analisis faktor-faktor yang mempengaruhieprints.undip.ac.id/35911/1/jurnal_aldii.pdf · auditing...
TRANSCRIPT
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 1
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI
AUDITOR (Persepsi Manajer Keuangan di Perusahaan Perbankan di Semarang)
Rinaldi Suryo Prakoso , Imam Ghozali1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT This study is a replication of the research conducted by Nur Barizah Abu Bakar (2005)
and Kasidi (2007). This study aims to determine the factors affecting auditor independence
because of the many companies large and medium enterprises into bankruptcy although it has
been audited by independent auditors. The purpose of this study was to obtain empirical
evidence about: the magnitude of the effect of the size factor accounting firm (KAP), the length of the relationship audit, the audit fee and the amount of auditor independence in terms of
perceptions of the banking company's financial manager in Semarang.
This study population is a banking company in Semarang, namely banks and bank BNI Central Java, while the sample is manager of finance / accounting staff totaling 44 people who
represent them. Data collection techniques used in this study with the method of interviewing to
financial managers / staff accounting firm representing banks in Semarang. From the research hypothesis can be concluded that: First Instance public accounting
firm (KAP) is a positive effect on auditor independence, the two long relationships negatively
affect audit to auditor independence, and the third the amount of audit fee affects negatively to
auditor independence. From the results of this study are expected to contribute empirical perception indenpendensi auditor, and can also be used to motivate in order to have high
integrity, so much to indeenden
Keywords: Public Accounting Firm Size, length of relationship Audit, Audit Fees, Auditor
Independence
PENDAHULUAN Semakin memburuknya independensi auditor akhir-akhir ini menjadi penyebab utama
terjadinya kebangkrutan dan skandal korporasi di berbagai perusahaan di dunia. Hal ini
dikarenakan pihak auditor (akuntan publik) sebagai pemeriksa laporan keuangan klien yang
akan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak–pihak eksternal menyangkut
dana yang ditanamkan pada suatu perusahaan ditengarahi berperilaku secara tidak profesional.
Penilaian tersebut didasarkan pada kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Terjadinya kasus–kasus kegagalan auditor berskala besar telah menimbulkan sikap
skeptis masyarakat menyangkut ketidakmampuan profesi akuntansi publik dalam menjaga
independensi. Sorotan tajam diarahkan pada perilaku auditor dalam berhadapan dengan klien
yang dipersepsikan gagal dalam menjalankan perannya sebagai auditor independen.
Perspektif dari sudut psikologi mengenai independensi auditor ini mengemukakan
bahwa upaya mencapai independensi adalah mustahil dan pendekatan–pendekatan profesi
auditing yang ada sekarang ini adalah naif dan tidak realistis (Bazerman et al. 1997). Kerangka
audit yang ada mengimplikasikan tujuan independensi adalah mencoba menghilangkan bias
1 Rinaldi Suryo Prakoso, Imam Ghozali
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
2
oleh auditor sehingga dapat mencapai obyektifitas, padahal auditor menurut mereka,
berdasarkan posisi pekerjaan dalam hubunganya dengan klien tidak mungkin luput dari bias
yang tidak disadari (unconsious bias).
Menurut Bazerman et al. (1997) seringkali akuntan bersifat subyektif dan ada hubungan
yang erat antara kantor akuntan publik (KAP) dan kliennya, auditor yang paling jujur dan
cermat sekalipun akan secara tidak sengaja mendistorsi angka–angka sehingga dapat menutupi
keadaan keuangan yang sebenarnya dari suatu perusahaan yang dapat menyesatkan investor,
regulator atau manajemen itu sendiri.
Argumen Bazerman et al. (1997), dilandasi oleh bukti–bukti penelitian psikologi yang
menunjukkan bahwa keinginan kita dengan kuat mempengaruhi cara kita menginterprestasikan
informasi, sekalipun cara kita mencoba untuk bersikap obyektif dan tidak memihak.
Dikemukakan juga adanya self serving bias, yaitu meski diperlengkapi dengan informasi yang
sama, orang yang berbeda akan mencapai kesimpulan yang berbeda, yaitu kesimpulan yang
cenderung mendukung kepentingannya sendiri. Bias yang tidak disadari ini tidak bisa dikurangi.
Bias ini bekerja dengan mendistorsi bagaimana seseorang menginterprestasikan informasi.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitude and Behaviour) yang dikembangkan oleh
Triandis (1971) dalam Janti Soegiastuti (2005), dipandang sebagai teori yang dapat mendasari
untuk menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan, bahwa perilaku ditentukan untuk
apa orang-orang ingin lakukan (sikap), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan (aturan-
aturan sosial), apa yang mereka bisa lakukan (kebiasaan) dan dengan konsekuensi perilaku yang
mereka pikirkan. Sikap menyangkut komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan, sedangkan
komponen sikap afektif memiliki konotasi suka atau tidak suka.
Sikap adalah pernyataan evaluatif mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap
merupakan kecenderungan dalam merespon sesuatu. Sikap bukanlah perilaku, namun sikap
menghadirkan suatu kesiapsiagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku, sehingga sikap
merupakan wahana dalam membimbing perilaku. Fenomena sikap timbulnya tidak saja
ditentukan oleh keadaan obyek yang sedang dihadapi, tetapi juga oleh kaitanya dengan
pengalaman-pengalaman, oleh situasi pada saat ini, dan oleh harapan untuk masa yang akan
datang.
Seseorang membentuk sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, panutan masyarakat,
dan kelompok sosial. Ketika pertama sekali seseorang mempelajarinya sikap menjadi suatu
bentuk bagian dari pribadi individu yang membantu konsistensi perilaku. Para akuntan harus
memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksikan perilaku.
Sikap memiliki fungsi: pemahaman, kebutuhan akan kepuasan, defense ego dan
ungkapan nilai. Pemahaman berfungsi membantu seseorang dalam memberikan maksud atau
memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau
sebagai fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan
melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan
kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya, dan akhirnya sikap juga melayani
fungsi nilai ekpresi untuk mencapai kepuasan.
Teori sikap dan perilaku ini dapat menjelaskan independensi auditor dalam penampilan.
Seorang auditor yang memiliki sikap independen akan berperilaku independen dalam
penampilanya, artinya seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tidak dibenarkan memihak
terhadap kepentingan siapapun. Auditor mempunyai kewajiban untuk bersikap jujur baik
kepada pihak manajemen maupun pihak-pihak lain seperti pemilik, kreditor, investor.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
3
Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Independensi Auditor
Penggolongan ukuran besar kecilnya kantor akuntan publik, dikatakan besar jika kantor
akuntan publik tersebut berafiliasi atau mempunyai cabang dan klienya perusahaan-perusahaan
besar mempunyai tenaga profesional diatas 25 orang. Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil
jika tidak berafiliasi, tidak mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan kecil dan jumlah
profesionalnya kurang dari 25 orang (Arens, et al,2003). Kantor akuntan publik yang besar lebih
independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang lebih kecil, alasanya bahwa
kantor akuntan publik yang besar hilangnya satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap
pendapatnya, sedangkan kantor akuntan publik yang kecil hilangnya satu klien adalah sangat
berarti karena klienya sedikit.
Mayoritas studi empiris yang ada berusaha untuk menemukan hubungan antara ukuran
besarnya kantor akuntan publik dengan independensi audoitor, ternyata terdapat hubungan
positif antara keduanya (Shockley,1981, Gul,1989). Adanya hubungan positif antara keduanya
berarti, bahwa semakin besar kantor akuntan publik akan semakin besar pula independensi
auditor. Mereka membuktikan, bahwa kantor akuntan publik yang berukuran besar lebih tahan
terhadap tekanan klien, sehingga mereka tetap dapat mempertahankan independensinya,
walaupun pada kenyataanya ada bantahan, bahwa karena ukuran kantor akuntan publik yang
besar mereka mungkin mampu dan termotivasi untuk memberikan laporan audit yang lebih
baik. Namun seperti ditunjukkan oleh hasil studi dari Goldman dan Barlev (1974) seseorang
tidak seharusnya menyimpulkan bahwa KAP yang berukuran besar akan kebal terhadap tekanan
dari klien, persaingan antara KAP dalam mencari klien mungkin sama besarnya dengan
persaingan yang terjadi antara KAP independen yang berukuran kecil. Lebih lanjut masih
sedikit pengadilan yang membahas kasus yang menentang asumsi, bahwa KAP bertindak secara
mandiri memberikan indikasi bahwa kegunaan dari KAP bukan jaminan dari kemampuannya
untuk bertahan atas tekanan yang ditimbulkan dari pihak klien, seperti yang terjadi dalam
skandal Athur, Anderson dan Enron. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis :
H1: Ukuran besarnya KAP berpengaruh positif terhadap independensi auditor.
Pengaruh Lama Hubungan Audit terhadap Independensi Auditor
AICPA (American Institute of Certified Publik Accountants) menggolongkan lamanya
penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik pada klien ditentukan menjadi : (1) lima
tahun atau kurang; (2) lebih dari lima tahun. Shockley (1981), menyatakan bahwa seorang
partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap
terlalu lama, sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi
auditor, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya
ikatan emosional yang cukup kuat. Jika ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya
bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independen.
Lamanya hubungan antara KAP dalam memberikan jasa guna memenuhi kebutuhan
dari perusahaan klien akan memberikan pengaruh berupa hilangnya independensi auditor.
Sebagian besar peneliti membahas lamanya hubungan KAP dalam memberikan layanan jasa
terhadap perusahaan klien dengan independensi auditor mendukung sudut pandang ini.
Hubungan yang terlalu lama dapat mengakibatkan identifikasi yang erat dari kantor audit yang
sesuai dengan kepentingan perusahaan klien yang merupakan indikasi, bahwa independensi
akan semakin sulit untuk ditegakkan. Dalam beberapa kasus, ancaman kuat terhadap
independensi auditor adalah timbulnya pengikisan yang berjalan pelan dan bertahap terhadap
obyektivitas yang jujur. Arogansi, kurangnya inovasi, prosedur audit yang kurang tegas dan
kepercayaan intelektual pihak klien akan membuat hubungan itu berlangsung. Beberapa kritik
menyatakan, bahwa terdapat kepentingan terselubung yang mendukung pernyataan, bahwa
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
4
auditor mungkin mengkompromikan independensinya untuk mendapatkan keuntungan, yaitu
dengan melakukan hubungan langsung guna meningkatkan biaya audit yang diterima, jika
perusahaan klien memberikan peluang mendapatkan jasa (Hoyle,1978). Dari uraian di atas
dapat dirumuskan hipotesis :
H2 : Lamanya hubungan audit dengan klien berpengaruh secara negatif terhadap
independensi auditor.
Pengaruh Besarnya Biaya Jasa Audit terhadap Independensi Auditor
Normalnya, saat membicarakan tentang hubungan antara besarnya biaya jasa audit dan
independensi auditor, biaya jasa audit yang besar berhubungan dengan makin tingginya risiko
melemahnya independensi auditor. Accountant International Study Group (1976)
merekomendasikan, bahwa auditor harus menahan diri dari menerima pemberian apapun
dengan jumlah ongkos jasa audit sebesar 10 per sen atau melebihi total pendapatan audit. Selain
itu IFAC (International Federation of Accountant,1996, 8.7) Code of Ethics for Professional
Accountants dan EFAA (European Federation of Accountants and Auditor, 1998) menyatakan,
bahwa ukuran atau besarnya perusahaan klien (yang diukur dari besarnya biaya audit) dapat
meningkatkan perhatian terhadap independensi auditor, namun tidak menyebutkan berapa total
biaya yang dapat diterima oleh auditor. EFFA (1998,4) dengan jelas menyatakan, bahwa total
biaya dari seorang klien kepada auditor sebaiknya tidak melebihi persentase total perputaran
uang dalam kantor akuntan publik.
Suyatmini (2002), berpendapat bahwa biaya jasa audit yang besar dapat mempengaruhi
independensi auditor, dengan alasan : (1) kantor akuntan publik yang menerima audit fee yang
besar merasa tergantung pada klien, meskipun laporan keuangan klien mungkin tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum; (2) kantor akuntan publik yang menerima audit fee
yang besar dari seorang klien takut kehilangan klien tersebut, karena akan kehilangan sebagian
besar pendapatanya, sehingga perilaku mereka cenderung tidak independen.
Supriyono (1988) memberikan bukti empiris, bahwa besarnya audit fee mempengaruhi
independensi auditor, sedangkan Suyatmini (2002) memberikan bukti empiris, bahwa besarnya
audit fee tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Dari uraian di atas dapat dirumuskan
hipotesis:
H3: Biaya jasa audit (audit fee) berpengaruh secara negatif terhadap independensi
auditor.
METODE PENELITIAN Didalam penelitian ini digunakan 3 variabel antara lain variabel dependen , variable
independen dan variabel kontrol.
1. Variabel Dependen :
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Independensi Auditor
2. Variabel Independen :
Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen yaitu variabel Ukuran besarnya
KAP, Lama hubungan audit, audit fee.
Variabel Dependen
a) Ukuran besarnya kantor akuntan publik (KAP)
Ukuran besarnya kantor akuntan publik (KAP) dalam penelitian ini adalah,
kantor akuntan publik dikatakan besar jika kantor akuntan publik tersebut berafiliasi
dengan kantor akuntan publik the big four. Pengukuran indicator ukuran besarnya
kantor akuntan publik dilakukan dengan menggunakan dasar instrumen yang
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
5
dikembangkan oleh Lavin (1976) dan Shockly (1981) dengan memodifikasi dengan
menanyakan kepada manajer keuangan mengenai persepsi mereka berkaitan dengan
ketahanan terhadap tekanan klien yang diperiksa dan obyektivitas dalam pemeriksaan
laporan keuangan klien bagi kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan the big four.
Pengukuran indikator besarnya kantor akuntan publik ini dengan menggunakan skala
Likert lima poin, yaitu dari angka satu (1) sangat tidak setuju sampai dengan angka lima
(5) sangat setuju, dengan makna semakin tinggi skala semakin tinggi tingkat
independensi.
b) Lama Hubungan Audit
Lamanya hubungan audit dengan klien yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah : lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik kepada klien.
Shockley (1981), menyatakan bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan
audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama, sehingga
dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap indpendensi auditor, karena
semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan
emosional yang cukup kuat. Jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya
bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak
independen. Di Indonesia lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan
publik terhadap klien yang sama dibatasi berturut-turut maksimal hanya sampai lima
(5) tahun. Indikator variabel ini yang ditanyakan kepada responden diukur melalui
persepsi para manajer keuangan tentang lamanya penugasan audit seorang partner
kantor akuntan publik selama tiga (3) tahun berturut-turut terhadap klien yang sama.
Indikator variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert 5 (lima) poin, yaitu dari
angka satu (1) sangat tidak setuju sampai dengan angka lima (5) sangat setuju.
c) Besarnya Biaya Jasa Audit
Biaya jasa audit (audit fee) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendapatan yang diterima oleh kantor akuntan publik dari klien tertentu sesuai
dengan luas dan lingkup pemeriksaan serta tingkat kesulitan yang dihadapi oleh
auditor sebagaimana disepakati dalam kontrak audit. Indikator untuk mengukur
variabel ini adalah tingkatan audit fee yang diterima oleh kantor akuntan publik dalam
satu periode pemeriksaan tertentu terhadap klien tertentu serta penerimaan fee selain
fee yang sudah disepakati dalam kontrak audit. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala Likert lima (5) poin, dari angka satu (1) sangat tidak setuju sampai
dengan angka lima (5) sangat setuju.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah manajer keuangan perusahaan perbankan di Semarang.
Mereka dipilih sebagai populasi dari penelitian ini, karena mereka mempunyai akses dan dapat
berhubungan langsung dengan auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan yang
disusun oleh pihak manajemen. Disamping itu manajer keuangan adalah bagian dari manajemen
sebagai pihak internal perusahaan yang menggunakan laporan keuangan tersebut dalam rangka
pengambilan keputusan.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Validitas
No Variabel / Indikator Korelasi r tabel keterangan
1 Kantor Akuntan Publik
1 0.757 0,297 Valid
2 0.802 0,297 Valid
3 0.859 0,297 Valid
2 Lama Hubungan Audit
1 0.789 0,297 Valid
2 0.869 0,297 Valid
3 0.871 0,297 Valid
3 Besar Jasa yang diberikan Kepada
Auditor
1 0.663 0,297 Valid
2 0.740 0,297 Valid
3 0.793 0,297 Valid
4 0.801 0,297 Valid
5 0.903 0,297 Valid
4 Independensi Auditor
1 0.838 0,297 Valid
2 0.896 0,297 Valid
3 0.788 0,297 Valid
Hasil pengujian validitas diatas menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan
untuk mengukur semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid.
Diperoleh bahwa dari indikator-indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
nilai korelasi yang lebih besar dari 0,297 yaitu r tabel untuk sampel sebanyak 44.
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Kantor Akuntan Publik 0,720 Reliabel
Lama Hubungan Audit 0,796 Reliabel
Besar Jasa yang diberikan Kepada Auditor 0,842 Reliabel
Independensi Auditor 0,731 Reliabel
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha
yang lebih besar dari 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
Deskripsi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, data-data yang digunakan dibuat dengan skala likert, yaitu skala
pengukuran yang dikuantitatifkan dengan memberikan skor atau angka dimana angka tersebut
menunjukkan suatu posisi, dengan ketentuan angka yang terkecil menunjukan nilai yang rendah.
Hasil statistik deskriptif akan disajikan dalam tabel di bawah ini.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
7
Hasil Statistik Deskriptif
Variabel Teoritis Empiris Median
Teoritis
Rata-rata
Empiris Min Maks Min Maks
Kantor Akuntan Publik
3 15 6 14 9 10,59
Lama Hubungan Audit
3 15 8 15 9 10,32
Besar Jasa yang diberikan
Kepada Auditor
5 25 9 21 15 13,79
Independensi Auditor 3 15 6 12 9 9,23
Berdasarkan Tabel diatas dapat disajikan hasil statistik deskriptif tentang variabel-
variabel penelitian sebagai berikut:
1. Kantor Akuntan Publik
Menurut data pada hasil statistik deskriptif yg di tunjukkan di tabel 4.4, bahwa untuk
variabel karakteristik Kantor Akuntan Publik menunjukkan rata-rata empiris sebesar 10,59.
Dengan menggunakan 3 item kuesioner, maka skor rata-rata tersebut berada di atas rata-rata
teoritis (median teoritis) dari skala pengukurannya yaitu sebesar 9. Hal ini menunjukkan bahwa
secara umum responden penelitian telah memiliki persepsi yang relatif tinggi mengenai Kantor
Akuntan publik. Jika diposisikan dalam 3 rentang kategori nilai adalah sebagai berikut :
Rendah Sedang Tinggi
3 7,00 11,0 15
Hasil menunjukkan bahwa persepsi megenai Kantor Akuntan Publik rata-rata sebesar 10,59
berada pada kategori Sedang.
2. Lama Hubungan Audit
Menurut data pada hasil statistik deskriptif yg di tunjukkan di tabel bahwa untuk
variabel karakteristik Lama Hubungan Audit menunjukkan rata-rata empiris sebesar 10,32.
Dengan menggunakan 3 item kuesioner, maka skor rata-rata tersebut berada di atas rata-rata
teoritis (median teoritis) dari skala pengukurannya yaitu sebesar 9. Hal ini menunjukkan bahwa
secara umum responden penelitian telah memiliki persepsi yang baik mengenai Lama hubungan
dengan Klien. Jika diposisikan dalam 3 rentang kategori nilai adalah sebagai berikut :
Rendah Sedang Tinggi
3 7,00 11,0 15
Hasil menunjukkan bahwa persepsi mengenai Lama Hubungan dengan klien rata-rata sebesar
10,32 berada pada kategori Sedang.
10,59
10,32
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
8
3. Besar Jasa Audit
Menurut data pada hasil statistik deskriptif yg di tunjukkan di tabel bahwa untuk
variabel Besar jasa Audit rata-rata empiris sebesar 13,79. Dengan menggunakan 5 item
kuesioner, maka skor rata-rata tersebut berada di bawah rata-rata teoritis (median teoritis) dari
skala pengukurannya yaitu sebesar 15. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum manajer
keuangan memeiliki hubungan dengan klien yang relatif rendah. Jika diposisikan dalam 3
rentang kategori nilai adalah sebagai berikut :
Rendah Sedang Tinggi
5 11,67 18,3 25
Hasil menunjukkan bahwa Besar jasa yang diberikan kepada auditor rata-rata sebesar
13,79 berada pada kategori Sedang.
4. Independensi Auditor
Menurut data pada hasil statistik deskriptif yg di tunjukkan di table bahwa untuk
variabel Persepsi atas Independensi Auditor menunjukkan rata-rata empiris sebesar 9,23.
Dengan menggunakan 3 item kuesioner, maka skor rata-rata tersebut berada di atas rata-rata
teoritis (median teoritis) dari skala pengukurannya yaitu sebesar 9. Hal ini menunjukkan bahwa
secara umum beberapa responden manajer memberikan persepsi mengenai independensi
akuntan publik yang relatif tinggi. Jika diposisikan dalam 3 rentang kategori nilai adalah sebagai
berikut :
Rendah Sedang Tinggi
3 7 11 15
Hasil menunjukkan bahwa pesepsi mengenai Indpendensi auditor terhadap pekerjaannya dengan
rata-rata sebesar 9,23 berada pada kategori Sedang.
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk variabel secara individual dan juga
pengujian untuk model regresi. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan PP Plot
dan diperkuat dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian normalitas secara dapat
dilihat pada gambar pengujian berikut ini.
9,23
13,79
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
9
Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.24446513
Most Extreme Differences Absolute .117
Positive .117
Negatif -.102
Kolmogorov-Smirnov Z .779
Asymp. Sig. (2-tailed) .578
a. Test distribution is Normal.
Hasil pengujian tersebt menunjukkan residual (kesalahan pengganggu) yang
berdistribusi normal karena hasil uji PP Plot menunjukkan nilai residual yang dekat dengan
garis diagonal. Nilai Kolmogorov Smirnov juga menunjukkan lebih besar dari 0,05.
2) Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF. Pengujian
multikolinieritas dilakukan pada model regresi. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut :
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Variabel Uji
Keterangan Tolerance VIF
Kantor Akuntan Publik 0.975 1.026 Bebas multikolinieritas
Lama Hubungan Audit 0.514 1.944 Bebas multikolinieritas
Besar Jasa yang diberikan
Kepada Auditor 0.510 1.960
Bebas multikolinieritas
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
10
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai VIF
yang berada jauh di bawah angka 10 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur
variabel-variabel yang digunakan tidak mengandung masalah multikolinieritas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Scatter Plot. Jika
terdapat hasil pola yang menyebar, maka disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengandung adanya gejala heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola yang
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara predictor dengan nilai residualnya.
Hal ini berarti bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (adjusted R²) untuk mengukur seberapa besar kemampuan
variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat.
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .785a .617 .588 1.29029
a. Predictors: (Constant), Besar Jasa yang diberikan Kepada Auditor,
Kantor Akuntan Publik, Lama Hubungan Audit
b. Dependent Variable: Independensi Auditor
Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R2)
yang diperoleh sebesar 0,588. Hal ini berarti 58,8% independensi auditor dapat dipengaruhi
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
11
kantor akuntan publik , lama hubungan audit, dan fee audit dan 41,2% dipengaruhi oleh variable
lain.
Uji F
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama diuji dengan
menggunakan uji F. Hasil perhitungan regresi secara simultan diperoleh sebagai berikut :
Hasil analisis regresi secara simultan
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 107.133 3 35.711 21.450 .000a
Residual 66.594 40 1.665
Total 173.727 43
a. Predictors: (Constant), Besar Jasa yang diberikan Kepada Auditor, Kantor Akuntan Publik,
Lama Hubungan Audit
b. Dependent Variable: Independensi Auditor
Pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya
dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai F hitung =
21,450 dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka
diperoleh nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa 3 variable bebas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap independensi auditor.
Uji t
Perhitungan statistik dalam analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan program komputer SPSSversi 16.0. Hasil
pengolahan data dengan menggunakan program SPSS selengkapnya ada pada lampiran dan
selanjutnya diringkas sebagai berikut
Hasil analisis regresi linier berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.836 1.893 7.838 .000
Kantor Akuntan Publik .225 .108 .206 2.081 .044
Lama Hubungan Audit -.394 .182 -.295 -2.161 .037
Besar Jasa yang diberikan
Kepada Auditor -.285 .080 -.489 -3.568 .001
a. Dependent Variable: Independensi Auditor
Model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut dalam bentuk
persamaan regresi bentuk standard adalah sebagai berikut :
Y = 0,206 X1 – 0,295 X2 – 0,489 X3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
12
Koefisien regresi pada semua variabel bebas X1 diperoleh memiliki tanda koefisien positif,
sedangkan X2 dan X3 bertanda negatif. Namun demikian kemaknaan pengaruh prediktor
sebagaimana pada model tersebut selanjutnya dibuktikan dengan pengujian hipotesis.
Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis 1
Hasil pengujian pengaruh Persepsi mengenai Kantor Akuntan Publik terhadap
independensi Auditor diperoleh nilai t = 2,081 dengan signifikansi 0,044 (p < 0,05). Dengan
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan arah koefisien positif, maka diperoleh bahwa
Hipotesis 1 diterima. Hal ini berarti bahwa Persepsi positif mengenai KAP akan memberikan
independensi auditor yang lebih baik.
2. Pengujian Hipotesis 2
Hasil pengujian pengaruh Lama Hubungan auditor dengan klien terhadap Independensi
auditor diperoleh nilai t = -2,161 dengan signifikansi 0,037 (p < 0,05). Dengan signifikansi yang
lebih kecil dari 0,05 maka diperoleh bahwa Hipotesis 2 diterima. Arah koefisien negatif berarti
bahwa lama hubungan auditor dengan klien yang lebih lama auditor akan memberikan
independensi auditor yang lebih rendah.
3. Pengujian Hipotesis 3
Hasil pengujian pengaruh Fee audit (besar jasa) terhadap independensi auditor audit
diperoleh nilai t = -3,568 dengan signifikansi 0,001 (p < 0,05). Dengan signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05, maka diperoleh bahwa Hipotesis 3 dierima. Dengan arah koefisien negatif,
berarti bahwa persepsi mengenai fee audit yang lebih besar justru akan memberikan
independensi auditor yang lebih rendah.
KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini,
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengujian pengaruh variabel Kantor akuntan publik terhadap independensi auditor
menunjukkan bahwa Kantor akuntan publik memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap independensi auditor.
2. Pengujian pengaruh variabel Lama hubungan audit terhadap independensi auditor
menunjukkan bahwa Lama hubungan audit memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap independensi auditor.
3. Pengujian pengaruh variabel Audit fee terhadap independensi auditor menunjukkan bahwa
Audit fee memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap independensi auditor.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1. Instrumen penelitian yang diadopsi dari jurnal-jurnal penelitian terdahulu dimungkinkan
terdapat kelemahan dalam penerjemahan dan pemahaman arti sebenarnya
2. Sampel Penelitian Hanya Mengambil di beberapa tempat saja sehingga sangat mungkin
bersifat subjektif dikarenakan sempitnya sampel penelitian
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
13
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan berikut adalah saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Disarankan untuk menambah sampel penelitian
2. Disarankan untuk menambahkan variabel lain yang dapat meningkatkan
keterbandingan hasil dengan penelitian terdahulu.
REFERENSI
Abu Bakar, N.B., Abdul Rahman, A. and Abdul Rashid, H.M. (2005), “Factors influencing
auditor independence: Malaysian loan officers’ perceptions”, Managerial Auditing
Journal, Vol. 21, pp. 621-35.
Al-Ajmi, J. (2010), “Perceptions of auditors and financial-statement users regarding auditor
independence in Bahrain”, Advances in Accounting, Incorporating Advances in
International Accounting, Vol. 25, pp. 64-74.
Arens, Alvin A and Loebbecke, James, 1995, Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu
Edisi ke empat, Jakarta: Erlangga.
Bazerman, M.H and Loewenstein G, 2001, Taking The Bias Out of Be An Accounting, Harvard
Business Review, January: 28.
Burton, John C and Robert Williams, 1967, “A Study of Auditor Change: An Examination”.
The Journal of Accountancy, April.
Firth M, 1980, Perception of Auditor Independence and Official Ethical Guidelines,
The Accounting Review, pp. 451-66, July.
Goldman and Barlev, 1974, The Auditor Firm Conflict of Interest: its Implication for
Independence, The Accounting Review, pp.707-17, October.
Gul, F, 1989, Bankers` Perceptions of Factors Affecting Auditor Independence,
Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 2 No. 3, pp. 40-51.
Hadibroto, S. 1982, Studi Perbandingan Antara Akuntansi Amerika dan Belanda dan
Pengaruhnya Terhadap Profesi di Indonesia, Jakarta, Pt. Ichtiar Baru van Hoeve.
Hoyle, J, 1978, Mandatory Auditor Rotation: the Argumens and an Alternative, The
Journal of Accountancy, pp. 69-78, May.
Imam Ghozali, 2006, Analisa Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit
UNDIP.
Jalaluddin Rakhmat, 1993; Psikologi Komunikasi, Edisi revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Janti Soegiastuti, 2005, Persepsi Masyarakat Terhadap Independensi Auditor Dalam
Penampilan (Studi Empiris Pada Analis Kredit BKK Jawa Tengah), Tesis Program
Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UNDIP.
Kadir Moh. N, 1993, Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan di Indonesia Berpindah
KAP, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi,UGM.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
14
Kasidi, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer
Keuangan Perusahaan Perbankan di Jawa Tengah), Tesis Program Pasca Sarjana
Magister Sains Akuntansi UNDIP
Knapp, MC, 1985, Audit Conflict: An Empirical Study of the Percieved Ability of
Auditor to Resist Management Pressure, The Accounting Review, Vol. LX No.2,
pp.202-11.
Lavin, David (1976), “Perception of the Independence of The Auditor” The Accounting Review,
January.
Mulyadi, 2002; Auditing, Edisi 6 Jakarta: Salemba Empat.
Nadirsyah, 1993, Persepsi Pemakai Informasi Akuntansi, Akuntan dan Masyarakat Umum
Terhadap Independensi Akuntan Publik , Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains
Akuntansi, UGM.
Noordin, H. 1990, Ethical Standards in The Accountancy Profession, National
Acountant (Malaysia), pp. 3-9, July.
Nur Barizah Abu Bakar, Abdul Rahim Abdul Rahman et al, 2005 Factors Influencing Auditor
Independence: Malaysian Loan Officers` Perceptions Manajerial Auditing Journal Vol.
20, No. 8, pp. 804-822.
Pany and Reckers, 1980, The Effects of Gifts, Discounts and Client Size on Percieved Auditor
Independence, The Accounting Review, Vol. LV No. 1 pp. 50-61.
Ruchjat Kosasih, 2000, Akuntan Publik Tidak Independen Bila Terlalu Lama Menjadi
Auditor Suatu Entitas ?, Juni, Media Akuntansi, pp. 47 – 48.
Shockley, Randolph A, 1981, “Perceptions of Independence: An Empirical Analysis”, The
Accounting Review, October, pp. 785 – 800.
Sihwahjoeni dan Gudono, 2000, Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan, Jurnal Riset
Akuntan Indonesia, Juli, pp. 168-184.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, ALFABETA, Bandung
Supriyono, R.A 1988, Pemeriksaan Akuntan: Faktor-Faktor yang mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik, Suatu Hasil Penelitian Empiris di
Indonesia. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UGM.
Suyatmini,2002, Studi Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik. Tesis Program Magister Sains Akuntansi UNDIP.
Teoh and Lim, 1996, An Empirical Study of the Effects of Audit committees, Disclosure of non
Audit Fees and Other Issuees on Audit Independence: Malaysian Evidence, Journal of
International Accounting, Auditing and Texation, Vol. 5 No. 2 pp. 231-4