analisis pencemaran kualitas air danau toba akibat
TRANSCRIPT
ANALISIS PENCEMARAN KUALITAS AIR DANAU TOBA AKIBAT AKTIVITAS MASYARAKAT DI KOTA BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
NETTY RIA TAMPUBOLON
NIM: 141000366
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENCEMARAN KUALITAS AIR DANAU TOBA AKIBAT AKTIVITAS MASYARAKAT DI KOTA BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
NETTY RIA TAMPUBOLON NIM. 141000366
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Pencemaran Kualitas Air Danau Akibat Aktivitas Masyarakat di Kota
Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Oktober 2018
Netty Ria Tampubolon
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 10 Oktober 2018
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S.
Anggota : 1.Ir. Indra Chahaya S,M.Si
2.Dr.dr. Taufik Ashar,M.K.M
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
ABSTRAK
Danau Toba sangat memberi konstribusi yang besar bagi masyarakat sekitar, dimana air Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan air bersih. Belakangan ini telah terjadi pencemaran air Danau Toba oleh limbah yang berasal dari limbah akibat aktivitas masyarakat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air berdasarkan parameter fisik ( kekeruhan,suhu, warna, rasa, bau) dan parameter kimia (Ph, DO, BOD,COD, Nitrit, dan fosfat) pada air Danau Toba berdasarkan perbedaan lokasi aktivitas masyarakat di Kota Balige Kabupaten Toba Samosir. Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif, yang dilaksanakan di kota Balige Kabupaten Toba Samosir dengan jumlah 10 sampel, pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil air yang diduga tercemar. Dengan metode pengumpulan data secara primer yaitu hasil pemeriksaan kualitas air dari laboratorium dan secara sekunder dari instansi terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas fisik air Danau Toba (kekeruhan dan suhu) pada 10 sampel masih memenuhi syarat yang di perbolehkan. Sedangkan warna, bau dan rasa tidak memenuhi syarat yang di perbolehkan. Hasil pengukuran terhadap 10 sampel bahwa kualitas kimia air (pH) memenuhi syarat yang di perbolehkan, sedangkan DO, BOD, COD, Nitrit dan fosfat pada air Danau Toba rata-rata tidak memenuhi syarat yang di perbolehkan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 sampel, dapat disimpulkan bahwa permukiman adalah daerah aktivitas yang tingkat pencemarannya paling tinggi dengan dengan hasil kekeruhan (4,17 NTU), warna (4,3 pt/CO), pH(6,93), DO (6,05), BOD (6,76), COD (29,67), Nitrit (0,3), dan fosfat (1,6). Adapun status baku mutu air, yaitu permukiman diperoleh skor paling tinggi yaitu -61 (tercemar berat), pelabuhan -46 (Tercemar berat), pantai -45 (tercemar berat), keramba -38 (tercemar berat), dan perhotelan -18 ( tercemar ringan). Adapun saran dari penelitian ini adalah supaya masyarakat tetap manjaga kebersihan air Danau Toba. Dan kepada instansi terkait agar lebih banyak memberi arahan dan penyuluhan tentang air bersih.
Kata kunci : kualitas air
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
ABSTRACK
Lake Toba greatly contributes to the surrounding community, where Lake Toba water is used as a source of drinking water and clean water. Lately there has been water pollution from Lake Toba by waste from waste due to community activities. The purpose of this study was to determine water quality based on physical parameters (turbidity, temperature, color, taste, odor) and chemical parameters (Ph, DO, BOD, COD, Nitrite, and phosphate) on Lake Toba water based on differences in location of community activities in Balige City, Toba Samosir Regency. This type of research is a descriptive analysis, which was carried out in the city of Balige, Toba Samosir Regency with a total of 10 samples, the sampling was done by taking water which was suspected of being polluted. With the primary data collection method, the results of the examination of water quality from the laboratory and secondary from the relevant agencies.The results of this study indicate that the physical quality of Lake Toba water (turbidity and temperature) in 10 samples still meets the permitted conditions. While the color, smell and taste do not meet the permitted conditions. The measurement results of 10 samples that the chemical quality of water (pH) fulfilled the permitted conditions, while DO, BOD, COD, Nitrite and phosphate in Lake Toba water on average did not meet the permitted conditions. Based on the results of the measurement of 10 samples, it can be concluded that the settlement is an activity area with the highest level of pollution with turbidity results (4.17 NTU), color (4.3 pt / CO), pH (6.93), DO (6 , 05), BOD (6.76), COD (29.67), Nitrite (0.3), and phosphate (1.6). The status of water quality standards, namely the settlement obtained the highest score, namely -61 (heavily polluted), port -46 (heavily polluted), beach -45 (heavily polluted), ker38 -38 (heavily polluted), and hospitality -18 (polluted light).The suggestion of this research is that people keep maintaining the cleanliness of Lake Toba water.And to the relevant agencies to give more guidance and counseling about clean water.
Key words: water quality
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tak terhingga peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang senantiasa memberikan pertolongan dan perlindungan selama proses
pembuatan skripsi penelitian dengan judul “Analisis Pencemaran Kualitas Air
Danau Toba Akibat Aktivitas Masyarakat di Kota Balige Tahun 2018” ini
hingga selesai yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM).
Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi
ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr Runtung Sitepu SH, M.Hum., sebagai Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi., sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM., sebagai ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S., selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
5. Ir. Indra Chahaya S, M,Si., selaku dosen penguji I yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi sehingga
skripsi ini selesai dengan baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
6. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji II yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi
sehingga skripsi ini selesai dengan baik.
7. Drh. Rasmaliah, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat, terkhusus
Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta N. Tampubolon, Ibunda tercinta
A. Hutasoit, dan seluruh keluarga besar yang tidak pernah lelah
memberikan motivasi, semangat, serta doa terbaik selama proses
perumusan skripsi ini.
10. Terkhusus para sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka.
11. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Kota Meda yang telah memberi izin
untuk melakukan penelitian dan membantu saya dengan memberikan
banyak informasi dan data-data yang bersangkutan dengan penulisan
skripsi ini.
12. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
doa untuk saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
untuk skripsi ini. Tak lupa penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan dan
kekurangan pada penulisan skipsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
Medan, Oktober 2018
Penulis
Netty Ria Tampubolon
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i HALAMAN PENGESAHAN ii ABSTRAK iv ABSTRACK v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv RIWAYAT HIDUP xv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 6 Tujuan Umum 6 Tujuan khusus 7 Manfaat Penelitian 7
Manfaat Aplikatif 7 Manfaat Teoritis 7
TINJAUAN PUSTAKA 9
Air 9 Pengertian Air 9
Manfaat Sumber Daya Air 10 Kualitas Air 10
Dampak Pencemaran Air 11 Parameter Uji Kualitas Air 14 Parameter Fisik 15
Parameter Kimia 17 Parameter Bakteriologis 22
Logam Berat dan Beracun 23 Danau 26 Danau Toba 28
Aktivitas Masyarakat di sekitar Danau Toba sebagai Akibat Pencemaran 30
Pelabuhan. 30 Objek Wisata Pantai 31 Keramba Jaring Apung 32 Permukiman 33 Perhotelan 34 Pengaruh Aktivitas Manusia Terhadap Ekosistem Akuatik 34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
Limbah 37 Pengertian Limbah 37 Limbah Cair 38 Pengertian Limbah Cair 38 Kerangka Konsep 40
METODE PENELITIAN 41 Jenis Penelitian 41
Lokasi dan Waktu Penelitian 41 Objek, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel 41 Objek Penelitian 41 Sampel 42 Teknik Pengambilan Sampel 42 Metode Pengumpulan Data 42 Data Primer 42
Data Sekunder 43 Definisi Operasional 43 Aspek Pengukuran 45 Teknik Pemeriksaan Sampel 46 Pemeriksaan Sampel Langsung di Lokasi 46 Pemeriksaan Sampel di Laboratorium 46
Metode Analisis Data 55 HASIL PENELITIAN 58
Gambaran Umum Wilayah Penelitian 58 Kabupaten Toba Samosir 58
Kota Balige 59 Hasil Penelitian 60
Kekeruhan 60 Suhu 61 Warna 61 Ph 62 Bau 63 Rasa 63 DO 63 BOD 64 COD 65 Nitrit 66 Fosfat 67
Status Mutu Air 68
PEMBAHASAN 71 Kualitas Air Danau Toba 71
Kekeruhan 71 Suhu 71 Rasa 72 Warna 73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
Bau 73 Ph 74 DO 75 BOD 76 COD 78 Nitrit 79 Fosfat 80
KESIMPULAN DAN SARAN 82 Kesimpulan 82 Saran 83 DAFTAR PUSTAKA 84 LAMPIRAN
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
DAFTAR TABEL
No Judul halaman 1 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan
Status Mutu Air 56
2 Status Mutu Air pada Daerah Pantai 68
3 Status Mutu Air pada Daerah Pelabuhan 68
4 Status Mutu Air pada Daerah Perhotelan 69
5 Status Mutu Air pada Daerah Permukiman 69
6 Status Mutu Air pada Daerah Keramba 70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman 1 Kerangka Konsep 39
2 Grafik kekeruhan 60
3 Grafik Suhu 61
4 Grafik Warna 61
5 Grafik Ph 62
6 Grafik DO 63
7 Grafik BOD 64
8 Grafik COD 65
9 Grafik Nitrit 66
10 Grafik Fosfat 67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Surat Izin Penelitian 86
2 Surat Hasil Laboratorium 87
3 Hasil Uji Laboratorium 88
4 Hasil uji SPSS 108
5 Gambar 112
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Netty Ria Tampuboon, Lahir di Balige, 01 Januari 1996
dan beragama Kristen Protestan dengan suku bangsa Batak Toba. Penulis
bertempat tinggal di Pardede Onan Kota Balige Sumatera Utara. Penulis anak
ketiga dari lima bersaudara terlahir dari pasangan Nasib Tampubolon dan Andi
Norita Hutasoit.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Swasta San
Francesco Balige, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Balige tahun 2008 sampai
2011, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Balige tahun 2011 sampai 2014 dan
pendidikan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Peminatan Kesehatan Lingkungan pada tahun 2014 sampai tahun 2018.
Medan, Oktober 2018
Netty Ria Tampubolon
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
Pendahuluan
Latar belakang
Air di permukaan bumi terdiri atas 97% air asin di lautan, 2 % masih
berupa es, 0,0009 % berupa danau, 0,00009 % merupakan air tawar di sungai dan
sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
hidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air
merupakan barang langka yang paling dominan di butuhkan di permukaan bumi
ini (Nugroho, 2006).
Kualitas air sangat menentukan kesehatan manusia. Menurut laporan
United Nation Environtmental Program (UNEP), setiap tahun jumlah balita yang
meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan buruknya kualitas air mencapai
1,8 juta jiwa (The Jakarta Post, 24 Maret 2010). Di negara-negara maju,
pemerintah menerapkan baku mutu yang tinggi untuk dikonsumsi langsung dari
keran. Peningkatan kualitas air minum itu telah memperpanjang harapan hidup
warga Amerika Serikat dari 47 tahun menjadi 77 tahun pada abad 20 (Wiryono,
2013).Sebaliknya di negara-negara berkembang meskipun ada baku mutu untuk
air minum, tetapi pemerintah tidak mampu menerapkannya sehingga kualitas
airnya buruk. Sebagian besar sungai-sungai utama di China tidak lagi dapat
mendukung kehidupan ikan. Beberapa jenis ikan telah punah. Sekitar 75% danau
di China juga tergolong sangat tercemar (Wiryono,2013).
Pencemaran lingkungan salah satunya terjadi akibat aktivitas manusia dan
juga industri yang kurang memperhatikan lingkungan hidupnya sehingga dalam
pemeliharaan lingkungan hidup peerlu menetapkan baku mutu. Menurut Pasal 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
butir (13) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa baku mutu lingkungan Hidup
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat energi, atau komponen yang
dan unsur pencemar yang di tenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Mengingat besar dampak dari limbah yang bukan saja mengganggu
kesehatan masyarakat tetapi juga meningkatkan pergeseran ekosistem sehingga
keadaan lingkungan menjadi tidak seimbang. Untuk itulah pengolahan limbah
yang di buang sesuai dengan peruntukannya sehingga tidak membahayakan
makhluk hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum (UU Kesehatan
RI, 2009).
Dalam suatu perairan, organisme seperti bakteri dapat mengubah bentuk
merkuri menjadi metil merkuri yang sangat berbahaya. Metil merkuri yang dapat
diabsorbsi dan terkonsentrasi di dalam tubuh ikan akan sangat berbahaya jika ikan
tersebut di konsumsi oleh manusia. Kehadiran logam berat di dalam tubuh
manusia dapat mengganggu reaksi kimia dan menghambat absorbsi nutrien yang
esensial. Selain menyebabkan banyak kerugian pada manusia, hadirnya logam
berat juga sangat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme di dalamnya (
Nugroho, 2006) .
Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin
meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
maupun limbah domestik ke dalam suatu perairan dapat menyebabkan
menurunnya kualitas perairan tersebut.
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Keberadaan Danau Toba dengan keindahan alamnya menjadikan daerah di
sekitarnya sebagai prioritas obyek dan daya Tarik Wisata (ODTW) di Sumatera
Utara (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, 2007). Saat ini kawasan
Danau Toba ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan
Destinasi Pariwisata Unggul (DPU) di provinsi Sumatera Utara. Menyadari hal
tersebut, pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba (KDT) sebagai Kawasan
Strategis Nasional (KSN) bidang pariwisata yang selanjutnya disebut sebagai
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Kini Danau Toba merupakan bagian dari
10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang diprioritaskan untuk di
kembangkan oleh Kementrian Pariwisata (Dinas Pariwisata 2016).Menurut
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009, baku mutu air Danau
Toba diklasifikasikan ke kelas I yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kriteria mutu air Danau Toba mengikuti
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Pemerintah pusat di tahun 2004 melalui Presiden Megawati, secara
langsung menaburkan bibit ikan bilih pada perairan Danau Toba.Benih ikan ini
diintroduksi dari Danau Singkarak, Sumatera Barat kala itu.Karena ikan bilih
merupakan ikan endemik Danau Singkarak.Setelah 3 tahun, ikan bilih ini sudah
bisa dipanen pada tahun 2008.Panennya terbilang raya, pasalnya saat itu ikan bilih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
bisa mencapai 10 ton jumlah tangkapan pada setiap harinya hanya dari kecamatan
Baktiraja saja.Belum lagi dari daerah-daerah lainnya.Perkembangan ataupun
pertumbuhan pesat dari ikan bilih ini disebabkan ikan endemik ini sangat cocok
habitatnya di Danau Toba.Jumlah tangkapan besar akhirnya tak bertahan lama.Di
Tahun 2013 dan 2014 hasil tangkapan menurun drastis.Tahun 2015,ikan bilih pun
menjadi sangat jarang dijumpai.Dan puncaknya di tahun 2016,ikan ini punah dari
perairan Danau Toba.Penangkapan ikan bilih yang berlebihan oleh masyarakat
menjadi sumber masalah ini.Pemakaian jaring yang ukurannya (mess size) lebih
kecil dari 1 inchi saat menangkap ikan ini mengakibatkan ikan-ikan kecil pun ikut
terjaring.Juga penangkapan di sungai yang seharusnya tidak diperbolehkan,
mengingat ikan bilih melakukan perkawinan hanya di muara sungai.
Hal ini tentu saja berakibat miris karena membawa dampak besar terhadap
wajah perekonomian warga di sekitaran Danau Toba.Tak hanya itu, perairan
Danau Toba pun menjadi semakin tercemar,karena ikan bilih semasa hidupnya di
kawasan ini diketahui sebagai ikan pemakan detritus (sampah organik).
Akibatnya, semenjak kepunahan ikan ini,detritus pun mulai mencemari perairan
Danau Toba.
Kota Balige Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu dari beberapa
daerah yang wilayahnya berada di pinggiran danau Toba. Saat ini kota Balige
sedang mengalami perkembangan yang pesat dari segi destinasi pariwisata dan
ekonomi sehingga menyebabkan peningkatan penduduk dan peningkatan
pengunjung di kota Balige. Akibat lebih lanjut secara langsung maupun tidak
langsung akan terjadi penurunan kualitas perairan Danau Toba di Balige.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Pemanfaatan air Danau Toba sangat beragam di satu sisi membutuhkan
kualitas air danau yang baik serta memenuhi persyaratan tertentu. Sebaliknya
pemanfaatan danau bagi berbagai aktivitas masyarakat tersebut juga memberikan
dampak terhadap penurunan kualitas airnya, dimana Danau Toba juga digunakan
sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan
pertanian di sekitar Danau Toba, limbah domestik dari pemukiman dan
perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis dikonsumsi oleh
ikan yang dibudidayakan, limbah pariwisata dan transportasi air.
Berdasarkan penelitian Rita di Desa Tanjung Kubupaten Samosir (2010)
menunjukkan bahwa kualitas fisik air Danau Toba di sekitar keramba jaring
apung masih memenuhi syarat. Kualitas kimia dimana DO mengalami penurunan
yaitu 6 mg/l dan BOD jauh melebihi ambang batas yang ditentukan yaitu 3 mg/l,
dan bakteriologis air Danau Toba telah mengalami penurunan kualitas yang tidak
memenuhi syarat yaitu 0 jlh/100ml.
Berdasarkan penelitian Sudoyo di Desa Sibagindang Kab Simalungun
(2014) di dapat hasil bahwa p me e fi ik d n kimi i n l in h 26 00
28 00 C keke h n 0 89 – 5,21 mg/L, DO 5,41 – 8 24 mg/L pH 6 40
7,30, BOD 0 59 1 27 m g/L ni 0 69 2 10 mg/L fo f 0 11 0 28 m g/L.
Berdasarkan parameter fisika dan kimia air, stasiun I tercemar sedang berdasarkan
baku mutu kelas III .
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah peneliti amati di daerah
pelabuhan,objek wisata, pemukiman, perhotelan dan keramba jaring apung di
perairan Danau Toba Balige, terlihat warna yang berbeda di setiap lolasi. Di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
keramba jaring apung dan daerah pemukiman, di temukan beberapa lintah air dan
kutu air yang di duga sebagai indikator pencemaran air.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
peneli i n en ng ”An li i Pencem n Kualitas Air Danau Toba Akibat
Aktivitas Masyarakat di Kota Balige Kabup en ob mo i h n 2018” .
Menurut peneliti, penelitian tersebut penting dilakukan, mengingat semakin
banyaknya aktivitas masyarakat yang menimbulkan pencemaran di perairan
Danau Toba.
Rumusan Masalah
Danau Toba merupakan satu diantara beberapa sumber air yang telah lama
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas dalam menunjang kehidupan.
Namun sejalan perkembangan, banyak fungsi danau yang semakin hari semakin
beragam seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penurunan kualitas Danau Toba diantaranya
disebabkan oleh masuknya berbagai buangan limbah dari berbagai aktivitas
manusia sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kualitas fisika, kimia,
biologi dan estetik danau tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui
kualitas pencemaran air Danau Toba akibat aktivitas masyarakat di Kota Balige
Kabupaten Toba Samosir tahun 2018.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kualitas fisik air danau Toba di Balige (suhu, warna, rasa,
bau dan kekeruhan)
2. Untuk mengetahui kualitas kimia air danau Toba di Balige (pH,
DO,BOD,COD, fosfat, nitrit, timbal)
3. Untuk mengetahui nilai rata-rata parameter air
4. Untuk mengetahui daerah yang tingkat pencemarannya paling tinggi
5. Untuk mengetahui daerah yang tingkat pencemarannya paling rendah
6. Untuk mengetahui skor baku mutu air di setiap objek penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat aplikatif. Adapun manfaat aplikatif penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh selama perkuliahan di bidang
Kesehatan Lingkungan khususnya tentang Pencemaran Air.
2. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman di bidang
Kesehatan Lingkungan yang berkaitan dengan Pencemaran Air.
Manfaat teoritis. Adapun manfaat teoritis penelitian ini, yaitu sebagai
berikut
1. Memberi informasi bagi penduduk di sekitar Danau Toba tentang kualitas air
akibat aktivitas masyarakat.
2. Menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut terkait dengan pencemaran danau
Toba .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
3. Memberi masukan bagi pemerintah kabupaten di sekitar Danau Toba untuk
mengelola perairan agar layak di jadikan sebagai destinasi pariwisata Nasional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Tinjauan Pustaka
Air
Pengertian air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 menyebutkan bahwa air adalah semua
mata air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan
air fisik. Sedangkan sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di
bawah permukaan tanah termasuk ke dalam pengertian ini adalah mata air, sungai,
danau, waduk dan muara.
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia
sepanjang masa dan menjadi bagian dari kebutuhan dasar. Semua kegiatan
kehidupan manusia dari kebutuhan pangan hingga pertumbuhan industri
memerlukan air dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang sesuai
dengan kebutuhannya. Dengan demikian air tidak hanya diperlukan sebagai bahan
pokok untuk kehidupan, tetapi juga di pergunakan sebagai komoditi ekonomi (
Dongoran, 2004).
Sumber air merupakan bagian dari sumber daya alam yang mempunyai
sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah sumber
daya yang dapat di perbaharui bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang
secara alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat.
Tergantung dari waktu dan lokasinya.
Ekosistem air tawar terbagi menjadi dua tipe yaitu : air diam/tenang
misalnya kolam, danau; serta air mengalir misalnnya sungai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Manfaat sumber daya air. Menurut Barus (2001), manusia
memanfaatkan sumber daya air sesuai dengan kebutuhannya, dan peruntukannya
dapat di bedakan sebagai berikut :
Untuk kebutuhan domestik. Penduduk yang bertempat tinggal di
perkampungan/desa memanfaatkan danau/sungai sebagai tempat untuk
mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari dan juga sebagai tempat
pembuangan limbah.
Untuk kebutuhan pertanian. Untuk mengairi sawah dan ladang umumnya
digunakan air sungai, air danau, dan air irigasi serta air hujan. Sisa air yang tak
terambil olehtanaman akan menguap, masuk ke dalam tanah menjadi air tanah dan
masuk ke dalam aliran air sungai.
Untuk industri. Air dibutuhkan di berbagai industri sebagai penunjang
proses industri, misalnya untuk pemanasan atau pendingin mesin-mesin industri.
Industri yang terletak dengan aliran sungai umumnya mengambil kebutuhan dari
sungai dan membuang limbahnya kembali ke dalam sungai. Cara lain untuk
mendapatkan air bagi kebutuhan industri adalah dari air tanah dengan membuat
sumur-sumur bor sampai puluhan meter.
Untuk perikanan, rekreasi dan lain-lain.Untuk perikanan dan lain-lain
dapat memanfaatkan air sungai, air danau, air payau dan air laut sesuai dengan
kebutuhan habitat dari organisme tertentu.
Kualitas air. Kualitas air dapat dilakukan dengan pengujian untuk
membuktikan apakah air itu layak di konsumsi. Penetapan standar batas baku
mutu minimal yang harus di penuhi di tentukan oleh standar Internasional, standar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Nasional, maupun standar perusahaan. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001 tentang Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, mutu air telah di
klasifikasikan menjadi 4, yang terdiri dari :
Air kelas satu. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air
minum, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Air kelas dua. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Air kelas tiga. Air yang peruntukannya untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Air kelas empat. Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Dampak pencemaran air
Menurut Mukono (2006) berikut beberapa dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran air :
Terhadap manusia. Air yang tercemar mengandung bibit penyakit yang
dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborn disease). Selain itu di dalam
air tercemar mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Disebabkan oleh logam berat. Adapun penyakit yang ditimbulkan adalah
sebagaiberikut :
1. Cd (Cadmium): Dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, tulang,
pankreas, kelenjar gondok.
2. Cu (Tembaga): Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak di lidah dan
menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati.
3. pB (Timah hitam): Bersifat hitam dan kumulatif. Keracunan pB menimbulkan
anemia, gangguan ginjal, penurunan mental pada anak-anak, gangguan jiwa,
gangguan usus, penyakit hati dan gangguan susunan syaraf, serta
mengacaukan susunan darah.
4. Hg (Merkuri):Merupakan unsur yang sangat beracun. Pada keracunan tingkat
ringan timbul pusing, sakit kepala dan mudah lelah. Pada keracunan tingkat
berat menyebabkan kerusakan ginjal, sendi-sendi kaku, penglihatan terganggu,
kelainan sistem syaraf dan menimbulkan kematian.
Kasus : Minamata (Jepang, 1953) akibat buangan merkuri dari pabrik plastik
PVC.
5. Se (selenium). Menyebabkan radang usus dan kerusakan pada jaringan.
6. Ar (Arsen). Merupakan logam berat yang mempunyai toksisitas atau daya
racun tinggi. Keracunan kronis menyebabkan nafsu makan berkurang,
gangguan sistem pencernaan, kelainan ginjal, perubahan pada kulit dan kanker
kulit.
7. Cr (Chrom). Adanya chrom menandakan adanya pencemaran dari limbah
industri karena senyawa logam ini tidak terdapat di air yang ada di alam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
(murni). Di duga dapat menyebabkan kanker kulit dan gangguan pada saluran
pernafasan.
8. Co (Cobalt).Menyebabkan kerusakan pada sel tubuh.
9. Cyanida. Sifatnya mudah larut dalam air, bila terminum bersama air minum
dapat menyebabkan gangguan metabolisme oksigen.
Disebabkan oleh bakteriologi dalam air, contoh penyakit yang
ditimbulkan:
1. Tifoid, disebabkan oleh kuman salmonela thyposa
2. Kolera, disebabkan oleh bakteri Vibrio kolera
3. Leptospirosis, disebabkan oleh Sprirochaeta
4. Giardiasis, dapat menimbulkan diare disebabkan oleh sejenis protozoa
5. Disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolytica.
Disebabkan oleh pestisida. Diantaranya yang paling bahaya adalah DDT
(Dichlor Diphenyl Trichloretan) yang memiliki sifat selain tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme, DDTdapat larut dalam lemak sehingga memungkinkan
terakumulasi dalam tubuh organisme.
Tercemarnya air oleh pestisida dapat menyebabkan kanker kulit,
keracunan, kerusakan jaringan dan pada konsentrasi tertentu bisa menimbulkan
kematian.
Terhadap hewan.Efek terhadap kehidupan hewan, baik hewan peliharaan
maupun bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan
bahan berbahaya.
Contoh:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
1. Pestisida
DDT dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada hewan.
2. Suhu Tinggi
Air yang mempunyai suhu tinggi dapat menyebabkan beberapa jenis hewan
tidak mampu beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya.
Dampak terhadap kerusakan material/benda. Efek pencemaran air
terhadap meterial adalah menyebabkan meterial yang melewati material tersebut
menjadi kropos. Pencemaran juga dapat mempercepat proses perkaratan benda
yang terbuat dari besi dan bangunan lainnya. Dengan tercemarnya air tersebut,
berarti menimbulkan kerugian material.
Penurunan kualitas lingkungan. Air yang tercemar (misalnya danau dan
sungai) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Adakalanya, air
limbah juga dapat merembes dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran
air tanah.
Gangguan terhadap keindahan. Air yang tercemar mengandung polutan
yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan.
Kadang-kadang air tercemar dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila
terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air jenis ini mencemari badan air,
maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada air tersebut.
Parameter uji kualitas air
Menurut Astri Nugroho (2006) untuk mengetahui apakah suatu perairan
tercemar atau tidak, diperlukan serangkaian tahap pengujian untuk menentukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
tingkat pencemaran tersebut. Beberapa parameter uji yang umumnya harus
diketahui, yaitu :
Parameter Fisik. Adapun parameter fisik terdiri dari :
Jumlah padatan. Padatan dapat mencemari air, berdasarkan ukuran
pertikel dan sifat-sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap
(sedimen), padatan tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan yang mengendap
terdiri dari partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat
mengendap dengan sendirinya. Padatan tersebut terbentuk akibat erosi. Padatan
tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan
tidak mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dan lebih
ringan daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang larut dalam air seperti gula dan garam mineral hasil
buangan industri kimia.
Kekeruhan. Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu
banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/IX/1990
kekeruhan maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih yaitu 25 NTU.
Kekeruhan menyebabkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan
membatasi pencahayaan ke dalam air. Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan
yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti bahan organik, jasad renik,
lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang ataupun terapung dan sangat
halus sekali.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
Suhu/ temperatur. Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan
menurunnya oksigen terlarut di dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia,
terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif
tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke
permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut tidak juga kembali pada
suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian ikan dan hewan
lainnya.
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air
tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya,
terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang memenuhi syarat
adalah 10oC – 15oC.
Warna. Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/IX/1990 warna maksimum
yang diperbolehkan untuk air bersih yaitu 50 TCU.
Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping
adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat.
Bau. Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau (tidak
berbau). Biasanya bau disebabkan oleh bahan bahan organik yang dapat
membusuk serta senyawa kimia seperti phenol. Jika berbau maka akan
mengganggu estetika. Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
menguraikan zat organic menghasilkan gas tertentu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Rasa. Biasanya bau dan rasa terjadi bersama-sama yaitu akibat
dekomposisi bahan organik dalam air.
Kandungan minyak dan lemak. Meskipun minyak mengandung senyawa
volatil yang mudah menguap, namun masih ada sisa minyak yang tidak dapat
menguap. Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap
mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke pantai atau ke tanah
di sekeliling sungai.
Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Selain itu lapisan minyak juga dapat mengurangi
konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena oksigen bebas menjadi terhambat.
Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air.
Parameter Kimia. Paramater kimia terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
Nilai keasaman (pH). Air yang normal memenuhi syarat untuk suatu
kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau
basa tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion
hydrogen dalam air. Air yang memiliki pH dibawah normal akan bersifat asam
sedangkan air yang memiliki pH diatas normal akan bersifat basa.
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air buangan yang memiliki
pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
mikroorganisme air yang diperlukan. Demikian juga makhluk lain, misalnya ikan
tidak dapat hidup. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif
terhadap bahan konstruk seperti besi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan mengandung
bahan anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Buangan
asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung
asam khlorida, asam sulfat dan lain-lain.
Dissolved oxygen (DO). Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam
miligram yang terdapat dalam satu liter air. Oksigen terlarut umumnya berasal
dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari
proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan
parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan massa air
serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar
oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal)
dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang
masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang
dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih
rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar.
Penguraian limbah organik oleh bakteri merupakan proses alami yang
sangat penting. Dengan adanya proses penguraian ini maka sungai dan badan air
yang lain berfungsi sebagai sarana pengolah limbah alami. Jika volume limbah
tidak terlalu banyak, oksigen yang di butuhkan oleh bakteri untuk mengurai
limbah akan segera digantikan kembali secara alami. Air yang dingin dan
mengalir deras mengandung banyak oksigen dan cepat memulihkan konsentrasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
oksigen yang dipakai bakteri. Sebaliknya air hangat dan tenang lebih mudah
mengalami pengurangan oksigen.
Bakteri di air mendapatkan energi dengan cara menguraikan limbah
organik dengan bantuan oksigen. Semakin banyak limbah organik berarti semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan, sehingga volume oksigen yang terlarut di dalam
air berkurang. Jika oksigen terlarut habis maka kondisi air berubah menjadi
anaerobik, sehingga bakteri aerobik (bakteri yang memerlukan oksigen) mati dan
proses penguraian limbah organik diambil alih oleh bakteri anaerobik. Kondisi
anaerobik ini menghasilkan bau yang tidak enak.
Berkurangnya oksigen terlarut dapat mengganggu biota perairan. Misalnya,
agar ikan dapat hidup di suatu badan air, konsentrasi oksigen terlarut dalam air
minimal 5 ppm. Jika konsentrasi kurang dari 5 ppm ikan terganggu, dan pada
konsentrasi 2 ppm akan mati (Wiryono, 2013).
BOD. Biochemical Oxysigen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen
bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) semua zat-zat
organik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam air menjadi bahan organik
yang lebih sederhana.
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak
terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan
manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan
oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan
air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi
kehidupan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand (BOD) adalah
kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk
menguraikan senyawa organic dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi
tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu temperature
20ºC dan waktu 5 hari. Oleh karena itu satuannya biasanya dalam mg/liter atau
kg.
Biochemical Oxysigen Demand (BOD) merupakan ukuran kandungan
bahan organik dalam limbah cair. Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan
atas reaksi oksidasi zat-zat organik dengan oksigen dalam air dimana proses
tersebut berlangsung karena ada sejumlah bakteri.
BOD (Biological oxygen demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup didalam air untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan-bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan
jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif
oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut.
Teknik pengukuran BOD relatif sederhana yaitu dengan mencampur
sampel air dengan sejumlah oksigen. Beberapa hari kemudian di ukur seberapa
banyak oksigen berkurang. Semakin banyak oksigen yang berkurang berarti
jumlah BOD semakin tinggi, artinya pencemaran semakin tinggi.
Dalam air buangan terdapat zat organic yang terdiri dari unsur karbon,
hydrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang
dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
untuk menguraikan senyawa organic. Pada akhirnya kadar oksigen dalam air
buangan menjadi keruh dan kemungkinan berbau.
COD. COD (chemical oxygen demand) merupakan uji yang lebih cepat
daripada uji BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya
kalium dikhromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air.
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen ini adalah COD.
Pengukuran ini diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat
organic yang sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan
bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih
kecil daripada nilai COD diukur pada senyawa organic yang dapat diuraikan
maupun senyawa organic yang tidak dapat berurai.
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana
pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G.
Alerts dan SS Santika, 1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut
akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Nitrit. Amonium dan amoniak merupakan produk penguraian protein
masuk ke dalam ekosistem akuatik terutama melalui limbah domestik.
Konsentrasinya didalam ekosistem akuatik akan semakin berkuranng bila semakin
jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme
didalam air. Mikroorganisme tersebut akan mengoksidasi amonium menjadi nitrit
dan akhirnya menjadi nitrat. Proses oksidasi amonium menjadi nitrit dilakukan
oleh jenis-jenis bakteri seperti nitrosomonas. Selanjutnya nitrit oleh aktivitas
bakteri dari genus Nitrobacter akan dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrat.
Fosfat. Fosfor merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan
nutrien bagi berbagai organisme akuatik. Fosfor merupakan unsur yang penting
dalam aktivitas pertukaran energi dan organisme yang di butuhkan dalam jumlah
sedikit, sehingga fosfor berperan sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan
organisme. Peningkatan konsentrasi fosfor menyebabkan timbulnya proses
penurunan kadar oksigen terlarut, diikutidengan timbulnya kondisi anaerob yang
menghasilkan berbagai senyawa toksik misalnya methan, nitrit dan belerang.
Parameter bakteriologis. Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba,
seperti alga, protozoa dan bakteri. Dan sekian banyak jenis mikroba yang bersifat
patogen atau merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak
dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia
dan hewan berdarah panas lainnya.
Parameter mikrobiologiterdiridari total mikroba, total coli, total coli tinja,
Salmonella, Clostridium Perfingensdan lain-lain.Secaralaboratoris total coli
digunakansebagaiindicatoradanyapencemaran air bersiholehtinja,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
tanahatausumberalamiahlainnya. Sedangkan coli
tinjadigunakansebagaiindicatoradanyapencemaran air
bersiholehtinjamanusiaatauhewan.
Coliform. Keberadaan bakteri coliform feses dalam lingkungan air
menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi dengan feses manusia atau hewan
berdarah panas yang mengandung bakteri atau virus patogen. Sebagian besar
patogen-patogen saluran pencernaan penyebab berbagai wabah penyakit enterik
tersebut, tergolong famili Enterobacteriaceae. Di antara banyak mikroorganisme
asal feses yang menyebabkan wabah penyakit dari tular air adalah Salmonella
typhi (demam tifus), Shigella spp(shigellosis), Salmonella paratyphi
(salmonellosis), Vibrio cholerae (kolera), Camphylobacter jejuni (disentri) dan
Escherechia coli patogenik (diare). Selain itu adalah virus seperti virus hepatitis A
(infeksi hepatitis), virus polio (poliomelitus), dan protozoa seperti Entamoeba
histilotyca (disentri amuba) dan Giardia.
Logam berat dan beracun. Logam berat pada umumnya seperti cuprum
(tembaga), perak, seng, cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan nikel.
Cadmium ditemukan dalam buangan industry tekstil, elektro plating, pabrik
kimia. Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu chrom valensi enam dan chrom
valensi tiga. Chrom valensi enam ditemukan pada buangan pabrik aluminium dan
cat, sedang chrom trivalent ditemukan pada pabrik tekstil,industry gelas dan
keramik.Plumbum terdapat dalam buangan pabrik baterai, pencelupan dan cat.
Logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Logam berat (heavy metals) atau logam toksik (toxic metals) adalah
terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen-
elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk kedalam tubuh
makhluk hidup. Logam berat yang baik di lingkungan maupun di dalam tubuh
manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga sebagai trace metals.
Trace Metals seperti kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) mempunyai
berat jenis sedikitnya 5 kali lebih besar daripada air.
Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang
tercemar limbah industri adalah merkuri atau air merkuri (Hg), Nikel (Ni),
kromium (Cr), kadmium (Cd), Arsen (As), dan timbal (Pb). Logam-logam
tersebut dapat mengumpul didalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam
jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Menurut sifat toksisitasnya unsur-unsur dapat dikelompokkan ke dalam 3
golongan, yaitu :
1. Unsur-unsur yang tidak bersifat toksik, yaitu : Na, K, Mg, Ca, H, O, N, C, P,
Fe, Cl, Br, F, Li, Rb, Sr, Al dan Si.
2. Sangat toksik dan mudah dijumpai, yaitu : Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, As, Te, Pd,
As, Cd, Pt, Au, Ti, Pb, Jb, dan Bi.
3. Sangat toksik tetapi tidak larut dan sukar dijumpai, yaitu : Ti, Ht, Zr, W, Nb,
Ta, Re, Ga, La, Os, Rh, Ir, Ru, dan Br.
Logam berat sebagai salah satu sumber pencemar anorganik yang masuk
ke dalam perairan tersebut dapat berasal dari :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
1. Pelapukan batuan yang mengandung logam berat, perncemaran ini bersifat
alamiah.
2. Industri yang memproses biji tambang
3. Pabrik-pabrik dan industri yang mempergunakan logam berat di dalam proses
produksinya.
4. Pencucian logam dari sampah baik sampah organik maupun anorganik.
5. Logam berat yang berasal dari eksreta manusia dan hewan karena tidak
sengaja mengkonsumsi sumber makanan yang terkontaminasi logam berat.
Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal
stabilitas, keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis,
kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan
oleh faktor kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan,
sifat toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah
laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi (Moriarty, 1987 dalam Racmansyah,
dkk., 1998).
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi
tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan.
Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua
biota perairan tidak sama, namun hilangnya sekelompok organisme tertentu dapat
menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutan,
keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan
(Palar, 2004).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Logam-logam dalam perairan keberadaannya berasal dari sumber alamiah
dan dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia, sumber logam alamiah yang
masuk dalam badan perairan bisa berupa pengikisan batu mineral yang banyak
bersumber dari perairan, partikel-partikel yang ada di udara yang masuk
keperairan dikarenakan terbawa oleh air hujan. Adapun logam yang berasal dari
aktivitas manusia berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga (Palar
2004).
Kandungan logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan
mengalami pengendapan, pengenceran, dan dispersi, kemudian akan diserap oleh
organisme yang hidup di perairan tersebut. Logam berat mempunyai sifat yang
mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan berikatan
dengan partikel-partikel sedimen sehingga konsentrasi logam berat dalam sedimen
dapat lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam air (Putri, dkk., 2012).
Meskipun manusia tidak secara langsung mengkonsumsi logam berat,
namun secara tidak langsung logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui air minum dan makanan yang di konsumsinya. Air yang tersimpan pada
malam hari di dalam pipa-pipa saluran air dapat menyebabkan meresapkan timbal
dan kadmium dari pipa ke dalam air yang akan dikucurkan ( Nugroho, 2006).
Danau. Danau adalah wilayah yang digenanangi badan air sepanjang
tahun serta terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena pergerakan
kulit bumi sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi. Danau yang terbentuk
sebagai akibat gaya tektonik kadang-kadang badan airnya mengandung bahan-
bahan dari perut bumi seperti belerang dan panas bumi (Andi,dkk., 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Asal mula sebuah danau dapat bermacam-macam, ada yang lahir karena
terjadi patahan di permukaan bumi, misalnya Danau Toba. Beberapa danau lain
timbul karena gejala vulkan (misalnya Danau Lamongan ), karena belokan sungai
yang terlalu dalam, karena depressi tanah kapur. Ada juga danau buatan, seperti
Danau Jatiluhur.
Ketika danau pertama kali terbentuk, didalamnya terkandung sedikit sekali
bahan organik dan airnya pun jernih. Kerapatan tumbuhan dan hewan rendah.
Karena air nya jernih, maka sinar mataharipun dapat jauh menembus ke dalam air,
sehingga biasanya suhu relatif lebih dingin.
Hewan (ikan) yang terdapat di dalamnya merupakan hewan yang dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang sejuk, kurang bahan
makanan, tetapi kaya akan oksigen.
Danau juga merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar, dan
berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai,
mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau
memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan
didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi,
perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata.
Dari sisi ekologi, danau juga beperan sebagai penyangga bagi kehidupan
sekitarnya, dan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial bagi
kesejahtraan masyarakat. Akan tetapi potensi-potensi tersebut akan dapat
mensejahterakan stakeholdersnya secara berkelanjutan apabila pengelolaan dan
pemanfaatannya mempertimbangkan kemampuan optimal dan daya dukung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
ekositem tersebut. Pemanfaatan yang berlebihan suatu potensi akan dapat
menyebabkan gangguan terhadap potensi lainnya (Ginting, 2011).
Danau Toba. Danau Toba merupakan satu dari danau di Indonesia yang
terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara, yang menurut
wilayahadministrasi pemerintahan berada pada 7 daerah kabupaten yaitu:
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, dan
Kabupaten Dairi. Secara geografis, Ekosistem Kawasan Danau Toba terletak pada
koordinat 2° 10' LU - 3° 10" LU dan 98° 20' BT - 99° 50" BT, dengan ketinggian
tempat 903 meter dari permukaan laut. Danau ini merupakan danau yang terluas
di Indonesia dengan luas permukaan lebih kurang 110.260 ha, kedalaman
maksimum mencapai 529 meter dan total volume air danau lebih kurang 1.258
km³ (LTEMP, 2004).
Air yang masuk ke Danau Toba berasal dari : Air hujan yang langsung
jatuh ke danau ; Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau.
Sungai-sungai yang mengalir dan bermuara ke Danau Toba yaitu Sungai
Sigubang, Sungai Bah Bolon, Sungai Guloan, Sungai Arun, Sungai Tomok,
Sungai Sibandang, Sungai Halian, Sungai Simare, Sungai Aek Bolon, Sungai
Mongu, Sungai Mandosi, Sungai Gopgopan, Sungai Kijang, Sungai Sinabung,
Sungai Ringo, Sungai Prembakan, Sungai Sipultakhuda dan Sungai Silang,
sedangkan outlet Danau Toba hanya 1 yaitu Sungai Asahan.
Danau Toba merupakan sumber daya air yang mempunyai nilai sangat
penting dan strategis, baik ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi, ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
maupun estetika. Hal ini berkaitan dengan manfaat Danau Toba sebagai habitat
dari berbagai jenis organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat
sekitarnya, sarana transportasi, sumber air pertanian, media perikanan (perikanan
budi daya maupun perikanan tangkap), sebagai sumber air bagi PLTA Siguragura,
dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai obyek wisata andalan di Provinsi
Sumatera Utara yang sudah dikenal luas ke berbagai negara. Sebagai suatu
ekosistem, secara umum fungsi-fungsi tersebut sangat tergantung satu sama lain,
khususnya tergantung pada kondisi parameter kualitas badan air danau itu sendiri.
Bila terjadi penurunan kualitas badan air danau, maka fungsi danau tersebut akan
mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa segala bentuk kegiatan yang dapat
berakibat terhadap perubahan kearah penurunan kualitas badan air Danau Toba
harus dihindari sebisa mungkin sehingga fungsi danau dapat berkelanjutan dari
generasi ke generasi (Ginting, 2011).
Menurut Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009, baku
mutu air Danau Toba diklasifikasikan ke kelas I yaitu air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kriteria mutu
air Danau Toba mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Pada kenyataanya Danau Toba yang bersifat multi fungsi tersebut, saat ini
kondisinya mengalami berbagai tekanan dan permasalahan yang cukup serius,
sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas masyarakat di badan air maupun di
sekitar danau. Salah satu permasalahan yang pada saat ini banyak menarik
perhatian adalah keberadaan limbah yang terbuang ke perairan danau seperti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
limbah kegiatan pertanian, limbah rumah tangga, limbah minyak dari kegiatan
transportasi air dan limbah kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung (KJA)
(Ginting, 2011).
Aktivitas masyarakat di sekitar danau Toba sebagai akibat pencemaran.
Lokasi Aktivitas Masyarakat yang Menyebabkan Pencemaran Air Danau Toba
yaitu :
Pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi (PP No 69 Tahun
2001).
Pelabuhan merupakan tempat atau fasilitas jasa untuk melayani kapal yang
datang di area dermaga, termasuk fasilitas penanganan limbah. Pengadaan fasilitas
pengelolahan limbah di Pelabuhan merupakan bagian dari pelaksanaan Konvensi
Internasional tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran dari kapal yang telah
dimodifikasi oleh Protokol 1978 yang terkait dalam MARPOL 1973 jo 1978
(MARPOL 73/78) dan telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986, pada tanggal 9 September 1986. Dan
limbah minyak yang berasal dari kapal tersebut harus dikelolah di Fasilitas
Penanganan Limbah (Port Reception Facilities).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Objek wisata pantai.Menurut Suzanna (2003) Pariwisata memberikan
dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan karena kondisi lingkungan
merupakan salah satu atraksi wisata bagi wisatawan. Pengaruh yang ditimbulkan
bisa berupa pengaruh positif ataupun negatif. Pengaruh positif pariwisata terhadap
lingkungan diantaranya adanya kebijakan dan peraturan pemerintah yang
ditujukan untuk melindungi kondisi alam dari unsusr-unsur pengerusakkan yang
dilakukan oleh para pelaku wisata. Selain pengaruh positif, juga terdapat pengaruh
negatif yang ditimbulkan berupa pengerusakkan terhadap lingkungan di sekitar
wisata karena kurangnya kesadaran masyarakat dan pelaku wisata terhadap
lingkungan. Pengaruh Pariwisata yang dikaji terhadap aspek lingkungan yaitu
pengaruh terhadap Polusi Udara dan air, Penurunan kualitas lingkungan sekitar
karena sampah sekitar wisata.
Pencemaran pantai sudah terjadi hampir di seluruh pantai yang menjadi
objek wisata. Diantara ciri- ciri pencemaran pantai dan pesisir yang bisa kita lihat
langsung adalah banyaknya sampah yang berserakan di sepanjang pesisir dan
warna air pantai yang keruh. Ciri lain dari pantai yang tercemar adalah adanya
tumpahan minyak dari wahana permainan air yang menyebebkan terganggunya
keseimbangan ekosistem pantai.
Pantai Bulbul menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat dan
wisatawan yang datang ke Kota Balige karena lokasi pantai ini yang persis dekat
pusat Kota Balige dan dekat Museum TB Silalahi Center. Letaknya yang strategis
membuat pantai ini selalu menjadi persinggahan masyarakat dan wisatawan saat
perjalanan liburan ataupun memang memiliki destinasi tujuan ke pantai ini.Wisata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
di pantai Bulbul terdapat beberapa wahana wisata air yang menggunakan oli
seperti perahu dayung, banana boot dan wahana lainnya yang diduga sebagai
sumber pencemaran perairan, juga cafe sekitar yang kurang menjaga lingkungan
dengan membuang limbah mereka ke dalam perairan sekitar.
Keramba jaring apung. Keramba Jaring Apung Dirjen Perikanan (2001)
mendefinisikan keramba jaring apung sebagai tempat pemeliharaan ikan yang
terbuat dari bahan jaring yang memungkinkan keluar masuknya air dengan
leluasa, sehingga terjadi pertukaran ke perairan sekitarnya. Komponen-komponen
keramba jaring apung terdiri dari kerangka atau bingkai, pelampung, jangkar,
pemberat jaring, penutup kantung jaring, bangunan fisik dan peralatan pendukung
lainnya.Rochdianto (2005) menambahkan, Keramba jaring apung ditempatkan
dengan kedalaman perairan lebih dari 2 meter. Beberapa masyarakat ada yang
menyebut kantong jaring apung, keramba kolam terapung dan jaring keramba
terapung atau disingkat kajapung.
Dari aspek sosial ekonomi, perkembangan budidaya ikan KJA di perairan
Danau Toba memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat khususnya
masyarakat lokal, dimana kegiatan ini mampu meningkatkan nilai produksi ikan
yang berarti meningkatkan pendapatan bagi masyarakat petani KJA. Selain itu,
kehadiran budidaya ikan KJA juga mampu memperluas kesempatan kerja bagi
masyarakat, sehingga turut dalam mengurangi angka pengangguran. Akan tetapi
dilain pihak, kegiatan budidaya ikan sistem KJA yang tidak terkendali dapat
berdampak serius terhadap berbagai perubahan lingkungan perairan itu sendiri,
baik perubahan komponen biotik maupun komponen abiotik perairan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Meningkatnya jumlah KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba
berarti bahwa terjadi peningkatan jumlah ikan yang dibudidayakan dalam KJA.
Sebagai konsekwensinya adalah peningkatan penggunaan pelet sebagai pakan
utama ikan dalam KJA. Menurut berbagai hasil penelitian bahwa pakan ikan
(pelet) yang diberikan pada budidaya ikan KJA, sebagian tidak terkonsumsi oleh
ikan dan terbuang ke badan air sebagai limbah. Disamping limbah pakan, ikan
dalam KJA juga mengeluarkan limbah sisa metabolisme seperti feses dan urine
yang semuanya terbuang ke badan air (Ginting, 2011).
Menurut Purnomo (2008), menyatakan bahwa selama hampir 80 tahun
Danau Toba telah mengalami peningkatan kesuburan, yakni dari semula tergolong
yang oligotrofik kini berubah menjadi perairan mesotrofik, bahkan tidak tertutup
kemungkinan di masa yang akan datang akan berubah lagi menjadi eutrofik. Salah
satu indikasi telah terjadinya pencemaran senyawa organik di perairan Danau
Toba adalah pertumbuhan dan perkembangan eceng gondok (Eichornia crassipes)
dengan pesat.
Permukiman. Menurut UU No. 4 Tahun 1992, tentang perumahan dan
permukiman, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghunian. Limbah dari lokasi permukiman
disebut sebagai limbah domestik.
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, limbah domestik adalah limbah yang
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga tetapi tidak termasuk tinja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Kegiatan sehari-hari yang dapat menghasilkan limbah adalah mencuci, memasak,
mandi, kegiatan pertanian, kegiatan peternakan.
Dalam penelitian Suhartono (2009), limbah domestik adalah limbah yang
dibuang dari pemukiman penduduk, pasar, dan pertokoan serta perkantoran yang
merupakan sumber utama pencemaran di perairan pantai. Menurut Kodoatie dan
Sjarief (2005), air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat lagi
dipergunakan untuk tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia atau
dari aktivitas dapur, kamar mandi, dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari
total rata-rata konsumsi air bersih yaitu sekitar 120 – 140 liter/orang/hari. Limbah
domestik memiliki sebaran areal yang sangat luas dan menyebar sehingga lebih
sulit dikendalikan daripada limbah industri.
Perhotelan.Pengertian atau definisi hotel secara umum adalah badan usaha
akomodasi atau perusahaan yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat umum
dengan fasilitas jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman, jasa layanan
kamar, serta jasa pencucian pakaian.
Limbah yang dihasilkan perhotelan bisa disebut juga sebagai limbah
domestik seperti pada limbah permukiman di atas.
Pengaruh aktivitas manusia terhadap ekosistem akuatik. Didalam
ekosistem akuatik ada 2 jenis krisis air yaitu krisis fluktasi dan krisis kualitas.
Krisis fluktasi diakibatkan oleh terjadinya penggundulan dan kerusakan hutan
didaerah hulu serta sepanjang daerah aliran sungai yang berfungsi sebgai daerah
resapan air. Hal ini akan menimbulkan fluktasi aliran yang besar, pada musim
kemarau aliran air sangat sedikit bahkan bisa terjadi kekeringan sementara di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
musim penghujan akan menimbulkan banjir yang besar. Hal ini terjadi karena air
hujan yang melimpah tidak lagi diserap oleh vegetasi disepanjang aliran sungai
melainkan langsung dialirkan menuju hilir. Terhadap ekosistem danau kondisi ini
akan mempengaruhifluktasi volume air, karena danau sangat tergantung pada
fluktasi aliran sungai yang mengalir ke dalamnya. Disamping menimbulkan banjir
yang besar, keadaan ini juga dapat menyebabkan terjadinya erosi yang dapat
menimbulkan pendangkalan pada ekosistem akuatik. Krisis kualitas air terjadi
akibat masuknya berbagai limbah cair maupun limbah padat ke dalam ekositem
akuatik, baik yang berasal dari daerah pemumiman (limbah domestik),
transportasi air, budidaya ikan dalam keramba, dari areal pertanian maupun
limbah yang berasal dari berbagai industri yang tidak mempunyai instalasi
pengolahan limbah. Hal ini akan menyebabkan kualitas air menurun secara tajam
sehingga air tersebut tidak lagi bisa dimanfaatkan secara normal. Berbagai limbah
domestik, transportasi air, budidaya ikan, industri dan pertanian mengandung
bahan pencemar yang sebagian besar merupakan senyawa organik seperti
karbohidrat, protein dan minyak/lemak serta unsur-unsur kimia lainnya.
Oleh sebab itu, sebelum dibuang ke perairan, limbah cair seharusnya
diolah terlebih dahulu di dalam instalasi pengolahan. Apabila pengolahan limbah
dilaksanakan dengan baik, sehingga air limbah tersebut sudah memenuhi standar
kualitas lingkungan yang sudah ditetapkan dalam Kep. Men. LH No
51/MENLH/01/1995, maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu
dikhawatirkan. Namun dalam kenyataan masih banyak industri dan kegiatan
lainnya yang membuang limbahnya langsung ke dalam perairan tanpa terlebih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
dahulu mengolahnya. Pembuangan air limbah secara langsung inilah yang
merupakan aktivitas manusia terhadap lingkungannya dan salah satu dari dampak
aktivitas tersebut dapat menimbulkan terjadinya pencemaran air seperti terjadinya
eurofikasi dan pengasaman suatu perairan.
Eutrofikasi.Eutrofikasi merupakan suatu gejala peningkatan unsur hara,
terutama fosfor dan nitrogen di suatu ekosistem akuatik. Unsur hara tersebut
terutama berasal dari limbah cair dari aktivitas pemukiman, perhotelan, budidaya
keramba dan pertanian yang di buang ke suatu ekosistem akuatik secara terus
menerus sehigga terakumulasi dalam jumlah yang banyak.
Peningkatan unsur hara tersebut akan meningkatkan proses pertumbuhan
berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat sehingga terjadi ledakan populasi
vege i y ng e ing di eb eb g i “blooming”. Biom d i vege i ini
setelah mati akanmengalami proses pembusukan/dekomposisi yang dilakukan
oleh bakteri dan berlangsung secara aerob, artinya proses tersebut membutuhkan
ketersediaan oksigen terlarut di dalam air. Akibat proses dekomposisi tersebut
kandungan oksigen terlarut akan semakin sedikit, bahkan apabila proses tersebut
terus berlangsung dapat menimbulkan kondisi anaerob karena kandungan oksigen
terlarut sudah sangat sedikit. Dalam kondisi tidak tersedia oksigen terlarut, proses
penguraian akan berjalan secara anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa
yang bersifat toksik dan menimbulkan bau yang busuk seperti amoniak.
Pengasaman.Terjadinya pengasaman di suatu perairan di tandai dengan
menurunnya nilai pH air dibawah normal, terutama disebabkan oleh
meningkatnya emisi zat pencemar udara. Zat pencemar tersebut mengalami proses
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
reaksi kimiawi di atmosfer sehingga akan terbentuk asam sulfat dan asam nitrat
yang akan menyebabkan penurunan pH air hujan. Selanjutnya air hujan yang
bersifat asam tersebut akan menyebabkan penurunan pH pada suatu ekosistem
akuatik, sehingga terjadilah proses pengasaman. Organisme akuatik pada
umumnya hanya mentolelir kisaran pH yang berada di daerah normal. Kondisi
perairan yang asam akan bersifat toksik bagi berbagai organisme akuatik.
Limbah
Pengertian limbah. Terdapat beberapa pengertian limbah, yaitu sebagai
berikut :
a. Limbah menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Yang dimaksud
sisa suatu kegiatan adalah sisa suatu kegiatan atau produksi yang antara lain di
hasilkan dari kegiatan rumah tangga, rumah sakit, industri, pertambangan, dan
kegiatan lain. Limbah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan
tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi
suatu yang berguna dan bermanfaat jika di proses secara baik dan benar.
b. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak di kehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun
dan berbahaya dikenal dengan llimbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan
yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan
hidup dan sumbernya ( Ginting, 2007)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
c. Limbah adalah sisa buangan dari suatu kegiatan produksi. Yang dimaksud
produksi bisa dalam skala domestik atau rumah tangga atau produksi dalam
skala yang lebih besar. Dari pengertian limbah ini, maka limbah industri
adalah sisa buangan yang di hasilkan dari proses produksi pada suatu industri.
Tentu saja karena sifatnya industri, maka jumlahnya lebih besar daripada
limbah skala domestik atau rumah tangga. Diperlukan penanganan yang lebih
serius untuk limbah industri karena dampaknya pada lingkungan lebih besar
daripada limbah domestik.
Limbah Cair
Pengertian limbah cair. Air limbah adalah air limbah (wastewater) adalah
kotoran dari manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan
hal yang bersifat kotoran umum. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah
adalah kombinasi dari cairan dan sampah yang berasal dari daerah permukiman,
perdagangan dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air
hujan yang mungkin ada (Sugiharto, 2008).
Sedangkan menurut Environmental Protection Agency 1977, air limbah
sebagai wastewater is water carriying dissolved or suspended solids from homes
farms businesses and industrial. Yang artinya limbah cair adalah air yang
membawa bahan padat terlarut atau tersuspensi dari tempat tinggal, kebun,
bangunan perdagangan dan industri.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam system prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencucian
suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian
diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air.
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya
mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang
dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa,
bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara
laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah
mengandung bahan kimia yang bercaun dan berbahaya dalam konsentrasi yang
melebihi batas dianjurkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Kerangka Konsep
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
Gambar 1 : Kerangka Konsep
Aktivitas Masyarakat di :
1. Pelabuhan Pasar Kota
2. Objek Wisata Pantai (Bulbul)
3. Keramba Jaring Apung
4. Pemukiman
5. Perhotelan
Pencemaran Kualitas Air Danau
Toba di ukur berdasarkan :
Pemeriksaan di Laboratoium
Fisik :
1. Kekeruhan 4.Warna
2. Suhu 5. Bau
3. Rasa
Kimia :
1. pH 6. COD
2. DO 7. Fosfat
3. BOD 8. Nitrit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif.
Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan dan pengambilan sampel
secara langsung pada lokasi penelitian. Kemudian menentukan kualistas air
berdasarkan faktor fisika, dan kimia. Data yang di peroleh berupa angka-angka
yang dapat di simpulkan untuk menjelaskan hasil dari data yang telah didapat.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 sampai selesai di
Perairan Danau Toba Kota Balige kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Objek, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel
Objek penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah air
Danau Toba yang diduga tercemar yang berada di :
a. Pantai Bulbul sebagai objek wisata
b. Pelabuhan Kota Balige sebagai sarana transportasi air
c. Kawasan Lumban Silintong sebagai daerah pemukiman
d. Kawasan Perhotelan
e. Kawasan budidaya ikan dalam keramba di sekitar Balige
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Sampel . Sampel air yang akan di teliti ± 1 L air yang di ambil pada setiap
titik lokasi penelitian. Pada setiap lokasi pengamatan ditentukan 2 titik
pengambilan sampel , sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 10.
Teknik pengambilan sampel. Penentuan lokasi pengambilan sampel
dilakukan dengan mengambil air yang diduga tercemar berdasarkan perbedaan
aktivitas masyarakat disekitar Danau Toba. Pada setiap objek penelitian di ambil 2
sampel, dimana sampel 1 dan sampel 2 diambil pada jarak 2 m, sampel 1 di ambil
di tepi danau dan sampel 2 diambil 2 m ke arah depan dari sampel 1 dengan
kedalaman 20 cm dari permukaan air danau.
Langkah-langkah pengambilan sampel air pada air danau :
1. Siapkan botol yang bersih dan mempunyai volume ± 1 L.
2. Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang.
3. Isi botol sampai penuh dan hindari terjadinya turbelensi dan gelembung udara
selama pengisian, kemudian botol ditutup dengan rapat.
4. Sampel siap dianalisis.
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh langsung pada air Danau Toba yang di duga tercemar yang
meliputi parameter fisik (suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan), kimia (pH, DO,
BOD, COD, nitrit, fosfat, pB ). Hasil pengukuran diperoleh dari hasil
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Data sekunder. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi
pustaka, laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan
topik yang dikaji.
Definisi Operasional
Adapaun defenisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Aktivitas masyarakat dalam penelitian ini adalah aktivitas yang dapat
menghasilkan pencemaran perairan Danau Toba di Balige.
2. Kualitas air Danau Toba adalah keadaan mutu air Danau Toba yang
memenuhi syarat menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001.
3. Suhu adalah ukuran tinggi rendahnya panas air yang berda di danau.
4. Kekeruhan adalah partikel yang tersuspensi di dalam air yang menimbulkan
rupa air menjadi berlumpur dan kotor.
5. Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan
organik, ion-ion metalalam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan
industri, dan tanaman air.
6. Bau air adalah aroma yang disebabkan oleh aktivitas sekitar perairan.
7. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan
batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dankegiatan
pengusahaan yang di pergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang dan bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.
8. Objek wisata yang di gunakan sebagai objek penelitian adalah Pantai Bulbul
yang diduga tercemar akibat polusi dari wahana permainan air dan atau dari
aktivitas pengunjung sekitar.
9. Keramba jaring apung sebagai tempat pembudidayaan ikan tawar yang di
duga tercemar akibat pakan ternak.
10. Pemukiman sebagai tempat tinggal masyarakat yang menghasilkan limbah
domestik.
11. Perhotelan sebagai tempat tinggal sementara pengunjung.
12. Kualitas fisik air adalah keadaan mutu air Danau Toba yang memenuhi
persyaratan kualitas air meliputi suhu dan kekeruhan air berdasarkan Kualitas
kimia air adalah keadaan mutu air Danau Toba yang memenuhi persyaratan
kualitas air meliputi DO, BOD, dan COD berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air.
13. DO adalah kadar oksigen terlarut dari air Danau Toba yang diperiksa di
laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air.
14. BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
memecahkan bahan organik dalam air Danau Toba yang diperiksa di
laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
15. COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi seluruh
bahan-bahan organik yang ada dalam air Danau Toba yang diperiksa di
laboratorium, hasilnya dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air.
16. Nitrit adalah senyawa yang menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah.
17. Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam
air.
18. Timbal adalah logam yang mencemari air, logam ini berasal dari berbagai
sumber seperti dari bahan bakar, cat, korosi, dan lain sebagainya.
Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran kualitas air Danau Toba yang meliputi kualitas fisik
(kekeruhan, suhu, warna, bau, rasa), kualitas kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrit,
Fosfat, Timbal ) dan kualitas bakteriologis (coliform) di Kota Balige Kabupaten
Toba Samosir, yaitu :
1. Untuk pengukuran suhu di periksa langsung di lapangan menggunakan alat
termometer.
2. Untuk pengukuran kekeruhan di periksa di laboratorium dengan menggunakan
alat turbidimeter.
3. Untuk DO, BOD, COD diperiksa di laboratotium dengan menggunakan alat
spektrofotometer. Hasilnya dibandingkan PP No 82 tahun 2001.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Teknik Pemeriksaan Sampel
Pemeriksaan sampel langsung di lokasi. Adapun parameter yang
langsung di periksa di lokasi yaitu sebagai berikut :
Suhu. Untuk pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan alat
termometer. Termometer tersebut dimasukkan ke dalam air dan dibiarkan selama
kurang lebih 3 menit. Kemudian termometer diangkat, langsung dibaca dan
dicatat.
Bau. Dilakukan dengan menggunakan indra penciuman peneliti.
Kemudian di catat langsung pada catatan.
Rasa. Dilakukan persamaaan hasil dengan bau, karena apabila air nya
berbau, otomatis air nya juga berasa.
Pemeriksaan sampel di laboratorium. Adapun pemeriksaan sampel yang
dilakukan di laboratorium, yaitu sebagai berikut :
Kekeruhan. Untuk pengukuran kekeruhan air menggunakan alat
turbidimeter. Adapun tahapan cara mengoperasioalkan alat turbidimeter yaitu :
1. Tekan tomol I/O, instrumen akan terbuka kemudian tempatkan instrument
pada suatu permukaan datar dan jangan memegang instrumen ketika sedang
melakukan pengukuran.
2. Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis
pada bagian depan ruang cell.
3. Pilih daerah atau range secara manual dengan menekan tombol range.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
4. Memilih mode sinyal ratarata dengan menekan tombol Signal Averag. Dan
monitor akan menunjukkan SIG AVG ketika instrument sedang menggunakan
mode sintal rata-rata.
5. Tekan Read. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian angka turbiditas
akan muncul dalam NTU. Catat angka turbiditas setelah simbol lampu padam.
Oksigen terlarut (dissolve oxygen). Adapun alat, bahan dan prosedur
pengukuran DO adalah sebagai berikut :
Alat. Adapun alat yang di butuhkan, yaitu :
1. Botol Winkler 250 ml
2. Erlenmeyer 250 ml
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Buret dan statif
5. Corong biuret
6. Pipet seukuran (1 ml)
7. Pipet tetes
Bahan. Adapun bahan yang di butuhkan, yaitu :
1. MnSO4
2. KOH-KI
3. Na2S2O3 0.025 N
4. H2SO4 pekat
5. Indikator amilum
6. Akuades
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Prosedur (metode winkler). Adapun prosedur yang dilakukan yaitu
sebagai berikut :
1. Sampel air diambil dengan botol Winkler 250 ml secara penuh kemudian
ditutup (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
2. Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI dengan pipet seukuran, boto,
ditutup kembali (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam
botol).
3. Botol dikocok perlahan sampai larutan MnSO4 dan KOH-KI homogeny
dengan airdan emudian didiamkan 2 menit atau sampai timbul endapan
berwarna coklat atau setidaknya sampai cairan supernatant berwarna jernih.
4. Tambahkan MnSO4 pekat sebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol
ditutup kembali. Botol di kocok perlahan atau di bolak-balik hingga semua
endapan menjadi larut dan berwarna coklat kekuningan.
5. Ambil 100 ml Na2S2O3dengan menggunakan gelas ukur dan tuang kedalam
Erlenmeyer.
6. Tambahkan indicator amilum 3-5 tetes hingga berwarna biru tua.
7. Titrasi dengan 0.025 N hingga warna biru tersebut hilang/jernih.
8. Volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dimasukkan kedalam
rumus untuk menghitung kadar Oksigen terlarut =
× p × q × 8 mg/l
Keterangan : p = jumlah Na2S2O3 0,025 N yang di gunakan dalam titrasi (ml) q = normalitas larutan ( 0,025 N) 8 = bobot setara dengan O2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
BOD. Adapun alat, bahan, dan prosedur dalam pengukuran BOD adalah
sebagai berikut :
Alat. Adapun alat yang dibutuhkan, yaitu :
1. botol winkler 250 ml
2. erlenmeyer 250 ml
3. gelas ukur 100 ml
4. biuret dan statif
5. corong biuret
6. pipet seukuran ( 1 ml)
7. pipet tetes
Bahan. Adapun bahan yang di butuhkan untuk pengukuran ini, yaitu :
1. MnSO4
2. KOH –KI
3. Na2S2O3 0,025 N
4. H2SO4 pekat
5. Indikator amilum
6. Aquades
Prosedur (metode kolorimetri). Adapun prosedur yang dilakukan untuk
pengukuran ini yaitu :
1. Pembuatan larutan pengencer: Akuades sebanyak 1 liter di tuang ke dalam
ember kecil kemudian ditambah larutan bufer fosfat, magnesiun sulfat,
kalsium klorida feriklorida masing- masing 1 ml dan bubuk inhibitor
nitrifikasi kira- kira 10 mg. nilai pH disesuaikan pada pH 7,0 ± 0,1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
2. Campuran diaduk dan diaerasikan selama 1 jam suhu sebaiknya 200 C.
3. Larutan pengancer dimasukan kedalam 2 botol BOD 250 ml untuk blanko
BOD0 dan BOD5.
4. Sampel yang telah diawetkan kemudian diencerkan menggunakan faktor
pengenceran 0,5 dimana 250 ml sampel dicampurkan dengan 250 ml
pengencer hingga 500 ml.
5. Aduk hingga homogen.
6. Siapkan 2 botol BOD lalu siapkan masing-masing diisi 250 ml sampel yang
telah diencerkan untuk BOD0 dan BOD5.
7. Sampel untuk BOD5 dan blanko BOD5 disimpan dalam BOD inkubator pada
suhu 20 0C selama 5 hari.
8. Sampel BOD0 dan blanko BOD0 langsung dititrasi (lihat pengukuran DO).
9. Setelah hari ke 5 sampel untuk BOD520 dan blanko BOD520 dititrasi. Hitung kadar BOD menggunakan rumus berikut. BOD = – –
Keterangan : X0 = Oksigen terlarut sampel saat t = 0 (mg 02/1) X5 = Oksigen terlarut saat sampel t = 5 (mg 02/1) B0 = Oksigen terlarut saat sampel t = 0 (mg 02/1) B5 = Oksigen terlarut blanko saat t = 5 (mg 02/1) P = Faktor Pengenceran
COD. Adapun alat, bahan, dan prosedur dalam pengukuran COD yaitu
sebagai berikut
Alat. Adapun alat yang di butuhkan adalah sebagai berikut
1. Botol Winkler
2. Alat refluks (Erlenmeyer COD 250 ml dan kondensor Liebig)
3. Buret dan statif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
4. Pipet ukur
5. Pembakar listrik
Bahan. Adapun bahan yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut :
1. K2Cr2O70,025 N
2. Ag2SO4
3. H2SO4
4. FAS (Fero Amonium Sulfat) 0,1 N
5. Indikator femantrolin fero sulfat (feroin)
Prosedur :
1. Dibuat dahulu reagen asam sulfat-perak sulfat dengan menambahkan ±10 g
pada 1 liter Ag2SO4 .
2. Sebanyak 20 ml sampel air dimasukan dalam Erlenmeyer COD 250 ml.
3. Ditambahkan larutan K2Cr2O7 0,025 N sebanyak 10 ml ke dalam sampel air.
4. Disiapkan 30 ml reagen asam sulfat-perak sulfat, pindahkan sebanyak 5 ml
dalam sampel air dan dikocok perlahan.
5. Dialirkan air pendingin pada kondensor dan pasang Erlenmeyer COD
dibawahnya. Tuang sedikit demi sedikit sisa reagen asam sulfat-perak sulfat
(25 ml), melalui kondensor kedalam Erlenmeyer COD.
6. Kondensor dan Erlenmeyer COD ditempatkan pada pembakar listrik selama ±
2 jam.
7. Erlenmeyer COD dilepaskan dari kondensor dan didinginkan, kemudian
sampel diencerkan menjadi 2 kali jumlah larutan dalam Erlenmeyer COD
dengan menambahkan aquades 150-200 ml.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
8. Ditambahkan 3-4 tetes indikator feroin.
9. Kalium bikromat (K2Cr2O7) yang tersisa dihitung dengan titrasi menggunakan
larutan FAS 0,1 N, sampai warna hijau-biru menjadi coklat-merah.
Rumus perhitungan :
COD =
Keterangan :A = mL titran blank B = mL titrasi sampel N = Normalitas FAS
8 = bobot setara dengan O2 P = Pengenceran
Fosfat. Adapun tahap-tahap untuk melakukan pemeriksaan fosfat adalah
sebagai berikut :
1. Mengambil sampel air yang dengan menggunakan pipet 2,0 yang telah
disaring, lalu memasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 2,0 ml H3BO3 1%, lalu mengaduknya.
3. Menambahkan 3,0 ml larutan pengoksid fosfat (campuran antara Asam sulfat
2,5 M, asam ascorbic & ammonium molybdate) lalu mengaduknya. Dan
biarkan satu jam, agar terjadi reaksi yang sempurna.
4. Membuat larutan blanko dari 2,0 ml akuades. Dengan melakukan prosedur b
dan c.
5. Memilih program pengukuran fosfat pada alat spektrofotometer
6. Memasukkan ke dalam kuvet larutan blanko yang telah dibuat kemudian
memasukk n k v e ke l pek ofo ome e kem d i n menek n “Ze o”
7. Setelah itu memasukkan kuvet yang berisi contoh air yang telah dipreparasi
kem di n menek n “Re d”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
8. Mencatat nilai fosfat yang diperoleh dalam satuan mg/L.
Nitrit. Adapun alat, bahan dan prosedur utuk melakukan pengukuran nitrit
adalah sebagai berikut.
Alat. Adapun alat yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut:
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Erlenmeyer
3. Kuvet
4. Labu ukur
5. Pipet gondok
6. Pi pump
7. Pengaduk
8. Beaker glass
Bahan. Adapun bahan yang di butuhkan untuk pengukuran ini, yaitu:
1. Sampel
2. Aquadest
3. Tisu
4. Sulfanilamida
5. NED
6. Larutan Standar NO2 mg/l.
Prosedur. Adapun untuk melakukan pemeriksasaan ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Pembuatan Blanko
Tuang aquadest 50 ml ke dalam erlenmeyer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
2. Pembuatan Larutan Deret Standar 0,1 mg/l
3. Ambil 0,1 ml Larutan standar NO2 100 mg/l.
4. Taruh di labu ukur 100 ml. Tambahkan aquadest hingga batas lalu
homogenkan.
5. Ambil 50 ml, taruh di erlenmeyer 1.
6. Pembuatan Larutan Deret Standar 0,2 mg/l
Ambil 0,2 ml Larutan standar NO2 100 mg/l.
Taruh di labu ukur 100 ml. Tambah aquadest hingga batas.
Homogenkan larutan dengan cara mengocok perlahan.
Ambil 50 ml, taruh di erlenmeyer 2.
7. Pembuatan Larutan Deret Standar 0,3 mg/l
Ambil 0,3 ml Larutan Standar NO2 100 mg/l.
Taruh di labu ukur 100 ml. Tambah aquadest hingga batas lalu
homogenkan.
Ambil 50 ml lalu taruh di erlenmeyer 3.
8. Pembuatan Larutan Deret Standar 0,4 mg/l
Ambil 0,4 ml Larutan Standar NO2 100 mg/l.
Taruh di labu ukur 100ml. Tambah aquadest hingga batas lalu
homogenkan.
Ambil 50 ml lalu taruh di erlenmeyer 4.
9. Pembuatan Larutan Deret Standar 0,5 mg/l
Ambil 0,5 ml Larutan standar NO2 100 mg/l.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Taruh di labu ukur 100 ml. Tambah aquadest hingga batas lalu
homogenkan.
Ambil 50 ml lalu tarus di erlenmeyer 5.
10. Semua larutan blanko, sampel, dan deret standar diperlakukan sama. Yaitu
volume yang diambil sama (50ml), ditambah Sulfanilamida sebanyak 1 ml
(ditunggu selama 4 menit) dan ditambahkan NED sebanyak 1 ml lalu ditunggu
10 menit.
11. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer (540 nm).
12. Membuat persamaan garis dengan Microsoft Excel.
13. Menentukan kadar NO2 dalam sampel.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Data yang dikumpulkan
ditabulasi secara manual atau menggunakan komputer kemudian data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau diagram/grafik. Dan selanjutnya
dibandingkan dengan PP No. 82 Tahun 2001.
Untuk menentukan skor status mutu air menggunakan metode storet.
Metode Storet Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan
status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet ini dapat diketahui
parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara
prinsip, metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan
baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status
mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan
mengklasifikasikan sebagai berikut.
1. Skor = 0 → memenuhi baku mutu
2. Skor = -1 s/d -10 → tercemar ringan
3. Skor = -11 s/d -30 → tercemar sedang
4. ko = ≤ -31 →tercemar berat
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk
data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jik h il peng k n memen h i nil i b k m i h il peng k n ≤ b k
mutu) maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 1 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air
Jumlah Contoh Nilai Parameter
Fisika kimia
< 10 Maksimum Minimum Rata-rata
-1 -1 -3
-2 -2 -6
≥ 10 Maksimum Minimum
-2 -2 -6
-4 -4
-12 Rata-rata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten Toba Samosir adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota
Balige. Kabupaten Toba Samosir merupakan satu dari tujuh kabupaten yang
mengelilingi Danau Toba, yaitu danau terluas di Indonesia. Suku yang mendiami
kabupaten ini pada umumnya adalah suku Batak Toba.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir
dan Kabupaten Mandailing Natal, di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara.
Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari daerah tingkat
II Kabupaten Tapanuli Utara.
Sejak tanggal 7 Januari 2004, Kabupaten Toba Samosir dari 20
Kecamatan, 281 Desa dan 19 Kelurahan mengalami perubahan baik jumlah
kecamatan, desa dan kelurahan, jumlah penduduk, luas wilayah, dan batas – batas
wilayah secara signifikan yakni menjadi 11 Kecamatan 179 Desa dan 13
Kelurahan.
Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021.80 km² atau 3,19%
dari total luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir berada pada
2°03' - 2°40' Lintang Utara d n 98°56′ - 99°40′ Bujur Timur. Kabupaten Toba
Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 900 -
2.200 meter diatas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan
terletak pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.
Karena terletak dekat Garis Khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir
tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Sebagaimana kabupaten lainnya di
Indonesia, Kabupaten Toba Samosir mempunyai musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan
Juli dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan
bulan Desember, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.
Kota Balige. Kota Balige memiliki luas wilayah 91.05 km² atau 4,50%
d i o l l K b p en ob mo i be d p d 2°15’- 2°21’ Lin ng Utara
d n 99°00’ - 99°11’ B j im be d di eki 905 hingg 1.200 me e
dari permukaan laut.
Ad p n l ok i peng mbil n mpel di l k k n di bebe p i ik y i di
i ik p n i B l b l 2 20’59.2008 d n E 99 29.1756), Pelabuhan Kota Balige
2 20’13.8984 d n E 99 3’45.4248 Pe ho el n 2 20’9.0348 d n E 99
3’42.3292 Pe m ki m n g 2 20’25.3644 d n E 99 3’47.5524 d n
ke mb j ing p ng 2 21’43.0056 d n E 99 6’29.6568 .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
Hasil Penelitian
Kekeruhan. Adapun hasil dari pemeriksaan kekeruhan adalah sebagai
berikut :
Gambar 2. Grafik kekeruhan
Kekeruhan (TSS) di perairan Danau Toba Balige pada setiap objek
penelitian yaitu di pantai (7,3 dan 3,30), pelabuhan (3,27 dan 2,17), perhotelan
(2,31 dan 1,35), permukiman (6,18 dan 1,79), dan pada keramba (2,64 dan 1,78).
Dari grafik di atas terdapat kekeruhan air yang paling tinggi berada di daerah
pemukiman stasiun 1 dan diikuti daerah pantai, pelabuhan, perhotelan dan
keramba.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Suhu. Adapun hasil pemeriksaan suhu yaitu:
Gambar 3. Grafik Suhu
Suhu di perairan Danau Toba Balige di setiap lokasi pengamatan berkisar
antara 27-28 0 C yang menyatakan bahwa suhu di setiap lokasi masih memenuhi
syarat baku mutu.
Warna. Adapun hasil pemeriksaan warna, yaitu :
Gambar 4. Grafik Warna
26.4
26.6
26.8
27
27.2
27.4
27.6
27.8
28
28.2
pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
0
5
10
15
20
25
pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Warna di perairan Danau Toba Balige pada setiap objek penelitian
yaitu di pantai (4,5 dan 17,5), pelabuhan (2,1 dan 1,3), perhotelan (2,9 dan
1,3), permukiman (20,2 dan 3,8), dan pada keramba (3,9 dan 4,7).
Berdasarkan grafik diatas, air danau yang paling berwarna terdapat di
daerah permukiman stasiun yang mencapai nilai 20,40, dan pada stasiun 2
mencapai nilai 3,8. Jadi nilai rata-rata warna pada permukiman adalah 12
pt/CO dari baku mutu 5pt/CO. Sedangkan warna air danau yang paling jernih
adalah air dari pelabuhan dan perhotelan stasiun 2 yaitu 1,3 pt/CO.
pH. Adapun hasil dari pemeriksaan Ph yaitu :
Gambar 5. Grafik pH
pH di perairan Danau Toba Balige tidak memiliki perbedaan yang
signifikanyaitu di pantai (7,08 dan 6,90), pelabuhan (6,94 dan 7,40),
perhotelan (6,88 dan 7,30), permukiman (6,87 dan 7,00), dan pada keramba
(7,17dan 7,43).
6.2
6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
7.6
7.8
8
8.2
pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Berdasarkan grafik di atas, pH air yang paling tinggi terdapat pada daerah
keramba stasiun 2 yaitu mencapai 7, 3. Dan dari seluruh lokasi pengamatan, pH
air masih memenuhi syarat baku mutu yang berlaku.
Bau .Hasil bau di perairan Danau Toba Balige pada setiap objek penelitian
yaitu di pantai (tidak berbau dan berbau), pelabuhan (berbau dan tidak berbau),
perhotelan (berbau dan tidak berbau ), permukiman (berbau dan berbau), dan pada
keramba (berbau dan berbau).
Rasa. Hasil rasa di perairan Danau Toba Balige pada setiap objek
penelitian yaitu di pantai (tidak berasa dan berasa), pelabuhan (berasa dan tidak
berasa), perhotelan (berasa dan tidak berasa), permukiman (berasa dan berasa),
dan pada keramba (berasa dan berasa).
DO. Adapun hasil dari pengukuran DO yaitu :
Gambar 6. Grafik DO
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Kelarutan Oksigen (DO) di perairan Danau Toba Balige pada setiap
objek penelitian yaitu di pantai (6,65 dan 3,42), pelabuhan (3,30 dan 5,310),
perhotelan (3,35 dan 6,42), permukiman (0,44 dan 4,37), dan pada keramba
(3,42 dan 6,92).
Batas minimum DO di dalam air adalah 6 mg/L, sedangkan berdasarkan
grafik di atas tidak ada satu pun lokasi yang memenuhi baku mutu tersebut. Dan
DO yang paling rendah terdapat di daerah permukiman masyarakat pada stasiun 1
dengan nilai 0,44 mg/L.
BOD. Adapun hasil pengukuran BOD adalah sebagai berikut :
Gambar 7. Grafik BOD
BOD di perairan Danau Toba Balige pada setiap objek penelitian yaitu
di pantai (0,730 dan 4,50), pelabuhan (1,460 dan 1,330), perhotelan (1,310 dan
0,890), permukiman (8,81 dan 4,710), dan pada keramba (10,60 dan 0,970).
0
2
4
6
8
10
12
Pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Berdasarkan grafik diatas, nilai BOD yang paling tinggi berada di
daerah keramba di stasiun 1 dengan nilai 10,60 mg/L dan diikuti daerah
permukiman dengan nilai 8,81 mg/L, diikuti daerah permukiman dan pantai
dengan masing-masing nilai 4,7 mg/L dan 4,5 mg/L dari baku muku yang di
perbolehkan yaitu 2 mg/L.
COD. Adapun hasil dari pengukuran COD yaitu :
Gambar 8. Grafik COD
COD di perairan Danau Toba Balige memiliki perbedaan yang sangat
signifikan pada setiap objek penelitian yaitu di pantai (2,281 dan 14,09),
pelabuhan (4,256 dan 4,156), perhotelan (4,093 dan 2,781), permukiman
(45,03 dan 14,31), dan pada keramba (20,50 dan 3,031).
Berdasarkan grafik di atas, nilai COD yang paling tinggi terdapat pada
daerah permukiman stasiun 1 yaitu dengan nilai 45,03 mg/L yang jauh
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
melebihi nilai ambang batas (10 mg/L). Kemudian diikuti daerah keramba
stasiun 1 dengan nilai mencapai 20,50 mg/L.
Nitrit. Adapun hasil pengukuran nitrit yaitu :
Gambar 9. Grafik Nitrit
Nitrit di perairan Danau Toba Baligepada setiap objek penelitian yaitu di
pantai (0,1697 dan 0,1931), pelabuhan (0,2964 dan 0,1324), perhotelan (0,0757
dan 0,1523), permukiman (0,766 dan 0,2136), dan pada keramba (0,1931 dan
0,4419).
Berdasarkan grafik diatas, tidak satupun lokasi yang memenuhi kadar baku
mutu nitrit (0,06). Kadar nitrit yang paling tinggi terdapat di daerah permukiman
stasiun 1 dengan nilai mencapai 0,766 mg/L kemudian diikuti keramba stasiun 2,
pelabuhan stasiun 1, dan sebagainya.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
Pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
Fosfat. Adapun hasil dari pengukuran fosfat yaitu :
Gambar 10. Grafik Fosfat
Fosfat di perairan Danau Toba Balige pada setiap objek penelitian yaitu di
pantai (0,19 dan 0,86), pelabuhan (0,44 dan 0,06), perhotelan (0,12 dan 0,05),
permukiman (2,88 dan 0,32), dan pada keramba (0,31 dan 0,03).
Berdasarkan grafik di atas, kadar fosfat yang paling tinggi terdapat pada
wilayah permukiman stasiun 1 dengan nilai 2,88 mg/L yang tidak memenuhi nilai
baku mutu (0,20 mg/L). Kemudian fosfat yang paling rendah terdapat pada daerah
keramba stasiun 2 yaitu dengan nilai 0,03 mg/L.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
pantai pelabuhan perhotelan permukiman keramba
stasiun 1
stasiun 2
baku mutu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
Status Mutu Air
Tabel 4 Status Mutu Air pada Daerah Pantai
Parameter Baku Mutu Max Min Rata-rata Skor Kekeruhan 5 NTU 7,3 3,3 5,3 -2
Suhu Suhu udara ± 3 27 27 27 0 Warna 5 pt/CO 17,5 4,5 11 -5
Ph 6 - 9 7,08 6,90 6,99 0 Bau Tidak berbau - - - - Rasa Tidak berasa - - - - DO Min 6 6,65 3,42 5,035 -8
BOD 2 4,51 0,73 2,26 -8 COD 10 14,09 2,28 8,19 -2 Nitrit 0,06 0,1931 0,1697 0,1814 -10 Fosfat 0,2 0,86 0,19 0,525 -10
Jumlah skor -45
Tabel 5 Status Mutu Air pada Daerah Pelabuhan
Parameter Baku Mutu Max Min Rata-rata Skor Kekeruhan 5 NTU 3,72 2,17 2,945 0
Suhu Suhu udara ± 3 27 28 27,5 0 Warna 5 pt/CO 2,1 1,3 1,7 0
Ph 6 - 9 7,40 6,94 7,17 0 Bau Tidak berbau - - - - Rasa Tidak berasa - - - - DO Min 6 5,310 3,30 4,305 -10
BOD 2 1,460 1,330 1,392 0 COD 10 4,256 4,156 4,221 0 Nitrit 0,06 0,2964 0,1324 0,2144 -10 Fosfat 0,2 0,44 0,06 0,25 -8
Jumlah skor -46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
Tabel 6 Status Mutu Air pada Daerah Perhotelan
Parameter Baku Mutu Max Min Rata-rata Skor Kekeruhan 5 NTU 2,31 1,35 1,83 0
Suhu Suhu udara ± 3 27 27 27 0 Warna 5 pt/CO 2,9 1,3 2,1 0
Ph 6 - 9 7,30 6,88 7,09 0 Bau Tidak berbau - - - - Rasa Tidak berasa - - - - DO Min 6 6,42 3,35 4,885 -8
BOD 2 1,310 0,890 1,1 0 COD 10 4,093 2,781 3,437 0 Nitrit 0,06 0,1523 0,0757 0,114 -10 Fosfat 0,2 0,12 0,05 0,085 0
Jumlah skor -18 Tabel 7 Status Mutu Air pada Daerah Permukiman
Parameter Baku Mutu Max Min Rata-rata Skor Kekeruhan 5 NTU 6,18 1,79 3,985 -1
Suhu Suhu udara ± 3 27 28 27,5 0 Warna 5 pt/CO 20,2 3,8 12 -2
Ph 6 - 9 7,0 6,87 6,93 0 Bau Tidak berbau - - - - Rasa Tidak berasa - - - - DO Min 6 4,37 0,44 4,05 -10
BOD 2 8,81 4,710 6,76 -10 COD 10 45,03 14,31 29,67 -18 Nitrit 0,06 0,76 0,2136 0,9796 -10 Fosfat 0,2 2,88 0,32 1,6 -10
Jumlah skor -61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
Tabel 8 Status Mutu Air pada Daerah Keramba
Parameter Baku Mutu Max Min Rata-rata Skor Kekeruhan 5 NTU 1,77 1,45 1,65 0
Suhu Suhu udara ± 3 27 28 27,5 0 Warna 5 pt/CO 4,7 3,9 4,3 0
Ph 6 - 9 7,43 7,17 7,3 0 Bau Tidak berbau - - - - Rasa Tidak berasa - - - - DO Min 6 6,92 3,42 5,17 -8
BOD 2 10,60 0,970 5,785 -8 COD 10 20,50 3,301 11,76 -10 Nitrit 0,06 0,442 0,159 0,3004 -10 Fosfat 0,2 0,31 0,03 0,17 -2
Jumlah skor -38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
Pembahasan
Kualitas Air Danau Toba
Kekeruhan. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan
yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),
maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme
lain. Bahan organik meliputi tinja, urin, sabun, lemak, deterjen dan sisa makanan
sedangkan bahan anorganik seperti ammonia dan garam-garam ammonium
merupakan derivate dari dekomposisi tinja, urin, dan nitrat (Dix, 2001).
Tingginya kekeruhan khusus di stasiun Pantai disebabkan banyaknya
partikel melayang dan larut dalam air sehingga penetrasi cahaya menjadi
terhalang masuk ke perairan akibatnya aktivitas fotosintesis akan terganggu.
Kekeruhan menyebabkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan
membatasi pencahayaan ke dalam air. Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan
yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti bahan organik, jasad renik,
lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang ataupun terapung dan sangat
halus sekali.
Suhu. Cuaca pada saat pengamatan cenderung kurang stabil. Kondisi
cuaca pada saat pengamatan cerah dan suhu udara cukup panas. Hal ini sesuai
dengan literatur Maniagasi, dkk., (2013) suhu suatu perairan ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain ketinggian suatu daerah, curah hujan yang tinggi dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
intensitas cahaya matahari yang menembus suatu perairan. Selain itu menurut
Boyd dalam Maniagasi, dkk., (2013) bahwa variasi suhu-suhu dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu antara lain tingkat intensitas cahaya yang tiba di permukaan
perairan, keadaan cuaca, awan dan proses pengadukan. Hasil pengukuran suhu air
selama penelitian memperlihatkan bahwa suhu air pada masing-masing stasiun
penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 27 C -28 C.
Rata-rata suhu air tertinggi terdapat pada pelabuhan, permukiman dan keramba
(27,5 C) dan rata-rata suhu air terendah terdapat pada p n i d n pe ho el n
27 C). Kondisi rata-rata nilai suhu air pada semua stasiun penelitian, baik stasiun
yang terdapat aktifitas keramba, permukiman, pantai, pelabuhan maupun stasiun
perhotelan masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme
akuatik dan sesuai bagi organisma untuk dapat tumbuhan dan berkembang dengan
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa
kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan organisma pada perairan adalah
berkisar 20 - 30 ºC
Rasa. Pengukuran terhadap rasa dilakukan secara organoleptis. Pantai,
pelabuhan, pemukiman dan keramba rata-rata airnya berasa, dan rasa yang paling
amis terdapat pada daerah permukiman stasiun 1 dikarenakandekomposisi bahan
organik dalam air yang berasal dari limbah rumah tangga seperti buangan ternak,
detergen, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa keempat lokasi
tersebut tidak memenuhi syarat baku yang di tentukan. Biasanya bau dan rasa
terjadi bersama-sama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
Warna.Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di
rawa-rawa berwarna kuning, coklat, atau kehijauan, air sungai biasanya berwarna
kuning kecoklatan karena mengandung lumpur dan air buangan yang
mengandung besi/tanin dalam jumlah tinggi berwarna coklat kemerahan. Warna
air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh
bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent color), yang selain di sebabkan
oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi,
termasuk di antaranya yang bersifat koloid. Warna air pada lokasi penelitian
berkisar 1,3-20,2 pt/CO, dimana pada lokasi permukiman di dapat air yang paling
berwarna yaitu sebesar 20,2 yang menandakan limbah domestik sangat
mempengaruhi warna air yang bersifat koloid, kemudian diikuti dengan pantai
stasiun 1 yaitu 17,5 dimana disebabkan oleh lumpur berwarna coklat.
Air danau sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/IX/1990 warna maksimum
yang diperbolehkan untuk air bersih yaitu 5 pt/CO.
Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping
adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat.
Bau. Bau air tergantung sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik yang
hidup ataupun sudah mati. Air yang berbau sulfit dapat disebabkan oleh reduksi
sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerobik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
Permukiman dan keramba adalah lokasi penelitian yang sampel air nya paling
berbau dari lokasi yang lain. Pada permukiman bau yang dijumpai berupa bau
kotoran ternak, detergen, limbah rumah tangga, dan lain-lain, sementara pada
keramba bau yang di jumpai adalah seperti sisa pakan dan bau amis dari ikan yang
ada di keramba jaring apung tersebut.
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau (tidak berbau).
Biasanya bau disebabkan oleh bahan bahan organik yang dapat membusuk serta
senyawa kimia seperti phenol. Jika berbau maka akan mengganggu estetika. Bau
timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat organic
menghasilkan gas tertentu.
pH. Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH air, dapat dijelaskan bahwa
nilai pH air pada masing-masing stasiun penelitian tidak memperlihatkan variasi
yang menyolok, dimana rata-rata pH atar stasiun berada pada kisaran 6,87-7,43.
Rata-rata nilai pH air tertinggi ditemukan pada keramba sebesar 7,43, dan rata-
rata nilai pH terendah ditemukan pada lokasi permukiman sebesar 6,93.
Perubahan nilai pH bisa disebabkan oleh masukan pakan pada perairan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ginting (2011) yaitu perubahan pH bisa dipengaruhi
oleh adanya senyawa-senyawa yang masuk kedalam lingkungan perairan. Secara
umum nilai pH yang didapatkan dari semua stasiun penelitian, baik di pantai,
pelabuhan, perhotelan, permukiman, dan keramba masih berada dibawah nilai
ambang batas baku mutu air untuk kelas I (Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001), dan mampu mendukung kehidupan setiap biota perairan seperti yang
dinyatakan dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
No.51/MNLH/I/2004, bahwa kisaran pH yang dapat menopang kehidupan
organisme perairan adalah 6.50-8.50.
DO. Oksigen terlarut menyatakan jumlah oksigen yang berada dalam air,
berasal dari hasil fotosintesis dan absorbsi udara. Jumlah oksigen di perairan
sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh organisme air. Semakin
banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen
terlarut terlalu rendah akan menimbukan bau yang tidak sedap akibat degradasi
anaerob yang mungkin terjadi (Salmin, 2000). Kehidupan dalam air dapat
bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm, selebihnya
bergantung pada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran bahan
pencemar, suhu air dan sebagainya.
Hasil pengukuran oksigen terlarut pada lokasi pengamatan berkisar antara
0,44- 6,92 mg/L. Nilai terendah pada permukimanstasiun 1 dan nilai tertinggi
pada lokasi keramba stasiun 2. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pembuangan
limbah domestik dari berbagai lokasi pengamatan ke perairan Danau Toba akan
meningkatkan jumlah limbah organik sehingga kebutuhan oksigen terlarut oleh
bakteri untuk menguraikan limbah organik tersebut akan meningkat dan
konsentrasi oksigen terlarut akan menurun.
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat
dalam satu liter air. Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui
permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis
plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena
dapat digunakan untuk mengetahui gerakan massa air serta merupakan indikator
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut
bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air,
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.
Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya
salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar
oksigen di perairan tawar.
Berkurangnya oksigen terlarut dapat mengganggu biota perairan. Misalnya,
agar ikan dapat hidup di suatu badan air, konsentrasi oksigen terlarut dalam air
minimal 5 ppm. Jika konsentrasi kurang dari 5 ppm ikan terganggu, dan pada
konsentrasi 2 ppm akan mati (Wiryono, 2013).
BOD. Pemeriksaaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk. Hasil pengukuran BOD pada lokasi
pengamatan berkisar antara 0,73 – 10,60mg/L. Nilai rata-rata terendah berada
pada perhotelan yaitu 1,1 mg/L dan nilai rata-rata tertinggi berada di permukiman
yaitu 6,76 mg/L. Peningkatan konsentrasi BOD menunjukkan peningkatan jumlah
polutan dari kegiatan penduduk yang masuk ke perairan Danau Toba.
Tingginya BOD pada keramba stasiun 1 mengindikasikan bahwa perairan
yang mempunyai aktifitas KJA cenderung mengalami peningkatan kandungan
senyawa organik yang diduga bersumber dari limbah aktifitas KJA. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Ginting (2011) yang menyatakan bahwa menumpuknya
senyawa organik di perairan akan berakibat terhadap semakin meningkatnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga berakibat terhadap
meningkatnya konsentrasi BOD pada badan perairan tersebut. Peningkatan BOD
merupakan dampak dari pemberian pakan yang berlebihan pada keramba jaring
apung. Menurut Anggoro (2000) menumpuknya bahan pencemar organik di
perairan akan menyebabkan proses dekomposisi oleh organisme pengurai juga
semakin meningkat, sehingga konsentrasi BOD juga meningkat. Oleh karena itu,
adanya perbedaan nilai BOD pada stasiun penelitian mengindikasikan perairan
yang terdapat aktivitas KJA menghasilkan limbah yang berakibat terhadap
semakin meningkatnya proses dekomposisi oleh organisme pengurai.
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak
terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan
manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan
oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan
air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi
kehidupan.
Biochemical Oxysigen Demand (BOD) merupakan ukuran kandungan
bahan organik dalam limbah cair. Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan
atas reaksi oksidasi zat-zat organik dengan oksigen dalam air dimana proses
tersebut berlangsung karena ada sejumlah bakteri, maka dari itu nilai BOD di
stasiun 1 lebih tinggi dibanding dengan stasiun 2.
BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup didalam air untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan-bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif
oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut,
sehingga jumlah oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi pencemaran lebih
banyak pada daerah keramba stasiun 1.
Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, untuk kriteria mutu air kelas I nilai
BOD yang diperbolehkan adalah 2 mg/L. Berdasarkan baku mutu air, nilai rata-
rata BOD di pelabuhan dan di perhotelan masih memenuhi kriteria baku mutu,
sedangkan di pantai, permukiman dan keramba tidak memenuhi baku mutu yang
di tentukan.
COD. Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat
organis yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Alaerts dan Santika,
2001). Hasil pengukuran COD pada lokasi pengamatan berkisar antara 2,281-
45,03 mg/L. Nilai COD tertinggi diperoleh pada lokasi permukiman stasiun 1
yaitu 45,03 mg/L dan terendah pada lokasi pantai stasiun 1 yaitu 2,281 mg/L.
Tingginya nilai COD pada lokasi permukiman diduga akibat besarnya nilai
polutan berupa zat organik yang berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke
badan air Danau Toba karena nilai COD akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya bahan organik.
Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, untuk kriteria mutu air kelas I nilai
COD yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. Berdasarkan baku mutu air, nilai COD
di lokasi permukimanjauh melewati ambang batas yang ditetapkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Umumnya nilai COD akan selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai
BOD, karena nilai BOD terbatas hanya terhadap bahan organik yang bisa
diuraikan secara biologis saja, sementara nilai COD menggambarkan kebutuhan
oksigen untuk total oksidasi, baik terhadap senyawa yang dapat diuraikan secara
biologis maupun terhadap senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis.
Nitrit. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas hidrogen (denitrifikasi) yang terbentuk dalam
kondisi anaerob. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik.
Kadar nitrit pada perairan relatif stabil karena segera dioksidasi menjadi nitrat.
Pencemaran air dari nitrit dan nitrat bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat
dapat terjadi dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan
dari oksidasi NO2 oleh kelompok bakteri. Adanya oksigen di dalam air akan
mengubah amoniak menjadi nitrat dan nitrit (nitrifikasi).
Mikroorganisme akan mengoksidasi aminiumamoniak menjadi nitrit dan
akhirnya menjadi nitrat. Penguraian ini dikenal sebagai proses nitrifikasi. Proses
oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen menjadi sangat rendah
sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme air.
Dari rangkaian reaksi diatas terlihat bahwa nitrat merupakan produk akhir
dari proses penguraian protein dan diketahui sebagai senyawa yang kurang
berbahaya di banding dengan nitrit. Nitrat merupakan nutrisi yang di butuhkan
tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan
senyawa toksik yang dapat mematikan organisme air. Disamping itu nitrit dapat
menyebabkan fungsi hemoglobin akan diubah menjadi methemoglobin yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
mempunyai kemampuan yang rendah dalam mentransport oksigen. Selain itu
nitrit bersama dengan gugus amin dari asam amino dapat membentuk nitrosoamin
yang diduga kuat sebagai penyebab utama penyebab kanker.
Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa konsentrasi nitrit pada lokasi
pengamatan berkisar antara 0,07 mg/L sampai 0,766. Nitrit yang tertinggi terdapat
di daerah permukiman, yang di sebabkan dari limbah domestik
Fosfat. Fosfat merupakan salah satu unsur yang penting dalam perairan
untuk metabolisme sel. Secara alami fosfat di perairan berasal dari pencucian
bahan-bahan yang mengandung fosfat dan dari aktivitas manusia seperti limbah
domestik, deterjen dan pupuk yang mengandung fosfat, buangan industri, limbah
air permukaan dan pelapukan tumbuh-tumbuhan.
Poenomo dan Hanafi (dalam Nurachmi, 1999) menyatakan bahwa tingkat
kesuburan perairan dapat dibagi menjadi 4 yaitu : (1) kesuburan rendah
konsentrasi fosfat berkisar 0,00-0,020 mg/L, (2) kesuburan cukup konsentrasi
fosfat berkisar 0,021-0,050 mg/L,(3) kesuburan baik konsentrasi fosfat berkisar
0,051-0,100 mg/L, (4) kesuburan sangat baik konsentrasi fosfat berkisar 0,101-
0,201. Khiatuddin (2003) menyatakan bahwa keterbatasan senyawa fosfor
membatasi pertumbuhan di air, tetapi begitu pasokan fosfor meningkat maka
pertumbuhan tanaman air seperti alga akan meningkat cepat. Hal inilah yang
terjadi bila salah satu senyawa fosfat (ion fosfat) yang terdapat dalam deterjen
masuk ke dalam perairan.
Menurut Perkins (1974), kandungan fosfat yang terdapat di perairan
umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L, kecuali pada perairan yang menerima limbah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
dari rumah tangga dan industri tertentu. Hasil pengukuran fosfat pada lokasi
pengamatan berkisar antara 0,03 – 2,88 mg/L, dengan konsentrasi tertinggi
diperoleh di permukiman dan terendah di perhotelan. Peningkatan konsentrasi
fosfat menandakan ada pengaruh pembuangan jumlah limbah domestik ke
perairan Danau Toba.
Bila dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan PP RI Nomor 82
Tahun 2001, baku mutu total fosfat adalah 0,2 mg/L . Berasarkan hasil rata-rata
objek penelitian, pantai, Walaupun hasil uji terhadap parameter total fosfat
pelabuhan dan permukiman yang tidak memenuhi standar baku mutu. Oleh sebab
itu harus ada perhatian khusus terhadap besarnya konsentrasi parameter ini
sebagai indikator tingginya limbah rumah tangga yang mengandung bahan-bahan
fosfat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. H il peneli i n men n j kk n b h nil i - h i be ki 27-28 C,
kekeruhan 1,35-7,5 NTU dengan baku mutu 5 NTU, warna 1,3-17 pt/CO
dengan baku mutu 5 pt/CO, DO 0,44 - 6,92 dengan baku mutu minimal 6
mg/L, BOD 0,730 - 10,60 dengan baku mutu 2 mg/L, COD 2,281 – 45,03
dengan baku mutu 10 mg/L, nitrit 0,075 – 0,76 dengan baku mutu 0,06 mg/L,
dan fosfat berkisar 0,03 – 2,88 dengan baku mutu 0,2 mg/L.
2. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 sampel bahwa kualitas fisik air
(suhu dan kekeruhan) masih memenuhi syarat yang di perbolehkan.
Sedangkan warna, bau dan rasa tidak memenuhi syarat yang di perbolehkan.
3. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 sampel bahwa kualitas kimia air
(pH) memenuhi syarat yang di perbolehkan, sedangkan DO, BOD, COD,
Nitrit dan fosfat pada air Danau Toba rata-rata tidak memenuhi syarat yang di
perbolehkan.
4. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 sampel, dapat disimpulkan bahwa
permukiman adalah daerah aktivitas yang tingkat pencemarannya paling tinggi
diukur dari parameter kekeruhan, warna, bau, DO, BOD, COD, nitrit, dan
fosfat.
5. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 sampel, dapat disimpulkan bahwa
daerah perhotelan adalah daerah yang tingkat pencemaran yang paling rendah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
6. Pada daerah permukiman diperoleh skor paling tinggi yaitu -61 (tercemar
berat), pelabuhan -46 (Tercemar berat), pantai -45 (tercemar berat), keramba -
38 (tercemar berat), dan perhotelan -18 ( tercemar ringan).
Saran
Saran dari penelititian ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum di buang ke Danau
Toba seperti membuat septic tank, sistem riol, dan lain-lain.
2. Kepada seluruh masyarakat Kota Balige di sekitar Danau Toba agar tetap
menjaga kebersihan air Danau Toba sebagai sumber air minum dan air bersih.
3. Diharapkan kepada seluruh masyarakat yang memiliki keramba jaring apung
agar memberikan pakan ikan sesuai dengan kebutuhan ikan agar tidak bersisa
dan menjadi sumber pencemar.
4. Kepada petugas kesehatan Kota Balige agar lebih meningkatkan penyuluhan
kepada masyarakat tentang penggunaan air danau sebagai sumber air minum
dan air bersih.
5. Kepada pemerintah setempat untuk lebih memberi pengawasan terhadap
masyarakat agar tidak membuang sampah/limbah ke Danau Toba.
6. Kepada instansi terkait agar lebih melakukan pemantauan terhadap kualiatas
air Danau Toba.
7. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat kualitas perairan Danau
Toba dari sisi yang berbeda, misalnya dengan menganalisis kualitas kimia
pada air Danau Toba berdasarkan kadar logam berat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
DAFTAR PUSTAKA
Asriya, Yuliana. (2015). Produktivitas perairan (2th ed.). Jakarta : Bumi Aksara. Dongoran, Rasyid. (2004). Suara rimba alam “ lestarikan kebanggan Indonesia”
(1th ed.). Medan: Pers Suara USU. Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran (1th ed.). Jakarta:
Universitas Indonesia. Effendi, Hefni. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan (3th ed.).Yogyakarta: Kanisius. Eryanto, Evan. (2012). Jurnal Penelitian ITS. Analisis pemantauan limbah
minyak di kawasan Pelabuha (36-71). Surabaya :Institut Teknologi Sepuluh November
Kodiatie, J Robert. (2002). Pengelolaan sumber daya air dalam otonomi daerah.
Yogyakarta: Andi. Muhammad, Nurdin. (2002). Metoda ekologi (1th ed.). Padang: Universitas
Andalas. Mulyanto. (2007). Ilmu lingkungan(1th ed.). Yogyakarta: Gaha Ilmu Nugroho, Astri. (2006). Bioindikator kualitas air (1th ed.). Jakarta:
Universitas Trisakti. Pandia, Setiaty. (2009). Kimia lingkungan (4 th ed). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Gubernur Sumatera. (2009). Tentang baku mutu air danau Toba di
provinsi Sumatera Utara . Medan : anonym. Peraturan PemerintahNo. 20. (1990). tentang pengendalian pencemaran air:
Jakarta: anonym. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 (2009). tentang daya
ampung beban pencemaran air danau dan/atau waduk. Jakarta. Anonym. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 2001. tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Jakarta: anonym. Simamora, Sondang. (2004). Pengaruh limbah domestik terhadap kualitas
perairan danau Toba. Medan. Anonym.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Siregar, Sakti. (2005). Instalasi pengolahan air limbah (7 th ed.). Yogyakarta: Kasinius.
Soemarwoto, Otto. (1986). Pencemaran air dan pemanfaatan limbah industri (1th
ed.). Jakarta: Rajawali. _______,. 2004. Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan (6 th ed.).
Jakarta:Imagraph. Suherly, Lily. (2001). Ekologi (1th ed.). Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Sutrisno, Totok. (2004). Teknologi penyediaan air bersih (1th ed.). Jakarta:
Rineka Cipta. Tai, Harada. (2001). Pemantauan lingkungan (2th ed.). Medan. Sinuraya. Undang-Undang Nomor 32. (2009). tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Jakarta: anonym. Wardana, Wisnu. (2009). Dampak pencemaran lingkungan. Bandung: Andi
Offset. Wiryono. (2013). Pengantar ilmu lingkungan (3th ed.). Bengkulu: Pertelon Media.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
Lampiran 2. Surat Hasil Laboratorium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
Lampiran 3. Hasil Uji Laboratorium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
d h v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
101
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
102
b
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
103
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
108
Lampiran 4. Hasil Uji SPSS
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
kekeruhan pantai 2 4.00 3.30 7.30 5.3000 2.00000 2.82843
kekeruhan pelabuhan 2 1.55 2.17 3.72 2.9450 .77500 1.09602
kekeruhan pehotelan 2 .96 1.35 2.31 1.8300 .48000 .67882
kekeruhan
permukiman 2 4.39 1.79 6.18 3.9850 2.19500 3.10420
kekeruhan keramba 2 .86 1.78 2.64 2.2100 .43000 .60811
Valid N (listwise) 2
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
suhu pantai 2 .00 27.00 27.00 27.0000 .00000 .00000
suhu pelabuhan 2 1.00 27.00 28.00 27.5000 .50000 .70711
suhu perhotelan 2 .00 27.00 27.00 27.0000 .00000 .00000
suhu permukiman 2 1.00 27.00 28.00 27.5000 .50000 .70711
suhu keramba 2 1.00 27.00 28.00 27.5000 .50000 .70711
Valid N (listwise) 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
109
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
warna pantai 2 13.00 4.50 17.50 11.0000 6.50000 9.19239
warna pelabuhan 2 .80 1.30 2.10 1.7000 .40000 .56569
warna perhotelan 2 1.60 1.30 2.90 2.1000 .80000 1.13137
warna permukiman 2 16.40 3.80 20.20 12.0000 8.20000 11.59655
warna keramba 2 .80 3.90 4.70 4.3000 .40000 .56569
Valid N (listwise) 2
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
pH pantai 2 .18 6.90 7.08 6.9900 .09000 .12728
pH pelabuhan 2 .46 6.94 7.40 7.1700 .23000 .32527
pH perhotelan 2 .42 6.88 7.30 7.0900 .21000 .29698
pH permukiman 2 .13 6.87 7.00 6.9350 .06500 .09192
pH keramba 2 .26 7.17 7.43 7.3000 .13000 .18385
Valid N (listwise) 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
110
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
DO pantai 2 3.42 6.65 5.0350 1.61500 2.28395
DO pelabuhan 2 3.30 5.31 4.3050 1.00500 1.42128
DO perhotelan 2 3.35 6.42 4.8850 1.53500 2.17082
DO permukiman 2 .44 4.37 2.4050 1.96500 2.77893
DO keramba 2 3.42 6.92 5.1700 1.75000 2.47487
Valid N (listwise) 2
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
BOD pantai 2 3.78 .73 4.51 2.6200 1.89000 2.67286
BOD pelabuhan 2 .13 1.33 1.46 1.3950 .06500 .09192
BOD perhotelan 2 .42 .89 1.31 1.1000 .21000 .29698
BOD permukiman 2 4.10 4.71 8.81 6.7600 2.05000 2.89914
BOD keramba 2 9.63 .97 10.60 5.7850 4.81500 6.80944
Valid N (listwise) 2
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
COD pantai 2 11.28 2.81 14.09 8.4500 5.64000 7.97616
COD pelabuhan 2 .11 4.15 4.26 4.2050 .05500 .07778
COD perhotelan 2 1.31 2.78 4.09 3.4350 .65500 .92631
COD permukiman 2 30.72 14.31 45.03 29.6700 15.36000 21.72232
COD keramba 2 17.47 3.03 20.50 11.7650 8.73500 12.35316
Valid N (listwise) 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
111
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
nitrit pantai 2 .0239 .1697 .1936 .181650 .0119500 .0168999
nitrit pelabuhan 2 .1640 .1324 .2964 .214400 .0820000 .1159655
nitrit perhotelan 2 .0766 .0757 .1523 .114000 .0383000 .0541644
nitrit permukiman 2 .0547 .1589 .2136 .186250 .0273500 .0386787
nitrit keramba 2 .2830 .1589 .4419 .300400 .1415000 .2001112
Valid N (listwise) 2
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
fosfat pantai 2 .67 .19 .86 .5250 .33500 .47376
fosfat pelabuhan 2 .38 .06 .44 .2500 .19000 .26870
fosfat perhotelan 2 .07 .05 .12 .0850 .03500 .04950
fosfat permukiman 2 2.56 .32 2.88 1.6000 1.28000 1.81019
fosfat keramba 2 .28 .03 .31 .1700 .14000 .19799
Valid N (listwise) 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
112
Lampiran 5. Lampiran Gambar
Gambar lampiran 1 : lokasi pengambilan sampel
Gambar lampiran 2 : Permukiman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
113
Gambar lampiran 3 : daerah Keramba
Gambar lampiran 4 : Keramba
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
114
Gambar lampiran 5: Pelabuhan
Gambar lampiran 6 : Pantai Bulbul
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
115
Gambar lampiran 7 : Perhotelan
Gambar lampiran 8 : pengambilan sampel pada keramba
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
116
Gambar lampiran 9 : wadah sampel air
Gambar lampiran 10 : pengukuran nitrit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
117
Gambar lampiran 11 : pengukuran warna
Gambar Lampiran 12 : pengukuran DO
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA