analisis mekanisme ordersheet pada perusahaan konveksi …/analisis... · pada perusahaan konveksi...

95
1 ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN Tugas Akhir Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : SEPTIA APIT WIDYANINGSIH F3107080 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: hoangdiep

Post on 12-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI

PT. MONDRIAN KLATEN

Tugas Akhir Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : SEPTIA APIT WIDYANINGSIH

F3107080

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

2

ABSTRAKSI

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI

PT. MONDRIAN KLATEN

SEPTIA APIT WIDYANINGSIH F3107080

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme ordersheet

yang diterapkan PT. Mondrian disertai dengan hambatan-hambatan. Penelitian ini menggunakan metode analisa deskripsi mengenai mekanisme

ordersheet yang diterapkan PT. Mondrian dalam memenuhi pesanan buyer. Sumber data yang berisi tentang berbagai keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian diperoleh peneliti dengan cara wawancara pada pihak PT. Mondrian mengenai bagaimana mekanisme ordersheet yang diterapkan PT. Mondrian sampai saat ini. Peneliti juga melakukan observasi langsung di PT. Mondrian. Teknik pembahasan pada penelitian ini adalah pembahasan deskriptif yaitu teknik untuk membuat gambaran atau deskriptif secara sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai obyek yang diteliti.

Proses ordersheet yang diterapkan PT. Mondrian yaitu promosi- komunikasi- offer (penawaran menggunakan telepon/ email/ fax)- order (berbentuk technical drawing dari buyer). Sedangkan teorinya yaitu promosi yang disertai brosur dan introduction letter, inquiry yang disertai dokumen letter of inquiry, offer yang disertai dokumen offersheet, order yang disertai dokumen ordersheet. Lalu hambatan dalam proses ordersheet adalah watak buyer yang kaku, klaim kerusakan barang, produksi yang kurang teratur, dan waktu penyelesaian pesanan sempit. Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti memberikan beberapa saran antara lain tahapan ordersheet hendaknya berbentuk dokumen tertulis karena sebagai alat untuk mengikat kedua belah pihak untuk menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Dalam melakukan negoisasi hendaknya seller mempelajari karakteristik dari buyer agar negoisasi berjalan lancar. Permasalahan klaim kerusakan barang bapat diatasi dengan meningkatkan kualitas barang. Masalah kapasitas produksi kurang teratur diatasi dengan lebih meningkatkan koordinasi antara bagian PPIC (Production Planing Inventory Control) dengan manager produksi agar kegiatan tersebut bisa lebih terkontrol. Serta penyelesaian pesanan sempit, dapat dilakukan koordinasi dengan penjahit untuk mengerjakan pesanan dari buyer. Kata kunci: Ordersheet, Introduction Letter, Offersheet, Letter of Inquiry.

ABSTRACT

3

AN ANALYSIS ON ORDERSHEET MECHANISM IN GARMENT COMPANY OF PT MONDRIAN IN KLATEN

SEPTIA APIT WIDYANINGSIH

F. 3107080

The objective of research is to find out the ordersheet mechanism applied by PT. Mondrian and its obstacles.

This study employed a description analysis method about the ordersheet mechanism applied by PT. Mondrian in fulfilling the buyer order. The data source contained considerable information relevant to the research that was obtained by interviewing the PT. Mondrian party about the ordersheet mechanism applied in PT. Mondrian until today. The researcher conducted a direct observation in PT. Mondrian. The discussion technique used was descriptive one, that, is the one to make a systematic, factual, actual and accurate description about the object studied.

The ordersheet process applied by PT. Mondrian includes: promotion-communication-offer (via phone/email/fax) –order (in the form of technical drawing from the buyer). Meanwhile the theory includes promotion accompanied by brochure and introduction letter, inquiry accompanied with letter of inquiry document, offer accompanied with offersheet, order accompanied with ordersheet document. The obstacle of ordersheet process include the buyer’s rigid character, goods damage claim, less regular production, and limited time of order finishing. Based on the research above, the researcher gives the following recommendation: in the ordersheet stage should be in the form of written document because it serves as the binding means for both parties to undertake their own right and obligation. In doing negotiation, the seller should study the characteristics of buyer to make the negotiation runs smoothly. The goods damage claim problem can be coped with by improving the quality of goods. The less regular production capacity product can be solved by improving the coordination between PPIC (Production Planning Inventory Control) and the production manager in order that the activity can be more under control. The limited time of order finishing can be anticipated by coordinating with the sewer to work on the buyer’s order.

Keywords: Ordersheet, Introduction Letter, Offersheet, Letter of Inquiry

4

5

6

MOTTO

Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan

biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan

karena itu ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui

kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai ia akan memberikan

kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menggungnya.

(1 korintus 10:13)

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang,

sebab Aku ini Allahmu, Aku akan menenguhkan, bahkan akan

menolong engkau, Aku akan memegang engkau dengan tangan

kanan-ku yang membawa kemenangan

(Yesaya 41:10)

7

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada :

v Ibu dan bapak tercinta, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya dan

memberi kebahagiaan dalam hidupku.

v Kakakku Eni dan ponakan kembarQ Mendy-Wendy yang sangat kusayangi

dan kubanggakan.

v Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 D-3 Bisnis Internasional Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan banyak bantuan.

v Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan.

v Seseorang yang menjadi penyemangat hidupku.

v Almamaterku, yang selalu memberikan semangat dan rasa kebanggaan

kepada diriku.

8

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas

berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas

Akhir ini dengan judul “ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA

PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN” untuk memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Ilmu Bisnis Internasional di Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Tugas Akhir ini mendapat

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak karena keterbatasan penulis. Dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyusun Tugas Akhir ini, yaitu:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hari Murti, MSi, selaku Ketua Program Diploma III Bisnis

Internasional Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nurul, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan

bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

4. Segenap dosen pengajar Program Diploma III Bisnis Internasional Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan ilmunya.

5. Direktur, staf, dan karyawan PT. Mondrian yang telah memberikan bantuan

dan berbagi pengalaman kepada penulis.

6. Orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan doa dan dukungan.

9

7. Teman-teman D-3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas sebelas

Maret angkatan 2007 khususnya sobatQ : (vien”, windhy, nitha) yang telah

memberikan dukungan dan semangatnya.

8. My Fisrt Briptu Henry Ardi Nugroho, terima kasih atas semangat dan

perhatiannya selama ini.

9. Semua pihak yang mendukung penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas

akhir ini, untuk itu penulis mohon kritikan dan saran agar Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pembaca dan PT. Mondrian sebagai

obyek pengamatan.

Surakarta, Juni 2010

Penulis,

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

.....................................................................................................

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

E. Metode Penelitian ....................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ekspor ...................................................................... 9

B. Mekanisme Kegiatan Ekspor ..................................................... 10

11

C. Ordersheet ................................................................................. 14

D. Syarat Penyerahan Barang atau Incoterm 2000 .......................... 19

E. Dokumen-Dokumen Dalam Ordersheet ..................................... 30

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya PT. Mondrian ............................................... 41

1. Tujuan Berdirinya PT. Mondrian.......................................... 42

2. Lokasi PT. Mondrian ........................................................... 43

3. Struktur Organisasi PT. Mondrian ........................................ 44

4. Produk Yang Dihasilkan ....................................................... 53

5. Proses Produksi ..................................................................... 57

6. Volume Penjualan ................................................................. 61

7. Personalia .............................................................................. 62

B. Pembahasan................................................................................. 65

1. Mekanisme Ordersheet yang diterapkan PT. Mondrian...... 65

2. Hambatan-hambatan dalam proses ordersheet PT.

Mondrian .............................................................................. 73

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 76

B. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jam Kerja Karyawan...................................................................... 63

Tabel 3.3 Perbedaan Teori Ordersheet dengan Praktik Ordersheet pada PT.

Mondrian Klaten ............................................................................ 72

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Mekanisme Kegiatan Ekspor ............................................ 13

Gambar 2.2 Proses Ordersheet......................................................................... 16

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Mondrian ............................................... 45

Gambar 3.2 Skema Proses Produksi ................................................................ 57

Gambar 3.3 Prosentase Penjualan Produk Ekspor PT. Mondrian Tahun 2009 61

Gambar 3.4 Ordesheet PT. Mondrian .............................................................. 67

14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan

2. Surat Keterangan

3. Purchase Order

4. Commercial Invoice

5. Packing List

6. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

7. Persetujuan Ekspor

8. Bill of Lading (B/L)

9. Aplikasi OCBC NISP

10. Consigment Order

11. Master Airway

12. Gambar Produk PT. Mondrian

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekspor impor pada hakikatnya adalah kegiatan jual beli antar

negara. Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang di miliki suatu

negara kepada bangsa lain atau negara asing, dalam mengharapkan pembayaran

dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dalam bahasa asing. Sebaliknya,

kegiatan impor adalah melakukan penjualan komoditi yang lebih berdaya guna di

negara lain, serta bersedia membayar harganya dalam valuta asing pula.

Ringkasnya kegiatan ekspor impor idetik dengan jual beli biasa. Bedanya

hanyalah di lakukan dengan bangsa lain, dibayar dengan valuta asing dan terpaksa

memakai bahasa asing dalam berkomunikasi. Perdagangan luar negeri atau ekspor

impor sangat berbeda dengan perdagangan dalam negeri atau domestik, perbedaan

tersebut terletak pada peraturan ekspor impor yang diatur pemerintah yang

menerapkan peraturan kepabeanan,penerapan pajak dalam perdagangan ekspor,

standar mutu, prosedur ekspor, ketentuan yang mengikat larangan terhadap barang

yang diekspor dan lain-lain. Pemerintah juga memberikan kebijakan dalam

perdagangan ekspor impor dan mengawasi semua kegiatan ekspor impor (Amir

MS ,2004 :1).

Perdagangan lintas negara atau juga disebut juga ekspor impor tidak hanya

memperdagangkan barang sebagai komoditi perdagangan tetapi juga jasa.

16

Pertukaran barang dan jasa ini terjadi karena kebutuhan barang atau jasa yang

tidak terdapat pada suatu negara atau negara tersebut dapat memperoleh barang

atau jasa yang lebih murah dan lebih baik mutunya dari negara lain. Pelaksanaan

perdagangan lintas negara atau disebut juga ekspor impor berbeda dengan

perdagangan dalam negeri. Perbedaan tersebut antara lain dalam peraturan

kepabean, standar mutu produk, ukuran takaran dan timbangan serta peraturan

perdagangan luar negeri yang diterapkan oleh pemerintah setempat (Amir MS,

2000:3).

Perdagangan ekspor impor juga disebut dengan perdagangan dokumen (Amir,

2002:40). Hampir seluruh kegiatan transaksi ekspor dan impor dituangkan dalam

bentuk dokumen sebelum melaksanakan kegiatan ekspor, lazimnya ada empat

tahapan antara lainnya adalah promosi, inqury, offersheet, ordersheet,.

Pengalaman ekspor sangat penting diperlukan untuk menjadikan usaha

berkembang setiap strategi direncanakan, lalu dikerjakan dan pada akhirnya

dievaluasi untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Transaksi perdagangan

antara penjual dengan pembeli diluar negeri tidak jauh berbeda dengan jual beli

didalam negeri. Dalam artian setelah calon pembeli mengetahui spesifikasi barang

dan menggetahui lebih lanjut tentang barang yang akan dibelinya selanjutnya

calon pembeli tertarik maka calon pembeli akan mengirimkan pesanan (order)

kepada penjual.

PT. Mondrian adalah salah satu perusahaan yang terletak di kabupaten Klaten

yang memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi. PT. Mondrian merupakan

perusahaan garment terbesar di tengah-tengah kabupaten Klaten yang sebagian

17

besar berproduksi mebel, furniture, serta kerajinan tangan. Produk yang diekspor

oleh PT. Mondrian adalah kaos, bluss, dress dan pants. Dalam melakukan ekspor,

PT. Mondrian mendapat beberapa pesanan barang dari mitra kerjanya yaitu CV.

Dharma Abadi, Pan Brother dan Vinsa Mandira (sub) dengan melalui proses

offersheet dan ordersheet yang sederhana. Yang dimaksud offersheet yaitu

pernyataan kesanggupan dari penjual untuk memasok suatu komoditas kepada

calon pembeli dengan syarat harga, waktu, penyerahan, dan pembayaran yang

ditentukan oleh penjual, sedangkan ordersheet sendiri yaitu surat pernyataan

persetujuan (akseptasi) dari importir atas penawaran eksportir yang sifatnya

mengikat secara hukum.

Salah satu hal yang menunjang dalam kegiatan ekspor dan impor adalah

komunikasi. Komunikasi secara langsung dapat memudahkan eksportir mengerti

keinginan buyer. Beberapa pembeli (buyer) datang langsung ke PT Mondrian

untuk mengutarakan keinginan memesan barang.

Pesanan barang dikenal dengan istilah ordersheet (surat pesanan), pada saat

ordersheet dihantarkan atau dikirim secara hukum telah terjadi suatu kontrak

dagang, karena ordersheet merupakan persetujuan dari importir untuk memesan

sejumlah barang kepada eksportir. PT Mondrian adalah salah satu perusahaan

eksportir konveksi yang berada di Klaten. Perusahaan ini telah memasarkan

produk-produknya ke negara , Amerika (USA), Inggris (UK), Italy, Timur

Tengah, Perancis. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses ekspor

impor salah satunya adalah ordersheet dikirim oleh pembeli pada penjual yang

berisi tentang: uraian barang dan harga barang, jumlah barang yang dipesan,

18

sistem pembayaran yang akan dilakukan dan yang paling penting adalah

penyerahan barang yang memuat tentang tempat dan lokasi penyerahan barang.

Dalam pelaksanaannya dilapangan banyak perusahaan yang kehilangan

peluang untuk mengikat pembeli karena proses penentuan tempat penyerahan

barang dilakukan oleh pembeli yaitu tidak mengisi ordersheet pada kolom

“condition”. Akibatnya penjual akan kebingungan untuk melaksanakan pekerjaan

yang tercantum di dalam ordersheet, dengan demikian proses ordersheet akan

terhenti atau gagal dan proses pelaksanaan ekspor tidak terjadi. Ada beberapa

sebab mengapa ordersheet ditolak atau gagal antara lain:

1. Harga tidak sepakat.

2. Kapasitas tidak tercukupi.

3. Sistem pembayaran tidak sepakat.

4. Waktu penyelesaian pesanan sempit.

5. Kesulitan desain yang diminta tidak dapat terpenuhi.

6. Syarat penyerahan barang tidak ada kata sepakat.

Terkait dengan permasalahan tersebut studi ini ditujukan untuk mengetahui

dan mempelajari mengenai proses ordersheet disuatu perusahaan dengan

mengaplikasikan studi kasus dari PT. Mondrian yang mengandalkan transaksi

ekspor. Dari hal itu penulis ingin mengangkatnya menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian dengan judul ”ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET

PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT .MONDRIAN KLATEN ”

19

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dimaksudkan untuk dijadikan pedoman melakukan

penelitian secara cermat dan tepat sesuai prinsip suatu penelitian ilmiah.

Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui secara jelas obyek

yang diteliti serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian

uraiannya terbatas dan terarah pada hal-hal yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti.

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya,maka

perumusan masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimanakah mekanisme Ordersheet atau purchase order yang

diterapkan pada perusahaan konveksi PT. Mondrian Klaten dalam

melakukan transaksi ekspor ?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh PT. Mondrian dalam proses

ordersheet?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian tersebut dapat

memberikan menfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun

tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui mekanisme Ordersheet atau purchase order yang

diterapkan pada perusahaan konveksi PT. Mondrian Klaten dalam

melakukan transaksi ekspor

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam proses ordersheet pada PT.

Mondrian.

20

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Penulis

Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan dengan kondisi

nyata dan didunia usaha

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan, pertimbangan dan perbandingan mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan sebagai evaluasi dalam

menentukan kebijakan pengambilan keputusan dibidang ekspor serta sebagai

acuan untuk menyusun strategi

3. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pembuatan kebijakan yang

berkaitan dengan ekspor,dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan dapat

membawa angin segar bagi eksportir dan lebih mendorong pada kegiatan

ekspor.

E. METODE PENELITIAN

Suatu penelitian pada dasarnya adalah bagian dari mencari, mendapatkan

data dan selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil

penelitian, supaya proses tersebut dapat berjalan lancar serta hasilnya dapat di

pertanggung jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode penelitian.

Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu

penelitian. Metode ini terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Penelitian

21

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

subyek atau obyek penelitian baik itu perseorangan, lembaga, ataupun

masyarakat pada suatu komunitas tertentu pada saat sekarang dengan

fakta-fakta yang nyata dan sebagaimana adanya jenis penelitian yang

digunakan dalam tugas akhir ini adalah analisa deskkriptif mengenai

mekanisme ordersheet, waktu penelitian selama 1 bulan mulai tanggal 18

Januari- 18 Februari 2010, lokasi penelitian berada pada di PT. Mondrian

yang beralamat di Jl KH Hasyim Klaten.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan

tanya jawab secara langsumg atau tidak langsung dengan pimpinan

perusahaan dan karyawan PT. Mondrian Klaten.

b. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan teknik penyimpanan data dengan

mempelajari buku, literatur serta pusataka lainnya yang berkaitan

dengan masalah teliti.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

mengenai kegiatan yang dilakukan pada PT Mondrian klaten.

22

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya ini diperoleh dengan

cara wawancara langsung pada PT Mondrian yaitu kepala bagian

produksi dan pemasaran.

b. Sumber data sekunder

Yaitu data yang di peroleh dari sumber lain yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti, Data ini dipeoleh dengan mempelajari buku-

buku, literatur, karangan ilmiah dan referensi yang berhubungan dengan

masalah yang di teliti.

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. EKSPOR

Kegiatan ekspor maupun impor, identik dengan kegiatan jual beli

barang biasa, bedanya hanyalah dilakukan dengan bangsa lain, dibayar

dengan valuta asing dan memakai bahasa asing (Amir, 2004:1) yang di

mengerti kedua belah pihak. Kegiatan ekspor terdapat beberapa pengertian

ekspor yaitu sebagai berikut:

1. Ekspor adalah : upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki

kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan

pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan

memakai bahasa asing (Amir, 20004:1).

2. Ekspor adalah : kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean (pasal

1 ayat 14 UU 10/95 dalam Syarif Arbi, 1999:167).

3. Amir (2000:106) membedakan cara pemasaran barang keluar negara

menjadi 2(dua) yaitu barter dan ekspor. Dalam hal ini penulis akan

fokuskan ke ekspor. Ekspor yang biasanya dilakukan adalah barang

dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang

ditunjukan kepada pembeli diluar negeri untuk memenuhi suatu transaksi

yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir diluar negeri, sesuai

dengan peraturan yang berlaku maka devisa yang diperoleh dari ekspor

24

ini dikuasai oleh pemerintah. Sedangkan eksportir menerima pembayaran

dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai lawan (kurs valuta)

valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta.

B. Mekanisme Kegiatan Ekspor

Mekanisme kegiatan ekspor adalah serangkaian tugas-tugas yang

berhubungan dengan waktu dan cara-cara tertentu untuk melaksanakan

pekerjaan yang harus diselesaikan dengan menjual barang atau jasa kepada

konsumen yang berada diluar negeri dengan melintasi kawasan pabean

Indonesia. Prosedur ekspor terdiri dari dua belas (12) langkah, yaitu:

1. Korespondensi

Eksportir melakukan korespondensi dengan importir untuk

menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam

surat penawaran barang harus tercantum janis barang, mutu barang, harga

barang, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya.

2. Pembuatan Kontrak Dagang

Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh

eksportir, maka eksportir dan importir membuat dan menandatangani

kontrak dagang. Dalam kontrak dagang tercantum hal-hal yang

disepakati bersama.

25

3. Penerbitan Letter Of Credit

Setelah kontrak dagang ditandatangani maka importir membuka

L/C melalui bank koresponden dinegaranya dan mengirimkan L/C

tersebut ke Bank Devisa yang ditunjuk eksportir di Indonesia. Kemudian

Bank Devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C tersebut

kepada eksportir.

4. Mempersiapkan Barang Ekspor

Dengan diterimanya L/C tersebut, maka eksportir mempersiapkan

barang-barang yang dipesan importir. Keadaan barang-barang yang

dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam

kontrak dagang dan L/C.

5. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor

Barang (PEB) ke Bank Devisa dengan melampirkan surat sanggup

barang apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor.

6. Pemesanan Ruang Kapal

Eksportir memesan ruang kapal ke perusahaan pelayaran atau

perusahaan penerbangan.

7. Pengiriman Barang ke Pelabuhan

26

Eksportir sendiri dapat mengirimkan barang ke pelabuhan.

Pengiriman dan pengurusan barang dapat juga dilakukan oleh perusahaan

jasa pengiriman barang yaitu Freight Forwading atau EMKL. Dokumen-

dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan

ke kapal.

8. Pemeriksaan Bea Cukai/ PEB

Di pelabuhan, dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai.

Apabila diperlukan barang-barang yang akan diekspor diperiksa juga

oleh pihak Bea Cukai. Apabila barang-barang dan dokumen yang

menyertainya telah sesuai dengan ketentuan maka Bea Cukai

menandatangani persyaratan persetujuan muat yang ada pada PEB.

9. Pemuatan Barang ke Kapal

Setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang dapat

dimuat ke kapal. Segera setelah barang dimuat ke kapal, pihak pelayaran

menerbitkan Bill Of Lading (B/L) yang kemudian diserahkan pada

eksportir.

10. Surat Keterangan Asal Barang (SKA)

Eksportir sendiri atau perusahaan freight forwading atau

EMKL/EMKU melihat pemuatan barangnya dan mengajukan

permohonan ke Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan

untuk memperoleh SKA apabila diperlukan.

11. Pencairan Letter Of Credit

27

Apabila barang sudah dikapalkan, maka eksportir sudah bisa ke

bank untuk mencairkan L/C. Dokumen-dokumen yang diserahkan ke

bank adalah B/L, Commercial Invoice, Packing List, dan PEB.

12. Pengiriman Barang ke Importir

Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Negara eskportir ke

pelabuhan negara importir.

Dibawah ini adalah bagan prosedur ekspor dan pihak yang terkait

dalam kegiatan ekspor:

Gambar 2. 1

Bagan Mekanisme Kegiatan Ekspor

EKSPORTIR IMPORTIR

PRODUKSI BARANG

CORESPONDENT/ RECEIVING BANK

1.Korespondensi & Pembuatan kontrak

DALAM NEGERI

LUAR NEGERI

OPENING BANK

5.Penyiapan barang 4.Meneruskan L/C 2.Pembukaan L/C

3.Mengirimkan L/C

PELAYARAN/ PENERBANGAN

6.Pemesanan kapal

9.Negoisasi L/C

10.Pengiriman dokumen sesuai L/C

11.Menyiapkan dok.

12.Pengeluaran barang

28

Sumber: PPEI, 2009:17

1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi, yang diakhiri dengan

pembuatan sales contract.

2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank devisanya diluar

negeri atau opening bank.

3. Opening bank mengirim L/C confirmation pada bank korespondensinya

diluar negeri untuk memberitahukan pada eksportir.

4. Advising bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice.

5. Eksportir mempersiapkan barang.

6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company.

7. Eksportir mengurus formalitas ekspor, dengan mengisi PEB dan

pembayaran pajak ekspor, kemudian PEB difiatmuatkan.

8. Pemuatan barang diatas kapal shipping company memberikan Bill of

Lading (B/L) pada eksportir.

BEA & CUKAI PELABUHAN MUAT

INSTANSI PENERBIT SKA

PENGAPALAN BARANG

PELABUHAN TUJUAN

7.Pendaftaran & Flatmuat PEB/PEBT

8.Pemuatan barang

8a.Pengurusan SKA

29

9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C,

eksportir menegosiasikan kepada negotiating bank untuk mendapat

pembayaran.

10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiating bank ke opening bank.

11. Opening bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir.

12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk

ditukarkan dengan delivery cargo.

C. ORDERSHEET

1. Pengertian Ordersheet

Ordersheet atau Purchase Order merupakan dasar dari eksportir untuk

melakukan kegiatan produksi karena semua syarat yang diinginkan oleh

pembeli, yang harus dipenuhi oleh eksportir ada didalam ordersheet. Secara

harfiah purchase berarti pembelian dan order diartikan sebagai “pesanan

(Pruchase Order)” (Edward G. Heinkel, 1994:165). Jadi ordersheet atau

Puchase Order menurut Heinkel G. Erward dalam bukunya Dictionary of

International Trade adalah pesanan pembelian.

Sedangkan menurut Amir MS. dalam bukunya “Kontrak Dagang

Ekspor” tahun 2002:32 mengartikan ordersheet atau purchase order sebagai

suatu pernyataan persetujuan (akseptasi) dari importir atas penawaran

eksportir yang sifatnya mengikat secara hukum.

Ordersheet atau purchase order adalah pernyataan resmi yang

diterbitkan oleh pembeli kepada penjual yang dalam pernyataan itu

30

dilengkapi dengan segala syarat dan kondisi dari transaksi yang akan

dilakukan (Edward G Hinkel, 1985:165).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ordersheet

atau purchase order (PO) merupakan bukti tertulis yang menyatakan bahwa

pembeli benar-benar berminat melakukan jual beli. Dalam ordersheet atau

purchase order (PO) tertulis secara lengkap informasi yang diinginkan

pembeli tentang barang yang dipesan, jumlahnya, harganya baik harga

satuan maupun harga total, kapan barang dikirim, tujuan barang, cara

pembayaran, syarat penyerahan barang, volume dan catatan lain bila ada.

Dengan diterimanya ordersheet atau purchase order maka penjual akan

memproduksi barang seperti yang dipesan oleh pembeli. Seandainya

didalam ordersheet atau purchase order (PO) terdapat hal-hal yang tidak

disetujui oleh penjual, maka penjual akan menolak purchase order (PO)

tersebut dengan cara mengirim kembali ordersheet atau purchase order

(PO) disertai dengan konfirmasi penolakan purchase order itu sendiri

mempunyai kekuatan seperti halnya “sales contract”.

Penjual akan melakukan proses produksi sampai barang siap untuk

dikirim berdasarkan purchase order (PO). Jadi penjual melakukan aktivitas

ekspor dengan menjadikan purchase order (PO) sebagai pedoman (Amir,

2000:23).

2. Proses Ordersheet

31

Ordersheet atau Purchase Order mempunyai proses tidak mudah karena

ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk ordersheet bisa terbit dari

pembeli kepada penjual. Di dalam ordersheet terdapat syarat-syarat yang di

inginkan oleh kedua belah pihak. Adapun mekanisme terbitnya ordesheet

dari pembeli kepada penjual adalah sebagai berikut:

GAMBAR 2.2

PROSES ORDERSHEET

Sumber : ICC Guide to Business Eksport Import

Menurut gambar tersebut, proses ordersheet melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Eksportir mempromosikan komoditas yang diekspornya melalui

promosi seperti pameran dagang, iklan dikoran, majalah, radio,

maupun televisi, baik diluar negeri maupun didalam negeri atau

melalui badan-badan khusus urusan promosi ekspor seperti Badan

E K S P O R T I R

I

MPORT IR

OFFERSHEET

1

ORDERSHEETTT

2

PROMOSI

4

3

INQUIRY

32

Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Lembaga Penunjang Ekspor

(LPE), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), Atas

Perdagangan RI di tiap kedutaan besar asing yang ada di jakarta,

Kamar Dagang dan Industri negara asing di Jakarta dan kota-kota

besar lainnya di Indonesia seperti : American Chamber of Commerce

(AMCHAM), China External Trade Association (CETRA), Japan

External Trade Organization (JETRO), Korea Trade Agency

(KOTRA), dan lain-lain . Tujuan promosi adalah untuk menarik minat

calon importir terhadap komoditas yang akan diekspor

2. Importir yang berminat mengirimkan surat permintaan harga atau

letter of inquiry kepada eksportir . Letter of Inquiry lazimnya berisikan

permintaan penawaran harga dengan memberitahukan mutu barang

yang diinginkan , kuantum yang dibeli, harga satuan dan total harga

dalam valuta asing (US$ atau lainnya), waktu pengiriman (shipment

date), nama pelabuhan tujuan yang diinginkan.

3. Eksportir memenuhi permintaan importir dengan mengirimkan surat

penawaran harga yang lazimnya disebut offersheet, offersheet

berisikan keterangan sesuai permintaan importir, seperti uraian

barang, mutu, kuantum, waktu penyerahan, harga dan tempat

penyerahan barang, syarat pembayaran, wktu pengapalan, cara

pengepakan barang, brosur, dan bila perlu contoh barang yang

ditawarkan. Penawaran itu juga menyebutkan apakah penawaran

bersifat free offer ataukah frim offer. Free offer (penawaran bebas)

33

dipadang dari sudut hukum akan dianggap tetap berlaku sampai pada

waktu penawaran tersebut dibatalkan. Sedangkan frim offer

(penawaran tetap), dipadang dari sudut hukum tidak beda dengan

penawaran lainnya, namun bila ada alasan untuk mempertahankan

penawaran tersebut untuk jangka waktu tertentu, maka hal itu

mengikat pihak yang menentukan batas waktu.

4. Setelah mempelajari dengan seksama offersheet dari eksportir,

importer menempatkan surat pesanan dalam bentuk ordersheet atau

purchase order yang berisi tentang uraian barang, harga barang, jumlah

barang yang dipesan, kapal barang dikapalkan, tujuan yang dikirim,

sistem pembayaran yang akan dilakukan dan yang terpenting adalah

syarat penyerahan barang (Amir MS:2002:52).

D. SYARAT PENYERAHAN BARANG ATAU INCOTERMS 2000

Syarat penyerahan barang yang terdapat dalam ordersheet bisa disebut

incoterms (international term), pertama kali dibuat oleh kamar dagang

internasional (international chamber of commerce) tahun 1962 dan terakhir

incoterm 2000 (Sudjiono:catatan perkuliahan:Transportasi Ekspor Impor).

Incoterm mempunyai arti yang penting karena didalamnya terdapat

kewajiban penjual (eksportir) dan kewajiban pembeli (importir) untuk

menanggung biaya asuransi, ongkos angkut, mempertanggungjawabkan resiko

34

kehilangan ataupun kerusakan barang dan incoterm juga berisi tentang tempat

penyerahan barang yang dipesan. Produk yang dipesan harus diserahkan oleh

eksportir kepada importir sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan,

sehingga penjual ataupun pembeli harus memahami berbagai jenis incoterm

yang ada. Hal ini penting karena untuk menghidari resiko nonpayment yang

disebabkan oleh penjual yang tidak menyerahkan barang sesuai dengan tempat

yang diminta pembeli yang telah tertera didalam ordrsheet. Pengetahuan

tentang jenis incoterm bagi pihak penjual juga penting karena jenis incoterm

tertentu yang digunakan dalam kesepakatan bisnis yang tertuang didalam

ordersheet tersebut dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam kalkulasi harga

jual agar pihak jual mendapat laba yang diinginkan. Ada banyak jenis

incoterm yang digunakan dalam kegiatan ekspor impor, untuk lebih jelasnya

peneliti akan menjelaskan tentang jenis incoterm dan kewajiban penjual serta

kewajiban pembeli. Diterjemahkan dari : INCOTERMS 2000, Mulai berlaku

sejak 1 Januari 2000, Jakarta, 14 November 1999Sumber (diolah) : Amir MS,

2000:18-28

1. Ex Works (ExW)………..(disebut nama tempat)

“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang,

bila tidak menempatkan barang untuk pembeli di tempat kediaman penjual

atau tempat lain yang ditentukan (yakni tempat kerja, pabrik, gudang,dll),

belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak memuat ke atas

kendaraan pengangkut manapun.

35

Syarat ini merupakan kewajiban yang paling ringan bagi penjual, dan

pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan

kewajiban untuk mengambil barang dari tempat penjual.

Namun bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual bertanggung

jawab untuk memuat barang pada saat pemberangkatan dan memikul

semua resiko dan biaya pemuatan itu, maka hal ini harus dijelaskan

dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak jual-beli,

Syarat ini jangan dipakai bila pembeli tidak mungkin mengurus

formalitas ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal

seperti ini, maka sebaiknya dipakai syarat FCA, asal saja penjual setuju

bahwa dia akan melakukan pemuatan barang atas biaya dan risikonya

sendiri.

2. Free Carrier (FCA)…….. (disebut nama tempat)

“Free Carrier “ berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang,

yang sudah mendapat ijin ekspor, kepada pengangkut ditunjuk pembeli di

tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan tempat penyerahan

mempunyai dampak pada kewajiban muat bungkar barang. Jika penyerahan

terjadi di tempat penjual, maka penjual bertanggung jawab untuk memuat.

Jika penyerahan terjadi di tempat lain, penjual tidak bertanggung jawab

untuk membongkar.

36

Syarat ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut,

termasuk alat angkut aneka wahana.

Pengangkut berarti setiap orang dalam kontrak angkutan yang

bertanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin mengangkut dengan

kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai, atau dengan kombinasi dari alat

angkut itu.

Jika pembeli menunjuk orang selain dari pengangkut untuk menerima

barang. maka penjual dianggap telah memenuhi kewajibannya menyerahkan

barang bila barang telah diserahkan kepada orang itu.

3. Free Alongside Ship (FAS).......(disebut nama kapal pelabuhan pengapalan)

“ Free Alongside Ship” berati bahwa penjual melakukan penyerahan

barang, bila barang itu ditempatkan disamping kapal di pelabuhan

pengapalan ( Port Of Loading) yang disebut. Ini berarti pembeli

menanggung biaya dan resiko hilang atau kerusakan yang timbul saat barang

tiba di samping kapal.

Syarat FAS menuntut penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini

berlawanan dengan versi incoterm sebelumnya yang menuntut pembeli

untuk mengurus formalitas ekspor.

Namun bila pihak-pihak terkait menginginkan supaya pembeli mengurus

formalitas ekspor, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan

kata yang tegas dalam kontrak jual-beli. Syarat ini hanya dapat dipakai

untuk angkatan laut dan sungai saja.

37

4. Free On Board (FOB)..........(disebut nama pelabuhan pengapalan).

“ Free On Board” berarti bahwa penjual menyerahkan barang bila

barang melewati pagar kapal dipelabuhan pengapalan yang disebut. Ini

berarti pembeli wajib memikul semua biaya dan risiko atas kehilangan dan

kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat FOB menuntut penjual untuk

mengurus formalitas ekspor .

Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika

pihak-pihak terkait tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati

pagar kapal, maka syarat FCA yang harus dipakai.

5. Cost And Freight (CFR) … … (disebut nama pelabuhan tujuan)

“ Cost And Freight ” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang

bila barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib

membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut

barang sampai ke pelabuhan tujuan yang di sebut. Tetapi risiko hilang atau

ke rusakan atas barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan

peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan, berpindah dari penjual

kepada pembeli.

Syarat CFR menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat

ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-

pihak terkait tidak bermaksud melakukan penyerahan.

38

6. Cost Insurance And Freight (CIF) … … ( disebut nama pelabuhan tujuan )

“ Cost Insurance And Freight ” berarti bahwa penjual melakukan

penyerahan barang bila barang itu melewati pagar kapal dipelabuhan

pengapalan.

Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut yang perlu

untuk mengangkut barang sampai ke pelabuhan yang di sebut. Tetapi risiko

hilang atau ke rusakan atas barang, termasuk setiap biaya tambahan

sehubung dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan,

berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun , dalam syarat CIF penjual

wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap risiko rugi atau

kerusakan barang atas barang yang mungkin diderita pembeli selama barang

dalam perjalanan.

Berkenan dengan hal itu, penjual wajib menutup asuransi dan

membayar premi. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIF penjual

diwajibkan menutup asuransi hanya dengan syarat pertangggungan minimal.

Jika pembeli menginginkan perlindungan terhadap barang yang lebih besar,

maka pembeli perlu ada suatu kesepakatan dengan penjual secara tegas, atau

pembeli sendiri harus mengurus tambahan itu.

Syarat CIF menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat

ini hanya dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak terkait

tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka

syarat CIF yang harus dipakai.

39

7. Carriage Paid To (CPT) … … ( disebut nama tujuan ).

“ Carriage Paid To …” berarti bahwa penjual menyerahkan barang

kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula

membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai

ketempat tujuan yang disebut. Ini berarti pembeli memikul resiko dan

membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang diserahkan secara

demikian.

“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan

bertanggung jawab melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkutan

kereta api, jalan darat, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat

angkut itu.

Sekiranya dipakai pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan

sampai ketempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila

barang telah diserahkan kepada pengangkut pertama.

Syarat CPT mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini

boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana

(multimodal transport).

8. Carriage and Insurance Paid To (CIP)…. ….( disebut nama tempat tujuan )

“ Carriage and Insurance Paid To “ berarti bahwa penjual menyerahkan

barang kepada pengangkut yang ditunjuk sendiri tetapi penjual wajib pula

membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang sampai

ketempat tujuan yang disebut. Ini berarti pembeli memikul semua resiko dan

40

membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang diserahkan secara

demikian. Namun dalam hal CIP, penjual wajib menutup asuransi terhadap

resiko rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli selama barang

dalam perjalanan.

Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut untuk

menutup asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya pembeli

menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu

mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas atau pembeli sendiri

harus mengurus asuransi tambahan itu .

“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan

bertanggung jawab melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkutan

kereta api, jalan darat, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat

angkut itu.

Sekiranya dipakai pengangkut pengganti untuk meneruskan

pengangkutan sampai ketempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko

(penjual) berakhir bila barang telah diserahkan kepada pengangkut pertama.

Syarat CIP mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini

boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana

(multimodal transport).

9. Delivered At Frontier (DAF) … … ( disebut tempat ).

“ Delivered At Frontier “ berarti bahwa penjual menyerahkan barang

bila barang telah ditempatkan kedalam kewenangan pembeli pada saat

41

datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas ekspornya,

namun belum diurus formalitas impornya, ditempat atau pada titik yang

disebut wilayah perbatasan, tetapi belum memasuki wilayah pabean dari

negara yang bertetangga. Istilah “frontier“ boleh dipakai untuk daerah

perbatasan mana saja, termasuk perbatasan dari Negara pengekspor itu

sendiri. Oleh karena itu, penting skali untuk merumuskan secara tepat

tentang perbatasan dengan selalu menyebut titik dan tempat dalam syarat itu.

Namun, bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual untuk

bertanggung jawab membongkar barang dari alat angkut yang baru dan

memikul semua resiko serta biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat

sejelas-jelasnya dengan menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak

jual-beli bersangkutan .

Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja bilamana barang harus

diserahkan di perbatasan daratan. Bila penyerahan itu harus dilakukan

dipelabuhan tujuan, di atas kapal, atau di dermaga, dipakai syarat DES dan

DEQ.

10. Delivered Ex Ship (DES) …. …. (disebut nama pelabuhan tujuan )

“Delivered Ex Ship” berarti penjual menyerahkan barang bila barang

itu ditempatkan kedalam kewenangan pembeli diatas kapal, belum diurus

formalitas impornya, dipelabuhan tujuan yang disebut .

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan

pengangkutan barang sampai kepelabuhan tujuan yang disebut sebelum

42

dibongkar. Bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual memikul biaya

dan resiko pembongkaran barang, maka sebaiknya dipakai syarat DEQ.

Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang akan diserahkan melalui laut

atau sungai atau dengan alat aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.

11. Delivered Ex Quay (DEQ) …. …. (disebut nama pelabuhan tujuan).

“Delivered Ex Quay” berarti penjual menyerahkan barang bila barang

dalam kewenangan pembeli di atas dermaga, belum diurus formalitas

impornya, dipelabuhan tujuan yang disebut.

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan

pengangkutan barang sampai kepelabuhan tujuan yang disebut dan

membongkar barang di atas dermaga. Syarat DEQ menuntut pembeli

mengurus formalitas impor dan membayar biaya resmi, bea masuk, pajak,

dan biaya-biaya yang dipungut atas impor.

Syarat ini merupakan kebalikan dari versi incoterms sebelumnya yang

mengharuskan penjual mengurus formalitas impor

Jika pihak-pihak terkait menginginkan semua atau sebagian dari biaya

pengimpornya atau barang menjadi tanggungan pihak penjual. Maka hal

ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas dalam

kontrak jual-beli.

Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang akan diserahkan melalui laut,

sungai, atau alat angkut aneka wahana yang dibongkar dari suatu kapal

dari atas dermaga di pelabuhan tujuan. Namun bila pihak-pihak terkait

43

menginginkan untuk memasukan menjadi tanggung jawab penjual, semua

resiko dan biaya pengelolaan barang mulai dari dermaga ke tempat-tempat

lain (gudang, terminal, stasiun angkutan, dll) dalam kawasan pelabuhan

atau di luar kawasan, dipakai syarat DDU atau DDP.

12. Delivery Duty Unpaid (DDU) …. …. (disebut nama tempat tujuan)

“Delivery Duty Unpaid” berarti penjual menyerahkan barang kepada

pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas

alat angkut yang baru datang ditempat tujuan yang disebut. Penjual wajib

memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan

barang tersebut sampai kesana, kecuali bea masuk (istilah ini termasuk

tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi

atau formalitas, bea masuk, pajak, dan biaya lainnya) yang diperlukan di

negara tujuan. Bea masuk semacam itu harus di pikul oleh pembeli

termasuk oleh semua biaya dan resiko yang disebabkan oleh kegagalan

pengurus formalitas impor pada waktunya.

Namun bila pihak-pihak mennginginkan penjual yang akan mengurus

formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan resiko yang ditimbulkan,

termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara

menambahkan kata-kata yang jelas dalam kontrak jual-beli.

Syarat dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, tetapi bila penyerahan

barang akan dilakukan di pelabuhan tujuan di atas kapal atau di atas

dermaga dipakai syarat DES dan DEQ.

44

13. Delivered Duty Paid (DDP) …. ….(disebut tempat tujuan)

“Delivered Duty Paid” berarti penjual menyerahkan barang kepada

pembeli, sudah diurus formalitas impornya, namun belum dibongkar dari

atas alat angkut yang baru datang ditempat tujuan yang disebut. Penjual

wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan

barang sampai ke sana, termasuk tanggung jawab mengurus bea masuk

(istilah ini termasuk tanggungjawab mengurus formalitas pabean,

pembayaran biaya resmi, atau formalitas, bea masuk, pajak, dan biaya

lainnya yang diperlakukan di negara tujuan).

Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung jawab yang minimal

dari penjual, maka syarat DDP memberikan gambaran suatu

tanggungjawab yang maksimal kepada penjual.

Syarat janganlah dipakai bila penjual tidak mungkin memperoleh izin

impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin mengeluarkan dari

tanggungjawab penjual beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor

barang (seperti Pajak Pertambahan Nilai atau VAT ), maka hal ini harus

dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas dalam kontrak

jual-beli. Bila pihak-pihak terkait menginginkan pembeli yang akan

memikul semua resiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai syarat

DDU.

45

Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja, tetapi bila

penyerahan barang akan dilakukan dipelabuhan tujuan di atas sebuah kapal

atau di atas dermaga, maka dipakai syarat DES atau DEQ.

E. DOKUMEN-DOKUMEN DALAM ORDERSHEET

Dalam proses ordersheet, diperlukan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Introduction letter.

Sebesar apapun potensi produk yang akan diekspor tetapi harus

diperkenalkan dengan pasar atau peminat posisi produk itu untuk

mencapai target penjualan, yang menguntungkan kedua belah pihak. Pada

umunnya media yang digunakan adalah surat menyurat atau lebih dikenal

dengan korespondensi karena penjual dan pembeli berdomisili di dua

negara yang berbeda. Media korespondensi dipilih kerena relatif murah

jika dibandingkan dengan negosiasi tatap muka yang mengharuskan

pertemuan kedua belah pihak dari negara yang berbeda dan pada akhirnya

hasil negosiasi juga dikonfirmasikan pada bentuk tertulis. Hakekat dari

korespondensi adalah pertukaran informasi mengenai produk yang

diperdagangkan dan tawar menawar, syarat-syarat perdagangan termasuk

didalamnya delivery, packing, payment, dan lain-lain. Seiring kemajuan

zaman, korespondensi dapat dilakukan dengan cara pengiriman email,

teleks ataupun faksimeli (Mery Maryati:Pelatihan Ekspor Costing And

Pricing).

46

Langkah yang pertama didalam korespondensi dengan calon pembeli

adalah penjual mengirimkan introduction letter kepada calon pembeli

melalui email, faksimeli atau melalui teleks bahkan surat biasa. Pada

intinya introduction letter atau surat pengenalan diri dari penjual kepada

pembeli yang berisi tentang informasi mengenai produk yang akan dijual

dengan disertai katalog produk, brosur, contoh barang ataupun foto barang

tersebut.

Introduction letter dikirim oleh penjual kepada pembeli dengan tujuan

agar penjual dapat memperkenalkan produknya kepada calon pembeli

sehingga calon pembeli bisa memahami spesifikasi produk tersebut.

Pemahaman terhadap spesifikasi produk oleh pembeli adalah hal yang

penting karena dapat meminimumkan resiko perbedaan persepsi tentang

jenis produk, keunggulan produk, ukuran dan kualitas barang ekspor yang

ditawarkan oleh penjual. Peneliti akan menyertakan sebuah contoh

introduction letter, yang ditulis oleh PT. SINAR ELEKRONIKA (penjual)

kepada HILTON HOTEL Ltd (calon pembeli). Contoh introduction letter

akan berisi tentang hal-hal yang seharusnya ditulis dalam sebuah

introduction letter. Contoh introduction letter adalah sebagai berikut

Sumber : Amir MS :2004:27 :

PT. SINAR ELEKTRONIKA Jl. Kenari 17 Jakarta Pusat

Indonesia

Jakarta : 17 Agustus 2000 No. : 01/UK/2000 Subject : Electric Warmer

Messrs, HILTON HOTEL (London) Ltd 13, Euston Road London C-4

Dear sir,

Here is an information about a brand new product-food and towel electric warmer “sinar” brand.

47

2. Inquiry

Calon pembeli menyatakan minatnya dengan mengirim letter of inquiry

yang meminta eksportir menawarkan produknya dengan permintaan jumlah,

quality, pelabuhan tertentu. Adapun tujuan surat pernyataan minat adalah

agar calon pembeli mengetahui informasi lebih lengkap mengenai :

1. Mutu barang ekspor

2. Waktu penyerahan barang ekspor

3. Kuantum barang ekspor

4. Contoh barang, serta keterangan lainnya dari komoditas yang di

promosikan ( Mery Maryati : Pelatihan Ekspor Costing And Pricing).

48

Penyampaian inquiry dari calon pembeli kepada eksportir dapat dilakukan

dengan melalui teleks, faksimeli, surat biasa bahkan bisa langsung melalui

telepon, teleconference. Letter of inqury adalah surat pernyataan minat yang

dibuat oleh calon importir yang ditujukan kepada eksportir yang berisi

permintaan harga dari barang yang dipromosikan oleh eksportir tersebut

(Amir MS, 2002:18).

Contoh letter of inquiry adalah sebagai berikut :

TRAYO TRADING COMPANY Ltd.

Kokusay Building

Marunouci Chiyoda-ku

Tokyo,Japan

July 24, 1986

PT XYZ

Jalan Nusantara No.1

Jakarta-Indonesia.

Dear Sir,

Subject : inquiry of “X Machines”

We have beeninformend by your commercial attache here in tokyo, that your company

is realible ,”X Machines”produces

We are very interested to import those “X Machines” to japan and therefore, please

49

3. Offer sheet

Setelah menerima inqury eksportir akan membalas dengan offer

sheet(surat penawaran harga).

Offersheet atau surat penawaran harga adalah pernyataan kesanggupan

dari penjual untuk memasok suatu komoditas kepada calon pembeli

dengan syarat harga, waktu, penyerahan, dan pembayaran yang ditentukan

oleh penjual.

Offersheet merupakan dokumen yang sangat menentukan dalam suatu

transaksi ekspor. Offersheet yang disetujui oleh pembeli langsung menuju

pada terjadinya kesepakatan jual beli yang mengikat kedua pihak secara

50

hukum. Karena itu eksportir harus berhati-hati dalam menyusun surat

penawaran harga.

Tujuan dari offersheet adalah untuk memberikan informasi yang

lengkap kepada importir untuk dapat mengambil keputusan dalam

menempatkan pesanan. Informasi yang diperlukan itu diantaranya adalah

nama barang, mutu barang, daya tahan barang, cara pengepakan barang,

jumlah (quantum) yang ditawarkan, harga jual dan tempat penyerahan,

waktu pengapalan, cara pembayaran dan contoh barang (Amir MS, 2002:

21).

Dibawah ini adalah contoh dari offersheet

CV JATI PRIMA FURNITURE

JL. Kalibata 15

Jakarta-Indonesia

Jakarta :15 july 2000

Ref. No: 23/VII/2000

Subject : Wooden Cupboard

Messrs,

DAICHI TRADING COMPANY

2-Chome Chioda-ku

Kanda Kamakura-Cho

Tokyo-Japan

Dear sir,

Thank your for your facsimile messageof today’s date about your inquiry for our new

51

Lanjutan contoh offersheet

Sumber : Amir, MS:2002:18

We glade to inform you that we have a ready stock available for export. Therefore

please place your order soon, so we can arrage the shipment in due time.

Meanwhile, we are waiting your valued order in the shortest possible time. Thank you

for your inquiry.

Sincerely yours ,

CV JATI PRIMA FURNITURE

-)Signed(-

Rahman Tamrin

Export Manager

52

4. Order sheet

Bila pembeli setuju dengan penawaran penjual (offersheet) yang

diterima maka pembeli mengirimkan surat balasan yang disebut dengan

ordersheet. Ordersheet dapat didefinisikan sebagai akseptasi atas offersheet

yang dikirim oleh penjual. Pada ordersheet tersebut importir mencantumkan

permintaan agar eksportir dapat memberikan persetujuan dengan cara

mengembalikan salah satu salinan dari ordersheet yang sudah ditanda

tangani sebagai tanda persetujuan eksportir atas keseluruhan isi ordersheet

tersebut Proforma invoice ringkas dapat langsung dibuat oleh eksportir

sebagai jawaban dari ordersheet yang dikirim . Legimitasi akan terjadi

ketika salinan ordersheet yang telat ditanda tangani oleh eksportir diterima

oleh importir (Amir MS,33:2002)

Pesanan pembelian dapat dilakukan dengan cara lesan melalui telepon,

teleconference ataupun negosiasi yang dilakukan dengan cara tatap muka

(face to face negosiasi). Namun demikian, segala bentuk hasil dari negosiasi

nantinya akan dituangkan kedalam format tulisan yang ditandatangani kedua

belah pihak untuk mendapatkan legimitasi hukum atas pengingkaran pasal-

pasal yang dilakukan oleh pihak yang terkait (eksportir dan importir ) yang

telah diperjanjikan dikelak kemudian hari

(Amir MS, 2004:1)

Dibawah ini adalah contoh format ordersheet yang dilakukan dengan

cara korespondensi.

53

TOKYO TRADING COMPANY

Kokuasi Builiding

Marunouchi Chiyoda-ku

Tokyo-Japan

ORDER No. 2450 /imp/1986

From : PT XYZ To : Merssrs. Tokyo Trading Company Ltd

Jalan Nusantara No. 1 Kokuasi Builiding

Jakarta-Indonesia Marunouchi Chiyoda-ku

Tokyo-Japan

We would like to place our order for your commodities to be strietly in compliance with the particular

given in ypur letter of august 4, 1986. Discrepancies, if any, will be at your own risk, unless authorized by

us.

Term and condition:

Time of delivery : Not latter than september 24, 1986

Payment : an irrevocable, transferable L/C to be opened shortly for us 1,135,00 by

bank negara indonesia 1946 jakarta to the bank of tokyo, tokyo in your

favour.

Documents : the fowolling document should be rendered in triplicate plus 3 copy of them

which should be Airmailed to us :

1. Full set clean board ocean bill of lading

2. Signed commercial invoice

3. Certivicate of inspection

54

Lanjutan contoh ordersheet

Sumber : Roselyn Hutabarat :1996:52

Total F O B : US$ 1.010.00

Freight reserved : US$ 125.00

Total C & F Tanjung Priok : US$ 1.135.00

Tokyo: Jakarta, August 10 1986

Confirmed by: Yours faithfully

Toyo Trading Company Ltd P.T. X Y Z

(Signed) (Signed)

Manager Manager

55

Ordersheet di atas berisikan tentang alamat lengkap penjual dan pembeli,

pernyataan yang menyatakan bahwa membeli menyatakan untuk melakukan

pemesanan produk, waktu pengriman, jenis pembayaran yang diminta,

kelengkapan dokumen yang diinginkan, alamat yang dituju, pelabuhan tujuan,

pengakapalan sebagian, pindah kapal (angkutan yang digunakan), kode, jenis

produk, harga satuan, harga total, tanggal dan tempat ordersheet dibuat, tanda

tangan, nama terang serta jabatan pihak yang berkepentingan.

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya PT.Mondrian

PT. Mondrian merupakan perusahaan konveksi yang bergerak didalam

pembuatan kaos (T-shirt) dan pakaian muslim . Perusahaan konveksi ini

didirikan pada tanggal 19 Desember 1992 oleh beberapa orang, antara lain:

Bapak Hartono, Bapak Harri Pramono, Bapak Bambang Dwi Purnomo, Bapak

Endro Sutopo, Ibu Fr Kiswari.

Pada awalnya perusahaan masih berbentuk perserorangan dan Bapak Harri

promono sebagai pimpinannya. Beberapa tahun kemudian perusahaan ini

56

mampu mampu berubah bentuk menjadi sebuah perusahaan yang berbadan

hukum ketat,terhitung mulai tanggal 1 April 1998 dengan nama PT Mondrian.

Perusahaan telah mendapat pengesahan oleh Departemen Perindustrasian dan

Perdagangan dengan no .107/KDP 11-11/3 UTD/IV/98.Saat ini PT. Mondrian

dimiliki oleh pemegang saham antara lain Bapak Endro Sutopo, Bapak

Bambang Dwi Pramono, Bapak Ardi Wijaya, Ibu Fr Kisawari.

Latar belakang perusahaan ini memilih nama Mondrian sebagai nama

perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Nama “Mondrian” diambil dari nama seorang pelukis besar seangkatan

dengan Leonardo Da Vinci nama lengkap pelukis tersebut Piet mondrian

dimana memiliki pengagum yang terbesar diseluruh dunia karena hasil

lukisannya yang indah dan bagus. Maka, diharapkan PT. Mondrian mampu

memproduksi barang yang sangat indah sehingga digemari oleh banyank

konsumennya.

b. Nama “Mondrian“ oleh sebagai besar masyarakat atau konsumen yang

memiliki hubungan maupun tidak langsung dengan aktivitas perusahaan,

merupakan nama yang mudah di baca, dikenal dan mudah diingat.

PT. Mondrian saat ini sudah memiliki beberapa unit yang mampu

menghasilkan kaos dan pakaian khusus muslim dengan merk antara lain:

X-Pose, Dadung, Be-Gaya dan Sekido.

57

B. Tujuan Perusahaan

PT. Mondrian adalah salah satu perusahaan garment terbesar di Kabupaten

Klaten. Dalam memasarkan produk domestiknya PT. Mondrian sudah

menguasai pasar diseluruh Indonesia,karena mutu dan hasil produksinya yang

sesuai dengan selera para konsumen serta produk yang variatif dengan harga

yang terjangkau .

Tujuan didirikan PT. Mondrian ditengah-tengah Kabupaten Klaten yang

sebagian besar berproduksi mebel, furniture serta kerajinan tangan lainnya, jadi

PT. Mondrian banyak memberi kesempatan kepada tenaga kerja yang ahli

dalam bidang garment misalnya saja tenaga kerja dalam bidang menjahit,

bidang sablon,serta desaigner dalam membuat pakaian yang selalu mengikuti

perkembangan jaman.

PT. Mondrian selain memasarkan hasil produksinya dipasar domestik yang

menerima pesanan dari buying agent untuk diekspor. Jadi secara tidak langsung

produksi PT. Mondrian sudah dikenal oleh para pemakai diluar negeri,tetapi

tidak hanya berhenti disitu saja PT. Mondrian yang sudah berencana untuk

melaukan ekspor secara direct selling(langsung), karena dengan melakukan

ekspor sendiri PT Mondrian akan menambah pengetahuan serta

pengalamannya dalam bidang ekspor.

C. Lokasi Perusahaan

58

Pemilihan lokasi merupakan hal yang cukup penting dalam menunjang

keberhasilan suatu bisnis, Pada awalnya PT. Mondrian didirikan di

belakang gedung Pengadilan Negeri Klaten tepatnya berada di Jl. Manahan

no.3-13 Kelurahan Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten

Klaten. Perusahaan ini menempati areal seluas 4000 m yang digunakan

untuk kantor kegiatan produksi (pabrik), gudang dll.

Namun dengan seiring meningkatnya perkembangan perusahaan,

tepatnya pada tanggal 1 Juli 1999 dengan izin tempat usaha

No.503/1071/1999. Yang dikeluarkan oleh Pemda Klaten dan Departemen

Perindustrian dan Perdagangan didirikan satu lokasi pabrik baru yang

berada di Jl KH Hasyim Ashari no171 (by pass) Mojoyan, Kabupaten

Klaten, sekarang ini lokasi pabrik baru menjadi pabrik utama bagi PT.

Mondrian dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, termasuk juga untuk

aktvitas produksi.

Beberapa alasan yang menjadi pertimbangan produksi dalam pemilihan

lokasi sebagai berikut :

1) Pasar yang cukup besar ,terutama kebutuhan kaos dan pakaian untuk kaum

muslim di kabupaten Klaten dan daerah-daerah sekitarnya.

2) Berada ditepi Jalan Raya Yogyakarta-Solo,sehingga dapat memudahkan

konsumen untuk menjangkau perusahaan.

3) Biaya tenaga kerja yang cukup murah

4) Banyak tersedianya tenaga ahli dibidang koveksi (ahli desain, sablon,

potong, jahit,dll) Kabupaten Klaten dan sekitarnya.

59

D. Struktur Organisasi

Sruktur Organisasi didalam suatu perusahaan merupakan unsur yang

paling penting dikarenakan terhadap pembagian wewenang dan tanggung

jawab serta tugas masing-masing anggota organisasi atau perusahaan. Struktur

organisasi yang menunjukkan hubungan antar fungsi-fungsi dan departemen-

departemen atau bagian-bagian. Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi

yang berbeda–beda, tergantung pada kebutuhan perusahaan itu sendiri.

Berikut ini merupakan bagan struktur organisasi PT Mondrian untuk

tahun 2009 secara garis besarnya :

60

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Mondrian

Sumber : PT. Mondrian

KOMISARIS UTAMA

DIREKTUR UTAMA

SEKTERTARIS KOMISARIS

DIREKTUR BOD

DIREKTUR PRODUK

DIREKTUR DISTRIBUSI

DIREKTUR PROMOSI

DIREKTUR AKSELERASI

KEUANGAN KONSINYASI MIS PEMBELIAN

DIREKTUR PRODUKSI

GM EXPORT

GM LOKAL

DEPUTY I DEPUTY II

PRA PROSES

PROSES PERSONALIA HRD KENDARAAN KEAMANAN RT SARASI

MANAGER UMUM

Sesuai dengan bagan stuktur organisasi diatas, berikut ini merupakan tugas dan

wewenang dari masing-masing bagian yaitu:

1. Direktur utama

Jabatan ini dipilih oleh para komisaris pada saat diadakan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Tugas dan wewenang Direktur

Utama antara lain :

a. Menentukan kebijakan – kebijakan pokok bagi perencanaan,

pengorganisasian, pengontrolan dan pengawasan aktivitas –

aktivitas perusahaan.

b. Membuat rencana – rencana umum dan mengkoordinasikan

segala kegiatan perusahaan.

c. Mendelegasikan sebagian wewenang kepada direktur – direktur

pada tiap – tiap unit.

d. Mengawasi segala proses dan hasil kerja, apakah telah sesuai

dengan rencana.

e. Melaporkan perkembangan perusahaan kepada pemilik dan

bertanggung jawab atas kelancaran jalannya perusahaan.

2. Sekretaris Perusahaan

Tugas dan wewenangnya yaitu :

a. Menyiapkan semua acara dan jadwal kerja direktur utama dan

direktur – direktur di tiap unit.

b. Menjalin hubungan dengan instansi – instansi yang terkait.

c. Melaksanakan saran guna membantu pekerjaan direktur utama.

3. Multimedia Information System (MIS)

Tugas dan wewenang yang dimiliki yaitu :

a. Membuat suatu sistem komputer bagi perusahaan, sehingga

mempermudah segala aktivitas perusahaan.

b. Melindungi dan melakukan perawatan jaringan atau sistem

komputer perusahaan.

c. Menampung segala data dan informasi baik dari dalam maupun

dari luar perusahaan melalui jaringan komputer.

4. Unit Produksi

Pada bagian ini bertanggung jawab penuh terhadap masing – masing

unit usahanya. Tugas dan wewenangnya :

a. Mengatur selama proses produksi termasuk pengaturan tenaga

kerja, material, dan kebutuhan lainnya.

b. Mengurusi kesiapan alat – alat produksi agar dapat digunakan

dengan efektif dan efisien.

c. Memelihara kondisi alat – alat produksi.

d. Menyediakan bahan baku penolong, untuk kelancaran proses

produksi.

e. Menyusun anggaran dan belanja bagian produksi.

5. Direktur Unit

PT. Mondrian memiliki beberapa unit dengan merk yang berbeda,

yaitu unit Sekido, unit Dadung, unit Be-gaya. Direktur – direktur ini

memiliki tugas dan wewenang yang sama antara lain :

a. Menyusun program kerja devisi perusahaan baik dari segi

penyediaan, SDM, produksi, pemasaran, keuangan dan produk.

b. Mengurus permasalahan mutasi dan promosi kepada karyawan.

c. Membantu Direktur Utama dalam mengawasi jalannya perusahaan

pada masing – masing unit kerjanya.

d. Membantu dan mengarahkan manajer – manajer yang berada

dibawahnya.

e. Menyusun rencana, koordinasi, dan pengawasan pada masing –

masing unit kerjanya.

6. Unit Umum

Unit ini dibentuk supaya dapat membantu unit – unit lain yang ada di

perusahaan. Dimana menyangkut hal – hal umum perusahaan. Tugas

dan wewenangnya adalah:

a. Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang ada didalam

perusahaan.

b. Recruitmen dan penempatan tenaga kerja.

c. Mengatur sistem keamanan yang tepat bagi perusahaan

d. Menyediakan sarana dan prasarana bagi kelancaran aktivitas

perusahaan.

e. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

7. Unit F.A.D

Unit ini mengatur keuangan perusahaan dan juga bertanggung jawab

atas kondisi keuangan pada masing – masing unit. Tugas dan

wewenangnya antara lain :

a. Mengelola pendapatan dan pengeluaran perusahaan.

b. Menyelenggarakan pembukuan keuangan perusahaan.

c. Mengurusi masalah perusahaan yang berhubungan dengan

perpajakan.

d. Menyelesaikan masalah – masalah yang berhubungan dengan

bank.

e. Menyelesaikan masalah utang piutang perusahaan.

8. Unit PO (Public Order)

Unit ini menerima pesanan umum dari konsumen. Tugas dan

wewenangnya antara lain :

a. Mengatur selama proses produksi termasuk pengaturan tenaga

kerja, material, dan kebutuhan lainnya.

b. Mengurusi kesiapan alat – alat produksi agar dapat digunakan

dengan efektif dan efisien.

c. Memelihara kondisi alat – alat produksi

d. Menyediakan bahan baku penolong, untuk kelancaran proses

produksi.

9. Sekretaris Direktur Produksi

Tugas dan wewenangnya antara lain :

a. Membantu direktur – direktur di tiap – tiap unit dalam

melaksanakan tugasnya.

b. Mengadakan hubungan dengan manajer – manajer dibawahnya.

c. Bertanggung jawab kepada Direktur Unit.

10. Kepala Personalia

Tugas dan wewenangnya antara lain :

a. Menyediakan SDM yang berkualitas dengan melakukan

recruitmen.

b. Mengurusi kesejahteraan karyawan (gaji, tunjangan, bonus,

jamsostek, dll).

c. Mengurusi masalah pemberhentian, pensiun, dan kepindahan

karyawan.

d. Mengurusi masalah administrasi yang berhubungan dengan

karyawan.

e. Mengurusi masalah kesehatan melalui penyediaan poliklinik bagi

karyawan dan keselamatan kerja karyawan.

11. Kepala rumah tangga

Tugas dan wewnangnya antara lain :

a. Mengurusi dan mengatur koperasi khusus karyawan.

b. Menyediakan dan memelihara saran peribadatan (mushola).

c. Mengurusi masalah kebersihan dan keindahan lingkungan

perusahaan (kebersihan gedung, toilet, kamar mandi, kantin, dll).

12. Manajer Keamanan

Tugas dan wewenangnya yaitu :

a. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang berhubungan

dengan keamanan perusahaan.

b. Mengkoordinasikan tenaga satuan pengaman (satpam) perusahaan.

13. Manajer Kendaraan

Tugas dan wewenangnya antara lain :

a. Menyediakan kendaraan – kendaraan guna menunjang kegiatan

perusahaan.

b. Memelihara kendaraan – kendaraan inventaris milik perusahaan.

14. Manajer Keuangan

Bagian ini merupakan bagian terintegrasi, dimana setiap unit

memiliki manajer keuangan sendiri – sendiri. Manajer keuanagan juga

bertanggung jawab atas kondisi keuanagan pada masing – masing unit.

Tugas dan wewenangnya antara lain :

a. Mengelola pendapatan dan pengeluaran perusahaan.

b. Menyelenggarakan pembukuan keuangan perusahaan.

c. Mengurusi masalah perusahaan yang berhubungan dengan

perpajakan.

d. Menyelesaikan masalah – masalah yang berhubungan dengan

bank.

e. Menyelesaikan masalah utang piutang perusahaan

15. Manajer pemasaran dan penjualan

Bagian ini juga memiliki kesamaan dengan dengan bagian

keuangan, dimana setiap unit memiliki bagian pemasaran dana

penjualan masing – masing, dan bertanggung jawab kepada masing –

masing unit pula. Tugas dan wewenangnya yaitu :

a. Mencacat dan mengecek produk yang akan dijual atau

didistribusikan kepada konsumen.

b. Mendistribusikan produknya ke daerah – daerah yang telah

ditentukan.

c. Mengadakan studi pasar.

d. Bersama dengan bagian riset and development, mengadakan

penelitian ke berbagai daerah untuk mengamati selera konsumen

di daerah satu dengan daerah lainnya.

E. Produk yang dihasilkan.

1. Produk Ekspor

Ekspor di PT Mondrian adalah melalui buying agent, jadi perusahaan ini

hanya menerima CMT (cutting, making and treaming) atau CMP (cutting,

making and packing) jadi untuk produk ekspor PT Mondrian hanya

melaksanakan proses produksi kemudian pihak buying agent yang mengurus

transaksi, dokumen ekspor, sistem pembayaran, serta pengiriman barang

sampai ke luar negeri.

a) Jenis produk yang di hasilkan yaitu:

(1). Blouse

(2). Dress

(3). T-shirt

(4). Tank Top

(5). Polo Shirt

(6). Jaket

(7). Baju muslim

b) Pemasaran produk

(1). Promosi

Sistem promosi yang selama ini sudah dilakukan untuk memasarkan

produk ekspor adalah melalui media, internet, website, yellow pages,

dan company profil.

(2). Buying agent

Perusahaan garment yang telah bekerja sama dengan PT Mondrian

dalam memasarkan produk ekspor adalah:

(a). PT Westa Pustaka

(b). PT Dewi Samudra

(c). PT Cahya Nugroho Jati

(d). SC Interpersis

(e). CV Adhitana

(f). PT Panrama Fiesta

(H). PT Mataram Tunggal Garment

(3). Negara tujuan

Wilayah negara yang di tuju oleh bagian agent untuk memasarkan

produk dari PT Mondrian yaitu :

(a). Amerika (USA)

(b). Inggris (UK)

(c). Italy

(d) Timur Tengah

(e). Perancis

2. Produk Domestik

PT. Mondrian memiliki beberapa jenis usaha yang menghasilkan produk

yang berbeda-beda, antara lain :

1) Hasil produksi

a) Kaos fashion

Jenis kaos ini memiliki variasi model dan warna yang beraneka

macam sesuai dengan perkembangan mode yang digemari

konsumen saat ini. Jenis produk seperti ini dihasilkan oleh unit

Dadung dan Be-Gaya dengan kategori produk seperti :

(1) Dewasa (original), terdiri dari : regular, kombinasi, lengan

pendek, lengan panjang, dan lengan ¾.

(2) Remaja (funkies), terdiri dari : regular, kombinasi, lengan

pendek, lengan panjang, dan lengan ¾.

(3) Wanita (female), terdiri dari : kombinasi lengan pendek, lengan

panjang, dan lengan ¾.

(4) Anak (kids), terdiri dari : regular, kombinasi, lengan pendek,

lengan panjang, dan lengan ¾.

b) Pakaian muslim

Untuk pakaian jenis ini diproduksi oleh unit Sekido, produk-

produk yang dihasilkan unit ini antara lain : baju muslim wanita,

baju koko, jilbab, dan lain sebagainya.

2) Bahan baku produksi

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sangat bermacam-

macam, antara lain :

a) Benang 100 % cotton combed 24 S mercirized yang dirajut

menjadi kaos 100% cotton combed single net, sehingga

menghasilkan kaos yang bersifat dingin, menyerap keringat, dan

terlihat rapi.

b) Kain cotton cardet single net atau kaos semi katun.

c) Bahan sablon seperti : rubber, akrafon, foam, dan mutiara untuk

menghasilkan warna sablon yang betul-betul sempurna.

Bahan baku tersebut diperoleh dengan sebagian besar atau bahkan

99% dari perusahaan-perusahaan di Bandung, perusahaan tersebut

antara lain :

(1) Sapta Jaya Textile

(2) Sandang Jaya

(3) Ayoetex

(4) Bahtera Jaya Textile

(5) Sinar Makin Mulya

(6) Muktiasa

(7) Multi sandang

(8) Tama Jaya

(9) Mulya Lestari

(10) Murni Rajut dari Solo

F. Proses Produksi dan Alat-alat Produksi

a. Proses Produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan utama dalam seluruh aktivitas

perusahaan. PT. Mondrian termasuk perusahaan manufacturing, yang

artinya mengolah bahan baku atu bahan mentah atau bahan setengah

mentah menjadi bahan jadi.

Adapun proses produksinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2

SKEMA PROSES PRODUKSI

Sumber : Departement produksi PT. Mondrian

Tahap Persiapan

Proses Produksi

Pembuatan Desain

Pemotongan Bahan

Pembuatan Klise Film Penyablonan

Tahap Penyelesaian

Pemotongan Benang

Penyetrikaan

Pengemasan Penjahitan

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa dalam memproses bahan baku

menjadi bahan jadi, ada tiga tahapan utama yaitu :

1) Tahap persiapan produksi

langkah-langkah dalam tahap ini antara lain :

a) Pembuatan desain

Pembuatan desain atau gambar atau tulisan untuk kaos maupun

pakaian, dilakukan oleh para desainer yang sudah ahli dan

berpengalaman. Desain juga disesuaikan dengan perkembangamn

mode/ trend.

b) Pembuatan klise

Setelah desain dibuat, maka dilanjutkan dengan pembuatan klise untuk

sablon. Pembuatan klise ini dibedakan menurut jumlah warna pada

desain kaos atau pakaian.

2) Tahap proses Produksi

Langkah-langkah dalam tahap ini, antara lain :

a) Pemotongan bahan

Gulungan-gulungan kain atau bahan kaos kemudian dipotong-potong

sesuai dengan model dan ukurannya.

b) Penyablonan

Bahan yang telah terpotong-potong kemudian disablon menurut

desain, gambar, atau tulisan yang telah dibuat sebelumnya.

c) Penjahitan

Bahan yang telah dipotong-potong dan telah disablon, kemudian

dijahit agar terlihat lebih rapi. Setelah badan dijahit, kemudian

dilakukan pemasangan barcode, handtage, label, kancing, zipper bila

diperlukan.

3) Tahap penyelesaian

Urutan-urutan pada tahap ini antara lain:

a) Pemotongan benang sisa

Kaos atau pakaian yang sudah jadi kemudian dibersihkan dari benang

jahitan yang tersisa. Kegiatan tersebut dinamakan bradil atau treaming.

b) Penyetrikaan

Setelah kaos atau pakaian di bradil, kemudian dilakukan proses

penyetrikaan, hal tersebut dilakukan agar pakaian atau kaos lebih

terlihat rapi.

c) Pengemasan

Kaos atau pakaian yang telah disetrika kemudian dimasukkan ke

dalam plastik pembungkus agar tetap bersih.

b. Alat-alat produksi

1) Mesin potong

Mesin ini digunakan untuk memotong kain atau bahan sesuai dengan

ukuran atau model yang telah ditentukan.

2) Mesin jahit

Mesin ini digunakan untuk menjahit kain atau bahan setelah dipotong-

potong sesuai dengan pola atau bentuk.

3) Mesin obras

Mesin ini digunakan untuk mengobras kain atau bahan setelah disablon.

4) Alat sablon

Alat ini digunakan untuk mencetak gambar atau tulisan desain ke kaos

yang akan disablon.

5) Gunting

Alat ini digunakan untuk membersihkan sisa-sisa benang atau untuk

membradil.

6) Mesin pelobang dan pemasang kancing

Mesin ini digunakan untuk melobangi kaos atau pakaian yang kemudian

dipasangi kancing sesuai dengan pola atau modelnya.

7) Setrika (uap)

Alat ini digunakan untuk merapikan kaos atau pakaian sebelum dikemas

dan setelah itu didistribusikan ke konsumen.

G. Volume Penjualan

Dalam penjualan produk ekspor dari tahun 1992 sampai tahun 2009 ini

peningkatan volume ekspor PT. Mondrian cukup tinggi. Berikut ini adalah

data mengenai penjualan produk PT. Mondrian tahun 2009:

Gambar 3.3

Prosentase Penjualan Produk Ekspor

PT. Mondrian Tahun 2009

Sumber : Departement export PT. Mondrian

H. Personalia

a. Penerimaan Tenaga Kerja

Penerimaan tenaga kerja pada PT. Mondrian didasarkan pada

permintaan masing-masing unit produksi akan kebutuhan karyawan. Setiap

unit mengajukan permintaan kepada bagian personalia kemudian bagian

personalia merekrut karyawan baru menggunakan media :

1) Data base pelamar yang masuk

Perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan mengumpulkan data-data

pelamar secara langsung ke perusahaan.

2) Iklan melalui media cetak

Perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan memasang iklan di media

cetak.

3) Campus to campus

Bekerja sama dengan perguruan tinggi (kampus) merupakan salah satu

media efektif untuk merekrut tenaga kerja.

b. Jumlah Karyawan

PT. Mondrian Klaten mempunyai karyawan sejumlah 1200 orang yang

terdiri dari :

1) Tenaga kerja langsung sebanyak 720 orang

2) Tenaga kerja tidak langsung sebanyak 480 orang

c. Waktu Kerja

Waktu kerja yang diterapkan PT. Mondrian adalah jam kerja normatif

berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu :

Tabel 3.1

Jam Kerja Karyawan

Hari Masuk Istirahat Masuk

Senin-Kamis 07.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.30

Jum’at 07.30-11.30 11.30-13.00 13.00-15.30

Sumber : Departemen personalia PT. Mondrian.

a. Sistem Penggajian

Sistem penggajian dan pengupahan pada PT. Mondrian dilakukan oleh

bagian personalia.

Komponen upah karyawan PT. Mondrian adalah :

1) Upah Harian

Sistem upah ini berlaku untuk karyawan harian dan diberikan pada akhir

minggu berjalan.

2) Upah Bulanan

Sistem upah ini berlaku untuk karyawan tetap dan diberikan pada akhir

bulan berjalan.

3) Upah Borongan

Upah ini diberikan pada karyawan dengan memperhitungkan hasil kerja

yang dicapai, semakin banyak hasil pekerjaannya maka semakin besar

pula upah yang diterima. Diberikan pada akhir minggu berjalan.

e. Fasilitas Kerja

Dalam memberikan motivasi kepada karyawan, PT. Mondrian

memberikan jaminan sosial selain gaji. Jaminan sosial adalah pemberian

dari perusahaan yang diberikan kepada karyawan menurut keadaan, waktu

dan kebutuhan masing-masing karyawan, antara lain :

1) Menjadi peserta program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

2) Seluruh karyawan diikut sertakan dalam wadah SPSI (Serikat Pekerja

Seluruh Indonesia).

3) Karyawan yang mendapat musibah, misalnya kematian orang tua/ istri/

suami/ anak/ saudara sekandung, akan mendapatkan bantuan sosial dan

uang duka dari perusahaan.

4) Cuti bagi karyawati yang melahirkan dan mendapat sumbangan dari

perusahaan.

5) Apabila pekerja mengalami kecelakaan kerja, maka segala yang timbul

menjadi tanggung jawab perusahaan.

6) Karyawati tetap akan mendapatkan seragam dari perusahaan

7) Memberikan tunjangan hari raya, misalnya pada saat lebaran dan natal.

B. Pembahasan

2. Mekanisme Ordersheet yang diterapkan PT Mondrian Klaten

Di dalam transaksi jual beli barang atau jasa, harapan pembeli dan

penjual adalah sama-sama dipuaskan baik dari segi pesanan maupun

kemudahan pelayanan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mencapai kesepakatan pesanan tetapi adakalanya kesepakatan tidak

tercapai, oleh karena itu penulis memfokuskan penelitian dalam hal yang

tercapai kesepakatan yaitu melalui analisis dari adanya ordersheet.

Ordersheet dikirim oleh pembeli kepada penjual setelah terlebih dahulu

pihak pembeli mengetahui deskripsi barang dapat dilihat pada katalog

yang terdapat pada website PT. Mondrian yaitu http//www.pt

mondrian.com. Pembeli mengirimkan ordersheet kepada penjual dengan

menyebutkan spesifikasi barang yang dikehendakinya. Dalam hal ini maka

pembeli memenuhi syarat untuk mendapatkan barang yang dipesannya.

Jika penjual setuju untuk memproduksi barang sesuai dengan ordersheet

yang dikirim oleh pembeli maka penjual akan mengirim performa invoice

melalui fax atau email kepada pembeli.

Performa invoice berfungsi sebagai tanggapan bahwa penjual telah

menerima ordersheet yang dikirim pembeli, dan penjual setuju

memproduksi dan menjual barang sesuai yang dipesan oleh pembeli.

Penentuan ukuran kontainer, pengiriman barang, waktu pengiriman

barang, packing, dan tujuan pengiriman barang. Sedangkan untuk jenis

pembayaran dan persyaratan penyerahan barang telah disepakati

sebelumnya antara penjual dan pembeli.

Poin mengenai syarat penyerahan barang sangat ketat sehingga harus

dinegosiasikan sedemikian rupa agar terciptanya kesepakatan kedua pihak,

jika syarat penyerahan barang menggunakan incoterm yang memerlukan

jasa pihak asuransi maka kesepakatan harus diperjelas dan diperinci lebih

jauh tentang tanggung jawab penjual dan pembeli untuk menanggung

biaya asuransi maka tidak perlu diperinci lebih jauh. Untuk selanjutnya

penulis akan menjelaskan secara terperinci tentang tahapan ordersheet

pada PT Mondrian Klaten adalah sebagai berikut:

Gambar 3.4

Ordersheet PT. Mondrian Klaten

1. Promosi

2. Komunikasi

3. Penawaran

4. Ordersheet

5. Analisis Ordersheet

6. Negosiasi

Tidak sepakat 7. Sepakat

Sumber: PT Mondrian Klaten

1) Promosi

Manager pemasaran melakukan promosi melalui internet

dengan membuka website yang beralamat

http//www.ptmondrian.com dan melakukan korespondensi

dengan mengirimkan email pada alamat ptmondrian.com

2) Komunikasi

Komunikasi yang dimaksud disini adalah proses hubungan

antara marketing PT Mondrian dengan calon buyer. Media

9. Proses Produksi

Gagal 8. Invoice Proforma

10. Pengirimaan barang

11.Pembayaran

komunikasi yang digunakan biasanya melalui telepon, fax, dan

saling berkirim email. Komunikasi semacam ini memegang

peranan penting karena PT Mondrian tidak menggunakan surat-

surat lazimnya proses ordersheet. Seperti yang diawali dengan

introduction letter, inquiry for a quotation, offersheet, dan

ordersheet.

Dalam menindaklanjuti promosi diatas, apabila pembeli

(buyer) berminat dengan produk-produk PT Mondrian maka

buyer langsung mengutarakan keinginan tersebut melalui telepon,

fax, atau email. Informasi yang ingin diketahui oleh buyer terkait

dengan pesanan barang dapat diperoleh melalui telepon, fax, atau

email.

3) Penawaran/offer

Penawaran tidak selalu tertulis, secara lisanpun bisa. Tujuan

dari penawaran adalah untuk memberikan informasi yang lengkap

kepada pembeli (buyer) untuk dapat mengambil keputusan dalam

menempatkan pesanan. PT Mondrian melakukan penawaran

kepada pembeli (buyer) melalui telepon atau email.

4) Ordersheet

Ordersheet yang dikirim atau diberikan pembeli (buyer) PT

Mondrian berupa technical drawing atau foto, technical drawing

dapat dikirim melalui email, fax, atau datang langsung.

5) Analisis ordersheet

Setelah menerima ordersheet dari buyer, PT Mondrian

menganalisis untuk mengetahui barang yang dipesan bisa

dikerjakan, kerena disesuaikan dengan mesin-mesin yang dimiliki

PT Mondrian . Langkah selanjutnya adalah mengecek stok dari

supplier, setelah itu adalah menghitung biaya produksi, yang

meliputi biaya finishing, biaya lain-lain.

6) Negosiasi

Setelah diketahui jenis barang dari supplier, berapa banyak

barang tersebut, aksesoris serta biaya untuk proses finishing maka

pihak PT. Mondrian mengadakan negoisasi dengan pihak buyer.

Hal-hal yang menjadi bahan negosiasi meliputi harga per pieces,

total harga, kualitas barang, syarat penyerahan barang, jenis

pembayaran, hal-hal lain bisa ditambahkan sesuai kesepakatan

dengan buyer.

7) Sepakat atau tidak sepakat

Apabila dalam negosiasi dengan pembeli (buyer) tercapai

kata sepakat, maka dapat dilanjutkan proses selanjutnya. Tetapi

bila dalam negosiasi mengalami jalan buntu atau tidak tercipta

kesepakatan, maka proses berakhir. Dalam penelitian ini penulis

menfokuskan penelitian dalam hal tercapainya kesepakatan.

8) Invoice proforma

Pihak PT. Mondrian membuat proforma invoice untuk

menerima atau menyetujui proforma invoice yang dibuat PT.

Mondrian yang berisi alamat PT. Mondrian , tanggal proforma

invoice dibuat, deskripsi barang, kuantum barang, harga satuan,

total harga, tanda tangan atau nama lengkap atau jabatan penjual.

9) Proses produksi

Setelah proforma invoice diterima dan disetujui oleh pembeli

(buyer), selanjutnya PT. Mondrian melakukan koordinasi antar

bagian untuk memulai proses produksi.

10) Pengiriman barang

Setelah barang pesanan jadi, maka tahap selanjutnya adalah

proses pengiriman barang. Pada banyak kasus, PT. Mondrian

menggunakan term FOB (Free On Board).

11) Pembayaran

Pembayaran dilakukan melalui Telegraphic Transfer (TT)

beberapa hari setelah pengiriman barang atau tergantung

kesepakatan dengan pembeli (buyer). Pengurusannya melalui

dokumen Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin

(COO).

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

terdapat perbedaan antara teori ordersheet dan praktik ordersheet

dengan praktiknya pada PT Mondrian . Penjelasan kali ini penulis

batasi hanya pada promosi sampai pada ordersheet.

Tabel 3.2

Perbedaan Teori Ordersheet dengan Praktik Ordersheet pada PT.

Mondrian Klaten Dengan Agent

No. Teori Ordersheet Praktik Ordersheet Kesimpulan

1 Promosi

Berbentuk brosur

dan introduction

letter.

Promosi PT.

Mondrian

menggunakan brosur

untuk pameran

dagang dan website

Promosi PT. Mondrian

tidak menggunakan

introduction letter

2 Inquiry

Berbentuk letter of

inquiry

PT. Mondrian

melakukan

komunikasi melalui

telepon, lalu

ditanggapi melalui

email, dan fax.

Permintaan keterangan

harga dilakukan oleh buyer

dengan cara telepon. Lalu

ditanggapi PT. Mondrian

lewat email atau fax.

3 Offer

Berbentuk

offersheet

Tidak ada dokumen

offersheet

Penawaran PT. Mondrian

dilakukan melalui telepon

atau bertatap muka.

4 Order

Berbentuk

ordersheet

Tidak ada dokumen

ordersheet

Pesanan barang oleh buyer

berbentuk technical

drawing atau foto.

Sumber: PT. Mondrian, 2010 (diolah) dan Amir, 2002: 51

Berdasarkan tabel 3.2 di atas menunjukkan perbedaan

mendasar antara teori ordersheet dengan praktik ordersheet pada

PT. Mondrian terletak pada dokumen-dokumen yang menyertai

setiap proses sampai terjadinya ordersheet. Teorinya pada setiap

tahap ordersheet terdapat dokumen-dokumen seperti introduction

letter, letter of inquiry, offersheet, dan ordersheet. Pada PT.

Mondrian tidak menggunakan surat-surat resmi dalam proses

ordersheet. Proses sampai pada terjadinya ordersheet pada PT.

Mondrian lebih banyak dilakukan dengan jalan bertatap muka

langsung, saling berkirim email, fax, dan telepon.

3. Hambatan-hambatan dalam proses Ordersheet PT. Mondrian Klaten

a. Watak buyer yang kaku

Perbedaan mengenai budaya, tradisi, agama, bentuk tubuh, iklim,

dan cuaca sangat berpengaruh pada watak seseorang (buyer),

khususnya dalam proses negosiasi. Eksportir memerlukan pengkajian

yang mendalam untuk bisa mengetahui watak dari buyer agar proses

negosiasi menjadi lancar. Ada buyer yang berwatak arogan, kaku

dalam negosiasi, tetapi ada pula buyer yang berwatak hangat dan lunak

dalam menjalin kerjasama.

PT. Mondrian merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai

buyer yang berwatak arogan dan kaku khususnya buyer dari Los

Angeles dalam melakukan kerjasama. Hal tersebut merupakan suatu

hambatan bagi PT. Mondrian yang bisa berdampak pada kegiatan

bisnisnya yaitu terhambatnya proses negosiasi.

b. Klaim atas kerusakan barang

Pelayanan terhadap pelanggan atau buyer merupakan hal

terpenting dalam suatu bisnis ekspor impor karena dengan pelayanan

yang baik maka buyer akan merasa puas, hal tersebut yang selalu

dilakukan oleh PT. Mondrian.

Tetapi suatu ketika PT. Mondrian mempunyai masalah terhadap

bahan tekstil yang digunakan atau ruang stok barang yang kurang

bersih atau palet yang kualitasnya jelek atau jangka waktu produksi

yang terlalu lama dengan pengiriman barang serta kurangnya ketelitian

dalam mengecek barang yang berpengaruh terhadap kerusakan barang

yaitu terdapatnya kain yang terlalu jelek, sehingga buy er tidak merasa

puas dengan pelayanan PT. Mondrian dan mengirim klaim kerusakan

barang.

Hal tersebut merupakan masalah yang sangat fatal yang

berpengaruh pada nama baik PT. Mondrian yang menyangkut kualitas

kualitas barangnya.

c. Kapasitas produksi kurang teratur

Pesanan (order) kadangkala dalam jumlah besar, sedangkan stok

barang di PT. Mondrian kurang mencukupi untuk memenuhi pesanan

tersebut, sehingga PT. Mondrian harus memesan kain kepada supplier

terlebih dahulu. Hal tersebut akan berdampak pada jangka waktu

negosiasi dan pengiriman barang menjadi agak lama, serta proses

cutting menjadi terburu-buru.

d. Waktu penyelesaian pesanan sempit

Setiap ada pesanan yang masuk selanjutnya ditindak lanjuti

dengan rapat antar bagian operational manager, marketing, kepala

bagian produksi, dan bagian PPIC (Production Planing Invetntory

Control) untuk menentukan apakah PT. Mondrian mampu

mengerjakan pesanan tepat waktu. Dan jika berdasarkan hasil rapat

diperoleh bahwa waktu yang diberikan untuk proses produksi sempit

yang akan berdampak pada keterlambatan pengiriman barang, maka

pihak marketing harus melakukan korespondensi lagi

dengan buyer untuk menegosiasikan masalah tersebut sehingga

menimbulkan kesepakatan yang saling menguntungkan.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian pada Bab III, maka dapat diambil

kesimpulan mengenai mekanisme Ordersheet pada PT. Mondrian yaitu:

1. Mekanisme ordersheet yang diterapkan PT. Mondrian adalah promosi-

komunikasi- offer (penawaran menggunakan telepon, email, atau fax)-

order (berbentuk technical drawing/gambar dari buyer). Mekanisme

tersebut tidak seperti teori. Proses ordersheet yang diterapkan di PT.

Mondrian lebih sederhana karena tidak menggunakan dokumen-dokumen

selayaknya di teori, tetapi proses ordersheet hanya menggunakan media

telepon untuk selanjutnya ditanggapi dengan email dan fax.

Ordersheet yang berupa technical drawing/gambar dari Los Angeles,

United States tersebut berisikan tentang kesepakatan bisnis yang

mengikat kedua belah pihak, diantaranya nama barang yang dipesan,

kualitas barang, kuantitas barang, harga satuan, harga total, valuta asing

yang digunakan ($), jenis container yang digunakan (general 40”),

pelabuhan muat (Jakarta), pelabuhan tujuan (Los Angeles, United States),

tanggal pengapalan (23 Maret 2009), cara pembayaran (D/P), cara

penyerahan barang atau sering disebut incoterm (FOB Jakarta).

2. Hambatan-hambatan dalam proses Ordersheet PT. Mondrian adalah:

a. Watak buyer (Los Angeles) yang kaku

b. Klaim atas kerusakan barang

c. Kapasitas produksi kurang teratur

d. Waktu penyelesaian pesanan sempit.

B. Saran

Dari hasil penelitian mengenai mekanisme ordersheet PT. Mondrian

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Tahapan-tahapan ordersheet seperti introduction letter, inquiry for a

quotation, offersheet, ordersheet, dan proforma invoice hendaknya

berbentuk dokumen tertulis, karena sebagai alat untuk mengikat kedua

belah pihak untuk menjalankan hak dan kewajiban masing-masing.

2. Masalah watak buyer (Los Angeles) yang kaku dapat diatasi oleh pihak

marketing dengan cara lebih luwes dalam negosiasi dan mempelajari

secara detail mengenai watak serta selera dari buyer untuk memperlancar

proses negoisasi.

3. Masalah klaim atas kerusakan barang diatasi dengan melakukan

koordinasi dengan bagian produksi dan quality control. Bagian produksi

lebih memperhatikan alat-alat produksi serta kebersihan di setiap ruang

produksi, dan pihak quality control lebih meningkatkan ketelitian dalam

mengecek kain dari supplier, kain yang siap packing atau sebelum barang

dikirim.

4. Masalah kapasitas produksi yang kurang teratur dapat diantisipasi dengan

lebih meningkatkan koordinasi antara bagian PPIC (Production Planing

Inventory Control) dengan manager produksi beserta karyawan bagian

produksi agar kegiatan tersebut bisa lebih terkontrol.

5. Sedangkan masalah penyelesaian pesanan yang sangat sempit, PT.

Mondrian dapat melakukan koordinasi dengan bagian produksi untuk

mengerjakan pesanan dari pembeli (buyer).

DAFTAR PUSTAKA

Amir, MS, 2000, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, PPM, Jakarta.

, 2002, Kontrak Dagang Ekspor, PPM, Jakarta.

, 2004, Korespondensi Bisnis Ekspor Impor, PPM, Jakarta.

Hinkel , E., 1994 , Dictronary of international trade ,PPM ,Jakarta

Hutabarat , R., 1992 , Transaksi ekspor impor , Erlangga , Jakarta

ICC , 2003 , Guide to Business Ekspor Import

Lastio, Hasil Wawancara, 04 Maret 2010.

Mery , Maryati, Pelatihan Ekspor Costing And Pricing

PPEI, 2009, Kumpulan Makalah Pelatihan Prosedur Ekspor.

PT Mondrian, Buku Aturan Perusahaan

Sudijono, catatan perkuliahan Transportasi dan Kepabeanan.