analisis penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009
TRANSCRIPT
ANALISIS PENAWARAN KEDELAI DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 -2011
Alberta Novita Indar K. (162009008)
ABSTRAK
Penelitian ANALISIS PENAWARAN KEDELAI DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 -2011 ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana besar pengaruh harga kedelai, harga pupuk, dan harga jagung terhadap penawaran kedelai di kabupaten semarang tahun 2009 – 2011. Menurut teori penawaran bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran diantaranya harga barang itu sendiri, harga input produksi, harga barang lain. Penelitian ini dibuat dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, dan data dari Departemen Perdagangan. Penelitian ini akan dibuat dengan metode regresi berganda.
LATAR BELAKANGKedelai merupakan komoditas tanaman pangan
terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya.
Seiring dengan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang meningkat maka kesadaran akan gizi yang baik juga meningkat. Hal ini berpengaruh pada peningkatan konsumsi makanan olahan kedelai.
1998 2012 2013
8.13
9.97 10.07
Peningkatan konsumsi kedelai
Peningkatan konsumsi kedelai
Konsumsi kedelai pertahun di Indonesia sebesar 8,13 kg/kapita/tahun pada tahun 1998 mengalami peningkatan sebesar 0,22% atau menjadi 9,97 kg/kapita/tahun (http://www.jpnn.com/read2012/08/12/136611) tidak diimbangi dengan peningkatan produksi kedelai. Justru produksi kedelai tahun 2012 turun sebesar 8,4%, sedangkan proyeksi konsumsi kedelai akan terus mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 10,07 dan semakin meningkat sebesar 0,10% tiap tahun (http://www.deptan.go.id).
2009 2010 2011 2012
974,512907,031
851,286776,741
175,156 187,992112,273 136,076
Produksi Kedelai
Indonesia Jawa Tengah
produksi kedelai kurang dioptimalkan. hal ini diantaranya disebabkan para petani lebih memilih menanam jagung yang dinilai lebih menguntungkan. Seiring meningkatnya permintaan kedelai baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri olahannya, perlu diperhatikan bagaimana mengetahui pengaruh dari faktor – faktor penawaran kedelai di kabupaten semarang. Oleh karena itu, perlu penelitian untuk menganalisis penawaran kedelai di wilayah Kabupaten Semarang.
Swasembada kedelai hingga kini diupayakan Kementerian Pertanian dengan mengambil langkah seperti, penciptaan dan penelitian varietas unggul, pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), bantuan benih unggul, bantuan benih melalui Cadangan Benih Negara (CBN), pengembangan kedelai melalui GP3K, dan penyuluhan. Disamping itu, untuk mengatasi keterbatasan pasokan kedelai sebesar dalam negeri sebanyak 70%, pemerintah pula mengambil langkah menaikkan impor kedelai dengan cara penghapusan bea masuk kedelai pada tahun 2008 dari 10% menjadi 0%.
Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah produksi kedelai terbesar kedua di Indonesia, setelah Jawa Timur. Rata – rata Provinsi Jawa Tengah menyumbang 155.768 ton per tahun atau 18 % dari produksi kedelai Indonesia.
kab.
Cila
cap
kab.
Pur
balin
gga
kab.
Keb
umen
kab.
Won
osob
o
kab.
Boy
olali
kab.
Suk
ohar
jo
kab.
Kar
anga
nyar
kab.
Gro
boga
n
kab.
Rem
bang
kab.
Kud
us
kab.
Dem
ak
kab.
Tem
angg
ung
kab.
Bat
ang
kab.
Pem
alan
g
kab.
Bre
bes
kota
sura
karta
kota
sem
aran
g
kota
tega
l0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Produksi se jateng
2010 2011
Kabupaten semarang memiliki produktifitas kedelai yang kurang menonjol dibandingkan wilayah lainnya di Jawa Tengah 12,61 kuintal/ha. Dengan total luas lahan 37.995,79 Ha kurang dari 1% digunakan untuk produksi kedelai
tengaran3%
susukan 8%
kaliwungu4%pabelan
10%
tuntang3%
am-barawa
6%
bringin23%
bancak33%
pringapus4%
bergas6%
Kabupaten Semarang
menunjukkan bahwa produksi kedelai kurang dioptimalkan. hal ini diantaranya disebabkan para petani lebih memilih menanam jagung yang dinilai lebih menguntungkan. Seiring meningkatnya permintaan kedelai baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri olahannya, perlu diperhatikan bagaimana mengetahui pengaruh dari faktor – faktor penawaran kedelai di kabupaten semarang. Oleh karena itu, perlu penelitian untuk menganalisis penawaran kedelai di wilayah Kabupaten Semarang.
BATASAN MASALAH
Beberapa hal yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini adalah :
Analisis faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai hanya dilakukan pada harga kedelai di wilayah Kabupaten Semarang, harga pupuk sebagai faktor produksi, dan harga jagung sebagai barang saingan.
Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari tahun 2009 – 2011.
PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang sebelumnya dapat dikatakan secara umum bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai Berkenaan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini diformulasikan sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh harga Kedelai terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Semarang
Bagaimana pengaruh harga pupuk terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Semarang
Bagaimana pengaruh harga jagung terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Semarang
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
Menganalisis pengaruh harga kedelai terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Semarang
Menganalisis pengaruh harga pupuk terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Semarang
Menganalisis pengaruh harga jagung terhadap penawaran kedelai di Kabupaten Semarang
SIGNIFIKASI PENELITIAN
Signifikasi praktis Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
depatemen terkait khususnya departemen pertanian agar dapat mengoptimalkan produktifitas kedelai yang potensial dan mewujudkan swadaya pangan
Signifikasi teoritis Penelitian ini diharapkan memberi gambaran harga
kedelai, harga pupuk dan harga jagung berpengaruh pada penawaran kedelai di Kabupaten Semarang.
TINJAUAN TEORI
Teori Penawaran Barang
Dalam pengertian sempit, penawaran diartikan kesediaan penjual
untuk menjual/menyerahkan berbagai jumlah barang pada berbagai
tingkat harga dalam waktu tertentu dan keadaan tertentu. Waktu
tertentu menunjukkan periode atau saat tertentu dan kondisi tertentu
menunjukkan keadaan ceteris paribus atau keadaan dimana faktor –
faktor yang mempengaruhi penawaran tetap (Supriyanto, 2009).
Dalam mempertimbangkan penawaran, hal-hal lain yang dianggap
konstan adalah biaya produksi, harga barang terkait, dan kebijakan
pemerintah (Samuelson dan Nordhaus, 2003). McConnell (1990)
menyebutkan hukum penawaran bersifat positif , ketika harga
meningkat jumlah barang yang ditawarkan meningkat dan ketika
harga turun jumlah barang yang ditawarkan menurun.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
Selama ini faktor yang dianggap paling berpengaruh adalah harga barang itu sendiri. Namun dalam kenyataan penawaran dapat bergantung pada variabel – variabel lain disamping harga. Sebagai contoh jumlah barang yang bersedia dijual produsen tidak hanya bergantung pada harga yang diterimanya, tapi juga biaya produksi, termasuk upah, beban bunga, dan harga bahan baku (Pindyck, 2009).
Qsx = f ( Px ; Py; Pi ; T ; I )
Secara umum, faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran antara lain :
Harga barang itu sendiri
Seperti yang telah dijelaskan diatas, dalam hukum penawaran berlaku apabila harga naik, jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat. Begitu sebaliknya dengan penurunan harga akan berpengaruh pada penurunan penawaran
Harga barang lainBiaya produksi bukan unsur satu-satunya yang masuk ke dalam kurva penawaran. Penawaran juga dipengaruhi oleh harga-harga dari barang terkait, khususnya barang-barang yang merupakan output-output alternatif dari proses produksi. Jikalau harga satu substitut produksi meningkat, penawaran substitut lain akan menurun (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Misal dalam McConnell (1990) penurunan harga gandum menyebabkan petani akan memproduksi dan menawarkan lebih banyak jagung pada tingkat harga tertentu, sebaliknya jika harga gandum naik, maka petani akan mengurangi produksi dan penawaran jagung di pasar.
Biaya produksi dan harga inputSamuelson dan Nordhaus (2003) juga menyebutkan salah satu unsur utama yang mendasari kurva penawaran adalah harga biaya produksi. Apabila biaya produksi untuk barang rendah, relatif terhadap pasar, maka menguntungkan bagi para produsen untuk menawarkan dalam jumlah yang banyak. Apabila produksi tinggi, relatif terhadap harga, perusahaan-perusahaan memproduksi sedikit, beralih ke produksi produk-produk lain.
Penurunan harga input akan menurunkan biaya produksi sehingga penawaran akan suatu barang akan meningkat, hal tersebut sesuai dengan kurva penawaran. Contoh: jika harga benih dan pupuk turun, kita dapat menduga bahwa penawaran jagung akan meningkat. Sebaliknya, kenaikan harga input akan meningkatkan biaya produksi dan mengurangi jumlah penawaran, sehingga kurva penawaran bergeser ke kiri (McConnell, 1990)
Tingkat kemajuan teknologiKemajuan teknologi berarti adanya penemuan ilmu baru sehingga membuat kita dapat memproduksi satu unit output lebih efisien, artinya input yang digunakan lebih sedikit (McConnell, 1990). Contoh dalam Samuelson dan Nordhaus (2003) adalah pabrikan lebih efisien pada dasawarsa terakhir. Dibutuhkan jam kerja yang lebih sedikit untuk memproduksi sebuah mobil dewasa ini dibandingkan sepuluh tahun lalu. Kemajuan ini memungkinkan para produsen mobil menghasilkan lebih banyak mobil dengan biaya yang sama
HASIL PENELITIAN TERDAHULU
ANA FACHRIANA , ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI KEDIRI, 2008.
Dari hasil penelitian dapat diketahui, bahwa jumlah penawaran kedelai mengalami peningkatan (high season) pada bulan Juni yaitu sebesar 1652 kwintal. Sedangkan kondisi penurunan (off season) jumlah penawaran terendah pada bulan Januari yaitu sebesar 57 kwintal. Jumlah permintaan tertinggi pada bulan Juli yaitu 903.50 kwintal. Jumlah permintaan terendah pada bulan Maret yaitu 468.70 kwintal. Kondisi excess demand
terjadi pada bulan Oktober sampai Mei karena memiliki tingkat produktivitas rendah serta kondisi alam yang kurang mendukung untuk penanaman kedelai. Kondisi excess supply terjadi pada bulan Juni sampai September dimana meskipun permintaan kedelai meningkat tinggi namun penawaran kedelai juga melimpah sehingga tidak sampai terjadi kekurangan penawaran kedelai. Kondisi berimbang (equilibrium) tidak terjadi selama periode penelitian ini, hal ini karena penawaran dan permintaan yang selalu tidak menentu untuk setiap bulannya.Implikasi hasil penelitian bahwa dalam kurun waktu setahun, harga eceran kedelai di pasaran naik hingga tiga kali lipat. Tercatat pada awal 2007 harga eceran kedelai berkisar Rp. 3.500/Kg. Tetapi, November 2007 harga
eceran kedelai naik dua kali lipat menjadi Rp. 5.450/Kg. Laju kenaikan kedelai meningkat dalam sebulan, Desember 2007 menjadi Rp. 6.950/Kg. Puncaknya pada awal tahun 2008 harga kedelai telah menembus angka Rp 8.000 per kilogram.
METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode penelitian kuantitatif.
TEKNIK PENGUMPULAN DATAData yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder.
TEKNIK ANALISIS DATADengan regresi Linier berganda.
KERANGKA BERFIKIR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENAWARAN KEDELAI
- HARGA KEDELAI (X1)
- HARGA PUPUK (X2)
- HARGA JAGUNG(X3)
PENAWARAN KEDELAI
(Y)