kearifan tradisional batak toba dalam memelihara ......2020/01/01  · danau toba sudah sangat lama,...

18
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18 http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 1 Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara Ekosistem Danau Toba R. Hamdani Harahap* Corresponding author: [email protected] Prodi Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Abstrak Tulisan ini mengkaji tentang kearifan lokal masyarakat BatakToba terutama yang menetap di Kecamatan Harian dan Kecamatan Silahisabungan dalam menjaga lingkungan secara tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Harian sudah tidak menggunakan air danau untuk kebutuhan sehari-hari karena dianggap sudah tercemar. Tetapi masyarakat Kecamatan Harian masih memanfaatkan Danau untuk untuk irigasi, mandi, mencuci, dan budidaya ikan keramba jaring apung. Mereka hampir melupakan kearifan tradisional yang pernah ada. Hanya beberapa kearifan tradisional yang masih dilakukan oleh masyarakat Harian seperti pantangan dan larangan di danau, pantangan dan larangan di hutan. Sedangkan masyarakat di Kecamatan Silahisabungan menyatakan bahwa keberadaan Danau Toba adalah sebagai sumber kehidupan. Itu artinya Danau Toba adalah sebagai sumber rezeki, sumber mata pencaharian seperti tempat mencari ikan, tempat menaruh keramba jaring apung dan sebagai menambah rezeki dari kegiatan pariwisata. Semua kearifan lokal (local wisdom) yang ada masih tetap dilakukan dengan alasan karena mereka masih percaya, walaupun ada juga kearifan lokal yang sudah jarang dilakukan. Memudarnya kearifan tradisional baik di Kecamatan Harian dan Silahisabungan disebabkan oleh faktor kehadiran agama dan pemanfaatan ekosistem secara luas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Kata Kunci: : Local wisdom, Pelestarian, Pemanfaatan Ekosistem Danau Toba, Revitalisasi Abstract This paper examines the local wisdom of the BatakToba community, especially those who live in Harian Subdistrict District and Silahisabungan Subdistricts in protecting the environment traditionally. The results showed that the community in Harian Subdistrict no longer used lake water for their daily needs because they were considered polluted. But at the Harian Subdistrict community still uses the lake for irrigation, bathing, washing, and floating net cage fish farming. They almost forgot the traditional wisdom that ever existed. Only a few traditional wisdoms are still carried out by the Harian community such as taboo and ban on the lake, taboo and ban in the forest. Whereas the community in Silahisabung Subdistrict stated that Lake Toba was a source of life. That means Lake Toba is as a source of sustenance, a source of livelihood such as a place to find fish, a place to put a floating net cage and as an income generating from tourism activities. All local wisdom is still carried out for reasons because they still believe, even though there is also local wisdom that is rarely done. The waning of traditional wisdom both in the Daily and Silahisabung Districts is caused by the presence of religion and the widespread use of ecosystems to increase people's income. Keywords: local wisdom, preservation, utilization of Lake Toba ecosystem, revitalization

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 1

Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara Ekosistem Danau Toba

R. Hamdani Harahap*

Corresponding author: [email protected]

Prodi Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Tulisan ini mengkaji tentang kearifan lokal masyarakat BatakToba terutama yang menetap di Kecamatan Harian dan Kecamatan Silahisabungan dalam menjaga lingkungan secara tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Harian sudah tidak menggunakan air danau untuk kebutuhan sehari-hari karena dianggap sudah tercemar. Tetapi masyarakat Kecamatan Harian masih memanfaatkan Danau untuk untuk irigasi, mandi, mencuci, dan budidaya ikan keramba jaring apung. Mereka hampir melupakan kearifan tradisional yang pernah ada. Hanya beberapa kearifan tradisional yang masih dilakukan oleh masyarakat Harian seperti pantangan dan larangan di danau, pantangan dan larangan di hutan. Sedangkan masyarakat di Kecamatan Silahisabungan menyatakan bahwa keberadaan Danau Toba adalah sebagai sumber kehidupan. Itu artinya Danau Toba adalah sebagai sumber rezeki, sumber mata pencaharian seperti tempat mencari ikan, tempat menaruh keramba jaring apung dan sebagai menambah rezeki dari kegiatan pariwisata. Semua kearifan lokal (local wisdom) yang ada masih tetap dilakukan dengan alasan karena mereka masih percaya, walaupun ada juga kearifan lokal yang sudah jarang dilakukan. Memudarnya kearifan tradisional baik di Kecamatan Harian dan Silahisabungan disebabkan oleh faktor kehadiran agama dan pemanfaatan ekosistem secara luas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Kata Kunci: : Local wisdom, Pelestarian, Pemanfaatan Ekosistem Danau Toba, Revitalisasi

Abstract

This paper examines the local wisdom of the BatakToba community, especially those who live in Harian Subdistrict District and Silahisabungan Subdistricts in protecting the environment traditionally. The results showed that the community in Harian Subdistrict no longer used lake water for their daily needs because they were considered polluted. But at the Harian Subdistrict community still uses the lake for irrigation, bathing, washing, and floating net cage fish farming. They almost forgot the traditional wisdom that ever existed. Only a few traditional wisdoms are still carried out by the Harian community such as taboo and ban on the lake, taboo and ban in the forest. Whereas the community in Silahisabung Subdistrict stated that Lake Toba was a source of life. That means Lake Toba is as a source of sustenance, a source of livelihood such as a place to find fish, a place to put a floating net cage and as an income generating from tourism activities. All local wisdom is still carried out for reasons because they still believe, even though there is also local wisdom that is rarely done. The waning of traditional wisdom both in the Daily and Silahisabung Districts is caused by the presence of religion and the widespread use of ecosystems to increase people's income. Keywords: local wisdom, preservation, utilization of Lake Toba ecosystem, revitalization

Page 2: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 2

PENDAHULUAN

Saat ini kawasan Danau Toba telah ditetapkan sebagai kawasan strategis

nasional dan objek pariwisata nasional. Namun dibalik penetapan ini, telah terjadi

penyusutan luas hutan yang dialihfungsikan menjadi ladang, sawah, alang-alang, semak,

dan pemukiman, serta pencemaran lingkungan dari kegiatan pertanian dan industri

rumah tangga (BLH Provinsi Sumatera Utara, 2011). Demikian juga dengan kegiatan

masyarakat dan pengusaha yang membakar alang-alang dengan tujuan untuk

mendapatkan rumput-rumput muda sebagai makanan ternak, pemanfaatan sumber

daya alam Danau Toba seperti pemukiman penduduk, peternakan, perikanan (keramba

jarring apung), pertanian, pariwisata, pasar, hotel dan restoran serta transportasi air

yang mengakibatkan pencemaran air. Dampak seluruh kegiatan tersebut adalah

produksi sampah dan limbah domestik yang secara langsung maupun tidak langsung

akan masuk kedalam perairan danau. Masalah pencemaran dan kerusakan ekosistem

Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk

mengatasi masalah tersebut. Untuk itu tulisan ini bertujuan untuk menganalisis

kearifan lokal dalam rangka pelestarian Danau Toba serta untuk merekomendasi

bentuk revitalisasi kearifan yang masih tetap berjalan atau yang sudah jarang

dilakukan.

Salah satu bidang kajian ekologi manusia adalah tentang kearifan lokal. Kearifan

lokal adalah gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai

baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi

dikenal istilah local genius. Sementara Moendardjito (dalam Rohaedi, 1986: 40-41)

menyatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah

teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal tersebut

adalah sebagai berikut: (1) mampu bertahan terhadap budaya luar, (2) memiliki

kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, (3) mempunyai kemampuan

mengintegrasikan unsur budaya luar kedalam budaya asli, (4) mempunyai kemampuan

mengendalikan, (5) mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Kearifan lokal sangat terkait dengan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri

adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan system kepercayaan,

norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam

jangka waktu yang lama. Menurut Bulmer (1982:66), pengetahuan masyarakat, baik

yang masih hidup atau yang sudah ditinggalkan namun telah hidup dalam jangka waktu

yang lama dan menjadi pandangan hidup tradisional adalah penting karena dua alasan.

Pertama, penelitian ilmiah tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat dipercepat jika

menggunakan orang lokal yang mengetahui hal tersebut. Kedua, suatu kehormatan bagi

pengetahuan dan konteks kebudayaannya yang memungkinkan digunakannya

pengetahuan tersebut bagi upaya konservasi.

Page 3: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 3

Kearifan lokal merupakan tata nilai kehidupan yang terwarisi dari satu generasi ke

generasi berikutnya yang berbentuk religi, budaya ataupun adat istiadat yang umumnya

dalam bentuk lisan dalam suatu bentuk sistem sosial suatu masyarakat. Keberadaan

kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses adaptasi turun menurun

dalam periode waktu yang sangat lama terhadap suatu lingkungan yang biasanya

didiami ataupun lingkungan dimana sering terjadi interaksi didalamnya.(Juniarta,

2013) Sedangkan menurut Ridwan dalam Juniarta (2013). Kearifan lokal atau sering

disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal

budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa

yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana

wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya

dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau

peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah, wisdom sering diartikan sebagai

kearifan/kebijaksanaan. Lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas

dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain

sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara

manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya.

Kearifan tradisional yang dimiliki suatu komunitas seringkali merupakan aturan-

aturan yang sangat berguna bagi upaya konservasi, seperti yang dikemukakan

Poffenberger(1990) dan Alcorn dan Molnar (1990), bahwa pada dasarnya masyarakat

pedesaan telah sejak lama melakukan tindakan konservasi secara tradisional. Bukti

ekologis bagi dampak positif kegiatan manusia secara tradisional di beberapa area

membenarkan partisipasi masyarakat setempat dalam perlindungan, pengelolaan dan

pemulihan lingkungan (Walters, 1997). Mereka memiliki pengetahuan yang sangat kaya

tentang lingkungan alam mereka, yang dapat dipakai untuk mendesain strategi

pengelolaan pelestarian alam yang lebih efektif, yang cenderung mengikutsertakan

masyarakat lokal di dalamnya. Pengelolaan sumberdaya alam yang efektif dan

berkelanjutan seharusnya memasukkan praktek-praktek pengelolaan tradisional, dan

mengikutkan orang setempat mulai dari tahap perencanaan (Eghenter dan Bernard

Sellato, 1999).

Di Indonesia telah banyak penelitian mengenai kearifan lokal misalnya yang berkaitan

dengan ekosistem pesisir seperti yang dilakukan Zulkarnain dkk (2008), Juniarta dkk

(2013), Primadasa (2013), Zamzami (2016) dan konservasi lubuk larangan oleh Yuliati

dan Fatriyadi (2014). Juniarta dkk (2013) menjelaskan bagaimana membangun model

pengelolaan berbasis kearifan lokal masyarakat Desa Gili Ketapang (Pulau Gili

Ketapang) Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Page 4: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 4

Zulkarnain dkk (2013) tentang kearifan lokal dalam pemanfaatan dan

pelestarian ekosistem pesisir, dan Zamzami (2016) tentang dinamika pranata sosial

terhadap kearifan lokal masyarakat nelayan dalam melestarikan wisata bahari di

Nagari Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam. Utina

(2012)meneliti tentang kecerdasan ekologis dalam kearifan lokal masyarakat Bajo di

Desa Torosiaje Provinsi Gorontalo, dan Sulaiman (2011) tentang kearifan tradisonal

dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Aceh pada era otonomi khusus. Kearifan

lokal berkaitan dengan ekosistem pesisir terutama berkaitan dengan (i) menentukan

waktu menangkap ikan berdasarkan cuaca dan musim; (ii) mengembangkan alat

tangkap ikan dan alat pengumpul kerang, dan; (iii) menentukan kawasan penebangan

bakau. Termasuk berkaitan dengan (iv) upacara penghormatan terhadap laut; (v)

adanya komitmen untuk tidak menangkap dan membunuh lumba-lumba, membuang

sampah ke laut, menggunakan songko bermesin dalam menangkap ikan dan

megumpulkan kerang, serta; (vi) menjaga hutan bakau di sekitar pinggiran pantai.

Selain itu tentang fungsi dan manfaat kearifan lokal yang ada di masyarakat dan upaya

membangun model pengelolaan berbasis kearifan lokal masyarakat. Juga kompleksitas

dinamika pranata sosial nelayan dengan lingkungan sekitar pesisir dalam wujud

pengelolaan budaya wisata bahari berdasarkan fenomena kearifan lokal.

Di Sulawesi Tengah yaitu pada masyarakat Kaili khususnya memiliki kearifan

lokal (local wisdom) dalam melestarikan ungkapan-ungkapan, pantangan atau pemali,

dan upacara adat lainnya, sebagian penganutnya masih dijumpai pada setiap kelompok

masyarakat tradisional. Ungkapan-ungkapan berlatar bahasa yang mengandung makna

dan interpretatif simbolik yang memungkinkan mereka untuk beraksi, berdasarkan

interpretasi mereka terhadap ungkapan-ungkapan tersebut. (Saleh, 2013). Masyarakat

Kaili lebih menekankan kesakralan yang dimiliki perairan danau Lindu, hutan,

pantangan/tabu, ungkapan-ungkapan dan upacara adat lainnya. Kesakralan terhadap

sumber daya alam membentuk sikap dan perilaku mereka untuk tidak melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan adat. Menurut mereka jika dilanggar, maka orang

yang bersangkutan diyakini bisa kena “katula” berupa penyakit, cacat, atau meninggal.

Karena itu, untuk tetap melestarikan potensi sumber daya alam seperti, danau Lindu,

hutan dan beberapa pantangan atau tabu, maka yang bersangkutan akan dikenakan

sanksi berupa denda, dulam, kain mbesa, dan binatang lainnya (sapi atau kerbau).

Keselarasan dianggap akan mencegah konflik serta menjamin kerukunan antara

sesama unsur yang menjaga jagad ini (manusia pada umumnya), terhadap sesama

anggota warga masyarakat. Hal ini terjabarkan dalam sistem nilai dan sistem ritus dan

simbol (Daeng, 2000: 15), di mana ikatan sesama manusia, tanah, hasil bumi dan

kekuatan-kekuatan adikodrati dikukuhkan dalam keseimbangan.

Page 5: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 5

Penelitian kearifan lokal yang berkaitan dengan hubungan manusia dan hutan yaitu

Suhartini (2016, Takiddin (2014), Akbar (2011), Hasbullah (2014), Permana, Raden

Cecep Eka, Isman Pratama Nasution dan Jajang Gunawijaya (2011), berkaitan dengan

hutan bambu oleh Yuliani dkk (2017), hutan dan rawa oleh Kumun, Yoseph, Su

Ritohardoyo dan Langgeng Wahyu Santosa (2010) dan kaitan hutan dan danau oleh

Saleh (2013) dan Rahadian, A.A.S Dewi, I.G.B. Sila Dharma dan I.N. Norken (2014).

Senoaji (2014) meneliti tentang pemanfaatan hutan dan lingkungan oleh masyarakat

Baduy di Banten Selatan terutama kaitan nilai-nilai kearifan yang dianut dan

hubungannya dengan pencegahan kebakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

masyarakat Baduy yang selalu melakukan tebang-bakar hutan untuk membuat ladang

(huma), tidak terjadi bencana kebakaran hutan atau tanah longsor di wilayah Baduy;

(2) di wilayah Baduy banyak permukiman penduduk berdekatan dengan sungai, tidak

terjadi bencana banjir; (3) walaupun rumah dan bangunan masyarakat Baduy terbuat

dari bahan yang mudah terbakar (kayu, bambu,rumbia, dan ijuk), jarang terjadi bencana

kebakaran hebat; dan (4) wilayah Baduy yang termasuk dalam daerah rawan gempa

Jawa bagian Barat, tidak terjadi kerusakan bangunan akibat bencana gempa.

Berikutnya penelitian tentang kaitan kearifan lokal dan upaya pengembangan

masyarakat telah dilakukan Purwowibowo dan Nur Dyah Gianawati (2016 ).

Pengembangan masyarakat secara bottom-up bertujuan untuk menjelaskan bahwa

seluruh aktifitas yang digagas atau dilakukan, dikontrol oleh masyarakat setempat

dengan pemimpin yang informal dan para anggotanya. Penelitian mengenai kearifan

lokal juga dilakukan berkaitan dengan pengeloaan air, seperti yang dilakukan oleh

Siswadi dkk (2011), pengelolaan rawa (Kamun, 2010) dan penelitian mengenai lubuk

larangan di Kabupaten Lima Puluh Kota yang dilakukan oleh Yuliaty dan Fatriyandi

(2014).

Ada juga beberapa penelitian kearifan lokal yang berkaitan dengan lingkungan

dan sumberdaya alam secara umum seperti yang dilakukan oleh Indrawardana (2011)

yang meneliti kearifan lokal masyarakat Sunda Kanekes yang sangat akrab dengan

lingkungannya, atau yang dilakukan oleh Saleh (2013) mengenai masyarakat Kaili di

Sulawesi Tengah memiliki kearifan lokal yang masih terjaga dalam kaitan antara

manusia dan alam. Sedangkan penelitian kearifan lokal berkaitan dengan ekosistem

danau telah dilakukanoleh Rahadiani , A.A.S Dewi, I.G.B. Sila Dharma dan I.N. Norken

(2014) yang mengidentifikasi dan menganalisis partisipasi masyarakat sekitar Danau

Beratan dalam konservasi sumber daya air. Sedangkan penelitian yang berkaitan

dengan Danau Toba masih sebatas berkaitan dengan model konservasi sumberdaya air

Danau Toba (Sihotang, 2012) yang ditinjau dari disiplin ilmu konservasi tanah dan

lingkungan. Namun penelitian kearifan lokal yang berkaitan dengan pelestarian

ekosistem Daau Toba masih belum banyak dilakukan.

Page 6: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 6

Dasar kearifan lokal sebenarnya bersumber dari hukum adat dalam masyarakat. Karena

tidak semua hukum adat bisa dikategorikan dalam kearifan lokal menurut beberapa

ahli. Maka dari itu ketika sebuah hukum adat sudah bisa dikategorikan dalam kearifan

lokal, maka bisa dijadikan pedoman dan salah satu alat dalam usaha pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan terhadap kondisi yang berkelanjutan yaitu berpihak kepada

lingkungan, sosial tanpa meninggalkan aspek ekonominya. Menurut Belkes dalam

Juanita (2013) dalam Sulaiman dalam Juanita (2013) kearifan lokal bersifat kumulatif

dengan kepercayaan yang turun temurun terkait antara hubungan masyarakat dengan

lingkungan. Menurut beberapa ahli, kearifan lokal dibedakan dengan budaya dalam

suatu masyarakat tertentu.

Umumnya kearifan lokal memiliki efek secara langsung terhadap kelestarian

lingkungan yang didiami masyarakat yang memiliki kearifan tersebut. Secara turun-

temurun dan secara tradisional kearifan lokal tersebut sudah ada unutk mencegah

akses yang terlalu terbuka yang tentunya dengan konsekuensi merusak. Menurut

Sulaiman dalam Juanita (2013) mendefinisikan pengetahuan lokal secara lebih detil

sebagai “pengetahuan yang yang dibangun oleh kelompok komunitas secara turun

temurun terkait hubungannya dengan alam dan sumberdaya alam”. Pengetahuan lokal

masyarakat meliputi segenap pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan

lingkungan hingga pengetahuan sosial, politik dan geografis. Menurut Christy dalam

Juanita (2013) ada enam hal yang harus dipenuhi sebagai syarat-syarat suatu kearifan

lokal untuk pengelolaan suatu wilayah. Diantaranya : a) Kondisi sumberdaya alam

harus memiliki karakteristik yang jelas. Misal berupa terumbu Karang atau ekosistem

mangrove. b) Batas-batas wilayah yang dimiliki harus jelas dan sudah ditentukan

sebelumnya. Misalnya sejauh mana kita boleh menangkap ikan. c) Teknologi

penangkapan. Harus ditentukan jenis alat dan jenis tangkapan yang akan diatur dalam

kearifan lokal. d) Budaya, budaya setempat harus sesuain dengan permodelan

pemberdayaan kearifan lokal sehingga tidak akan terjadi benturan. e) Distribusi

kekayaan. Harus melindungi model kelembagaan yang sudah ada. f) Otoritas

pemerintah dan lembaga terkait. Kewenangan dan ketegasan pemerintah juga harus

mampu membuat keputusan yang harus dintegrasikan dengan lembaga-lembaga lainya

yang terkait.

Page 7: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 7

Berdasarkan penjelasan tersebut, tergambar bahwa kearifan tradisional bukan

hanya menyangkut pengetahuan atau pemahaman masyarakat adat tentang manusia

dan bagaimana relasi yang baik diantara manusia satu dan manusia lainnya, melainkan

juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam

dan bagaimana relasi diantara semua penghuni komunitas ekologi bisa berjalan

seimbang tanpa ada salah satu aspek yang tertinggal atau tertindih. Maka dari itu

kearifan lokal merupakan suatu jawaban dalam mencari landasan dalam konteks

pembangunan berkelanjutan dengan masyarakat sebagai subjek yang akan terlibat

langsung. Kearifan lokal dalam konteks pemanfaatannya sebagai salah satu alat

pemberdayaan masyarakat harus memiliki enam unsur tersebut (menurut Christy

1992).

Tulisan ini dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harahap dan

Humaizy (2017) dan Hasibuan (2017) pada dua kecamatan yang terletak di kawasan

ekosistem Danau Toba yaitu Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir dan Kecamatan

Silahisabungan, Kabupaten Dairi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu:

(Suyanto, 2005:171) yaitu Informan kunci (key informan), informan utama, informan

tambahan. Populasi penelitian adalah Kecamatan Silahisabungan yang merupakan

wilayah wisata yang ada di Kabupaten Dairi. Sebagai pelengkap peneliti juga melakukan

wawancara dengan key informan, yang dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat

dan tokoh agama serta tokoh adat di lokasi penelitian. Tokoh masyarakat dalam hal ini

adalah orang atau organisasi yang aktivitas kesehariannya berhubungan pelestarian

ekosistem Danau Toba yang berbasis local wisdom. Data primer dan sekunder dicari

dan dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam. Selanjutnya dilakukan observasi

atau pengamatan terutama terhadap ritual atau upacara yang berkaitan dengan

pelestarian ekosistem Danau Toba.

Data sekunder dilakukan dengan menggunakan instrument studi

kepustakaanyaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literature,

internet dan sumber-sumber lain yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Selain itu

dilakukan penelusuran dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain

yang terkait dengan objek penelitian. (Bungin.2007:116-117)

Analisis data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data (on going

analysis). Analisis kualitatif ini dilakukan mengikuti proses antara lain, reduksi data,

penyajian data, pembahasn dan menarik kesimpulan berdasarkan reduksi dan

penyajian data yang telah dilakukan sebelumnya.

Page 8: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kearifan Tradisional Masyarakat Harian Dalam Menjaga Hutan

Hutan berperan penting dalam menjaga ekositem Danau Toba. Hutan berfungsi dalam

siklus hidrologi danau. Menurut kearifan masyarakat Desa Harian, hutan dikuasai oleh

mahluk gaib. Oleh sebab itu sebelum pohon yang diinginkan ditebang di hutan ada beberapa

hal yang dilakukan yaitu berkomunikasi dengan roh (Huhuasi). Lalu mereka menancapkan

kampak (tekke) ke kulit pohon sebagai pertanda mereka telah memilih pohon tersebut. Bila

keesokan harinya kampak (tekke) masih ada di pohon tersebut maka mereka boleh

menebang pohon tersebut. Selanjutnya kayu yang sudah ditebang disambut di desa dan

dililitkan kain (ulos) dan tikar. Tujuan kegiatan ini agar kayu tersebut tidak mencelakakan

penggunanya. Etika menebang dijaga dengan ketat. Para pekerja diawasi pengetua desa.

Pekerja harus memperhatikan arah mana pohon roboh. Tujuannya untuk meminimalkan

pohon kecil menjadi korban dan mengurangi resiko pohon yang ditebang tidak patah. Kearifan

ini hampir sama seperti yang dilakukan oleh masyarakat Baduy (Senoaji, 2004) dan

Indrawardana (2012) yang menjaga hutannya berdasarkan larangan yang ditentukan oleh

leluhurnya.

Etika masyarakat Harian dalam melestarikan hutannya perlu tetap dilestarikan seperti

yang dilakukan oleh masyarakat Bali dalam memelihara hutan bambu dengan konsep

palemahan yaitu pengetahuan dan sistem hukum yang telah mengatur aksi atau tindakan

hubungan manusia dengan lingkungan. Masyarakat Bali saat ini masih mempraktikkan nilai

dan norma perilaku palemahan dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Kondisi ini

menunjukkan adanya kesinambungan perilaku palemahan sejak dulu, sehingga dapat

dikatakan palemahan masih eksis pada masyarakat Bali. Kearifan lokal dalam mengelola hutan

bambu terbentuk melalui proses panjang pengetahuan nilai dan norma palemahan yang

berevolusi di dalam masyarakat. Bila mengacu kepada Christy adanya ketidakjelasan batas-

batas wilayah yang dimiliki dan sudah ditentukan sebelumnya. Teknologi penebangan kayu

juga tidak didefinisikan. Otoritas pemerintah dan lembaga terkait juga kurang memiliki

kewenangan yang kuat. Kurang diimplementasikan kewenangan dan sehingga ketegasan

pemerintah tidak tampak dalam melestarikan hutan yang ada. Tulisan yang berkaitan dengan

penguatan local wisdom yang berkaitan dengan adanya pelemahan karena factor luar.

Dilarang Buang Sampah Di Danau Toba

Masyarakat Batak Toba yang tinggal di Harian dilarang mengucapkan kata-kata

sembarangan (bahasa yang tidak sopan) dan juga tidak boleh membuang sampah di danau

karena penjaga danau bisa marah dan murka. Bila malanggar larangan tersebut maka ombak di

danau menjadi ganas dan akan menenggelamkan kapal dan bisa menimbulkan korban jiwa

serta pertanian akan gagal panen (tanaman diserang hama). Namun akhir-akhir ini kearifan ini

mulai hilang dari masyarakat di Kecamatan Harian. Masyarakat perlahan-lahan mulai

melanggar larangan tersebut. Memang dalam penelitian ini tidak diteliti sejauh mana

keterlibatan masyarakat dalam pelestarian ekosistem Danau seperti yang dilakukan oleh

Rahadiani dkk (2014). Namun masyarakat sekitar Danau Toba mulai meninggalkan aturan ini.

Page 9: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 9

Bila mengacu kepada Christy maka kelemahan peraturan ini adalah tidak didukung oleh

budaya yang menghargai kebersihan.

Ritual Hahomion Horja Bius

Ritual Hahomion atau upacara yang dilakukan untuk memberikan sesajen kepada roh

nenek moyang terdahulu. Roh nenek moyang yang berada di danau merupakan kakek (opung)

penjaga danau. Upacara di danau merupakan perwujudan harmonisasi manusia dengan alam.

Alam dipercaya selain dihuni oleh manusia, hewan dan tumbuhan juga tempat

bersemayamnya mahluk supranatural. Mahluk tersebut mendatangkan kebaikan dan

keburukan kepada manusia. Atas kesadaran itulah, manusia membuat upacara memohon

keselamatan, menghormati maupun ucapan terima kasih kepada mahluk supranatural yang

disebut “Penunggu Danau”. Tradisi ini secara rutin dilakukan oleh masyarakat di desa sekitar

Danau Toba. Hal ini hampir sama dengan kearifan lokal masyarakat Kaili di SulawesiTengah

yang memiliki seperangkat pengetahuan lokal yaitu pola dari budaya Kaili yang diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari seperti pada pelestarian hutan, perairan danau Lindu, pantangan

atau pemali dalam bertutur atau berucap, dan upacara adat lainnya.(Saleh, 2013). Upacara

hahomion horja bius ini dilakukan saat agama leluhur yang disebut Parmalim masih dianut

masyarakat Batak di sekitar Danau Toba. Sejak masuknya agama Kristen Protestan, tradisi

yang berkembang luas dalam kepercayaan Parmalim ini mulai ditinggalkan. Kalaupun ritual ini

dilakukan adalah dalam rangka atraksi wisata.

Tujuan ritual Hahomion untuk memohon agar roh dan kekuatan kekuatan gaib tetap

memantau kehidupan warga dan memohon kepada Tuhan (Mulajadi Na Bolon) agar

senantiasa memelihara, mendatangkan kemakmuran, dan ketentraman hidup warga. Upacara

adat horjabius ini dilakukan untuk sekedar mengenang ritual yang dilakukan nenek moyang

Batak Toba yang terdahulu dan disamping itu mereka hendak melestarikan budaya yang

mereka miliki untuk menarik wisatawan ke kawasan Danau Toba. Mereka percaya jika mereka

memberikan sesajen ini kepada kakek (opung) penjaga danau, kakek (opung) tersebut akan

memberi mereka keberkahan. Kepercayaan ini untuk menjaga danau agar tetap bersih karena

mereka takut dengan kakek (opung) penjaga danau tersebut.

Kegiatan Ekonomi Masyarakat Harian Pada Ekosistem Danau Toba

Di Kecamatan Harian, hanya ada 2 unit keramba jaring apung. Masyarakat kurang

tertarik membuat keramba jaring apung karena biayanya mahal. Pakan ikan berasal dari

bahan yang alami dan ramah lingkungan yaitu jagung yang direbus. Pakan dari jagung ini akan

mengurangi pencemaran air, dibandingkan dengan pakan pellet dari pabrik. Mereka

menggunakan pakan jagung karena mereka tahu dampak negatif pakan pellet. Alasan lain,

karena jagung sangat mudah didapatkan di Harian. Kegiatan ekonomi lainnya yang berkaitan

dengan ekosistem Danau Toba adalah pengolahan enceng gondok. Eceng gondok yang tumbuh

di Danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi produk kerajinan yang bernilai jual

yaitu souvenir seperti tas, topi, tempat botol minuman, tempat pulpen, vas bunga, keset kaki,

taplak meja dan berbagai produk kerajinan lainnya.

Page 10: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 10

Selanjutnya kegiatan perekonomian yang dilakukan masyarakat adalah membuat

kawasan wisata di Kecamatan Harian seperti Bukit Holbung dan Penatapan di Menara Tele.

Dolok Holbung berada di Desa Janji Martahan, Kecamatan Harian. Dari bukit ini dapat

memandang Danau Toba dan perbukitan di sekitaran Danau Toba, serta perkampungan

penduduk di bawahnya. Bukit ini dikelola oleh masyarakat setempat. Setiap hari pemuda

penjaga Dolok Holbung ini membersihkan sampah yang ada ditinggalkan oleh pengunjung.

Dolok Holbung ini merupakan destinasi wisata baru di Kecamatan Harian.

Selanjutnya adalah Menara Pandang Tele. Menara Pandang Tele ini dibangun di sisi

jalan Tele-Samosir. Dari atas menara akan terlihat jelas panorama Danau Toba dan sebagian

daratan Pulau Samosir. Di sisi sebelah kiri terdapat Gunung Pusuk Buhit yang legendaris dan

dari sisi sebelah kanan, akan melihat barisan pegunungan yang menjulang dan rumah

penduduk di kaki gunung. Pengunjung juga dapat mengabadikan momen dengan berfoto

karena sudah disediakan tempat tulisan “Menara Pandang Tele” dengan tulisan seperti tulisan

“Google” membuat menarik wisatawan untuk berfoto. Kegiatan yang berkaitan dengan

pariwisata dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat disatu sisi menimbulkan

dampak sampah yang berserakan. Masyarakat tidak mau membersihkan sampah yang yang

ditinggalkan wisatawan.

Jumat Bersih (Gotong Royong) di Kecamatan Harian

Gotong royong adalah melakukan perkerjaan secara bersama-sama dengan maksud

dan tujuan yang sama. Gotong royong yang dilakukan masyarakat Kecamatan Harian adalah

gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar di

Kecamatan Harian sangat bersih, tidak ada sampah di jalanan, bangunan rumah tertata rapi,

dan ada petunjuk arah yang jelas. Bila dibandingkan dengan kecamtan lain, Kecamatan Harian

memang yang paling bersih di Kabupaten Samosir. Masyarakat Harian seminggu sekali

melakukan gotong royong untuk membersihkan setiap desa. Gotong royong merupakan

kebijakan Camat Harian, dinamakan Jumat bersih, karena diadakan setiap hari jumat saja.

Jumat bersih ini dilakukan secara bergilir setiap desa. Jumat bersih dimulai pukul 08.00 Wib.

Sebelum memulai kegiatan Jumat bersih ada senam pagi dulu di kantor Camat dan di sekolah-

sekolah pukul 06.00 – 08.00 Wib. Setelah melakukan senam kemudian melakukan kegiatan

pembersihan di desa dan sekitaran danau sampai pukul 10.00 Wib, tetapi jika pukul 10.00

masih belum selesai pekerjaan tetap dilanjutkan sampai tuntas. Kegiatan Jumat bersih ini

langsung dipantau oleh camat sehingga terkoordinir dengan baik. Adanya perilaku gotong

royong untuk menjaga kebersihan desa di Kecamatan Harian menunjukkan bahwa kearifan

lokal adalah nilai-nilai yang mengatur hidup bersama antara makhluk hidup dalam suatu

tataran yang saling membutuhkan, saling tergantung, saling berelasi dan saling

memperkembangkan sehingga terjadi keutuhan dan kebersamaan hidup yang harmonis.

Manusia harus dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang menjadi tempat ia hidup dan

berkembang (Mateus Mali dalam Sunarko dan Eddy Kristiyanto, 2008:139).

Page 11: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 11

Persepsi Masyarakat Kecamatan Silahisabungan terhadap Ekosistem Danau Toba

Kecamatan Silahisabungan merupakan daerah kebudayaan (cultural area) sukubangsa

Batak Toba yang masuk kelompok marga Silahisabungan. Kelompok Marga Silahisabungan ada

8 marga yaitu 1. Sihaloho, 2. Situngkir / Sipangkar / Sipayung. 3. Rumasondi / Rumasingap /

Silalahi-Sihaloho / Silalahi-Sinabutar / Silalahi-Sinagiro / Silalahi-Sinabang / Nadapdap /

Silalahi-Sinurat / Nadapdap / Doloksaribu, 4. Sidabutar, 5. Sidabariba, 6. Sidebang, 7. Pintubatu

/ Sigiro dan 8. Tambun / Tambunan.

Persepsi masyarakat Kecamatan Silahiabungan terhadap keberadaan Danau Toba

adalah sebagai sumber kehidupan. Itu artinya Danau Toba sebagai sumber rezeki, sumber

mata pencaharian seperti menjadi nelayan mencari ikan, tempat menaruh keramba jaring

apung dan sebagai menambah rezeki dari kegiatan pariwisata. Ini menunjukkan bahwa

kearifan local akan tergerus waktu bila tidak terimplementasikan dalam kehidupan konkret

sehari-hari sehingga mampu merespons dan menjawab arus zaman yang telah berubah.

Kearifan lokal juga harus terimplementasikan dalam kebijakan negara (Fajarini, 2014).

Bentuk lokal wisdom (kearifan lokal) pada masyarakat Silahisabungan dalam

melestarikan kawasan Danau Toba.

Beberapa bentuk kearifan lokal pada masyarakat Kecamatan Silahisabungan dalam

melestarikan kawasan Danau Toba adalah adanya tempat yang sakral yaitu nauli basa, batu

partonunan (liang namora) dan seluruh area Danau Toba yang terdapat di wilayah

Silahisabungan yang disebut Tao Silalahi yang dikuasai oleh Namboru Deang Namora. Batu

Parnamoraon atau Siliang Namora adalah tempat Namboru Deang Namora tinggal semasa sisa

hidupnya. Kisahnya di tempat itulah namboru menenun. Tempat ini disakralkan, yaitu tidak

boleh meludah ataupun membuang kotoran. Tao Silalahi adalah wilayah danau yang dianggap

suci sehingga dilarang meludah, buang kotoran, memakai perhiasan, berkata kotor di

pinggiran danau, berbuat asusila serta kalau mau mandi harus minta ijin dulu sama nenek

(opung) penjaga danau, tidak boleh mandi di atas jam 6 sore, tidak boleh membawa dan

makan daging babi atau anjing di pinggiran Danau Toba, tidak boleh mandi telanjang di danau,

dan dilarang tertawa-tawa sampai terbahak-bahak, serta bagi kaum perempuan jika ada yang

berambut panjang tidak boleh digerai tetapi harus diikat.

Bentuk kearifan lokal di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Keraf (2002) dan

Gobyah (2009) yaitu merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan

serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam

komunitas dan juga merupakan kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu

daerah. Oleh sebab itu maka kearifan lokal dapat diartikan sebagai nilai yang dianggap baik

dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan dilaksanakan oleh masyarakat yang

bersangkutan sebagai akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Kearifan ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat namun di luar lokasi yang dianggap

sakral penduduk setempat dan pendatang yang sedang kegiatan pariwisata membuang

sampah sembarangan dan mandi di danau dengan bebas serta berteriak dan tertawa bebas.

Ada juga kearifan lokal yang berkaitan dengan pelestarian hutan yaitu masuk hutan harus

Page 12: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 12

menjaga perbuatan dan perkataannya seperti tidak berkata kasar atau sembarangan. Selain

itu mereka percaya bahwa sumber air masyarakat di Kecamatan Silahisabungan yang bernama

Aek Sipaula Hosa (air yang mengembalikan nafas) dipercayai akan menyembuhkan berbagai

penyakit, oleh sebab itu sampai saat ini tetap dijaga kelestariannya. Aek Sipaulak Hosa juga

dimanfaatkan sebagai sumber air minum bagi masyarakat Kecamatan Silahisabungan dengan

cara mengalirkan air melalui pipa ke rumah warga. Namun ironis di lokasi Aek Sipaula Hosa ini

juga ada sampah, dan botol plastik berserakan.

Adapun fungsi dari local wisdom adalah 1) untuk konservasi dan pelestarian sumber

daya alam;2)untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara

daur hidup, 3)untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya upacara

adat tertentu, dan 4) sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan. Dalam kasus

kearifan lokal di Kecamatan Silahisabungan ada lokal wisdom yang berfungsi untuk

pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan yaitu Upacara Tugu. Upacara ini dilakukan

selama tiga hari berturut-turut. Upacara itu terdiri dari ziarah, memberikan sesaji, dan makan

bersama. Tujuan upacara untuk mengenang sejarah terjadinya keturunan marga

Silahisabungan. Dulu bila ada warga yang menikah satu marga (endogami marga) diberikan

sanksi yaitu ditenggelamkan ke danau tetapi sekarang sanksinya hanya diusir keluar dari

kampung. Tujuan pesta tugu di Kecamatan Silahisabungan untuk mempererat hubungan tali

silaturahmi sesama keturunan (pomparan) Silalahisabungan sedunia. Juga untuk

mengingatkan generasi muda untuk melestarikan budaya leluhur Silahisabungan. Tujuan lain

dari pesta tugu untuk meminta berkah, meminta kesehatan, hasil panen yang melimpah dan

mengucapkan terima kasih pada leluhur (opung) Silalahisabungan. Pesta tugu ini juga

merupakan wadah untuk keturunan (popparan) Silalahisabungan supanya saling

menghormati dan mengasihi diantara mereka dalam satu sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu.

Sampai saat ini memang belum ada upaya yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan

Silahisabungan, maupun tokoh adat, tokoh agama, maupun pemerintah baik pemerintah desa

sampai dengan pemerintahan kecamatan dan kabupaten untuk mempertahankan maupun

merevitalisasi keseluruhan kearifan lokal yang ada di Silahisabungan untuk menjadikannya

sebuah payung hukum seperti Peraturan Desa ataupun Peraturan Daerah. Bahkan ada juga

pemuka agama terutama yang berasal dari agama Kristen Protestan yang menganggap

kearifan lokal sebagai kegiatan yang musyrik atau menyalahi agama.

Kearifan lokal lainnya yang ada di Kecamatan SIlahissabungan adalah kegiatan Martua

Ama-ama yaitu upacara untuk meminta berkah kepada Tuhan Mula Jadi Na Bolon sebelum

menanam padi di ladang atau sawah. Martua Oma Oma adalah ritual yang dilakukan yakni

memotong kerbau lalu dibagikan kepada orang–orang untuk dimasak dan ditambahi dengan

membuat kue itak gurgur satu genggaman/kepalan jari tangan (pohul) yang kemudian

dipanjatkan doa bersama. Sebelum dipotong kerbau diberi jeruk purut (Citrus hystrix),

kemudian didoakan kepada sang pencipta dan dipotong setelah itu dibagikan kepada semua

orang tanpa terkecuali.

Lokal wisdom (kearifan lokal) yang ada masih tetap dilakukan, atau sebagian masih

dilakukan atau sudah tidak dilakukan sama sekali di Kecamatan Silahisabungan.

Page 13: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 13

Kearifan lokal yang ada di Kecamatan Silahisabungan ada yang sudah tidak

dilakasanakan, namun ada juga yang masih tetap dilaksanakan, dan ada yang diusulkan untuk

dilakukan revitalisasi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, mereka menyatakan

bahwa semua kearifan lokal yang ada masih tetap dilakukan. Alasan mereka tetap

melaksanakan kearifan lokal tersebut adalah karena mereka percaya dan terbukti dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya kepercayaan terhadap kearifan lokal Simanappang yaitu

penjaga Desa Silalahi sebelah Utara, yang menyatakan jika ada seseorang yang berniat jahat

akan datang ke desa maka akan terdengar suara seperti lonceng. Suara itu dijadikan penanda

oleh orang desa. Suara lonceng keluar begitu saja tanpa ada wujud nyatanya. Area

Simanappang itu juga dijadikan tempat menaruh sajen untuk meminta sesuatu keinginan

kepada Opung (Tuhan Mula Jadi Na Bolon). Menurut informan bahwa belum lama ini masih

mendengar suara seperti lonceng (pagar sigiring) berbunyi, selain itu masih dipercaya bahwa

kerbau tidak ada yang mau lewat daerah ini karena sakral.

Contoh lain adalah sitappar api (nauli basa) tempat keramat yang disucikan sehingga

tidak boleh meludah dan buang kotoran, tidak boleh memakai perhiasan. Tempat untuk

memohon doa kepada nenek (Oppung Mula Jadi Na Bolon). Nauli Basa ini adalah penjaga desa

di sebelah Selatan. Demikian juga dengan penjaga danau Namboru Deang Namora yang tetap

masih dipercayai karena masih ada kejadian beberapa hari yang lalu perempuan dari

Sidikalang tenggelam di Danau Toba karena melanggar pantangan yaitu memakai perhiasan

dan tertawa berlebihan.

Demikian juga dengan Batu Partonunan atau Liang Namora yaitu sampai saat ini tempat ini

masih dijadikan tempat ziarah untuk berdoa meminta keturunan dan doa lainnya baik

peziarah yang beragama Kristen maupun yang beragama Islam. Namun ada juga kearifan lokal

yang sudah jarang dilakukan seperti martua oma-oma, dalam 10 tahun terakhir masih sekali

dilakukan, alasannya karena biayanya sangat besar untuk membagikan daging kerbau kepada

seluruh masyarakat Silalahisabungan.

Cara yang efektif untuk merevitalisasi lokal wisdom yang ada selama ini adalah dengan

tetap melakukan ritual atau upacara Tugu, dan tetap mematuhi pesan/nasehat/petuah (Poda

sagu – sagu marlangan) yang isinya: saling mengasihi satu sama lain, tetap bersepakat untuk

saling sayang menyayangi terhadap seluruh keturunan Silahisabungan dan tidak boleh

bertikai, serta adil tidak memihak dan bila ada perselisihan di antara keturunan

Silahisabungan.

SIMPULAN

1. Bentuk kearifan tradsiional dalam menjaga ekosistem Danau Toba di Kecamatan

Harian yaitu menjaga hutan, dilarang buang sampah, dan ritual hahomion horja

bius.

2. Kearifan lokal dan kearifan tradisional memiliki peran penting dalam menjaga

ekositem Danau Toba.

3. Pengetahuan masyarakat Kecamatan Harian ada yang masih dilakukan dan ada

juga yang sudah tidak dilakukan lagi. Kearifan lokal dan kearifan tradisional yang

masih dilakukan seperti, dilarang membuang sampah, penggunaaan pakan ikan

Page 14: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 14

yang ramah lingkungan, dan gotong royong. Sementara yang tidak dilakukan lagi

seperti menjaga hutan dan ritual hahomion horja bius, karena masuknya

kepercayaan baru yang bertentangan dengan pengetahuan tersebut.

4. Persepsi masyarakat Silahiabungan terhadap keberadaan Danau Toba adalah

sebagai sumber kehidupan. Itu artinya Danau Toba adalah sebagai sumber

rezeki, sumber mata pencaharian seperti menjadi nelayan mencari ikan seperti

dulu ikan mujahir, ikan mas, ihan Batak, sampai ikan pora-pora, ikan nila dan

sekarang lobster, tempat menaruh keramba jaring apung dan sebagai

menambah rezeki dari kegiatan pariwisata.

5. Kearifan lokal pada masyarakat Silahisabungan yang masih dipercayai untuk

melestarikan kawasan Danau Toba adalah tempat yang sakral nauli basa, batu

partonunan (liang namora), seluruh area Danau Toba yang disebut Tao Silalahi

yang dikuasai oleh Namboru Deang Namora yang disucikan, kepercayaan

terhadap Simanappang yaitu penjaga Desa Silalahi sebelah Utara.

6. Kearifan lokal yang sudah jarang dilakukan seperti martua oma-oma, karena

biayanya sangat besar untuk membagikan daging kerbau kepada seluruh

masyarakat Sialahisabungan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Acep. 2011. Studi Kearifan Lokal Penggunaan Api Persiapan Lahan : Studi Kasus di

Hutan Mawas. Dalam Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 3

September 2011. Hal. 211 – 230.

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. 2011. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Kawasan Danau Toba. BLH Propinsi Sumatera Utara

Basyari, H Iin Wariin. 2014. Nilai-nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) Tradisi Memitu Pada

Masyarakat Cirebon. (Studi Masyarakat Desa Setupatok Kecamatan Mundu). Dalam

Jurnal Edunomic Volume 2 No. 1 Tahun 2014.

Bulmer, R.N.H. 1982. Traditional Conservation Practices in Papua New Guinea. Boroko:

Institute of Applied Social and Economic Research.

Daeng, Hans J. 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan:Tinjauan Antropologis.

Yogyakarta: PustakaPelajar.

Dharmawan, Arya Hadi. 2007. Dinamika Sosio Ekologi Pedesaan : Perspektif dan Pertautan

Ekologi Manusia, Sosiologi dan Ekologi Politik Dalam Sodality : Jurnal Transdisiplin

Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. April.

Eghenter, Cristina dan Bernard Sellato (Penyunting). 1999. Kebudayaan dan Pelestarian

Alam: PenelitianInterdisiplinerdi Pedalaman Kalimantan. Bogor: SMKGrafika Mardi

Yuana

Page 15: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 15

Fajarini, Ulfah. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakater. Jurnal Sosio

Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014.

Hasbullah. 2012. Rewang : Kearifan Lokal Dalam Membangun Solidaritas dan Integrasi

Sosial Masyarakat di Desa Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Dalam Jurnal Sosial

Budaya Vol. 9 No. 2 Juli-Desember 2012.

Indrawardana, Ira. 2011. Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda Dalam Hubungan Dengan

Lingkungan Alam. Dalam Jurnal Komunitas Vol 4 No. 1.

Ihromi, T.O. 1994. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.

Juniarta, Hagi Primadasa, Edi Susilo, and Mimit Primyastanto. 2013. Review of Local Wisdom

Profile of Coastal Communities of Gili Island Sumberasih Sub-District, Probolinggo

District of East Java. In the Journal of ECSOFiM Vol. 1 No. 1, 2013.

Harahap, R. Hamdani dan Humaizi. 2017. Local Wisdom in Preservation of Lake Toba

Ecosystems (Study on Toba Lake Community in the Village of Silalahi I, District of

Silahisabungan, Dairi Regency, North Sumatera Province). Makalah pada Friendly

City4 International Conference. USU. Medan.

Hasibuan, Shofwan Alfaroqy. 2017. Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara

Ekosistem Danau Toba di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Skripsi Departemen

Antropologi. FISIP USU. Medan.

Kamun, Joseph, Su Ritohardoyo and Langgeng Revelation Santosas. Study of Water Potential

of Swamp and Local Wisdom as Basic of Yomoth Swamp Management as a Clean

Water Source in Agats District of Asmat Regency of Papua Province. In MGI Vol. 24, No.

2, September 2010 (157 - 173). Faculty of Geography UGM. Yogyakarta.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Ngindra, Fredrik. 1999. Pemenuhan Kebutuhan Pangan pada Masyarakat Suku Kenyang

Bakung di Desa Kong Aran. Dalam: Cristina Eghenterdan Bernard Sellato (Penyunting).

Kebudayaan dan Pelestarian Alam: Penelitian Inter disipliner di Pedalaman

Kalimantan. Bogor: SMK Grafika Mardi YuanPermana, Raden Cecep Eka, Isman

Pratama Nasution, and Jajang Gunawijaya. 2011. Local Wisdom on Disaster Mitigation

at Baduy Community. In the Journal of the Makara Sosial Humaniora. Vol 15, No. 1, July

2011: 67-76. Archeology Study Program. Faculty of Humanities. University of

Indonesia. Depok.

Page 16: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 16

Purwowibowo dan Nur Dyah Gianawati. 2016. Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Hutan

Mangrove Melalui Community Development. Dalam Jurnal Bina Hukum Lingkungan.

Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016.

Rahadiani, A.A.S. Dewi, I.G.B Sila Dharma and I.N.Norken. 2014. Community Participation

Around Lake Beratan In Water Resources Conservation. In Journal of Spektran Vol. 2,

No. 2, July 2014

Rambo, Terri A. Conceptual Approaches to Human Ecology: A Sourcebook on Alternative

Paradigms for the Study of Human Intercations with the Environment. East-West

Environment and Policy Institute. Honolulu, 1981

Saleh, Sukmawati. 2013. Local Wisdom of Kaili Community In Central Sulawesi. In Journal

Academica FISIP UNTAD. VOL.05 No. October 02.

Senoaji. 2014. Pemanfaatan Hutan dan Lingkungan Oleh Masyarakat Baduy di Banten

Selatan. Dalam Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol.Xi. No.3. November 2004. PSLH

UGM. Yogyakarta.

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV Maulana

Media Grafika.

Sihotang, Hotland, M. Yanuar J.Purwanto, Widiatmaka, Sambas Basuni. 2012. Model

Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba. Dalam Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan Vol. 2 No. 2 Desember 2012.

Siswadi, Tukiman Taruna, Hartuti Purnaweni. 2011. Kearifan Lokal Dalam Melestarikan

Mata Air. (Studi Kasus di Desa Purwogondo, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal).

Dalam Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9, Issue 2. Sunarko dan Eddy Kristiyanto.

2008. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi : Tinjauan Teologis atas Lingkungan

Hidup. Kanisius, Yogyakarta

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta. Tiara Wacana. Edisi II.

Sulaiman. 2012. Kearifan Tradisional Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Aceh

Pada Era Otonomi Khusus. Dalam Jurnal Dinamika Hukum. Vol.11. No.2. Mei 2011.

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan

Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009.

Page 17: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 17

Suparlan, Parsudi, 1983. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Persepsi Antropologi Budaya,

Manusia dalam Keserasian Lingkungan. Muhammad Soerjani (ed). Jakarta, Fakultas

Ekonomi UI.

Sukimin, Soetrisno. 2009. Pengendalian Gulma Enceng Gondok (Eicchornia Crassipes) dan

Kematian Masal Ikan Budidaya di Perairan Danau. Makalah disampaikan pada

Konferensi Nasional Danau Toba Indonesia 1, Bali.

Takiddin. 2014. Nilai-Nilai Kearifan Budaya Lokal Orang Rimba. (Studi pada Suku Minoritas

Rimba di Kecamatan Air Hitam Provinsi Jambi). Dalam Jurnal Sosio Didaktika: Vol. 1,

No. 2 Des 2014.

Utina, Rami. 2012. Kecerdasan Ekologis Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bajo. Dalam

Prosiding Konferensi Dan Seminar Nasional Pusat Lingkungan Hidup Indonesia Ke 21.

13-15 September 2012. Mataram

Yeni, Irma, Dhani Yuniati, Husnul Khotimah. 2016. Kearifan Lokal Dan Praktek Pengelolaan

Hutan Bambu Pada Masyarakat Bali. Dalam Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi

Kehutanan Vol. 13 No. 1 April 2016.

Yuliaty, Christina and Fatriyandi Nur Priyatna. 2014. Lubuk Larangan: Dynamics of Local

Knowledge of Society in Watershed Resource Management In Kabupaten Lima Puluh

Kota. In Journal Sosek KP Volume 9 No. 1 Year 2014.

Yuliani, Ni Kadek Yuliani, Industri Ginting Suka, dan Ida Bagus Gde Pujaastawa. Konservasi

Hutan Bambu Berbasis Kearifan Lokal di Desa Adat Penglipuran Kecamatan Bangli

Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Dalam Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 18.1 Januari 2017: 178-185. Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana. Denpasar.

Zamzami, Lucky. 2016. Dynamics of Social Institution to Local Wisdom of Fisherman Society

in Preserving Marine Tourism. In the Journal of Anthropology: Social and Cultural

Issues. June 2016 Vol. 18 (1): 57-67.

Zulkarnain, Asdi Agustar, Rudi Febriamansyah. 2008. Local Wisdom In The Use And

Preservation Of Coastal Resources. (Case Study in Panglima Raja Village Concong Sub-

District Indragiri Hilir Regency Riau Province). In the Journal of Community

Agribusiness, Volume 1, Number 1. July 2008, p. 69-84.

http://www.beritasatu.com/nasional/113971-masyarakat-serukan-setop pengrusakan-

hutan-di-sekitar-danau-toba.html( diakses tanggal 3 Oktober 2016)

Page 18: Kearifan Tradisional Batak Toba Dalam Memelihara ......2020/01/01  · Danau Toba sudah sangat lama, tetapi sampai sekarang belum ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Antropologi (SENASPA), Vol. 1 Tahun 2020, Hal 1 - 18

http://senaspa.unimed.ac.id ISSN : 2716-3024 18

http://www.beritasatu.com/nasional/113972-bencana-longsor-makin-sering terjadi-di-

sekitar-danau-toba.html (diakse stanggal 3 oktober 2016)

http://regional.kompas.com/read/2013/06/02/18334022/Hutan.Tele.Terus.Ditebangi.Bup

ati SamosirTak.Dianggap (diakses tanggal 3 oktober 2016).Contoh:

Rahmathulla, V.K. Das P. Ramesh, M. & Rajan, R.K. (2007). Growth Rate Pattern and

Economic Traits of Silkworm Bombyx mori, L under the influence of folic acid

administration. J. Appl. Sci. Environ. Manage. 11(4): 81-84

Suharyanto, A. (2016). Pusat Aktivitas Ritual Kepercayaan Parmalim di Huta Tinggi

Laguboti, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 4 (2): 182-195.