teknologi pengelolaan lahan pada budidaya sayuran...

1
Teknologi Pengelolaan Lahan pada Budidaya Sayuran Organik DESKRIPSI Sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi (pra- panen) sampai proses pengolahan hasil (pasca-panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi” (SNI No. 01-6729- 2002). Pengaruh pengolahan tanah/pelumpuran terhadap sifat fisik tanah sawah Teknologi Pengelolaan Lahan PRINSIP PERTANIAN ORGANIK Budidaya tanaman organik dilaksanakan di lahan yang bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida, menggunakan benih/bibit non-GMO atau berasal dari kebun pertanian organik. Upaya peningkatan kesuburan tanah dan pemenuhan nutrisi/ha tanaman dilakukan melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum. Pengendalian hama, penyakit dan gulma dilakukan secara manual atau biopestisida dan agensia hayati. TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH DAN TANAMAN 1. Konservasi tanah dan air: (a) menerapkan terasering (teras bangku, teras gulud, dll.), (b) menanam rumput penguat teras dan penguat bedeng, (c) meletakkan bedengan searah kontur, (d) pengolahan tanah minimum. 2. Pengelolaan tanaman: (a) menerapkan teknik rotasi tanaman dengan tanaman legum, (b) sistem tumpangsari minimal dua jenis tanaman (kombinasi sayuran berbiji/berbuah/berbunga/berumbi dengan sayuran berdaun), (c) kombinasi tanaman berakar dalam dan dangkal untuk memompa hara dari dalam tanah. 3. Kesehatan tanaman dilakukan melalui: (a) pencegahan hama penyakit dengan menanam tanaman yang mempunyai bau khas pengusir hama seperti kenikir, kemangi, kacang babi, tephrosia, lavender, dan nimba diantara atau diluar bedengan, (b) pestisida nabati yang aman dan ramah lingkungan dibuat dari tanaman obat dan rempah disekitar seperti tanaman rimpang-rimpangan, babandotan, lada, sirih. (c) menanam tanaman perangkap hama disekeliling kebun 4. Pengelolaan hara: (a) pemanfaatan residu sisa tanaman, (b) tanaman legum penutup tanah (cover crop) atau tanaman pagar (hedgerow). Tanaman legum menyediakan hara N bagi tanaman, melalui pengikatan N2 bebas di udara oleh bakteri rhizobium yang berada dalam nodul akar tanaman, (c) kompos kotoran hewan, pupuk hijau, limbah organik kebun, serta bahan mineral alami (abu dapur, abu bakaran, dolomit, fosfat alam). Kompos kotoran ayam atau kambing yang diperkaya dengan fosfat alam, dolomit, arang sekam, hijauan Tithonia diversifolia/kirinyu dosis 10t/ha dapat meningkatkan kualitas sifat kimia tanah, keragaman dan aktivitas biologi tanah serta memberikan hasil yang sama dibandingkan dosis petani menggunakan kompos ayam 25t/ha. 16 MANFAAT Dengan menerapkan teknologi pengelolaan tanah dan tanaman diatas, maka : (a) keberlanjutan produktivitas tanah dan tanaman dalam sistem sayuran sayuran organik dapat lestari, (b) meningkatkan/menyimpan karbon di dalam tanah (C-sequestration), dan (c) mengurangi resiko pencemaran tanah dan air (d) meningkatkan produktivitas tanaman sayuran 15-30% dengan dosis pupuk 50% dari dosis petani (pukan ayam 25 t/ha), (e) meningkatkan keuntungan petani sekitar Rp75.000-Rp150.000/bedeng ukuran 10 m2 karena harga jual sayuran sekitar 2-3 kali harga sayur non-organik/ konvensional. Informasi Lebih Lanjut: Kelompok Peneliti Kimia dan Kesuburan Tanah, Balai Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda 98 Bogor 16123, Tel. 0251-8321608, 8336757; Fax. 0251-321608 [email protected], [email protected]; www.Balittanah.org

Upload: buidien

Post on 03-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Pengelolaan Lahan pada Budidaya Sayuran Organikbalittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/unggulan... · Budidaya Sayuran Organik DESKRIPSI Sistem pertanian organik

Teknologi Pengelolaan Lahan pada Budidaya Sayuran Organik

DESKRIPSI

Sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi (pra-panen) sampai proses pengolahan hasil (pasca-panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi” (SNI No. 01-6729- 2002).

Pengaruh pengolahan tanah/pelumpuran terhadap sifat fisik tanah sawah

Teknologi Pengelolaan Lahan

PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

Budidaya tanaman organik dilaksanakan di lahan yang bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida, menggunakan benih/bibit non-GMO atau berasal dari kebun pertanian organik. Upaya peningkatan kesuburan tanah dan pemenuhan nutrisi/ha tanaman dilakukan melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum. Pengendalian hama, penyakit dan gulma dilakukan secara manual atau biopestisida dan agensia hayati.

TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH DAN TANAMAN

1. Konservasi tanah dan air: (a) menerapkan terasering (teras bangku, teras gulud, dll.), (b) menanam rumput penguat teras dan penguat bedeng, (c) meletakkan bedengan searah kontur, (d) pengolahan tanah minimum.

2. Pengelolaan tanaman: (a) menerapkan teknik rotasi tanaman dengan tanaman legum, (b) sistem tumpangsari minimal dua jenis tanaman (kombinasi sayuran berbiji/berbuah/berbunga/berumbi dengan sayuran berdaun), (c) kombinasi tanaman berakar dalam dan dangkal untuk memompa hara dari dalam tanah.

3. Kesehatan tanaman dilakukan melalui: (a) pencegahan hama penyakit dengan menanam tanaman yang mempunyai bau khas pengusir hama seperti kenikir, kemangi, kacang babi, tephrosia, lavender, dan nimba diantara atau diluar bedengan, (b) pestisida nabati yang aman dan ramah lingkungan dibuat dari tanaman obat dan rempah disekitar seperti tanaman rimpang-rimpangan, babandotan, lada, sirih. (c) menanam tanaman perangkap hama disekeliling kebun

4. Pengelolaan hara: (a) pemanfaatan residu sisa tanaman, (b) tanaman legum penutup tanah (cover crop) atau tanaman pagar (hedgerow). Tanaman legum menyediakan hara N bagi tanaman, melalui pengikatan N2 bebas di udara oleh bakteri rhizobium yang berada dalam nodul akar tanaman, (c) kompos kotoran hewan, pupuk hijau, limbah organik kebun, serta bahan mineral alami (abu dapur, abu bakaran, dolomit, fosfat alam).

Kompos kotoran ayam atau kambing yang diperkaya dengan fosfat alam, dolomit, arang sekam, hijauan Tithonia diversifolia/kirinyu dosis 10t/ha dapat meningkatkan kualitas sifat kimia tanah, keragaman dan aktivitas biologi tanah serta memberikan hasil yang sama dibandingkan dosis petani menggunakan kompos ayam 25t/ha.

16

MANFAATDengan menerapkan teknologi pengelolaan tanah dan tanaman diatas, maka : (a) keberlanjutan produktivitas tanah

dan tanaman dalam sistem sayuran sayuran organik dapat lestari, (b) meningkatkan/menyimpan karbon di dalam tanah (C-sequestration), dan (c) mengurangi resiko pencemaran tanah dan air (d) meningkatkan produktivitas tanaman sayuran 15-30% dengan dosis pupuk 50% dari dosis petani (pukan ayam 25 t/ha), (e) meningkatkan keuntungan petani sekitar Rp75.000-Rp150.000/bedeng ukuran 10 m2 karena harga jual sayuran sekitar 2-3 kali harga sayur non-organik/ konvensional.

Informasi Lebih Lanjut:Kelompok Peneliti Kimia dan Kesuburan Tanah, Balai Penelitian TanahJl. Ir. H. Juanda 98 Bogor 16123, Tel. 0251-8321608, 8336757; Fax. [email protected], [email protected]; www.Balittanah.org