analisis faktor-faktor yang berpengaruh …eprints.undip.ac.id/26740/1/artikel_jurnal_hesti.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN AUDIT
(Kajian Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008-2009)
Hesti Candra Sari
Surya Rahardja
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of firm size,
debt to equity ratio, profitability, Public Accountant size, auditor opinion,
multinational company and number of years company has been a client of
public accountant firms toward audit delay in manufacture company that
listed on Indonesia Stocks Exchange.
Sampling method that used is purposive sampling and the result
are 39 firms as sample. This research is done for 2008-2009 period. Data
that used in this research is financial statements from each company,
publized through website www.idx.co.id. The data which have already
collected are processed with classic assumption test before hypothesis
test. Software SPSS version 17 for windows is used to test in this
research.
The result of this research shows that independent variables
simultaneously influenced 21 percent of dependent variable. Partially,
debt to equity ratio and multinational company have positive significant
toward audit delay. Whereas, auditor opinion have negative influence.
The other variables such as firm size, profitability, Public Accountant
size, and number of years company has been a client of public accountant
firms do not affecting audit delay.
Keyword : audit delay, debt to equity ratio, client of public accountant firms,
profitability, Public Accountant size.
2
PENDAHULUAN
Akuntansi sering dianggap sebagai bahasa bisnis karena menghasilkan
laporan peristiwa ekonomi dari suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan
dari proses akuntansi akan membantu semua pengguna untuk mengetahui kondisi
keuangan suatu entitas serta membantu dalam membuat keputusan ekonomi
(Haron et al., 2006). Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan seperti pihak manajemen, pemegang saham, investor, pemerintah, dan
kreditor. Namun demikian, di pasar modal pengguna utama dari laporan keuangan
adalah investor. Salah satu cara bagi investor untuk memantau kinerja perusahaan-
perusahaan go public adalah melalui laporan keuangan yang dipublikasikan.
Dewasa ini, perusahaan-perusahaan go public di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat. Perkembangan ini berdampak peningkatan permintaan akan
audit laporan keuangan (Rachmawati, 2008). Setiap perusahaan yang go public
diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan laporan keuangan harus diaudit
karena laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada
pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan. Laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan
perubahan posisi keuangan. Sedangkan tugas auditor adalah menilai kewajaran
penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor harus memberikan opini atas
kewajaran laporan keuangan tersebut (Mulyadi, 2002a). Hasil audit atas
perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar.
Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara lebih
professional sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan
Indonesia khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang
prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan. Prosedur ini mengatur hal-hal
seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman
3
yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti
kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan
dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
(IAI, 2001).
Namun demikian, pemenuhan standar audit tidaklah mudah. Pemenuhan
standar ini berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit. Selain itu,
berdampak pula pada kualitas hasil laporan keuangan auditan. Kondisi ini dapat
menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Salah satu kriteria profesionalisme dari
auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan auditan.
Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada
masyarakat umum dan kepada BAPEPAM tergantung dari lamanya auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Semakin cepat pekerjaan audit selesai
dilakukan, maka semakin cepat pula informasi dipublikasikan.
Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu
perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya
rumor-rumor maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai
perusahaan tersebut. Menurut Abdulla (dalam Wirakusuma, 2004) semakin
panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku
suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut bocor
kepada investor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya insider trading di
bursa saham.
Pihak regulator mencegah terjadinya insider trading dengan cara
menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan
keuangan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk
menjaga relevansi dan reliabilitas informasi yang dibutuhkan para pelaku bisnis
sehingga menggairahkan aktivitas bisnis investasi suatu negara.
4
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Signaling Theory
Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan
informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut
sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan
mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal
manajemen mengindikasikan good news bagi investor, maka dapat meningkatkan
harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad
news bagi investor, dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan.
Investor dapat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan
ekonomi, jika informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga terjadi asimetris
informasi dimana manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding
pihak lain (stakeholder). Dalam rangka meminimalisir terjadinya information
asymmetry berdasar signaling theory, pihak manajemen wajib membuat struktur
pengendalian internal yang mampu menjaga harta perusahaan dan menjamin
penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian
laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi
yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor.
Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga
saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan
memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya,
yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen neraca, laporan laba/rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang
5
diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap
disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan
tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No.1, par.10).
Kualitas komunikasi yang dicapai tergantung pada kualitas laporan
keuangan. Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2009) No.1 adalah:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai.
Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.
3. Andal
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membenadingkan laporan keuangan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan
antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Batas waktu terbitnya laporan keuangan perusahaan di Indonesia diatur
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Sebagaimana diatur dalam
6
Undang-Undang No. 8 tahun 1995 dan Peraturan BAPEPAM Nomor: X.K.2
Keputusan Ketua BAPEPAM No.80/PM/1996 Tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala yaitu setiap perusahaan publik wajib menyampaikan
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari
terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku.
Dalam rangka memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada
investor mengenai kondisi keuangan emiten atau perusahan publik serta dalam
rangka mengikuti perkembangan pasar modal global, pada tanggal 30 September
2003 BAPEPAM mengeluarkan Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2, Lampiran
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003 Tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, laporan keuangan harus disertai dengan
laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada
BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal
laporan keuangan tahunan.
2.1.3 Audit dan Standar Auditing
Terdapat banyak pengertian tentang auditing, diantaranya menurut Arrens
et al. (2006) auditing adalah sebagai berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by competent, independent person.”
Berdasar definisi di atas, dapat disimpulkan tiga elemen fundamental
dalam auditing, yaitu (1) seorang auditor harus independen, (2) auditor harus
bekerja mengumpulkan bukti untuk mendukung pendapatnya, dan (3) hasil
pekerjaan auditor adalah laporan.
Audit pada umumnya dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu Audit
laporan keuangan (Financial Statement Audit), Audit kepatuhan (Compliance
Audit), Audit operasional (Operational Audit). Sedangkan, standar auditing
merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan
7
Akuntan Indonesia adalah standar umum, standar pekerjaan lapangan, Standar
pelaporan.
2.1.4 Audit Delay
Dyer dan Mchugh dalam Respati (2004) menyatakan bahwa “Auditor’s
report lag is the open interval of number of days from the year end to the date
recorded as the opinion signature date in the auditors report”. Sedangkan
menurut pendapat dari Ahmad dan Kamarudin (2003) “Audit delay is the length
of time from a company’s fiscal year end to the date of the auditor’s report”.
Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu
informasi tersebut untuk dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar
terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian
keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Untuk melihat
ketepatan waktu biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan (lag).
Dyer dan Mchugh dalam Respati (2004) menggunakan tiga kriteria
keterlambatan dalam penelitiannya:
1. Preleminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa;
2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani;
3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Audit delay juga
dikenal dengan istilah audit report lag.
Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya
disertai dengan opini auditor kepada BAPEPAM dan mengumumkannya kepada
publik paling lambat akhir bulan ketiga. Tujuan dari audit laporan keuangan
adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara
wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
8
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang Diukur
Indikator Skala Sumber Data
Instrumen
Variabel Dependen Audit delay (AUDLAY)
Jumlah hari antara tanggal
penutupan tahun buku sampai
dengan diterbitkannya laporan audit.
Rasio Sekunder Tanggal laporan keuangan auditan
Variabel Independen Ukuran perusahaan (SIZE)
Total aset yang dimiliki
perusahaan pada tahun pelaporan
Rasio Sekunder LK*
Debt to equity ratio (DER)
Prosentase total utang dan total
ekuitas
Rasio Sekunder LK
Profitabilitas (LR) Laba / Rugi Nominal Sekunder LK Ukuran KAP (KAP) KAP Big Four /
Non-Big Four Nominal Sekunder LK
Opini Auditor (OPINI)
Unqualified opinion / selain
Unqualified opinion
Nominal Sekunder LK
Perusahaan multinasional (MNC)
Perusahaan multinasional /
nasional
Nominal Sekunder LK
Lamanya Perusahaan menjadi Klien KAP (KLIEN)
Lamanya perusahaan
menggunakan jasa audit pada
KAP yang sama
Nominal Sekunder LK
*) LK = Laporan Keuangan
9
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan
sampel menggunakan purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria-
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2009 dan termasuk kategori perusahaan
manufaktur. Alasan memilih perusahaan manufaktur adalah karena
perusahaan ini mendominasi perusahaan yang listing di BEI.
2. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan pada tahun keuangan
2008 dan 2009.
3. Laporan keuangan berakhir 31 Desember lengkap dengan catatan atas
laporan keuangan.
4. Perusahaan tersebut memiliki total aset = 3.616 miliar rupiah.
Perusahaan manufaktur yang listing tahun 2008 dan 2009 memiliki
rata-rata aset di atas 3.616 miliar rupiah. Alasan menggunakan
perusahaan yang asetnya di atas rata-rata adalah untuk menghindari
bias yang disebabkan oleh perbedaan yang ekstrim. Penelitian
terdahulu yang juga menggunakan kriteria sampel total aset diatas rata-
rata adalah Subekti dan Widiyanti (2004) serta Supriyati dan Rolinda
(2007).
Tahun keuangan 2008 dan 2009 digunakan sebagai sampel dengan
pertimbangan agar dapat memberikan gambaran terbaru mengenai audit delay
yang dialami perusahaan publik di Indonesia saat ini.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, sedangkan sumber
data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data tersebut diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan (annual report), laporan
keuangan (financial statement) dan data perusahaan dari www.idx.co.id dan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 dan 2009. Pada
tahun tersebut, jumlah perusahaan manufaktur yang listing di BEI adalah 288
perusahaan.
Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel Penelitian
KETERANGAN JUMLAH
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 dan 2009
288
Perusahaan yang memiliki total aset dibawah 3.616 miliar rupiah (rata-rata total aset perusahaan manufaktur yang listing)
(238)
Perusahaan yang menyajikan data tidak lengkap (11)
Jumlah sampel tahun 2008 dan 2009 39
Sumber : data diolah dari ICMD 2009 dan laporan keuangan perusahaan
4.2 Analisis Data
4.2.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4.2 Hasil Uji Satistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AUDLAY 39 33 86 69.38 15.942
SIZE 39 3671 88938 14759.67 18658.444
DER 39 -1.58 5.49 1.4715 1.35579
Valid N (listwise) 39
Sumber: data sekunder yang diolah
11
Output hasil uji statistik deskriptif menunjukkan jumlah perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel (N) adalah 39 perusahaan. Data di atas
menunjukkan jangka waktu penyelesaian audit (AUDLAY) tercepat adalah 33
hari, dan penyelesaian audit terlama adalah 86 hari. Rata-rata audit delay pada
perusahaan manufaktur tahun 2008 dan 2009 yang dijadikan sampel adalah 69,38
hari, maka dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan sampel masih memiliki
jangka waktu audit delay yang lama.
Ukuran perusahaan (SIZE) dalam penelitian ini diproksikan dengan total
aset. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, nilai minimum aset yang dimiliki
oleh sampel adalah sebesar Rp 3.671.000.000.000,00. Sedangkan total aset
maksimum yang dimiliki oleh sampel adalah sebesar Rp 88.938.000.000.000,00.
Rata-rata total aset dari perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel adalah Rp
14.759.670.000.000,00. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan
yang dijadikan sampel merupakan perusahaan-perusahaan besar karena memiliki
total aset yang tinggi.
Variabel Debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki
perusahaan. Variabel ini memiliki nilai minimum -1,58 dan nilai maksimum 5,49.
Rata-rata Debt to equity ratio perusahaan sampel adalah 1,4715 yang
menunjukkan kemampuan yang memadai dari rata-rata perusahaan sampel untuk
membayar hutangnya dengan menggunakan modal sendiri.
Tabel 4.3
Hasil Uji Distribusi Frekuensi Profitabilitas
LR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 35 89.7 89.7 89.7
1 4 10.3 10.3 100.0
Total 39 100.0 100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
12
Hasil distribusi frekuensi profitabilitas menunjukkan sebanyak 35
perusahaan atau sebanyak 89.7 persen mendapatkan laba. Namun demikian, 4
perusahaan atau sebanyak 10.3 persen menderita kerugian. Meskipun pada tahun
2008-2009 terjadi beberapa krisis ekonomi dunia, namun mayoritas perusahaan-
perusahaan besar yang menjadi sampel pada penelitian ini tetap konsisten dan
dapat menghasilkan laba.
Tabel 4.4
Hasil Uji Distribusi Frekuensi Ukuran Kantor Akuntan Publik
KAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 5 12.8 12.8 12.8
1 34 87.2 87.2 100.0
Total 39 100.0 100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
Data di atas menunjukkan sebanyak 34 perusahaan atau sebanyak 87.2
persen diaudit oleh KAP Big Four. Kantor akuntan publik Big Four terdiri dari
PricewaterhouseCoopers, Ernst&Young, Deloitte, dan KPMG. Sedangkan 5
perusahaan atau sebanyak 12.8 persen diaudit oleh KAP non-Big Four. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang menjadi
sampel sebagian besar menggunakan jasa KAP Big Four untuk melakukan
pengauditan laporan keuangannya.
Tabel 4.5
Hasil Uji Distribusi Frekuensi Opini Auditor
OPINI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 1 2.6 2.6 2.6
1 38 97.4 97.4 100.0
Total 39 100.0 100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
13
Berdasarkan data di atas sebanyak 38 perusahaan atau sebanyak 97.4
persen mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
Sedangkan 1 perusahaan atau sebanyak 2.6 persen mendapatkan opini selain
unqualified opinion, atau dalam hal ini mendapatkan opini wajar dengan
pengecualian (qualified opinion).
Tabel 4.6
Hasil Uji Distribusi Frekuensi Perusahaan Multinasional
MNC
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 27 69.2 69.2 69.2
1 12 30.8 30.8 100.0
Total 39 100.0 100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
Data di atas menunjukkan sebanyak 27 perusahaan atau sebanyak 69.2
persen dimiliki oleh perusahaan asing. Sedangkan 12 perusahaan atau sebanyak
30.8 persen sahamnya dimiliki oleh perusahaan Indonesia (non-asing). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan besar
yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang sahamnya 50 persen atau
lebih dimiliki oleh asing.
Tabel 4.7
Hasil Uji Distribusi Frekuensi Lama Perusahaan Menjadi Klien KAP
KLIEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 4 10.3 10.3 10.3
1 35 89.7 89.7 100.0
Total 39 100.0 100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
14
Hasil distribusi frekuensi lama perusahaan menjadi klien KAP
menunjukkan sebanyak 35 perusahaan atau sebanyak 89.7 persen telah menjadi
klien suatu KAP selama 3 tahun atau lebih. Namun demikian, 4 perusahaan atau
sebanyak 10.3 persen menjadi klien suatu KAP kurang dari 3 tahun. Berdasarkan
data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan sampel
menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik yang sama selama periode 3 tahun atau
lebih.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 39
Normal Parametersa,,b Mean 69.3846154
Std. Deviation 9.50191374
Most Extreme Differences Absolute .076
Positive .048
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z .477
Asymp. Sig. (2-tailed) .977
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder yang diolah
15
Tabel 4.8 menunjukkan nilai Kolmogorov–Smirnov yang
diperoleh adalah sebesar 0,477 dengan tingkat signifikansi 0,977. Nilai
signifikansi yang diperoleh ternyata lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual
telah terdistribusi dengan normal. Hasil ini konsisten dengan uji
sebelumnya yang menunjukkan bahwa model ini memenuhi asumsi
normalitas.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SIZE .932 1.073
DER .458 2.182
LR .660 1.514
KAP .618 1.618
OPINI .550 1.820
MNC .795 1.258
KLIEN .820 1.220
a. Dependent Variable: AUDLAY
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasar tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai
Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai Tolerance
dibawah 0,10. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada korelasi antar
variabel independen. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam regresi.
16
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain.
Gambar 4.1
Grafik Scatterplot
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasar grafik Scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak. Titik-titik tersebut menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi
heterokedastisitas.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya).
17
Tabel 4.10 Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 1.91144
Cases < Test Value 19
Cases >= Test Value 20
Total Cases 39
Number of Runs 19
Z -.321
Asymp. Sig. (2-tailed) .749
a. Median
Sumber: data sekunder yang diolah
Hasil ouput SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 1,91144
dengan probabilitas 0,749 signifikansi pada 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual tidak random atau tidak terjadi autokorelasi
antar nilai residual.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Siginifikansi Simultan (Uji F)
Uji F statistik untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji F statistik pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3430.882 7 490.126 2.440 .041a
Residual 6226.349 31 200.850
Total 9657.231 38
a. Predictors: (Constant), KLIEN, OPINI, SIZE, LR, MNC, KAP, DER
b. Dependent Variable: AUDLAY
18
Berdasarkan uji F test atau ANOVA, didapat nilai F hitung sebesar 2,440
dengan probabilitas 0,041. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Dengan
kata lain, variabel ukuran perusahaan (SIZE), Debt to equity Ratio (DER),
profitabilitas (LR), ukuran KAP (KAP), opini auditor (OPINI), perusahaan
multinasional (MNC), dan lama perusahaan menjadi klien KAP (KLIEN) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap jangka waktu penyelesaian audit atau audit
delay (AUDLAY).
4.3.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2006). Hasil
olah data SPSS ditunjukkan oleh tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .596a .355 .210 14.172
a. Predictors: (Constant), KLIEN, OPINI, SIZE, LR, MNC, KAP, DER
b. Dependent Variable: AUDLAY
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tampilan SPSS model summary, besarnya adjusted R2 adalah
0,210. Hal ini berarti 21 persen variasi audit delay dapat dijelaskan oleh
variasi dari ketujuh variabel independen yaitu ukuran perusahaan (SIZE),
Debt to equity Ratio (DER), profitabilitas (LR), ukuran KAP (KAP),
opini auditor (OPINI), perusahaan multinasional (MNC), dan lama
perusahaan menjadi klien KAP (KLIEN). Sedangkan sisanya (100%-
21%=79%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Standard
19
Error of Estimates (SEE) sebesar 14,172. Semakin kecil nilai SEE akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan apakah variabel
independen yang dimasukkan dalam model yaitu variabel ukuran
perusahaan (SIZE), Debt to equity Ratio (DER), profitabilitas (LR),
ukuran KAP (KAP), opini auditor (OPINI), perusahaan multinasional
(MNC), dan lama perusahaan menjadi klien KAP (KLIEN) mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu audit delay
(AUDLAY). Hal ini dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Variabel dependen dikatakan signifikan apabila t hitung lebih besar
dibandingkan dengan t tabel.
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 83.915 17.272 4.859 .000
SIZE -4.395 .000 -.051 -.344 .733
DER 6.605 2.505 .562 2.637 .013
LR 5.723 9.204 .110 .622 .539
KAP 17.121 8.636 .364 1.983 .056
OPINI -44.472 19.368 -.447 -2.296 .029
MNC 11.598 5.515 .340 2.103 .044
KLIEN .722 8.263 .014 .087 .931
a. Dependent Variable: AUDLAY
Sumber: data sekunder yang diolah
20
Berdasarkan tabel diatas, hubungan variabel dependen dan independen
dapat dituliskan dengan persamaan sistematis sebagai berikut :
AUD = 83.915 - 4.395 SIZE + 6.605 DER + 5.723 LR + 17.121 KAP -
44.472 OPINI + 11.598 MNC + 0,722 KLIEN
4.4 Interpretasi Hasil
4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Hipotesis pertama ditolak. Besar kecilnya ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit delay yang dialami perusahaan. Pada dasarnya
pelaporan keuangan merupakan tanggung jawab perusahaan dalam mematuhi
peraturan yang ditetapkan oeh Bapepam. Selain itu pelaporan keuangan
menunjukkan seberapa besar tanggung jawab perusahaan untuk memberikan
informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada para pemegang saham
dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Hossain dan Taylor (2006), Supriyati dan Rolinda (2007) serta Ahmad
dan Abidin (2008).
4.4.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Audit Delay
Hipotesis kedua diterima. Dalam Owusu-Ansah (2000) disebutkan alasan
yang mendasari pengaruh debt to equity ratio terhadap audit delay. Proporsi
utang yang tinggi merupakan sinyal perusahaan berada dalam kesulitan keuangan.
Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi
perusahaan dimata masyarakat maupun dimata para kreditur perusahaan. Dewasa
ini, dikenal sebuah perjanjian yang melibatkan antara perusahaan (debitur) dan
kreditur yang dinamakan Debt Covenant.
Debt Covenant atau yang biasa disebut juga dengan perjanjian hutang atau
perjanjian keuangan, merupakan perjanjian antara debitur dan kreditur bahwa
perusahaan harus beroperasi dalam batasan-batasan tertentu. Perjanjian hutang
disepakati sebagai syarat pinjaman dari kreditur. Perusahaan setuju untuk
membatasi pinjaman lain atau untuk mempertahankan tingkat tertentu gearing.
Gearing adalah perbandingan antara utang dengan seluruh modal perusahaan,
21
untuk menilai tingkat pendapatan modal sendiri sehubungan dengan usaha
peningkatan pendapatan operasional. Selain itu, batasan umum lain dari kreditor
adalah tingkat bunga, modal kerja dan cakupan pelayanan utang. Adanya
perjanjian hutang atau Debt Covenant membuat pihak manajemen cenderung
menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk (bad news).
Terdapat alasan lain yang memperkuat pengaruh debt to equity ratio
terhadap audit delay. Tingginya tingkat debt to equity ratio membuat auditor
harus melakukan jam audit yang lebih banyak untuk meningkatkan pertahanannya
melawan berbagai kemungkinan tuntutan hukum, yang dapat memperlama waktu
penugasan audit (Simnett et al, 1995) dalam Owusu-Ansah (2000).
4.4.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit delay
Hipotesis ketiga ditolak. Perusahaan baik yang menderita rugi maupun
yang memperoleh laba tetap menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu.
Hal itu dapat dikarenakan perusahaan tidak ingin mendapat sanksi dari Bapepam.
Di lain pihak, para stakeholder terus memantau laporan keuangan perusahaan.
Sehingga perusahaan meminta auditor untuk menyelesaiakan auditnya tepat pada
waktunya atau tidak terlambat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ashton,
Willingham dan Elliot (1987), Dyer dan McHugh (1975), Hossain dan Taylor
(1998), serta penelitian Supriyati dan Yuliati Rolinda (2007).
4.4.4 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay
Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ukuran KAP
berpengaruh negatif terhadap audit delay tidak dapat diterima. Seiring
dengan perkembangan jaman, KAP non-Big Four berusaha memperbaiki
kualitas auditnya agar dapat bersaing dengan KAP Big Four. Hal inilah
yang menyebabkan masa audit delay yang dialami perusahaan, baik yang
diaudit oleh KAP Big Four maupun non-Big Four tidak jauh berbeda. Hal
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Haron et al (2006), tetapi
tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Kamarudin
(2002), Subekti dan Widiyanti (2004) dan Supriyanti dan Rolinda (2007).
22
4.4.5 Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay
Hipotesis kelima diterima. Perusahaan yang menerima opini selain
unqualified opinion memiliki audit delay yang lebih lama dibandingkan yang
menerima unqualified opinion. Hal ini dikarenakan, proses pemberian pendapat
tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang
lebih senior atau staf teknis, dan perluasan lingkup audit. Lamanya audit delay
yang dialami juga dimungkinkan munculnya konflik antara auditor dan
perusahaan yang dapat berkontribusi pada penundanaan penerbitan laporan
keuangan (Carslaw dan Kaplan, 1991).
4.4.6 Pengaruh Perusahaan Multinasional terhadap Audit Delay
Hipotesis keenam ditolak. Perusahaan multinasional biasanya melakukan
double listing (listing di dua negara yang berbeda) sehingga akan menemui
standar akuntansi yang berbeda pula. Perusahaan harus melakukan penyesuaian-
penyesuaian atas standar akuntansi di tiap negara tersebut. Proses pengiriman
konfirmasi terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan multinasional
juga lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan domestik. Dikarenakan
perusahaan multinasional memiliki anak perusahaan yang lebih banyak dan
cakupannya lebih luas yaitu hingga ke luar negeri. Keseluruhan proses tersebut
mengakibatkan proses pengauditan memakan waktu yang lebih lama. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yg dilakukan Haron et al. (2006).
4.4.7 Pengaruh Lamanya Perusahaan Menjadi Klien KAP terhadap Audit
Delay
Hipotesis ketujuh ditolak. Perusahaan yang diaudit oleh KAP lebih dari 3
tahun maupun yang kurang dari 3 tahun memiliki jangka waktu penyelesaian audit
yang tidak jauh berbeda. Seiring perkembangan jaman dimana informasi bisa
diakses darimana saja, auditor dapat dengan mudah memahami bisnis,
karakteristik, serta efektivitas sistem pengendalian internal perusahaan. Auditor
dapat mengakses data-data tersebut melalui situs resmi perusahaan.
23
Perusahaan-perusahaan go public biasanya memiliki situs-situs resmi
perusahaan yang mencantumkan informasi-informasi perusahaan, seperti visi
perusahaan, struktur organisasi, produk, Research and Development, serta data
yang berhubungan dengan operasional perusahaan (penjualan dan bahan baku).
Selain itu, data tentang keuangan biasanya disajikan dalam bentuk Financial
highlight.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Simpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi jangka waktu penyelesaian audit (audit delay) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang
memiliki total aset diatas rata-rata, yaitu sebesar 3.616 miliar rupiah.
Penelitian ini menggunakan tujuh variabel. Variabel tersebut terdiri dari:
ukuran perusahaan, debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran Kantor
Akuntan Publik, opini auditor, perusahaan multinasional, dan lamanya
perusahaan menjadi klien suatu Kantor Akuntan Publik. Periode
penelitian ini adalah tahun 2008-2009, dari periode tersebut terdapat 39
perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Setelah dilakukan pengkajian
yang mendalam, maka diperoleh hasil bahwa:
1. Sampel penelitian menunjukkan sebagian besar perusahaan
manufaktur yang memiliki karakteristik usaha yang beragam
dengan berbagai peraturan yang membatasi akan menyebabkan
semakin lamanya penyelesaian laporan audit.
2. Variabel debt to equity ratio dan perusahaan multinasional
berpengaruh positif terhadap jangka waktu penyelesaian audit
(audit delay).
3. Variabel opini auditor berpengaruh negatif terhadap jangka
waktu penyelesaian audit (audit delay).
4. Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran Kantor
Akuntan Publik, dan lamanya perusahaan menjadi klien auditor
24
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu
penyelesaian audit (audit delay).
5. 2 Keterbatasan
1. Beberapa faktor lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap
audit delay seperti faktor perusahaan publik dan non-publik,
faktor luas lingkup audit yang dilakukan tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, data-data
primer yang tidak dipublikasikan seperti luas audit yang
dilakukan, tingkat pengendalian internal klien, dan risiko audit
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
5. 3 Saran
1. Bagi perusahaan publik, disarankan untuk memberikan
keleluasaan kepada auditor untuk audit interim selama tahun
fiskal masih berjalan. Audit Interim memungkinkan auditor
untuk menyelesaikan beberapa tugas yang menjadi bagian dari
audit final setelah tahun fiskal selesai. Manfaat dari audit
interim adalah agar para pemegang kepentingan (stakeholder)
dapat menerima laporan keuangan auditan lebih cepat, daripada
jika proses pengauditan dimulai setelah tahun fiskal selesai.
2. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah
variabel lain yang belum diuji pada penelitian ini, yang
kemungkinan juga mempengaruhi audit delay, seperti ROA,
ROE, dan berakhirnya tahun buku. Selain itu, sebaiknya juga
menambah variabel yang berasal dari data primer yang tidak
digunakan dalam penelitian ini, seperti tingkat pengendalian
internal perusahaan, dan kategori perusahaan publik atau non-
publik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. A. R. and K. A. Kamarudin. 2003. ”Audit Delay And The Timelines of Corporate Reporting: Malaysian Evidenced. http:// www.hicbusiness.org/BIZ2003proceeding/Khairul%20Kamarudin%202.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2010.
Ahmad, R. A. R. and K. A. Kamarudin. 2003. ”Audit Delay And The Timelines of Corporate Reporting: Malaysian Evidenced. http:// www.hicbusiness.org/BIZ2003proceeding/Khairul%20Kamarudin%202.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2010.
Arens, Alvin A., Randall J. Elder, and Mark S. Beasley. 2006. Auditing And Assurance Services An Integrated Approach. 11th ed. New Jersey: Prentice-Hall.
Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K. Elliot. 1987. “An Empirical Analysis Of Audit Delay.” Journal of Accounting Research, Vol. 25, No. 2, Autumn, pp. 275-292.
Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell . 2002a. Modern Auditing Jilid I. (Terj.) Paul A. Rajoe,Gina Gania, dan Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Erlangga.
Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell . 2002b. Modern Auditing Jilid II. (Terj.) Paul A. Rajoe,Gina Gania, dan Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Erlangga.
Gozhali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Mulitivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul dan Totok Budi Santoso. 2004. Auditing 2 (Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan Keuangan). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2009. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2002a. Auditing 1. 6 ed. Jakarta : Salemba Empat.
26
Mulyadi. 2002b. Auditing 2. 6 ed. Jakarta : Salemba Empat.
Owusu-Ansah, Stephen. 2000. ”Timeliness of Corporate Financial Reporting in emerging apital Markets: Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange.” http://www.ssrn.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010.
Rachmawati, Sistya. 2008. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timelines,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.1, Mei, h. 1-10.
Ratnawaty dan Toto Sugiharto. 2005. “Audit Delay Pada Industri Real Estate dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Dan Faktor Yang Mempengaruhi,” Proceeding Seminar Nasional PESAT, h.288-300, Agustus.
Respati, Novita Weningtyas. 2004. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris Di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Maksi 4. h. 67-81.
Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Di Indonesia,” Simposium Nasional Akuntansi VII. h.991-1002. Bali.
Supriyati dan Yuliasri Rolinda. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay,” Ventura, Vol. 1, No.3, h. 109-126. Jakarta.
Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta,” Bulletin Penelitian, No. 9, h. 1-14. Jakarta.
Wirakusuma, Made Gede. 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik,” Simposium Nasional Akuntansi VII. h. 1202-1222. Bali.
Yuliana dan Aloysia Yanti A. 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit
Delay Di Indonesia.” Modus, Vol. 16. No.2. September.