analisis faktor-faktor yang mempengaruhieprints.undip.ac.id/28957/1/afifahwulandari_jurnal.pdf ·...

29
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010) Afifah Wulandari Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si. ABSTRACT The underpricing phenomenon often occurs in the companies that made an Initial Public Offering (IPO). Data from the Indonesia Stock Exchange, during the period 2006 through 2010, shows that there were 77 companies from 88 companies were undervalue in initial public offering. Therefore, the problem in this research is: "What are the factors that can affect the underpricing phenomenon in most of the stock prices of companies that do an IPO?". There are five variables which as Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size, company age, and number of shares offered that selected in this study. Basically, the purpose of this study is to determine what factors are affecting underpricing at the company that made IPO in Indonesia Stock Exchange. This research was conducted with a purposive sampling method against 70 companies that made an initial public offering (IPO) on the Indonesian Stock Exchange in the period 2006-2010. Analysis of data obtained with quantitative analysis. This study using multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the DER and Offer has a positive effect on Underpricing, while ROA, Age, and Size has a negative effect on underpricing. Keywords: Underpricing, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size, company age, number of shares offered

Upload: dodang

Post on 26-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRICING

PADA PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO)

(Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)

Afifah Wulandari

Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si.

ABSTRACT

The underpricing phenomenon often occurs in the companies that made an

Initial Public Offering (IPO). Data from the Indonesia Stock Exchange, during

the period 2006 through 2010, shows that there were 77 companies from 88

companies were undervalue in initial public offering. Therefore, the problem in

this research is: "What are the factors that can affect the underpricing

phenomenon in most of the stock prices of companies that do an IPO?". There are

five variables which as Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size,

company age, and number of shares offered that selected in this study. Basically,

the purpose of this study is to determine what factors are affecting underpricing at

the company that made IPO in Indonesia Stock Exchange.

This research was conducted with a purposive sampling method against

70 companies that made an initial public offering (IPO) on the Indonesian Stock

Exchange in the period 2006-2010. Analysis of data obtained with quantitative

analysis. This study using multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the DER and Offer has a positive

effect on Underpricing, while ROA, Age, and Size has a negative effect on

underpricing.

Keywords: Underpricing, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size,

company age, number of shares offered

2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa waktu terakhir, pasar modal di Indonesia mengalami

peningkatan sehingga semakin banyak saham-saham perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya

kepada publik melalui pasar modal melalui pasar perdana untuk pertama kalinya

disebut sebagai penawaran umum perdana atau yang dikenal sebagai Initial Public

Offering atau penawaran umum perdana (IPO).

Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006), permasalahan yang dihadapi

perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah

penentuan besarnya harga penawaran perdana. Berikut ini adalah daftar

underpricing dan overpricing IPO tahun 2006 hingga 2010.

Tabel 1.1

Perkembangan IPO Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah Emiten/Tahun

Underpricing

Rata-Rata Nilai

Underpricing

Over pricing

Rata-rata Nilai

Overpricing Tetap

2006 12 12 37.28% 0 0% 0 2007 22 20 49.09% 2 -10.88% 0

2008 19 15 33.63% 3 -8.55% 1

2009 13 9 19.59% 4 -9.41% 0

2010 22 21 28.31% 1 -6.58% 0

Jumlah 88 77 10 1 Sumber: Bursa Efek Indonesia (Diolah)

Dari 88 perusahaan yang melakukan IPO selama tahun 2006 hingga 2010,

77 perusahaan mengalami underpricing. Oleh karena itu, kiranya perlu diteliti

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian-penelitian telah banyak

dilakukan oleh peneliti terdahulu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

3

tingkat underpricing, dan terdapat perbedaan hipotesis terhadap beberapa

variable, diantaranya DER (Debt to Equity Ratio). Suyatmin&Sujadi (2006)

menyatakan DER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing

Namun hasil penelitian Sulistio (2005), Mansur (2002) dan Handayani (2008)

menyatakan variabel DER tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk

mendapat laba. Penelitian yang dilakukan Mansur (2002), Aini (2009), Yasa

(2008), Handayani (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel

ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan

Setianingrum (2005) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif terhadap

tingkat underpricing.

Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan

menyediakan publikasi informasi perusahaan lebih luas dan lebih banyak bila

dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja berdiri. Penelitian yang

dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002)

dan handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan

terhadap tingkat underpricing sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan

variabel AGE berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing.

Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat

daripada perusahaan dengan skala kecil. Bila informasi ditangan investor banyak

maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat

diketahui. Penelitian yang dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan

variabel SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing.

Mansur (2002), Sulistio (2005), dan wardhani (2002) juga menyatakan variabel

SIZE berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat underpricing tetapi

hasil penelitian menunjukkan variable SIZE tidak berpengaruh terhadap tingkat

underpricing.

4

Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang

tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan

menawarkan saham dengan nilai besar. Penelitian yang dilakukan Aini (2009),

Takarini&Kustini (2007), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel

OFFER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan

Diananingsih (2002) menyatakan variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap

tingkat underpricing.

Dari berbagai penelitian diatas dapat dijelaskan ketidakkonsistenan hasil

penelitian sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi underpricing.

1.2 Rumusan Masalah

Telah terjadi fenomena underpricing pada perusahaan-perusahaan yang

melakukan IPO di BEI periode 2006-2010 dan terjadi pula ketidak konsistenan

hasil para peneliti-peneliti terdahulu. Maka dalam penelitian ini diajukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap tingkat

underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

2. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing

pada perusahaan yang melakukan IPO?

3. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada

perusahaan yang melakukan IPO?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada

perusahaan yang melakukan IPO?

5. Apakah prosentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat berpengaruh

terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

6. Apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Earning per

Share (EPS), umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan pengaruh prosentase

saham berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang

melakukan IPO secara simultan?

5

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Underpricing

Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana harga saham yang

diperdagangkan di pasar perdana lebih rendah dibandingkan ketika di pasar

sekunder (Sumarso, 2003 dalam Syahputra, 2008).

2.2 Teori-Teori dalam Underpricing

Teori-teori yang menjelaskan tentang harga saham IPO yang mengalami

underpricing dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Signalling Theory

Menurut Rahmawati (2007), penggunaan sinyal positif secara efektif dapat

mengurangi tingkat ketidakpastian yang dihadapi investor, sehingga investor

dapat membedakan kualitas perusahaan yang baik dan buruk. Allen dan

Faulhaber (1989) mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki informasi

mengenai kualitas dan prospek perusahaannya yang tidak diketahui oleh

investor luar.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing

Harga saham yang pertama kali diperdagangkan di pasar sekunder bagi

perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) biasanya mengalami

underpricing. Dari penelitian terdahulu setidaknya ada beberapa faktor-faktor

keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi terjadinya underpricing saham

dan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

2.3.1 Financial Leverage

Pada penelitian terdahulu Aini (2009), Ariawati (2005),

Setianingrum (2005), Yasa (2008), Suyatmin dan Sujadi (2006), dan

Mansur (2002) mengatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap

tingkat underpricing.

6

DER berpengaruh positif terhadap underpricing karena secara

teoritis DER menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga berdampak

pada ketidakpastian (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Rumus Financial

Leverage atau DER adalah sebagai berikut :

2.3.2 Return On Assets

Menurut penelitian terdahulu, antara lain Mansur (2002), Aini

(2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) mengatakan bahwa

ROA berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

2.3.3 Umur Perusahaan

Menurut para peneliti terdahulu, yaitu Suyatmin&Sujadi (2006),

Aini (2009), Kusuma (2001), Yasa (2008), Mansur (2002) dan Handayani

(2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif terhadap tingkat

underpricing. Semakin lama umur perusahaan maka informasi mengenai

perusahaan tersebut semakin besar dan memperkecil ketidakpastian pasar

yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.

2.3.4 Ukuran Perusahaan

Menurut para peneliti terdahulu, Suyatmin&Sujadi (2006), Aini

(2009), dan Yasa (2008) menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negatif

terhadap tingkat underpricing.

2.3.5 Prosentase Penawaran Saham Kepada Masyarakat

Menurut penelitian terdahulu yaitu Suyatmin dan Sujadi (2006)

variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

Dengan demikan semakin besar prosentase saham yang ditawarkan

kapada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil,

yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.

7

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran

3.5 Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan

sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan

maupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai satu hipotesis juga

merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan

sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil

observasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh positif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

Debt To Equity Ratio

Prosentase Penawaran Saham

Umur Perusahaan

Return On Assets

Ukuran Perusahaan

Underpricing

H5

H4

H3

H1

H2

8

H2 :Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

H3 :Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

H4 :Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

H5 :Prosentase saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh

negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.

9

2. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

Tabel 3.1

Ringkasan Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Variabel Definisi Rumus Skala Underpricing (Y)

Selisih harga saham di pasar sekunder pada hari pertama dengan harga penawaran di pasar perdana.

P1-P0

Rasio

Debt to Equity Ratio (X1)

Prosentase total hutang perusahaan terhadap modal sendiri.

푇표푡푎푙 퐷푒푏푡푇표푡푎푙 푠ℎ푎푟푒ℎ표푙푑푒푟 푒푞푢푖푡푦

푥 100%

Rasio

Return On Assets (X2)

prosentase laba bersih perusahaan setelah pajak dengan total asset perusahaan.

푁퐼퐴푇푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡푠 푥 100%

Rasio

Umur Perusahaan (X3)

pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya perusahaan.

푇푎ℎ푢푛 퐼푃푂 − 푇푎ℎ푢푛 푏푒푟푑푖푟푖 푝푒푟푢푠푎ℎ푎푎푛

Tahun

Ukuran Perusahaan (X4)

besarnya skala atau ukuran dari perusahaan. Total Assets

Rupiah

Prosentase Penawaran Saham (X5)

perbandingan antara jumlah saham yang dijual kepada public saat IPO dengan total saham beredar.

푆푎ℎ푎푚 푦푎푛푔 푑푖푡푎푤푎푟푘푎푛 퐽푢푚푙푎ℎ 푠푎ℎ푎푚 푏푒푟푒푑푎푟

푥 100%

Rasio

3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang digunakan

10

(Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

perusahaan yang melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010.

3.3 Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh perubahan variable independen terhadap

dependen baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, maka

digunakan regresi berganda (Multiple Regression). Regresi berganda adalah

teknik untuk menjelaskan keterkaitan antara variable terikat dengan beberapa

variable bebas. Fleksibilitas dan adaptifitas dari metode ini mempermudah peneliti

untuk melihat suatu keterkaitan dari beberapa variable sekaligus (Hair et al, 1998

dalam Ariawati, 2005). Sebelum dilakukan pengujian dan regresi berganda,

variable-variabel penelitian diuji apakah memenuhi asumsi klasik persamaan

regresi berganda, yaitu memenuhi asumsi normalitas, tidak adanya

heterokesdatisitas, autokorelasi, dan multikolinearisitas (Suyatmin dan Sujadi,

2006).

3.3.1 Uji Asumsi Klasik

3.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.

3.3.1.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar

variabel–variabel independent yang akan digunakan dalam persamaan

regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance

Inflation Factors ). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

11

(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel variabel independen.

3.3.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 ( sebelumnya ). Pengujian autokorelasi

ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test).

3.3.1.4 Uji Heterokesdatisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), yaitu dengan

deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID

dan ZPRED.

3.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan

dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance.

Persamaan regresi yang akan terjadi adalah sebagai berikut:

= 훼 + 훽1푋1 + 훽2푋2 + 훽3푋3 + 훽4푋4 + 훽5푋5 + 훽6푋6 + 휀

3.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan

regresi (Ghozali, 2006). Hipotesis nol yang dikemukakan dalam pengujian

ini adalah bahwa semua variable independen yang dipergunakan dalam

model persamaan regresi serentak tidak berpengaruh terhadap variable

dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Asumsi Klasik

4.1.1 Uji Normalitas

Hasil pengujian regresi dengan analisis grafik menunjukkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Histogram dan Normal Probability Plot

Pada Tabel 4.2, hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik menyebar

dekat pada garis diagonal dengan arah mengikuti garis diagonalnya sehingga

dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan

gambar histogram tampak normal karena tidak menceng ke kiri maupun ke kanan

sehingga dapat disimpulkan pula bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

13

4.1.1.1 Uji Multikolinearitas

Hasil Uji multiklinearitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics Tolerance VIF

.974 1.027 .922 1.084 .915 1.093 .917 1.090 .936 1.069

Sumber: Data yang diolah

Hasil dari uji multikolinearitas pada Tabel 4.4 tersebut

menunjukkan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF

kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa model variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala

multikolinieritas dalam model regresi atau dapat dikatakan variabel-

variabel independen tidak saling berkorelasi.

4.1.1.2 Uji Autokorelasi

Hasil uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Uji Durbin-Watson

Durbin-Watson

2.200

Hasil dari uji autokorelasi pada tabel 4.5 tersebut menunjukkan

bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,200, sementara dari Tabel distribusi

14

Durbin Watson, pada tingkat signifikansi 0,05 didapat nilai du (N=70)

sebesar 1,768 dan nilai 4-du (N=70) sebesar 2,232. Hal ini berarti bahwa

nilai Durbin-Watson berada diantara nilai du dan 4-du. Maka diambil

kesimpulan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

4.1.1.3 Uji Heterokedatisitas

Hasil pengujian pada Lampiran Hasil uji heterokedastisitas adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Uji Heterokedastisitas

Hasil dari uji heterokedastisitas pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan

bahwa tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar

secara acak. baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.

kemudian dari uji glejser menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

absolut unstandardized residual. Hal ini terlihat dari tingkat signifikaninya

diatas 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

mengalami masalah heterokedastisitas.

15

4.2.1 Analisis Linear Berganda

Melalui hasil uji asumsi klasik setelah ditransformasikan

dinyatakan bahwa model regresi terdistribusi normal dan bebas dari

multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Di bawah ini

merupakan hasil pengolahan data pada Tabel 4.13 dengan analisis linear

berganda dan diperoleh persamaan sebagai berikut:

UP = 0,931 + 0,068 DER - 1,238 ROA - 0,103 SIZE - 0,008 OFFER +

0,015 LNAGE

Berdasarkan persamaan regresi dapat diketahui bahwa:

1. Konstanta sebesar 0,931 menunjukkan bahwa jika variabel-variabel

independen tidak mengalami perubahan atau konstan maka variabel

dependen akan naik sebesar 0,931 persen.

2. Koefisien regresi pada variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0,068

menunjukkan jika Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan sebesar 1

persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik

sebesar 0,068 persen.

3. Koefisien regresi pada variabel Return On Assets sebesar -1,238

menunjukkan jika Return On Assets mengalami kenaikan sebesar 1

persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun

sebesar 1,238 persen.

4. Koefisien regresi pada variabel Ukuran perusahaan sebesar -0,103

menunjukkan jika Ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1

persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun

sebesar 0,103 persen.

5. Koefisien regresi pada variabel Prosentase penawaran saham ke publik

sebesar 0,008 menunjukkan jika Prosentase penawaran saham ke

publik mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan

maka tingkat underpricing akan turun sebesar 0,008 persen.

16

6. Koefisien regresi pada variabel Umur perusahaan sebesar 0,015

menunjukkan jika Umur perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1

persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik

sebesar 0,015 satuan.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dibuat dan melihat pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Assets,

Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur

perusahaan terhadap tingkat underpricing. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap tingkat

underpricing. (uji t) dan uji pengaruh faktor-faktor tingkat underpricing

secara bersama-sama terhadap tingkat underpricing (uji f).

4.2.3.1 Uji t

Hasil uji statistic mengenai pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada Tabel 4.13

dibawah ini:

Tabel 4.12 Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .931 .233 4.002 .000

DER .068 .027 .275 2.530 .014 ROA -1.238 .483 -.286 -2.563 .013 Size -.103 .036 -.318 -2.837 .006 Offer -.008 .148 -.006 -.057 .955 LNAGE .015 .033 .049 .445 .658

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dijelaskan hasil dari regresi tersebut

bahwa:

17

1. Hasil pengujian parameter pengaruh DER tingkat signifikansi sebesar

0,014 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan penelitian ini dimana DER berpengaruh positif

terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang

melakukan initial public offering, dapat diterima. Karena variabel DER

menunjukkan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat

underpricing.

2. Hasil pengujian parameter pengaruh ROA diperoleh tingkat

signifikansi menunjukan nilai 0,013 yang lebih kecil dari taraf

signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ROA

berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing pada

perusahaan yang melakukan initial public offering sehingga hipotesis

yang menyatakan ROA berpengaruh negative signifikan terhadap

underpricing dapat diterima.

3. Hasil pengujian parameter pengaruh logaritma normal umur

perusahaan menunjukkan tingkat signifikansi 0,658 yang lebih besar

dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

tingkat underpricing sehingga hipotesis yang menyatakan ukuran

perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing

ditolak.

4. Hasil pengujian parameter pengaruh ukuran perusahaan menunjukkan

tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%.

Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing sehingga

hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negative

signifikan terhadap underpricing dapat diterima.

5. Hasil pengujian parameter pengaruh prosentase penawaran saham ke

publik diperoleh tingkat signifikansi menunjukan nilai 0,955 yang

lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan

bahwa prosentase penawaran saham ke publik berpengaruh positif

18

tidak signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang

melakukan initial public offering sehingga hipotesis yang menyatakan

prosentase penawaran saham ke public berpengaruh negatif signifikan

terhadap tingkat underpricing ditolak.

4.2.3.2 Uji F

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan maka digunakan uji F. hasil uji

F pada Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio, Return

On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan

Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

Tabel 4.13 Uji F

ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. 1 Regression 1.096 5 .219 4.585 .001a

Residual 3.059 64 .048 Total 4.154 69

a. Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size

b. Dependent Variable: UP

Berdasarkan uji ANOVA atau F test pada Tabel 4.14 diatas didapat

F hitung sebesar 4,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Nilai

signifikansi yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih kecil dari

signifikansi penelitian yaitu sebesar 0,05. Maka model regresi layak

digunakan untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga

menunjukkan bahwa semua variabel independen Debt to Equity Ratio,

Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke

publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

underpricing.

4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

19

Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar

0,206 yang menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat

underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan

sisanya sebesar 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Untuk

lebih jelasnya hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.15

sebagai berikut:

Tabel 4.14 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .514a .264 .206 .218613 Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size Dependent Variable: UP

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan uji asumsi klasik, analisis linear berganda, dan

pengujian hipotesis maka dibutuhkan suatu pembahasan mengenai hasil

analisis tersebut. Dibawah ini merupakan hasil pemaparan analisis yang

dilakukan terhadap uji t atau secara parsial.

4.3.1 Variabel Debt to Equity Ratio (DER)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah positif. Hal

ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel

Debt to Equity Ratio terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa

DER berpengaruh signifikan positif terhadap besarnya tingkat underpricing.

Hal ini berarti bahwa jika variabel DER meningkat maka variabel

underpricing juga meningkat. Hasil ini konsisten dengan penelitian Aini

(2009), Ariawati (2005), Setianingrum (2005), Yasa (2008), dan Mansur

(2002) bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

underpricing.

20

Penjelasan mengapa DER berpengaruh signifikan positif terhadap

underpricing dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai nilai

DER yang tinggi akan lebih cenderung menggunakan dana hasil IPO untuk

membayar hutangnya daripada untuk kegiatan investasi guna ekspansi baru.

Hal ini dapat mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut.

DER yang tinggi juga dapat menunjukkan risiko finansial atau risiko

kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi,

dan sebaliknya. Para investor dalam melakukan keputusan investasi akan

mempertimbangkan nilai DER perusahaan, Oleh sebab itu tingkat

ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan menyebabkan nilai underpricing

akan semakin tinggi pula.

4.3.2 Variabel Return On Assets (ROA)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif.

Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

variabel Return On Assets terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Return

On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing Hal ini berarti bahwa jika variabel ROA meningkat maka

variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian

Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006)

bahwa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing.

Penjelasan mengapa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap

underpricing dapat dijelaskan bahwa ROA (Return On Assets) merupakan

salah satu ukuran profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi ROA

perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing karena investor akan

menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham

perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan

mempertimbangkan prosentase profitabilitas perusahaan sebelum

21

menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiaannya

semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan

tersebut.

4.3.3 Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya

pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian

ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan umur perusahaan

berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal

ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

variabel logaritma natural umur perusahaan terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002) dan

Handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan

terhadap tingkat underpricing tetapi mendukung penelitian Setianingrum

(2005) yang menyatakan variabel AGE tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat underpricing.

Penjelasan mengapa tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan

terhadap tingkat underpricing bahwa informasi mengenai umur perusahaan

untuk keputusan investor tidak memiliki pengaruh yang berarti. Meskipun

umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan

hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh public, tidak berarti

semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan tersebut dikatakan baik untuk

berinvestasi.

4.3.4 Variabel ukuran perusahaan (SIZE)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif.

Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

variabel ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing.

22

Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing. Hal ini berarti bahwa jika variabel SIZE meningkat maka

variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian

Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), dan Yasa (2008) yang menyatakan

bahwa SIZE berpengaruh negative signifikan terhadap tingkat underpricing.

Penjelasan mengapa ada pengaruh yang signifikan negatif terhadap

tingkat underpricing bahwa ukuran perusahaan diperoleh berpengaruh

signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini disebabkan karena

pertimbangan bahwa perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal, maka

informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak daripada perusahaan

relative kecil. Informasi yang memadai akan bisa mengurangi tingkat

ketidakpastian investor akan prospek perusahaan kedepan sehingga akan

menurunkan nilai underpricing pula.

4.3.5 Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya

pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini

berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan Prosentase

saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh signifikan negatif

terhadap besarnya tingkat underpricing dan tidak sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Diananingsih (2002) yang menyatakan

variabel OFFER berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat

underpricing tetapi mendukung penelitian Syahputra (2008) yang

menyatakan variabel OFFER tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

underpricing.

Penjelasan mengenai mengapa tidak terdapat hubungan yang negatif

signifikan antara variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat

underpricing, kemungkinan disebabkan karena investor akan melakukan

23

pembelian saham yang ditawarkan ke public, bukan berorientasi pada

jumlah lembar yang ditawarkan tetapi pada besar nilai penawaran tersebut,

karena harga saham akan menentukan besar kecilnya keuntungan. Semakin

rendah harga yang ditawarkan, semakin tinggi keinginan investor untuk

membeli saham tersebut, yang berpengaruh nilai underpricing yang semakin

tinggi. Informasi besarnya penawaran saham tidak memberikan kontribusi

yang berarti bagi investor untuk berinvestasi karena besarnya prosentase

penawaran saham masih berada pada tingkat yang wajar atau tidak berada di

tingkat penjualan diatas rata-rata, artinya besarnya prosentase saham pada

saat IPO belum mencerminkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan.

Dari hasil pengujian menggunakan uji f ternyata menunjukkan hasil

yang signifikan yang berarti bahwa variabel Debt to Equity Ratio, Return On

Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan

Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

Lalu untuk koefisien determinan adjusted R square sebesar 20,6 persen

menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang

dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya 79,4 persen

dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain.

24

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya adalah

sebagai berikut:

1. Diketahui bahwa sebagian besar perusahaan yang melakukan IPO masih

banyak yang mengalami underpricing yaitu sebanyak 77 perusahaan (87,5

persen), yang mengalami draw sebanyak 1 perusahaan (1,13 persen), dan

mengalami overpricing sebanyak 10 perusahaan (11,3 persen). Sesuai dengan

penelitian para peneliti bahwa tingkat underpricing masih tinggi dan hampir

semua perusahaan mengalaminya.

2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang

melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010 dan diperoleh sampel

sebanyak 70 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive

sampling. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

regresi berganda (Multiple Regression). Variabel dependent dalam penelitian

ini adalah underpricing, sedangkan variabel independentnya antara lain Debt

To Equity Ratio, Return On Assets, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan

prosentase penawaran saham.

3. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) melalui hasil pengujian hipotesis

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing

dan memiliki arah positif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang

menyebutkan bahwa Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh signifikan

positif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H1 diterima. Jika

variabel Debt to Equity Ratio (DER) naik maka tingkat underpricing akan

naik juga.

4. Variabel Return On Assets (ROA) melalui hasil pengujian hipotesis

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing

dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang

menyebutkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif

25

terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H2 diterima. Jika variabel

Return On Assets (ROA) naik maka tingkat underpricing akan turun.

5. Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE) melalui hasil pengujian

hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan

terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan hipotesis

yang mengatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif

terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H3 ditolak.

6. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) melalui hasil pengujian hipotesis

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing

dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang

menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif

terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H4 diterima. Jika variabel

ukuran perusahaan (SIZE) naik maka tingkat underpricing akan turun.

7. Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER) melalui hasil

pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang

signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan

hipotesis yang mengatakan bahwa prosentase saham yang ditawarkan kepada

pasyarakat berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing sehingga H5 ditolak.

8. Berdasarkan uji ANOVA atau uji F, didapatkan F hitung adalah sebesar 4,585

dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Maka model regresi layak digunakan

untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga menunjukkan bahwa

semua variabel independen Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran

perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

9. Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar 0,206 yang

menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang

dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya sebesar 79,4 persen

dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

26

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil yang menunjukkan bahwa ternyata

variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing pada perusahaan yang

melakukan IPO pada periode 2006 hingga 2010 antara lain Debt to Equity Ratio,

Return On Assets dan Ukuran perusahaan sedangkan Prosentase penawaran saham

ke publik dan Umur perusahaan tidak mempengaruhi tingkat underpricing, maka

didalam penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang melakukan IPO di masa mendatang, disarankan untuk

mempertimbangkan DER, ROA, dan ukuran perusahaan yang dimiliki sebagai

salah satu pengaruh faktor underpricing karena dalam penelitian ini DER,

ROA, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap underpricing. Hal

ini dilakukan agar tingkat underpricing yang terjadi tidak terlalu tinggi.

Perusahaan menganalisa ROA yang dimilikinya, apabila ROA yang

dimilikinya cukup besar maka perusahaan tidak perlu menghawatirkan

terjadinya tingkat underpricing yang besar. Lebih lanjut disarankan agar

perusahaan sebelum IPO, apabila memiliki DER tinggi maka perusahaan perlu

mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum IPO agar tingkat ketidakpastian

tidak tinggi dan tingkat underpricing yang terjadi dapat diminimalisir.

2. Bagi investor yang akan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan IPO

hendaknya mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospectus

untuk mendapatkan initial return yang tinggi. Investor juga harus

memperhatikan informasi diluar perusahaan yang tidak dimunculkan dalam

penelitian ini seperti keadaan politik, hokum, dan ekonomi agar keputusan

investasi pada suatu perusahaan berada pada situasi dan kondisi yang tepat.

27

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Syarifah. 2009. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap

Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di

bursa Efek Indonesia. Thesis, Manajemen Keuangan, Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Al Mansur, Mudrik. 2002. ”Analisis Variabel-Variabel yang mempengaruhi

Besarnya Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta.” ASSETS, Vol 4,

No. 3, hal 141-155.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft

Indonesia.

Ariawati, Siti. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Pada

Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2003). Tesis,

Universitas Diponegoro

Bodie, Zvi dan kawan-kawan. 2005. Investments. Jakarta: Salemba Empat.

Diananingsih, Harum Indinah. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana

(IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di PT. BEJ

tahun 1997-2001). ASET. Vol 6, No. 1, Hal 43-63.

Dimovski, William. 2009. “The Underpricing of LPT IPOs in Australia during

2002 to 2008.” School of Accounting, Economics and Finance, Deakin

University.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

28

Hadri, Kusuma. 2001. “Prospektus Perusahaan dan Keputusan Investasi: studi

Empris Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Siasat

Bisnis, Vol 1, No. 6, hal 61-75.

Hakiman. 2005. “Model Penentuan Harga IPO di Bursa Efek Jakarta Dengan

Menggunakan Metode Real Option.” Disertasi, Universitas Padjajaran

Bandung.

Handayani, Sri Retno. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan

Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2006). Tesis,

Universitas Diponegoro.

Hendiwinisudo, Prasojo. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia.”

Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan

Analisis Sekuritas. Yogyakarta: BPFE UGM.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE

UGM.

Rachmawati, Diyah. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Fundamental Pada Penawaran

Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi, Manajemen, Universitas

Negeri Semarang.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Surabaya:

Erlangga

Sari, Rosa Nastiti. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing Pada Perusahaan Yang Melaksanakan Initial Public

Offering.” Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.

29

Sitompul, Asril. 2000. Pasar Modal: Penawaran Umum Dan Permasalahannya.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta:

PT. Grasindo.

Sulistio, Helen. 2005. “Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi

Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan Yang Melaksanakan

Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta.” SNA, Vol 8, Hal 87-99.

Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM

YKPN.

Suyatmin dan Sujadi. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.”

BENEFIT, Vol 10, no. 1, hal. 11-32.

Syahputra, Surya Hadi. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang IPO di BEJ Tahun 2003-

2006. Skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Takarini, Nurjanti dan Kustini. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana

(IPO) Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta.”

Arthavidya, Vol 8, No. 1, hal 128-136.

Wardhani, Dwi Erlina. 2005. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (Tahun 1999-2001).”

ASET, Vol 7, No. 2, Hal 137-154.

Yasa, Gerianta Wirawan. 2008 “Penyebab Underpricing Dalam Penawaran

Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta.” AUDI, Vol 3, No. 2, hal 143-157.