laporan tugas mandiri upsus ardi - copy

28
LAPORAN PENGAMATAN PROGRAM PENINGKATAN SWASEMBADA PANGAN (PAJALE) DESA BALESONO KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh : Nama : ARDI RASYID RAMADHAN Nirm : 07.1.2.14.1724 Prodi : PENYULUHAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

Upload: rendyhermawantawulo

Post on 04-Dec-2015

137 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

MONGGO DI READ

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

LAPORAN

PENGAMATAN PROGRAM PENINGKATAN SWASEMBADA PANGAN

(PAJALE)

DESA BALESONO KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh :

Nama : ARDI RASYID RAMADHAN

Nirm : 07.1.2.14.1724

Prodi : PENYULUHAN PERTANIAN

KEMENTRIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

STPP MALANG

Jl. Dr. Cipto 144 A, Bedali, Lawang – Malang 65200

2015

Page 2: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Mandiri Semester II Program Peningkatan Swasembada Pangan (Pajale) tahun 2015 yang dibuat oleh Ardi Rasyid Ramadhan, Jurusan Penyuluh Pertanian Tahun Akedemik 2014/2015 di desa Balesono Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur.

Mengutahui

Koordinator Kepala

BPP Dinas Pertanian Tulungagung

Enik Ernawati, SP. Ir. Suprapti

Nip. 19620619 198711 2 001 Nip.19620301 198903 2 003

i

Page 3: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, taufik beserta

hidayah-Nya sehingga “ LAPORAN PENGAMATAN PROGRAM PENIGKATAN

SWASEMBADA PANGAN (PAJALE) ” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur mandiri tahun

akademik 2014/2015. Isi dari laporan ini berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan di Desa Balesono, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Yang

membahas tentang program UPSUS.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Enik Ernawati, SP.

selaku Kepala BPP Kecamatan Ngunut dan semua PPL BPP Kecamatan Ngunut

serta anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki II yang telah bersedia memberikan

informasi tentang pelaksanaan program UPSUS.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu diharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan

penyusunan laporan kedepannya.

Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan

dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah.

Tulungagung, September 2015

Penyusun

ii

Page 4: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................1

1.2. Tujuan Program.............................................................................................2

1.3. Manfaat Program...........................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

2.1. Swasembada Pangan...................................................................................3

2.1. Program Pajale...............................................................................................6

2.2.1. Padi...........................................................................................................6

2.2.2. Kedelai......................................................................................................8

BAB III............................................................................................................................11

3.1. Identifikasi Program Kegiatan..................................................................11

3.2. Pengamatan Pelaksanaan.........................................................................12

3.3. Evaluasi program........................................................................................13

3.4. Rencana Tindak Lanjut..............................................................................13

BAB IV............................................................................................................................14

4.1. Kesimpulan...................................................................................................14

4.2. Saran..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

LAMPIRAN....................................................................................................................16

iii

Page 5: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang Undang Pangan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan

berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan

ketahanan pangan. Ketahanan pangan dinyatakan sebagai “kondisi terpenuhinya

pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,

bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan tersebut,

negara harus mandiri dan berdaulat dalam menentukan kebijakan pangannya

sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya.Sebagai upaya mewujudkan

kedaulatan dan ketahanan pangan tersebut, Kementerian Pertanian

menjabarkan melalui kebijakan pembangunan pertanian dalam program

“Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai“.

Program tersebut diharapkan dapat dicapai pada tahun 2017dengan

target produksitahun2015 padi73,4 juta tonataupeningkatan2,21%,jagung 20 juta

tonataupeningkatan5,57%, dan kedelai 1,2 juta tonataupeningkatan

26,47%.Untuk mewujudkan target produksi di atas, telah ditetapkan upaya

khusus peningkatan produksi dengan kegiatan sebagai berikut :

1. RehabilitasiJaringan IrigasiTersier (RJIT), untuk menjamin ketersediaan

air yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman padi, jagung dan

kedelaiyang optimal.

2. Penyediaan alat dan mesin pertanian berupa traktor roda dua, alat

tanam (rice transplanter), dan pompa air untuk menjamin pengolahan

lahan, penanaman, dan pengairan yang serentak dalam areal yang luas.

3. Penyediaan dan penggunaan benih unggul, untuk menjamin

peningkatan produktivitas lahan dan produksi.

4. Penyediaan dan penggunaan pupukberimbang, untuk menjamin

pertumbuhan tanaman padi, jagung dan kedelai yang optimal.

1

Page 6: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

5. Pengaturan musim tanam dengan menggunakan Kalender Musim

Tanam (KATAM), untuk menjamin pertumbuhan tanaman padi,jagung

dan kedelaiyang optimal, dan untuk mengantisipasi dampak perubahan

iklim yang menyebabkan gagal panen.

6. Pelaksanaan Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (GPPTT).

1.2. Tujuan Program

Tujuan dari program peningkatan swasembada pangan (Pajale) adalah

tercapainya kedaulatan dan ketahanan pangan.

1.3. Manfaat Program

Mahasiswa dapat mengetahui program swasembada pangan pajale yang

belum teralisasi maupun sudah terealisasi yang ada di daerah atau wilayah

tinggal.

2

Page 7: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Swasembada Pangan

Tantangan pembangunan pertanian di masa mendatang adalah

penyediaan pangan bagi penduduk yang lebih dikenal dengan istilah ketahanan

pangan. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan

seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki

ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau

dihantui ancaman kelaparan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses

pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan

memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan

adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk

mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah

kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan benar dan tepat

secara proporsional. FAO menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan

dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.

Pembangunan ketahanan pangan bersifat mulikomkpleks yang

memerlukan pendekatan multisektoral. Dengan demikian koordinasi lintas sector

menjadi bagian penting dari efektifitas pembangunan ketahanan pangan nasional

dan wilayah di Indonesia. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa

akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk

mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan

hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai

bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi.

Menurut Kemeterian Pertanian RI (2004), bahwa sejak krisis ekonomi

hingga sekarang, kemampuan Indonesia untuk memenuhi sendiri kebutuhan

pangan bagi penduduk terus menurun. Kenyataan yang ada menunjukkan

bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi lebih dari 210 juta jiwa, dalam

periode 1997-2003, Indonesia harus mengimpor bahan pangan diantaranya

beras rata-rata 2 juta ton, kedelai 900 ribu ton, gula pasir 1,6 juta ton, jagung 1

juta ton, garam sebesar 1,2 juta ton. Anggaran untuk mengimpor bahan pangan

3

Page 8: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

tersebut sebesar 900 juta dolar AS pada tahun 2003, hal ini dijelaskan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Volume dan Nilai Impor beberapa bahan pangan tahun 2003

Komoditas Volume Impor

rata-rata-rata

1997-2002

(ton)

Volume Impor

thn 2003

(ton)

Nilai Impor

rata-rata

1997-2002

(juta dolar AS)

Nilai Impor

tahun 2003

(juta dolar AS)

Beras 2 024 384 1 428 433 586 414

Kedelai 903 615 921 000 229 275.5

Gula 1 557 259 618 678 418 85.31

Garam 1 300 000 1 700 000 49 55

Sumber Badan Pusat Statistik, 2003.

Kebijakan impor pangan yang menonjol sebagai program instant untuk

mengatasi kekurangan produksi justru membuat petani semakin terpuruk dan

tidak berdaya atas sistem pembangunan ketahanan pangan yang tidak tegas.

Akibat over suplai pangan dari impor seringkali memaksa harga jual hasil panen

petani menjadi rendah tidak sebanding dengan biaya produksinya sehingga

petani terus menanggung kerugian. Hal ini menjadikan bertani pangan tidak

menarik lagi bagi petani dan memilih profesi lain di luar pertanian, sehingga

ketahanan pangan nasional mejadi rapuh.

Melihat kenyataan tersebut bahwa sebagai negara agraris yang

mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar

penduduknya tetapi pengimpor pangan yang cukup besar merupakan suatu hal

yang menjadi hambatan bagi program ketahanan pangan di Indonesia. Oleh

karena itu diperlukan langkah strategi yang efektif dan efisien untuk

mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan

pangan dalam negeri.

Menurut Hutapea dan Mashar (2005), bahwa rendahnya laju peningkatan

produksi dan terus menurunnya produksi pangan di Indonesia antara lain

disebabkan oleh: (1) produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus

menurun; (2) peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan

terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa.

Kombinasi kedua faktor di atas memastikan laju pertumbuhan produksi

dari tahun ke tahun yang cenderung terus menurun. Untuk mengatasi dua

4

Page 9: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

permasalahan teknis yang mendasar tersebut perlu dilakukan upaya-upaya

khusus dalam pembangunan pertanian pangan khususnya dalam kerangka

program ketahanan pangan nasional. Faktor dominan penyebab rendahnya

produktivitas tanaman pangan adalah: (a) penerapan teknologi budidaya di

lapangan yang masih rendah; (b) tingkat kesuburan lahan yang terus menurun,

dan (c) eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih belum optimal.

Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya

kesenjangan potensi produksi pangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini

disebabkan karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi

baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan

teknologinya kurang efektif, seperti; (1) penggunaan pupuk yang tidak tepat, bibit

unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal, (2) kecenderungan

menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, (3) tidak menggunakan

pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15 – 20 % dan (4)

memakai air irigasi yang tidak efisien. Hal ini mengakibatkan rendahnya

produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing di

pasaran terus menurun. Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi

tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk

mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas

mempengaruhi produksi nasional (Mashar, 2000).

Hutapea dan Mashar (2005) menjelaskan bahwa untuk mengatasi

permasalahan di atas pemerintah harus memberikan subsidi teknologi kepada

petani dan melibatkan stakeholder dalam melakukan percepatan perubahan di

bidang budidaya pertanian. Subsidi teknologi yang dimaksud adalah adanya

modal bagi petani untuk memperoleh atau dapat membeli teknologi produktivitas

dan pengawalannya sehingga teknologi budidaya dapat dikuasai secara utuh

dan efisien sampai tahap pasca panennya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka strategi yang dikembangkan

dalam upaya pembangunan kemandirian pangan di Indonesia adalah sebagai

berikut :

1. Peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan

(minimum setara dengan laju pertumbuhan penduduk) melalui

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.

2. Revitalisasi industri hulu produksi pangan (benih, pupuk, pestisida dan

alat dan mesin pertanian) .

5

Page 10: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

3. Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan.

4. Revitalisasi dan restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada;

koperasi, UKM dan lumbung desa.

5. Pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian

pangan yang melindungi pelaku bisnis pangan dari hulu hingga hilir

meliput penerapan Technical Barrier for Trade (TBT) pada produk

pangan, insentif, alokasi kredit , dan harmonisasi tarif bea masuk, pajak

resmi dan tak resmi.

Menurut Siswono Yudo Husodo (2001), ketahanan pangan diwujudkan

oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari subsistem ketersediaan

meliput produksi, pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan

subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga

subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya

berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses

ini hanya akan berjalan dengan efisien, jika dibantu oleh partisipasi masyarakat

dan fasilitasi pemerintah. Partisipasi masyarakat (petani, nelayan, NGO) dimulai

dari proses produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan

di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah diimplementasikan dalam bentuk

kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang perdagangan, pelayanan dan

pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya kemandirian pangan.

Output dari pengembangan kemandirian pangan adalah terpenuhinya pangan,

SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan

nasional.

2.1. Program Pajale

2.2.1. Padi

a. Pengertian Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam

golongan rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang

dari satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati

atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok

berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut

umurnya (AAK, 1990). Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain :

1. Pembibitan.

2. Pengolahan Tanah

6

Page 11: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

3. Penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman

5. Pemanenan

6. Pasca Panen

b. Benih

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus

untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan

dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan,

pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di

persemaian (AAk, 2006).

Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi.

Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik benih

dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh

pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut

merupakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh

para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam

hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan

pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta

penyakit (AAk, 2006).

c. Pupuk

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman

memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun

unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur

hara yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke

dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi

tanaman, hal ini dapat berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat (Anonymous,

2006).

Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga

diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur

hara yang hilang karena pencucian atau erosi dan yang terangkut saat panen.

Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi

tanaman. Konsepsi pemupukan berimbang menyarankan agar dalam budidaya

7

Page 12: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

tanaman padi tidak hanya dipupuk N dan P saja, tetapi perlu dipupuk K, S dan

unsur mikro (Anonymous, 2006).

2.2.2. Kedelai

a. Tinjauan Umum Tanaman Kedelai

kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja

max. Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani yang

dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurt

Adisarwanto (2005)

b. Morfologi Tanaman Kedelai

Akar

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di

sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke

dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan

terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari

hipokotil.

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan

akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu

kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian

bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman

tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.

Batang

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang

ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan

batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh

lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang

tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa

tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu,

8

Page 13: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip

keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-

indeterminate (Kanisus, 1989).

Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang

dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal,

jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate

umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat, 1985).

Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi

kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan

menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas

disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil.

Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Bertham, 2002).

Daun

Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip

(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.

Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan

potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat

kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang

mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah

antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).

Pada buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang

daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun

majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai

pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-

masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun

berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada

ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur,

mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto,

2004).

c. Syarat Tumbuh

Iklim

9

Page 14: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim

tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai

adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih

baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai

dibandingkan iklim lembab (Sumarno, 1987).

Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah

yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk

mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan

antara 100-200 mm/bulan.

Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi

suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses

perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30

0C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik

dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan

biji dan pengeringan hasil (Irwan, 2006).

10

Page 15: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

BAB III

MATERI KAJIAN

3.1. Identifikasi Program Kegiatan

Berdasarkan pengamatan dan identifikasi yang telah dilakukan, program

kegiatan yang ada di wilayah kerja BPP Ngunut Kabupaten Tulungagung baik

sudah sudah terealisasi maupun yang masih dalam tahap pengerjaan antara

lain:

a. Program yang ada

Dalam pelaksanaan program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier

(RJIT) di Desa Balesono Kecamatan Ngunut sudah terealisasi, proses

pengerjaannya sudah 100%.

No. Nama Desa Nama Kelompok

Tani

Panjang

saluran irigasi

(m)

Nilai Bansos

(Rp)

Balesono Sumber Rejeki II 254 80.000.000

Prosses pengerjaan dilakukan oleh HIPA Tirto Mulyo nama ketuanya

adalah Adi Suroso

Material yang digunakan adalah beton plat

b. SRI Padi

No Nama Desa Nama Ketua Luas Jumlah Biaya

11

Page 16: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

. POKTAN POKTAN (Ha) (Rp)

1. Balesono Sumber

Rejeki II

Sambang

Santoso

40 80.000.000

Bantuan sudah terealisasi dan sudah di panen pada awal september hasil

panennya adalah 8,4 ton/Ha

c. Gerakan PenerapanPengelolaanTanamanTerpadu (GP-PTT) Kedelai.

No

.

Nama Desa Nama

POKTAN

Ketua

POKTAN

Luas

(Ha)

1. Balesono Sumber

Rejeki II

Sambang

Santoso

60

Bantuannya berupa bantuan 3 ton benih kedelai dan sebagian sudah di

tanam oleh petani.

d. Perluasan Areal Tanam (PAT) Kedelai

No

.

Nama Desa Nama

POKTAN

Ketua

POKTAN

Luas

(Ha)

1. Balesono Sumber

Rejeki II

Sambang

Santoso

10

Bantuannya berupa 4 Kw benih kedelai dan pestisida, sebagian sudah di

laksanakan penanaman.

Dari keempat program tersebut pelaksana/ penanggung jawabnya adalah:

1. Camat Ngunut

2. Dinas Pertanian/ Mantri Tani

3. Koordinator Programer (BPP)

4. Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT)

5. Koramil

6. Pengairan

3.2. Pengamatan Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan program Upsus Pajale 2015 di Kecamatan Ngunut

Kabupaten Tulungagung, lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program ini

antara lain, Kelompok Tani, BPP, Koramil dan Dinas Pertanian. Dan untuk

12

Page 17: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

pelaksana program ini yaitu pihak Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung.

Sedangkan untuk pembiayaan untuk program swasembada pangan Pajale

berasal dari APBN-P tahun 2015.

a. Kelembagaan yang terlibat

Kelompok Tani, BPP, Mantri Tani, Koramil, dan Dinas Pertanian

b. Pelaksana Program

Dinas Pertanian

c. Pembiayaan untuk program swasembada pangan pajale bersasal dari

APBN-P tahun 2015

3.3. Evaluasi program

Semua bantuan Program Swasembada Pangan (Pajale) sudah

sepenuhnya terealisasi, bantuan tersebut meliputi bantuan RJIT, SRI Padi, GP-

PTT Kedelai dan PAT Kedelai.

Pada penerapan SRI Padi tidak sepenuhnya menggunakan metode SRI

tapi menggunkan semi SRI, hal ini di karenakan adanya hama keong mas yang

memakan bibit tanaman padi yang masih muda, oleh karena itu di khawatirkan

jika ditanam 1 bibit perlubang akan akan banyak mengeluarkan biaya untuk

melakukan sulam bibit padi tersebut, jadi pada areal tanam SRI digunakan 3-4

bibit perlubang tanam untuk mengantisipasi bibit akan habis dimakan keong mas.

Permasalahan pada saat pertumbuhan yaitu terkena serangan potong leher, dan

Ph tanah terlalu asam.

3.4. Rencana Tindak Lanjut.

1. Diadakan uji lap tanah, untuk mengetahui sifat fisik dan biologis tanah.

2. Diadakan penyuluhan untuk menekan terserangnya penyakit potong leher

3. Melaporkan ke pihak atau instansi terkait jika di temukan masalah atau

hambatan program.

13

Page 18: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam program Upaya Khusus (UPSUS) program peningkatan padi,

jagung, dan kedelai ini pemerintah berharap agar semua lembaga terkait

harus ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan agar tercapai dan

berjalannya kegiatan dengan lancar.

Di desa Balesono kecamatan Ngunut kabupaten Tulungagung semua

pihak telah bekerjasma dengan baik untuk melaksanakan dan mengawal

kegiatan UPSUS PAJALE, sehingga program SRI, RJIT, GP-PTT kedelai,

dan PAT kedelai dapat terlaksana dengan lancar.

4.2. Saran

Kerjasama dan sinkronasi antara penyuluh pertanian, babinsa dan

mahasiswa sudah baik tapi perlu ditingkatkan agar apa yang menjadi

harapan pemerintah dapat tercapai.

14

Page 19: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

DAFTAR PUSTAKA

Mashar Ali Zum, 2000, Teknologi Hayati Bio P 2000 Z Sebagai Upaya untuk

Memacu Produktivitas Pertanian Organik di Lahan Marginal. Makalah

disampaikan Lokakarya dan pelatihan teknologi organik di Cibitung 22

Mei 2000.

Siswono Yudo Husodo. 2001.Kemandirian di Bidang Pangan, Kebutuhan Negara

Kita. Makalah Kunci pada Seminar Nasional Teknologi Pangan,

Semarang , 9-10 Oktober 2001.

Suprapto dan Marzuki, 2002. Bertanam Jagung, Penebar Swadaya. Jakarta.

Soepardi, G. 1983.

15

Page 20: Laporan Tugas Mandiri Upsus Ardi - Copy

LAMPIRAN

16