bab ii tinjauan umum tentang riba dan bunga...

25
12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan Hukumnya Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. 1 Menurut Ahmad Rofiq, "riba merupakan kebiasaan dalam tradisi berekonomi masyarakat jahiliyah. Karena itu pelarangannya pun dilakukan secara bertahap, karena menjadi kebiasaan yang mendarah daging". 2 Sebab itu, istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di dunia Islam, sehingga terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam. Orang sering lupa bahwa hukum larangan riba, sebagaimana dikatakan oleh seorang muslim Amerika, Cyril Glasse yang dikutip Dawam Raharjo, tidak diberlakukan di negeri Islam modern mana pun. Sementara itu, tidak banyak yang tahu bahwa di dunia Kristen selama satu millennium, riba adalah barang terlarang dalam pandangan teolog, cendekiawan maupun menurut undang-undang. Tetapi memang praktek itu sulit diberantas, sehingga 1 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, hlm. 37. 2 Ahmad Rofiq, Fiqh Aktual: Sebuah Ikhtiar Menjawab Berbagai Persoalan Umat, Semarang: Putra Mediatama Press, 2004, hlm. 190.

Upload: doanphuc

Post on 08-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

12

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG

RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga

1. Pengertian Riba dan Landasan Hukumnya

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara

umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah

pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam

meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam

Islam.1 Menurut Ahmad Rofiq, "riba merupakan kebiasaan dalam tradisi

berekonomi masyarakat jahiliyah. Karena itu pelarangannya pun dilakukan

secara bertahap, karena menjadi kebiasaan yang mendarah daging".2

Sebab itu, istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di

dunia Islam, sehingga terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam.

Orang sering lupa bahwa hukum larangan riba, sebagaimana dikatakan oleh

seorang muslim Amerika, Cyril Glasse yang dikutip Dawam Raharjo, tidak

diberlakukan di negeri Islam modern mana pun. Sementara itu, tidak banyak

yang tahu bahwa di dunia Kristen selama satu millennium, riba adalah

barang terlarang dalam pandangan teolog, cendekiawan maupun menurut

undang-undang. Tetapi memang praktek itu sulit diberantas, sehingga

1Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani Press, 2003, hlm. 37. 2Ahmad Rofiq, Fiqh Aktual: Sebuah Ikhtiar Menjawab Berbagai Persoalan Umat,

Semarang: Putra Mediatama Press, 2004, hlm. 190.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

13

berbagai penguasa terpaksa melakukan pengaturan dan pembatasan terhadap

bisnis pembungaan uang itu.3

Secara etimologi, kata riba berasal dari bahasa Arab, secara bahasa

bermakna "al-ziyadah" ( يادةالز ) yang berarti "tambahan".4 Pengertian yang

sama terdapat dalam Kamus al-Munawwir bahwa riba berarti tambahan,

kelebihan.5 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata riba dengan singkat

berarti pelepasan uang, lintah darat, bunga uang, rente.6

Menurut terminologi, kata riba dirumuskan secara berbeda-beda

sesuai dengan titik berat pendekatan masing-masing. Hal ini tidak berbeda

dengan definisi hukum dalam ilmu hukum barat pun tidak ada kesepakatan

para ahli tentang apa itu hukum? Kurang lebih 200 tahun yang lalu

Immanuel Kant pernah menulis sebagai berikut: “Noch suchen die Juristen

eine Definition zu ihrem Begriffi von Recht” (masih juga para sarjana

hukum mencari-cari suatu definisi tentang hukum).7 Demikian pula definisi

riba menurut syara masih menjadi perselisihan para ahli fikih, sesuai dengan

pengertian masing-masing menurut sebab penetapan haramnya.8

3M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur'an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-

Konsep Kunci, Jakarta, Paramadina, 2002, hlm. 594. 4Abdurrahmân al-Juzairi, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, juz II, Beirut:

Dâr al-Fikr, 1972, hlm. 193. 5Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, hlm. 469 6Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 955 7C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1986, hlm. 35. 8Abu Sura'i Abdul Hadi, al-Riba wa al-Qurud, Terj. M. Thalib, "Bunga Bank Dalam

Islam", Surabaya: al-Ikhlas, 1993, hlm. 24.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

14

Meskipun demikian, sebagai pegangan, definisi sangat penting

diungkapkan meskipun tidak seluruhnya tapi satu atau dua pun masih lebih

baik daripada tidak, di antaranya:

1. Menurut Abdurrrahmân al-Juzairi, riba adalah nilai tambahan pada salah

satu dari dua barang yang sejenis yang ditukar tanpa ada imbalan

(imbangan) terhadap tambahan tersebut.9

2. Menurut Sayyid Sabiq, riba adalah tambahan atas modal, baik

penambahan itu sedikit ataupun banyak.10

3. Menurut Maulana Muhammad Ali, riba adalah suatu tambahan di atas

pokok yang dipinjamkan.11

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa riba adalah

kelebihan atau tambahan tanpa ada ganti atau imbalan.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa secara bahasa

riba berarti al-ziyadah (tumbuh subur, tambahan), seperti terdapat dalam

ayat berikut ini:

فإذا أنزلنا عليها الماء اهتزت وربت وأنبتت من كل زوج بهيج )5:احلج(

Artinya: kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah

bumi itu dan subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj: 5).12

9Abdurrrahmân al-Juzairi, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, Juz II, Beirut:

Dâr al-Fikr, 1972, hlm. 196. 10Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz III, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, tth, hlm. 147. 11Maulana Muhammad Ali, The Rligion of Islam, Terj. R. Kaelan dan M. Bachrun,

"Islamologi (Dînul Islâm)", Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1977, hlm. 484. 12Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:

DEPAG RI, 1978, hlm. 512.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

15

)92: النحل( أن تكون أمة هي أربى من أمة Artinya: disebabkan adanya suatu ummat (Islam) yang bertambah

banyak jumlahnya dari ummat yang lain. (Q.S. al-Nahl: 92).13 Seluruh fuqaha sepakat bahwasanya hukum riba adalah haram

berdasarkan keterangan yang sangat jelas dalam al-Qur'an dan al-Hadis.

Pernyataan al-Qur'an tentang larangan riba terdapat pada surat al-

Baqarah ayat 275, 276, 278 dan 279.

بختالذي ي قوما يون إال كمقوما ال يبأكلون الري طان الذينيالش طه عيالب ل اللهأحا وبمثل الر عيا البمقالوا إن مهبأن ذلك سالم من

)275: البقرة (وحرم الربا Artinya: Orang-orang yang memakan (memungut) riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan syaitan lantaran gangguan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata: sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba... (al-Baqarah: 275).14

Surat al-Baqarah ayat 275 di atas mengecam keras pemungutan riba

dan mereka diserupakan dengan orang yang kerasukan Setan. Selanjutnya ayat

ini membantah kesamaan antara riba dan jual-beli dengan menegaskan Allah

menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.

Larangan riba dipertegas kembali pada ayat 278, pada surat yang sama,

dengan perintah meninggalkan seluruh sisa-sisa riba, dan dipertegas kembali

pada ayat 279

13Ibid., hlm. 416. 14Ibid., hlm. 69.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

16

نتم يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وذروا ما بقي من الربا إن كمننيؤ278: البقرة (م(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Baqarah: 278).15

وله وسرالله و نب مروا بحلوا فأذنفعت فإن لم فلكم متبإن ت )279: البقرة( رؤوس أموالكم ال تظلمون وال تظلمون

Artinya: Jika kamu tidak meninggalkan sisa-sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu. Jika kamu bertaubat maka bagimu adalah pokok hartamu. Tidak ada di antara kamu orang yang menganiaya dan tidak ada yang teraniaya. (Q.S. al-Baqarah: 279)16

Mengapa praktek riba dikecam dengan keras dan kemudian

diharamkan? Ayat 276 memberikan jawaban yang merupakan kalimat kunci

hikmah pengharaman riba, yakni Allah bermaksud menghapuskan tradisi riba

dan menumbuhkan tradisi shadaqah. Sedang illat pengharaman riba agaknya

dinyatakan dalam ayat 279, la tazlimuna wala tuzlamun. Maksudnya, dengan

menghentikan riba engkau tidak berbuat zulm (menganiaya) kepada pihak lain

sehingga tidak seorangpun di antara kamu yang teraniaya. Jadi tampaklah

bahwasanya illat pengharaman dalam surat al-Baqarah adalah zulm

(eksploatasi; menindas, memeras dan menganiaya).

15Ibid., hlm. 69 16Ibid., hlm. 70

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

17

Keempat ayat dalam surat al-Baqarah tentang kecaman dan

pengharaman riba ini didahului 14 ayat (2:261 sampai dengan 274) tentang

seruan infaq fi sabilillah, termasuk seruan shadaqah dan kewajiban berzakat.

Antara lain dinyatakan bahwa Allah akan mengganti dan melipatgandakan

balasan shadaqah dengan 700 kali lipat bahkan lebih banyak lagi, bahwa

sesungguhnya Setan selalu menakuti dengan kekhawatiran jatuh miskin

sehingga manusia cenderung berbuat keji (dengan bersikap kikir, enggan

bershadaqah dan melakukan riba).

Selain itu, rangkaian empat ayat tentang kecaman dan pengharam riba

diakhiri dengan ayat 280 berisi seruan moral agar berbuat kebajikan kepada

orang yang dalam kesulitan membayar hutang dengan menunda tempo

pembayaran atau bahkan dengan membebaskannya dari kewajiban melunasi

hutang.

Pernyataan al-Qur'an tentang keharaman riba juga terdapat di dalam

surat Ali Imran (3:130).

قوا اللهاتفة واعضافا معا أضبأكلوا الروا ال تنآم ا الذينها أيي )130: آل عمران (لعلكم تفلحون

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan

riba dengan berlipat ganda. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Ali Imran:130).17

Larangan memakan harta riba dalam surat Ali Imran ini berada dalam

konteks antara ayat 129 sampai dengan 136. Di sana antara lain dinyatakan

17Ibid., hlm. 97.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

18

bahwa kesediaan meninggalkan praktek riba menjadi tolok ukur ketaatan dan

ketakwaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu dinyatakan bahwa menafkahkan

harta di jalan Allah baik dalam kondisi sempit maupun lapang merupakan

sebagian pertanda orang yang bertakwa.

Pernyataan Hadis Nabi mengenai keharaman riba antara lain:

حدثنا محمد بن الصباح وزهير بن حرب وعثمان بن أبي شيبة رسول الله عنقالوا حدثنا هشيم أخبرنا أبو الزبير عن جابر قال ل

لى اللهص مقال هه وياهدشو هكاتبو كلهؤما وبآكل الر لمسه وليع 18) رواه مسلم(سواء

Artinya: Telah mengabarkan Muhammad bin al-Shabah dan Zuhair bin Harbi dan Usman bin Abu Syaibah kepada kami dari Husyaim dari al-Zubair dari Jabir berkata: Rasulullah SAW. melaknat orang yang memakan riba, orang yang memberi makan riba, penulis dan saksi riba". Kemudian beliau bersabda: "mereka semua adalah sama. (H.R. Muslim).

شيبة حدثنا وكيع حدثنا إسمعيل بن مسلم حدثنا أبو بكر بن أبيالعبدي حدثنا أبو المتوكل الناجي عن أبي سعيد الخدري قال

عليه وسلم الذهب بالذهب والفضة رسول الله صلى اللهقالفضة والبر بالبر والشعري بالشعري والتمر بالتمر والملح بالملح بال

مثلا بمثل يدا بيد فمن زاد أو استزاد فقد أربى الآخذ والمعطي فيه 19) رواه مسلم(سواء

Artinya: Telah mengabarkan Abu Bakri bin Abi Syaibah kepada kami

dari Waqi' dari Ismail bin Muslim al-'Abdi dari Abu al-Mutawakkil al-Naji dari Abu Said al-Khudri bahwa

18Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih

Muslim, Juz. 3,. Mesir : Tijariah Kubra, tth, hlm. 50. 19Ibid., hlm. 44.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

19

Rasulullah saw bersabda: (jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, jagung dengan jagung, gandum dengan gandum, korma dengan korma, garam dengan garam itu dalam jumlah yang sama dan tunai serta diserahkan seketika, dan barangsiapa yang menambah atau meminta tambah, termasuk riba. Yang menerima dan yang memberi, dalam hal ini sama dosanya. (H.R. Muslim).

حدثنا عمران بن ميسرة حدثنا عباد بن العوام أخبرنا يحيى بن أبي رة عن أبيه رضي الله عنهإسحاق حدثنا عبدالرحمن بن أبي بك

الفضة بالفضة والذهب عليه وسلم عن نهى النبي صلى اللهقال فة كيبالفض بالذه اعتبا أن ننرأماء وواء بسوب إلا سبالذه

20شئنا والفضة بالذهب كيف شئنا

Artinya: Telah mengabarkan 'Imran bin Maisyaroh kepada kami dari 'Abad bin al-'Awam dari Yahya bin Abu Ishaq dari Abdur Rahman bin Abu Bakrah dari Bapaknya ra. Rasulullah SAW. melarang menjual perak dengan perak, kecuali sama beratnya emas dengan emas dan membolehkan kita menjual emas dengan perak atau perak dengan emas sesuai kehendak kita. (H.R. al-Bukhary)

2. Macam-Macam Riba

Sebagaimana definisi riba, macam-macam riba pun terjadi

perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ibnu Rusyd mengatakan bahwa

riba terdapat dalam dua perkara, yaitu pada jual beli dan pada jual beli

tanggungan, pinjaman atau lainnya. Riba dalam jual beli menurutnya ada

dua macam: nasi'ah (riba dengan penundaan pembayaran) dan tafadul

(riba dengan pelebihan pembayaran). Sedangkan riba pada jual beli

tanggungan juga terbagi dua kategori, salah satunya adalah riba jahiliyah

20Abu Abdillah al-Bukhary, Sahih al-Bukhari, Juz. 2, Beirut: Dar al-Fikr, 1410

H/1990 M, hlm. 26.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

20

yang telah disepakati para ulama tentang keharamannya.21 Demikian pula

Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary membagi riba kedalam riba

fadl, riba nasa dan riba yad.22

Namun demikian, para jumhur ulama fikih membagi riba dalam

dua kategori: Riba nasi'ah dan riba fadl.23 Pandangan yang sama juga

dikemukakan al-Jaziri. Riba nasiah adalah riba yang terjadi karena

penundaan pembayaran hutang, suatu jenis riba yang diharamkan karena

keharaman jenisnya atau keadaannya sendiri. Sedangkan riba fadl adalah

riba yang diharamkan karena sebab lain, yaitu riba yang terjadi karena

adanya tambahan pada jual beli benda atau bahan yang sejenis.24

Definisi riba al-nasi'ah menurut Wahbah al-Zuhaily25 adalah

فضل احللول على األجل ووفضل العني على الدين ىف املكيلني ف اجلنس اوىف غرياملكيلني اواملوزونني اواملوزونني عند اختال

سعنداحتاد اجلن Artinya: "Penambahan harga atas barang kontan lantaran penundaan

waktu pembayaran atau penambahan 'ain (barang kontan) atas dain (harga utang)" terhadap barang berbeda jenis yang ditimbang atau ditakar atau terhadap barang sejenis yang tidak ditakar atau ditimbang".

21Ibnu Rusyd, Bidâyah al Mujtahid Wa Nihâyah al Muqtasid, juz II, Beirut: Dâr Al-

Jiil, 1409 H/1989, hlm. 96. 22Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malîbary, Fath al-Mu’în, Semarang: Toha Putera

, tth, hlm. 68 23Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa ‘Adilatuh, juz IV, Beirut: Dâr al-Fikr,

1989, hlm. 671. 24Abdurrahmân al-Jazirî, op. cit, hlm. 192 25'Wahbah al-Zuhaily, op.cit., hlm. 672.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

21

Menurut Abdurrahmân al-Juzairi:26

وهو ان تكون الزيادة فلى مقابلة تأخري الدفع Artinya: "Riba al-nasi'ah adalah riba atau tambahan (yang dipungut)

sebagai imbangan atas penundaan pembayaran".

Selanjutnya al-Jazirî memberi contoh, jika seseorang menjual satu

kuintal gandum yang diserahkan pada musim kemarau dengan satu

setengah kuintal gandum yang ditangguhkan pembayarannya pada musim

hujan, di mana tambahan harga setengah kuintal tersebut dipungut tanpa

imbangan mabi' (obyek jual beli), melainkan semata-mata sebagai

imbangan dari penundaan waktu pembayaran, maka yang demikian ini

adalah praktek riba al-nasi'ah27

Jual beli barang sejenis secara tidak kontan seperti pada contoh di

atas sekalipun tidak disertai penambahan pembayaran menurut Wahbah

al-Juhaily tergolong riba Nasi'ah.28

Dari uraian di atas dapat disimpulkan dua macam (kasus) riba

nasi'ah. Pertama, penambahan dari harga pokok sebagai kompensasi

penundaan waktu pembayaran. Kedua, penundaan penyerahan salah satu

dari barang yang dipertukarkan dalam jual-beli barang ribawi yang

sejenis.

26Abdur Rahman al-Juzairi, op.cit., Juz II, hlm. 198. 27Ibid., hlm. 198 28Hal ini sebagaimana dinyatakan dan dicontohkan oleh Wahbah al-Zuhaily, seorang

fuqaha Hanafiyah, dalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Juz IV, hm. 672. Menurutnya alasan keharaman jual-beli benda sejenis tidak secara kontan adalah tidak adanya kesepadanan qimah. Sebagaimana dimaklumi bahwasanya qimah yang dibayarkan secara kontan adalah lebih berharga dari qimah yang ditangguhkan pembayarannya sebagaimana dimaklumi bahwasanya 'ain lebih berharga dari pada dain.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

22

Adapun riba al-fadhl adalah penambahan pada salah satu dari

benda yang dipertukarkan dalam jual-beli benda ribawi yang sejenis,

bukan karena faktor penundaan pembayaran.29

Para fuqaha sepakat bahwasanya riba al-fadhl hanya berlaku pada

harta benda ribawi. Mereka juga sepakat terhadap tujuh macam harta

benda sebagai harta-benda ribawi karena dinyatakan secara tegas dalam

nash Hadis. Ketujuh harta benda tersebut adalah: (1) emas, (2) perak, (3)

burr, jenis gendum, (4) syair, jenis gandum, (5) kurma, (6) zabib, anggur

kering, dan (7) garam. Selain tujuh macam harta benda tersebut fuqaha

berselisih pandangan.30

3. Riba dan Bunga

Di antara dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang

diakibatkan oleh bunga sebagai biaya uang. Hal tersebut disebabkan

karena salah satu elemen dari penentuan harga adalah suku bunga.

Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan

ditetapkan pada suatu barang. Dampak lainnya adalah bahwa utang,

dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan tingginya biaya

bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari

ketergantungan, terlebih lagi bila bunga atas utang tersebut dibungakan.

Contoh paling nyata adalah utang negara-negara berkembang kepada

negara-negara maju. Meskipun disebut pinjaman lunak, artinya dengan

29Abdur Rahman al-Juzairi, op.cit., Juz II, hlm. 198. 30Wahbah al-Zuhaily, op. cit, hlm. 675.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

23

suku bunga rendah, pada akhirnya negara-negara pengutang harus

berutang lagi untuk membayar bunga dan pokoknya. Akibatnya, terjadilah

utang yang terus-menerus. Ini yang menjelaskan proses terjadinya

kemiskinan struktural yang menimpa lebih dari separoh masyarakat

dunia.31

Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil. Para

pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain

agar berusaha dan mengembalikan, misalnya, dua puluh lima persen lebih

tinggi dari jumlah yang dipinjamkannya. Persoalannya, siapa yang bisa

menjamin bahwa usaha yang dijalankan oleh orang itu nantinya

mendapatkan keuntungan lebih dari dua puluh lima persen? Semua orang,

apalagi yang beragama, tahu bahwa siapa pun tidak bisa memastikan apa

yang terjadi besok atau lusa. Siapa pun tahu bahwa berusaha memiliki dua

kemungkinan: berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, orang sudah

memastikan bahwa usaha yang dikelola pasti untung.32

Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, umat Islam hampir

tidak dapat menghindari diri dari bermuamalah dengan bank

konvensional, yang memakai sistem bunga dalam segala aspek

kehidupannya, termasuk kehidupan agamanya. Misalnya; ibadah haji di

Indonesia, umat Islam harus memakai jasa bank. Tanpa jasa bank,

perekonomian Indonesia tidak selancar dan semaju seperti sekarang ini.

Para ulama dan cendekiawan muslim masih tetap berbeda pendapat

31Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 67

32Ibid

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

24

tentang hukum bermuamalah dengan bank konvensional dan hukum

bunga bank. Perbedaan pendapat mereka seperti yang disimpulkan

Masjfuk Zuhdi adalah sebagai berikut

a. Pendapat Syekh Abu Zahrah, Guru Besar pada Fakultas Hukum

Universitas Cairo, Abul A'la Al-Maududi (Pakistan), Muhammad

Abdullah Al-Arabi, penasihat hukum pada Islamic Congress Cairo,

dan lain-lain, menyatakan bahwa bunga bank termasuk riba nasi'ah

yang dilarang oleh Islam. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh

bermuamalah dengan bank yang memakai sistem bunga, kecuali kalau

dalam keadaan darurat atau terpaksa. Mereka mengharapkan lahirnya

bank Islam yang tidak memakai sistem bunga sama sekali.33

b. Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin Pesantren Bangil (Persis),

bahwa bunga bank, seperti di negara Indonesia ini bukan riba yang

diharamkan karena tidak bersifat ganda sebagaimana dinyatakan

dalam surat Ah Imran ayat 130.34

c. Tarjih Muhammadiyah di Sidoarjo Jawa Timur tahun 1968

memutuskan bahwa bunga bank yang diberikan oleh bank-bank

negara kepada para nasabahnya, demikian pula sebaliknya, termasuk

syubhat atau mutasyabihat, artinya belum jelas halal dan haramnya.

Sesuai dengan petunjuk hadis, umat Islam harus berhati-hati

menghadapi masalah yang masih syubhat. Oleh karena itu, jika dalam

keadaan terpaksa atau dalam keadaan hajat, artinya keperluan yang

33Rachmat Syafe'i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2004, hlm. 274. 34A. Hassan, Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, Jilid 1 – 2, Bandung:

CV Diponegoro, 2003, hlm. 678

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

25

mendesak/penting, barulah diperbolehkan bermuamalah dengan bank

dengan sistem bunga itu sekedarnya saja.35

Menurut Mustafa Ahmad Az-Zarqa, Guru Besar Hukum Islam dan

Hukum Perdata Universitas Syiria bahwa sistem perbankan yang kita

terima sekarang ini merupakan realitas yang tak dapat dhindari. Oleh

karena itu, umat Islam boleh bermuamalah dengan bank konvensional atas

pertimbangan dalam keadaan darurat dan bersifat sementara. Hal ini

karena, umat Islam harus berusaha mencari jalan keluar dengan

mendirikan bank tanpa sistem bunga untuk menyelamatkan umat Islam

dari cengkeraman bank bunga (conventional bank).36

B. Bank

1. Pengertian Bank

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah badan usaha

di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat,

terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang.37 O.P. Simorangkir menegaskan bank adalah salah satu

badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan

jasa-jasa.38 Dalam Kamus Ekonomi, bank dirumuskan sebagai sebuah

35Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT.Toko Gunung agung, 1997, Cet ke-

10, hlm. 111 - 112. 36Rachmat Syafei, op. cit, hlm. 274 – 275. 37Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III, Cet 2, Jakarta: Balai Pustaka,

2002, hlm. 103-104 38O.P. Simorangkir, Kamus Perbankan Inggris Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara,

1985, hlm. 33.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

26

lembaga untuk meminjamkan uang, mengeluarkan uang kertas, atau yang

membantu menyimpankan uang.39

Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan bahwa dalam

pasal 1 butir 2 menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.40 Menurut Masjfuk

Zuhdi, Bank non-Islam atau conventional bank ialah sebuah lembaga

keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan

kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau badan guna investasi

dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga;

sedangkan Bank Islam, ialah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan

operasinya menurut hukum syari'at Islam. Sudah tentu Bank Islam tidak

memakai sistem bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam.41

Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki

konsep tersendiri, yakni bank Syari'ah yang beroperasi berdasarkan ajaran

(syari'at) Islam, yang memiliki prinsip operasional berbeda dengan prinsip

operasional bank konvensional (convensional bank). Menurut Karnaen A.

Perwataatmadja dan Syafi'i Antonio, bank Syari'ah memiliki dua

pengertian, yaitu:

39Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris – Indonesia), Bandung: Alumni, 1984, hlm. 29 40Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm.

9 41Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988, hlm. 109

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

27

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari'at Islam;

2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-

ketentuan al-Qur'an dan al-Hadits.42

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

bank Syari'ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang operasionalnya disesuaikan dengan prinsip syari'at

Islam. Dalam pengertian ini, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan

masalah uang yang merupakan barang dagangan utama.43

Selain itu, banyak juga orang yang terjebak ke dalam pengertian

bahwa bank Syari'ah itu sama dengan bank tanpa bunga (Zero interest =

bunga nol). Pengertian ini memang tidak terlalu salah, karena bank

Syari'ah tidak mengenal bunga. Namun pengertian bank Syari'ah tidak

hanya mesti sampai di situ, tetapi ia harus dipahami secara komprehensif

dan universal. Pemahaman tentang bank Syari'ah tidak hanya dilihat dari

aspek praktis operasional, tetapi harus pula dilihat dari perspektif ekonomi

makro ke-Islamannya.44

Berdasarkan keterangan di atas ada pula yang merumuskan bank

Syari’ah sebagai suatu lembaga keuangan yang fungsi utamanya

menghimpun dana untuk disalurkan kepada orang atau lembaga yang

42Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank

Syari’ah, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992, hlm. 1. 43Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van

Hoeve, 1997, hlm; 194. 44Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan) Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, 54-55.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

28

membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga.45 Dengan singkat,

Muhammad merumuskan, Bank Syari’ah adalah bank yang beroperasi

dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut

dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang

operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an

dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa

lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.46

2. Prinsip-Prinsip Bank Syari'ah

Bank Islam dalam menjalankan usahanya mempunyai prinsip

operasional yang terdiri dari (1) sistem simpanan; (2) bagi hasil; (3)

margin keuntungan; (4) sewa; (5) fee

(1) Prinsip Simpanan Murni

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan

oleh Bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang

kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk Al Wadiah.

Fasilitas Al Wadiah biasa diberikan untuk tujuan investasi guna

mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

Dalam dunia perbankan konvensional al Wadiah identik dengan giro.

(2) Bagi Hasil

45Masjfuk Zuhdi, op. cit, hlm. 143. 46Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Pusat

Studi Ekonomi Islam, 2003, hlm. 13.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

29

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara

pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana.

Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan peyimpan

dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk

produk yang berdasarkan prinsip ini adalah Mudharabah dan

Musyarakah.

(3) Prinsip Jual Beli dan Margin Keuntungan

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara

jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang

dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan

pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang

tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah

keuntungan (margin/mark-up).47

(4) Prinsip Sewa

Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada 2 jenis:

a. Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat

produk lainnya.

b. Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan

penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak

untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).

47Muhammad, Bank Syari’ah: Analisis, Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan

Ancaman, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, hlm. 17-18

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

30

(5) Prinsip fee (Jasa)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang

diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara

lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, JasaTransfer, dll. Secara syari'ah

prinsip ini didasarkan pada konsep al ajr wal umulah.48

3. Perbedaan Bank Islam Dengan Bank Konvensional

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme

transfer, teknologi komputer yang digunakan dan sebagainya.49

Sedangkan perbedaannya sebagai berikut;

Dalam bank syariah, akad memiliki konsekuensi duniawi dan

ukhrawi. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian

yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif

belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki

pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.50 Setiap akad dalam

perbankan syariah, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal

berikut

1. Rukun, Seperti: adanya penjual, pembeli, barang, harga, akad/ijab-

qabul.

48Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Pusat

Studi Ekonomi Islam, 2003, hlm. 27. 49Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah dari Teori Ke Praktik, Jakarta: gema

Insani, 2001, hlm. 29 50Ibid.,

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

31

2. Syarat, seperti syarat berikut barang dan jasa harus halal sehingga

transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum

syariah. Harga barang dan jasa harus jelas. Tempat penyerahan

(delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.

Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.

Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti

yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.51

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan

syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya,

kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi

menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga

yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di

Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia

atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung

Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.52

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank

konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang

amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah

keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi

operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis

syariah.53

51Ibid, hlm. 29 52Muhammad, Bank Syari'ah: Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan

Ancaman, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, hlm. 79. 53

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

32

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi

setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin

efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah.

Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah

dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota

Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah

Nasional.54

Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah

mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai

dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi

yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika dibanding bank

konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang

mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan

Syariah Nasional. Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan

secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah

berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam

laporan tahunan (annual report) bank bersangkutan. Tugas lain Dewan

Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru

dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, Dewan Pengawas Syariah

bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk ditelitikembali

dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.55

54Muhammad Syafi'i Antonio, op. cit, hlm. 30 – 31. 55Ibid, hlm. 31.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

33

Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di

Tanah Air, berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi

masing-masing lembaga tersebut Banyaknya dan beragamnya DPS di

masing-masing lembaga keuangan syariah adalah suatu halyangharus

disyukuri, tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan

adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berbeda dari masing-masing

DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan nasabah.

Oleh karena itu, MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi

keislaman di Tanah Air, menganggap perlu dibentuknya satu dewan

syariah yang bersifat nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan,

termasuk di dalamnya bank-bank syariah. Lembaga ini kelak kemudian

dikenal dengan Dewan Syariah Nasional atau DSN.56

Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan

hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun

yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonom di bawah Majelis

Ulama Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia

dan Sekretaris (ex-officio). Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional

dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua dan

sekretaris serta beberapa anggota.57

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-

produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam.

Dewan ini bukan hanya mengawasi bank syariah, tetapi juga lembaga-

56Zainul Arifin, Memahami Bank Syari'ah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, Jakarta: Alvabet, 2000, hlm. 26.

57Ibid, hlm. 27

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

34

lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya.

Untuk keperluan pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat

garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum

Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi Dewan

Pengawas Syariah pada lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi

dasar pengembangan produk-produknya.58

Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan

memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga

keuangan syariah. Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh

manajemen setelah direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga yang bersangkutan. Selain itu, Dewan Syariah Nasional

bertugas memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan

sebagai Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah.59

Dewan Syariah Nasional dapat memberi teguran kepada lembaga

keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis

panduan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan jika Dewan Syariah

Nasional telah menerima laporan dari Dewan Pengawas Syariah pada

lembaga yang bersangkutan mengenai hal tersebut.60

Jika lembaga keuangan syariah tersebut tidak mengindahkan

teguran yang diberikan, Dewan Syariah Nasional dapat mengusulkan

kepada otoritas yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan Departemen

Keuangan, untuk memberikan sanksi agar perusahaan tersebut tidak

58Muhammad Syafi'i Antonio, op. cit, hlm. 32. 59Ibid 60Ibid

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

35

mengembangkan lebih jauh tindakan-tindakannya yang tidak sesuai

dengan syariah.61

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak

terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan

mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang

diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan

disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, di antaranya sebagai

berikut:62

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?

3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?

4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau

berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh massal?

6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung

maupun tidak langsung?

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang

sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan

shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas

eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus

skilljul dan profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara

team-work di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi

61Ibid, hlm. 33. 62Muhammad Umer Chapra, Islam and Economic Development, Terj. Ikhwan Abidin

Basri, "Islam dan Pembangunan Ekonomi", Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm. 80.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RIBA DAN BUNGA BANKlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1... · RIBA DAN BUNGA BANK A. Riba dan Bunga 1. Pengertian Riba dan Landasan

36

(tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan

prinsip keadilan yang sesuai dengan syari'ah. Selain itu, cara berpakaian

dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka

bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar

Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar.

Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa

terjaga. Nabi saw. mengatakan bahwa senyum adalah sedekah.63

Sebagai Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional

disajikan dalam tabel berikut:

BANK SYARI’AH

BANK KONVENSIONAL

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

3. Profit dan falah oriented.64 4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah

Investasi yang halal dan haram Memakai perangkat bunga

Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor Tidak terdapat dewan sejenis

Berpijak dari uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan,

bahwa bank syari’ah memiliki perbedaan dengan bank konvensional di

antaranya yang paling populer adalah penggunaan perangkat bunga bagi

bank konvensional. Sedangkan bank syari’ah berdasarkan prinsip bagi

hasil, jual beli, atau sewa.

63Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam, Sebuah Pengantar, Yogyakarta: LPPI, 2001, hlm. 59.

64Falah berati mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.