadir. (2004). Hukum dan Penelitian Hukum. Cet. 1, Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
13
Mustafa, Hasan. (2003). Teknik Sampling. Bandung: Alfabeta.
Purba, Radiks. (1997). Mengenai Asuransi Angkutan Darat dan Udara. Jakarta:
Djambatan.
Sohari, Ru’fah. (2014). Fiqh Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suhendi, Hendi dan Yusuf, Deni K. (2005). Asuransi Takaful dari Teoritis Ke
Praktik. Bandung: Mimbar Pustaka.
Thohari, Fuadh. (2011). Menyoal Asuransi Konvensional Versus Asuransi
Syariah. Al-Iqtishad, Vol. II, No. 2, Juli 2011.