analisis perbandingan penghimpunan dana pihak...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA
SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN KEBIJAKAN OFFICE
CHANNELING PADA BNI SYARIAH
Erika Amelia dan Ayodhya Dwi Kurnianto
ABSTRAK
A. Latar Belakang Masalah
Kelahiran bank syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat
Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang berpandangan bunga merupakan
riba, sehingga dilarang oleh agama. Dari aspek hukum, yang mendasari
perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU no. 7 tahun 1992. dalam UU
tersebut prinsip syariah masih samar dan hanya dinyatakan sebagai bank dengan
prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU
no.10 tahun 1998, yang kemudian diperkuat dengan UU no.23 tahun 1999 tentang
bank Indonesia dan UU no.3 tahun 2004.
Dalam perkembangannya, bank syariah di Indonesia memiliki berbagai kendala
yang dihadapi. Salah satu kendala yang dihadapi adalah terbatasnya jaringan
kantor bank syariah sehingga masyarakat yang akan mengakses bank syariah
tidak menemukan kantor yang melayani jasa perbankan ini1, tak terkecuali Bank
BNI syariah. Bank BNI syariah adalah salah satu Unit Usaha syariah yang ada di
Indonesia.
Untuk menyelesaikan masalah terbatasnya jaringan kantor bank syariah, maka BI
telah membuat berbagai kebijakan dan regulasi. Antara lain dengan mengeluarkan
kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/3/2006 pada
tanngal 31 januari 2006 dan diperbaharui dengan PBI no.9/7/PBI/2007 tanggal 4
mei 2007. Regulasi ini ditujukan untuk memberikan peluang bank konvensional
yang mempunyai Unit Usaha Syariah (UUS) untuk membuka layanaan syariah
melalui outlet konvensional atau lebih dikenal dengan istilah office channeling.2
Istilah office channeling mempunyai pengertian layanan syariah yang dilakukan
1 Dahlan siamat, manajemen lembga keuangan, (jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,2004), p. 182.
2 U. Saefudin Noer, menimba Strategi Pengembangan Jaringan Bank Syariah, artikel, (Shariabusiness,
edisi 40, 2006), p. 32
oleh cabang konvensional, nasabah tidak perlu lagi mencari cabang syariah dan
cukup datang ke kantor cabang konvensional.3
Deputi Gubernur BI, Maulana Ibrahim, mengatakan bahwa office channeling
dimaksudkan sebagai salah satu cara memperbesar pangsa pasar bank syariah.
Karena pangsa pasar bank syariah saat ini baru mencapai 1,56 %, bila merujuk
pada blue print pengembangan bank syariah. Diakhir 2008, BI menargetkan share
bank syariah mencapai 5 %. Selain itu, pola ini juga mempermudah nasabah
dalam mengakses layanan perbankan syariah karena mereka bisa datang ke kantor
bank konvensional untuk membuka rekening syariah.4
Menurut Maulana, office channeling memang diusulkan untuk mengatasi
kelangkaan outlet layanan bank syariah di Indonesia.5 Saat ini jumlah outlet bank
syariah baru mencapai 507 kantor. Sementara jumlah kantor bank konvensional
hampir 8.000 kantor. Sementara itu Ma’aruf Amin, ketua DSN- MUI, mengatakan
bahwa dengan office channeling, akses masyarakat pada bank syariah juga
meningkat sehingga, tidak ada masyarakat yang tidak dapat menjangkau
perbankan syariah.6
Sejak April 2006 BNI syariah mengembangkan program office channeling,
sehingga makin memudahkan nasabah untuk bertransaksi syariah dimanapun.
Dengan office channeling, pembukaan rekening syariah bisa berlangsung di
cabang- cabang konvensional BNI. Hingga Mei 2007 jumlah office channeling
yang dimiliki BNI syariah sebanyak 424 kantor. Menurut Bien Subiantoro,
Direktur Usaha Syariah dan Komersial BNI, layanan syariah amat potensial
mendorong bisnis BNI syariah. Alasannya, semakin tinggi DPK (dana pihak
ketiga) semakin tinggi pula pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat.
3 www.lampungpost.com/ekonomisyariah, Unggul dengan Office Channeling BNI Syariah, 2 oktober 2006
4www.republika.co.id, BI Kaji Office Channeling, 18 November 2005.
5 www.republika.co.id, Ibid, 18 November 2005.
6 www.republika.co.id. BNI Proyeksi Kenaikan DPK Rp 500 Miliar semester II, 18 Juli 2006.
B. PERUMUSAN MASALAH
Pembahasan mengenai dampak dari penerapan kebijakan office channeling
mempunyai cakupan yang luas, maka penelitian hanya dibatasi pada penerapan
kebijakan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga saja. Adapun pembatasan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan rata- rata kuantitas penghimpunaan dana pihak ketiga BNI
syariah sebelum dan sesudah penerapan kebijakan office channeling?
2. Bagaimana penghimpunaan dana pihak ketiga sebelum dan sesudah penerapan
kebijakan office channeling pada BNI syariah?
C. HIPOTESIS
DANA PIHAK KETIGA
Dana adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai
bank dan setiap waktu dapat diuangkan.7 Dana sangat menetukan pertumbuhan suatu
bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menentukan pula
volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank dalam bentuk penanaman dana yang
menghasilkan.8 Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa
menghimpun dana yang (sementara) tidak digunakan untuk kemudian menyalurakannya
kembali dana tersebut ke dalam masyarakat untuk jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Undang- undang No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Jadi yang dimaksud dengan dana pihak ketiga adalah dana
yang dihimpun oleh bank dari pihak ketiga atau dalam hal ini masyarakat.
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berupa giro, tabungan dan deposito,
sama halnya dengan penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank syariah, hanya saja
7 Sinungan Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), p. 26
8 Thomas Suyatno, Op Cit, p.29.
yang membedakan penghimpunan dana antara bank konvensional dengan bank syariah
adalah pada akadnya.
Giro
Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan. Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro
yang dijalankan berdasarkan prinsip- prinsip syariah.9
Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat- syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun yang
dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.10
Deposito
Deposito adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu yang tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga
dan bank yang bersangkutan.11
Layanan Syariah atau Office Channeling
1. Sejarah Perkembangan Office Channeling
Salah satu tugas dari Bank Indonesia adalah mengatur dan mengawasi perbankan
di Indonesia. Dalam mengatur dan mengawasi tersebut, Bank Indonesia memiliki
wewenang untuk membuat peraturan- peraturan, peraturan tersebut tertuang dalam
9 Adiwarman Karim, Bank Islam Anlisis Fiqih dan Keuangan, edisi ketiga (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), p.291.
10
Adiwarman Karim,Ibid, p.297. 11
Adiwarman Karim,Ibid, p. 303.
Peraturan bank Indonesia (PBI). Office channeling adalah salah satu Peraturan Bank
Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Pada umumnya, office channeling didefinisikan sebagai layanan yang terdapat di
cabang. Dalam perbankan syariah, Office Channeling berarti setiap bank konvensional
berkesempatan memiliki cabang layanan syariah di cabang-cabangnya yang
konvensional.
Layanan syariah melalui office channeling ini tertuang dalam peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 8/3/2006. Pada Bab I pasal 1 ayat 20 dijelaskan bahwa layanan
syariah merupakan kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh Kantor Cabang dan
atau Kantor di bawah Kantor Cabang untuk dan atas nama Kantor Cabang Syariah pada
Bank yang sama. Jadi, nasabah atau masyarakat tidak perlu lagi mencari-cari cabang
syariah, tetapi cukup datang ke kantor cabang konvensional di bank yang bersangkutan.
Sejak 4 Mei 2007, layanan syariah atau office channeling mengalami perubahan
dengan diterbitkannya PBI No.9/7/2007. layanan syariah atau office channeling diperluas
tidak hanya di satu wilayah kerja kantor BI, tapi provinsi. Hal ini memberi ruang lebih
leluasa kepada UUS untuk mengembangkan sayap.
Selain perluasan wilayah, cakupan kerja UUS juga diperluas. Yang semula hanya
melakukan kegiatan penghimpunan dana, diperluas dengan melakukan seluruh transaksi
perbankan yaitu penghimpuan dan penyaluran dana serta jasa transaksi perbankan syariah
lainnya. Bank konvensional yang induknya memiliki UUS juga diwajibkan
mencantumkan logo industri perbankan syariah di setiap kantornya.12
Tujuan Office Channeling
Menurut Deputi Gubernur BI, Maulana Ibrahim, office channeling memiliki
beberapa tujuan diantaranya, sebagai berikut:13
1. Office channeling dimaksudkan sebagai salah satu cara memperbesar pangsa
pasar bank syariah.
2. Pola office channeling juga mempermudah nasabah dalam mengakses layanan
perbankan syariah. Karena, mereka bisa datang ke kantor bank konvensional.
12
Siti Ch. Fadjrijah. Dua Kado di Bulan Mei. (Artikel, Sharing, Edisi 8 tahun I-Juni). 13
www.republika.co.id. BI Kaji Office Channeling. 18 November 2005.
3. Office channeling dimaksudkan untuk mengatasi kelangkaan outlet layanan bank
syariah di Indonesia.
2. Ketentuan Layanan Syariah Berdasarkan PBI No. 9/7/2007
1. Layanan Syariah adalah kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan
pemberian jasa perbankan lainnya yang dilakukan di Kantor Cabang dan atau di
Kantor Cabang Pembantu untuk dan atas nama Kantor Cabang Syariah pada Bank
yang sama
2. Rencana Layanan Syariah wajib dicantumkan dalam rencana bisnis Bank yang
telah mendapatkan penegasan dari Bank Indonesia.
3. Layanan Syariah dapat dibuka:
a. Di satu wilayah yang sama dengan Kantor Cabang Syariah Induknya
dalam satu wilayah kerja Kantor Bank Indonesia atau dalam satu wilayah
propinsi;
b. Dengan menggunakan pola kerjasama antara Kantor Cabang Syariah
induknya dengan Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu;
c. Dengan menggunakan sumber daya manusia bank yang telah memiliki
pengetahuan mengenai produk dan operasional bank syariah;
d. Dengan didukung oleh kesiapan teknologi sistem informasi yang
memadai;
e. Dengan didukung oleh sistem pengendalian yang memadai dari Kantor
Cabang Syariah induknya;
f. Dicatat dan dibukukan secara terpisah dari Kantor Cabang dan atau Kantor
Cabang Pembantu dimana Layanan Syariah berlokasi;
g. Menggunakan standar akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan
syariah.
4. Kantor cabang atau kantor cabang pembantu konvensional yang menjadi lokasi
Layanan Syariah wajib mencantumkan logo industri perbankan syariah dan/atau
kata-kata Layanan Syariah di tempat yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas
oleh masyarakat.
5. Pembukaan alamat Layanan Syariah yang dilakukan di jalan yang sama atau di
lokasi yang berdekatan, atau di dalam kotamadya yang sama dengan lokasi
Layanan Syariah sebelumnya berada, wajib memenuhi persyaratan:
a. Diumumkan di lokasi dimana Layanan Syariah sebelumnya berada
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum pelaksanaan pemindahan
alamat;
b. Dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pemindahan alamat.
2. Pemindahan alamat Layanan Syariah yang dilakukan keluar kotamadya atau
ibukota kabupaten dimana lokasi Layanan Syariah sebelumnya berada, wajib
memenuhi:
a. Melaporkan rencana pemindahan alamat paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum pelaksanaan pemindahan alamat;
b. Melampirkan persyaratan:
a. Alasan pemindahan alamat;
b. Rencana penyelesaian atau pengalihan tagihan dan kewajiban Layanan
Syariah;
c. Melaksanakan pemindahan alamat paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah tanggal surat penegasan dari Bank Indonesia;
d. Melaporkan pelaksanaan pemindahan alamat Layanan Syariah di koran
lokal atau di lokasi dimana Layanan Syariah sebelumnya berada paling
lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan pemindahan
alamat.
BNI Syariah Channeling Outlet
Sejak bulan April 2006 BNI syariah telah membuka layanan syariah di
cabang-cabang BNI. Berdasarkan Peraturan BI No.8/3/2006, kini pembukaan Tabungan
Syariahplus, THI Syariah, Giro Syariah dan Deposito Syariah dapat dilayani kantor
cabang utama BNI. Untuk transaksi penyetoran atau penarikan uang dapat dilakukan
diseluruh kantor cabang BNI. Namun layanan office channeling hanya sebatas untuk
transaksi Funding saja, tidak untuk transaksi pembiayaan.
Walaupun Peraturan BI no.8/3/2006 telah dirubah dengan Peraturan BI
no.9/7/2007 yang membolehkan melakukan kegiatan penyaluran dana dan pemberian jasa
perbankan lainnya, namun BNI syariah belum menerapkannya. Office channeling
(layanan syariah) BNI syariah sampai saat ini belum memberikan layanan untuk kegiatan
pembiayaan maupun jasa- jasa perbankan.
Pada awal pembukaan layanan syariah (office channeling) pada bulan April
2006, BNI syariah baru memiliki 29 kantor layanan syariah. Hingga mei 2007 jumlah
kantor layanan syariah yang dimiliki BNI syariah berjumlah 424 kantor. SDM yang
ditempatkan di Kantor Layanan Syariah (Office Channeling) adalah karyawan BNI
konvensional yang telah di trainning terlebih dahulu mengenai produk- produk syariah.
BNI syariah menjamin dana yang dihimpun di kantor layanan syariah tidak
akan tercampur dengan dana yang ada di cabang utama BNI karena sistem
pembukuannya dilakukan secara terpisah dan langsung dibukukan di cabang syariah pada
hari yang sama. Dan tentunya pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah terus
dilakukan, jadi kepatuhan terhadap aspek syariah Insya Allah tetap terjaga. Berikut ini
merupakan alur Proses office channeling pada BNI Syariah.
Gambar 4.3. Alur Proses Office Channeling
BNI Syariah
Kirim form
aplikasi, buku
dan bilyet BNI
Entry Data
Nasabah 1
1
2
3
3
Sumber: BNI Syariah
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Sebelum dan Sesudah Penerapan Kebijakan
Office Channeling Pada BNI Syariah
Penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh BNI Syariah melalui tiga
macam produk yaitu Giro, Tabungan dan Deposito. Untuk mengetahui bagaimana
penghimpunan dana pihak ketiga pasca penerapan kebijakan office channeling, gambaran
mengenai penghimpunan dana pihak ketiga pada BNI syariah dapat dibagi kedalam dua
bagian yaitu penghimpunan sebelum office channeling dan penghimpunan dana pihak
ketiga sesudah office channeling.
Gambar 4.5. Grafik Penghimpunan DPK BNI Syariah Sebelum dan
Sesudah Office Channeling
0100000200000300000400000500000600000700000
FEB'0
5
APR
L'0
5
JUN
'05
AG
UST
'05
OK
T'0
5
DES'0
5
FEB'0
6
APR
IL'0
6
JUN
I'06
AG
US'0
6
OK
T'0
6
DES'0
6
FEB'0
7
APR
IL'0
7
GIRO
TABUNGAN
DEPOSITO
Diagram garis diatas (Gambar 4.5) adalah diagram yang menggambarkan
penghimpunan dana pihak ketiga sebelum dan sesudah penerapan kebijakan office
channeling pada BNI Syariah. Secara kasat mata dapat dilihat penghimpunan dana pihak
ketiga untuk produk giro sebelum penerapan office channeling bisa dikatakan flat atau
tidak mengalami peningkatan atau penurunan secara signifikan, penghimpunan Giro
tertingggi terjadi pada bulan Februari 2006 sebesar 77,303 Milyar. Sedangkan
penghimpunan Giro terendahnya adalah 54,376 Milyar yang terjadi di bulan Maret 2005.
Setelah diterapkannya office channeling pada bulan April 2006, penghimpunan
Giro pada BNI Syariah tidak mengalami kenaikan secara langsung. Bahkan mengalami
penurunan pada bulan pertama kebijakan tersebut diterapkan sebesar 9,432 Milyar dari
64,996 Milyar turun menjadi 55,564 Milyar. Penghimpunan Giro tertinggi setelah
penerapan kebijakan office channeling pada bulan Juli 2006 sebesar 271,499 Milyar.
Tetapi penghimpunan Giro pada BNI Syariah selama 14 bulan pasca penerapan office
channeling justru mengalami fluktuatif, bahkan mengalami penurunan tepat 14 bulan
pasca office channeling yaitu 134,791 Milyar.
Sedangkan Grafik Penghimpunan DPK melalui produk tabungan pada BNI
Syariah mengalami peningkatan secara terus-menerus, hal ini dapat dilihat pada diagram
diatas, bahwa pada bulan Februari 2005, penghimpunan Tabungan sebesar 341,438
Milyar dan 391,522 pada bulan Maret 2006. Penghimpunan untuk produk tabungan ini
terus meningkat, apalagi pada saat office channeling mulai diterapkan pada bulan April
2006 sebesar 398,446 Milyar. Penghimpunan tertinggi untuk produk giro ini terjadi pada
bulan Mei 2007 sebesar 585,146.
Untuk produk deposito, penghimpunan dana pihak ketiga periode sebelum office
channeling mengalami penurunan dari 429,229 Milyar pada bulan Februari 2005 menjadi
742,223 Milyar pada bulan Maret 2006. Sedangkan penghimpunan tertinggi periode
sebelum office channeling terjadi pada bulan Juli 2005 sebesar 949,577 Milyar.
Penghimpunan pasca office channeling untuk produk deposito mengalami peningkatan
secara terus menerus. Penghimpunan pada bulan pertama office channeling sebesar
741,441 Milyar dan penghimpunan ini terus meningkat sampai pada bulan Mei 2007
sebesar 572,106 Milyar.
Penghimpunan DPK Sebelum Office Channeling
Penghimpunan dana pihak ketiga melalui BNI Syariah sebelum Office
Channeling diambil 14 bulan sebelum penerapan kebijakan Office Channeling dengan
nilai rata-rata untuk setiap penghimpunan dana pihak ketiga. Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga bisa dilihat dari Giro, Tabungan, Deposito. Ilustrasi penghimpunan dana pihak
ketiga melalui BNI Syariah bisa dilihat dibawah ini:
Tabel 4.4
Penghimpunan DPK Periode Sebelum Penerapan Kebijakan Office Channeling
Keseluruhan Cabang
(dalam jutaaan rupiah)
Bulan Giro Tabungan Deposito Total DPK
Feb '05 63,236 341,438 429,229 833,903
Mar '05 54,376 348,793 447,285 850,454
April'05 55,390 366,211 451,559 873,160
Mei '05 54,395 361,452 458,423 874,270
Jun '05 68,856 370,289 463,400 902,545
jul '05 76,336 389,056 484,185 949,577
Agust '05 66,597 389,936 483,916 940,449
Sep '05 75,680 391,549 441,362 908,591
Okt '05 65,549 383,742 433,417 882,708
Nov '05 54,818 390,136 420,066 865,020
Des '05 71,832 374,329 370,754 816,915
Jan '06 72,454 395,413 353,775 821,642
Feb '06 77,303 399,190 314,864 791,357
Mar '06 64,996 391,522 285,705 742,223
Jumlah 921,818 5,293,056 5,837,940 12,052,814
Rata-rata DPK 65,844 378,075 416,996 860,915
Penghimpunan DPK Sesudah Office Channeling
Penghimpunan dana pihak ketiga melalui BNI Syariah sesudah Office Channeling
diambil 14 bulan sesudah penerapan kebijakan Office Channeling dengan nilai rata-rata
untuk setiap penghimpunan dana pihak ketiga. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga bisa
dilihat dari Giro, Tabungan, Deposito. Ilustrasi penghimpunan dana pihak ketiga melalui
BNI Syariah bisa dilihat dibawah ini:
Tabel 4.5
Penghimpunan DPK Periode Sesudah Penerapan Kebijakan Office Channeling
Keseluruhan Cabang
(dalam jutaaan rupiah)
Bulan giro tabungan deposito Total DPK
April '06 55,564 398,446 260,431 714,441
Mei '06 67,895 401,337 262,859 732,091
Jun '06 259,058 414,584 269,685 943,327
Jul '06 271,499 417,424 279,966 968,889
Agust '06 211,825 422,884 295,606 930,315
Sep '06 229,322 435,167 318,021 982,510
Okt '06 202,636 457,476 334,279 994,391
Nov '06 206,529 474,223 355,407 1,036,159
Des '06 221,898 513,362 389,249 1,124,509
Rp
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
Giro Tabungan Deposito Total DPK
Jenis Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Gambar 4.6. Grafik Rata-rata Penghimpunan DPK Sebelum
Office Channeling
378.075 416.996
65.884
860.915
Jan '07 225,744 522,883 434,346 1,182,973
Feb '07 221,525 534,127 451,264 1,206,916
Mar '07 220,228 554,313 469,854 1,244,395
April '07 148,622 557,603 557,106 1,263,331
Mei '07 134,791 585,146 572,106 1,292,043
Jumlah 2,677,136 6,688,975 5,250,179 14,616,290
Rata-rata 191,224 477,784 375,013 1,044,021
Kedua grafik tersebut diatas menggambarkan penghimpunan dana pihak ketiga
melalui BNI Syariah sebelum dan sesudah penerapan kebijakan Office Channeling.
Melihat dari kedua grafik tersebut, rata- rata giro sebelum office channeling sebesar
Rp.65.884, sedangkan rata-rata giro sesudah office channeling sebesar Rp.191.224. rata-
rata tabungan sebelum office channeling sebesar Rp.378.075, sedangkan rata-rata
tabungan setelah office channeling sebesar Rp.447.784. untuk rata-rata deposito sebelum
office channeling sebesar Rp.416.996, sedangkan rata-rata deposito sesudah office
channeling sebesar Rp.375.013. total perolehan DPK sebelum office channeling sebesar
Rp. 860.915, sedangkan total perolehan DPK sesudah office channeling sebesar Rp.
1.044.021.
Seberapa besar Perubahan Penghimpunan DPK Sebelum dan Sesudah Penerapan
Kebijakan Office Channeling?
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
Giro Tabungan Deposito Total DPK
Jenis Penghimpunan
Gambar 4.7. Grafik Rata-rata Penghimpunan DPK Sesudah Office
Channeling
191.22
4
477.784
375.013
1.044.021
Secara umum penghimpunan dana pihak ketiga melalui BNI syariah
mencerminkan adanya kenaikan dalam penghimpunan dana pihak ketiga (lihat Tabel
4.6). Kenaikan tersebut terdapat pada giro Rata-rata sebesar Rp.125.380 (Rp. 191.224-
Rp.65.884), selain itu kenaikan terjadi pada penghimpunan pada produk tabungan sebesar
rata- rata Rp.99.709 (Rp.447.784-Rp.378.075). tetapi untuk produk deposito justru
mengalami penurunan perolehan sebesar rata-rata Rp. 41.983 (Rp.375.013-Rp.416.996).
Namun demikian secara keseluruhan penghimpunan dana pihak ketiga mengalami
kenaikan sebesar Rp.183.105 (Rp. 1.044.021-Rp.860.915). Berikut ini tabel kenaikan
atau besarnya perubahan penghimpunan Dana Pihak ketiga.
Tabel 4.6
Kenaikan atau Perubahan Penghimpunan DPK
(dalam jutaan rupiah)
Jenis Produk Sesudah OC Sebelum OC Kenaikan Persentase
Giro 191.224 65.884 125.380 190%
Tabungan 447.784 378.075 99.709 26%
deposito 375.013 416.996 (41.983) (10%)
Total DPK 1.044.021 860.915 183.105 21%
Dari tabel diatas perubahan yang paling besar adalah pada produk giro, sebesar
190%, sedangkan produk tabungan mengalami kenaikan sebesar 26%. Penurunan
penghimpunan DPK melalui produk deposito sebesar 10%. Namun secara keseluruhan
besarnya kenaikan penghimpunan Dana Pihak Ketiga melalui BNI syariah sebesar 21%.
Hal ini menunjukkan bahwa penghimpunan dana pihak ketiga pada BNI syariah
sesudah penerapan kebijakan office channeling lebih baik dibandingkan sebelum
penerapan kebijakan office channeling dengan adanya kenaikan total rata-rata
penghimpunan DPK sebesar 21%.
Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan adanya kenaikan penghimpunan dana
pihak ketiga sebesar 21%, namun kontribusi layanan syariah (office channeling) dalam
menghimpun dana pihak ketiga di BNI syariah baru mencapai 5,25% dari total
penghimpunan dana pihak ketiga. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang
mempengaruhi perubahan penghimpunan dana pihak di BNI syariah. Berikut ini adalah
analisis kontribusi Layanan Syariah terhadap penghimpunan DPK di BNI syariah.
Kontribusi Layanan Syariah (office channeling) BNI Syariah
Pada bulan April 2006 BNI syariah telah membuka layanan syariah di kantor-
kantor cabang yang dimiliki oleh BNI konvensional, kantor layanan syariah yang dimiliki
pada saat itu adalah 29 kantor. Pada bulan Mei 2007 kantor layanan syariah yang
dimiliki oleh BNI Syariah meningkat menjadi 424 kantor layanan syariah.
Direktur Usaha Syariah dan Komersial BNI, Bien Subiantoro (2006),
menyebutkan hingga Juni lalu, DPK yang dihimpun melalui 29 titik tercatat Rp. 4,5
miliar. Ia mengungkapkan rata- rata penghimpunan sati titik layanan syariah sekitar Rp.
100 juta per bulan.14
Bagaimanakan kontribusi layanan syariah di BNI syariah terhadap penghimpunan
dana pihak ketiga setelah 14 bulan diterapkan? Penulis ingin mencoba mendeskriptifkan
bagaimana dan seberapa besar kontribusi layanan syariah yang dimiliki oleh BNI
Syariah. Berikut ini adalah tabel perolehan dana pihak ketiga terhitung dari april 2006
sampai Mei 2007 atau penghimpunan DPK sesudah penerapan office channeling.
Tabel 4.7
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Sesudah Penerapan Kebijakan Office
Channeling
(dalam ribuan rupiah)
14
www.republika.com, republika, 18 Juli 2006
Bulan giro tabungan deposito Total DPK
April '06 55,564,000 398,446,000 260,431,000 714,441,000
Mei '06 67,895,000 401,337,000 262,859,000 732,091,000
Jun '06 259,058,000 414,584,000 269,685,000 943,327,000
Jul '06 271,499,000 417,424,000 279,966,000 968,889,000
Agust '06 211,825,000 422,884,000 295,606,000 930,315,000
Sep '06 229,322,000 435,167,000 318,021,000 982,510,000
Okt '06 202,636,000 457,476,000 334,279,000 994,391,000
Nov '06 206,529,000 474,223,000 355,407,000 1,036,159,000
Des '06 221,898,000 513,362,000 389,249,000 1,124,509,000
Jan '07 225,744,000 522,883,000 434,346,000 1,182,973,000
Feb '07 221,525,000 534,127,000 451,264,000 1,206,916,000
Mar '07 220,228,000 554,313,000 469,854,000 1,244,395,000
April '07 148,622,000 557,603,000 557,106,000 1,263,331,000
Mei '07 134,791,000 585,146,000 572,106,000 1,292,043,000
Jumlah 2,677,136,000 6,688,975,000 5,250,179,000 14,616,290,000
Rata-rata 191,224,000 477,783,929 375,012,786 1,044,020,714
Dari tabel 4.7 diatas rata- rata giro yang yang dihimpun pasca penerapan office
channeling sebesar Rp. 191.224.000. sedangkan rata- rata tabungan sebesar Rp.
477.783.929. Untuk produk deposito sebesar Rp. 375.012.786. Namun secara
keseluruhan, total rata-rata penghimpunan dana pihak ketiga pada BNI syariah sebesar
Rp. 1.044.020.714. Dibawah ini adalah tabel kontribusi atau perolehan dana pihak ketiga
yang dihimpun dari kantor layanan syariah (office channeling).
Tabel 4.8
Penghimpunan DPK dari Kantor Layanan Syariah
(dalam ribuan Rupiah)
Bulan giro tabungan deposito Total DPK
April '06 - 188,950 - 188,950
Mei '06 - 227,543 449,500 677,043
Jun '06 - 773,274 3,104,500 3,877,774
Jul '06 981 2,761,815 6,012,221 8,775,017
Agust '06 937 5,349,579 8,126,390 13,476,906
Sep '06 2,874 8,227,734 13,947,461 22,178,069
Okt '06 3,667 10,821,458 17,885,489 28,710,614
Nov '06 42,053 13,556,994 25,328,957 38,928,004
Des '06 179,042 34,088,769 40,317,864 74,585,675
Jan '07 92,097 24,912,026 46,938,404 71,942,527
Feb '07 186,798 27,147,724 50,108,114 77,442,636
Mar '07 277,003 31,122,434 53,755,550 85,154,987
April '07 545,806 34,777,077 133,126,700 168,449,583
Mei '07 683,597 38,705,456 133,606,404 172,995,457
Jumlah 2,014,855 232,660,833 532,707,554 767,383,242
Rata-rata 143,918 16,618,631 38,050,540 54,813,089
Dari tabel 4.8 diatas rata-rata penghimpunan dana pihak ketiga dari produk giro
yang diperoleh dari layanan syariah (office channeling) sebesar Rp. 143.918. sedangkan
penghimpunan dana pihak ketiga layanan syariah dari produk tabungan sebesar Rp.
38.050.540. sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga dari layanan syariah dari produk
deposito sebesar Rp. 38.050.540. Namun secara keseluruhan, rata-rata kontribusi layanan
syariah terhadap penghimpunan dana pihak ketiga pada BNI syariah sebesar Rp.
54.813.089.
Kontribusi layanan syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga tidak mencapai
1% untuk produk giro. Sedangkan kontribusi layanan syariah dalam menghimpun dana
untuk produk tabungan mencapai 3%. Kontribusi terbesar layanan syariah dalam
menghimpun dana pihak ketiga terdapat pada produk deposito, yaitu mencapai 10%.
Namun kontribusi layanan syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga secara
keseluruhan sebesar 5%. Secara sederhana penjelasan ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.9
Prosentase kontribusi Office Channeling/Kantor Layanan Syariah
(Rata-rata DPK) BNI Syariah
(dalam ribuan rupiah)
Kontribusi Layanan Syariah Terhadap Perolehan Dana Pihak Ketiga Pada BNI
Syariah
5%
95%
Jenis Produk DPK seluruh
Cabang
DPK seluruh
Layanan Syariah
Persentase
Giro 191.224.000 143.918 0,08%
Tabungan 477.783.929 16.618.631 3,48%
deposito 375.012.786 38.050.540 10,15%
Total DPK 1.044.020.714 54.813.089 5,25%
Gambar 4.8
Dari tabel 4.9, diatas dapat dilihat penerapan kebijakan office channeling
memberikan kontribusi yang cukup baik sebesar 5,25%. Namun menurut Dirut Bank
Muamalat Indonesia, A. Riawan Amin, dampak office channeling memang cukup
signifikan terhadap ekspasi perbankan syariah. Tapi, itu belum cukup untuk mengejar
target akselerasi (market share) pada 2008 sebesar 5%.15
Menurut Boediono, Mentri
Kordinator Perekonomian, target itu bisa dicapai asal ada kerja keras dan kerjasama
dengan semua pihak.16
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perhitungan uji beda dua rata-rata (uji t), adanya perbedaan
penghimpunan dana pihak ketiga sebelum dan sesudah penerapan kebijakan
15
Siti Ch. Fadjrijah. Dua Kado di Bulan Mei. (Artikel, Sharing, Edisi 8 tahun I-Juni). 16
www.tempointeraktif.co.id. Target Perbankan Syariah 5 Persen Dinilai Ambisius. 24 oktobe 2007.
office channeling pada BNI syariah. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya
thitung dibanding ttabel, yaitu t3,546 > t2,056.
2. Penghimpunan dana pihak ketiga pada BNI syariah sebelum penerapan
kebijakan office channeling mempunyai rata- rata penghimpunan (terdiri atas
giro, tabungan dan deposito) sebesar Rp. 860.915, sedangkan penghimpunan
dana pihak ketiga pada BNI syariah sesudah penerapan kebijakakn office
channeling mempunyai rata- rata penghimpunan sebesar Rp. 1.044.021. hal
ini menunjukkan bahwa penghimpunan dana pihak ketiga pada BNI syariah
sesudah penerapan kebijakan office channeling lebih baik dibandingkan
penghimpunan dana pihak ketiga sebelum penerapan kebijakan office
channeling dengan adanya kenaikan total rata-rata penghimpunan dana pihak
ketiga sebesar 21%.
3. Meskipun kebijakan office channeling ini belum berpengaruh besar terhadap
market perbankan nasional, namun kontribusi office channeling terhadap
perolehan dana pihak ketiga pada BNI syariah cukup baik, yaitu mencapai
angka 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. (1990). Menyusun Rencana Penelitian, Cetakan 2, Rajawali Press,
Jakarta.
Ch. Fadjrijah, Siti. (2007). Dua Kado di Bulan Mei: Pertama adalah legislatif mulai
membahas intensif RUU Perbankan Syariah. Kedua, Office Channeling
diperluas. Artikel, Sharing, Edisi 8, tahun I- Juni.
Gozali, Ahmad. (2004). Halal Berkah Bertambah. Cetakan 2, PT. Gramedia, Jakarta.
Insukindro, (1993). Ekonomi Uang dan Bank: Teori dan Pengalaman Indonesia, BPFE-
Yogyakarta, Yogyakarta.
Karim, Adiwarman. (2007). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Ketiga, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mas,adi, Ghufron A. (2002). Fiqh Muamalah Kontekstual. PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Muchdarsyah, Sinungan. (1993). Manajemen Dana Bank, PT. Gramedia, Jakarta.
Muslehuddin , Muhammad. (2004). Wacana Baru: Manajemen & Ekonomi Islam.
IRCiSoD, Yogyakarta.
Syafi’I Antonio, Muhammad. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik,Gema Insani
Press, Jakarta.
Saefudin Noer, U. (2006). Menimba Strategi Pengembangan Jaringan Bank Syariah,
artikel, Shariabusiness, edisi 40.
Siamat, dahlan. (2004). Manajemen Lembga Keuangan, Edisi keempat, Lembaga
Penerbit FEUI, Jakarta.
Sudarsono, Heri. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi kedua, Ekonisia,
Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.
Sugiyono, (2001), Metode Penelitian Bisnis, Bandung.
Susilo, Sri Y. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta.
Suyatno, Thomas. (1994) dkk, Kelembagaan Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
S.Harahap, Sofyan. (2003). Akuntansi Perbankan Syariah, cetakan 1, LPFE-Usakti,
Jakarta.
Riyadi , Selamet. (2004). Banking Assets and Liability Management, , Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta.
Wijaya, Taufik. (2005). Metodologi Penelitian, Modul Kuliah, Jakarta.
Winardi, (1992). Kamus Ekonomi:Inggris-Indonesia, Cetakan IX, :CV. Mandar Maju,
Bandung
www.bi.go.id
www.bni.co.id
www.lampungpost.com
www.republika.co.id
www.tempointeraktif.co.id.
www.eramuslim.com.