analisis faktor-faktor yang mempengaruhi...

94
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR IKAN TUNA KE NEGARA JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT TAHUN 2005-2014 SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : ARDI BRAMANTYA NIM. 135080407111004 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR IKAN TUNA

    KE NEGARA JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT TAHUN 2005-2014

    SKRIPSI

    PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

    JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

    Oleh :

    ARDI BRAMANTYA

    NIM. 135080407111004

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • 2

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR IKAN TUNA KE NEGARA JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT TAHUN 2005-2014

    SKRIPSI

    PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

    JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

    di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh:

    ARDI BRAMANTYA

    NIM. 135080407111009

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • PERNYATAAN ORISINALITAS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi dengan judul “Analisis Faktor-

    Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tuna Ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 2005-2014”

    yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang

    pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

    diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam

    daftar pustaka.

    Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil penjiplakan

    (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan

    hukum yang berlaku di Indonesia.

    Malang, 31 Juli 2017

    Mahasiswa,

    Ardi Bramantya

  • UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu

    menyelesaikan segala rintangan hidup dalam menuntut ilmu.

    2. Ibu Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir.

    Nuddin Harahab, MP sebagai pembimbing II.

    3. Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP selaku Penguji I dan Bapak Mochammad

    Fattah, S.Pi, M.Si sebagai Penguji II.

    4. Ayah Tri Didik Sadjianto dan Ibunda Arni Mutia tercinta, atas doa,

    kesabaran, ketulusan serta support moral dan material sehingga penulis

    bisa menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada adik-adik tercinta Andini

    Sabrina Puteri dan Anindya Nugraheni yang tak lupa memberi doa dan

    semangat kepada penulis.

    5. Rekan-rekan kelas A05, Bayu, Galih, Faiz, Rio, Umam, Sony, Yoga,

    Helya, Vivi, Noni, Iffa, Fera, Dhea, Madu dan rekan lain sejurusan SEPK

    yang telah sama-sama berjuang menuntut ilmu di Brwaijaya.

    6. Sahabat-sahabat terbaik, Hayate, Yuji dan Erumi atas support moral dan

    diskusi hebat walaupun terpisah puluhan kilometer jauhnya.

    7. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun

    tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Malang, 31 Juli 2017

    Penulis

    Ardi Bramantya

  • RINGKASAN

    ARDI BRAMANTYA. Skripsi tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tuna ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 2005-2014 (di bawah bimbingan Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP dan Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP)

    Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu

    Negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus terus diupayakan untuk dapat meraih berbagai peluang dan kesempatan yang ada. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan berbagai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara untuk dapat dijual di luar negeri. Salah satu pendorong pertumbuhan industri dan ekonomi adalah ekspor. Oleh sebab itu, untuk mengahadapi era perdagangan bebas, maka Indonesia di tuntut untuk menyusun dan melakukan strategi ekspor yang tepat dan tidak hanya bertumpu pada ekspor migas saja.

    Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP per kapita Negara importir (X3) dan Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4) terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika Serikat (Y), menjelaskan perbedaan kebijakan perdagangan luar negeri antara Negara Jepang dan Amerika Serikat dan mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh kebijakan perdagangan luar negeri Jepang dan Amerika Serikat terhadap ekspor ikan tuna Indonesia.

    Penelitian ini menggunakan data time series selama periode 2005-2014 denga variabel-variabel diantaranya Harga Ekspor Tuna, Nilai Tukar, GDP per kapita Negara importir dan Produksi Ikan Tuna Indonesia terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika Serikat.

    Berdasarkan hasil analisis linier berganda, harga ekspor ikan tuna, nilai tukar, GDP/kapita dan produksi tuna Indonesia secara bersama-sama mempengaruhi volume ekspor ikan tuna Indonesia ke Jepang sebesar 91,1% dan ke Amerika Serikat sebesar 67,3%. Harga ekspor ikan tuna secara parsial berpengaruh terhadap volume ekspor ikan tuna Indonesia baik ke Kepang maupun ke Amerika Serikat, sedangkan nilai tukar, GDP/kapita dan produksi tuna Indonesia secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap volume ekspor ikan tuna Indonesia baik ke Jepang maupun ke Amerika Serikat.

    Untuk negara Jepang, Peraturan impor terkait dengan produk perikanan adalah (1) Foreign Exchange and Foreign Trade Act, (2) Food Sanitation Act, (3) Customs Act dan (4) Act on The Promotion of Effective Utilization of Resources. Sedangkan yang menjadi Peraturan penjualan produk adalah (1) Food Sanitation Act, (2) Product Liability Act, (3) Act on Specified Commercial Transactions dan (4) Act on the Promotion of Sorted Garbage Collection and Recycling of Containers and Packaging. Sedangkan untuk Amerika Serikat, Berdasarkan peraturan dari US Food and Drug Administration (FDA), semua barang yang akan masuk ke dalam Amerika Serikat, termasuk barang untuk keperluan pribadi, wajib dilaporkan kepada US Customs and Border Protection (CBP). Selain itu, semua barang yang akan diimpor masuk ke dalam Amerika akan ditinjau dan diperiksa oleh FDA dan harus memiliki standar yang sama dengan produk dalam negeri. Dengan Jepang, Indonesia telah mengimplementasikan kesepakatan Indonesia-

    Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) sejak 1 Juli 2008. Beberapa

    hasil kesepakatan IJEPA di sektor perikanan adalah penurunan TBM di Jepang

  • untuk seluruh produk udang, ikan hias, dan mutiara. Namun demikian, masih

    terdapat beberapa produk utama Indonesia yang dikenakan tarif normal yang

    bervariasi antara 3,5 %-15% terutama untuk teri, sarden dan tuna, makarel,

    rajungan, abalone, teripang, telur ikan, dan tuna olahan. Sedangkan di Amerika

    Serikat, Adanya ketidak setaraan standar dan regulasi Indonesia dengan

    Amerika Serikat menimbulkan dampak penolakan produk perikanan Indonesia di

    negara tersebut. Selama tahun 2010-2012 terjadi penolakan produk Indonesia

    yang didominasi oleh produk perikanan, dengan penyebab utama Salmonella

    dan filthy. Penyebab penolakan tersebut terkait dengan praktek GMP, sanitasi

    dan penerapan HACCP. Selain itu SIMP juga menjadi faktor penolakan produk

    perikanan Indonesia.

  • KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

    rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan proposal usulan Skripsi yang

    berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Ikan Tuna Ke

    Jepang dan Amerika Serikat Tahun 2004-2015.

    Dalam hasil penelitian ini, penulis ingin menganalisis pengaruh harga,

    nilai tukar, GDP/kapita dan produksi tuna terhadap volume ekspor tuna ke

    Jepang dan Amerika Serikat, membandingkan kebijakan perdagangan luar

    negeri Jepang dan Amerika, serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna Indonesia

    ke Jepang dan Amerika Serikat.

    Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang

    dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,

    tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis

    mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

    membutuhkan.

    Malang, 17 Juli 2017

    ARDI BRAMANTYA

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................................... iv

    UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................................. v

    RINGKASAN ................................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xii

    1. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 5

    2.1 Tinjauan Empiris ................................................................................................... 5 2.2 Tinjauan Teoritis ................................................................................................... 6 2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional ....................................................... 6 2.2.2 Pengertian Ekspor ...................................................................................... 6 2.2.3 Harga Ekspor .............................................................................................. 7 2.2.4 Macam Ekspor ............................................................................................ 7 2.2.5 Nilai Tukar .................................................................................................. 9 2.2.6 Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Products) .................................... 11 2.3 Kerangka Berfikir....................................................................................................... 11 3. METODE PENELITIAN............................................................................................... 13

    3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................... 13 3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 13 3.3 Variabel Penelitian ................................................................................................ 14 3.3.1 Identifikasi Status Variabel .......................................................................... 14 3.3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................................... 15 3.4 Jenis dan Sumber Data ........................................................................................ 17 3.5 Analisis Data ........................................................................................................ 18 3.5.1 Analisis Deskriptif ....................................................................................... 18 3.5.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 19 3.5.2.1 Uji Normalitas .................................................................................... 19 3.5.2.2 Uji Autokorelasi ................................................................................. 19

  • 3.5.2.3 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 20 3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 20 3.5.3 Analisis Linear Berganda ............................................................................ 21 3.5.4 Uji Hipotesis ................................................................................................ 22 4.HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 24

    4.1 Keadaan Umum Negara Tujuan Ekspor Ikan Tuna Indonesia ............................ 24 4.1.1 Jepang ..................................................................................................... 24 4.1.2 Amerika Serikat ........................................................................................ 25 4.2 Deskripsi Variabel Penelitian .............................................................................. 26 4.2.1 Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika Serikat pada tahun

    2005-2014 (Y). ......................................................................................... 26 4.2.2 Harga Ekspor Tuna (X1) ........................................................................... 28 4.2.3 Nilai Tukar (X2) ........................................................................................ 29 4.2.4 GDP per Kapita (X3) ................................................................................. 30 4.2.5 Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4) ........................................................... 32 4.3 Pengaruh Harga, Nilai tukar, GDP Terhadap Volume Ekspor Tuna Indonesia ke

    Jepang dan Amerika Serikat tahun 2005-2014 .................................................. 34 4.3.1 Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 34 4.3.1.1 Uji Normalitas .................................................................................... 34 4.3.1.2 Uji Multikolinearitas ........................................................................... 39 4.3.1.3 Uji Autokorelasi ................................................................................. 41 4.3.1.4 Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 42 4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................. 46 4.3.3 Uji Hipotesis ............................................................................................. 52 4.3.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 52 4.3.3.2 Uji Statistik F ................................................................................... 53 4.3.3.3 Uji Statistik t .................................................................................... 56 4.4 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jepang dan Amerika Serikat ........................... 60 4.4.1 Jepang ............................................................................................................ 60 4.4.2 Amerika Serikat ............................................................................................... 62 4.5 Pengaruh Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jepang dan Amerika Serikat terhadap

    Ekspor Ikan Tuna Indonesia ..................................................................................... 66 4.5.1 Jepang ............................................................................................................ 66 4.5.2 Amerika Serikat ............................................................................................... 69 4.5.3 Matriks Pengaruh Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jepang dan Amerika

    Serikat terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia. ................................... 72 5.KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 75

    5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 75 5.2 Saran .................................................................................................................... 76 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 78 LAMPIRAN ..................................................................................................................... 81

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian .......................................................................... 12 Gambar 2. Jepang dan Prefekturnya .............................................................................. 24 Gambar 3. Amerika Serikat dan Negara-Negara Bagiannya ........................................... 25 Gambar 4 Histogram Uji Normalitas (JEPANG) .............................................................. 35 Gambar 5 Histogram Uji Normalitas (AMERIKA) ............................................................. 35 Gambar 6 Normal P-P Plot Uji Normalitas (Jepang) ........................................................ 36 Gambar 7 Normal P-P Plot Uji Normalitas (Amerika) ...................................................... 37 Gambar 8. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas (Jepang) ................................................. 44 Gambar 9. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas (Amerika) ................................................ 44

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1. Ekspor Tuna Berdasar Negara Tujuan Tahun 2014 ............................................ 2 Tabel 2 Variabel Penelitian dan Sumber Data ................................................................... 18 Tabel 3. Volume Ekspor Ikan Tuna ke Jepang (Dalam ton)............................................... 26 Tabel 4. Volume Ekspor Tuna ke Amerika Serikat (dalam ton) ......................................... 27 Tabel 5. Harga Ekspor Ikan Tuna ke Jepang (dalam ribu US$) ......................................... 28 Tabel 6. Harga Ekspor Tuna ke Amerika (Dalam ribu US$) .............................................. 28 Tabel 7. Nilai Tukar Rupiah (IDR) terhadap Dollar (USD) ................................................. 29 Tabel 8. GDP/Kapita Jepang (dalam $/kapita) .................................................................. 31 Tabel 9. GDP/Kapita Amerika Serikat (dalam $/kapita) ..................................................... 31 Tabel 10. Produksi Ikan Tuna Indonesia (dalam ton) ........................................................ 32 Tabel 11. Hasil uji N-Par Test Jepang ............................................................................... 38 Tabel 12. Hasil uji N-Par Test Amerika Serikat.................................................................. 38 Tabel 13. Hasil uji Multikolinearitas Jepang ....................................................................... 39 Tabel 14. Hasil uji Multikolinearitas Amerika Serikat ......................................................... 40 Tabel 15. Hasil Uji Run Test Jepang ................................................................................. 42 Tabel 16. Hasil Uji Run Test Amerika Serikat .................................................................... 42 Tabel 17. Hasil Uji Spearman (Jepang) ............................................................................. 45 Tabel 18. Hasil Uji Spearman (Amerika) ........................................................................... 46 Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Jepang ................................................ 47 Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Amerika Serikat ................................... 49 Tabel 21. Hasil perhitungan R2 Jepang ............................................................................ 52 Tabel 22 Hasil Perhitungan R2 Amerika Serikat ................................................................ 53 Tabel 23. Hasil Uji F Jepang ............................................................................................. 54 Tabel 24 Hasil Uji F Amerika Serikat ................................................................................. 54 Tabel 25. Hasil uji t Jepang ............................................................................................... 57 Tabel 26. Hasil uji t Amerika Serikat .................................................................................. 58 Tabel 27. Matriks Pengaruh Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jepang dan Amerika terhadap Volume Ekspor Tuna Indonesia ......................................................................... 72

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1.Dokumen dalam Perdagangan Internasional Hasil Perikanan ..................................... 81 2.Prosedur Ekspor barang Secara Umum ...................................................................... 83

  • 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

    laut dan jumlah pulau yang besar. Potensi tersebut menempatkan Indonesia

    sebagai Negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk

    kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Indonesia

    merupakan Negara tropis yang kaya akan sumberdaya hayati, dimana hal ini

    dapat didukung dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Dari 7.000

    spesies ikan di dunia, Indonesia memiliki kekayaan jenis ikan sebesar 2.000

    jenis. Jenis Ikan di Indonesia terdiri dari ikan pelagis besar, pelagis kecil,

    demersal, udang panaeid, lobster, cumi-cumi dan ikan-ikan karang konsumsi.

    Sumbardaya ikan diharapkan menjadi salah satu tumpuan ekonomi nasional di

    masa mendatang. Hal ini disebabkan ikan telah menjadi salah satu komoditas

    penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga masyarakat dunia

    (Kusumastanto 2008).

    Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu

    Negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan

    internasional harus terus diupayakan untuk dapat meraih berbagai peluang dan

    kesempatan yang ada. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk

    memperdagangkan berbagai output berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh

    suatu Negara untuk dapat dijual di luar negeri. Salah satu pendorong

    pertumbuhan industri dan ekonomi adalah ekspor. Barang yang diperjualbelikan

    dalam perdagangan internasional dapat disebut dengan komoditas. Dari banyak

    komoditas ekspor Indonesia, satu diantaranya yang memiliki potensi unggul

    dalam pasar ekspor Indonesia adalah Ikan Tuna.

  • 2

    Ikan Tuna ialah salah satu komoditas ekspor yang hidup di perairan pelagis

    dan banyak ditemukan di perairan Indonesia bagian timur. Ikan Tuna adalah

    salah satu ikan yang memiliki kadar lemak dan kalori yang rendah, serta kaya

    akan protein hewani dan omega 3.

    Tingginya tingkat ekspor ikan tuna ke luar negeri menunjukkan bahwa ikan

    tuna Indonesia dapat diterima oleh pasar internasional dan diantara pasar-pasar

    tersebut adalah Negara Jepang dan Amerika Serikat. Negara dengan permintaan

    tertinggi terhadap komoditas ikan tuna Indonesia diantaranya adalah Jepang dan

    Amerika Serikat.

    Tabel 1. Ekspor Tuna Berdasar Negara Tujuan Tahun 2014

    Negara Tujuan 2014

    Jepang 25,118.1

    Amerika Serikat 2,359.9

    Vietnam 2,234.5

    Belanda 946.2

    Singapura 658.2

    Taiwan 360.0

    Australia 118.1

    Hongkong 75.9

    Belgia 41.0

    Lainnya 21,278.8

    Jumlah 53,190.7

    Sumber: BPS, 2015

    Beberapa faktor dapat mempengaruhi volume ekspor. Dua diantaranya

    ialah harga produk serta nilai tukar. Harga produk dapat mempengaruhi

    keuntungan sehingga akan menentukan biaya yang akan digunakan untuk

    produksi (Sukardi dan Sari. 2007).

  • 3

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat diambil

    rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana pengaruh Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP

    per kapita Negara importir (X3) dan Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4)

    terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika

    Serikat (Y) ?

    2. Apakah yang membedakan kebijakan perdagangan luar negeri antara

    Negara Jepang dan Amerika Serikat?

    3. Apakah pengaruh kebijakan perdagangan luar negeri Jepang dan

    Amerika Serikat terhadap ekspor ikan tuna Indonesia?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk:

    1. Menganalisis pengaruh Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP

    per kapita Negara importir (X3) dan Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4)

    terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika

    Serikat (Y).

    2. Menjelaskan perbedaan kebijakan perdagangan luar negeri antara

    Negara Jepang dan Amerika Serikat.

    3. Mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh kebijakan perdagangan luar

    negeri Jepang dan Amerika Serikat terhadap ekspor ikan tuna

    Indonesia.

  • 4

    1.4 Manfaat Penelitian

    Dalam penyusunan skripsi ini, diharapkan mampu memberikan manfaat

    bagi:

    1. Eksportir

    Sebagai sarana referensi untuk mengembangkan pasar ekspor tuna dan

    memicu kegiatan ekspor tuna Indonesia.

    2. Lembaga Akademis (Perguruan Tinggi dan Mahasiswa)

    Sebagai sarana informasi dan menambah wawasan dalam bidang

    perdagangan internasional khususnya kegiatan ekspor serta referensi

    akademis yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

    ekspor tuna Indonesia.

    3. Pemerintah

    Sebagai pertimbangan untuk perumusan dan pembuatan kebijakan

    yang memiliki keterkaitan dengna perdagangan internasional.

    4. Masyarakat

    Sebagai sumber informasi mengenai perkembangan ekspor tuna

    Indonesia ke luar negeri.

  • 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Empiris

    Jurnal dengan judul Pengaruh Harga Ekspor dan Nilai Tukar terhadap

    ekspor (Studi pada Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang) ini bertujuan

    untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Ekspor Ikan Tuna

    Indonesia ke Jepang.

    Hasil regresi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa uji seimultan

    pada variabel Harga Ekspor Ikan Tuna (X1) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap

    Dollar AS (X2) berkontribusi sebesar 32,2% terhadap variabel Volume Ekspor

    Ikan Tuna Indonesia ke Jepang (Y) dan sisanya sebesar 67,8% dijelaskan oleh

    variabel-variabel lain yang tidak diteliti. Untuk hasil regresi secara parsial dapat

    diringkas sebagai berikut: Variabel Harga Ekspor Ikan Tuna (X1) dan Nilai Tukar

    Rupiah terhadap Dollar AS (X2) memberikan pengaruh negatif yang signifikan

    terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang (Y).

    Berdasarkan hasil tersebut, maka disarankan kepada pihak nelayan lokal

    dan pemerintah untuk melakukan alih teknologi agar mendapatkan hasil pancing

    yang berkualitas. Bantuan pengamanan serta dorongan dari pemerintah sangat

    diperlukan untuk membantu para nelayan lokal dapat menerapkan alih teknologi.

    Selain jurnal di atas, penelitian ini juga berdasarkan jurnal dengan judul

    Analisis Fluktuatif Volume Ekspor Udang Indonesia ke US Tahun 2001-2014 ini

    bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan memprediksi trend volume ekspor

    udang Indonesia ke US, harga riil ekspor udang, nilai tukar IDR/USD, GDP riil US

    dan produksi udang tahun 2015-2020.

    Hasil regresi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada uji

    simultan keempat variabel penelitian yaitu harga riil udang ekspor (X1), nilai tukar

  • IDR/USD (X2), GDP riil US (X3) dan produksi udang US (X4) secara simultan

    berpengaruh nyata terhadap volume ekspor udang Indonesia ke US (Y).

    Sedangkan untuk uji parsial dapat diringkas sebagai berikut: variabel harga riil

    udang (X1), nilai tukar IDR/USD (X2) dan GDP riil US (X3) secara parsial

    berpengaruh nyata dan signifikan terhadap volume ekspor udang Indonesia ke

    US. Sedangkan untuk variabel produksi udang US (X4) secara parsial

    berpengaruh tidak nyata dan tidak signifikan terhadap volume ekspor udang

    Indonesia ke US.

    Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat disarankan agar eksportir

    (produsen) dapat menambah pangsa pasar dan memperbanyak informasi

    perkembangan ekspor udang negara lain, serta dapat meningkatkan volume

    ekspor udang Indonesia ke US. Memperbaiki kualitas hasil produksi udang untuk

    dapat bersaing dengan produksi udang negara lain dan memperbanyak variasi

    produk udang ekspor.

    2.2 Tinjauan Teoritis

    2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional

    Perbedaan karunia sumberdaya alam yang dimiliki oleh setiap negara

    adalah salah satu faktor utama penggagas adanya perdagangan internasional.

    Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan berbagai

    output berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara untuk dapat

    dijual di luar negeri. Perdagangan Internasional adalah pendekatan yang relatif

    konservatif yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mempenetrasi pasar

    luar negeri (dengan mengekspor) (Madura dalam Nuha, 2016).

    2.2.2 Pengertian Ekspor

    Menurut Ball, et all (2014:20) dalam Putri (2016), Kegiatan ekspor adalah

    pengangkutan sejumlah barang atau jasa domestik apa saja keluar negeri atau

  • 7

    keluar daerah Sedangkan menurut Priadi (2000) dalam Sulthan (2014),

    kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan

    barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan

    yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah

    negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-

    jasa pada suatu tahun tertentu.

    2.2.3 Harga Ekspor

    Menurut Ball dan Mc.Culloh (2001) dalam Nuha (2016), dalam konteks

    pemasaran internasional, peranan yang dimainkan oleh perusahaan dalam

    penetapan kebijakan harga perlu mendapatkan perhatian khusus. Hukum satu

    harga menjelaskan antara nilai tukar dan harga komoditas. Penetapan harga

    internasional menyangkut penetapan harga-harga untuk barang-barang yang

    diproduksi di sebuah negara dan dijual di negara lain.

    Untuk menentukan harga riil ekspor barang atau jasa dapat menggunakan

    rumus berikut:

    2.2.4 Macam Ekspor

    Menurut Budiarto dan Fandy (1997) dalam Nuha (2016), ekspor dibagi

    menjadi dua, yaitu:

    a. Ekspor Tidak Langsung

    Perusahaan biasanya mulai dengan ekspor tak langsung, yaitu

    memanfaatkan jasa perantara independen untuk menangani aktivitas

    ekspornya. Berbagai jenis perantara yang dapat digunakan meliputi:

    i. Domestic-based Export Merchant

    Harga Ekspor = Harga Ekspor (F.O.B) / Volume Ekspor

  • Perantara ini membeli produk-produk perusahaan dan menjualnya di

    luar negeri atas biaya sendiri dan untuk keuntungan sendiri pula.

    ii. Domestic-based Export Agent

    Perantara ini hanya mencarikan dan menegosiasikan transaksi dengan

    pembeli asing atas imbalan komisi. Trading Company termasuk dalam

    kelompok perantara ini.

    iii. Cooperative-Organization

    Organisasi ini melakukan kegiatan ekspor denga mengatasnamakan

    beberapa produsen yang sebagian memegang kendali administratif. Cara

    ini sering digunakan produsen produk-produk primer seperti buah-buahan,

    kacang-kacangan dan lain-lain.

    iv. Export-Management Company

    Perantara ini hanya bersedia mengelola aktivitas ekpsor perusahaan

    lain dengan imbalan biaya atau fee tertentu.

    b. Ekspor Langsung

    Untuk menghindari kelemahan dari eskpor tidak langsung, maka

    perusahaan dapat melakukan ekspor langsung dengan cara membentuk:

    i. Domestic-based Export Department or Division

    Divisi atau cabang ini dapat berdiri sendiri dalam menangani ekspor dan

    berfungsi sebagai pusat laba.

    ii. Overseas Sales Branch or Subsidiary

    Dengan mendirikan cabang di luar negeri, perusahaan dapat

    mengandalkan kegiatan pemasaran di luar negeri. Cabang-cabang tersebut

    juga dapat befungsi sebagai tempat pameran (display center) dan pusat

    layanan pelanggan (customer service center).

    iii. Travelling Export Sales Representative

  • 9

    Perusahaan dapat pula mengirim wira niaga dalam negeri (home based

    sales representative) ke luar negeri untuk menemukan peluang bisnis.

    iv. Foreign-based Distributor or Agents.

    Perusahaan dapat menggunakan jasa distributor atau agen di luar

    negeri untuk menjual produk dengan mengatasnamakan perusahaan. Untuk

    itu mereka mendapat hak-hak eksklusif sebagai wakil perusahaan di negara

    yang bersangkutan, atau hanya hak-hak yang umum saja.

    2.2.5 Nilai Tukar

    Nilai tukar adalah nilai dimana suatu mata uang diubah menjadi mata uang

    lain. Pengkonversian mata uang daoat dilakukan di bursa valuta asing yang

    mana merupakan pasar untuk pengkonversi mata uang suatu negara dengan

    mata uang negara lainnya. (Hill, et all, 2014:370 dalam Putri, 2016). Sedangkan

    menurut Sukirno (2012) dalam Nuha (2016), kurs valuta asing dapat didefinisikan

    sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

    dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

    Adanya perubahan dalam permintaan maupun penawaran suatu valuta

    menyebabkan perubahan dalam kurs valuta yang disebabkan oleh beberapa

    faktor. Menurut Sukirno (2012) dalam Nuha (2016), faktor-faktor tersebut

    diantaranya:

    a. Perubahan dalam Citarasa Masyarakat

    Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka

    atas barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor dari luar

    negeri. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan

    pengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor, sedangkan perbaikan

    kualitas barang impor akan menaikkan nilai impor.

    b. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor

  • Barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif murah akan

    menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang.

    Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor dan begitu juga

    sebaliknya, apabila kenaikan harga barang impor akan mengurangi jumlah impor.

    c. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)

    Inflasi pada umumnya berlaku cenederung untuk menurunkan nilai suatu

    valuta asing. Kecenderugnan seperti ini disebabkan oleh efek inflasi berikut:

    1) Inflasi menyebabkan harga-harga dalam negeri lebih mahal dari harga luar

    negeri dan akan menyebabkan penambahan jumlah impor.

    2) Inflasi menyebabkan harga barang ekspor jadi lebih mahal, karenanya

    jumlah ekspor akan berkruang.

    d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

    Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah akan

    berkemungkinan modal dari dalam negeri mengalir ke luar negeri sehingga mata

    uang lokal merosot karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi lebih

    tinggi dari negara-negara lain. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu

    negara, permintaan atas mata uangnya akan menignkat, sehingga nilai mata

    uang tersebut otomatis bertambah.

    e. Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan ekonomi yang disebakan oleh kegiatan ekspor akan

    menambah permintaan terhadap mata uang negara tersebut sehingga nilainya

    akan bertambah. Sebaliknya, jika kegiatan impor yang berperan dalam

    pertumbuhan ekonomi negara tersebut, maka akan menambah penawaran

    terhadap mata uang tersebut, sehingga nilainya akan berkurang.

  • 11

    2.2.6 Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Products)

    Menurut Sukirno (2008) dalam Nuha (2016), Produk Domestik Bruto (PDB)

    adalah produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi dalam negeri

    (milik warga negara dan orang asing) dalam suatu negara atau ukuran besarnya

    kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa dalam suatu

    tahun tertentu.

    Gross Domestic Bruto adalah penjumlahan seluruh barang atau jasa yang

    diproduksi suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh

    perusahaan asing yang beroperasi dalam negara tersebut dalam suatu

    waktu/periode tertentu.

    Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja

    pembangunan suatu negara adalah GDP per kapita. GDP per kapita adalah

    perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi atau ukuran banyaknya

    pendapatan yang diperoleh setiap individu. Pengertian lain mengenai GDP per

    kapita adalah jumlah yang tersedia bagi perusahaan dan rumah tangga untuk

    melakukan pengeluaran. Oleh karena itu GDP per kapita dapat mengukur

    kemampuan suatu negara untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Jika

    GDP per kapita suatu negara cukup tinggi, maka negara tersebut memiliki

    kemampuan tinggi untuk melakukan pembelian sehingga merupakan pasar yang

    potensial bagi pemasaran suatu komoditi (Mankiw, 2000 dalam Sukmawati,

    2011).

    2.3 Kerangka Berfikir

    Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka variabel yang digunakan yaitu

    harga ekspor ikan tuna, nilai tukar, GDP per kapita dan produksi ikan tuna

    Indonesia. Selain dari variabel-variabel tersebut, perlu diperhatikan juga

    kebijakan perdagangan luar negeri Jepang dan Amerika Serikat yang

  • berpengaruh pada kegiatan ekspor tuna Indonesia. Dengan menganalisis

    variabel-variabel tersebut, pemerintah maupun stakeholder lain dapat mengambil

    kebijakan yang tepat untuk mengembangkan ekspor tuna Indonesia.

    Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran penelitian ini dapat diilustrasikan

    pada gambar 1.

    Peluang Indonesia

    sebagai salah satu

    produsen dan eksportir

    komoditas ikan tuna

    dunia.

    Hasil produksi ikan

    tuna Indonesia

    sebagian di ekspor.

    Volume Ekspor Ikan

    Tuna Indonesia ke

    Jepang dan Amerika

    Serikat

    Rekomendasi

    kebijakan pemerintah.

    Harga Ekspor

    Ikan Tuna

    Produksi Ikan

    Tuna Indonesia

    Nilai Tukar

    GDP per kapita

    negara importir

    Kebijakan

    perdagangan luar

    negeri Jepang dan

    Amerika Serikat

    Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian

  • 3. METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam penelitian deskriptif kuantitatif.

    Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian deskriptif kuantitatif merupakan

    metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

    meneliti pada populasi atau sampel tertentu yang bertujuan untuk menguji

    hipotesis yang telah ditetapkan.

    Metode desktriptif kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk

    menjelaskan pengaruh antara Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP per

    kapita Negara importir (X3) dan Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4) terhadap

    Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika Serikat (Y) baik itu

    secara parsial maupun simultan.

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Landasan hipotesis yang dapat diambil oleh peneliti adalah sebagai

    berikut:

    1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai

    Tukar (X2), GDP per kapita Negara importir (X3) dan Produksi Ikan Tuna

    Indonesia (X4) terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang

    dan Amerika Serikat (Y) pada tahun 2005-2014.

    2. Terdapat pengaruh parsial yang siginifikan dari Harga Ekspor Ikan Tuna

    (X1) terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang dan

    Amerika Serikat (Y) pada tahun 2005-2014.

  • 14

    3. Terdapat pengaruh parsial yang siginifikan dari Nilai Tukar (X2) terhadap

    Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat (Y)

    pada tahun 2005-2014.

    4. Terdapat pengaruh parsial yang siginifikan dari GDP Per Kapita Negara

    Importir (X3) terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang

    dan Amerika Serikat (Y) pada tahun 2005-2014.

    5. Terdapat pengaruh parsial yang siginifikan dari Produksi Ikan Tuna

    Indonesia (X4) terhadap Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang

    dan Amerika Serikat (Y) pada tahun 2005-2014.

    3.3 Variabel Penelitian

    Menurut Sugiyono (2012), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

    nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

    Sedangkan menurut Kerlinger (2006: 49), variabel adalah konstruk atau

    sifat yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kerlinger juga

    mengatakan bahwa variabel adalah simbol/lambang yang padanya kita letakan

    sebarang nilai atau bilangan.

    3.3.1 Identifikasi Status Variabel

    Terdapat dua macam variabel penelitian, diantaranya:

    1. Variabel Dependen atau Variabel Terikat

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.

    Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel

    terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

    karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012).

  • 15

    Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Volume Ekspor Ikan Tuna

    Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat tahun 2005-2014 dan dinyatakan

    dengan notasi “Y”.

    2. Variabel Independen atau Variabel Bebas

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

    antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas.

    Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

    sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012)

    Variabel Independen atau variabel bebas dinyatakan dengan notasi „X‟.

    Dalam penelitian ini variabel independen atau variabel bebas terdiri dari

    Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP per kapita Negara importir

    (X3) dan Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4).

    3.3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

    Terdapat 5 variabel dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari 1 variabel terikat

    (Y) dan 4 variabel bebas (X). Definisi operasional dan pengukuran variabel

    adalah sebagai berikut.

    1. Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat

    tahun 2004-2015 (Y).

    Variabel ini adalah jumlah ekspor ikan tuna Indonesia dalam satuan ton

    ke negara Jepang dan Amerika Serikat pada tahun 2004-2015. Eskpor ikan

    tuna dapat berupa produk tuna segar, produk tuna beku, produk tuna

    kalengan, dan produk tuna olahan lainnya.

    Menurut Samuelson dan Nordhaus (1994) menyatakan bahwa faktor-

    faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu negara

    tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs)

    serta harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri. Apabila

  • 16

    output luar negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara

    lain menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung

    meningkat, demikian juga sebaliknya

    2. Harga Ekspor Tuna (X1)

    Harga ekspor tuna berdasarkan pada biaya produksi ikan tuna hingga di

    ekspor menuju pelabuhan negara pengimpor yang dinyatakan dalam

    satuan kurs negara pengimpor, dalam penelitian ini yaitu JPY dan USD.

    Dalam penelitian ini , harga ekspor tuna Indonesia ke Jepang dan Amerika

    Serikat pada tahun 2005-2014 ditentukan hingga barang tersebut sampai di

    atas kapal atau Free On Board (FOB).

    Menurut Lipsey (1995) dalam Maygirtasari et al. (2015), hubungan

    antara harga dan kuantitas penawaran suatu komoditi adalah positif, yang

    berarti semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang ditawarkan

    oleh penjual semakin banyak.

    3. Nilai Tukar (X2)

    Variabel nilai tukar merupakan cerminan dari tingkat fluktuasi nilai kurs

    Indonesia terhadap kurs negara importir. Tingkat fluktuasi tersebut akan

    mempengaruhi harga barang dan tingkat pendapatan eksportir serta biaya

    produksi yang akan berimbas pada penawaran ekspor ikan tuna Indonesia.

    Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata

    uang akan mengkibatkan perubahan terhadap ekspor maupun impor. Jika

    kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun

    terhadap mata uang asing, maka volume ekspor akan meningkat. Dengan

    kata lain, apabila nilai kurs dolar meningkat, maka volume ekspor juga

    akan meningkat (Sukirno, 2004).

  • 17

    4. GDP Per Kapita Negara Importir (X3)

    Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja

    pembangunan suatu negara adalah GDP per kapita. GDP per kapita

    adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi atau ukuran

    banyaknya pendapatan yang diperoleh setiap individu. Pada penelitian ini,

    nilai GDP per kapita dinyatakan dalam Milyar USD pada tahun 2005-2014.

    Menurut Keynes dalam Dharma (2017), bahwa perubahan pada

    pendapatan masing-masing individu akan mengakibatkan perubahan pada

    pola konsumsi. Besar-kecilnya impor lebih dipengaruhi oleh pendapatan

    negara tersebut. Artinya realisasi impor terkait dengan kemampuannya

    dalam membiayai impor. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya,

    uang yang beredar di masyarakat akan bertambahm sehingga masyarakat

    terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan impor.

    5. Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4)

    Variabel ini didasarkan pada jumlah produksi ikan tuna di Indonesia

    pada tahun 2005 hingga 2014 dalam satuan ton per tahun.

    Menurut Komalasari (2009) menyatakan bahwa hubungan produksi

    dengan volume ekspor adalah jika produksi meningkat, maka volume

    ekspor meningkat, dan sebaliknya.

    3.4 Jenis dan Sumber Data

    Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

    sekunder yang merupakan data time series (kurun waktu) tahunan.

    Sumber data pada penelitian ini menggunakan berbagai studi pustaka yang

    dapat dilihat pada Tabel 2.

  • 18

    Tabel 1 Variabel Penelitian dan Sumber Data

    Variabel Penelitian Sumber Data

    Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia Ke Negara Jepang dan Amerika Serikat

    Badan Pusat statistik (BPS)

    Harga Ekspor Tuna Badan Pusat Statistik (BPS)

    Nilai Tukar Badan Pusat Statistik (BPS)

    GDP Per Kapita Negara Importir The World Bank Database

    Produksi Ikan Tuna Indonesia Kementerian Kelautan dan

    Perikanan (KKP)

    Sumber: Data Diolah Penulis, 2017

    3.5 Analisis Data

    Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

    setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

    Kegiatan dalam analisis data adalah: emngelompokkan data berdasarkan

    variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari

    seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

    perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan

    untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2012).

    Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah

    metode analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis linear berganda.

    3.5.1 Analisis Deskriptif

    Penelitian ini menggunakan analisis data statistik deskriptif dan deskriptif

    kualitatif. Statistik deskriptif ialah statistik yang digunakan untuk menganalisis

    data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

    sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

    untuk umum atau generalisasi dan dapat digunakan mencari kuatnya hubungan

    antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis

    regresi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data

    sampel atau populasi (Sugiyono, 2012).

  • 19

    Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menganalisis

    hubungan korelasi antara variabel X (Variabel bebas) yang terdiri dari Harga

    Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP per kapita Negara importir (X3) dan

    Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4) terhadap variabel Y (variabel terikat) yaitu

    Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat tahun 2005-

    2014, serta melakukan prediksi menggunakan analisis regresi.

    Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode analisis deskriptif

    kualitatif untuk menggambarkan perbedaan antara kebijakan perdagangan luar

    negeri Negara Jepang dan Amerika Serikat, serta menjelaskan apa pengaruhnya

    terhadap volume ekspor ikan tuna Indonesia ke dua negara tersebut.

    3.5.2 Uji Asumsi Klasik

    Penggunaan regresi linier ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar

    memenuhi kondisi Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) yang diukur

    menggunakan Ordinary Least Square (OLS). OLS digunakan untuk

    mengestimasi prosedur inferensial dan regresi linier bergandanya.

    3.5.2.1 Uji Normalitas

    Tujuan dari uji normalitas ialah untuk menguji apakah dalam sebuah model

    regresi, variabel terikat dan variabel bebas ataupun keduanya mempunyai

    distribusi yang normal atau tidak. Pengujian ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan histogram berbentuk lonceng atau menggunakan N-Par Test (Uji

    Kolmogrof).

    3.5.2.2 Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi menunjukkan sifat residual regresi yang tidak bebas dari

    satu observasi ke observasi yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data

    yang bersifat time series atau cross section. Jika korelasi terdeteksi, maka

  • 20

    terdapat problem autokorelasi pada analisis regresi. Autokorelasi dapat timbul

    karena adanya observasi berurutan sepanjan waktu yang berkaitan satu dengan

    yang lainnya. Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson atau

    DW Test. DW test adalah rasio jumlah selisi kuadrat dalam residu berurutan

    terhadap RSS.

    Statistik DW test tersebut dapat menghasilkan nilai antara 0-4 dengan

    kaidah:

    a. Jika nilai d antara dU -4, maka tidak terjadi autokorelasi.

    b. Jika nilai d < dL, maka terjadi autokorelasi positif.

    c. Jika nilai d > dL, maka terjadi autokorelasi negatif.

    3.5.2.3 Uji Multikolinearitas

    Pada penelitian ini, uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau

    tidaknya gejala multikolinearitas. Gejala tersebut dapat ditunjukkan dengan

    korelasi yang signifikan antara variabel independen.

    Indikasi adanya multikolinearitas diantaranya yaitu, jika statistik F signifikan

    namun statistik t tidak ada yang signifikan. Lalu, jika R2 relatif besar tetapi

    statistik t tidak ada yang signifikan. Cara untuk mengatasi masalah ini adalah

    melepas salah satu variabel bebas yang dicurigai, transformasi variabel,

    menambah jumlah observasi dan lain-lain (Sudarso, 1999 dalam Nuha 2016).

    Uji multikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan nilai toleransi dan

    nilai Variance Inflation Factor (VIF). VIF menunjukkan bagaimana varians dari

    sebuah estimator ditingkatkan oleh keberadaan multikolinearitas. Jika tidak

    terdapat kolinearitas antara variabel bebas, maka VIF bernilai 1.

    3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas

    Uji Heteroskedastisitas dilakukan unutk menguji apakah dalam suatu model

    regresi terdapat ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke

  • 21

    pengamatan yang lain. Menurut Ariefianto (2012), uji Heteroskedastisitas

    digunakan untuk menguji apakah varians residual konstan atau tidak, walaupun

    dengan berubahnya satu atau lebih variabel bebas.

    Cara mendeteksi adanya Heteroskedastisitas adalah dengan

    menggunakan grafisk scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)

    dan nilai residualnya (SRESID). Jika titik-titik membentuk pola tertentu yang

    teratur seperti gelombang besar melebar, kemudian menyempit mkaa dapat

    diartikan telah terjadi Heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar diatas dan

    dibawah angka 0 pada sumbu Y ranpa membentuk pola tertentu, maka tidak

    terjadi Heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastis.

    3.5.3 Analisis Linear Berganda

    Analisis linear berganda digunakan untuk menjawab tujuan pertama, yaitu

    mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

    Dalam penelitian ini, analisis linear berganda digunakan untuk mengetahui

    hubungan antara perubahan Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia ke Jepang dan

    Amerika Serikat tahun 2005-2014 (Y) terhadap Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai

    Tukar (X2), GDP per kapita Negara importir (X3) dan Produksi Ikan Tuna

    Indonesia (X4) (Soelistyo, 1982 dalam Nuha, 2016).

    Menurut Makridarkis, et al (1999) dalam Nuha (2016), pada regresi

    berganda terdapat satu variabel tidak bebas yang akan diramalkan, tetapi

    terdapat dua atau lebih variabel bebas. Bentuk umum dari regresi berganda

    adalah sebagai berikut.

    Dimana:

    Y = nilai regresi

    Y = b0 + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

  • 22

    b = konstanta

    X1 = Harga Ekspor Ikan Tuna

    X2 = Nilai Tukar

    X3 = GDP per Kapita Negara Importir

    X4 = Produksi Ikan Tuna Indonesia

    e = Error

    3.5.4 Uji Hipotesis

    Uji hipotesis atau uji statistik berfungsi untuk melihat hubungan antara

    variabel-variabel terikat dan bebas. Jenis uji statistik yaitu:

    1. Uji R2 (Uji Koefisien Determinasi)

    Dalam regresi tiga variabel kita ingin mengetahui proporsi variasi

    variabel terikat yang diterangkan dua variabel bebas secara bersama-sama

    atau dikenal dengan koefisien determinasi berganda (R2) (Mulyono, 2000

    dalam Nuha, 2016).Rumus menghitung R2 adalah:

    Nilai R2 terletak antara 0 dan 1. Jika R2=1 berarti 100 persen total variasi

    variabel terikat diterangkan oleh garis regresi, jika R2=0 berarti tidak ada

    variasi X1 yang diterangkan oleh X2 dan X3 (Mulyono, 2000 dalam Nuha,

    2016).

    2. Uji Statistik F

    Uji statistik F atau F-hitung ini adalah pengujian yang bertujuan untuk

    mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-

    sama terhadap variabel independen (Nuha, 2016).

    Nilai f-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

    ( )

    ( ) ( )

  • 23

    Dimana:

    R2 = Koefisien Determinasi

    k = Jumlah Variabel Independen

    n = Jumlah Sampel

    3. Uji Statistik t

    Uji hipotesi bagi koefisien regresi secara individual, yaitu dengan

    menggunakan statistik t. prosedurnya dimulai dengan enggunakan

    hipotesis nol atau H0 dan hipotesi alternatifnya atau HA bagi koefisien

    regresi secara bergantian. Bila H0 diterima, maka berarti pengaruh variasi

    nilai variabel Xi, yang koefisien regresinya diuji terhadap variasi nilai

    variabel Y, tidak ada atau tidak bermakna sama sekali. Jadi, variabel Xi

    tersebut dan variabel Y adalah variabel-variabel yang tidak saling

    bergantung atau independen (Soelistyo, 1982 dalam Nuha, 2016).

    Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

    a. Bila t-Hitung > t-Tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

    Bila t-Hitung < t-Tabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima.

  • 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Keadaan Umum Negara Tujuan Ekspor Ikan Tuna Indonesia

    4.1.1 Jepang

    Jepang adalah salah satu negara yang berada di sebelah timur Benua

    Asia, dengan luas negara 377.94 km2 dan memiliki ibukota Tokyo. Pada tahun

    2014 total penduduk Jepang yaitu 126.865.000 jiwa dengan PDB per kapita pada

    tahun 2015 mencapai $38.216. komoditi yang menjadi unggulan ekspor

    Indonesia ke Jepang yaitu tekstil dan produk tekstil, elektronik, alas kaki,

    otomotif, udang, kakao dan kopi (Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,

    2015).

    Gambar Negara Jepang beserta prefektur-prefekturnya dapat dilihat pada

    gambar 2.

    Sumber: worldatlas (2017)

    Gambar 1. Jepang dan Prefekturnya

  • 25

    4.1.2 Amerika Serikat

    Amerika Serikat adalah negara yang terletak di belahan bumi bagian barat,

    terdiri dari 48 neagra bagian di Amerika Utara dengan luas wilayah sebesar

    9.826.675 km2 dan ibukota negaranya adalah Washington D.C. yang menjadi

    pusat pemerintahan Amerika Serikat. Pada tahun 2015, Amerika Serikat memiliki

    jumlah penduduk sebanyak 321.034.355 jiwa dan PDB per kapita-nya sebesar

    $54.596 di tahun yang sama. Komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Amerika

    Serikat diantaranya adalah tekstil dan produk tekstil, elekronik, karet dan produk

    karet, sawit, alas kaki, otomotif, kakao dan kopi (Kementerian Perdagangan

    Republik Indonesia, 2015).

    Gambar Negara Amerika Serikat beserta negara bagiannya dapat dilihat

    pada gambar 3.

    Sumber: worldatlas (2017)

    Gambar 2. Amerika Serikat dan Negara-Negara Bagiannya

  • 26

    4.2 Deskripsi Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis hubungan antara variabel

    Harga Ekspor Tuna (X1), Nilai Tukar (X2), GDP per kapita Negara importir (X3)

    dan Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4) terhadap variabel dependen Volume

    Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika Serikat (Y) pada tahun 2005-

    2014.

    4.2.1 Volume Ekspor Ikan Tuna ke Negara Jepang dan Amerika Serikat

    pada tahun 2005-2014 (Y).

    Variabel ini adalah jumlah ekspor ikan tuna Indonesia dalam satuan ton

    ke negara Jepang dan Amerika Serikat pada tahun 2005-2014. Eskpor ikan

    tuna dapat berupa produk tuna segar, produk tuna beku, produk tuna

    kalengan, dan produk tuna olahan lainnya. Volume Ekspor Ikan Tuna ke

    Negara Jepang dan Amerika Serikat pada tahun 2005-2014 dapat dilihat

    pada tabel 3 dan tabel 4.

    Tabel 1. Volume Ekspor Ikan Tuna ke Jepang (Dalam ton)

    TAHUN Volume Ekspor Tuna Indonesia

    ke Jepang Persentase Perubahan

    Nilai

    2005 21.298,1 - 2006 21.657,5 1,66% 2007 19.808,6 -9,33% 2008 18.921,0 -4,69% 2009 22.557,2 16,12% 2010 30.282,3 25,51% 2011 35.010,2 13,50% 2012 29.236,6 -19,75% 2013 33.116,6 11,72% 2014 25.118,1 -31,84%

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

    Pada tabel volume ekspor ikan tuna ke Jepang, didapatkan bahwa

    ekspor tuna ke Jepang yang paling tinggi ada pada tahun 2011, yaitu

    sebesar 35.010,2 ton dan yang paling rendah adalah pada tahun 2008

    yaitu sebesar 18.921 ton.

  • 27

    Ekspor tuna ke Jepang yang rendah pada tahun 2008 adalah akibat dari

    krisis ekonomi global yang berimbas pada situasi finansial di penjuru dunia.

    Menurut Bank Indonesia (2009), menjelang akhir triwulan III-2008,

    perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak baru yaitu non-stabilitas

    ekonomi global, seiring dengan krisis finansial ke berbagai negara. Krisis

    finansial global mulai muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat

    salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas mengumumkan

    pembekuan beberapa sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan

    berisiko tinggi AS (subprime mortgage). Pembekuan ini lantas mulai

    memicu gejolak pasar finansial dan merambat ke seluruh dunia,

    Tabel 2. Volume Ekspor Tuna ke Amerika Serikat (dalam ton)

    TAHUN Volume Ekspor Tuna Indonesia ke Amerika

    Serikat

    Persentase Perubahan Nilai

    2005 3.439,3 -

    2006 4.181,6 17,75%

    2007 5.985,8 30,14%

    2008 5.395,5 -10,94%

    2009 5.526,4 2,37%

    2010 4.536,9 -21,81%

    2011 4.117,1 -10,20%

    2012 4.515,5 8,82%

    2013 4.199,3 -7,53%

    2014 2.359,9 -77,94%

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

    Sedangkan pada tabel volume ekspor tuna Indonesia ke Amerika

    Serikat pada tahun 2005-2014, diketahui bahwa volume ekspor tertinggi

    ada pada tahun 2007 yaitu 5.985,8 ton dan yang terendah ada pada tahun

    2014 yang hanya 2.359,9 ton saja.

  • 28

    4.2.2 Harga Ekspor Tuna (X1)

    Harga ekspor tuna berdasarkan pada biaya produksi ikan tuna hingga di

    ekspor menuju pelabuhan negara pengimpor yang dinyatakan dalam

    satuan kurs negara pengimpor, dalam penelitian ini yaitu JPY dan USD.

    Harga ekspor ikan tuna Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat pada

    tahun 2005-2014 dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6.

    Tabel 3. Harga Ekspor Ikan Tuna ke Jepang (dalam ribu US$)

    TAHUN Harga Ekspor Tuna Indonesia ke Jepang

    Persentase Perubahan Nilai

    2005 76.622,5 -

    2006 76.250,3 -0,49%

    2007 70.499,6 -8,16%

    2008 73.718,6 4,37%

    2009 85.395,9 13,67%

    2010 115.440,6 26,03%

    2011 118.234,8 2,36%

    2012 111.055,7 -6,46%

    2013 106.763,2 -4,02%

    2014 74.763,1 -42,80%

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

    Dari tabel harga ekspor ikan tuna ke Jepang, ditemukan bahwa pada

    tahun 2011 adalah tahun dimana harga ekspor ikan tuna ke Jepang paling

    tinggi, yaitu sebesar $118.234.800, sedangkan yang paling rendah adalah

    $70.499.600 pada tahun 2007.

    Tabel 4. Harga Ekspor Tuna ke Amerika (Dalam ribu US$)

    TAHUN

    Harga Ekspor Tuna Indonesia ke Amerika

    Serikat

    Persentase Perubahan Nilai

    2005 10.927,7 -

    2006 14.946,5 26,89%

    2007 27.016,4 44,68%

    2008 25.138,4 -7,47%

    2009 24.137,0 -4,15%

    2010 23.490,8 -2,75%

    2011 25.584,6 8,18%

  • 29

    TAHUN

    Harga Ekspor Tuna Indonesia ke Amerika

    Serikat

    Persentase Perubahan Nilai

    2012 42.019,6 39,11%

    2013 33.012,1 -27,29%

    2014 17.541,5 -88,19%

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

    Dapat diketahui dari tabel harga ekspor ikan tuna ke Amerika Serikat

    tahun 2005-2014, bahwa harga ekspor tuna tertingginya sebesar

    $42.019.600 pada tahun 2012 dan terendah sebesar $10.927.700 pada

    tahun 2005.

    4.2.3 Nilai Tukar (X2)

    Variabel nilai tukar merupakan cerminan dari tingkat fluktuasi nilai

    kurs Indonesia terhadap kurs negara importir. Tingkat fluktuasi tersebut

    akan mempengaruhi harga barang dan tingkat pendapatan eksportir serta

    biaya produksi yang akan berimbas pada penawaran ekspor ikan tuna

    Indonesia. Nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika pada

    tahun 2005-2014 dapat dilihat pada tabel 7.

    Tabel 5. Nilai Tukar Rupiah (IDR) terhadap Dollar (USD)

    TAHUN Nilai Tukar per 1 US$

    (Rp.) Persentase

    Perubahan Nilai

    2005 9.830

    2006 9.020 -8,98%

    2007 9.419 4,24%

    2008 10.950 13,98%

    2009 9.400 -16,49%

    2010 8.991 -4,55%

    2011 9.068 0,85%

    2012 9.670 6,23%

    2013 12.189 20,67%

    2014 12.440 2,02%

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

  • 30

    Dari tabel nilai tukar di atas, dapat diketahui bahwa rupiah ada pada

    level paling kuat di tahun 2010 yaitu pada level Rp 8.991 per 1 USD,

    sedangkan rupiah ada apda level paling lemah yaitu di tahun 2014 dengan

    taraf tukar sebesar Rp 12.440 per 1 USD.

    Lemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika disebabkan oleh resesi

    daya beli msayarakat di Amerika Serikat sehingga mengakibatkan turunnya

    permintaan impor dari Indonesia dan menurunkan tingkat ekspor. Dikutip

    dari situs Viva News pada Selasa, 16 Desember 2014. Penurunan daya

    beli masyarakat di AS menyebabkan penurunan permintaan impor dari

    Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia pun menurun. Inilah yang

    menyebabkan terjadinya defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI). Bank

    Indonesia memperkirakan secara keseluruhan NPI mencatatkan defisit

    sebesar US$ 2,2 Miliar pada tahun 2008.

    Jika permintaan impor dari Indonesia menurun, secara otomatis

    permintaan terhadap rupiah akan menurun pula. Hal tersebut yang

    menyebabkan melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika.

    4.2.4 GDP per Kapita (X3)

    Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja

    pembangunan suatu negara adalah GDP per kapita. GDP per kapita

    adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi atau ukuran

    banyaknya pendapatan yang diperoleh setiap individu. Pada penelitian ini,

    nilai GDP per kapita dinyatakan dalam Milyar USD pada tahun 2005-2014.

    Nilai GDP/kapita Jepang dan Amerika Serikat pada tahun 2005-2014

    dapat dilihat pada tabel 8 dan tabel 9.

  • 31

    Tabel 6. GDP/Kapita Jepang (dalam $/kapita)

    TAHUN GDP/kapita Jepang Persentase

    Perubahan Nilai

    2005 37.217,65 -

    2006 35.433,99 -5,03%

    2007 35.275,23 -0,45%

    2008 39.339,30 10,33%

    2009 40.855,18 3,71%

    2010 44.507,66 8,21%

    2011 48.173,93 7,61%

    2012 48.629,20 0,94%

    2013 40.488,24 -20,11%

    2014 38.139,42 -6,16%

    Sumber: World Databanks (2017)

    Dari tabel GDP/Kapita negara Jepang di tahun 2005-2014, angka

    tertinggi ada pada tahun 2012 sebesar $40.488,24 dan paling rendah pada

    tahun 2007 dengan angka sebesar $35.275,23.

    Rendahnya angka GDP/kapita Jepang pada tahun 2007 juga

    merupakan salah satu sebab dari resesi yang terjadi di Amerika pada

    2006-2008. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa krisis ekonomi

    global sebagai dampak dari resesi finansial Amerika adalah akibat dari

    krisis kredit pada pasar mortgage senilai $US 1,8 trilliun.

    Jika sebuah negara dilanda krisis ekonomi, akibat yang pasti adalah

    penurunan Gross Domestic Product atau GDP, pengeringan likuiditas dan

    harga barang naik (inflasi) atau turun (deflasi). Sebuah krisis ekonomi

    dapat berbentuk resesi atau depresi, yang juga umumnya disebut krisis

    ekonomi riil.

    Tabel 7. GDP/Kapita Amerika Serikat (dalam $/kapita)

    TAHUN GDP/kapita Amerika

    Serikat Persentase

    Perubahan Nilai

    2005 44.307,92 -

    2006 46.437,07 4,59%

  • 32

    TAHUN GDP/kapita Amerika

    Serikat Persentase

    Perubahan Nilai

    2007 48.061,54 3,38%

    2008 48.401,43 0,70%

    2009 47.001,56 -2,98%

    2010 48.374,09 2,84%

    2011 49.781,80 2,83%

    2012 51.433,05 3,21%

    2013 52.749,91 2,50%

    2014 54.539,67 3,28%

    Sumber: World Databanks (2017)

    Pada tabel GDP/kapita penduduk Amerika Serikat, dapat dilihat bahwa

    GDP/kapita tertinggi penduduknya ada pada tahun 2014 sebesar

    $54.539,67 dan paling rendah di tahun 2005 sebesar $44.307,92.

    4.2.5 Produksi Ikan Tuna Indonesia (X4)

    Variabel ini didasarkan pada jumlah produksi ikan tuna di Indonesia pada

    tahun 2005 hingga 2014 dalam satuan ton per tahun. Produksi tuna Indonesia

    pada tahun 2005-2014 dapat dilihat pada tabel 10.

    Tabel 8. Produksi Ikan Tuna Indonesia (dalam ton)

    TAHUN Produksi Ikan Tuna

    Indonesia Persentase Perubahan

    Nilai

    2005 183.144 -

    2006 159.404 -14,89%

    2007 191.558 16,79%

    2008 194.173 1,35%

    2009 203.269 4,47%

    2010 213.796 4,92%

    2011 241.364 11,42%

    2012 275.778 12,48%

    2013 305.435 9,71%

    2014 313.873 2,69%

    Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (2017)

    Dari tabel produksi ikan tuna Indonesia tahun 2005-2014 di atas,

    produksi tuna paling tinggi yaitu 313.873 ton ada pada tahun 2014 dan

    terendah sebesar 159.404 ton ada pada tahun 2006.

  • 33

    Meningkatnya produksi tuna Indonesia sejak tahun 2009 hingga 2014

    tidak lain adalah berkat usaha keras Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi

    Pudjiastuti. Dikutip dari situs liputan6.com tanggal 14 Desember 2016,

    Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjastuti melakukan banyak upaya

    untuk memajukan industri perikanan di dalam negeri. Salah satu yang

    paling diingat adalah penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan. Menteri

    Susi dianggap membawa angin segar bagi industri perikanan di dalam

    negeri. Keberaniannya menghabisi, meledakkan hingga menenggelamkan

    kapal-kapal pencuri ikan dapat acungan jempol. Lebih jauh lagi, salah satu

    dampak yang paling terasa adalah naiknya produktivitas perikanan RI.

    Dari catatan KKP, sebagai implementasi dari UU no 45 tahun 2009

    tentang perikanan, total sudah ada 236 kapal sudah ditenggelamkan,

    karena melakukan praktik Illegal Unreported and Unregulated Fishing (IUU

    Fishing). Dari total 236 kapal tersebut, 229 kapal merupakan kapal asing

    sementara, 7 sisanya adalah kapal berbendera Indonesia. Selain itu, KKP

    juga sudah melakukan penangangan pelanggaran 481 kasus, 209 di

    antaranya inkrah. Paling banyak kasus terjadi di 2016 sebanyak 225 kasus,

    kemudian 2015, 198 kasus dan 58 kasus di 2014.

    Dampak dari kebijakan tersebut yang paling konkret adalah produktivitas

    nelayan Indonesia. Kini nelayan bisa mendapatkan ikan lebih banyak dari

    sebelum kebijakan ini diterapkan. Tren kenaikan prodoktivitas ini pun

    terjadi dari tahun ke tahun.

  • 34

    4.3 Pengaruh Harga, Nilai tukar, GDP Terhadap Volume Ekspor Tuna Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat tahun 2005-2014

    Untuk menganalisis pengaruh dari variabel harga ekspor tuna, nilai tukar,

    GDP/kapita dan produksi tuna Indonesia terhadap volume ekspor tuna Indonesia

    ke Jepang dan Amerika Serikat tahun 2005-2014 digunakan analisis regresi

    linear berganda dan uji hipotesis yang meliputi uji koefisien determinasi, uji F dan

    uji t. Sebelum itu, dilakukan Uji Asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,

    autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas untuk menguji apakah

    model tersebut telah memenuhi beberapa asumsi untuk memenuhi kondisi Best

    Linear Unbiased Estimate (BLUE).

    4.3.1 Uji Asumsi Klasik

    Dalam model regresi linear ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar

    memenuhi kondisi BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Pengujian ini

    dimaksudkan untuk menganalisis beberapa asumsi dari persamaan regresi yang

    dihasilkan valid untuk memprediksi. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji

    autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

    4.3.1.1 Uji Normalitas

    Uji Normalitas merupakan pengujian untuk menguji apakah nilai residual

    terdistribusi secara normal atau tidak. Peneliti menggunakan analisis grafik untuk

    melihat normalitas residual. Normalitas dapat dideteksi dengan menggunakan

    histogram berbentuk lonceng, Normal P-P Plot atau menggunakan N-Par Test

    (Uji Kolmogorof).

  • 35

    A. Jepang

    Pada penelitian ini, untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara

    normal atau tidak menggunakan histogram berbentuk lonceng, maka

    ketentuannya adalah apabila garis histogram membentuk lonceng sempurna

    dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.

    Berdasarkan gambar, histogram membentuk garis lonceng sempurna

    sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.

    B. Amerika Serikat

    Pada penelitian ini, untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara

    normal atau tidak menggunakan histogram berbentuk lonceng, maka

    ketentuannya adalah apabila garis histogram membentuk lonceng sempurna

    dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.

    Gambar 3 Histogram Uji Normalitas (JEPANG)

    Gambar 4 Histogram Uji Normalitas (AMERIKA)

  • 36

    Berdasarkan gambar, histogram membentuk garis lonceng sempurna

    sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.

    Selain menggunakan histogram berbentuk lonceng, untuk menguji

    normalitas residual dapat menggunakan Normal P-P Plot. Menurut Priyanto

    (2013), kriteria pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:

    Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

    diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

    Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

    diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

    A. Jepang

    Selain menggunakan histogram berbentuk lonceng, untuk menguji

    normalitas residual dapat menggunakan Normal P-P Plot. Hasil dari uji dengan

    Normal P-Plot Jepang dapat dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 5 Normal P-P Plot Uji Normalitas (Jepang)

  • 37

    Berdasarkan gambar, data menyebar di sekitar garis diagonal dan

    mengikuti arah garis diagonal, maka dari itu model regresi memenuhi asumsi

    normalitas.

    B. Amerika

    Selain menggunakan histogram berbentuk lonceng, untuk menguji

    normalitas residual dapat menggunakan Normal P-P Plot. Hasil dari uji

    dengan Normal P-Plot Jepang dapat dilihat pada Gambar 7.

    Berdasarkan gambar, data menyebar di sekitar garis diagonal dan

    mengikuti arah garis diagonal, maka dari itu model regresi memenuhi asumsi

    normalitas.

    Penelitian ini juga menggunakan uji N-Par Test Kolmogorov-Sminorov

    dengan ketentuan:

    Jika variabel dependen (Y) memiliki nilai signifikansi lebih dari 0.05, maka

    data dinyatakan berdistribusi normal.

    Jika variabel dependen (Y) memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.05,

    maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.

    Gambar 6 Normal P-P Plot Uji Normalitas (Amerika)

  • 38

    Hasil Uji dari test One-Sample Kolmogorov-Smirnov ada pada Tabel 11

    dan Tabel 12.

    A. Jepang

    Tabel 9. Hasil uji N-Par Test Jepang

    Unstandardized Residual

    N 10

    Normal Parametersa Mean ,00000000

    Std. Deviation 1,28492510E3

    Most Extreme Differences Absolute ,183

    Positive ,183

    Negative -,124

    Kolmogorov-Smirnov Z ,579

    Asymp, Sig. (2-tailed) ,891

    Sumber: Data diolah (2017)

    Berdasarkan hasil uji n-Par Test Kolmogorov-Sminorov, nilai signifikansi

    menunjukkan nilai 0.891 atau lebih dari 0.05. Maka, data dinyatakan berdistribusi

    normal.

    B. Amerika

    Tabel 10. Hasil uji N-Par Test Amerika Serikat

    Unstandardized Residual

    N 10

    Normal Parametersa Mean ,00000000

    Std. Deviation 4,50282356E2

    Most Extreme Differences Absolute ,177

    Positive ,177

    Negative -,127

    Kolmogorov-Smirnov Z ,559

    Asymp, Sig. (2-tailed) ,913

    Sumber: Data diolah (2017)

    Berdasarkan hasil uji n-Par Test Kolmogorov-Sminorov, nilai signifikansi

    menunjukkan nilai 0.913 atau lebih dari 0.05. Maka, data dinyatakan berdistribusi

    normal.

  • 39

    4.3.1.2 Uji Multikolinearitas

    Multikolinearitas adalah keadaan dimana atara dua variabel independen

    atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau

    mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya

    masalah multikolinearitas. Dampak yang diakibatkan dengan adanya

    multikoinearitas antara lain yaitu:

    1. Nilai standard error untuk masing-masing koefisien menjadi tinggi,

    sehingga t htung menjadi rendah.

    2. Standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya

    variael independen.

    3. Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi.

    Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineartias dengan melihat nilai

    Tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar VIF maka

    semakin mendekati terjadinya masalah multikolineartias. Dalam kebanyakan

    penelitian menyebutkan bahwa jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari

    10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Priyatno, 2013).

    A. Jepang

    Hasil dari uji Multikolinearitas pada model regresi ekspor ke Jepang dapat

    dilihat pada Tabel 13.

    Tabel 11. Hasil uji Multikolinearitas Jepang

    Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    ,189 5,281

    ,172 5,807

    ,178 5,612

    ,149 6,723

    Sumber: Data diolah (2017)

  • 40

    Dari tabel Coefficients dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari ketiga

    variabel independen yaitu X1 sebesar 0,189; X2 sebesar 0,172; X3 sebesar

    0,178 dan X4 sebesar 0,149. Nilai Tolerance dari keempat variabel tersebut lebih

    dari nilai α=0,1. Maka dari itu dapat dikatakan dalam model regresi tidak terjadi

    masalah multikolinearitas.

    Selain itu, dapat diketahui nilai VIF dari keempat variabel independen yaitu,

    X1 sebesar 5,281; X2 sebesar 5,807; X3 sebesar 5,612 dan X4 sebesar 6,723.

    Nilai VIF dari keempat variabel tersebut kurang dari 10, sehingga dapat

    dikatakan dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.

    B. Amerika

    Hasil dari uji Multikolinearitas pada model regresi ekspor ke Jepang dapat

    dilihat pada Tabel 14.

    Tabel 12. Hasil uji Multikolinearitas Amerika Serikat

    Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    ,574 1,743

    ,376 2,659

    ,112 8,913

    ,113 8,942

    Sumber: Data diolah (2017)

    Dari tabel Coefficients dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari ketiga

    variabel independen yaitu X1 sebesar 0,574; X2 sebesar 0,376; X3 sebesar

    0,112 dan X4 sebesar 0,113. Nilai Tolerance dari keempat variabel tersebut lebih

    dari nilai α=0,1. Maka dari itu dapat dikatakan dalam model regresi tidak terjadi

    masalah multikolinearitas.

    Selain itu, dapat diketahui nilai VIF dari keempat variabel independen yaitu,

    X1 sebesar 1,743; X2 sebesar 2,659; X3 sebesar 8,913 dan X4 sebesar 8,842.

  • 41

    Nilai VIF dari keempat variabel tersebut kurang dari 10, sehingga dapat

    dikatakan dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.

    4.3.1.3 Uji Autokorelasi

    Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual

    untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurun

    runtun waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya autokorelasi.

    Dampak yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu varian sampel tidak

    dapat menggambarkan varian populasinya.

    Ada beberapa cara untuk mengetahui adanya korelasi dalam suatu model

    regresi, salah satunya adalah dengan menggunakan Run Test. Run test sebagai

    bagian dari statistik non-parametrik dapat digunakan untuk menguji apakah antar

    residual terdapat korelasi yang tinggi atau tidak. Jika antar residual tidak terdapat

    hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.

    Ketentuannya adalah sebagai berikut:

    H0 : Residual Random (acak)

    H1 : Residual Tidak Random

    Jika pada hasil Run Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

    > 0,05 maka kesimpulannya yaitu terima H0 atau residual bersifat random (acak).

    Sebaliknya, jika Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka kesimpulannya ialah menolak

    H0 atau residual tidak acak.

    Hasil dari uji autokorelasi dengan menggunakan Run Test adalah sebagai

    berikut:

    A. Jepang

    Hasil uji Run Test untuk menguji autokorelasi pada model regresi ekspor tuna

    ke Jepang dapa dilihat pada Tabel 15.

  • 42

    Tabel 13. Hasil Uji Run Test Jepang

    Unstandardized Residual

    Test Valuea -265,81637 Cases < Test Value 5 Cases >= Test Value 5 Total Cases 10 Number of Runs 5 Z -,335 Asymp. Sig. (2-tailed) ,737

    Sumber: Data diolah (2017)

    Didapat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,737 yang berarti lebih besar

    dari 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan untuk menerima H0 atau residual

    bersifat random (acak).

    B. Amerika

    Hasil uji Run Test untuk menguji autokorelasi pada model regresi ekspor tuna

    ke Jepang dapa dilihat pada Tabel 16.

    Tabel 14. Hasil Uji Run Test Amerika Serikat

    Unstandardized Residual

    Test Valuea 67,43524 Cases < Test Value 5 Cases >= Test Value 5 Total Cases 10 Number of Runs 5 Z ,335 Asymp. Sig. (2-tailed) ,737

    Sumber: Data diolah (2017)

    Didapat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,737 yang berarti lebih besar

    dari 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan untuk menerima H0 atau residual

    bersifat random (acak).

    4.3.1.4 Uji Heteroskedastisitas

    Menurut Priyatno (2013), Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana

    terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi

  • 43

    yang baik mesnyaratkan tidak adanya masalah Heteroskedastisitas.

    Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien

    dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.

    Untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas denga melihat pola

    titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak

    jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah

    heteroskedastisitas.

    A. Jepang

    Hasil uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan scatterplot pada model

    regresi ekspor tuna ke Jepang dapat dilihat pada Gambar 8.

  • 44

    Dari scatterplot di atas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dengan

    pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka pada

    model regresi tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas.

    B. Amerika Serikat

    Hasil uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan scatterplot pada model

    regresi ekspor tuna ke Jepang dapat dilihat pada Gambar 9.

    Dari scatterplot di atas dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dengan

    pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka pada

    model regresi tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas.

    Selain itu, digunakan uji statistik korelasi bivariate Spearman untuk

    mendeteksi adanya heteroskedastisitas.

    Gambar 7. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas (Jepang)

    Gambar 8. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas (Amerika)

  • 45

    A. Jepang.

    Hasil uji Spearman untuk mendeteksi heteroskedastisitas pada model

    regresi ekspor tuna ke Jepang dapat dilihat pada Tabel 17.

    Tabel 15. Hasil Uji Spearman (Jepang)

    X1 X2 X3 X4 Unstandardized Residual

    Spearman's Rho X1 Correlations Coefficient 1,000

    -0,418 0,842 0,406 -0,091

    Sig. (2-tailed) 0,229 0,002 0,244 0,803

    N 10 10 10 10 10

    X2 Correlations Coefficient -

    0,418 1,000 -

    0,188 0,442 0,103

    Sig. (2-tailed) 0,229 0,603 0,200 0,777

    N 10 10 10 10 10

    X3 Correlations Coefficient 0,842 -

    0,188 1,000 0,588 -0,358

    Sig. (2-tailed) 0,002 0,603 0,074 0,310

    N 10 10 10 10 10

    X4 Correlations Coefficient 0,406 0,442 0,588 1,000 -0,103

    Sig. (2-tailed) 0,244 0,200 0,074 0,777

    N 10 10 10 10 10

    Unstandardized Residual Correlations Coefficient

    -0,091 0,103

    -0,358

    -0,103 1,000

    Sig. (2-tailed) 0,803 0,777 0,310 0,777

    N 10 10 10 10 10

    Sumber: Data diolah (2017)

    Berdasar tabel 17, hasil dari uji heteroskedastisitas Spearman

    memiliki nilai signifikansi (2-tailed) di atas 0,05 yaitu 0,803 untuk X1,

    0,777 untuk X2, 0,310 untuk X3 dan 0,777 untuk X4 yang berarti

    dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

    B. Amerika Serikat

    Hasil uji Spearman untuk mendeteksi heteroskedastisitas pada model

    regresi ekspor tuna ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 18.

  • 46

    Tabel 16. Hasil Uji Spearman (Amerika)

    X1 X2 X3 X4 Unstandardized Residual

    Spearman's Rho X1 Correlations Coefficient 1,000 0,152 0,552 0,467 0,152

    Sig. (2-tailed) 0,676 0,098 0,174 0,676

    N 10 10 10 10 10

    X2 Correlations Coefficient 0,152 1,000 -

    0,188 0,442 -0,188

    Sig. (2-tailed) 0,676 0,603 0,200 0,603

    N 10 10 10 10 10

    X3 Correlations Coefficient 0,552 -

    0,527 1,000 0,927 -0,030

    Sig. (2-tailed) 0,098 0,117 0,000 0,934

    N 10 10 10 10 10

    X4 Correlations Coefficient 0,467 0,442 0,588 1,000 0,115

    Sig. (2-tailed) 0,174 0,200 0,074 0,751

    N 10 10 10 10 10

    Unstandardized Residual Correlations Coefficient 0,152 -0,188 -0,030

    -0,115 1,000

    Sig. (2-tailed) 0,676 0,604 0,934 0,751

    N 10 10 10 10 10

    Sumber: Data diolah (2017)

    Berdasar tabel 18, hasil dari uji heteroskedastisitas Spearman memiliki nilai

    signifikansi (2-tailed) di atas 0,05 yaitu 0,676 untuk X1, 0,604 untuk X2,

    0,934 untuk X3 dan 0,751 untuk X4 yang berarti dalam model regresi tidak

    terjadi masalah heteroskedastisitas

    4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda

    Regresi linear berganda dianalisis menggunakan metode Ordinary Least

    Square (OLS), hasil regresi menggunakan software SPSS for Windows. Hasil

    analisis regresi linear dapat dilihat pada tabel 19.

  • 47

    a. Jepang

    Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Jepang

    Model Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients

    B Std. Error Beta

    1 (Constant) 8426,956 12725,832

    X1 ,319 ,068 1