analisis break even point

9
ANALISIS BREAK EVEN POINT 1. Pengertian dan Kegunaan Analisis Analisa break even adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui kaitan antara produksi, penjualan, harga jual, biaya, laba dan rugi. Dengan mengetahui perkaitannya, analisa break even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran perusahaan atau organisasi jasa. Kegunaan lainnya antara lain : 1. Sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk perencanaan laba atau ”profit planning2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan yang sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angka – angka dalam perhitungan break even atau dalam chart break even atau sebagai alat pengendalian atau ”controlling”. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil – hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan. 4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dengan terlebih dulu melihat berapakah titik break even-nya. Suatu perusahaan dikatakan mencapai ”break even” apabila setelah dibuat perhitungan rugi – laba dari suatu periode kerja dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian atau jika perusahaan itu memperoleh hasil dari penjualan atau seluruh penghasilan dijumlahkan, jumlah itu sama besarnya dengan seluruh biaya yang telah dikorbankan. 2. Asumsi dalam Analisis Break Even Asumsi – asumsi yang diperlukan supaya dapat menganalisa break even adalah : 1. Bahwa biaya – biaya yang ada harus dapat diidentifikasikan atau ditetapkan sebagai biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap harus tegas – tegas dimasukkan kedalam salah satu ”variabel” atau ”tetap”. Biaya semi variabel dimasukkan ke biaya variabel, biaya semi tetap dimasukkan kedalam biaya tetap. 2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah selama batas– batas tertentu.

Upload: irma-febrianti

Post on 28-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penjelasan tentang BEP

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Break Even Point

ANALISIS BREAK EVEN POINT

1. Pengertian dan Kegunaan Analisis

Analisa break even adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui kaitan antara

produksi, penjualan, harga jual, biaya, laba dan rugi. Dengan mengetahui perkaitannya,

analisa break even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran perusahaan atau

organisasi jasa. Kegunaan lainnya antara lain :

1. Sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai

laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk perencanaan laba atau ”profit planning”

2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan yang sedang berjalan, yaitu untuk alat

pencocokan antara realisasi dengan angka – angka dalam perhitungan break even

atau dalam chart break even atau sebagai alat pengendalian atau ”controlling”.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui

hasil – hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dengan terlebih dulu

melihat berapakah titik break even-nya.

Suatu perusahaan dikatakan mencapai ”break even” apabila setelah dibuat

perhitungan rugi – laba dari suatu periode kerja dari suatu kegiatan usaha tertentu,

perusahaan itu tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian atau jika

perusahaan itu memperoleh hasil dari penjualan atau seluruh penghasilan dijumlahkan,

jumlah itu sama besarnya dengan seluruh biaya yang telah dikorbankan.

2. Asumsi dalam Analisis Break Even

Asumsi – asumsi yang diperlukan supaya dapat menganalisa break even adalah :

1. Bahwa biaya – biaya yang ada harus dapat diidentifikasikan atau ditetapkan sebagai

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variabel

atau sebagai biaya tetap harus tegas – tegas dimasukkan kedalam salah satu

”variabel” atau ”tetap”. Biaya semi variabel dimasukkan ke biaya variabel, biaya

semi tetap dimasukkan kedalam biaya tetap.

2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami

perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah selama batas–

batas tertentu.

Page 2: Analisis Break Even Point

3. Biaya variabel per unit konstan, berapapun jumlah barang yang diproduksi. Jika

kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu berubah proporsional dalam jumlah

seluruhnya, sehingga biaya per unitnya akan tetap sama. Tetapi, dalam

kenyataannya biaya variabel itu tidak harus proporsional dengan volume kegiatan.

Dapat degresif dapat pula progresif.

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah jenis – jenis biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap

jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Satu periode kerja bisa berupa 1 minggu, 1

bulan, atau 1 tahun. Biaya tetap biasanya dikaitkan dengan waktu atau dengan perjanjian.

Oleh karena itu biaya tetap biasanya dikaitkan pengeluarannya dengan periode maka kadang

– kadang ada yang menyebutnya sebagai biaya periode atau ”period cost”.

Biaya ini merupakan time cost karena biaya ini dapat berubah dengan adanya

perubahan waktu sehingga jumlah biaya tetap harus dihubungkan dengan suatu periode

waktu tertentu. Perubahan-perubahan biaya tetap dapat terjadi apabila didalam suatu

organisasi terjadi, misalnya perubahan struktur dasar, perubahan metode operasi dan

perubahan kebijaksanaan manajemen.

Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Biaya tetap jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan

volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Seperti terlihat

pada gambar berikut :

Gambar 1. Grafik total biaya tetap

Biaya tetap

Unit

Rp

Volume kegiatan

Biaya

0

Page 3: Analisis Break Even Point

2. Tingkat kekonstanan total biaya tetap terbatas dalam jarak kapasitas yang

dinamakan jarak relevan (relevant range).

3. Biaya tetap per satuan (unit cost) berbanding terbalik dengan perubahan volume

kegiatan yaitu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan

semakin rendah volume kegiatan akan semakin tinggi biaya satuan. Seperti terlihat

pada gambar berikut :

Gambar 2. Grafik biaya tetap per unit

4. Alokasi ke bagian-bagian sering dilakukan berdasarkan keputusan pimpinan atau

berdasarkan suatu metode alokasi.

5. Pengawasan atas terjadinya biaya terletak pada pimpinan eksekutif dan bukan pada

pimpinan operasional.

Macam-macam biaya tetap :

1. Commited Fixed Cost adalah biaya-biaya dalam perusahaan dan pabrik yang timbul

secara terus menerus dan tidak dapat dikurangi karena ini menyangkut tujuan

jangka panjang perusahaan. Contohnya : misalnya penetapan luas bangunan pabrik

apakah 100m2, 5000m

2 atau lebih besar lagi, jadi menyangkut keputusan jangka

panjang. Untuk lebih mengerti fixed cost maka dapat dilihat dengan cara

mengasumsikan volume kegiatannya adalah nol dan organisasi mengharapkan

untuk mencapai kapasitas normal.

Rp

Biaya

Volume kegiatan

Unit

Biaya tetap

per unit

0

Page 4: Analisis Break Even Point

2. Discretionary Fixed Cost = umumnya disebut dengan fixed cost yang terkendali

(managed) timbul sebagai akibat dari hasil keputusan manajer dengan periode

relatif satu tahun. Contohnya adalah biaya iklan, biaya penelitian dan

pengembangan, serta program pengembangan manajemen.

Faktor kunci dari discretionary fixed cost adalah manajemen tidak terpaku pada

keputusan yang telah dibuat yang menyangkut biaya pada suatu budget dalam satu

periode saja tetapi juga dalam periode-periode lainnya, dimana dalam setiap

periode keputusan atas discretionary fixed cost selalu dievaluasi oleh manajer.

Perbedaan antara commited fixed cost dan discretionary fixed cost adalah :

1. discretionary bersifat relatif jangka pendek (biasanya satu tahun) dari segi

perencanaannya.

2. pada keadaan tertentu maka biaya discretionary fixed cost dapat dikurangi,

pengurangan ini tentu akan mempengaruhi keadaan organisasi dalam jangka

panjang, seperti misalnya karena jumlah murid yang sedikit, maka besarnya biaya

untuk gaji guru bisa dikurangi.

Besarnya biaya tetap yang sudah direncanakan akan tergantung pada kegiatan

organisasi secara keseluruhan. Apabila terdapat kegiatan operasional yang meningkat maka

program dan rencana akan diperluas sehingga dapat mencakup berbagai bidang yang tidak

mungkin dicakup pada pola tingkat kegiatan yang rendah. Sebagai contoh, jika

organisasi/perusahaan menginginkan peningkatan penjualan maka dana advertising yang

dibutuhkan akan jauh lebih besar dibandingkan jika perusahaan tidak menetapkan

peningkatan penjualan seperti yang direncanakan. Jadi biaya tetap akan meningkat seperti

anak tangga apabila tingkat kegiatan perusahaan meningkat.

Biaya Variabel

Biaya variabel ialah jenis biaya-biaya yang berubah berdasarkan volume kegiatan,

jika volume kegiatan bertambah maka bertambahlah biaya variabel, jika volume kegiatan

turun maka turunlah biaya variabel.

Asumsi yang digunakan dalam analisa break even adalah naik turunnya biaya

variabel proposional dengan volume kegiatan. Didalam kenyataannya biaya variabel itu tidak

harus proposional dengan volume kegiatan, dapat degresif dapat pula progresif. Dikatakan

Page 5: Analisis Break Even Point

degresif apabila volume produksi naik, naik pula biaya variabel akan tetapi kenaikannya

dibawah proporsional dengan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya, biaya variabel

dikatakan progresif apabila kenaikannya diatas proporsionalnya. Dengan grafik dapat

digambarkan masing-masing biaya variabel progresif, biaya variabel proporsional, dan biaya

variabel degresif, sebagai berikut :

Gambar 3. Grafik biaya variabel progresif, proporsional, dan degresif.

Biaya ini merupakan activity cost karena biaya ini berubah jika output aktivitas yang

dilaksanakan berubah.

Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Biaya variabel jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume

kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya

variabel, dan semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total

biaya variabel. Seperti terlihat pada gambar sebagai berikut :

Rp

Biaya variabel progresif

Biaya variabel proporsional

Biaya variabel degresif

Volume kegiatan

Unit 0

Page 6: Analisis Break Even Point

Gambar 4. Grafik total biaya variabel

2. Biaya variabel per satuan (unit cost) tidak dipengaruhi oleh perubahan volume

kegiatan. Seperti terlihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik biaya variabel per unit

3. Dapat dengan mudah dialokasikan pada bagian-bagian operasional.

4. Pemakaian dan pengawasannya dapat dilimpahkan pada bagian yang bersangkutan.

Hartono (1988) menyatakan bahwa penetapan suatu biaya menjadi variabel harus

didasarkan pada suatu kegiatan yaitu ”Activity Base”. Pengertian dari activity base ini adalah

suatu bentuk ukuran (measure) dari kegiatan usaha yang merupakan faktor penyebab

timbulnya biaya variabel. Activity base yang umum dapakai oleh perusahaan adalah unit

yang diproduksi dan jumlah unit yang terjual. Activity base yang lain yang dapat digunakan

Biaya variabel

per unit

Unit

Rp

Volume kegiatan

Biaya

0

Unit

Rp

Volume kegiatan

Biaya

0

Biaya variabel

Page 7: Analisis Break Even Point

sebagai pedoman misalnya adalah jumlah tempat tidur yang terisi dalam rumah sakit, jumlah

jam kerja suatu mesin, serta banyak lagi.

3. Diagram Break Even

Diagram break even secara sederhana yang menunjukkan hubungan antara volume

produksi, biaya tetap, biaya variabel, pendapatan, laba dan rugi. Seperti yang terlihat pada

gambar 6.

Pada gambar 6, garis OS adalah garis penerimaan. Garis OV adalah garis biaya

variabel. Garis O1T adalah garis biaya tetap, dan garis OP adalah garis produksi. Garis vertikal

P4S4 menunjukkan :

a. P4S4 ialah hasil penerimaan total dalam rupiah untuk sebanyak kuantita OP4. Harga

jual tiap unit adalah sama. Tingginya P4S4 sama dengan OR (dalam rupiah).

b. Dari hasil penerimaan P4S4 itu biaya variabelnya ialah P4V4; kontribusi total

(pendapatan marjinal) ialah V4S4 terdiri atas biaya tetap V4T4 dan laba T4S4.

Gambar 6. Diagram break even

Rp

R S4

S

S1

S2

S3

0

01

T1 T2 T3

T4

P1 P2 P3 P4 P

V1

V2 V3

V4

T

V

Pendapatan

Marjinal

Biaya

Tetap

Biaya

Variabel

BE

Page 8: Analisis Break Even Point

Apabila kuantitas yang dijual turun dari P4 ke P3 maka biaya tetapnya adalah tetap,

biaya variabel turun proporsional, dan laba menjadi turun. Turunnya laba dapat dihitung,

akan tetapi maksud uraian ini ialah hanya untuk menunjukkan bahwa pendapatan marjinal

total atau kontribusi per unit itu semakin turun apabila kuantitas yang dijual juga semakin

turun. Apabila kuantitas yang dijual turun menjadi OP2, maka kontribusi total hanya dapat

digunakan untuk menutup biaya tetap, sedangkan labanya adalah nol. Disini disebut break

even (BE) dan titik S2 atau T2 adalah titik break even. Jika kuantita yang dijual diturunkan lagi

yaitu pada OP1, maka kontribusi total juga turun, bahkan tidak dapat digunakan untuk

menutup biaya tetap seluruhnya; melainkan hanya sebagian. Dalam kasus ini perusahaan

menderita kerugian. Jadi, penerimaan pada break even kontribusi totalnya sama dengan

biaya tetap, penerimaan dibawah break even kontribusi totalnya tidak dapat untuk

menutup biaya tetap, berarti diderita kerugian; sedangkan penerimaan diatas break even

kontribusi totalnya memuat unsur laba.

4. Menghitung Break Even Point

Data yang digunakan adalah data laporan keuangan. Data laporan keuangan

tersebut harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi biaya tetap dan biaya variabel agar

bisa dihitung nilai brak evennya.

Secara matematis tingkat break even dapat ditentukan dengan berbagai rumus,

yaitu dengan pendekatan matematis. Untuk mencapai kondisi break even, maka penerimaan

(revenues) harus sama dengan total biaya.

BEP Total Revenue (TR) = Total Cost (TC)

Revenue didapat berdasarkan harga jual per unitnya (P) dikalikan dengan jumlah unit yang

diproduksi dan terjual (Q). Sedangkan total cost terdiri dari biaya tetap/fixed cost (FC) dan

biaya variabel/variable cost (VC).

TR = P . Q dan TC = FC + VC

Jadi BEP P . Q = FC + VC

P . Q = FC + AVC . Q

Dimana AVC adalah biaya variabel per unitnya.

( P . Q ) – ( AVC . Q ) = FC

( P – AVC ) Q = FC

Page 9: Analisis Break Even Point

Q = FC / ( P – AVC )

Sehingga BEP (unit) dapat ditulis dengan rumus:

AVCP

tetapBiayaBEP

−= (1)

Untuk mendapatkan rumus BEP dalam rupiah maka BEP dalam unit dikalikan dengan harga

jual per unit.

Sehingga BEP (rupiah) dapat juga ditulis dengan rumus:

penerimaan

iabelBiayatetapBiaya

BEPvar

1−= (2)

Dimana : P = harga jual per unit.

AVC = biaya variabel per unit.