analisis kandungan bahan organik (rasio c/n) dan ph kompos taman tani salatiga

Upload: suprianto-wila

Post on 02-Nov-2015

91 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

laporan Praktikum Bioteknologi Lingkungan

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

    ANALISIS KANDUNGAN BAHAN ORGANIK (RASIO C/N) dan

    pH KOMPOS TAMAN TANI SALATIGA

    Disusun oleh:

    Suprianto Wila

    512008016

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2012

  • PENDAHULUAN

    Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan

    senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.

    Kompos dapat digunakan sebagai pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah.

    Kompos berfungsi dalam perbaikan struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkatan

    daya resap tanah terhadap air. Kompos dapat mengurangi kepadatan tanah lempung dan

    membantu tanah berpasir untuk menahan air, selain itu kompos dapat berfungsi sebagai

    stimulan untuk meningkatkan kesehatan akar tanaman. Hal ini dimungkinkan karena kompos

    mampu menyediakan makanan untuk mikroorganisme yang menjaga tanah dalam kondisi

    sehat dan seimbang, selain itu dari proses konsumsi mikroorganisme tersebut menghasilkan

    nitrogen dan fosfor secara alami (Isroi, 2008).

    Kompos memiliki kandungan unsur hara yang terbilang lengkap karena mengandung

    unsur hara makro dan unsur hara mikro. Namun jumlahnya relatif kecil dan bervariasi

    tergantung dari bahan baku, proses pembuatan, bahan tambahan, tingkat kematangan dan cara

    penyimpanan. Namun kualitas kompos dapat ditingkatkan dengan penambahan

    mikroorganisme yang bersifat menguntungkan (Simamora dan Salundik, 2006).

    Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang

    menurun sejalan dengan waktu. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan

    antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun

    kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai

    atau membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap

    baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti :

    daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N

    yang melebihi 30 (Sutedjo, 2002).

    Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang perlu

    diperhatikan adalah sebagai berikut:

    Kelembapan timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia,

    agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.

    Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.

    Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga dilakukan

    pembalikkan untuk menurunkan temperatur.

    Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH turun,

    untuk itu diperlukan pembalikkan.

  • Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah kapur seperti dolomit atau

    abu.

    Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas kompos.

    TUJUAN

    Mengetahui rasio C/N tertinggi dari sampel kompos yang bebeda umur.

    Melihat pengaruh perbedaan umur terhadap rasio C/N sampel kompos.

    Mengetahui pH tertinggi dari sampel kompos yang bebeda umur.

    Melihat pengaruh perbedaan umur terhadap pH sampel kompos.

    ALAT DAN BAHAN

    Analisis Kadar Bahan Organik (C)

    Alat Bahan

    Sprektofotometer 584 nm

    Kuvet

    Corong

    Pipet volume

    Gelas piala

    Timbangan

    Gelas ukur

    Sampel kompos

    Kertas saring

    K2Cr7O7 N

    H2SO4 pekat

    Glukosa

    Analisis Kadar Nitrogen

    Alat Bahan

    Labu Kjeldahl 100 mL

    Labu destilasi

    Buret

    Erlenmeyer 100 mL

    Timbangan analitik

    Sampel kompos

    Campuran Se, CuSO4,

    Na2SO4

    Larutan H2SO4 pekat

    Larutan NaOH 30%

    Larutan H3BO3 4%

    Larutan H2SO4 0,05 N

    Indikator campuran Merah

    Metil dan Hijau Bromkresol

    dan ethanol 90%

  • Pengukuran pH

    Alat Bahan

    Timbangan

    Shaker

    Botol kocok

    pH strip

    Sampel kompos

    Air destilata

    Larutan NaOH 30%

    Larutan H3BO3 4%

    CARA KERJA

    Analisis Kandungan Bahan Organik (C) ~ Metode Kjeldahl

    Timbang 1 g sampel kompos, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl

    Tambahkan 2 g campuran selen dan 5 mL H2SO4 ke dalam labu dan diusahakan

    semua tanah terbasahi oleh H2SO4.

    Dipanaskan di alat destruksi yang dilakukan di ruang asam, mula-mula dengan api

    kecil yang perlahan-lahan dibesarkan sampai diperoleh suatu cairan berwarna

    terang (hijau kebiruan), pemanasan diteruskan sampai 15 menit lagi, lalu

    didinginkan.

    Tambahkan air destilata sebanyak 100 mL dan dipindahkan isinya secara

    kuantitatif ke dalam destilasi, ditambah batu didih.

    Siapkan erlenmeyer yang berisikan 10 mL H3BO3 4 % yang diberi 5 tetes indikator

    campuran.

    Setelah pemanasan alat destilata siap, tambahkan 10 mL NaOH 30 % ke dalam

    labu destilasi dan destilasi segera dimulai.

    Destilat yang ditampung kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,05 N yang telah

    dibakukan. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi

    menjadi merah muda/merah kembali.

    Lakukan pekerjaan destilasi dan titrasi untuk blanko, yaitu tanpa kompos (air

    destilata saja).

    Analisis Kandungan Nitrogen

    Timbang 10 g sampel kompos kering udara dan masukkan ke dalam gelas piala.

  • Tambahkan 10 mL larutan K2Cr2O7 (dengan pipet), kemudian dengan hati-hati

    tambahkan 20 mL H2SO4 pekat (dengan gelas ukur atau pipet volume) dan

    dilakukan di ruang asam. Gelas piala dialasi potongan kayu dan dibiarkan selama

    10 menit.

    Tambahkan 100 mL air dan biarkan selama 30 menit, lalu disaring.

    Ukur absorbance filtrat dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 584 nm.

    Bandingkan dengan absorbance deret standar.

    Pengukuran pH

    Timbang 10 g kompos dan masukkan ke dalam botol kocok

    Tambahkan 25 mL air destilata

    Dikocok menggunakan shaker selama 15 menit.

    Kemudian diukur menggunakan pH meter

    HASIL ANALISIS

    Tabel 1. Hasil analisis rasio C/N dan pH sampel kompos

    Kompos Umur Kompos C N C/N ratio pH

    Sampel 1 0 MSP 33,211 % 0,897 % 37,024 9,5

    Sampel 2 4 MSP 27,389 % 3,282 % 8,345 8

    Sampel 3 8 MSP 25,423 % 3,467 % 7,332 7,5

    Sampel 4 12 MSP 28,061 % 3,894 % 7,206 7

    Sampel 5 16 MSP 27,969 % 4,341% 6,442 7

    (Perhitungan terlampir)

    PEMBAHASAN

    Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena rasio C/N

    bahan oraganik segar masih sangat tinggi, maka dari itu dilakukan pengomposan untuk

    menurunkan rasio C/N. Dengan melihat besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan

    nitrogen (rasio C/N) yang terkandung dalam kompos, kita dapat menilai kualitas dari kompos

    tersebut. Melalui praktikum ini, praktikan mencoba menganalisis kandungan bahan oraganik

    (C) dan kadar N serta pH dari lima sampel kompos yang berbeda umur.

    Sampel kompos yang digunakan yakni kompos diambil dari KPTT Salatiga. Metode

    pengomposan yang digunakan di KPTT Salatiga adalah metode Heap (timbunan), dimana

    pengomposan dilakukan di atas permukaan tanah dan dibagi ke dalam 5 petak timbunan

  • berdasarkan perbedaan umur kompos. Umur kompos (MSP=Minggu Setelah Pengomposan)

    dalam masing-masing petak yakni: 0 MSP (petak 1); 4 MSP (petak 2); 8 MSP (petak 3); 12

    MSP (petak 4); Kompos siap pakai (petak 5). Petak timbunan dibuat berukuran kira-kira lebar

    2 m, panjang 2 m dan tinggi timbunan 1,5 m.

    Konsep KPTT yaitu pertanian terpadu sehingga bahan-bahan untuk pembuatan

    kompos berasal dari sampah dedaunan, residu sisa tanaman, rumput segar, kotoran ternak

    dari area KPTT sendiri. Bahan-bahan tersebut ditimbun dalam petak hingga mencapai

    ketinggian sekitar 1,5 m, kemudian diberi bioaktivator EM4 dan didiamkan selama 3 hingga

    4 minggu. Kelembaban dijaga dengan menambahkan air secukupnya, dan pembalikan

    dilakukan setelah 4, 8, 12 minggu setelah proses pengomposan berlangsung.

    Dari hasil analisis (Tabel 1.) dapat dilihat bahwa proses pengomposan selama 16

    minggu dapat menurunkan rasio C/N dari 37,024 hingga 6,442. Hal ini menunjukkan bahwa

    penggunaan EM4 sebagai agen bioaktivator efektif dalam menurunkan rasio C/N, namun

    kualitas kompos ini tidak dapat dianggap baik karena rasio C/N menjadi terlalu rendah

    sedangkan kualitsas kompos dianggap baik jika memiliki rasio C/N antara 12-15.

    Penurunan pH juga terjadi sejalan dengan lamanya waktu pengomposan bahan. Dapat

    dilihat bahwa pengomposan selama 16 minggu menurunkan pH bahan organik dari 9,5

    menjadi 7. Hal ini tentunya terjadi karena aktivitas mikroorganisme yang menghasil asam-

    asam organik selama proses pengomposan berlangsung sehingga meyebabkan penurunan pH

    bahan organik.

    KESIMPULAN

    1. Rasio C/N tertinggi terdapat pada sampel kompos 1 dengan rasio C/N 37,024 dan

    terendah pada sampel kompos 5 dengan rasio C/N 6,44.

    2. Lamanya waktu pengomposan berpengaruh terhadap penurunan rasio C/N kompos.

    Semakin lama waktu pengomposan maka rasio C/N akan semakin rendah.

    3. pH tertinggi terdapat pada sampel kompos 1 dengan nilai 9,4 sedangankan pH

    terendah terdapat pada sampel kompos 5 dengan nilai 7.

    4. Lamanya waktu pengomposan berpengaruh terhadap penurunan pH kompos. Semakin

    lama waktu pengomposan maka pH kompos akan semakin menurun.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Isroi. 2008. Kompos. Peneliti pada Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Dari

    http://isroi.files.wordpress.com/2008/02/kompos.pdf Bogor. (diakses 9 Desember

    2012).

    Simamora, Suhut & Salundik, 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan

    Kualitas Kompos. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka

    Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.

    Yogyakata: Kanisius

    Sutedjo, M, M. 2002. Pupuk dan Cara Penggunaan. Jakarta : Rineka Cipta