penyimpanan kedelai
Post on 27-Dec-2015
61 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
MAKALAH SEMINAR UMUM
USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)
SELAMA PENYIMPANAN
DISUSUN OLEH :
RANNY YULIA WIJAYATI
10/305004/PN/12202
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
MAKALAH SEMINAR UMUM
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014
USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)
SELAMA PENYIMPANAN
DISUSUN OLEH :
RANNY YULIA WIJAYATI
10/305004/PN/12202
Makalah ini telah disetujui, disahkan, dan dilaksanakan sebagai kelengkapan Mata
Kuliah Seminar Umum Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Menyetujui, Tanda Tangan Tanggal
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Suyadi Mw., M.Sc ................................ .......................
Mengetahui,
Koordinator Seminar Umum
Dr. Rudi Hari Murti, S.P., M.P. .................................. .........................
Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Dr. Ir. Taryono, M.Sc. .................................. .........................
DAFTAR ISI
Intisari....1
BAB I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang..1
B. Tujuan..2
BAB II. Penyebab Kemunduran Benih Kedelai Selama Penyimpanan3
BAB III. Usaha Menghambat Kemunduran Benih Kedelai Selama Penyimpanan..5
BAB IV. Penutup.10
Daftar Pustaka..11
USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)
SELAMA PENYIMPANAN
INTISARI
Kemunduran benih selama penyimpanan merupakan salah satu faktor pembatas produksi
kedelai di wilayah tropis sehingga mengurangi ketersediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih
kedelai dalam jumlah yang memadai dan tepat pada waktunya sering menjadi kendala karena daya
simpan yang rendah. Faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah
suhu, kelembapan, kadar air, umur simpan. Dengan demikian, melalui makalah ini akan dijelaskan
bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kualitas benih kedelai selama penyimpanan dan usaha
menghambat kemnduran benih.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan suhu, kelembapan, kadar air, dan pengemasan benih
dapat mempengaruhi kualitas benih yang ditunjukkan oleh daya hidup atau viabilitas benih. Suhu yang
rendah dapat menekan aktivitas enzim sehingga respirasi dapat dihambat dan viabilitas dapat
dipertahankan. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan peningkatan kadar air benih. Oleh karena
itu, untuk mempertahankan viabilitas, kadar air awal benih harus dipastikan rendah. Namun, kadar air
benih sangat dipengaruhi oleh kelembapan relatif (Rh) ruang penyimpanan pengemasan.
Kata kunci: kemunduran benih, penyimpanan benih, viabilitas, benih kedelai.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
karena nilai gizinya yang tinggi. Produksi perlu ditingkatkan untuk memenuhi konsumsi
dalam negeri antara lain dengan menggunakan benih bermutu. Mutu benih yang mencakup
mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi
sampai akhir periode simpan (Sadjad, 1980).
Data statistik dari FAO menunjukkan bahwa selama periode 1990-1995, areal panen
kedelai meningkat dari 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,48 juta ha pada tahun 1995,
atau meningkat ratarata 2,06% pertahun. Sejak tahun 1995, terjadi penurunan areal panen
secara tajam dari sekitar 1,48 juta ha menjadi sekitar 0,83 juta ha pada tahun 2000, atau
menurun ratarata 11% per tahun. Selama periode 2000-2004, areal panen kedelai masih terus
menurun ratarata 9,66% per tahun. Secara keseluruhan, selama periode 15 tahun terakhir
(1990-2004) luas areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar 1,33 juta ha pada
tahun 1990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,14% per tahun.
Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan bahan tanam bermutu merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman. Petani sering
mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga
akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asal-usulnya. Kesalahan
dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan
bibit bermutu merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu
memberikan hasil yang memuaskan (Situmorang, 2010).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan
kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan
oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan
penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang
akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran
benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih
tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan
perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit
di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai
yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan, agar kualitas
benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Viera et. al., 2001).
Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai yang
penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau mutu. Menurut
Harnowo et. al. (1992) benih kedelai relatif tidak tahan disimpan lama, sehingga
penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih kedelai. Penyediaan benih dari
dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan terlebih
dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai
bermutu sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan yang baik agar
vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan
hasil yang baik. Menurut Byrd (1983), kemunduran benih adalah semua perubahan yang
terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih.
B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk megetahui penyebab kemunduran benih dan
usaha-usaha menghambat kemunduran benih kedelai selama penyimpanan.
II. PENYEBAB KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)
SELAMA PENYIMPANAN
Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam rangkaian kegiatan
teknologi benih. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas
benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin (Lita Sutopo, 1998). Sukarman dan
Rahardjo (1994) bahwa tujuan penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu
fsiologis benih selama periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran
benih (deteriorasi).
Kemunduran benih merupakan satu proses yang dialami oleh setiap benih setelah
benih mencapai masak fisiologis dan akan berlangsung selama benih tersebut mengalami
proses pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan juga transportasi. Menurut Sadjad (1994)
kemunduran benih adalah penurunan viabilitas benih baik oleh faktor alami (deteriorasi) atau
oleh faktor-faktor yang sengaja dibuat (devigorasi). Kemunduran benih juga merupakan salah
satu masalah dalam menjamin ketersediaan benih dan kemunduran benih dapat terjadi selama
benih disimpan. Menurut Justice dan Bass (2002) penyimpanan benih suatu tanaman
dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang dan memperlama serta mengawetkan
cadangan bahan benih dari mulai panen, disimpan hingga digunakan untuk kurun waktu
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi
menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh
dan vigor, kondisi kulit, dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih,
komposisi gas, suhu, dan kelembaban ruang simpan (Copeland and Donald, l985).
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang
kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun
mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung. Sifat genetik benih antara lain tampak
pada permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai.
Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya
memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang
lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan
cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang (Mugnisyah,
1991). Sukarman dan Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan
kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42oC dan kelembaban 100%)
dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang.
Kadar ai