strategi pemasaran usahatani sayuran organik di …

18
AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 190 STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI KOTA AMBON MARKETING STRATEGY OF ORGANIC VEGETABLE FARMING IN AMBON CITY Salman Alfarisi, Weldemina B. Parera, Marfin Lawalata Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Ambon Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka-Ambon 97233 E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Perkembangan pasar modern tidak sebanding dengan usahatani sayuran organik di Kota Ambon Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani, margin pemasaran, masalah pemasaran dan strategi pemasaran sayuran organik di Kota Ambon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Petani dipilih secara sengaja sebanyak 30 orang dari dua kelompok tani di dua dusun di Kota Ambon. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis pendapatan, analisis margin dan analisis SWOT. Adanya perbedaan pendapatan di kedua kelompok tani disebabkan adanya perbedaan produksi, biaya produksi dan cara kerja. Meskipun demikian nilai pendapatan dari kedua kelompok tani tersebut cukup menguntungkan. Margin pemasaran saluran pemasaran I tidak ada karena petani menjual langsung hasil produksi tanpa adanya perantara. Sementara, pada saluran pemasaran II margin pemasaran yang diperoleh petani dari tiap 1 kg kangkung sebesar Rp.6,000- dan untuk 1 kg sawi dan bayam sebesar Rp.8,500,-. Selisih margin yang cukup tinggi disebabkan perbedaan harga jual ke konsumen oleh petani sebagai produsen dan pasar ritel sebagai distributor. Strategi pemasaran prioritas yang dilakukan yakni mempertahankan kualitas produk. Kata kunci: Pendapatan petani; margin pemasaran; strategi pemasaran Abstract The development of modern markets is not comparable to organic vegetable farming in Ambon City.This study was aimed to determine farmers' income, marketing margins, marketing problems and marketing strategies for organic vegetables in Ambon City. The method used in this study was a purposive sampling method. Farmers were chosen intentionally as many as 30 farmers from two farmer groups in two hamlets in Ambon City. The analytical tools used in this study were income analysis methods, margin analysis and SWOT analysis. The difference in income between the two farmer groups was due to differences in production, production costs and working methods. However, the income obtained of the two farmer groups was quite profitable. The marketing margin of first marketing channels was zero as farmers sold their products directly without any intermediaries. Meanwhile, marketing margin obtained by farmers in marketing channel II were IDR.6,000, per kg of Kale, IDR 8,500 per kg of mustard and spinach. The high margin difference was due to differences in selling prices to consumers by farmers as producers and consumers and retail market as a distributor. The priority marketing strategy conducted was to maintain product quality. Keywords: Farmers income; marketing margin; marketing strategy

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 190

STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK

DI KOTA AMBON

MARKETING STRATEGY OF ORGANIC VEGETABLE FARMING IN AMBON

CITY

Salman Alfarisi, Weldemina B. Parera, Marfin Lawalata

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Ambon

Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka-Ambon 97233

E-mail: [email protected] [email protected]

[email protected]

Abstrak

Perkembangan pasar modern tidak sebanding dengan usahatani sayuran organik di Kota Ambon Dengan

demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani, margin pemasaran, masalah

pemasaran dan strategi pemasaran sayuran organik di Kota Ambon. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling. Petani dipilih secara sengaja sebanyak 30 orang dari

dua kelompok tani di dua dusun di Kota Ambon. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode analisis pendapatan, analisis margin dan analisis SWOT. Adanya perbedaan pendapatan di kedua

kelompok tani disebabkan adanya perbedaan produksi, biaya produksi dan cara kerja. Meskipun

demikian nilai pendapatan dari kedua kelompok tani tersebut cukup menguntungkan. Margin pemasaran

saluran pemasaran I tidak ada karena petani menjual langsung hasil produksi tanpa adanya perantara.

Sementara, pada saluran pemasaran II margin pemasaran yang diperoleh petani dari tiap 1 kg kangkung

sebesar Rp.6,000- dan untuk 1 kg sawi dan bayam sebesar Rp.8,500,-. Selisih margin yang cukup tinggi

disebabkan perbedaan harga jual ke konsumen oleh petani sebagai produsen dan pasar ritel sebagai

distributor. Strategi pemasaran prioritas yang dilakukan yakni mempertahankan kualitas produk.

Kata kunci: Pendapatan petani; margin pemasaran; strategi pemasaran

Abstract

The development of modern markets is not comparable to organic vegetable farming in Ambon City.This

study was aimed to determine farmers' income, marketing margins, marketing problems and marketing

strategies for organic vegetables in Ambon City. The method used in this study was a purposive sampling

method. Farmers were chosen intentionally as many as 30 farmers from two farmer groups in two

hamlets in Ambon City. The analytical tools used in this study were income analysis methods, margin

analysis and SWOT analysis. The difference in income between the two farmer groups was due to

differences in production, production costs and working methods. However, the income obtained of the

two farmer groups was quite profitable. The marketing margin of first marketing channels was zero as

farmers sold their products directly without any intermediaries. Meanwhile, marketing margin obtained

by farmers in marketing channel II were IDR.6,000, per kg of Kale, IDR 8,500 per kg of mustard and

spinach. The high margin difference was due to differences in selling prices to consumers by farmers as

producers and consumers and retail market as a distributor. The priority marketing strategy conducted

was to maintain product quality.

Keywords: Farmers income; marketing margin; marketing strategy

Page 2: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

191 Volume 9 No. 2 Juni 2021

Pendahuluan

Tanaman sayuran memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah karena

merupakan bahan pelengkap makanan pokok dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Rahardi menjelaskan bahwa idealnya seseorang mengonsumsi sayuran sekitar

200gram/hari, hal itu bertujuan agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu

sebagai akibat dari kekurangan serat (Issamawati, 2009).

Guna memenuhi kebutuhan pangan, penerapan teknologi pertanian modern

terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian, tetapi telah menyebabkan

munculnya permasalahan lingkungan sebagai dampak dari aplikasi pupuk dan pestisida

kimia secara terus menerus (Aufanada dkk, 2017). Masyarakat yang mulai menyadari

bahaya dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia kini beralih ke sistem pertanian

organik (Novandari, 2011).

Beberapa kendala yang dihadapi dalam usahatani sayuran organik antara lain,

belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik,

produk sayuran organik memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran

non organik, dan belum ada kepastian pasar karena kurangnya kerja sama kemitraan

yang saling menguntungkan antara pengusaha dan petani sayuran organik. (Samodro

dan Yuliawati, 2018)

Maluku mempunyai lebih dari 1340 pulau-pulau kecil. Pulau kecil rentan

terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat penggunaan sarana produksi

berbahan kimia yang terus menerus dalam jangka panjang. Budidaya pertanian organik

menjadi suatu pilihan rasional untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan dan

menyediakan sayur-sayuran yang sehat untuk masyarakat. Perkembangan sayuran

organik di Provinsi Maluku dimulai tahun 2010. Awal mula petani mengusahakan

sayuran organik di Dusun Telaga Kodok Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku

Tengah (Timisela et al, 2017).

Kota Ambon merupakan salah satu pulau kecil penghasil sayuran di Maluku.

Luas panen dan produksi sayuran di kota Ambon tahun 2017 adalah 673 ha dan 9.387

Page 3: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 192

ton (BPS, 2017). Sayuran organik sudah banyak dijual di pusat perbelanjaan pasar

modern seperti Frish Market, Hypermart, FoodMart, dan Dian Pertiwi Supermarket.

Tetapi belum dijumpai di pasar tradisional.

Berdasarkan studi terdahulu jumlah petani sayuran organik yang mensupply

sayurannya ke pasar selama musim tanam (MT) 2019 di kota Ambon ada di dua tempat

yang berbeda yaitu di Dusun Airlouw Negeri Nusaniwe, dan Dusun Taeno Negeri

Rumah Tiga. Namun demikian belum diketahui pendapatan petani, margin pemasaran,

dan apakah produksi sayuran organik di dua dusun tersebut telah mencukupi

permintaan konsumen. Melihat peluang untuk mengembangkan usaha sayuran organik

di kota Ambon maka perlu dilakukan penelitian Strategi Pemasaran Usahatani Sayuran

Organik di kota Ambon.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Airlouw Negeri Nusaniwe dan Dusun Taeno

Negeri Rumah Tiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey dengan memilih 30 petani secara sengaja (Purposive Sampling) dari dua

kelompok tani (Soekartawi,1995). Artinya setiap subjek yang di ambil dari populasi di

pilih dengan sengaja dan berdasarkan pertimbangan tertentu, dimana pertimbangan

dilihat dari para petani yang masih aktif dalam mengelola usahataninya. Jumlah petani

yang dijadikan sampel sebanyak tiga puluh (30) responden dari dua kelompok tani di

kota Ambon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis

pendapatan, margin pemasaran, dan metode analisis SWOT.

Analisis pendapatan dan analisis marjin pemasaran dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut : (Sutarno, 2014)

Y = R-TC ........................................................................................................ (1)

Dimana, Y = Pendapatan

R = Penerimaan

TC = Total Biaya

Page 4: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

193 Volume 9 No. 2 Juni 2021

MP = Pr-Pf .................................................................................................... (2)

Dimana, MP = Marjin Pemasaran

Pr = Harga ditingkat pengecer

Pf = Harga ditingkat petani

Sementara farmers share dihitung dengan menggunakan rumus :

Fs = Pr/Pf X 100% .......................................................................................... (3)

Dimana Fs = Farmers Share

Pf = Harga ditingkat produsen/petani (Rp/Kg)

Pr = Harga ditingkat konsumen (Rp/Kg)

Matriks SWOT digunakan untuk strategi pemasaran perusahaan dengan memadukan

atau menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2009).

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Petani

Karakteristik petani adalah ciri atau sifat yang dimiliki oleh petani

meliputi beberapa faktor atau unsur yang melekat pada diri seseorang (Subagio dan

Manoppo, 2016). Karakteristik responden adalah menguaraikan atau memberikan

gambaran mengenai identitas responden dalam penelitian ini. Petani responden dalam

penelitian ini adalah petani Kota Ambon yang terdiri dari dua tempat yaitu Dusun

Airlouw dan Dusun Taeno yang mengusahakan usahatani sayuran organik sebanyak

30 ora ng responden. Karakteristik petani yang diukur meliputi: umur,tingkat

pendidikan dan luas lahan.

Umur Petani

Umur dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan seseorang baik secara fisik

maupun non fisik. Kondisi fisik tersebut berkaitan dengan kemampuan untuk

mencurahkan tenaga saat melaksanakan suatu aktivitas. Manusia dikatakan masih

Page 5: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 194

produktif apabila memiliki usia antara golongsn 15-64 tahun dan umur non produktif

antara golongan 65-84 tahun (Nurhasikin, 2013). Berikut keadaan umur responden di

lokasi penelitian.

Tabel 1. Sebaran petani berdasarkan umur

Umur Jumlah (orang) Presentase %

Produktif 15-64 27 90

Non Produktif 65-84 3 10

Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang

tergolong usia produktif 90%, dan tergolong usia non produktif sebanyak 10%. Artinya

sebagian besar responden yang berusia produktif ini secara fisik dapat dikatakan

mampu melakukan aktifitas sebagai petani.

Tingkat Pendidikan Petani

Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan individu, baik

cara berpikir, dan sikap mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Semakin tinggi

tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki maka akan berpengaruh pula

terhadap pola pikir orang yang bersangkutan. Tingkat pendidikan mempengaruhi

seseorang untuk menganalisis suatu masalah, kemampuan daya nalar dan mencari

solusi pemecahan masalah dalam meningkatkan pendapatan dan dapat memenuhi

kebutuhan dasar rumahtangga (Alfret, 2001).

Tabel 2. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase %

SD 11 36,7

SMP 6 20

SMA 10 33,3

S1 3 10

Total 30 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden terbanyak memiliki

tingkat pendidikan SD sebanyak 11 responden (36,7%) dan SMA sebanyak 10

responden (33,3%). Hal ini menunjukan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani

Page 6: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

195 Volume 9 No. 2 Juni 2021

cukup tinggi karena semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin banyak

pengetahuan dan cara berpikir yang lebih strategis untuk meningkatkan produksi yang

lebih baik.

Luas Lahan Usahatani

Sayogyo, (1997) mengelompokan petani di pedesaan Jawa dalam tiga kategori,

yaitu: petani skala kecil dengan luas usaha tani <0,5 hektar, skala menengah dengan

luas usahatani 0,5 – 1,0 hektar, dan skala luas dengan luas lahan usahatani >1,0 hektar.

Luas lahan mempengaruhi besar kecilnya produksi hasil usahatani. Semakin luas lahan

pertanian maka semakin tinggi produksi dan pendapatan petani. Status kepemilikan

lahan pada dua dusun tersebut adalah petani menanam di atas tanah milik negeri tetapi

diberikan secara gratis untuk diusahakan. Berdasarkan hasil penelitian luas lahan

usahatani sayuran organik di kota ambon yakni pada dua dusun tersebut yakni dusun

Airlouw dan Taeno untuk seluruh responden memiliki luas lahan <0,5 ha, namun di

dusun Airlouw bekerja secara individu pada lahannya masing-masing sedangkan pada

dusun Taeno bekerja secara kelompok pada satu lahan yang dimana mereka bekerja

secara bergilir pada lahan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa seluruh responden

memiliki usahatani dalam skala kecil.

Produksi dan Pendapatan Petani

Hasil penelitian menunjukan bahwa komoditi sawi mempunyai produksi

tertinggi baik di Dusun Airlouw maupun Dusun Taeno. Hal ini menunjukan bahwa

sawi merupakan komoditi yang paling diminati untuk diusahakan oleh responden di

kedua lokasi penelitian. Rata-rata produksi sawi di Dusun Airlouw adalah 26,13 kg per

musim tanam, sementara Dusun Taeno 148 kg, dan untuk kedua komoditi lainnya yaitu

kangkung mempunyai rata-rata produksi di Dusun Airlouw adalah 25,2 kg per musim

tanam dan Dusun Taeno adalah 135 kg per musim tanam untuk komoditi bayam rata-

rata produksi di Dusun Airlouw adalah 23,36 kg per musim tanam dan Dusun Taeno

adalah 115 kg per musim tanam. Terdapat selisih jumlah produksi dan pendapatan di

kedua lokasi penelitian disebabkan perbedaan cara kerja dari dua lokasi tersebut di

Page 7: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 196

mana Dusun Airlouw bekerja secara individu dan hasil penjualan yang diterima secara

individu, sedangkan Dusun Taeno bekerja secara kelompok dan hasil penjualan yang

diterima juga secara kelompok dan akan dibagi atau disimpan. Berikut produksi, biaya

produksi, biaya pemasaran dan pendapatan responden dari ketiga komoditi (kangkung,

sawi dan bayam).

Tabel 3. Rata-rata produksi, biaya produksi, biaya pemasaran dan pendapatan petani

sayuran di Dusun Air Low dan Dusun Taeno per musin tanam

Uraian

Nilai Rata-Rata Produksi, Biaya Produksi, Biaya Pemasaran dan Pendapatan

Sayuran Kangkung, Sawi dan Bayam

Kangkung Sawi Bayam

Air Low Taeno Air Low Taeno Air Low Taeno

Luas Lahan (Ha)

Produksi (Kg) 25.2 135.00 26.13 148.00 23.36 115.00

Harga (Rp/Kg) 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00 20,000.00

Penerimaan (Rp) 504,000.00 2,700,000.00 522,600.00 2,960,000.00 465,200.00 2,300,000.00

Biaya Produksi :

Biaya Variabel :

Benih/Bibit 73,888.89 175,000.00 57,000.00 60,000.00 57,000.00 135,000.00

Pupuk 17,222.22 25,000.00 17,222.22 25,000.00 17,222.22 25,000.00

Pestisida 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Variabel 91,111.11 200,000.00 74,222.22 85,000.00 74,222.22 160,000.00

Biaya Tetap :

Parang 7,301.59 36,666.67 7,301.59 36,666.67 7,301.59 36,666.67

Cangkul : 10,787.04 60,000 10,787.04 60,000 10,787.04 60,000

Sprayer : 35,925.93 100,000.00 35,925.93 100,000.00 35,925.93 100,000.00

Total Biaya Tetap 54,014.56 196,666,67 54,014.56 196,666.67 54,014.56 196,666.67

Uraian

Nilai Rata-Rata Produksi, Biaya Produksi, Biaya Pemasaran dan Pendapatan

Sayuran Kangkung, Sawi dan Bayam

Kangkung Sawi Bayam

Air Low Taeno Air Low Taeno Air Low Taeno

Biaya Pemasaran :

Kemasan 1,243.29 1,450.00 1,333,34 1,480.00 1,168.89 1,150.00

Transportasi 15,000.00 15,000.00 15,000.00 15,000.00 15,000.00 15,000.00

Total Biaya Pemasaran 16,243,29 16,450.00 16,333,34 16,480.00 16,168.89 16,150.00

TC (Biaya Variabel + Biaya

Tetap 161,368,96 413,116,67 144,570.12 298,146.67 144,405.67 372,816.67

Pendapatan 342,631.04 2,286,883.33 377,883,22 2,661,853.33 320,794.34 1,927,183,33

Berdasarkan tabel 3 menunjukan perbedaan produksi dan pendapatan petani

dari kedua lokasi penelitian. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan produksi yang

Page 8: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

197 Volume 9 No. 2 Juni 2021

dihasilkan serta perbedaan besarnya biaya yang dikeluarkan terutama biaya produksi.

Meskipun demikian, nilai pendapatan yang cukup tinggi diatas menunjukan bahwa

usaha tersebut menguntungkan terutama bila dilihat dari aspek harga yang cukup

menguntungkan bagi petani sayuran di kedua lokasi penelitian.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran sayuran organik di Dusun Airlouw dan Dusun Taeno dari

petani hingga ke konsumen melibatkan beberapa lembaga yang terbagi atas dua saluran

Saluran Pemasaran I

Gambar 1. Saluran Pemasaran Dusun Taeno

Saluran pemasaran kedua merupakan saluran pemasaran di Dusun Taeno yaitu

terdiri dari Petani dan konsumen. Dari petani langsung menjualnya ke konsumen akhir,

sayuran organik di Dusun Taeno baru di kembangkan karena sebelumnya petani di

dusun taeno merupakan petani sayuran non oraganik. Konsumen akhir disini terdiri

dari konsumen di dalam Dusun Taeno dan di luar Dusun Taeno. Petani juga menjual

sayuran organiknya ke pasar Farmers Market yang di buka satu bulan sekali. Adapun

harga pada masing-masing komoditi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Konsumen Petani

Page 9: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 198

Tabel 4. Harga/lembaga Saluran Pemasaran I

Jenis Sayuran Harga (Rp/ikat)

Petani (harga jual) Konsumen (harga beli)

Kangkung 10,000 10,000

Sawi 10,000 10,000

Bayam 10,000 10,000

Penetuan harga berdasarkan informasi yang didapat dari petani sayuran organik

dari kedua lokasi penelitian. Sistem pembeliannya secara tunai dimana setelah petani

memanen hasil akan langsung dijual ke konsumen akhir.

Saluran Pemasaran II

Gambar 2. Saluran Pemasaran Dusun Airlouw

Saluran Pemasaran dua merupakan saluran pemasaran di Dusun Airlouw yang

terdiri dari Petani – Distributor – Konsumen. Setelah petani memanen hasil

usahataninya mereka kemudian memberikannya kepada ketua kelompok untuk

menjualnya ke distributor, kemudian distributor menjualnya ke konsumen akhir,

distributor disini yaitu pasar ritel modern antara lain; Dian Pertiwi Supermarket, Frish

Market dll. Alasan petani memilih saluran ini yaitu karena sudah ada mitra kerja antara

petani dan distributor. Adapun harga pada masing-masing komoditi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 5. Harga/lembaga saluran pemasaran II

Jenis Sayuran

Harga (Rp/kg)

Petani (harga jual) Distributor (harga jual) Konsumen (harga beli)

Kangkung 20,000 26,000 26,000

Sawi 20,000 28,500 28,500

Bayam 20,000 28,500 28,500

Petani

Distributor Konsumen

Page 10: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

199 Volume 9 No. 2 Juni 2021

Penentuan harga berdasarkan informasi yang didapat dari petani dan juga

distributor yang terlibat dalam saluran pemasaran II tersebut. Sistem penjualannya pun

secara tunai dimana petani setelah memanen hasil langsung dibawa ke distributor.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan

harga yang dibayarkan oleh konsumen. Besar marjin pemasaran ditentukan oleh besarnya

biaya dan keuntungan yang terjadi di setiap lembaga pemasaran yang terlibat.

Margin Pemasaran Saluran I

Berdasarkan hasil penelitian pada saluran pemasaran I tidak terdapat margin

pemasaran karena hanya ada dua lembaga pemasaran dimana hanya ada petani dan

konsumen akhir, pada saluran pemasaran I petani langsung menjual hasil produksinya ke

konsumen akhir tanpa ada perantara. Biaya dan keuntungan pemasaran pada saluran

pemasaran I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Biaya dan keuntungan saluran pemasaran I

Lembaga Pemasaran

Taeno

Nilai (Rp/Ikat)

Kangkung Sawi Bayam

Petani (Harga Jual) 10,000 10,000 10,000

Konsumen (Harga Beli) 10,000 10,000 10,000

a. Biaya Kemasan 160 160 160

b. Biaya Transportasi 426 426 426

c. Total Biaya 586 586 586

Keuntungan 9,414 9,414 9,414

Berdasarkan tabel 6 biaya yang dikeluarkan petani adalah biaya kemasan/plastik

dan biaya transportasi. Biaya pemasaran yang dikeluarkan petani untuk ketiga komoditi

sebesar Rp.586

Page 11: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 200

Margin Pemasaran Saluran II

Berdasarkan hasil penelitian pada saluran pemasaran II terdapat margin

pemasaran karena ada tiga lembaga pemasaran yaitu petani, distributor dan konsumen

akhir. Saluran pemasaran II analisis margin komoditi kangkung petani menjual

kangkung kepada distributor dengan harga Rp.20,000/kg, kemudian distributor

menjual kepada konsumen akhir dengan harga Rp.26,000/kg. Analisis margin komoditi

sawi petani menjual sawi kepada distributor dengan harga Rp.20,000/kg kemudian

distributor menjual kepada konsumen dengan harga Rp.28,500/kg. Analisis margin

komoditi bayam petani menjual bayam kepada distributor dengan harga Rp.20,000/kg

kemudian distributor menjual kepada konsumen akhir dengan harga Rp.28,500/kg.

Margin pemasaran pada saluran pemasaran II ini untuk komoditi kangkung sebesar

Rp.6,000/kg dan untuk komoditi sawi dan bayam sebesar Rp.8,500/kg. Biaya dan

keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Biaya dan Keuntungan Saluran Pemasaran II

Lembaga Pemasaran

Airlouw

Nilai (Rp/Kg)

Kangkung Sawi Bayam

Petani (Harga Jual) 20,000 20,000 20,000

Distributor (Harga Jual) 26,000 28,500 28,500

Konsumen (Harga Beli) 26,000 28,500 28,500

a. Biaya Kemasan 540 540 540

b. Biaya Kantong 550 550 550

c. Total Biaya 1,090 1,090 1,090

Keuntungan 24,910 27,410 27,410

Marjin Pemasaran 6,000 8,500 8,500

Marjin Keuntungan 4,910 7,410 7,410

Berdasarkan tabel 8 biaya yang dikeluarkan distributor pada tiga komoditi adalah

biaya kemasan dan biaya kantong. Biaya pemasaran dalam saluran pemasaran II ini sebesar

Rp.1,090. Marjin keuntungan terbesar terdapat pada dua komoditi yaitu sawi dan bayam

sebesar Rp. 7,410 dan marjin pemasarannya sebesar Rp. 8,500.

Page 12: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

201 Volume 9 No. 2 Juni 2021

Farmer share merupakan bagian (%) yang diperoleh petani melalui adanya

kesepakatan harga jual dan harga beli antara produsen dengan konsumen maupun

produsen dengan pedagang. Berikut adalah share pada saluran pemasaran II untuk tiap

komoditi.

Tabel 8. Share yang diterima petani pada saluran

Saluran Pemasaran II Harga di Tingkat

Petani (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg) Share%

Kangkung 20,000 26,000 76,92

Sawi 20,000 28,500 70,17

Bayam 20,000 28,500 70,17

Berdasarkan tabel 9, share yang diterima petani pada saluran pemasaran II

untuk komoditi kangkung sebesar 76,92 persen dan untuk sawi dan bayam 70,17

persen. Tabel 9 juga menjelaskan bahwa apabila terdapat penggunaan beberapa saluran

pemasaran, maka share yang akan diterima petani berbeda dan juga lebih kecil.

Alternatif Strategi Matriks SWOT Dalam Pemasaran Sayuran Organik di Kota

Ambon

Alternatif strategi pemasaran sayuran organik di kota Ambon dirumuskan

menggunakan analisis matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara

jelas bagimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu

usaha dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis

SWOT digambarkan ke dalam matriks SWOT dengan empat kemungkinan alternative

strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O), strategi kelemahan-peluang (W-O),

strategi kekuatan-ancaman (S-T), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T). Penentuan

alternatif strategi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Page 13: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 202

Tabel 9. Alternatif strategi matriks SWOT dalam pemasaran

sayuran organik di Kota Ambon

Berdasarkan tabel matriks SWOT, alternatif strategi yang diperoleh dan dapat

diterapkan pada agroindustri pengolahan kelapa adalah sebagai berikut:

1. Strategi S-O, yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

a. Membuka peluang kerja sama dengan pihak lain terkait dengan pendistribusian

sayuran organik.

Kerjasama dengan pihak lain sangatlah penting bagi pemasaran produk sayuran

organik. Semakin banyak bekerjasama dengan pihak distributor semakin baik dalam

meningkatkan jumlah pemasaran sayuran organik. Oleh karena itu petani harus pandai

menjalin hubungan dengan distributor, serta pandai menjaga atau memperkuat

hubungan yang ada agar distributor tetap ingin bekerjasama dan tidak berpindah kelain

pihak.

Internal

Eksternal

Kekuatan-Strenght (S)

1. Kualitas sayur sangat

baik 2. Kualitas sayur terjaga

3. Kerja sama antar

anggota

4. Pupuk dan pestisida alami

Kelemahan-Weakness (W)

1. Harga relatif mahal

2. Produksi rendah 3. Luas lahan kecil

4. Pengendalian hama dan

penyakit

Peluang-Opportunitie(O)

1. Meningkatkan produksi

2. Subsidi modal kerja dan saprodi

dari pemerintah

3. Pesaing masih sedikit

4. Perspektif konsumen akan

pebtingnya mengkonsumsi sayuran

organik meningkat

Strategi S-O

1. Membuka peluang

kerjasama dengan

pihak lain terkait

dengan

pendistribusian

sayuran organik

Strategi W-O

2. Memanfaatkan secara

optimal bantuan dari

pemerintah serta

meningkatkan

penggunaan faktor

produksi agar dapat

meningkatkan produksi sayuran organik

Ancaman-Threats (T)

1. Perubahan iklim

2. Adanya pesaing baru

3. Permintaan sayuran organik menurun

Strategi S-T

3. Berusaha

mempertahankan

kualitas produk

Strategi W-T

4. Menjaga serta

meningkatkan

produktivitas dan

produksi sayuran

Page 14: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

203 Volume 9 No. 2 Juni 2021

2. Strategi W-O, yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang

a) Memanfaatkan secara optimal bantuan dari pemerintah serta meningkatkan

penggunaaan faktor produksi agar dapat meningkatkan sayuran organik.

Bantuan pemerintah sangat dirasakan oleh petani dalam peningkatan

produksi usahatani mereka. Petani sangat mengoptimalkan bantuan yang

diberikan untuk meningkatkan ushatani mereka agar produksi usahatani

mereka lebih berkembang dan bantuan yang di berikan oleh pemerintah

tepat sasaran kepada petani.

3. Strategi S-T, yaitu strategi yang digunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

b) Berusaha mempertahan kualitas produk

Kualitas adalah kombinasi karakteristik yang menentukan nilai produk

terhadap pembeli. Kondisi sayuran yang segar berkaitan dengan

penampilan, rasa dan kualitas nutrisi. Semakin segar dan baik penampilan

sayuran organik maka pemebli akan semakin tertarik karena pembeli

menilai kualitas sayuran dari segi visual sayuran tersebut. Maka dari itu,

petani harus meningkatkan dan mempertahankan kualitas sayuran organik

yang ada agar mendapatkan kepercayaan distributor serta konsumen.

Sehingga proses pemasaran sayuran organik semakin baik.

4. Strategi W-T, yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman

c) Menjaga serta meningkatkan produktivitas dan produksi sayuran.

Menjaga serta meningkatkan produktivitas dan produksi sayuran

merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha sayuran, karena

kualitas dan kuantitas menentukan tingkat pemasaran dan minat dari

konsumen. Hal itu juga menentukan harga sayuran. Semakin baik kualitas

sayuran dan produksi yang memenuhi target maka penghasilan petani juga

semakin meningkat.

Page 15: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 204

Alternatif Strategi Matriks QSPM dalam Pemasaran Sayuran Organik di Kota

Ambon

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menggunakan informasi input

untuk secara sasaran mengevaluasi strategi alternatif layak yang diidentifikasikan

dalam tahap pencocokan. QSPM menggunakan daya tarik relatif dari strategi alternatif

dan oleh karena itu menjadi dasar sasaran untuk memilih strategi spesifik. QSPM

adalah alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternative secara

obyektif, berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses internal dan eksternal yang

dikenali sebelumnya. Seperti alat analisis perumusan strategi yang lain, QSPM

memerlukan penilaian intuitif yang baik. QSPM dirancang untuk menetapkan daya

tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak, berdasarkan pada sejauh mana faktor-

faktor sukses kritis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki.

Tahap terakhir dalam perumusan strategi pemasaran adalah tahap keputusan

dengan menggunakan Matriks QSPM. Gambaran dari matriks QSPM dapat dilihat

pada tabel 10.

Tabel 10. Alternatif strategi matriks QSPM dalam pemasaran

sayuran organik di Kota Ambon

Faktor Strategis Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4

TAS TAS TAS TAS

Kekuatan

A 0.15 0.6 0.6 0.6 0.6

B 0.15 0.6 0.6 0.6 0.6

C 0.15 0.15 0.15 0.6 0.45

D 0.15 0.45 0.15 0.45 0.45

E 0.15 0.45 0.15 0.15 0.45

Kelemahan

F 0.08 0.08 0.08 0.08 0.24

G 0.06 0.06 0.06 0.06 0.12

H 0.06 0.06 0.24 0.06 0.12

I 0.05 0.05 0.15 0.05 0.15

J

Peluang

A 0.19 0.76 0.76 0.57 0.76

Page 16: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

205 Volume 9 No. 2 Juni 2021

Lanjutan tabel 10

Faktor Strategis Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4

TAS TAS TAS TAS

B 0.15 0.15 0.6 0.15 0.45

C 0.2 0.8 0.8 0.8 0.8

D 0.8 2.4 0.8 3.2 2.4

Ancaman

E 0.05 0.05 0.15 0.15 0.15

F 0.08 0.24 0.08 0.32 0.16

G 0.06 0.06 0.18 0.24 0.18

H 0.09 0.09 0.27 0.36 0.09

Total TAS 7.05 5.82 8.44 8.17

Berdasarkan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi 3 mendapat total

nilai kemenarikan terbesar yaitu 8,44 yaitu. Adapun hasil perhitungan matriks QSPM

yaitu perkalian antara rata-rata bobot faktor-faktor strategis internal dan eksternal

dengan nilai daya tarik (AS) pada bobot di sini ada enam (6) responden yang

memberikan bobot yaitu ketua kelompok tani, wakil dan bendahara kelompok tani dari

kedua dusun tersebut, dari ke enam (6) orang tersebut di ambil berdasarkan yang lebih

berpengalaman dalam mengelola usahatani sayuran organic. Pada tabel di atas strategi

tiga menjadi strategi pemasaran prioritas dikarenakan berusaha mempertahankan

kualitas produk merupakan strategi pemasaran yang paling mungkin untuk dilakukan

oleh petani sayuran organik kota Ambon saat ini. Dengan mempetahankan kualitas

produk maka petani akan mempertahankan kepercayaan dari pihak konsumen,

sehingga ketika adanya pesaing baru maka petani tidak perlu khawatir akan kehilangan

konsumen. Peluang kerja sama dengan pihak lain terkait (distributor) akan lebih

mudah untuk dilakukan jika kualitas sayur yang ditawarkan petani baik dan terjaga.

Selain itu, produksi sayuran organik di Kota Ambon sangat baik artinya disesuaikan

dengan permintaan pasar yang ada. Artinya strategi pemasaran yang lain dapat

dilaksanakan setelah strategi tiga dilakukan.

Strategi kedua yaitu memanfaatkan secara optimal bantuan dari pemerintah

serta meningkatkan penggunaan faktor produksi agar dapat meningkatkan produksi

Page 17: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 206

sayuran organic terakhir berdasarkan hasil Matriks QSPM. Petani sayuran organik di

Kota Ambon telah memanfaatkan bantuan pemerintah serta penggunaan faktor

produksi dengan baik. Oleh karena itu, strategi ini menjadi prioritas terakhir dari empat

strategi aplikatif yang ada. Setelah petani sayuran organik di Kota Ambon mampu

melaksanakan ketiga strategi aplikatif lainnya, selanjutnya petani sayuran organik di

Kota Ambon perlu tetap berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan bantuan dari

pemerintah dan penggunaan faktor produksi.

Kesimpulan

Rata-rata pendapatan petani sayuran organik di Dusun Air Low dari komoditi

kangkung Rp. 342,665.45/mt sawi Rp. 409,696.56/mt dan bayam adalah Rp.

322,794.34/mt. Sementara rata-rata pendapatan petani sayuran organik di Dusun Taeno

dari komoditi kangkung, sawi dan bayam adalah Rp. 2,239,264.29/mt, Rp.

2,614,564.29/mt dan Rp. 1,879,564.29/mt. Marjin pemasaran yang diperoleh petani

sayuran organik di Dusun Airlouw dan Dusun Taeno pada saluran pemasaran I tidak

ada hal ini dikarenakan petani langsung menjual hasil produksinya ke konsumen akhir

tanpa perantara. Sementara marjin pemasaran yang diperoleh petani sayuran organik

pada saluran pemasaran II untuk komoditi kangkung sebesar Rp. 6,000/kg, dengan

share 76,92 persen dan untuk sawi dan bayam marjin pemasaran sebesar Rp. 8,500/kg

dengan share 70,17 persen. Berdasarkan analisis SWOT, strategi pemasaran sayuran

organik di Kota Ambon yakni membuka peluang kerja sama dengan pihak lain terkait

dengan pendistribusian sayuran organik (S-O), memanfaatkan secara optimal bantuan

dari pemerintah serta meningkatkan penggunaaan faktor produksi agar dapat

meningkatkan sayuran organik (W-0), berusaha mempertahan kualitas produk (S-T)

dan menjaga serta meningkatkan produktivitas dan produksi sayuran (W-T).

Sementara, berdasarkan matrikks QSPM strategi pemasaran prioritas yakni

mempertahankan kualitas produk.

Page 18: STRATEGI PEMASARAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK DI …

207 Volume 9 No. 2 Juni 2021

Daftar Pustaka

Badan Pusat Satistik Provinsi Maluku. 2017. Produksi Sayur di Maluku Dinas

Kehutanan Pertanian dan Peternakan Kota Ambon. (BPS Kota Ambon dalam

Angka)

David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep, Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009 Profil Keshatan Indonesia 2009. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Issamawati, F. 2009. “Analisis keputusan pembelian konsumen sayuran di

PasarTradisional (Studi Kasus di Pasar Baru Bogor)”. Skripsi. Bogor:

InstitutPertanian Bogor Fakultas Pertanian.

Novandari. W. 2011. “Analisis motif pembelian dan profil perilaku “green product

customer” (studi pada konsumen produk pangan organik di purwokerto)”.

Jurnal JEBA. Vol. 13 (1):

Nurhasikin. 2013. “Penduduk usia produktif dan ketenagakerjaan”. Jurnal Ilmu

Kehutanan. Vol 2 (2018): 86-98.

Samodro G.S & Yuliawati.2018. “Strategi Pengembangan Usahatani Sayuran Organik

kelompok Tani Cepoko Mulyo Kabupaten Boyolali. Caraka Tani” Journal of

Sustainable Agriculture. Vol 33 (2): 169-179.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.

Subagio H, dan C N Manoppo. 2016. Hubungan karakteristik petani dengan

usahatani cabai sebagai dampak dari pembelajaran FMA (Studi kasus di

Desa Sunju Kecamatan Marawola Provinsi Sulawesi Tengah). Prosiding

Seminar Nasional Kemandirian Pangan Di Malang. Vol 9 (2): 323-350.

Sutarno. 2014. “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai di Kabupaten Wonogiri”. e-

Journal Agrineca. 14 (1): 1-10.