laporan apt kedelai

29
PENGARUH VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Oleh : NURFATHYA DWI PRASANTI 105040201111040 MINAT BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN 1

Upload: nurfathya-dwi-prasanti-agus

Post on 03-Jan-2016

525 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Apt Kedelai

PENGARUH VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KEDELAI (Glycine max L.)

Oleh :

NURFATHYA DWI PRASANTI

105040201111040

MINAT BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

MALANG

2013

1

Page 2: Laporan Apt Kedelai

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max. L) ialah salah satu tanaman budidaya yang diambil

bijinya untuk dikonsumsi ataupun untuk bahan baku lainnya. Kedelai

memiliki banyak sekali varietas antara lain Kerinci, Wilis, Slamet, Sindoro,

Grobogan, Tanggamus, dan lain - lain. Seringkali berbeda varietas berbeda

pula pola pertumbuhan serta produktivitasnya. Masing – masing varietas juga

memiliki bentuk morfologi yang berbeda serta keunggulan yang berbeda pula.

Namun Varietas Tanggamus misalnya, merupakan varietas unggul kedelai

untuk lahan masam hasil persilangan antara varietas Kerinci dengan No.311

yang dilakukan oleh BALITKABI. Varietas Tanggamus telah teruji

produktivitasnya lebih baik daripada varietas Wilis dan Slamet (Puslittan

Bogor, 2006). Varietas ini juga lebih tahan terhadap tanah yang masam dan

kering dibandingkan dengan varietas Slamet, Wilis, dan Kerinci (Puslittan

Bogor, 2006). Sedangkan varietas Grobogan adalah benchmark kedelai genjah

berdaya hasil tinggi. Varietas ini memiliki potensi hasil sebesar 2,77 ton/ha

dan rataan hasil sebesar 3,40 ton/ha (Puslittan Bogor, 2006). Namun varietas

Grobogan menginginkan lahan dengan irigasi yang baik dan hidup baik pada

musim hujan.

Agar dapat memenuhi permintaan kedelai yang semakin meningkat setiap

tahunnya maka penelitian tentang kedelai ini sedang banyak dilakukan untuk

mencari produktivitas tertinggi diantara varietas-varietas kedelai yang ada.

Dengan adanya berbagai macam perbedaan tersebut maka diperlukannya

pengujian lebih lanjut untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil/produktivitas

tanaman dengan membandingkan antar varietas dengan diujikan ditempat

yang beragam. Produktivitas seringkali dikaitkan dengan kondisi pola

pertumbuhan vegetatif tanaman. Apabila pertumbuhan vegetatif baik, maka

imbasnya akan berdampak baik pula pada pertumbuhan generatif tanaman

tersebut. Maka pada penelitian ini akan diujikan dua varietas kedelai yaitu

Grobogan dan Tanggamus terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

2

Page 3: Laporan Apt Kedelai

Pertanian Universitas Brawijaya yang memiliki kondisi tanah yang apabila

setelah hujan akan tergenang dan apabila tidak ada hujan akan sangat kering.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas Grobogan

dan Tanggamus

1.3 Hipotesis

Varietas tanggamus akan memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih baik

daripada varietas grobogan karena varietas tanggamus memiliki ketahanan

terhadap kondisi lingkungan yang kritis.

3

Page 4: Laporan Apt Kedelai

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kedelai

Mengenal stadium pertumbuhan kedelai merupakan suatu keharusan bagi

yang bergerak dibidang usaha tani kedelai, tanpa mengetahui stadium

pertumbuhan tersebut, akan sulit dalam memperlakukan teknologi terhadap

tanaman seperti : pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan

sebagainya. Hal ini disebabkan karena stadium pertumbuhan itu merupakan

tahap perkembangan fisiologis tanaman, pada setiap tahapnya mempunyai

sifat dan tuntutan kebutuhan yang berbeda. Secara garis besarnya stadium

pertumbuhan kedelai terdiri dari stadium vegetatif dan reproduktif (generatif)

yang masing – masingnya terdiri atas beberapa stadium.

A. Stadium Vegetatif

Periode Vegetatif dihitung sejak tanaman muncul dari dalam tanah sampai

awal pembungaan dengan stadium sebagai berikut :

1. Stadium Pemunculan ( VE = Vegetatif/Epigeous )

Stadium ini ditandai dengan munculnya Cotiledon ( keping biji ) dari

dalam tanah yang disebut dengan Vegetatif Epigeous ( VE ). Epigeous

adalah satu sifat perkecambahan dari biji yang Cotiledonnya terangkat

kepermukaan tanah setelah satu atau dua hari biji kedelai ditanam. Pada

keadaan kelembaban tanah cukup baik, bakal akar akan tumbuh keluar

melalui belahan kulit biji disekitar mikropil. Bakal akar ini tumbuh cepat

kedalam tanah, Cotiledon terangkat keatas permukaan tanah karena

pertumbuhan hipokotil sangat cepat. Lekukan yang terbentuk pada

bahagian atas hipokotil mencapai permukaan tanah lebih dahulu dan

menarik Cotiledon keatas keluar dari dalam tanah dengan menanggalkan

kulit biji.

2. Stadium Cotiledon ( VC )

Setelah dua sampai tiga hari Cotiledon muncul dipermukaan tanah,

kedua lembar daun primer terbuka, tepi daun tidak

menyentuh .Pertumbuhan berikutnya adalah pembentukan daun berangkai

tiga. Bersamaan dengan ini mulai terbentuk akar – akar sekunder yang

tumbuh dari akar tunggang ( Arsyad, 1995 ). Pada fase ini hama utama

4

Page 5: Laporan Apt Kedelai

yang perlu diamati adalah lalat kacang (Ophiomyia phaseoli ) dan

kumbang daun kacang ( Angitarsus suturellinus ) dan ulat tanah ( Agrotis

spp ), (Direk Bina Perlindungan Tanaman, 1994 ).

Kemudian penyakit yang sering menyerang adalah penyakit layu oleh

Sclerotium solfsii yang tumbuh pada pangkal batang berupa benang –

benang Miselium berwarna putih atau butiran coklat. Bercak cekung hitam

pada Cotiledon oleh Collectotrichum dematium dan bercak coklat oleh

Rizoctonia solani. Pestisida untuk mengatasi hama dan penyakit tersebut

seperti terlampir.

3. Stadium Buku Pertama ( V1 )

Stadium ini setelah tanaman berumur satu minggu , daun terurai penuh

pada buku daun tunggal (Unifoliolat ). Buku pertama dan tanaman sudah

terlihat jelas. Akar – akar cabang dari akar sekunder sudah mulai tumbuh.

Oleh sebab itu pada saat ini perlu persediaan hara yang cukup, terutama

Nitrogen sebagai stater pertumbuhan. Hama utama dan penyakit yang

sering berkembang sama dengan yang ada pada Stadium Cotiledon ( VE ),

( Arsyad, 1995 ).

4. Stadium Buku Kedua ( V2 )

Stadium ini umumnya sesudah umur tanaman dua minggu, dan

ditandai dengan terurai penuhnya daun ketiga pada buku diatas buku

Unifoliolat, akar cabang sudah mulai berkembang dan berperan dalam

menyerap air dan unsur hara. Oleh sebab itu ketersediaan hara secukupnya

ditanah sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ( Arsyad, 1995 ).

Hama utama yang mungkin dijumpai dipertanaman adalah ulat

Gerayak (Spodoptera litura), ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites),

kumbang Kedelai (Phoedonia inclusa) dan ulat Buah (Helicoverpa

armigera dan Heliothis spp). Serangga lain yang mungkin dijumpai adalah

Penggerek pucuk (Agromipa dolichostima ), pelipat daun (

Biloba/Stomopteryx subsecivella ), penggulung daun (Lamprosema

indicata, Adoxophyes sp. dan Homana sp), kumbang tanah kuning dan

tungau merah (Tetranychus cinnabarius ).

5

Page 6: Laporan Apt Kedelai

Adapun penyakit yang mungkin menyerang antara lain : Karat daun

(Bercak coklat ) pada permukaan bawah daun yang disebabkan oleh

cendawan Phakopsora pachyrhizi dan Layu karena Sclerotium solfsii ( S.

solfsii ). Kemudian penyakit virus utama seperti SSV, SMV,dan CMMV,

dan keberadaan serangga vector virus tersebut dapat meningkatkan

perkembangan dan penyebaran penyakit, khusus apabila masih ada

pertanaman yang lebih muda (Direktur Bina Lindung Tanaman Pangan,

1994 )

5. Stadium Buku Ketiga ( V 3 )

Stadium ini biasanya sesudah tanaman berumur tiga minggu. Telah

terbentuk tiga buku batang utama yang dihitung dari buku unifoliolat

dengan daun terurai penuh. Perakaran sudah berfungsi penuh dan bintil

akar sudah mulai berfungsi untuk mengikat Nitrogen dari udara. Pada saat

ini tanaman membutuhkan hara secukupnya dan penggemburan tanah serta

bersih dari gulma. Sedangkan hama dan penyakit utama yang ada, sama

dengan yang ada pada stadium sebelumnya.

6. Stadium Buku Ke n ( V n ).

Stadium ini adalah stadium berikutnya yang mana nilai n ini

tergantung kepada umur berbunganya setiap varietas. Untuk menentukan

nilai n berpedoman kepada jumlah buku pada batang utama, setelah

unifoliolat ( buku pertama ) dengan daun sudah terurai penuh. Dalam

stadium ini sangat diutamakan perhatian dalam hal pemeliharaan, baik dari

gulma maupun dari serangan hama dan penyakit seprti pada stadium buku

ke tiga.

B. Stadium Reproduktif ( Generatif )

Stadium ini dimulai sejak masuk waktu pembungaan sampai saat

polong matang. Setiap uraian stadium diberi tanda R ( Reproduktif ) dan

diikuti dengan angka 1 sampai 8 yang menandakan stadiumnya. Dalam

menentukan stadium reproduktif, batang utama tetap dipakai sebagai dasar

seperti uraian berikut:

6

Page 7: Laporan Apt Kedelai

1. Stadium mulai berbunga ( R 1)

Stadium ini ditandai dengan terbukanya bunga pertama pada buku

manapun. Umur berbunga ini bervariasi menurut umur varietas tanaman

kedelai, biasanya mulai dari umur 35 sampai 45 hari. Pada saat ini

ketersediaan air harus secukupnya, terlalu kering dapat menyababkan

bunga kering dan gugur ( Arsyad, 1995 ).

Hama tanaman yang mungkin menyerang adalah kumbang daun

kedelai, ulat gerayak, ulat jengkal, ulat buah ( Helicoverpa armigera dan

Heliothis spp.) dan penggerek batang ( Etiella zinckenella dan E.

hobsoni ), serta pengissap polong yaitu kepik hijau ( Nezara viridula) dan

kepik hijau pucat ( Piezodorus hybneri ) dan kepik coklat kedelai

( Riptortus linearis dan R. spp ). Serangga hama lainnya yang mungkin

dijumpai ialah penggerek pucuk, pelipat daun, penggulung daun, tungau

merah ( Melanacanthus sp ), dan vector virus ( kutu kebul dan kutu hijau ).

Pada stadium ini beberapa jenis hama telah mencapai instar tiga dan

apabila sebelumnya tidak dilakukan pengendalian. Pada awal fase ini

imago dan telur penggerek polong dan penghisap polong mulai dijumpai

dan umumnya puncak populasi telur terjadi sekitar 50 hst. Penyakit utama

pada daun dalam fase ini adalah : Hawar bakteri (Pseudomonas sp.), bisul

bakteri (Xantomonas sp.), cendawan karat (P. pachyrhiz ). Disamping itu

serangan virus kerdil kedelai ( SSV ), virus mozaik kedelai ( SMV ), virus

belang tersamar kacang tunggak ( CMMV ).

2. Stadium Berbunga Penuh ( R2 )

Stadium ini ditandai terbukanya bunga pada satu dari dua buku diatas

pada batang utama dengan daun terbuka penuh. Biasanya stadium ini pada

umur tanaman 45 – 55 hari. Hama dan penyakit utama yang mungkin

ditemui sama dengan yang ada pada stadium (R1).

7

Page 8: Laporan Apt Kedelai

3. Stadium Mulai Berpolong ( R3 )

Stadium ini mulai pada umur tanaman 55 – 65 hari dan ditandai

dengan terbentuknya polong pada salah satu dari empat buku teratas pada

batang utama (Arsyad, 1995 ).

Hama utama yang mungkin dijumpai ialah hama daun dan hama

polong seperti pada stadium sebelumnya. Kerusakan daun pada stadium

ini sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Stadium perkembangan hama

yang perlu diperhatikan adalah ; imago, nimfa, dan telur kumbang daun

kedelai ; imago, nimfa, dan telur penghisap polong ; larva penggerek

polong. Keberadaan hama penggerek polong sangat membahayakan

produksi, oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan populasi secara

intensif. Penyakit utama pada stadium ini adalah : karat daun, busuk coklat

dan bintik hitam/Antraknosa yang dapat menginfeksi polong dan biji.

4. Stadium Berpolong Penuh ( R4 )

Stadium ini umur 60 – 70 hari dan tergantung pada varietas. Pada saat

ini terbentuk polong sepanjang 2 cm pada salah satu buku dari 4 buku

teratas pada batang utama. Kekurangan air dapat menyebabkan

terganggunya stadium pengisian biji. Hama dan penyakit utama yang

mungkin ada sama dengan stadium sebelumnya ( R3 ).

5. Stadium Mulai Berbiji ( R5 )

Stadium ini disebut stadium awal pengisian biji yang umumnya mulai

pada umur 65 – 75 hari, yang ditandai dengan terbentuknya biji sebesar 3

mm dalam polong pada salah satu dari 4 buku teratas ( Arsyad, 1995 ).

Pada stadium ini perlu pengamatan serangan hama dan penyakit. Diantara

hama utama yang banyak berkembang adalah kepik hijau ( Nezara

viridula. L ), yang menghisap polong menyebabkan polong kempes,

mengering dan menjadi hitam kemudian penggerek polong ( Etiella

zinckenella. Tryon ) yang larvanya menggerek polong dan biji. Sedangkan

penyakit yang sering timbul pada stadium ini adalah karat jamur kedelai

8

Page 9: Laporan Apt Kedelai

( Phakopsora pachyrhizi ), selain dari pemeliharaan dari hama dan

penyakit juga dijaga ketersediaan air tanah (Direk. Bina perlindungan

tanaman, 1994 ).

6. Stadium Biji Penuh ( R6 )

Pengisian biji penuh pada umaur tanaman 70 – 80 hari, yang ditandai

terisi penuhnya rongga polong dengan sebuah biji hijau pada salah satu

dari 4 buku teratas pada batang utama. Hama utama yang harus

diwaspadai adalah : penghisap polong, sedangkan untuk hama penggerek

polong pada stadium kritisnya sudah lewat. Perkembangan penyakit pada

stadium ini sudah kurang.

7. Stadium Mulai Matang ( R7 )

Stadium ini dimulai setelah tanaman berumur 80 hari dan ditandai

oleh adanya satu buah polong pada batang utama yang telah mencapai

warna matang ( coklat muda atau coklat tua ).

8. Stadium Matang Penuh ( R8 )

Pada saat ini warna polong sudah coklat , sebagian daun menguning

dan kering sehingga kalau terlambat panen daun menggugur. Uraian

stadium Vegetatif dan Reproduktif tersebut merupakan pertumbuhan dari

suatu tanaman yang Representatif. Sedangkan yang dipedomani untuk

menetapkan setiap stadium tersebut adalah rata – rata dari pengamatan

apabila lebih kurang 50 % dari tanaman telah mencapai atau melampaui

stadium pertumbuhan tertentu ( Hidayat. O.O, 1993 ).

(Deptan, tanpa tahun)

2.2 Pengaruh Perlakuan varietas pada Tanaman Kedelai

Menurut Nuraeni (2002), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Varietas Dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan

Produksi Kedelai (Glycine max (L) Merr) Panen Muda” bahwa varietas yang

berumur lebih panjang akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi lebih

9

Page 10: Laporan Apt Kedelai

banyak dan hasil percobaan menunjukkan bahwa varietas yang digunakan

mempengaruhi bobot batang umur 4 minggu, bobot basah tanaman per

petak, bobot polong basah per petak kedelai kultivar NS1 dan G10428.

2.3 Tujuan Perhitungan / Pengamatan Bobot Kering Tanaman

Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan

produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-

faktor lingkungan lainnya. Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam

tubuh tanaman, di mana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi

energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering.

Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian

yang aktif berfotosintetsis.

Berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan

tanaman dengan cara membandingkan bobot bahan kering dan luas daun

tanaman dari waktu ke waktu. Dengan memperhatikan luas daun dan bobot

kering dapat diukur laju asimilasi neto. Dengan hanya memperhatikan bobot

kering tanaman dapat diukur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan

relatif (Leopold dan Kriedermann, 1975).

2.4 Metode Penentuan Bobot Kering Tanaman

Bahan basah dibagi menurut jenis organ : daun, batang, akar (bila mungkin),

buah, biji, kulit biji dll, bila terlalu banyak disubsampel. Bahan basah

ditimbang terlebih dahulu kemudian jemur sampai kering matahari – dioven

pada suhu 65-85o C sampai berat tetap, setelah 48 jam. Ditimbang dengan

timbangan ketelitian 2 angka dibelakang koma dalam gram. Bobot kering

didapatkan dengan cara mengurangi bobot basah dan bobot tanaman setelah

dioven (Tim Dosen Faperta UGM, 2010).

2.5 Pengertian, Tujuan, dan Rumus Laju Pertumbuhan Relatif / RGR

Laju Tumbuh Relatif (LTR) pada saat tertentu (t) adalah laju peningkatan

bobot kering tanaman (W) tiap satuan bobot kering, yang dinyatakan secara

matematik :

10

Page 11: Laporan Apt Kedelai

LTR = 1/w . dw/dt atau LTR = LAN x NLD

Tujuannya perhitungan RGR adalah untuk mengetahui banyaknya biomassa

yang dihasilkan oleh daun per minggunya. (Setiono, 2011)

2.6 Pengertian, Tujuan, dan Rumus Laju Pertumbuhan Tanaman / CGR

Laju Tumbuh Pertamanan (LTP) adalah suatu peningkatan bobot kering tiap

satuan luas lahan (L) tiap satua waktu yang dinyatakan secara matematik :

LTP = dw/dt atau LTP = LAN x ILD

Tujuannya perhitungan RGR adalah untuk mengetahui banyaknya biomassa

yang dihasilkan oleh daun per satuan luas lahan. (Setiono, 2011)

2.7 Pengertian, Tujuan, dan Rumus Laju Asimilasi Bersih / NAR

Laju Asimilasi Neto (LAN adalah laju peningkatan bobot kering tanaman

pada saat tertentu (t) tiap satuan luas (L), yang dinyatakan secara

matematik :

LAN =1/L .dw/dt atau LAN = (ln L2 – lnL1)/(L2 – L1 ) x (w2 – w1)/(t2

– t1)

Tujuan perhitungan NAR adalah untuk mengetahui kemampuan daun dalam

menghasilkan biomassa per minggunya. (Setiono, 2011)

2.8 Pengertian, Tujuan, dan Rumus Indeks Luas Daun / ILD

Indeks Luas Daun (ILD) adalah luas daun (A) pada tiap satuan luas lahan

(P) yang dinyatakan secara matematik :

ILD = A/P

Tujuan dilakukannya perhitungan ILD adalah untuk mengetahui besarnya

intersepsi cahaya oleh daun. Apabila ILD suatu tanaman besar, maka

pengaruhnya adalah terhadap bobot kering. (Setiono, 2011)

2.9 Pengertian, Tujuan, dan Rumus Rasio Transmisi Cahaya / RTC

RTC adalah rasio atau perbandingan intensitas cahaya yang didapatkan oleh

permukaan daun pada tajuk tengah dan atas yang dinyatakan dalam:

RTC = (Ii / Io) x 100%

11

Page 12: Laporan Apt Kedelai

Tujuan perhitungan RTC adalah mengetahui efisiensi cahaya yang diserap

oleh daun. (Setiono, 2011)

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian

Fakultas Universitas Brawijaya selama 4 bulan pada 11 Maret 2013 sampai

dengan Juni 2013.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

Cangkul/ cetok : digunakan untuk menggemburkan tanah

Tugal : digunakan untuk membuat lubang tanam

Tali rafia : digunakan sebagia acuan jarak tanam

Penggaris : digunakan untuk mengukur tinggi tanaman

Gembor : digunakan untuk menyiram

Kamera : digunakan untuk dokumentasi

Oven : digunakan untuk mencari bobot kering

LAM : digunakan untuk mengukur luas daun

Timbangan Analitik : digunakan untuk menimbang bobot

Bahan :

Benih kedelai : sebagai bahan tanam

Pupuk Urea : untuk memenuhi kebutuhan N tanaman

Pupuk SP36 : untuk memenuhi kebutuhan P tanaman

Pupuk KCl : Untuk mengetahui Kebutuhan K tanaman

Amplop : untuk tempat sampel saat di oven.

12

Page 13: Laporan Apt Kedelai

3.3 Alur Kerja (Diagram Alir)

Pengamatan Non Destruktif

Pengamatan Destruktif

13

menyiapkan alat dan bahan

buat bedengan dengan ukuran 2x1 meter

buat lubang tanam dengan jarak tanam 20x30cm

tanam benih kedelai pada lubang tanam masing-masing 2 benih per lubang

beri pupuk dasar sesuai dosis rekomendasi

Amati

tentukan dan ambil tanaman sampel sesuai plotting yang telah ditentukan pada minggu ke 3 pengamatan

Cuci bersih tanaman sampel

Pisahkan bagian akar, batang dan daun

Ukur luas daun menggunakan LAM

Timbang bobot basah masing- masing bagian tanaman

Page 14: Laporan Apt Kedelai

14

Masukkan dalam amplop masing- masing bagian tanaman

Oven selama 2 x 24 jam

Timbang bobot kering masing- masing bagian tanaman

catat hasil

Page 15: Laporan Apt Kedelai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (Tabel Pengamatan)Pengamatan non destruktif kedelai varietas Grobogan

Pengamatan destruktif kedelai varietas Grobogan

Pengamatan destruktif dan non destruktif kedelai varietas Tanggamus

Data RGR, CGR, NAR dan ILD

15

Page 16: Laporan Apt Kedelai

Perhitungan RGR, CGR, NAR, dan ILD

RGR 20 = 1w

xdwdt

= 1

0,85x

0,85−020−0

= 0,117 x0,0425

= 6,375x10-3 g/g/hari

RGR 31 = 1w

xdwdt

= 1

1,97x

1,97−0,8531−20

= 0,507 x 0,101

= 0,051 g/g/hari

RGR 54 = 1w

xdwdt

= 1

04,5x

4,5−1,9754−31

= 0,222 x0,11

= 0,024 g/g/hari

b. CGR Rata-rata = ln W 2− lnW 1

T 2−T 1 x

1GA

= 0,049 x 1

625 cm2

= 7,84 x 10 -5 g/cm2/hari

c. NAR = W 2−W 1T 2−T 1

x ln LA 2−ln LA 1

LA 2−LA 1

16

Page 17: Laporan Apt Kedelai

= 4,5−0,85

54−20 x

ln 438,492−ln 96,806438,492−96,806

= 0,11 x6,083−4,572

341,686

= 0,11 x1,511

341,686

= 0,11 x 4,442 x 10-3

= 4,86 x 10 -3 g/cm2/hari

ILD20 = LUAS DAUNLUAS LAHAN

= 96,806

2

= 48,403

ILD31 = LUAS DAUNLUAS LAHAN

= 217,97

2

= 108,985

ILD54 = LUAS DAUNLUAS LAHAN

= 438,492

2

= 219,246

4.2 Pembahasan

A. Pertumbuhan Tanaman KedelaiBerdasarkan hasil pengamatan selama 54 HST diketahui bahwa terdapat perbedaan pada pertumbuhan kedelai varietas Grobogan dan varietas Tanggamus. Pada 4, 5, 6 dan 7 MST dapat diketahui bahwa kedelai varietas tanggamus memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada varietas grobogan. Sesuai dengan Warba (2011), bahwa varietas

17

Page 18: Laporan Apt Kedelai

Tanggamus memiliki pertumbuhan paling baik diantara varietas Grobogan.

B. Hubungan ILD dengan Bobot Kering TanamanKedelai varietas Grobogan memiliki rata-rata indeks luas daun lebih besar daripada varieatas Tanggamus. Perbedaan indeks luas daun dapat disebabkan karena perbedaan jumlah daun dan jumlah sampel yang digunakan pada masing-masing perlakuan. Kedelai varietas grobogan memiliki rata-rata jumlah daun lebih banyak dibandingkan varietas Tanggamus sampai dengan pengamatan minggu ke 7. Nilai indeks luas daun mempengaruhi bobot kering tanaman. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai indeks luas daun, semakin besar nilai bobot kering tanaman karena besarnya nilai indeks luas daun menunjukkan banyaknya jumlah daun pada tanaman sampel. Demikian pula menurut Nugroho (2010) bahwa indeks luas daun berpengaruh terhadap berat kering berangkasan dan tanaman kedelai masih mengakumulasikan bahan kering sampai umur minggu ke 8.

C. Hubungan Bobot Kering Tanaman dengan CGRDari data pengamatan CGR diketahui bahwa kedelai varietas Tanggamus memiliki nilai CGR yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan. Varietas Grobogan memiliki nilai CGR sebesar 7,84 x 10-5

g/cm2/hari dan varietas Tanggamus memiliki nilai CGR sebesar 0,63x10-3

g/cm2/hari. CGR adalah kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas lahan tiap satuan waktu (g/m2/minggu). Bobot kering merupakan akumulasi bahan kering yang terkandung pada tanaman. Akumulasi bahan kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman (Sumarsono, 2010). Sehingga semakin besar bobot kering tanaman maka nilai CGR tanaman tinggi.

D. Laju Asimiliasi Bersih/Netto (LAN / NAR)NAR atau LAN adalah kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap satuan waktu (g/cm2/hari). Varietas Grobogan memiliki nilai NAR sebesar 4,86 x 10-3 g/cm2/hari dan varietas Tanggamus memiliki nilai NAR sebesar 0,306x10-3 g/cm2/hari. LAN paling tinggi nilainya pada saat tumbuhan masih kecil dan sebagian besar daunnya terkena cahaya matahari langsung. LAN kemungkinan akan menurun pada saat pertambahan luas daun, sehingga tidak mampu

18

Page 19: Laporan Apt Kedelai

melakukan fotosintesis secara optimal (Leopold dan Kriedermann, 1975). Namun pada kenyataannya luas daun komoditas Grobogan lebih besar daripada luas daun varietas Tanggamus. Hal ini diduga karena terdapat perbedaan pengamatan bobot kering. Pada perlakuan varietas Grobogan melakukan pengamatan sebanyak tiga kali sedangkan varietas Tanggamus melakukan pengamatan sebanyak 4 kali.

5. PENUTUP

5.1 KesimpulanPerlakuan varietas kedelai berpengaruh terhadap pertumbuhan

kedelai. Dilihat dari pertumbuhannya, kedelai varietas Tanggamus memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Grobogan melalui parameter tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun dan laju pertumbuhan.

5.2 SaranSemoga pada praktikum Analisa Pertumbuhan Tanaman semester

selanjutnya komoditasnya tidak terlalu banyak agar praktikan lebih fokus

dalam pengerjaan laporan.

19

Page 20: Laporan Apt Kedelai

DAFTAR PUSTAKA

Deptan. 2010. Mengenal stadium pertumbuhan kedelai. Departemen Pertanian

Leopold, A.C. dan Kriederman, P.E. 1975. Plant Growth and Development. New

Delhi. Tata Mcgrow Hili

Nugroho. 2010. Peran jarak tanam dan saat penanaman karabenguk (Mucuna

pruriens (L.) DC.) tanpa penjalar pada dua lokasi tanam terhadap

pertumbuhan dan hasil (Skripsi). Universitas Negeri Surakarta. Surakarta.

Nuraeni, 2002. Pengaruh Varietas Dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L) Merr) Panen Muda

(Skripsi). Insititut Pertanian Bogor. Bogor

Setiono. 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan (online).

http://setiono774.blogspot.com

Warba, Daniel M. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai pada

Tanah Masam di Kabupaten Manokwari (Skripsi). Universitas Papua.

Papua

20

Page 21: Laporan Apt Kedelai

21