analisis faktor-faktor yang mempengaruhieprints.undip.ac.id/28957/1/afifahwulandari_jurnal.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
UNDERPRICING
PADA PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO)
(Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)
Afifah Wulandari
Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si.
ABSTRACT
The underpricing phenomenon often occurs in the companies that made an
Initial Public Offering (IPO). Data from the Indonesia Stock Exchange, during
the period 2006 through 2010, shows that there were 77 companies from 88
companies were undervalue in initial public offering. Therefore, the problem in
this research is: "What are the factors that can affect the underpricing
phenomenon in most of the stock prices of companies that do an IPO?". There are
five variables which as Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size,
company age, and number of shares offered that selected in this study. Basically,
the purpose of this study is to determine what factors are affecting underpricing at
the company that made IPO in Indonesia Stock Exchange.
This research was conducted with a purposive sampling method against
70 companies that made an initial public offering (IPO) on the Indonesian Stock
Exchange in the period 2006-2010. Analysis of data obtained with quantitative
analysis. This study using multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that the DER and Offer has a positive
effect on Underpricing, while ROA, Age, and Size has a negative effect on
underpricing.
Keywords: Underpricing, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size,
company age, number of shares offered
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa waktu terakhir, pasar modal di Indonesia mengalami
peningkatan sehingga semakin banyak saham-saham perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya
kepada publik melalui pasar modal melalui pasar perdana untuk pertama kalinya
disebut sebagai penawaran umum perdana atau yang dikenal sebagai Initial Public
Offering atau penawaran umum perdana (IPO).
Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006), permasalahan yang dihadapi
perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah
penentuan besarnya harga penawaran perdana. Berikut ini adalah daftar
underpricing dan overpricing IPO tahun 2006 hingga 2010.
Tabel 1.1
Perkembangan IPO Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Emiten/Tahun
Underpricing
Rata-Rata Nilai
Underpricing
Over pricing
Rata-rata Nilai
Overpricing Tetap
2006 12 12 37.28% 0 0% 0 2007 22 20 49.09% 2 -10.88% 0
2008 19 15 33.63% 3 -8.55% 1
2009 13 9 19.59% 4 -9.41% 0
2010 22 21 28.31% 1 -6.58% 0
Jumlah 88 77 10 1 Sumber: Bursa Efek Indonesia (Diolah)
Dari 88 perusahaan yang melakukan IPO selama tahun 2006 hingga 2010,
77 perusahaan mengalami underpricing. Oleh karena itu, kiranya perlu diteliti
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian-penelitian telah banyak
dilakukan oleh peneliti terdahulu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
3
tingkat underpricing, dan terdapat perbedaan hipotesis terhadap beberapa
variable, diantaranya DER (Debt to Equity Ratio). Suyatmin&Sujadi (2006)
menyatakan DER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing
Namun hasil penelitian Sulistio (2005), Mansur (2002) dan Handayani (2008)
menyatakan variabel DER tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk
mendapat laba. Penelitian yang dilakukan Mansur (2002), Aini (2009), Yasa
(2008), Handayani (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel
ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan
Setianingrum (2005) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif terhadap
tingkat underpricing.
Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan
menyediakan publikasi informasi perusahaan lebih luas dan lebih banyak bila
dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja berdiri. Penelitian yang
dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002)
dan handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan
terhadap tingkat underpricing sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan
variabel AGE berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing.
Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat
daripada perusahaan dengan skala kecil. Bila informasi ditangan investor banyak
maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat
diketahui. Penelitian yang dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan
variabel SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing.
Mansur (2002), Sulistio (2005), dan wardhani (2002) juga menyatakan variabel
SIZE berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat underpricing tetapi
hasil penelitian menunjukkan variable SIZE tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing.
4
Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang
tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan
menawarkan saham dengan nilai besar. Penelitian yang dilakukan Aini (2009),
Takarini&Kustini (2007), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel
OFFER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan
Diananingsih (2002) menyatakan variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap
tingkat underpricing.
Dari berbagai penelitian diatas dapat dijelaskan ketidakkonsistenan hasil
penelitian sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi underpricing.
1.2 Rumusan Masalah
Telah terjadi fenomena underpricing pada perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO di BEI periode 2006-2010 dan terjadi pula ketidak konsistenan
hasil para peneliti-peneliti terdahulu. Maka dalam penelitian ini diajukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap tingkat
underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?
2. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing
pada perusahaan yang melakukan IPO?
3. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan yang melakukan IPO?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan yang melakukan IPO?
5. Apakah prosentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat berpengaruh
terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?
6. Apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Earning per
Share (EPS), umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan pengaruh prosentase
saham berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang
melakukan IPO secara simultan?
5
2. TELAAH PUSTAKA
2.1 Underpricing
Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana harga saham yang
diperdagangkan di pasar perdana lebih rendah dibandingkan ketika di pasar
sekunder (Sumarso, 2003 dalam Syahputra, 2008).
2.2 Teori-Teori dalam Underpricing
Teori-teori yang menjelaskan tentang harga saham IPO yang mengalami
underpricing dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Signalling Theory
Menurut Rahmawati (2007), penggunaan sinyal positif secara efektif dapat
mengurangi tingkat ketidakpastian yang dihadapi investor, sehingga investor
dapat membedakan kualitas perusahaan yang baik dan buruk. Allen dan
Faulhaber (1989) mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki informasi
mengenai kualitas dan prospek perusahaannya yang tidak diketahui oleh
investor luar.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing
Harga saham yang pertama kali diperdagangkan di pasar sekunder bagi
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) biasanya mengalami
underpricing. Dari penelitian terdahulu setidaknya ada beberapa faktor-faktor
keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi terjadinya underpricing saham
dan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
2.3.1 Financial Leverage
Pada penelitian terdahulu Aini (2009), Ariawati (2005),
Setianingrum (2005), Yasa (2008), Suyatmin dan Sujadi (2006), dan
Mansur (2002) mengatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap
tingkat underpricing.
6
DER berpengaruh positif terhadap underpricing karena secara
teoritis DER menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga berdampak
pada ketidakpastian (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Rumus Financial
Leverage atau DER adalah sebagai berikut :
2.3.2 Return On Assets
Menurut penelitian terdahulu, antara lain Mansur (2002), Aini
(2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) mengatakan bahwa
ROA berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
2.3.3 Umur Perusahaan
Menurut para peneliti terdahulu, yaitu Suyatmin&Sujadi (2006),
Aini (2009), Kusuma (2001), Yasa (2008), Mansur (2002) dan Handayani
(2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricing. Semakin lama umur perusahaan maka informasi mengenai
perusahaan tersebut semakin besar dan memperkecil ketidakpastian pasar
yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.
2.3.4 Ukuran Perusahaan
Menurut para peneliti terdahulu, Suyatmin&Sujadi (2006), Aini
(2009), dan Yasa (2008) menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negatif
terhadap tingkat underpricing.
2.3.5 Prosentase Penawaran Saham Kepada Masyarakat
Menurut penelitian terdahulu yaitu Suyatmin dan Sujadi (2006)
variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
Dengan demikan semakin besar prosentase saham yang ditawarkan
kapada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil,
yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.
7
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
3.5 Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan
sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan
maupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai satu hipotesis juga
merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil
observasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh positif terhadap besarnya tingkat
underpricing.
Debt To Equity Ratio
Prosentase Penawaran Saham
Umur Perusahaan
Return On Assets
Ukuran Perusahaan
Underpricing
H5
H4
H3
H1
H2
8
H2 :Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat
underpricing.
H3 :Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat
underpricing.
H4 :Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat
underpricing.
H5 :Prosentase saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh
negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.
9
2. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Tabel 3.1
Ringkasan Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Variabel Definisi Rumus Skala Underpricing (Y)
Selisih harga saham di pasar sekunder pada hari pertama dengan harga penawaran di pasar perdana.
P1-P0
Rasio
Debt to Equity Ratio (X1)
Prosentase total hutang perusahaan terhadap modal sendiri.
푇표푡푎푙 퐷푒푏푡푇표푡푎푙 푠ℎ푎푟푒ℎ표푙푑푒푟 푒푞푢푖푡푦
푥 100%
Rasio
Return On Assets (X2)
prosentase laba bersih perusahaan setelah pajak dengan total asset perusahaan.
푁퐼퐴푇푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡푠 푥 100%
Rasio
Umur Perusahaan (X3)
pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya perusahaan.
푇푎ℎ푢푛 퐼푃푂 − 푇푎ℎ푢푛 푏푒푟푑푖푟푖 푝푒푟푢푠푎ℎ푎푎푛
Tahun
Ukuran Perusahaan (X4)
besarnya skala atau ukuran dari perusahaan. Total Assets
Rupiah
Prosentase Penawaran Saham (X5)
perbandingan antara jumlah saham yang dijual kepada public saat IPO dengan total saham beredar.
푆푎ℎ푎푚 푦푎푛푔 푑푖푡푎푤푎푟푘푎푛 퐽푢푚푙푎ℎ 푠푎ℎ푎푚 푏푒푟푒푑푎푟
푥 100%
Rasio
3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang digunakan
10
(Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010.
3.3 Teknik Analisis
Untuk menganalisis pengaruh perubahan variable independen terhadap
dependen baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, maka
digunakan regresi berganda (Multiple Regression). Regresi berganda adalah
teknik untuk menjelaskan keterkaitan antara variable terikat dengan beberapa
variable bebas. Fleksibilitas dan adaptifitas dari metode ini mempermudah peneliti
untuk melihat suatu keterkaitan dari beberapa variable sekaligus (Hair et al, 1998
dalam Ariawati, 2005). Sebelum dilakukan pengujian dan regresi berganda,
variable-variabel penelitian diuji apakah memenuhi asumsi klasik persamaan
regresi berganda, yaitu memenuhi asumsi normalitas, tidak adanya
heterokesdatisitas, autokorelasi, dan multikolinearisitas (Suyatmin dan Sujadi,
2006).
3.3.1 Uji Asumsi Klasik
3.3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
3.3.1.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar
variabel–variabel independent yang akan digunakan dalam persamaan
regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factors ). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
11
(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel variabel independen.
3.3.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 ( sebelumnya ). Pengujian autokorelasi
ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test).
3.3.1.4 Uji Heterokesdatisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), yaitu dengan
deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID
dan ZPRED.
3.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan
dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance.
Persamaan regresi yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
= 훼 + 훽1푋1 + 훽2푋2 + 훽3푋3 + 훽4푋4 + 훽5푋5 + 훽6푋6 + 휀
3.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan
regresi (Ghozali, 2006). Hipotesis nol yang dikemukakan dalam pengujian
ini adalah bahwa semua variable independen yang dipergunakan dalam
model persamaan regresi serentak tidak berpengaruh terhadap variable
dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Asumsi Klasik
4.1.1 Uji Normalitas
Hasil pengujian regresi dengan analisis grafik menunjukkan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Histogram dan Normal Probability Plot
Pada Tabel 4.2, hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik menyebar
dekat pada garis diagonal dengan arah mengikuti garis diagonalnya sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan
gambar histogram tampak normal karena tidak menceng ke kiri maupun ke kanan
sehingga dapat disimpulkan pula bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
13
4.1.1.1 Uji Multikolinearitas
Hasil Uji multiklinearitas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics Tolerance VIF
.974 1.027 .922 1.084 .915 1.093 .917 1.090 .936 1.069
Sumber: Data yang diolah
Hasil dari uji multikolinearitas pada Tabel 4.4 tersebut
menunjukkan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF
kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa model variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala
multikolinieritas dalam model regresi atau dapat dikatakan variabel-
variabel independen tidak saling berkorelasi.
4.1.1.2 Uji Autokorelasi
Hasil uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Uji Durbin-Watson
Durbin-Watson
2.200
Hasil dari uji autokorelasi pada tabel 4.5 tersebut menunjukkan
bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,200, sementara dari Tabel distribusi
14
Durbin Watson, pada tingkat signifikansi 0,05 didapat nilai du (N=70)
sebesar 1,768 dan nilai 4-du (N=70) sebesar 2,232. Hal ini berarti bahwa
nilai Durbin-Watson berada diantara nilai du dan 4-du. Maka diambil
kesimpulan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.
4.1.1.3 Uji Heterokedatisitas
Hasil pengujian pada Lampiran Hasil uji heterokedastisitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Uji Heterokedastisitas
Hasil dari uji heterokedastisitas pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan
bahwa tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar
secara acak. baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
kemudian dari uji glejser menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
absolut unstandardized residual. Hal ini terlihat dari tingkat signifikaninya
diatas 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengalami masalah heterokedastisitas.
15
4.2.1 Analisis Linear Berganda
Melalui hasil uji asumsi klasik setelah ditransformasikan
dinyatakan bahwa model regresi terdistribusi normal dan bebas dari
multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Di bawah ini
merupakan hasil pengolahan data pada Tabel 4.13 dengan analisis linear
berganda dan diperoleh persamaan sebagai berikut:
UP = 0,931 + 0,068 DER - 1,238 ROA - 0,103 SIZE - 0,008 OFFER +
0,015 LNAGE
Berdasarkan persamaan regresi dapat diketahui bahwa:
1. Konstanta sebesar 0,931 menunjukkan bahwa jika variabel-variabel
independen tidak mengalami perubahan atau konstan maka variabel
dependen akan naik sebesar 0,931 persen.
2. Koefisien regresi pada variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0,068
menunjukkan jika Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan sebesar 1
persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik
sebesar 0,068 persen.
3. Koefisien regresi pada variabel Return On Assets sebesar -1,238
menunjukkan jika Return On Assets mengalami kenaikan sebesar 1
persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun
sebesar 1,238 persen.
4. Koefisien regresi pada variabel Ukuran perusahaan sebesar -0,103
menunjukkan jika Ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1
persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun
sebesar 0,103 persen.
5. Koefisien regresi pada variabel Prosentase penawaran saham ke publik
sebesar 0,008 menunjukkan jika Prosentase penawaran saham ke
publik mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan
maka tingkat underpricing akan turun sebesar 0,008 persen.
16
6. Koefisien regresi pada variabel Umur perusahaan sebesar 0,015
menunjukkan jika Umur perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1
persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik
sebesar 0,015 satuan.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dibuat dan melihat pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Assets,
Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur
perusahaan terhadap tingkat underpricing. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap tingkat
underpricing. (uji t) dan uji pengaruh faktor-faktor tingkat underpricing
secara bersama-sama terhadap tingkat underpricing (uji f).
4.2.3.1 Uji t
Hasil uji statistic mengenai pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada Tabel 4.13
dibawah ini:
Tabel 4.12 Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .931 .233 4.002 .000
DER .068 .027 .275 2.530 .014 ROA -1.238 .483 -.286 -2.563 .013 Size -.103 .036 -.318 -2.837 .006 Offer -.008 .148 -.006 -.057 .955 LNAGE .015 .033 .049 .445 .658
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dijelaskan hasil dari regresi tersebut
bahwa:
17
1. Hasil pengujian parameter pengaruh DER tingkat signifikansi sebesar
0,014 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan penelitian ini dimana DER berpengaruh positif
terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang
melakukan initial public offering, dapat diterima. Karena variabel DER
menunjukkan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
underpricing.
2. Hasil pengujian parameter pengaruh ROA diperoleh tingkat
signifikansi menunjukan nilai 0,013 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ROA
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan yang melakukan initial public offering sehingga hipotesis
yang menyatakan ROA berpengaruh negative signifikan terhadap
underpricing dapat diterima.
3. Hasil pengujian parameter pengaruh logaritma normal umur
perusahaan menunjukkan tingkat signifikansi 0,658 yang lebih besar
dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
tingkat underpricing sehingga hipotesis yang menyatakan ukuran
perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing
ditolak.
4. Hasil pengujian parameter pengaruh ukuran perusahaan menunjukkan
tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%.
Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing sehingga
hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negative
signifikan terhadap underpricing dapat diterima.
5. Hasil pengujian parameter pengaruh prosentase penawaran saham ke
publik diperoleh tingkat signifikansi menunjukan nilai 0,955 yang
lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan
bahwa prosentase penawaran saham ke publik berpengaruh positif
18
tidak signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang
melakukan initial public offering sehingga hipotesis yang menyatakan
prosentase penawaran saham ke public berpengaruh negatif signifikan
terhadap tingkat underpricing ditolak.
4.2.3.2 Uji F
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel-variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan maka digunakan uji F. hasil uji
F pada Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio, Return
On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan
Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
Tabel 4.13 Uji F
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression 1.096 5 .219 4.585 .001a
Residual 3.059 64 .048 Total 4.154 69
a. Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size
b. Dependent Variable: UP
Berdasarkan uji ANOVA atau F test pada Tabel 4.14 diatas didapat
F hitung sebesar 4,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Nilai
signifikansi yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih kecil dari
signifikansi penelitian yaitu sebesar 0,05. Maka model regresi layak
digunakan untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga
menunjukkan bahwa semua variabel independen Debt to Equity Ratio,
Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke
publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
underpricing.
4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2)
19
Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar
0,206 yang menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat
underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan
sisanya sebesar 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Untuk
lebih jelasnya hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.15
sebagai berikut:
Tabel 4.14 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .514a .264 .206 .218613 Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size Dependent Variable: UP
4.3 Pembahasan
Setelah melakukan uji asumsi klasik, analisis linear berganda, dan
pengujian hipotesis maka dibutuhkan suatu pembahasan mengenai hasil
analisis tersebut. Dibawah ini merupakan hasil pemaparan analisis yang
dilakukan terhadap uji t atau secara parsial.
4.3.1 Variabel Debt to Equity Ratio (DER)
Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah positif. Hal
ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel
Debt to Equity Ratio terhadap tingkat underpricing.
Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa
DER berpengaruh signifikan positif terhadap besarnya tingkat underpricing.
Hal ini berarti bahwa jika variabel DER meningkat maka variabel
underpricing juga meningkat. Hasil ini konsisten dengan penelitian Aini
(2009), Ariawati (2005), Setianingrum (2005), Yasa (2008), dan Mansur
(2002) bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
underpricing.
20
Penjelasan mengapa DER berpengaruh signifikan positif terhadap
underpricing dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai nilai
DER yang tinggi akan lebih cenderung menggunakan dana hasil IPO untuk
membayar hutangnya daripada untuk kegiatan investasi guna ekspansi baru.
Hal ini dapat mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut.
DER yang tinggi juga dapat menunjukkan risiko finansial atau risiko
kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi,
dan sebaliknya. Para investor dalam melakukan keputusan investasi akan
mempertimbangkan nilai DER perusahaan, Oleh sebab itu tingkat
ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan menyebabkan nilai underpricing
akan semakin tinggi pula.
4.3.2 Variabel Return On Assets (ROA)
Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif.
Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
variabel Return On Assets terhadap tingkat underpricing.
Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Return
On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat
underpricing Hal ini berarti bahwa jika variabel ROA meningkat maka
variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006)
bahwa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing.
Penjelasan mengapa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap
underpricing dapat dijelaskan bahwa ROA (Return On Assets) merupakan
salah satu ukuran profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi ROA
perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing karena investor akan
menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham
perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan
mempertimbangkan prosentase profitabilitas perusahaan sebelum
21
menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiaannya
semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan
tersebut.
4.3.3 Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE)
Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya
pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian
ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan umur perusahaan
berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal
ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
variabel logaritma natural umur perusahaan terhadap tingkat underpricing.
Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002) dan
Handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan
terhadap tingkat underpricing tetapi mendukung penelitian Setianingrum
(2005) yang menyatakan variabel AGE tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat underpricing.
Penjelasan mengapa tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan
terhadap tingkat underpricing bahwa informasi mengenai umur perusahaan
untuk keputusan investor tidak memiliki pengaruh yang berarti. Meskipun
umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan
hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh public, tidak berarti
semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan tersebut dikatakan baik untuk
berinvestasi.
4.3.4 Variabel ukuran perusahaan (SIZE)
Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif.
Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
variabel ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing.
22
Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat
underpricing. Hal ini berarti bahwa jika variabel SIZE meningkat maka
variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), dan Yasa (2008) yang menyatakan
bahwa SIZE berpengaruh negative signifikan terhadap tingkat underpricing.
Penjelasan mengapa ada pengaruh yang signifikan negatif terhadap
tingkat underpricing bahwa ukuran perusahaan diperoleh berpengaruh
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini disebabkan karena
pertimbangan bahwa perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal, maka
informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak daripada perusahaan
relative kecil. Informasi yang memadai akan bisa mengurangi tingkat
ketidakpastian investor akan prospek perusahaan kedepan sehingga akan
menurunkan nilai underpricing pula.
4.3.5 Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER)
Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya
pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat underpricing.
Hasil ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan Prosentase
saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh signifikan negatif
terhadap besarnya tingkat underpricing dan tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Diananingsih (2002) yang menyatakan
variabel OFFER berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat
underpricing tetapi mendukung penelitian Syahputra (2008) yang
menyatakan variabel OFFER tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
underpricing.
Penjelasan mengenai mengapa tidak terdapat hubungan yang negatif
signifikan antara variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat
underpricing, kemungkinan disebabkan karena investor akan melakukan
23
pembelian saham yang ditawarkan ke public, bukan berorientasi pada
jumlah lembar yang ditawarkan tetapi pada besar nilai penawaran tersebut,
karena harga saham akan menentukan besar kecilnya keuntungan. Semakin
rendah harga yang ditawarkan, semakin tinggi keinginan investor untuk
membeli saham tersebut, yang berpengaruh nilai underpricing yang semakin
tinggi. Informasi besarnya penawaran saham tidak memberikan kontribusi
yang berarti bagi investor untuk berinvestasi karena besarnya prosentase
penawaran saham masih berada pada tingkat yang wajar atau tidak berada di
tingkat penjualan diatas rata-rata, artinya besarnya prosentase saham pada
saat IPO belum mencerminkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan.
Dari hasil pengujian menggunakan uji f ternyata menunjukkan hasil
yang signifikan yang berarti bahwa variabel Debt to Equity Ratio, Return On
Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan
Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
Lalu untuk koefisien determinan adjusted R square sebesar 20,6 persen
menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang
dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya 79,4 persen
dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain.
24
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya adalah
sebagai berikut:
1. Diketahui bahwa sebagian besar perusahaan yang melakukan IPO masih
banyak yang mengalami underpricing yaitu sebanyak 77 perusahaan (87,5
persen), yang mengalami draw sebanyak 1 perusahaan (1,13 persen), dan
mengalami overpricing sebanyak 10 perusahaan (11,3 persen). Sesuai dengan
penelitian para peneliti bahwa tingkat underpricing masih tinggi dan hampir
semua perusahaan mengalaminya.
2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010 dan diperoleh sampel
sebanyak 70 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive
sampling. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi berganda (Multiple Regression). Variabel dependent dalam penelitian
ini adalah underpricing, sedangkan variabel independentnya antara lain Debt
To Equity Ratio, Return On Assets, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan
prosentase penawaran saham.
3. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) melalui hasil pengujian hipotesis
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing
dan memiliki arah positif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang
menyebutkan bahwa Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh signifikan
positif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H1 diterima. Jika
variabel Debt to Equity Ratio (DER) naik maka tingkat underpricing akan
naik juga.
4. Variabel Return On Assets (ROA) melalui hasil pengujian hipotesis
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing
dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang
menyebutkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif
25
terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H2 diterima. Jika variabel
Return On Assets (ROA) naik maka tingkat underpricing akan turun.
5. Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE) melalui hasil pengujian
hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan
terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan hipotesis
yang mengatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif
terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H3 ditolak.
6. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) melalui hasil pengujian hipotesis
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing
dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang
menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif
terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H4 diterima. Jika variabel
ukuran perusahaan (SIZE) naik maka tingkat underpricing akan turun.
7. Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER) melalui hasil
pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang
signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan
hipotesis yang mengatakan bahwa prosentase saham yang ditawarkan kepada
pasyarakat berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat
underpricing sehingga H5 ditolak.
8. Berdasarkan uji ANOVA atau uji F, didapatkan F hitung adalah sebesar 4,585
dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Maka model regresi layak digunakan
untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga menunjukkan bahwa
semua variabel independen Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran
perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.
9. Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar 0,206 yang
menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang
dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya sebesar 79,4 persen
dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
26
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil yang menunjukkan bahwa ternyata
variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing pada perusahaan yang
melakukan IPO pada periode 2006 hingga 2010 antara lain Debt to Equity Ratio,
Return On Assets dan Ukuran perusahaan sedangkan Prosentase penawaran saham
ke publik dan Umur perusahaan tidak mempengaruhi tingkat underpricing, maka
didalam penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan yang melakukan IPO di masa mendatang, disarankan untuk
mempertimbangkan DER, ROA, dan ukuran perusahaan yang dimiliki sebagai
salah satu pengaruh faktor underpricing karena dalam penelitian ini DER,
ROA, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap underpricing. Hal
ini dilakukan agar tingkat underpricing yang terjadi tidak terlalu tinggi.
Perusahaan menganalisa ROA yang dimilikinya, apabila ROA yang
dimilikinya cukup besar maka perusahaan tidak perlu menghawatirkan
terjadinya tingkat underpricing yang besar. Lebih lanjut disarankan agar
perusahaan sebelum IPO, apabila memiliki DER tinggi maka perusahaan perlu
mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum IPO agar tingkat ketidakpastian
tidak tinggi dan tingkat underpricing yang terjadi dapat diminimalisir.
2. Bagi investor yang akan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan IPO
hendaknya mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospectus
untuk mendapatkan initial return yang tinggi. Investor juga harus
memperhatikan informasi diluar perusahaan yang tidak dimunculkan dalam
penelitian ini seperti keadaan politik, hokum, dan ekonomi agar keputusan
investasi pada suatu perusahaan berada pada situasi dan kondisi yang tepat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Syarifah. 2009. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap
Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di
bursa Efek Indonesia. Thesis, Manajemen Keuangan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Al Mansur, Mudrik. 2002. ”Analisis Variabel-Variabel yang mempengaruhi
Besarnya Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta.” ASSETS, Vol 4,
No. 3, hal 141-155.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Ariawati, Siti. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Pada
Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2003). Tesis,
Universitas Diponegoro
Bodie, Zvi dan kawan-kawan. 2005. Investments. Jakarta: Salemba Empat.
Diananingsih, Harum Indinah. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana
(IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di PT. BEJ
tahun 1997-2001). ASET. Vol 6, No. 1, Hal 43-63.
Dimovski, William. 2009. “The Underpricing of LPT IPOs in Australia during
2002 to 2008.” School of Accounting, Economics and Finance, Deakin
University.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
28
Hadri, Kusuma. 2001. “Prospektus Perusahaan dan Keputusan Investasi: studi
Empris Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Siasat
Bisnis, Vol 1, No. 6, hal 61-75.
Hakiman. 2005. “Model Penentuan Harga IPO di Bursa Efek Jakarta Dengan
Menggunakan Metode Real Option.” Disertasi, Universitas Padjajaran
Bandung.
Handayani, Sri Retno. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan
Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2006). Tesis,
Universitas Diponegoro.
Hendiwinisudo, Prasojo. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia.”
Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas. Yogyakarta: BPFE UGM.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Rachmawati, Diyah. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Fundamental Pada Penawaran
Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi, Manajemen, Universitas
Negeri Semarang.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Surabaya:
Erlangga
Sari, Rosa Nastiti. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Pada Perusahaan Yang Melaksanakan Initial Public
Offering.” Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.
29
Sitompul, Asril. 2000. Pasar Modal: Penawaran Umum Dan Permasalahannya.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta:
PT. Grasindo.
Sulistio, Helen. 2005. “Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi
Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan Yang Melaksanakan
Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta.” SNA, Vol 8, Hal 87-99.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM
YKPN.
Suyatmin dan Sujadi. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.”
BENEFIT, Vol 10, no. 1, hal. 11-32.
Syahputra, Surya Hadi. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang IPO di BEJ Tahun 2003-
2006. Skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Takarini, Nurjanti dan Kustini. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana
(IPO) Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta.”
Arthavidya, Vol 8, No. 1, hal 128-136.
Wardhani, Dwi Erlina. 2005. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi
Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (Tahun 1999-2001).”
ASET, Vol 7, No. 2, Hal 137-154.
Yasa, Gerianta Wirawan. 2008 “Penyebab Underpricing Dalam Penawaran
Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta.” AUDI, Vol 3, No. 2, hal 143-157.