analisis perilaku konsumen sayuran organik (studi … · analisis perilaku konsumen sayuran organik...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIK (Studi Kasus: Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat)
SKRIPSI
THEREZIA AIRINE H34061050
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
RINGKASAN
THEREZIA AIRINE. Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus: Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan IMAN FIRMANSYAH).
Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mendapat perhatian besar masyarakat di negara maju maupun negara berkembang seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih mementingkan kualitas kesehatan baik kesehatan manusia maupun kesehatan lingkungan. Pertanian non-organik yang merupakan cara manusia memperoleh sayuran untuk dikonsumsi dianggap tidak aman bagi kesehatan. Pergeseran pola hidup masyarakat yang lebih mementingkan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia maupun kesehatan lingkungan ini merupakan peluang yang merupakan potensi pasar yang perlu dicermati secara mendalam.
Sayuran organik merupakan produk yang baru dan belum dikenal oleh masyarakat luas. Giant Botani Square merupakan ritel modern di Bogor yang belum lama dalam menjual sayuran organik yang aman dan segar untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, Giant Botani Square perlu mengetahui dan memahami perilaku konsumen sayuran organik yang sekarang maupun konsumen yang potensial di masa yang akan datang. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik konsumen sayur organik di Giant Botani Square, (2) mengidentifikasi dan menganalisis proses keputusan pembelian, (3) mengidentifikasi dan menganalisis kepuasan konsumen sayur organik di Giant Botani Square, dan (4) memberikan implikasi strategi yang dapat diakukan Giant Botani Square untuk meningkatkan penjualan sayuran organik.
Indonesia memiliki modal dasar yang luar biasa besarnya yang diperlukan untuk mengembangkan pertanian organik, salah satu daerah yang berpotensi adalah Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Pulau Jawa. Kota Bogor merupakan kota yang memiliki jumlah pengeluaran rata-rata per kapita sebulan pada tahun 2008 paling besar dibanding kota lainnya yang ada di Jawa Barat. Pengeluaran tersebut mencakup pengeluaran bukan makanan dan pengeluaran makanan. Hal ini dapat menjadi salah satu peluang bagi produsen dalam memasarkan produk organik.
Penelitian dilaksanakan di Giant Botani Square, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan alasan Giant Botani Square merupakan daerah yang strategis dan merupakan ritel modern yang belum lama dalam memasarkan sayuran organik. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret hingga April 2010. Responden penelitian adalah konsumen yang membeli dan mengkonsumsi sayur organik di Giant Botani Square sebanyak 50 responden. Penelitian ini menggunakan alat analisis tabulasi deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).
Mayoritas konsumen sayur organik adalah wanita yang sudah menikah, berusia 2534 tahun, memiliki jumlah anggota keluarga 35 orang, berpendidikan sarjana (S1) dengan pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga, dengan tingkat pengeluaran lebih dari Rp 100.000,- per bulan. Proses keputusan
pembelian yang dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan, menunjukkan bahwa sebagian besar alasan responden mengkonsumsi sayur organik adalah baik untuk kesehatan dengan frekuensi pembelian sebanyak 34 kali per bulan dan jumlah sayuran yang dikonsumsi sebanyak 34 jenis sayuran organik per bulan. Pada tahap pencarian informasi, sebagian besar responden memperoleh informasi pertama kali melalui media cetak, seperti majalah, koran, tabloid, dan lain-lain. Tahap evaluasi alternatif menunjukkan bahwa alasan responden memilih belanja di Giant Botani Square dikarenakan kenyamanan yang dirasakan saat berbelanja, dengan atribut sayuran organik yang paling dipertimbangkan adalah bebas pestisida. Tahap proses pembelian menunjukkan bahwa sebagian besar cara responden memutuskan berbelanja adalah selalu merencanakan terlebih dahulu dan jenis sayuran yang paling dominan adalah sayuran dedaunan, seperti bayam dan lainnya. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah merasa puas dengan pembelian sayur organik di Giant Botani Square karena lebih enak, lebih segar dan tahan lama.
Hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut prioritas utama yang harus diperbaiki kinerjanya adalah keragaman jenis dan ketersediaan sayuran organik, karena memiliki kinerja yang rendah. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah kualitas karena memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang baik dan atribut yang berlebihan kinerjanya adalah harga dan kemasan sayuran organik karena memiliki kinerja yang berlebihan. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI) konsumen sayuran organik di Giant Botani Square menunjukkan bahwa secara keseluruhan indeks kepuasan konsumen pada atribut sayuran organik yang dianalisis adalah puas.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah diharapkan pihak manajemen Giant Botani Square dapat lebih konsentrasi untuk memperbaiki atribut pada kuadran pertama dan mempertahankan atribut yang kinerjanya sudah baik. Selain itu, Giant Botani Square harus melakukan promosi sayur organik untuk memperkenalkan sayur organik kepada masyarakat. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan analisis perilaku konsumen pada produk yang sama dengan menekankan pada aspek promosi ketika promosi telah dilakukan oleh Giant Botani Square.
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIK (Studi Kasus: Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat)
THEREZIA AIRINE H34061050
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi
Kasus: Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat)
Nama : Therezia Airine
NIM : H34061050
Disetujui, Pembimbing
Drs. Iman Firmansyah, Msi
NIP. 19620301 198803 1 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Perilaku
Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus: Giant Botani Square, Kota Bogor,
Jawa Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2010
Therezia Airine
H34061050
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 29 Mei 1989. Penulis adalah
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Alexander dan Alm. Ibunda
Leniwaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD YPPI (Yayasan Pendidikan
Persada Indah) Tualang Perawang pada tahun 2000 dan pendidikan menengah
pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP YPPI Perawang. Pendidikan
lanjutan menengah atas di SMAN 1 Tualang Perawang dan diselesaikan pada
tahun 2006.
Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah
(BUD) dari Kabupaten Siak, Provinsi Riau pada tahun 2006.
Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif pada kegiatan organisasi
kemahasiswaan KMB (Keluarga Mahasiswa Buddhis), IKPMR (Ikatan Keluarga
Pelajar dan Mahasiswa Riau) Bogor dan kepanitiaan lain yang selenggarakan oleh
Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Departemen Agribisnis pada periode
2007-2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus: Giant Botani Square, Kota
Bogor, Jawa Barat)
Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik, proses keputusan
pembelian serta kepuasan konsumen terhadap pembelian sayuran organik di Giant
Botani Square.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2010
Therezia Airine
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Drs. Iman Firmansyah, Msi selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Eva Yolynda Aviny, SP, MM dan Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen
penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan masukan selama menjalani perkuliahan di
Departemen Agribisnis beserta seluruh dosen dan staf Departemen
Agribisnis.
4. Orangtua (Alexander dan Alm. Leniwaty), Warsinah, Harsono, Edi Gunawan,
Indah, Yensen Hartanto, dan Firmansyah atas cinta, kasih sayang, perhatian
dan motivasi mereka sehingga saya bisa berada sampai saat ini dan
menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang
terbaik.
5. Pihak Hero (Bapak Untung Kartika) dan pihak Giant Botani Square (Bapak
Tajudin dan Bapak Sutisna beserta staf-staf) atas waktu, kesempatan,
informasi, dan dukungan yang diberikan.
6. Teman-teman KMB (Keluarga Mahasiswa Buddhis) atas dukungan dan
kebersamaannya selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan BUD Siak dan teman-teman Agribisnis angkatan
43 beserta teman-teman di Riau atas semangat dan sharing selama penelitian
hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Mei 2010
Therezia Airine
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah . ........................................................ 5 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................. 6 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................... 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 7 1.6. Keterbatasan Penelitian ................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran .............................................. 8 2.2. Pertanian Organik ............................................................ 9
2.2.1. Definisi Pertanian Organik .................................... 9 2.2.2. Prinsip-prinsip Pertanian Organik ......................... 9 2.2.3. Tujuan Pertanian Organik ...................................... 10 2.2.4. Kegunaan Pertanian Organik ................................. 11 2.2.5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian Organik.................................................................... 12
2.3. Penelitian Terdahulu ......................................................... 13
III. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN ............................ 18 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................... 18
3.1.1. Teori Permintaan ................................................... 18 3.1.2. Definisi Konsumen ................................................ 19 3.1.3. Definisi Perilaku Konsumen .................................. 19 3.1.4. Karakteristik Konsumen ........................................ 20 3.1.5. Atribut Produk ....................................................... 21 3.1.6. Proses Keputusan Konsumen ................................ 21 3.1.7. Konsep Kepuasan Konsumen ................................ 26 3.1.8. Bauran Pemasaran ................................................. 27 3.1.9. Alat Analisis Perilaku Konsumen ......................... 29
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 31
IV. METODE PENELITIAN ......................................................... 34 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 34 4.2. Metode Pengambilan Sampel .......................................... 34 4.3. Jenis dan Sumber Data .................................................... 35 4.4. Metode Pengumpulan Data ............................................. 37 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................ 38
4.5.1. Uji Reliabilitas ..................................................... 38
4.5.2. Uji Validitas ......................................................... 39 4.5.3. Analisis Deskriptif ................................................ 41 4.5.4. Importance Performance Analysis (IPA) ............. 41 4.5.5. Customer Satisfaction Index (CSI) ........................ 43
4.6 Definisi Operasional ........................................................ 44
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 46 5.1. Gambaran Umum Perusahaan ......................................... 46 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............... 46 5.1.2. Visi, Misi, dan Falsafah Perusahaan ..................... 48 5.1.3. Fungsi Sosial dan Ekonomi Perusahaan ............... 49 5.1.4. Giant Botani Square ............................................. 50 5.1.5. Struktur Organisasi Giant Botani Square ............. 51
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 54 6.1. Karakteristik Umum Responden Sayuran Organik ......... 54 6.1.1. Profil Responden Berdasarkan Usia ..................... 54 6.1.2. Profil Responden Berdasarkan Status .................. 56 6.1.3. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ............................................................... 56 6.1.4. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ................................................................ 58 6.1.5. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ............ 59 6.1.6. Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran Konsumsi Sayuran Organik .................................. 60 6.2. Proses Keputusan Pembelian Sayuran Organik ............... 61 6.2.1. Pengenalan Kebutuhan ......................................... 61 6.2.2. Pencarian Informasi .............................................. 65 6.2.3. Evaluasi Alternatif ................................................ 66 6.2.4. Proses Pembelian .................................................. 69 6.2.5. Evaluasi Pasca Pembelian .................................... 71 6.3. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Sayuran Organik 72 6.3.1. Keragaman Jenis Sayuran Organik ...................... 72 6.3.2. Kualitas Sayuran Organik ..................................... 73 6.3.3. Harga Sayuran Organik ........................................ 74 6.3.4. Kemasan Sayuran Organik ................................... 75 6.3.5. Ketersediaan Sayuran Organik ............................. 76 6.4. Diagram Kartesius Kepentingan dan Kinerja Atribut Sayur Organik .................................................................. 77 6.4.1. Kuadran Prioritas Utama ...................................... 79 6.4.2. Kuadran Pertahankan Prestasi .............................. 80 6.4.3. Kuadran Prioritas Rendah ..................................... 81 6.4.4. Kuadran Berlebihan .............................................. 81 6.5. Customer Satisfaction Index (CSI) .................................. 82 6.6. Implikasi Strategi Pemasaran .......................................... 83 6.6.1. Produk ................................................................... 84 6.6.2. Harga .................................................................... 85 6.6.3. Tempat .................................................................. 85
6.6.4. Promosi ................................................................. 86
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 88 7.1. Kesimpulan ...................................................................... 88 7.2. Saran ............................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 91
LAMPIRAN ........................................................................................... 93
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Penduduk di Pulau Jawa Tahun 2006-2008 .................. 3
2. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Tertinggi Sebulan di Jawa Barat Tahun 2008 ...................................................................... 3
3. Jumlah Pengunjung Giant Botani Square yang Melakukan
Transaksi ................................................................................... 5
4. Skor pada Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan ........ 42
5. Gerai-gerai PT. Hero Supermarket Tbk. September 2007 ......... 47
6. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ....................................... 55
7. Sebaran Responden Berdasarkan Status .................................... 56
8. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga .... 57
9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 58
10. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan .............................. 59
11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran Konsumsi Sayuran Organik Per Bulan ........................................................ 60
12. Alasan Responden Mengkonsumsi Sayuran Organik ................ 62
13. Sebaran Frekuensi Pembelian Sayuran Organik di Giant Botani Square ......................................................................................... 63
14. Sebaran Jumlah Sayuran Organik yang dibeli Setiap Satu Kali Pembelian di Giant Botani Square ............................................. 64
15. Sebaran Sumber Informasi yang Diperoleh Konsumen ............. 65
16. Sebaran Hal-hal yang Menjadi Pertimbangan Responden Membeli Sayuran Organik di Giant Botani Square .................... 67
17. Sebaran Atribut yang Dipertimbangkan Responden dalam Membeli Sayuran Organik ......................................................... 68
18. Sebaran Responden Berdasarkan Cara Memutuskan Berbelanja Sayuran Organik di Giant Botani Square ................................... 69
19. Sebaran Jenis Sayuran Organik yang Dikonsumsi Responden .. 70
20. Sebaran Kepuasan Responden Setelah Membeli Sayuran Organik di Giant Botani Square ............................................................... 71
21. Keragaman Jenis Sayuran Organik yang Tersedia ..................... 73
22. Kualitas Sayuran Organik di Giant Botani Square ..................... 74
23. Harga Sayur Organik di Giant Botani Square ............................ 75
24. Kemasan Sayur Organik di Giant Botani Square ....................... 76
25. Ketersediaan Sayuran Organik di Giant Botani Square ............. 77
26. Perhitungan Rata-rata dari Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Sayuran Organik di Giant Botani Square 78
27. Perhitungan Customer Satisfaction Index .................................. 82
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 33
2. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Pelaksanaan Atribut Produk ............................................................................ 43
3. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Sayuran Organik di Giant Botani Square ................................................. 78
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jumlah Penjualan Sayur Organik di Giant Botani Square Tahun 2010 ............................................................................................ 93
2. Hasil Output Uji Reliabilitas dan Uji Validitas .......................... 94
3. Struktur Organisasi Giant Botani Square ................................... 100
4. Gambar Sayuran Organik yang Dijual di Giant Botani Square 101
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang
mendapat perhatian besar masyarakat di negara maju maupun negara berkembang
seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih mementingkan
kualitas kesehatan baik kesehatan manusia maupun kesehatan lingkungan.
Pertanian non-organik yang merupakan cara manusia memperoleh sayuran untuk
dikonsumsi dianggap tidak aman bagi kesehatan. Pergeseran pola hidup
masyarakat yang lebih mementingkan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia
maupun kesehatan lingkungan ini merupakan peluang yang merupakan potensi
pasar yang perlu dicermati secara mendalam. Banyak negara di dunia mulai
menekuni pertanian organik karena potensi besar yang terdapat pada pertanian
organik ini.
Memasuki abad 21 ini, gaya hidup sehat dengan slogan Back to
Nature telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang makin menyadari
bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida
kimia sintetis serta hormon pertumbuhan dalam produksi pertanian ternyata
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Gaya hidup
yang demikian ini telah mengalami pelembagaan secara internasional yang
diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan
bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi (food safety
attributes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) serta ramah
lingkungan (eco-labelling attributes). (Maporina, 2005).
Media Organik Inggris memberitakan bahwa pedagang yang menjual
makanan organik di Asia meningkat 20% setiap tahunnya. Angka ini tidaklah
mengejutkan mengingat begitu banyaknya tulisan tentang krisis keamanan pangan
yang menyerang konsumen setiap harinya termasuk tentang ikan
terkontaminasi, kandungan listeria di dalam es krim dan residu pestisida yang
tinggi pada sayuran. Supermarket Wal-Mart dan Carrefour adalah dua pusat
perbelanjaan yang mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan produk
2
organik tersebut. Supermarket Wal-Mart di Beijing menyatakan penjualan sayur
organik meningkat tajam menjadi 88% dalam kurun waktu 12 bulan sejak bulan
November 2006 dari penjualan terakhir tahun 2005-2006 sebesar 13.6%.
Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika
yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat
yang menghormati alam, maka Indonesia memiliki modal dasar yang luar biasa
besarnya yang diperlukan untuk mengembangkan pertanian organik. Oleh karena
itu, diperlukan upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi
keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar kita rebut
untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Pengakuan akan pentingnya
pengembangan pertanian organik di Indonesia telah dituangkan dalam Revitalisasi
Pembangunan Pertanian yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada bulan Agustus 2005. Salah satu rencana pengembangan
pertanian organik ini adalah pencanangan target Go Organic pada tahun 2010
untuk memproduksi aneka bahan pangan dalam jumlah besar dan jangka panjang
serta menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
Pertanian organik merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan oleh
petani-petani kecil Indonesia untuk memperoleh cukup pangan di tingkat rumah
tangga sekaligus memperbaiki kualitas tanah, memperbaiki keanekaragaman
hayati dan memberikan pangan berkualitas kepada masyarakat kecil di sekitarnya.
Manfaat pertanian organik telah diperlihatkan dengan sistem pertanian organik
yang terintegrasi, ekonomis, ramah lingkungan dan meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Volume perdagangan produk organik di Indonesia masih rendah. Padahal,
Indonesia memiliki potensi lahan pertanian yang sangat luas sekitar 107 juta
hektar pada tahun 2009 dan potensi bahan baku untuk pupuk organik dalam
jumlah yang sangat besar, antara lain bersumber dari limbah pertanian, limbah
industri, limbah peternakan, sampah kota, dan rumah tangga. Hasil penelitian
Puslittanah tentang status C-organik lahan sawah di Indonesia, terutama di daerah
Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan, NTB, dan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa potensi kebutuhan
3
pupuk organik yang sangat besar. Hasil ini mengindikasikan bahwa potensi lahan
pertanian di Indonesia sangat besar untuk digunakan dalam pengembangan produk
organik.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Provinsi Jawa Barat
merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Pulau Jawa. Selain
itu, jumlah penduduk di Jawa Barat terus meningkat dari tahun 2006 hingga tahun
2008 (Tabel 1). Adanya potensi kebutuhan akan pupuk organik yang sangat besar
menunjukkan potensi pengembangan produk organik di Jawa Barat juga sangat
besar.
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Pulau Jawa Tahun 2006-2008 Provinsi Jumlah Penduduk (Ribu)
2006 2007 2008
DKI Jakarta 8.963 8.814 8.873
Jawa Barat 39.649 40.446 41.146
Jawa Tengah 32.179 32.119 32.235
DI Yogyakarta 3.389 3.343 3.376
Jawa Timur 36.592 35.843 35.990
Banten 9.224 9.836 10.107
Sumber: BPS Jawa Barat (2009)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jawa Barat menunjukkan bahwa
Kota Bogor merupakan kota yang memiliki jumlah pengeluaran rata-rata per
kapita sebulan pada tahun 2008 paling besar dibanding kota lainnya yang ada di
Jawa Barat (Tabel 2). Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan mencakup
pengeluaran bukan makanan dan pengeluaran untuk makanan. Hal ini dapat
menjadi salah satu peluang bagi produsen dalam memasarkan produk organik.
Tabel 2. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Tertinggi Sebulan di Jawa Barat Tahun 2008
Kota Jumlah
Pengeluaran
Kota Jumlah
Pengeluaran
Kota Jumlah
Pengeluaran
Bogor 662.607 Depok 607.879 Cirebon 440.316
Cimahi 543.106 Sukabumi 500.162 Bekasi 589.906
Bandung 547.755 Tasikmalaya 381.741 Banjar 338.153
Sumber: BPS Jawa Barat (2009)
4
Beberapa produk tanaman organik seperti beras dan sayuran organik mulai
muncul di berbagai pasar swalayan di kota-kota besar, bahkan beberapa produk
organik seperti kopi organik mulai diekspor. Pada beberapa kota besar, termasuk
diantaranya Kota Bogor telah merebak berbagai produk pangan organik, seperti
beras dan sayuran organik untuk memenuhi pangsa pasar domestik, dengan
sasaran konsumen kelas menengah ke atas. Sayuran organik merupakan sumber
pangan yang mengandung vitamin, protein, mineral, serat, karbohidrat, dan air
yang sangat berguna bagi tubuh serta tidak mengandung senyawa beracun yang
dapat mengganggu kesehatan manusia. Adanya kesadaran masyarakat akan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida maupun pupuk kimia dan
munculnya gaya hidup sehat masyarakat menyebabkan masyarakat mengubah
pola konsumsi mereka dari mengkonsumsi sayuran konvensional menjadi sayuran
organik. Hal ini akan meningkatkan peluang pemasaran sayuran organik.
Umumnya sayuran organik tersedia dan dijual pada ritel-ritel modern. Hal
ini dikarenakan sayuran organik merupakan sayuran yang berkualitas tinggi dan
mahal sehingga cenderung tersedia di ritel-ritel modern atau tempat-tempat
tertentu. Selain itu, keamanan dan kesegaran sayuran organik yang lebih terjamin
melalui kemasan pada produknya. Adanya perubahan pola konsumsi masyarakat
dari sayuran anorganik menjadi sayuran organik merupakan sebuah peluang bagi
ritel-ritel modern untuk menjual sayuran organik yang aman dan sehat untuk
dikonsumsi.
Giant Botani Square adalah salah satu ritel modern yang berada di Kota
Bogor dan terletak di Jalan Raya Pajajaran. Giant Botani Square merupakan
tempat yang strategis karena berada di pusat Kota Bogor dan dekat dengan jalan
tol, sehingga memiliki jumlah pengunjung yang tinggi, yaitu berkisar antara 2957-
9055 orang yang melakukan transaksi setiap harinya pada bulan Januari hingga
Maret 2010 (Tabel 3). Jumlah pengunjung tersebut akan menurun pada hari kerja
yaitu Senin hingga Kamis dan meningkat lagi pada hari libur yaitu Jumat, Sabtu,
dan Minggu. Pengunjung Giant Botani Square berasal dari berbagai kalangan,
masyarakat yaitu kalangan atas, menengah, dan bawah sehingga dapat mewakili
perilaku konsumen secara keseluruhan.
5
Tabel 3. Jumlah Pengunjung Giant Botani Square yang Melakukan Transaksi
Bulan
2010
Januari (Orang) Februari (Orang) Maret (Orang)
Jumlah Pengunjung 145.640 155.184 152.974 Sumber: Giant Botani Square, 2010 (diolah)
1.2. Perumusan Masalah
Sayuran organik merupakan produk yang belum lama dan dikenal oleh
masyarakat luas. Oleh karena itu, setiap produsen yang ingin menjual maupun
memasarkan sayuran organik perlu memperkenalkan produk mereka kepada
masyarakat agar masyarakat dapat mengenali kebutuhan mereka akan sayuran
organik sebagai produk pangan pelengkap makanan pokok yang aman dan sehat
untuk dikonsumsi serta manfaat yang dapat diperoleh dari mengkonsumsi sayuran
organik.
Potensi pasar untuk produk apa pun, termasuk sayuran organik sama
dengan jumlah orang yang menginginkan atau membutuhkannya dan juga
memiliki sumber daya yang diperlukan untuk membelinya (Engel et al., 1995).
Dapat dikatakan bahwa setiap produsen sayuran organik perlu memahami
bagaimana perilaku dari konsumen sayuran organik.
Giant Botani Square merupakan ritel modern di Bogor yang belum lama
dalam menjual sayuran organik yang aman dan segar untuk dikonsumsi. Hal ini
dapat dilihat pada jumlah dan jenis sayuran organik yang dijual oleh Giant Botani
Square yang masih sedikit bahkan terdapat beberapa jenis sayuran organik yang
mengalami penurunan penjualan dari bulan Januari hingga Maret 2010 (Lampiran
1). Oleh karena itu, Giant Botani Square perlu mengetahui dan memahami
perilaku konsumen sayuran organik yang sekarang maupun konsumen yang
potensial di masa yang akan datang yang mencakup karakteristik konsumen,
proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen terhadap pembelian sayuran
organik di Giant Botani Square agar pihak Giant Botani Square dapat menyusun
strategi pemasaran yang dapat meningkatkan penjualan sayuran organik.
6
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dari penelitian ini yang
menarik untuk diteliti adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana karakteristik konsumen sayuran organik di Giant Botani Square ?
2) Bagaimana proses keputusan pembelian sayuran organik di Giant Botani
Square ?
3) Bagaimana kepuasan konsumen sayuran organik di Giant Botani Square ?
4) Implikasi strategi apa yang dapat meningkatkan penjualan sayuran organik di
Giant Botani Square ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen sayuran organik di Giant Botani
Square.
2) Mengidentifikasi dan menganalisis proses keputusan pembelian sayuran
organik di Giant Botani Square.
3) Mengidentifikasi dan menganalisis kepuasan konsumen sayuran organik di
Giant Botani Square.
4) Memberikan implikasi strategi yang dapat dilakukan Giant Botani Square
untuk meningkatkan penjualan sayuran organik.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1) Giant Botani Square, sebagai bahan rekomendasi informasi dan berbagai
pertimbangan bagi perusahaan dalam menjual sayuran organik melalui
perencanaan pemasaran serta perumusan strategi pemasaran agar dapat
meningkatkan penjualan sayuran organik.
2) Penulis, sebagai wadah untuk melatih kemampuan dalam mengidentifikasi
dan menganalisis perilaku konsumen, yaitu karakteristik, proses keputusan
pembelian serta kepuasan konsumen sayuran organik dan mengaplikasikan
konsep-konsep dari ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan.
7
3) Pembaca, sebagai bahan informasi mengenai karakteristik konsumen, proses
keputusan pembelian serta kepuasan konsumen pada sayuran organik serta
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup:
1. Produk yang diteliti yaitu hanya kelompok komoditas sayuran organik, yaitu
kelompok dedaunan, umbi-umbian, dan kacang-kacangan.
2. Konsumen yang dijadikan sebagai responden merupakan konsumen dengan
jenis kelamin wanita, berusia 1565 tahun dan pernah mengkonsumsi sayuran
organik minimal satu kali dalam satu bulan terakhir. Jumlah responden yang
diambil sebanyak 50 orang.
3. Penelitian ini difokuskan pada identifikasi karakteristik konsumen secara
kualitatif, analisis proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen
terhadap sayuran organik di Giant Botani Square, Bogor. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen Giant Botani Square
terhadap rekomendasi alternatif strategi pemasaran selanjutnya.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan yang dialami peneliti dalam melaksanakan
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan pada aspek waktu, tenaga dan dana penelitian sehingga
penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup yang telah ditetapkan.
2. Keterbatasan pada aspek konsumen sayuran organik, dimana konsumen
sayuran organik masih sedikit walaupun sampai saat ini masih meningkat.
Hal ini disebabkan karena harga sayuran organik yang mahal dibanding
sayuran anorganik, sehingga tidak semua kalangan mampu
mengkonsumsinya, terutama kalangan bawah.
3. Kesulitan dalam memperoleh data perusahaan, yaitu data tahun sebelumnya
yang telah di close tidak dapat dibuka lagi sehingga data hanya terbatas pada
tahun 2010.
8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Jenis Sayuran
Sayuran dapat diartikan sebagai salah satu jenis komoditas hortikultura
disamping buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat yang umumnya
dimanfaatkan sebagai bahan pangan pelengkap dari menu makan keseharian
dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Sayur-sayuran dapat dibedakan
atas : daun (kangkung, katuk, sawi, bayam), bunga (kembang turi, brokoli,
kembang kol), buah (terong, cabe, paprika, labu, ketimun, tomat), batang muda
(kapri muda, jagung muda, kacang panjang, buncis, semi/baby corn), batang muda
(asparagus, rebung, jamur), akar (bit, lobak, wortel), serta sayuran umbi (kentang,
bawang bombay, bawang merah).
Sayuran sendiri umumnya memiliki ciri-ciri : (1) Dipanen dan
dimanfaatkan dalam keadaan segar sehingga bersifat mudah rusak, (2) Komponen
utama ditentukan oleh kandungan air bukan kandungan bahan kering seperti
tanaman agronomi seperti jagung, dan tanaman perkebunan, (3) Produk bersifat
meruah (voluminous) sehingga susah dan mahal diangkut, (4) Harga sayuran
sendiri ditentukan oleh mutunya (Putra, 2006). Ciri-ciri inilah yang membedakan
sayuran dengan komoditas lainnya dan menunjukkan bahwa sayuran merupakan
komoditas yang tidak mudah untuk dipasarkan.
Sayuran dapat dibedakan berdasarkan tempat tumbuhnya, kebiasaan
tumbuh, dan bentuk yang dikonsumsi. Sayuran dapat tumbuh pada daerah dataran
rendah, tinggi, dan ada pula yang mampu hidup di kedua tempat tersebut. Bawang
merah, jagung, dan timun merupakan jenis sayuran dataran rendah, sedangkan
sayuran dataran tinggi antara lain kentang, kubis, lobak, dan untuk sayuran yang
hidup pada keduanya adalah tomat, cabai, dan kangkung.
Berdasarkan kebiasaan tumbuh, sayuran dibedakan pada sayuran semusim
dan tahunan. Sayuran semusim adalah wortel, kubis, kentang, bayam, tomat, dan
lainnya, sedangkan sayuran tahunan adalah petai, melinjo, dan kangkung air.
Berdasarkan bentuk yang dikonsumsi, sayuran dibedakan atas sayuran buah, daun,
umbi, bunga, dan rebung.
9
2.2. Pertanian Organik
Pertanian organik yang semakin banyak berkembang pada saat ini
termasuk di Indonesia menunjukkan adanya kesadaran dari petani dan berbagai
pihak yang bergerak dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan
keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau yang memberikan banyak bahan kimia
dalam kegiatan pertanian yang menimbulkan masalah terhadap lingkungan,
terutama lingkungan pertanian semakin hancur dan tidak lestari. Hal ini terlihat
dari semakin banyaknya lahan yang pada awalnya subur menjadi lahan kritis.
Pertanian organik merupakan salah satu solusi alternatif dalam penanggulangan
permasalahan yang ditimbulkan selama ini (Armidin, 2007).
2.2.1. Definisi Pertanian Organik
Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi
pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agri-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan
dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Menurut Pracaya (2003),
pertanian organik adalah pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan
hutan, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara alamiah atau
sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia anorganik (dapat berupa
pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya) tetapi menggunakan
bahan organik.
2.2.2. Prinsip-prinsip Pertanian Organik
Pertanian organik memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya.
Prinsip-prinsip pertanian organik menurut Putra (2006), antara lain :
1) Murah dan Aman
Prinsip ini menggambarkan kegiatan pertanian organik yang dimulai dari
pengolahan lahan secara minimal atau dikenal dengan minimum tillage, yang
menghemat tenaga sehingga mengurangi biaya tenaga kerja. Saat masa
penanaman dan pemeliharaan mengarah kepada sistem tumpang sari dengan
pemeliharaan yang fokus ke tanah bukan tanamannya. Hal ini menunjukkan
pertanian organik menolak penggunaan pupuk buatan.
10
2) Mandiri dan Spesifik Lokal
Pengembangan prinsip lokal dimaksudkan pada penggunaan benih atau bibit
asli daerah asal (lokal) akan tumbuh dan berkembang cepat karena lebih mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, dengan penggunaan bibit atau
benih lokal petani dapat mandiri tidak lagi bergantung pada pemasok.
3) Lestari dan Berkelanjutan
Pertanian organik tidak boleh menimbulkan kerusakan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Pertanian cara ini harus mampu menjamin
munculnya kehidupan seperti sumber air yang meningkat, udara segar, sehingga
kelestarian alam tetap terjaga hingga generasi selanjutnya.
4) Hidup dan Ekonomis
Pertanian organik harus menguntungkan dan ekonomis, segala informasi
dimanfaatkan untuk membuat perencanaan usaha, pemilihan metode dan analisis
untung ruginya. Setiap tanaman yang diproduksi harus dapat diketahui biaya
produksinya, sehingga petani dapat memperhitungkan tingkat keuntungan dengan
harga yang tidak memberatkan.
2.2.3. Tujuan Pertanian Organik
Tujuan utama dilaksanakan pertanian organik adalah untuk menjaga
lingkungan alam di sekitar pertanian agar tetap lestari sehingga menciptakan
kehidupan yang berkelanjutan dengan mengurangi kerusakan dan polusi di udara,
air, dan tanah. Adapun tujuan pertanian organik menurut IFOAM, 2006 (Rendy,
2009) yang ingin dicapai adalah :
1) Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi dan jumlah yang
cukup.
2) Melatih kesabaran dan kesadaran diri dalam menjalankan atau melaksanakan
kegiatan pertanian organik.
3) Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang
mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.
4) Memulihkan dan menyuburkan tanah sehingga membantu kelestarian
keanekaragaman hayati sehingga tercipta lingkungan yang ramah dan sehat.
11
5) Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usahatani dengan
mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna serta tanah.
6) Memproduksi produk yang lebih sehat, segar, dan aman untuk dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai konsumen.
7) Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaru yang berasal dari
sistem usahatani itu sendiri.
8) Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usahatani terhadap
kondisi fisik dan sosial.
9) Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian
(petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk
memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan
kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.
10) Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah diatur ulang baik dalam maupun di
luar usahatani.
11) Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin
dihasilkan oleh kegiatan pertanian.
2.2.4. Kegunaan Pertanian Organik
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah meniadakan atau
membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya
kimiawi. Pupuk organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata
dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya merupakan
keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur hara
makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk organik dan pupuk
hayati berdaya ameliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling
mendukung, bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasikan dan
menyehatkan unsur tanah serta menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran
lingkungan (Sutanto, 2002).
Beberapa hal yang mencakup kegunaan budidaya organik dalam
meniadakan atau membatasi keburukan budidaya kimiawi dan kemungkinan
risiko terhadap lingkungan adalah (Sutanto, 2002) :
12
1) Menghemat penggunaan hara tanah, berarti memperpanjang umur produktif
tanah.
2) Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi dan mencegah degradasi
tanah karena kerusakan struktur tanah (pemampatan tanah).
3) Meningkatkan penyediaan lengas tanah sehingga menghindarkan
kemungkinan risiko kekeringan dan memperbaiki ketersediaan hara tanah dan
hara yang berasal dari pupuk mineral, berarti meningkatkan kemangkusan
penggunaannya, dan sekaligus menghemat penggunaan pupuk buatan yang
harganya semakin mahal.
4) Menghindari terjadinya ketimpangan (unbalance) hara, bahkan dapat
memperbaiki neraca (balance) hara dalam tanah.
5) Melindungi pertanaman cekaman (stress) oleh unsur-unsur yang ada dalam
tanah (Fe, Al, Mn) atau yang masuk ke dalam tanah dari bahan-bahan
pencemar (jenis logam berat).
6) Tidak membahayakan kehidupan flora dan fauna tanah, bahkan dapat
menyehatkannya, berarti mempunyai daya memelihara ekosistem tanah.
7) Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sumberdaya air,
karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk
senyawa yang tidak mudah larut.
8) Berharga murah karena pupuk organik terutama dihasilkan dari bahan-bahan
yang tersedia di dalam usahatani itu sendiri dan pupuk hayati hanya
diperlukan dalam jumlah yang relatif sedikit, sehingga dapat menekan biaya
produksi.
9) Merupakan teknologi berkemampuan ganda (sumber hara dan pembenah
tanah), sehingga cocok sekali untuk diterapkan pada tanah-tanah berpesoalan
ganda yang terdapat cukup luas terutama di luar Pulau Jawa.
2.2.5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanian Organik
Sistem pertanian organik memiliki kelebihan dibanding pertanian non-
organik (Pracaya, 2003). Kelebihan yang diperoleh dengan menerapkan pertanian
organik adalah sebagai berikut :
13
1) Tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun
udara, serta produknya tidak mengandung racun.
2) Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman
non-organik.
3) Produk tanaman organik lebih mahal.
Terdapat beberapa kekurangan dari sistem pertanian organik. Kekurangan
yang terdapat pada sistem pertanian ini antara lain :
1) Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan
penyakit. Umumnya, pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan
secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, perlu dibuat sendiri
karena pestisida ini belum ada di pasaran.
2) Penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih
kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman yang
dipelihara secara non-organik.
2.3. Penelitian Terdahulu
Pada kajian penelitian terdahulu, peneliti mengambil beberapa penelitian
yang terkait, baik dengan topik penelitian yaitu penelitian mengenai proses
keputusan pembelian dan kepuasan konsumen maupun mengenai komoditas yang
dianalisis. Selain itu, peneliti juga mengkaji alat analisis yang digunakan yaitu
analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer
Satisfaction Index (CSI). Beberapa penelitian terdahulu yang dikaji pada
penelitian ini antara lain:
Dwita Pratiwi Ottoloewa (2008) dengan judul skripsi Analisis Proses
Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Burger Blenger Jakarta Selatan
yang mengidentifikasi karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan
konsumen serta kepuasan konsumen Burger Blenger. Metode analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan
Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil analisis IPA didapat bahwa
atribut yang kinerjanya diprioritaskan oleh pihak Burger Blenger antara lain
14
kebersihan tempat, kemudahan pemesanan makanan dan minuman, kecepatan
pramusaji dalam membersihkan kotoran di meja serta keterampilan/kemampuan
pramusaji dalam menjawab pertanyaan konsumen. Berdasarkan hasil perhitungan
CSI diperoleh nilai sebesar 0,71 atau 71%. Hal ini menunjukan bahwa secara
umum Indeks Kepuasan pelanggan Burger Blenger terhadap variabel-variabel
yang dianalisis adalah puas (berada pada range 0,66-0,80).
Saharah Nugraha (2009) dengan judul skripsi Analisis Perilaku
Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Kue Mochi di Perusahaan Dagang
Lampion Sukabumi yang menganalisis proses keputusan pembelian, karakteristik
konsumen dan kepuasan konsumen. Atribut produk yang menjadi alasan utama
membeli kue mochi PD Lampion adalah harga, rasa, varian aroma, isi, iklan dan
promosi, merek, izin Depkes, desain kemasan, ketersediaan produk, lokasi,
kebersihan makanan, kebersihan tempat, kecepatan pelayanan, keramahan
pramusaji, dan tanggapan terhadap keluhan. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif, IPA dan CSI. Berdasarkan hasil perhitungan IPA,
atribut yang menjadi prioritas utama perusahaan kue mochi PD Lampion untuk
meningkatkan kepuasan konsumen adalah keramahan pramusaji. Nilai CSI dari
kue mochi PD Lampion yang diperoleh adalah sebesar 76% atau 0,76. Hal ini
menunjukan bahwa secara umum indeks Kepuasan Pelanggan kue mochi PD
Lampion terhadap atribut-atribut yang dianalisis adalah puas.
Mohammad Haris Novian (2009) dengan judul skripsi Analisis Proses
Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen terhadap Mid East Caf Lounge
and Shisha, Bogor yang mengidentifikasi karakteristik konsumen Mid East dan
proses keputusan pembelian serta penilaian konsumen terhadap Mid East Caf
Longe and Shisha. Pada analisis tingkat kepentingan dan kinerja Mid East
terdapat sebanyak 18 atribut, yaitu rasa, ukuran atau porsi, kehalalan, keragaman
menu, kesigapan pramusaji, kecepatan merespon keluhan pengunjung, keramahan
dan kesopanan pramusaji, harga produk, paket promosi, paket member,
kemudahan menjangkau lokasi, penataan ruangan, kebersihan dan kerapihan,
pendingin ruangan (AC), keamanan dan kenyamanan, areal parkir, penampilan
pramusaji, dan kemudahan pembayaran. Metode analisis yang digunakan adalah
15
tabulasi deskriptif, IPA dan CSI. Berdasarkan hasil perhitungan IPA, atribut Mid
East yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya adalah ukuran atau
porsi, keramahan dan kesopanan dan paket promosi. Berdasarkan perhitungan CSI
dapat diketahui bahwa sebesar 69,16 persen yang berada pada kriteria puas.
Artayati Harnasari (2009) dengan judul skripsi Analisis Proses Keputusan
Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop
Bogor yang mengidentifikasi karakteristik umum dan menganalisis tentang
proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen. Atribut yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rasa asam yoghurt, volume (ukuran saji), kemasan,
harga, pilihan rasa, kandungan nutrisi, kekentalan minuman, informasi pada
produk, aroma, dan merek. Metode analisis yang digunakan adalah tabulasi
deskriptif, IPA dan CSI. Berdasarkan hasil perhitungan IPA, tidak ada atribut
Cimory Yoghurt Drink yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya
yang ditunjukan dengan tidak terdapatnya atribut yang berada pada kuadran I.
Hasil analisis CSI menunjukan bahwa Cimory Yoghurt Drink memiliki indeks
kepuasan pelanggan sebesar 74,23 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks
kepuasan pelanggan berada pada rentang skala 50%-75% dengan kriteria puas.
Hasil analisis ini dapat menjadi bahan rekomendasi dalam penyusunan strategi
pemasaran. Strategi pemasaran yang direkomendasikan berupa sasaran pasar dan
bauran pemasaran 4P. Selain itu, hasil penelitian berupa karakteristik umum
konsumen secara demografis dapat dijadikan rekomendasi dalam menetapkan age
group yang potensial.
Penelitian Barus (2005) tentang Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Beberapa Sayuran Organik di PT. Amani Mastra.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 responden dengan
mengambil sampel di Carrefour MT Haryono. Variabel-variabel yang diduga
berpengaruh nyata terhadap permintaan sayuran organik (tomat, wortel, dan
brokoli) dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah tangga, usia, jumlah
anggota keluarga, lama pendidikan formal, frekuensi pembelian, dummy harga,
dummy jenis kelamin, dan dummy sumber informasi. Berdasarkan hasil analisis
regresi, model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
16
mempengaruhi permintaan wortel, tomat, dan brokoli organik adalah linier
berganda. Faktor-faktor yang berpengartuh nyata terhadap permintaan wortel
organik adalah pendapatan rumah tangga, usia, dan frekuensi pembelian. Pada
tomat organik, yang berpengaruh nyata adalah pendapatan rumah tangga dan yang
mempengaruhi permintaan brokoli organik adalah pendapatan rumah tangga serta
frekuensi pembelian. Berdasarkan analisis elastisitas, diketahui bahwa untuk
permintaan wortel dan tomat organik, variabel usia memiliki nilai elastisitas
terbesar yaitu 0,792 dan 1,269, sedangkan untuk permintaan brokoli organik,
frekuensi pembelian memiliki nilai elastisitas yang paling besar yaitu 0,699.
Penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti terutama dalam
pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang pada topik penelitian
kepuasan konsumen serta salah satu acuan dalam penentuan atribut produk dan
alat analisis yang digunakan. Pada umumnya penelitian tentang kepuasan
konsumen mengangkat permasalahan persaingan dan peningkatan pangsa pasar
serta pengembangan produk untuk dapat merekomendasikan strategi pemasaran
berdasarkan perilaku konsumen. Persamaan antara penelitian terdahulu adalah
penilaian konsumen terhadap atribut menjadi dasar penting untuk melakukan
analisis terhadap kepuasan konsumen.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek
penelitian yaitu lokasi penelitian, produk yang diteliti, dan atribut produk yang
dianalisis. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Giant Botani Square, Bogor.
Produk yang diteliti adalah sayuran organik. Atribut produk yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah harga, keragaman jenis sayuran, kualitas kesegaran,
keramahan dan pelayanan penjual, garansi/keakuratan timbangan, keaktifan
penjual dalam memasarkan, lokasi pasar, luas areal parkir, dan keamanan
kendaraan di areal parkir. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keragaman jenis sayuran organik, kesegaran sayuran organik, harga sayuran
organik, kemasan sayuran organik, dan ketersediaan sayuran organik. Penentuan
atribut ini dilakukan berdasarkan tinjauan terhadap penelitian terdahulu baik
mengenai topik maupun produk yang sama dengan penelitian ini.
17
Berdasarkan kajian dari beberapa penelitian terdahulu pada penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa pada umumnya penelitian yang menganalisis kepuasan
konsumen pada produk agribisnis memberikan indeks kepuasan yang berada pada
range 0,66-0,80 yang artinya indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan
terhadap produk yang dianalisis adalah puas. Selain itu, strategi pemasaran yang
umumnya diberikan kepada perusahaan adalah strategi bauran pemasaran 4P,
yaitu product, price, place, dan promotion.
18
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini akan dijelaskan pada subbab-
subbab berikut.
3.1.1. Teori Permintaan
Permintaan merupakan jumlah produk atau jasa yang diminta oleh
konsumen pada setiap tingkat harga. Jumlah yang diminta menunjukkan jumlah
komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Ada tiga hal penting
yang perlu diperhatikan dari definisi permintaan, yaitu:
1) Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desired) yang
menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh rumah tangga atas dasar
harga komoditi itu sendiri, harga barang lainnya, penghasilan, selera, dll.
2) Apa yang diinginkan bukan merupakan harapan kosong, tetapi merupakan
permintaan efektif, artinya permintaan yang didukung oleh daya beli.
Maksudnya adalah konsumen mempunyai daya beli untuk memperoleh suatu
produk atau disebut juga pembeli potensial.
3) Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinu, sehingga
kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya per satuan waktu.
Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh suatu rumah tangga pada
periode waktu tertentu dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri, rata-rata
pendapatan rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera, distribusi
pendapatan rumah tangga, dan besarnya populasi. Hipotesis ekonomi dasar
menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang diminta berhubungan
negatif dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. Artinya semakin rendah harga
suatu komoditi, maka jumlah yang diminta akan semakin bertambah, dan
sebaliknya.
Pendapatan berhubungan positif dengan permintaan, dimana ketika
pendapatan naik, maka jumlah yang diminta akan semakin bertambah, dan
19
sebaliknya. Besarnya populasi juga mempengaruhi permintaan, ketika jumlah
penduduk naik maka permintaan akan naik, dan sebaliknya.
Selera merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan
konsumen untuk membeli suatu produk. Setiap perusahaan yang memasarkan
produk harus mengkaji atau menganalisis perilaku konsumen karena selera
konsumen berbeda-beda dan terus mengalami perubahan. Hasil analisis tersebut
dapat menunjukkan apakah produk yang dihasilkan sudah sesuai dan dapat
memenuhi selera konsumen, sehingga dapat meningkatkan permintaan (Lipsey et
al., 1995).
3.1.2. Definisi Konsumen
Definisi konsumen banyak ditemukan di beberapa literatur. Kotler (2005)
mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok yang berusaha untuk
memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau
kelompoknya.
3.1.3. Definisi Perilaku Konsumen
Perkembangan jaman telah mengubah sikap konsumen menjadi lebih
bebas dalam memilih produk yang akan dibeli. Hal ini terjadi karena pasar
menyediakan berbagai pilihan produk yang sangat banyak, sehingga keputusan
untuk membeli ada pada diri konsumen dan tentunya konsumen berhak membeli
produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemasar
berkewajiban untuk lebih memahami perilaku konsumen dan dapat memproduksi
suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan kualifikasi konsumen.
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel et al.,
1995). Tindakan-tindakan tersebut antara lain: pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi, evaluasi
pasca-pembelian dan pembuangan. Diantara tindakan-tindakan tersebut, proses
pembelian merupakan tindakan yang paling penting karena pada saat konsumen
melakukan pembelian berarti konsumen melakukan pengalokasian sumber daya
20
yang dimilikinya (waktu, uang, dan usaha). Proses pembelian menggambarkan
alasan mengapa seseorang lebih menyukai, memilih, dan membeli suatu produk
dengan merek tertentu.
3.1.4. Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen,
kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk tidak
termotivasi untuk mencari informasi, karena ia sudah merasa cukup dengan
pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Konsumen yang mempunyai
kepribadian sebagai seorang yang senang mencari informasi (information seeker)
akan meluangkan waktu untuk mencari informasi lebih banyak. Karakteristik
demografi konsumen juga akan mempengaruhi konsumen dalam mengambil
keputusan pembelian suatu produk karena konsumen akan menyesuaikan kondisi
demografi dengan kebutuhan pada saat itu.
Karakteristik konsumen juga mencakup pendidikan, dimana konsumen
yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak sebelum
memutuskan untuk membeli suatu produk. Selain pendidikan, usia juga
merupakan salah satu karakteristik konsumen yang penting. Perbedaan usia akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Selain itu, usia
juga mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan
untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Seseorang yang
berumur relatif muda, lebih cepat menerima sesuatu yang baru. Oleh karena itu,
pemasar harus memahami distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan
dijadikan target pasarnya.
Pendidikan formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan
berpikir yang lebih baik, semakin tinggi pendidikan formal maka seseorang akan
lebih banyak mendapatkan pengetahuan tentang gizi. Hal ini berdampak positif
terhadap ragam pangan yang akan dikonsumsi (Sumarwan, 2004).
Karakteristik konsumen juga berguna untuk mengetahui sebuah
segmentasi pasar, yang dapat dibagi dalam empat kategori yaitu demografi,
perilaku, profil psikografi, dan karakteristik kepribadian. Ukuran demografi
21
konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, etnik dan kebangsaan, memiliki dua manfaat penting dalam proses
segmentasi. Pertama, hal itu dapat digunakan, baik secara terpisah maupun
dikombinasikan, untuk mengembangkan berbagai subbudaya dimana para
anggotanya saling berbagi nilai, kebutuhan, ritual dan perilaku tertentu.
Contohnya : kombinasi pendidikan dan pekerjaan dapat dipergunakan untuk
mengembangkan ukuran kelas sosial konsumen. Kedua, variabel demografi dapat
digunakan untuk menggambarkan para konsumen yang diklasifikasikan menjadi
segmen melalui sarana lainnya.
3.1.5. Atribut Produk
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan pada
karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Seorang konsumen
mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik
atau atribut dari produk tersebut. Hal ini karena pengetahuan yang dimiliki
berbeda-beda mengenai produk tersebut. Pengetahuan yang lebih banyak
mengenai atribut produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk
yang akan dibelinya.
Atribut produk dibedakan menjadi atribut fisik dan abstrak. Atribut fisik
menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk, misalnya ukuran, warna, bentuk,
atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk
berdasarkan persepsi konsumen. Konsumen akan mempertimbangkan atribut fisik
dan abstrak dalam menilai suatu produk. Pertimbangan ini akan sangat ditentukan
oleh informasi yang tersimpan di dalam memorinya (Sumarwan, 2004).
3.1.6. Proses Keputusan Konsumen
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang
pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk pada setiap periode tertentu.
Setiap hari konsumen akan selalu dihadapkan pada berbagai macam keputusan
mengenai segala hal yang menyangkut aktivitas kehidupannya. Semua itu
menyebabkan adanya disiplin perilaku konsumen yang berusaha mempelajari
22
bagaimana konsumen mengambil keputusan dan juga memahami faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi dan terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Suatu keputusan digambarkan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua
atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang ingin melakukan pilihan
maka harus memiliki pilihan alternatif. Proses keputusan konsumen meliputi lima
tahap, yaitu tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap
evaluasi alternatif, tahap pembelian, dan tahap hasil dari keputusan pembelian
(Engel et al., 1995).
3.1.6.1.Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian suatu produk dimulai ketika suatu kebutuhan dirasakan
atau dikenali. Pada hakekatnya pengenalan kebutuhan bergantung pada berapa
banyak ketidaksesuaian antara keadaan yang dihadapi sekarang dengan keadaan
yang diinginkan. Kebutuhan dikenali ketika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau
ambang tertentu (Engel et al., 1995).
Kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik internal maupun eksternal.
Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang timbul dari dalam diri, seperti
lapar, haus, dan sebagainya. Stimulus eksternal adalah kebutuhan yang
ditimbulkan oleh dorongan eksternal (Kotler, 2005).
3.1.6.2.Pencarian Informasi
Konsumen yang telah mengenali kebutuhannya akan terlibat dalam proses
pencarian informasi. Pencarian informasi adalah aktivitas termotivasi dari
pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari
lingkungan. Pencarian informasi dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian
internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan
yang relevan dengan keputusan (Engel et al., 1995).
Apabila pencarian internal tidak mencukupi, konsumen memutuskan untuk
mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal dari lingkungan. Pada
tahap pencarian informasi ini, perhatian utama pemasar adalah sumber informasi
utama yang akan dicari oleh konsumen. Sumber-sumber informasi konsumen
terdiri dari empat kelompok (Kotler, 2005), yaitu :
23
1) Sumber pribadi : terdiri dari keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.
2) Sumber komersial : terdiri dari iklan, tenaga penjual, dan pedagang
perantara.
3) Sumber umum : terdiri dari media massa dan organisasi rating
konsumen.
4) Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan
produk.
Faktor lain yang mempengaruhi tahap pencarian informasi adalah situasi,
ciri-ciri produk, lingkungan eceran, dan konsumen itu sendiri (Engel et al., 1995).
Tekanan waktu merupakan salah satu sumber pengaruh situasi. Ciri-ciri produk
dapat mempengaruhi pencarian informasi. Semakin besar perbedaan yang
dirasakan oleh konsumen terhadap suatu merek maka akan semakin diperlukan
adanya pencarian ekstensif. Apabila konsumen yakin bahwa suatu merek pada
dasarnya sama maka pencarian ekstensif yang diperluan hanya sedikit.
Lingkungan eceran akan mempengaruhi pencarian oleh konsumen karena
jarak antar pesaing eceran menentukan banyaknya toko yang menjadi tempat
belanja konsumen selama pengambilan keputusan. Terakhir, yang dapat
mempengaruhi tahap ini adalah karakteristik konsumen yang meliputi
pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan, sikap, serta karakteristik demografi.
3.1.6.3.Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan
dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tahap ini
menggambarkan tahap pengambilan keputusan dimana konsumen mengevaluasi
berbagai alternatif dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk membuat
pilihannya. Pada tahap ini konsumen harus: (1) menentukan kriteria evaluasi
berbagai alternatif yang akan digunakan untuk menilai alternatif, (2) menentukan
alternatif mana yang akan dipertimbangkan, (3) menilai kinerja dari alternatif
yang dipertimbangkan dan (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk
membuat pikiran akhir (Engel et al., 1995).
Konsumen memiliki kriteria dalam menentukan evaluasi. Kriteria evaluasi
merupakan dimensi atau atribut yang dipergunakan dalam menilai alternatif-
24
alternatif pilihan akhir. Konsep dasar yang dapat membantu untuk memahami
proses evaluasi alternatif, yaitu konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan,
konsumen mencari manfaat, konsumen memandang setiap produk sebagai
rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan
manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan (Kotler, 2005).
Kriteria alternatif yang sering digunakan konsumen, yaitu: harga,
kepercayaan konsumen akan merek, negara asal, dan kriteria evaluasi yang
bersifat hedonik (bersifat kesenangan). Penentuan kriteria evaluasi tertentu yang
akan digunakan oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung
pada beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatif
pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan.
Suatu situasi tertentu mempengaruhi kriteria apa yang digunakan untuk
memilih suatu keputusan. Contohnya adalah ketika konsumen yang dalam
perjalanan merasa lapar didesak oleh waktu, maka lokasi yang letaknya strategis
menjadi kriteria untuk menyeleksi restoran. Setelah menentukan kriteria evaluasi
maka konsumen menentukan alternatif mana yang akan dipilih. Tahap ini terdiri
dari menentukan alternatifalternatif pilihan, menilai alternatif-alternatif pilihan,
dan yang terakhir menyeleksi kaidah keputusan (Engel et al., 1995).
3.1.6.4.Pembelian
Pada tahap pembelian, konsumen harus mengambil tiga keputusan yaitu
kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana membayarnya. Pembelian
merupakan fungsi dua determinan yaitu niat pembelian serta pengaruh lingkungan
dan perbedaan individu. Niat pembelian biasanya dapat digolongkan menjadi dua
kategori. Kategori pertama adalah pembelian yang terencana penuh karena
pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan dan pemecahan masalah
yang diperluas. Kedua adalah pembelian yang tidak terencana (mendadak), jika
pilihan mereka diputuskan di tempat pembelian (Engel et al., 1995).
Pengaruh lingkungan dan perbedaan individu juga mempengaruhi proses
keputusan pembelian. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap/pendirian orang
25
lain, yaitu sejauh mana pendirian orang lain dapat mempengaruhi alternatif yang
disukai seseorang. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.
Adapun kedua faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu
produk yang akan dilakukan konsumen. Sebagai contoh, seseorang yang telah
merencanakan pembelian suatu produk telah disesuaikan dengan pendapatannya
tetapi ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi
mungkin terjadi dan mengubah maksud pembelian tersebut. Misalnya adanya
kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi pemenuhannya, sehingga proses
pembelian menjadi berubah. Hal ini terjadi pada kehidupan sehari-hari (Kotler,
2005).
3.1.6.5.Evaluasi Pasca Pembelian
Proses yang dilakukan konsumen tidak berhenti begitu pembelian
dilakukan, tetapi konsumen masih harus melakukan evaluasi pasca pembelian. Hal
ini dilakukan karena setelah pembelian, konsumen dapat merasakan adanya
kepuasan atau ketidakpuasan dari produk yang mereka konsumsi (Engel et al.,
1995).
Konsumen yang merasa puas akan membentuk keyakinan dan sikap yang
berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Begitu juga sebaliknya,
apabila konsumen yang merasa tidak puas akan membentuk keyakinan dan sikap
yang berpengaruh negatif, misalnya keluhan, komunikasi lisan yang negatif, dan
upaya menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal ini berarti upaya untuk
mempertahankan pelanggan menjadi bagian yang penting dalam strategi
pemasaran pada umumnya dan strategi promosi pada khususnya. Hal ini dapat
dilakukan melalui tindakan memastikan bahwa kualitas produk dan jasa
memenuhi harapan, memonitor kepuasan dan tingkat upaya mempertahankan
pelanggan, menawarkan garansi, dan menghadapi ketidakpuasan secara langsung
dengan respon yang cepat dan tepat. Ini semua dapat dikomunikasikan ke
pelanggan melalui promosi yang baik dan cepat.
Setelah memahami pembeli melalui tahap-tahap pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan hasilnya, para
pemasar dapat memperoleh petunjuk-petunjuk tentang bagaimana memenuhi
26
kebutuhan konsumen. Memahami berbagai faktor dalam proses pembelian dan
pengaruh utama mereka terhadap perilaku pembelian dan akhirnya para pemasar
dapat merancang program pemasaran yang efektif untuk memuaskan
konsumennya.
3.1.7. Konsep Kepuasan Konsumen
Kotler (2005) menyatakan kepuasan konsumen adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi
terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Menurut Engel
et al. (1995), kepuasan konsumen didefenisikan evaluasi pasca konsumsi bahwa
suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan.
Ketidakpuasan didefinisikan sebagai hasil dari harapan yang diteguhkan secara
negatif. Sumarwan (2004), mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen
sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk
yang dibeli tersebut. Menurut Kotler (2005), terdapat beberapa metode untuk
memantau dan mengukur kepuasan konsumen, yaitu :
1) Sistem Keluhan dan Saran
Perusahaan yang berpusat pada konsumen akan mempermudah para
konsumen untuk memasukkan saran dan keluhan. Informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai sumber gagasan untuk perusahaan bertindak cepat untuk
menyelesaikan masalah. Media yang digunakan berupa penyediaan kotak saran,
formulir komentar, nomor telepon bebas pulsa, situs web, e-mail, dan lain
sebagainya.
2) Survei Kepuasan Pelanggan
Perusahaan dapat melakukan riset kepuasan konsumen secara langsung
dengan melakukan survei secara berkala. Selama riset berlangsung, perusahaan
dapat menggali informasi untuk mengetahui minat konsumen untuk membeli
ulang dan mengukur kesediaan merekomendasikan perusahaan ke orang lain.
3) Belanja Siluman
Perusahaan memperkerjakan orang yang berperan menyamar sebagai
konsumen untuk melaporkan kekuatan dan kelemahan yang dialami sewaktu
27
membeli produk pada perusahaan dan pesaing. Para konsumen siluman tersebut
diminta berinteraksi dengan staf perusahaan maupun konsumen pengguna jasa
perusahaan maupun pesaing.
4) Analisis Pelanggan yang Hilang
Perusahaan menghubungi konsumen yang berhenti atau yang telah beralih
ke pemasok lain untuk mempelajari alasan kejadian tersebut. Selain wawancara
terhadap konsumen yang berhenti membeli, perusahaan juga memperlihatkan
tingkat kehilangan konsumen. Jika mengalami peningkatan, menunjukkan
perusahaan gagal memuaskan konsumen.
3.1.8. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) menurut Kotler (2005) adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran. McCharty diacu dalam Kotler (2005)
mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang disebut 4P
pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi
(promotion). Penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran 4P adalah
sebagai berikut.
3.1.8.1.Produk (Product)
Kotler (2005), menyatakan produk merupakan apa saja yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi
yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk yang ditawarkan dapat
berupa barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, maupun ide. Bauran produk
merupakan satu set produk dan unit produk yang ditawarkan penjual bagi
pembeli. Bauran produk memiliki dimensi lebar, panjang, kedalaman, dan
konsistensi. Lebar bauran produk menunjukkan berapa banyak lini produk yang
dimiliki perusahaan. Panjang bauran produk menunjukkan jumlah unit produk
dalam bauran produknya. Kedalaman bauran produk menunjukkan pada jumlah
variasi yang ditawarkan tiap produk dalam lini. Konsistensi bauran produk
menunjukkan berapa dekat hubungan berbagai lini produk dalam penggunaan
akhirnya, persyaratan produksi, saluran distribusi atau hal lainnya.
28
3.1.8.2.Harga (Price)
Menurut Kotler (2005), harga merupakan satu-satunya unsur bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur lainnya dapat
menimbulkan biaya. Penetapan dan persaingan harga merupakan masalah yang
utama yang dihadapi para perusahaan. Harga bersifat fleksibel, dapat diubah
dalam waktu cepat.
Dilihat dari sudut pandang produsen, harga mencerminkan pendapatan atas
penjualan produk. Dilihat dari sudut konsumen dipandang sebagai nilai yang
harus dikorbankan atau biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk
memenuhi kebutuhan akan produk. Harga memilki peranan penentu dalam pilihan
pembeli. Oleh sebab itu, penentuan harga yang ditawarkan perlu direncanakan
sebaik mungkin agar perusahaan tidak kehilangan pasar atau mengalami kerugian,
misalnya pertimbangan yang diambil dalam penetapan harga adalah menutupi
semua biaya yang dikeluarkan atau bahkan lebih, sehingga memberikan laba bagi
perusahaan. Selain hal tersebut, perlu juga melihat dari sisi konsumen, harga yang
terlalu tinggi atau tidak disesuaikan dengan pendapatan konsumen akan
menurunkan jumlah pembelian sehingga menurunkan volume penjualan dan
berakibat pada pengurangan pendapatan atau bahkan tidak menutupi biaya yang
dikeluarkan, sehingga berdampak pada kerugian perusahaan.
3.1.8.3.Tempat (Place)
Saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling
tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap
untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2005). Ketersediaan produk di pasar
dipengaruhi oleh saluran distribusi, karena barang disalurkan produsen untuk
sampai ke tangan konsumen melalui saluran distribusi. Oleh sebab itu, penentuan
keputusan pemilihan saluran pemasaran merupakan keputusan yang paling kritis
bagi pihak perusahaan. Kemudahan konsumen untuk mendapatkan produk juga
sangat penting. Konsumen akan semakin puas jika relatif mudah, nyaman, dan
efisien dalam mendapatkan produk atau layanan. Oleh sebab itu, penentuan lokasi
atau tempat usaha yang mudah dijangkau konsumen harus dipikirkan perusahaan.
29
3.1.8.4.Promosi (Promotion)
Keberadaan produk di pasar dapat diketahui masyarakat melalui
komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun yang dimaksud adalah
dengan adanya promosi yang merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran.
Menurut Kotler (2005), alat-alat promosi yang dapat digunakan perusahaan dalam
mengkomunikasikan produk meliputi iklan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat dan pemberitaan, penjualan pribadi, dan pemasaran langsung.
3.1.9. Alat Analisis Perilaku Konsumen
Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi
dan menganalisis perilaku konsumen. Alat analisis yang umumnya digunakan
antara lain:
Multiatribut Fishbein menurut Engel dan Blackwell (1995) memberikan
hasil yang merupakan suatu gambaran preferensi konsumen yang berupa sikap,
persepsi, dan penilaian positif atau negatif dari suatu produk. Penilaian dengan
analisis fishbein ini diambil dari perhitungan nilai rataan masing-masing atribut
untuk seluruh responden, lalu diformulasikan ke dalam metode fishbein dan
hasilnya berupa nilai fishbein untuk produk yang ditampilkan dalam bentuk tabel.
Analisis Konjoin merupakan metode yang memusatkan perhatian pada
pengukuran pendapat psikologis konsumen. Analisis ini digunakan untuk
mengukur nilai kegunaan dan nilai kepentingan relatif dari setiap atribut produk.
Nilai kegunaan menunjukan preferensi konsumen taraf tersebut cenderung disukai
konsumen. Nilai kepentingan relatif menunjukan indikasi urutan atribut yang
dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
Analisis Deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
konsumen. Data primer yang diperoleh akan ditabulasikan ke dalam kerangka
tabel dan dilakukan analisis kemudian diinterpretasikan. Karateristik konsumen
yang akan dianalisis antara lain usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status
pernikahan, jumlah anggota keluarga, dan rata-rata pengeluaran konsumsi sayuran
organik sebulan.
30
Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat
kepuasan pelanggan/konsumen secara menyeluruh dengan pendekatan yang
mempertimbangkan tingkat kepentingan dari variabel-variabel yang diukur.
Metode pengukuran CSI ini meliputi tahap-tahap antara lain (Stratford diacu
dalam Saharah 2009): menghitung Importance Weighting Factors (WF),
menghitung Weighted Score (WS), menghitung Weighted Total (WT), dan
menghitung Satisfaction Index.
Piramida Loyalitas merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
menganalisis keloyalan konsumen terhadap suatu produk. Analisis ini dapat
dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Switcher Buyer merupakan konsumen yang sangat sensitif terhadap adanya perubahan harga, sehingga pada tingkatan loyalitas kategori ini ditempatkan
pada urutan paling bawah.
b. Habitual Buyer, analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar persentase responden yang membeli suatu produk karena adanya faktor
kebiasaan. Habitual Buyer merupakan responden yang dikategorikan sebagai
pembeli yang puas dengan produk yang dikonsumsinya.
c. Satisfied Buyer, analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar persentase responden yang merasa puas terhadap produk yang dibeli,
meskipun mereka dapat memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan
menanggung biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, dan risiko
yang melekat ketika mereka beralih merek.
d. Liking The Brand, analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar persentase responden yang sungguh-sungguh menyukai produk yang dibeli.
e. Committed Buyer analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar persentase responden yang merupakan pelanggan setia suatu produk. Salah
satu contoh kesetiaan pembeli adalah mereka akan merekomendasikan merek
tersebut kepada pihak lain.
Importance Performance Analysis (IPA) merupakan salah satu analisis
yang digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen. Konsep IPA merupakan
pengukuran tingkat kepentingan atribut dengan tingkat pelaksanaan kinerja dari
31
suatu atribut. IPA akan menghasilkan berbagai persepsi konsumen tentang
kepentingan dan pelaksanaan kinerja dari suatu atribut. Variabel tersebut akan
menghasilkan rumusan tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yang
dominan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Memasuki abad 21 ini, gaya hidup sehat dengan slogan Back to
Nature telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang makin menyadari
bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida
kimia sintetis serta hormon tumbuhan dalam produksi pertanian ternyata
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Pertanian organik semakin banyak dikembangkan di Indonesia melalui
pencanangan target Go Organic pada tahun 2010 untuk memproduksi aneka
bahan pangan dalam jumlah besar dan jangka panjang serta menjaga kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan. Salah satu komoditas pertanian organik yang
mulai dikembangkan adalah sayuran organik. Budidaya sayuran dikelola secara
organik dan ramah lingkungan di sini perlu dipertahankan, sehingga mampu
menjaga kesehatan petani produsen, menjaga kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan, serta produksi yang aman konsumsi untuk menjamin kesehatan
konsumen. Selain itu, juga perlu ditekankan agar kegiatan budidaya tidak
menimbulkan pencemaran pada badan perairan, seperti air danau ataupun sungai.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
pengetahuan konsumen akan produk yang aman dan sehat untuk dikonsumsi
semakin meningkat sehingga gaya hidup masyarakat pun berubah. Dimana
konsumen merubah gaya hidup dari mengkonsumsi sayuran konvensional menjadi
sayuran organik. Pada umumnya sayuran organik tersedia di ritel-ritel modern
dengan kemasan yang terdapat pada produknya. Perubahan gaya hidup
masyarakat ini akan menjadi sebuah peluang bagi ritel modern dalam memasarkan
sayuran organik. Giant Botani Square termasuk salah satu ritel yang berpeluang
dalam menjual sayuran organik karena letakny