analisis break even point dan …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id wanita karmina di...

86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Agribisnis Oleh : Anggun Astrini H 0808170 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: vutu

Post on 30-Jul-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS

EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK

WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Anggun Astrini

H 0808170

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK WANITA KARMINA

DI KABUPATEN BOYOLALI

Oleh :

Anggun Astrini

H 0808170

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal 20 Juli 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Nuning Setyowati, SP., M.Sc

NIP. 19820325 200501 2 001

Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si

NIP. 19780715 200112 2 001

Dr. Ir. Kusnandar, M.Si

NIP. 19670703 199203 1 004

Surakarta, Juli 2012

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 001

Page 3: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Analisis Break Even Point dan Rentabilitas Ekonomi

Pada Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten

Boyolali” ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus

Dosen Pembimbing Utama skripsi yang selalu memberikan semangat,

bimbingan, arahan, dan masukan.

4. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan

semangat, saran, bimbingan dan arahan.

5. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan

memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.

6. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya

selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

7. Kelompok Wanita Karmina yang telah memberikan ijin penelitian kepada

penulis di lokasi usahanya.

Page 4: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

8. Bapak, Ibu, Mas Yan dan keluarga besarku tercinta yang senantiasa

mendukung. Terimakasih untuk doanya selama ini hingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Puri, Tisya, Resty, Reni, Ocha, Suryani, Maria,

Merlina, Dita dan Lita yang telah memberikan semangat, doa, dukungan dan

bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Sahabatku-sahabatku Amanda, Ulfha, Mira, Fani dan Dwi yang telah

mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

sehingga dapat kembali bersama.

11. Teman-teman Agribisnis 2008, untuk semua kebersamaan, pengalaman,

pertemanan dan dukungan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Keluarga besar KAMAGRISTA UNS.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan

membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri

khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 5: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

RINGKASAN ................................................................................................... x

SUMMARY ...................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10

B. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 12

1. Akuntansi Manajemen ..................................................................... 12

2. UMKM ............................................................................................ 21

3. Budidaya Lele ................................................................................. 23

4. Pengolahan Lele ............................................................................... 24

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah..................................................... 26

D. Asumsi ................................................................................................... 29

E. Pembatasan Masalah .............................................................................. 29

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................................... 29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 32

B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 32

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33

E. Metode Analisis Data ............................................................................. 34

Page 6: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

IV. KONDISI UMUM USAHA

A. Sejarah dan Perkembangan Usaha ..........................................................37

B. Struktur Organisasi .................................................................................41

C. Kegiatan Usaha .......................................................................................44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina ............48

B. Analisis Penggunaan Biaya Tetap ...........................................................50

C. Analisis Penggunaan Biaya Variabel ......................................................53

D. Analisis Break Even Point, Keuntungan dan Rentabilitas ......................58

E. Analisis Sensitivitas ................................................................................63

F. Pembahasan .............................................................................................66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................70

B. Saran ........................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................72

LAMPIRAN .......................................................................................................75

Page 7: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Kolam

di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ................................ 4

2. Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Boyolali

Tahun 2010 ............................................................................... 5

3. Produksi Perikanan Kolam Menurut Kabupaten / Kota di

Jawa Tengah Tahun 2010.......................................................... 37

4. Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina............. 48

5. Biaya Tetap pada Kelompok Wanita Karmina.......................... 50

6. Biaya Variabel Abon Lele 100 gr pada Kelompok Wanita

Karmina...................................................................................... 53

7. Biaya Variabel Abon Lele 160 gr pada Kelompok Wanita

Karmina...................................................................................... 54

8. Biaya Variabel Abon Lele 250 gr pada Kelompok Wanita

Karmina...................................................................................... 54

9. Biaya Variabel Keripik Lele pada Kelompok Wanita

Karmina...................................................................................... 55

10. Perkembangan Break Even Point Kelompok Wanita

Karmina...................................................................................... 59

11. Perkembangan Keuntungan dan Rentabilitas Ekonomi

Kelompok Wanita Karmina....................................................... 62

12. Analisis Sensitivitas terhadap Harga Produk, Biaya Produksi,

dan Jumlah Produksi pada Kelompok Wanita Karmina............ 64

Page 8: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Kurva Perilaku Biaya Variabel ............................................... 15

2. Kurva Perilaku Biaya Tetap .................................................... 15

3. Grafik Break Even Point ......................................................... 18

4. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian ................................... 28

5. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Karmina..................... 42

Page 9: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina .......... 75

2. Biaya Tetap dan Variabel Abon dan Keripik Lele .................. 76

3. Analisis Break Even Point Kelompok Wanita Karmina ......... 78

4. Analisis Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina .. 79

5. Analisis Sensitivitas Kelompok Wanita Karmina .................. 80

6. Dokumentasi Penelitian Kelompok Wanita Karmina ............. 81

7. Profil Kelompok Wanita Karmina .......................................... 82

Page 10: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

RINGKASAN

Anggun Astrini. NIM H 0808170. Analisis Break Even Point dan

Rentabilitas Ekonomi Pada Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di

Kabupaten Boyolali. Dibawah bimbingan Nuning Setyowati, SP., M.Sc dan Bekti

Wahyu Utami, SP., M.Si.

Kelompok Wanita Karmina yang terletak di Kecamatan Sawit Kabupaten

Boyolali Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu usaha kecil yang

mengelolah makanan dari bahan dasar ikan lele. Usaha ini merupakan usaha kecil

sedang berkembang yang anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga di sekitar

kawasan Kampung Lele. Kelompok Wanita Karmina ingin agar usaha

pengelolahan lele ini dapat tetap eksis dalam agribisnis dan dapat membuat

kebijakan mengenai produksi, harga, dan biaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya produksi dan

penerimaan Kelompok Wanita Karmina dalam keadaan mencapai Break Even

Point, menganalisis rentabilitas ekonomi dari Kelompok Wanita Karmina, serta

mengkaji sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina apabila terjadi

perubahan harga jual produk, biaya produksi, dan jumlah produksi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Lokasi penelitian adalah

Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali. Metode analisis data yang

digunakan adalah (1) produk yang dihasilkan, (2) penerimaan, (3) perhitungan

Break Even Point dalam unit dan Rupiah, (4) Rentabilitas Ekonomi (RE), dan (5)

analisis sensitivitas.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa : (1) Jumlah produksi dan penerimaan

Kelompok Wanita Karmina selama tahun 2009 hingga 2011 telah mencapai titik

break even point dan telah memperoleh keuntungan, (2) Rentabilitas Ekonomi

Kelompok Wanita Karmina pada tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sebesar

12,24%, 12,49%, dan 13,77% dan (3) Perubahan variabel kenaikan dan

penurunan harga, biaya produksi dan jumlah produksi abon lele belum dapat

memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina berbeda pada keripik

lele yang masih dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina

dengan perubahan-perubahan tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah: (1)

Break Even Point pada tahun selanjutnya harus semakin kecil sehingga Kelompok

Wanita Karmina lebih mudah dalam mencapai keuntungan yang lebih besar, (2)

Kelompok Wanita Karmina dapat meningkatkan penjualan pada kemasan abon

lele 250 gram, dengan menambah kemitraan dengan instansi/lembaga dan toko

oleh-oleh, (3) Perjalanan peneliti untuk menemukan lokasi dapat dikatakan kurang

mudah padahal Kelompok Wanita Karmina ini sudah cukup terkenal sehingga

Kelompok Wanita Karmina dapat menambah informasi seperti petunjuk jalan.

Page 11: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

SUMMARY

Anggun Astrini. NIM H 0808170. Break Even Point Analysis and Economic

Rentability at Processing of Catfish in Karmina Women’s Group in Boyolali

Regency. Under the guidance of Nuning Setyowati, SP., M.Sc and Bekti Wahyu

Utami, SP, M.Si.

Karmina women’s group which is located in Subdistrict of Sawit in Boyolali

Regency, Central Java Province is one of many small business which manage

food from basic ingredients of catfish. This business is growing a small business

whose members are mothers of households around “Kampung Lele”. Karmina

women’s group want to processing catfish can still exist in agribusiness and

establish policies regarding production, pricing, and cost.

This research aims are to count the level of production and revenue of

Karmina women’s group in a state of reaching Break Even Point (BEP) in set of

unit and set of Rupiah, to analyze economic rentability from Karmina women’s

group, and to study the sensitivities and profit of Karmina women’s group in the

event of change of price, production cost, and production quantities.

The basic method in this research used is descriptive method, with the

execution technique in the form of case study. Location of research is Karmina

women’s group in Boyolali Regency. Data analyze method used are (1) the

amount of production (2) income (3) calculation of break even point in unit and

Rupiah, (4) Economic Rentability (RE), and (5) sensitivities analysis.

This research result known that : (1) Production and revenue of Karmina

women’s group during 2009 to 2011 has reached its break even point and have

profit (2) Economic rentability of Karmina women’s group in the year 2009,

2010, and 2011 are 12,24%, 12,49%, and 13,77% and (3) The change of variables

increases and decrease prices, production costs and production quantities of the

shredded catfish have not been able to provide profit for Karmina women’s group

different with catfish chips that can still provide profit for Karmina women’s

group. Suggestion which can be given are: (1) Break even point in the next year

should be smaller so Karmina women’s group easier to achieve greater profits, (2)

Karmina women’s group can increase sales catfish shredded on 250 gram

package, by increasing partnerships with institutions/agencies and souvenir shops

and (3) Find to the location of Karmina women’s group is less easy, so Karmina

women’s group can add information such as directions.

Page 12: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS

EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK

WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Anggun Astrini

H 0808170

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 13: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan 1. Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0808170 2. Dosen Pembimbing Utama

3. Dosen Pembimbing Pendamping

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS

EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI

KELOMPOK WANITA KARMINA

DI KABUPATEN BOYOLALI

Anggun Astrini 1

Nuning Setyowati, SP., M.Sc 2

Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si 3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya produksi dan penerimaan

Kelompok Wanita Karmina dalam keadaan mencapai Break Even Point, menganalisis

rentabilitas ekonomi dari Kelompok Wanita Karmina, serta mengkaji sensitivitas dan

keuntungan Kelompok Wanita Karmina apabila terjadi perubahan harga jual produk,

biaya produksi, dan jumlah produksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Lokasi penelitian yaitu

Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali. Metode analisis data yang digunakan

adalah (1) produk yang dihasilkan, (2) penerimaan, (3) perhitungan Break Even Point

dalam unit dan Rupiah, (4) Rentabilitas Ekonomi (RE), dan (5) analisis sensitivitas. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa : (1) Jumlah produksi dan penerimaan Kelompok Wanita

Karmina selama tahun 2009 hingga 2011 telah mencapai titik break even point dan telah

memperoleh keuntungan, (2) Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina pada

tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sebesar 12,24%, 12,49%, dan 13,77% dan (3)

Perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga, biaya produksi dan jumlah produksi

abon lele belum dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina berbeda

pada keripik lele yang masih dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita

Karmina dengan perubahan-perubahan tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah: (1)

Break Even Point pada tahun selanjutnya harus semakin kecil sehingga Kelompok

Wanita Karmina lebih mudah dalam mencapai keuntungan yang lebih besar, (2)

Kelompok Wanita Karmina dapat meningkatkan penjualan pada kemasan abon lele 250

gram, dengan menambah kemitraan dengan instansi/lembaga dan toko oleh-oleh, (3)

Perjalanan peneliti untuk menemukan lokasi dapat dikatakan kurang mudah padahal

Kelompok Wanita Karmina ini sudah cukup terkenal sehingga Kelompok Wanita

Karmina dapat menambah informasi seperti petunjuk jalan.

Kata Kunci: Analisis break even point, rentabilitas ekonomi, sensitivitas, Kelompok

Wanita Karmina.

Page 14: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Explanation: 1

Student of Agribusiness Program Sebelas Maret University Surakarta with NIM. H 0808170 2 Main Guide Lecturer 3 Assistant Guide Lecturer

BREAK EVEN POINT ANALYSIS AND ECONOMIC

RENTABILITY AT PROCESSING OF CATFISH IN

KARMINA WOMEN’S GROUP

IN BOYOLALI REGENCY

Anggun Astrini 1

Nuning Setyowati, SP., M.Sc 2

Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si 3

ABSTRAK

This research aims are to count the level of production and revenue of Karmina

women’s group in a state of reaching Break Even Point (BEP) in set of unit and set of

Rupiah, to analyze economic rentability from Karmina women’s group, and to study the

sensitivities and profit of Karmina women’s group in the event of change of price,

production cost, and production quantities. The basic method in this research used is

descriptive method, with the execution technique in the form of case study. Location of

research is Karmina women’s group in Boyolali Regency. Data analyze method used are

(1) the amount of production (2) income (3) calculation of break even point in unit and

Rupiah, (4) Economic Rentability (RE), and (5) sensitivities analysis. This research result

known that : (1) Production and revenue of Karmina women’s group during 2009 to 2011

has reached its break even point and have profit (2) Economic rentability of Karmina

women’s group in the year 2009, 2010, and 2011 are 12,24%, 12,49%, and 13,77% and

(3) The change of variables increases and decrease prices, production costs and

production quantities of the shredded catfish have not been able to provide profit for

Karmina women’s group different with catfish chips that can still provide profit for

Karmina women’s group. Suggestion which can be given are: (1) Break even point in the

next year should be smaller so Karmina women’s group easier to achieve greater profits,

(2) Karmina women’s group can increase sales catfish shredded on 250 gram package, by

increasing partnerships with institutions/agencies and souvenir shops and (3) Find to the

location of Karmina women’s group is less easy, so Karmina women’s group can add

information such as directions.

Kata Kunci: Break even point analysis, economic rentability, sensitivities, Karmina

women’s group.

Page 15: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agribisnis merupakan suatu usaha dalam bidang pertanian baik di

subsistem hulu maupun di hilir. Hal ini mengacu pada pandangan pokok bahwa

agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain) yang

merupakan serangkaian hubungan mulai dari proses produksi hingga makanan

itu siap untuk dikonsumsi. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh

keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku,

pascapanen, proses pengolahan hingga tahap pemasaran. Sehingga subsistem

tersebut merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan dan saling terkait

satu sama lainnya, keberhasilan agribisnis sangat tergantung pada perusahaan

di setiap subsistem tersebut. Usaha agribisnis ini perlu dikembangkan agar

perekonomian di Indonesia khususnya dari sektor pertanian juga dapat

berkembang (Darius, 2009).

Sektor pertanian sendiri masih terbagi menjadi beberapa subsektor.

Diantaranya subsektor tersebut adalah tanaman bahan pangan, peternakan,

perikanan, perkebunan dan kehutanan. Masing-masing subsektor

membutuhkan suatu strategi untuk meningkatkan hasil produknya. Strategi

peningkatan nilai tambah produk pertanian sangat berhubungan dengan

manajemen kebijakan subsistem hulu pertanian seperti memproduksi alat-alat

dan mesin pertanian sebagai sarana produksi yang digunakan dalam proses

budidaya pertanian serta manajemen kebijakan subsistem hilir itu sendiri

misalnya mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap

dikonsumsi atau merupakan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian.

Sementara kebijakan subsistem hilir juga berhubungan dengan investasi,

pemberdayaan usaha, termasuk dukungan pendanaan modal oleh karena itu

butuh penanganan yang serius agar subsistem hilir dapat terus mengembang

(Arifin, 2009). Untuk mempercepat hal tersebut maka strategi pengembangan

komoditi pertanian harus difokuskan kepada produk hilir agroindustri.

Mengingat besarnya investasi untuk mengembangkan produk hilir, maka

Page 16: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

komoditi yang akan dikembangkan produk hilirnya harus dipilih yang

mempunyai nilai tambah besar, investasinya tidak terlalu besar, pasar

produknya cukup luas, penguasaan sumberdaya manusia mencukupi dan

tersedianya berbagai prasyarat normatif lain yang mampu dipenuhi.

Salah satu subsistem hilir yang saat ini sedang berkembang ialah usaha

kecil mikro atau yang sering disebut dengan UMKM. UMKM merupakan

singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini dikarenakan

Kementerian Koperasi dan UMKM sedang meningkatkan pengembangan

UMKM khususnya di daerah pedesaan. UMKM yang tersebar di seluruh

Indonesia salah satunya adalah UMKM dari sektor pertanian. Sektor pertanian

umumnya bersifat padat karya dengan penerapan teknologi yang relatif

sederhana dan tepat guna, sehingga peran usaha kecil dan menengah pada

sektor ini cukup besar. Produk sektor ini merupakan kebutuhan pokok

masyarakat terutama sebagai produk yang dikonsumsi langsung dalam

bentuk pangan oleh rumah tangga maupun sebagai bahan baku dalam proses

produksi sektor lainnya. Disamping itu produk pertanian ini juga menjadi

komoditas ekspor, khususnya dari subsektor perkebunan dan perikanan

(Lestari, 2008).

Peran subsektor perikanan sangat strategis dalam mendukung

perkembangan sektor riil di Indonesia, baik untuk digunakan langsung maupun

sebagai penyedia bahan baku industri dalam negeri dalam kegiatan produktif.

Industri yang memanfaatkan bahan baku dari subsektor perikanan diantaranya

adalah industri kerupuk dan industri makanan kaleng. Subsektor perikanan

dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia terutama dalam penyediaan

lapangan pekerjaan, sumber pendapatan petani dan nelayan pada umumnya,

sebagai potensi sumber protein hewani dan sumber devisa negara. Penanganan

ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting untuk

memperolah nilai jual ikan yang maksimal.

Usaha pengolahan perikanan adalah sebuah kegiatan usaha yang

bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah produk

perikanan, baik yang berasal dari bidang usaha perikanan tangkap maupun

Page 17: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

usaha perikanan budidaya. Selain itu, kegiatan usaha ini juga bertujuan untuk

mendekatkan produk perikanan ke pasar dengan harapan dapat diterima oleh

konsumen yang lebih luas karena ikan merupakan bahan pangan yang

mengandung protein tinggi dan mudah dicerna. Pola kandungan asam-asam

aminonya hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh

manusia. Komoditas perikanan ini dapat diolah menjadi produk lain atau dibuat

masakan yang memiliki cita rasa lebih baik.

Salah satu jenis ikan tawar yang dapat diolah menjadi beragam bentuk

makanan adalah ikan lele. Ikan lele memang menjadi primadona dalam dunia

budidaya ikan, permintaan pasar ikan lele selalu tidak pernah sepi karena ikan

lele mempunyai nilai gizi yang tinggi dan mempunyai harga jual yang

terjangkau, sehingga bagi konsumen dari golongan ekonomi baik menengah ke

bawah maupun menengah ke atas yang ingin memperoleh gizi yang baik dapat

dengan memngkonsumsi ikan lele. Seiring dengan itu inovasi olahan ikan

lele semakin bervariasi. Beragamnya inovasi olahan makanan dari ikan lele

semakin menambah jumlah permintaan pasar ikan lele. Akhirnya berbisnis di

olahan ikan lele menjadi daya tarik tersendiri. Olahan ikan lele inilah yang

menjadi andalan kawasan minapolitan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Kawasan minapolitan itu sendiri merupakan kawasan ekonomi yang terdiri dari

sentra-sentra produksi dan perdagangan dari komoditas kelautan dan

perikanan. Kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali ini sering dikenal

dengan sebutan “Kampung Lele“. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar desa

ini didominasi para petani budidaya ikan lele. Oleh karena itu, Boyolali

memang telah dikenal sebagai kawasan penghasil ikan lele yang besar di Jawa

Tengah. Kota-kota di sekitarnya seperti Semarang, Solo, Salatiga dan

Yogyakarta mendapatkan pasokan ikan lele dari Boyolali.

Page 18: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Kolam di

Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah

No. Kabupaten / kota Kolam (Ton)

District 2006 2007 2008 2009

1 Kabupaten Brebes 151,00 239,68 723,66 710,25

2 Kabupaten Tegal 92,36 107,85 444,11 172,30 3 Kota Tegal 4,12 18,21 29,80 27,05

4 Kabupaten Pemalang 42,70 87,60 92,81 96,08

5 Kabupaten Pekalongan 46,95 62,35 102,69 133,74 6 Kota Pekalongan 8,70 27,80 33,70 73,40

7 Kabupaten Batang 157,80 250,00 278,20 280,90

8 Kabupaten Kendal 237,80 424,50 519,09 605,90

9 Kota Semarang 10,50 58,30 26,40 27,30

10 Kabupaten Demak 1705,70 2536,10 7292,10 12332,60

11 Kabupaten Jepara 61,53 57,37 68,66 79,65 12 Kabupaten Pati 502,60 610,50 638,20 2237,00

13 Kabupaten Rembang 9,88 22,85 34,99 138,23

14 Kabupaten Wonogiri 137,23 137,97 147,56 163,07 15 Kabupaten Purworejo 337,01 508,24 516,87 535,40

16 Kabupaten Kebumen 197,07 193,02 210,58 197,50

17 Kabupaten Cilacap 837,96 2462,37 2158,30 2249,27 18 Kabupaten Banyumas 3197,50 3776,88 4440,45 4189,80

19 Kabupaten Purbalingga 1041,28 6335,72 7900,00 8096,96

20 Kabupaten Banjarnegara 1565,80 3068,70 3254,00 3293,50 21 Kabupaten Wonosobo 904,90 902,90 923,30 1059,60

22 Kabupaten Temanggung 486,23 754,46 907,31 997,37

23 Kabupaten Magelang 2336,20 2761,00 3047,20 3365,00 24 Kota Magelang 65,25 70,00 98,00 47,87

25 Kabupaten Boyolali 2048,00 4178,00 6480,00 4690,00

26 Kota Salatiga 55,79 115,19 141,26 215,72

27 Kabupaten Semarang 352,50 500,80 511,55 682,83

28 Kabupaten Klaten 1244,30 1647,50 2368,30 3228,80

29 Kota Surakarta 18,07 5,13 9,28 9,08 30 Kabupaten Sukoharjo 932,70 1093,30 918,14 2723,20

31 Kabupaten Karanganyar 1082,00 772,00 99,00 987,10

32 Kabupaten Kudus 147,30 194,90 237,50 279,80 33 Kabupaten Sragen 364,30 374,90 386,28 853,10

34 Kabupaten Grobogan 400,86 232,73 228,87 244,53

35 Kabupaten Blora 21,80 31,00 33,15 36,30

Jumlah 20805,68 34619,81 45301,31 55060,19

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2009

Berdasarkan data produksi perikanan budidaya menurut jenis budidaya

kolam di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah pada Tabel 1 dapat diketahui

bahwa Kabupaten Boyolali selama empat tahun berturut-turut merupakan

produksi ikan budidaya kolam tertinggi dibandingkan dengan kabupaten yang

berada di daerah sekitarnya. Pasokan ikan yang melimpah menjadikan

kebutuhan ikan di Kabupaten Boyolali tercukupi. Oleh karena itu, Kabupaten

Boyolali masih dapat mengirimkan hasil budidaya ikannya ke daerah-daerah

yang berada di sekitarnya seperti Salatiga, Semarang, Klaten, Surakarta,

Sukoharjo, Karangayar dan Sragen.

Jenis ikan yang menggunakan budidaya kolam salah satunya adalah

ikan lele. Budidaya lele saat ini dapat diusahakan selain dalam wadah kolam,

Page 19: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

baik kolam terpal, kolam tanah maupun kolam semen, juga sudah berkembang

pembudidayaannya di karamba, jaring apung dan budidaya sawah.

Tabel 2. Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2010

No. Jenis Ikan Produksi (Kg)

1. Udang 1.932

2. Tawes 88.144

3. Mujair 75.666

4. Nila 376.440

5. Lele 4.762.800

6. Gabus 25.250

7 Karper 753.801

8. Rucah 652.091

9. Betutu 29.778

10. Red Devil 306.734

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2010

Berdasarkan data produksi ikan menurut jenis ikan di Kabupaten

Boyolali tahun 2010 pada Tabel 2 maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh

jenis ikan yang di budidayakan di Kabupaten Boyolali, ikan lele merupakan

jenis ikan yang mempunyai jumlah produksi tertinggi dibandingkan jenis ikan

lainnya. Produksi ikan lele yang besar ini mendorong munculnya inovasi

pengolahan lele yang dilakukan oleh beberapa Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM). Kategori usaha mikro apabila jumlah tenaga kerja kurang

dari 5 orang, kategori usaha kecil apabila jumlah tenaga kerja antara 5-20

orang, kategori usaha menengah apabila jumlah tenaga kerja lebih dari 20

orang (Badan Pusat Statistik, 1994). Ikan Lele di Boyolali diolah

menjadi abon, keripik, kerupuk, bakso dan nugget dari ikan lele yang dikemas

dengan berbagai kemasan untuk mempermudah konsumen dalam pembelian.

Membuat inovasi olahan makanan dari ikan lele ini akan memberikan nilai

tambah bagi produk ikan lele. Lele yang hanya digoreng nilai tambahnya

rendah dan segmen pasarnya terbatas. Sedangkan jika diolah menjadi bentuk

lain akan memberikan nilai tambah dan jangkauan pasar menjadi lebih luas.

UMKM di Boyolali yang bergerak dalam pengelolaan ikan lele ini

adalah Kelompok Wanita Karmina. Kelompok wanita ini masuk dalam kelas

UMKM dengan kategori usaha kecil. Hal ini dikarenakan memliki jumlah

Page 20: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tenaga kerja sebanyak 20 orang. Karmina sendiri merupakan singkatan dari

Karya Mina Utama, pada awalnya berdiri sebagai kelompok tani untuk

budidaya lele namun seiring perkembangan budidaya lele yang telah sukses,

maka kelompok tani ini berkembang tidak hanya di budidaya lele namun juga

di pengolahan lele. Perbedaannya kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang berada

di sekitar budidaya lele yang ingin memajukan desanya sehingga terbentuklah

Kelompok Wanita Karmina yang memproduksi segala pengolahan lele dengan

merk yang sama seperti nama kelompok wanitanya yaitu Karmina. Proses

produksi dilakukan setiap minggu sebanyak empat kali namun apabila terjadi

kekurangan persediaan produk maka dilakukan produksi kembali, sehingga

produksi berjalan juga tergantung pada persediaan produk.

Suatu usaha tentunya memiliki tujuan untuk mencapai kelayakan.

Layak tidaknya suatu usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam

mengelola perusahaannya. Dalam hal ini suatu usaha membutuhkan analisis

untuk mencapai keberhasilan terutama dalam mengetahui skala kelayakan

usaha tersebut, salah satu analisisnya adalah analisis break even point atau

sering disebut juga analisis titik impas. Analisa break even point ini merupakan

alat bantu bagi manajemen dalam planning dan budgeting, yakni dapat

merencanakan penjualan atau produksi, biaya-biaya, laba atau rugi sehingga

dapat meningkatkan reliabilitas dan validitas laporan keuangan yang

bersangkutan, sehingga manajemen khususnya pada manajemen keuangan

mempunyai pembukuan yang rapi dan terperinci dan memudahkan bagi

manajemen untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini

dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi Kelompok Wanita Karmina dalam

membuat keputusan terkait dengan kegiatan penjualan atau produksi dan

mengefisiensikan modal yang ada serta bagaimana sensitivitasnya terhadap

adanya perubahan-perubahan dalam harga, produksi, dan biaya.

Page 21: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

B. Perumusan Masalah

Manajemen di perusahaan yang berorientasi pada laba diarahkan untuk

mempelajari hubungan antara biaya, volume dan laba. Studi ini biasanya

disebut analisis biaya volume laba. Analisis ini dapat menggunakan Break

Even Point (BEP), karena analisis BEP menyajikan informasi harga, biaya,

volume, laba kepada manajemen, sehingga memudahkan manajemen dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan di

masa depan.

Selain laba usaha, adapula efisiensi usaha yang ingin dicapai oleh suatu

perusahaan. Untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dapat dipergunakan

analisis rentabilitas. Analisis rentabilitas merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas

ekonomi yang tinggi yang mampu dicapai oleh perusahaan akan

menggambarkan kinerja perusahaan apakah sudah efisien atau belum.

Suatu perusahaan melakukan usahanya terkadang tidak sesuai dengan

perencanaan. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan jumlah produksi,

harga dan biaya produksi. Dalam rangka mengkaji kelayakan aspek finansial

atas suatu investasi, dapat dilakukan dengan analisis sensitivitas selama periode

tertentu akibat kemungkinan perubahan berbagai unsur atau kondisi.

Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali

adalah salah satu usaha kecil yang melakukan berbagai upaya ke arah

peningkatan volume penjualan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan,

memperbaiki efisiensi kinerja dan memenuhi kelayakan finansial. Dalam

rangka untuk mencapai upaya tersebut, maka Kelompok Wanita Karmina perlu

menyusun suatu perencanaan, baik untuk perencanaan penjualan maupun

perencanaan mengenai biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi,

karena dengan perencanaan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan usaha untuk memperoleh laba dan efisien kinerja yang diinginkan.

Produk olahan lele di Kelompok Wanita Karmina diantaranyanya adalah abon,

keripik, kerupuk, nugget dan bakso. Diantara produk-produk tersebut olahan

abon dan keripik lele merupakan produk yang jumlah permintaannya tertinggi.

Page 22: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Serta proses produksi olahan tersebut lebih sering dilakukan dibandingkan

dengan produk olahan yang lain. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan fokus

oleh kedua produk tersebut yaitu abon dan keripik lele. Untuk menganalisis hal

ini maka dipergunakan tiga analisis yaitu analisis break even point atau analisis

titik impas, analisis rentabilitas ekonomi dan analisis sensitivitas. Dalam

analisis ini dapat diketahui pada tingkat penjualan berapa usaha abon lele dan

keripik lele ini telah mencapai titik break even point dan tidak rugi dalam

penjualannya, bagaimana efisien kinerja pada pengolahan abon dan keripik lele

serta apakah usaha abon dan keripik lele ini sudah memenuhi kelayakan dalam

menjalani usahanya dan memperoleh keuntungan.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Berapa besarnya produk yang dihasilkan setiap tahunnya pada pengolahan

abon dan keripik lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali?

2. Berapa besarnya penerimaan setiap tahunnya pada pengolahan abon dan

keripik lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali?

3. Berapa besarnya produksi dan penerimaan dalam keadaan mencapai break

even point pada pengolahan abon dan keripik lele di Kelompok Wanita

Karmina di Kabupaten Boyolali?

4. Berapa kemampuan Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali

untuk menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang dimiliki (rentabilitas

ekonomi)?

5. Bagaimana sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina di

Kabupaten Boyolali apabila terjadi perubahan harga jual produk, biaya

produksi, dan jumlah produksi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya produk yang dihasilkan setiap tahunnya pada

pengolahan abon dan keripik lele Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten

Boyolali.

Page 23: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Mengetahui besarnya penerimaan setiap tahunnya pada pengolahan abon

dan keripik lele Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali.

3. Mengetahui besarnya produksi dan penerimaan dalam keadaan mencapai

break even point pada pengolahan abon dan keripik lele Kelompok Wanita

Karmina di Kabupaten Boyolali.

4. Mengetahui rentabilitas ekonomi dari Kelompok Wanita Karmina di

Kabupaten Boyolali.

5. Mengetahui sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina di

Kabupaten Boyolali apabila terjadi perubahan harga jual produk, biaya

produksi, dan jumlah produksi.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengalaman dan pengetahuan, di samping itu untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih

baik di masa yang akan datang, terutama dalam usaha kecil menengah,

khususnya dalam pengolahan lele di Kabupaten Boyolali.

3. Bagi pengurus Kelompok Wanita Karmina, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai

kelayakan produksi dan efisiensi usaha pengolahan abon dan keripik lele.

4. Bagi pembaca, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber

informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk

penelitian yang sejenis.

Page 24: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian dari Rakhmawati (2008) dengan judul Analisis Break

Even Point pada Usaha Pengolahan Pucuk Daun Teh (Kasus di Pabrik Teh

Sumber Daun Kabupaten Cianjur) menggunakan metode dasar penelitian

berupa metode deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik

studi kasus. Data yang digunakan adalah data tahun 2005-2007 yang kemudian

dianalisis untuk mengetahui titik impas dan mengetahui sensitivitas

perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya penerimaan dari

hasil penjualan pucuk teh serta tingkat keuntungan setiap tahunnya mengalami

peningkatan, sedangkan BEP dalam unit dan dalam rupiah cenderung menurun.

Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh besarnya biaya tetap, biaya variabel dan

harga jual per unit yang tiap tahunnya mengalami perubahan. Perubahan

tersebut menjadi dasar adanya analisis sensitivitas dalam penelitiannya.

Dimana diuji perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga sebesar 3%,

kenaikan dan penurunan produksi sebesar 3%, serta kenaikan dan penurunan

biaya produksi sebesar 5% masih dapat memberikan keuntungan bagi Pabrik

Teh Sumber Daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perubahan

sebesar tersebut perusahaan masih mampu dalam mencapai titik impas. Dalam

penelitiannya disarankan supaya pabrik melakukan usaha untuk meningkatkan

rentabilitas ekonominya atau kemampuan untuk menghasilkan laba caranya

dengan memangkas biaya variabel berupa biaya gudang, biaya administrasi dan

biaya lain-lain serta perlu adanya penambahan tenaga kerja yang khusus untuk

menangani masalah administrasi dan keuangan.

Hasil penelitian dari Verryca (2011) dengan judul Analisis Break Even

Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global

Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar menggunakan metode dasar

penelitian berupa metode deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan

teknik studi kasus. Data yang digunakan adalah data tahun 2006-2009 yang

kemudian dianalisis untuk mengetahui titik impas dan tingkat keuntungan yang

Page 25: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dicapai perusahaan tiap tahunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

besarnya penerimaan dari hasil penjualan benih melon tingkat keuntungan serta

BEP dalam unit dan dalam rupiah setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Dalam penelitiannya disarankan supaya penetapan harga konstan tetap

dipertahankan oleh CV. MGA namun perusahaan harus lebih mengontrol

distribusi ke agen-agen dan sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk.

Hasil penelitian dari Sancoyo (2008) dengan judul Strategi

Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali menggunakan

metode dasar penelitian berupa metode deskriptif. Data yang digunakan adalah

data tahun Desember 2007-Maret 2008 yang kemudian dianalisis untuk

mengetahui analisis usahataninya sehingga bisa menganalisis faktor eksternal

dan internal yang mempengaruhi usahataninya serta membuat strategi

pengembangan menggunaka analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kekuatan utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo yaitu

kualitas lele dumbo yang bagus dan sudah diakui masyarakat. Sedangkan

kelemahan yang paling mendasar yaitu ketrampilan petani rendah. Peluang

utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo adalah lingkungan yang

aman dan terkendali. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu harga ikan

lele dumbo dari daerah lain yang lebih murah. Sehingga prioritas strategi yang

dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten

Boyolali adalah meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis, moral

dan spiritual melaui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan

daya saing ikan lele dumbo.

Hasil penelitian dari Wibowo (2011) dengan judul Analisis Usaha dan

Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Pembenihan Ikan Lele Dumbo di

Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten menggunakan metode dasar penelitian

berupa metode deskriptif analisis. Data yang digunakan adalah data tahun Juli

2010-Agustus 2010 yang kemudian dianalisis untuk mengetahui analisis

usahataninya sehingga bisa menganalisis faktor eksternal dan internal yang

mempengaruhi usahataninya serta membuat strategi pengembangan

Page 26: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menggunaka analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan

utama kontinuitas produksi benih, kualitas benih, usaha pembenihan yang

mudah dan resiko kecil, organisme pengganggu relatif aman, saprodi mudah di

dapat dan potensi SDA yang mendukung. Sedangkan kelemahan yang paling

mendasar yaitu kemampuan memperoleh teknologi baru masih terbatas, posisi

petani pembenih cenderung sebagai penerima harga, pelaksanaan usaha

pembenihan kurang optimal, keterbatasan modal dan pengelolaan keuangan

petani pembenih kurang baik. Peluang utama meningkatnya permintaan lele

dumbo di masyarakat, memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder,

kondisi lingkungan yang aman, bantuan dari pemerintah, penyuluhan dan

pengawasan yang rutin dari PPL. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu

kenaikan harga pakan, tuntutan terhadap penanganan limbah, berkembangnya

teknologi pembenihan di daerah lain, harga benih di daerah lain yang lebih

murah dan peningkatan pemasaran benih jenis ikan lain. Sehingga prioritas

strategi yang dapat diterapkan Mempertahankan kualitas produk benih dan

meningkatkan kerja sama dengan stakeholder serta mempererat kemitraan

untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan dapat bertahan di pasaran.

Berdasarkan penelitian dari Rakhmawati (2008) dan Verryca (2011)

mempunyai kesamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan

analisis break even point. Sedangkan penelitian lain dari Sancoyo (2008) dan

Wibowo (2011) juga mempunyai kesamaan yaitu dalam penelitian ini meneliti

tentang komoditas ikan lele. Penelitian ini akan menggunakan analisis break

even point dengan komoditas ikan lele yang diolah menjadi abon lele dan

keripik lele.

B. Tinjauan Pustaka

1. Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen (management accounting) memfokuskan baik

data keuangan maupun non keuangan, historis maupun estimasi yang

dibutuhkan manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan dan

melakukan perencanaan jangka panjang (Hanggana, 2009). Akuntansi biaya

(cost accounting) yang diungkapkan oleh Suwardjono (2003) diterjemahkan

Page 27: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

akuntasi biaya, merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi

manajemen. Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya secara detail

suatu barang atau jasa yang dihasilkan, yang berguna bagi manajemen untuk

mengendalikan operasional perusahaan dan untuk perencanaan perusahaan

di masa datang (Vanderbeck, 2005).

Menurut Erlina (2002) mengenai tujuan atau manfaat akuntansi biaya

adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen

dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk :

a. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan

informasi atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun

perencanaan, dan selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya

dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai

umpan balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

b. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan

dapat membantu dalam : (a) penilaian persediaan baik persediaan barang

jadi maupun barang dalam proses, (b) penetapan harga jual terutama

harga jual yang didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan

harga jual berdasarkan harga pokok, (c) penetapan laba.

c. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam akuntansi manajemen

ialah diantaranya:

a. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Sebagian besar keputusan yang diambil oleh manajemen

memerlukan informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Perilaku

biaya adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan

volume kegiatan atau aktivitas perusahaan (misalnya volume produksi

atau volume penjualan). Besar-kecilnya biaya dipengaruhi oleh besar-

kecilnya volume produksi atau volume penjualan (Sutanto, 2009).

Biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang

dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan (Jusup, 2001). Biaya sendiri

terbagi menjadi dua, yaitu:

Page 28: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1) Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif konstan. Tidak

terpengaruh oleh naik turunnya kegiatan/aktivitas perusahaan. Suatu

jenis biaya tertentu diklasifikasikan sebagai biaya tetap hanya dalam

rentang aktivitas yang terbatas yang disebut rentang relevan (relevant

range) (Sudarto, 1996).

2) Biaya Variabel adalah biaya yang totalnya berubah-ubah secara

proporsional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya

tetap. Semakin besar volume kegiatan, semakin besar pula biaya

totalnya. Sebaliknya, semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil

pula biaya totalnya. Biaya variabel diantaranya adalah biaya bahan

baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan,

beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan kecil,

pengerjaan ulang dan unit-unit rusak (Mulyadi, 2001).

Konsep biaya merupakan salah satu hal yang terpenting dalam

akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh

informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan

pembuatan keputusan. Biaya yang akan memberikan manfaat (benefit)

hanya pada periode berjalan (current periode) biasanya dicatat sebagai

beban (Hanggana, 2009).

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

dimana :

TC = biaya total (Rupiah)

TFC = total biaya tetap (Rupiah)

TVC = total biaya variabel (Rupiah)

Page 29: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gambar 1. Kurva Perilaku Biaya Variabel

Gambar 2. Kurva Perilaku Biaya Tetap

Menurut Dixit dan Stiglitz (1977) suatu yang mendasari biaya

adalah sebagai berikut :

“The basic principle is easily stated. A commodity

should be produced if the costs can be covered by the sum of

revenues and a properly defined measure of consumer's

surplus. The optimum amount is then found by equating the

demand price and the marginal cost.”

Pendapat di atas menyatakan bahwa jika biaya tersebut dapat

ditanggung oleh semua penerimaan dari produk yang di tawarkan maka

perusahaan tersebut bisa dikatakan dalam tahapan yang efisien.

Besarnyanya biaya yang dikeluarkan dapat menentukan berapa harga jual

produk di pasaran.

Page 30: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Penerimaan

Menurut Harahap (1998) penerimaan adalah hasil dari penjualan

barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada pelanggan atau

mereka yang menerima jasa.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

dimana :

TR = penerimaan total (Rupiah)

Q = jumlah produksi yang dihasilkan (kemasan)

P = harga produksi per kemasan (Rupiah)

c. Keuntungan

Laba atau keuntungan adalah peningkatan aset bersih yang berasal

dari transaksi sampingan atau insidental (Subramanyam dan Wild, 2010).

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

dimana :

π = keuntungan produksi (Rupiah)

TR = penerimaan total (Rupiah)

TC = biaya total (Rupiah)

Dalam analisa keuntungan diperlukan data mengenai penghasilan

dari penjualan (jumlah produk dikalikan dengan harga produk), biaya

produksi keseluruhan dan besarnya laba yang diperoleh. Secara

matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = Q x P – (TFC + TVC)

dimana :

π = keuntungan produksi (Rupiah)

Q = jumlah produksi yang dihasilkan (kemasan)

P = harga produksi per kemasan (Rupiah)

TFC = total biaya tetap (Rupiah)

TVC = total biaya variabel (Rupiah)

Page 31: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d. Analisis BEP

Analisis Break Even Point (titik impas) sering disebut juga dengan

cost volume profit analysis. Karena analisa ini diperlukan untuk

mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga

jual, biaya produksi, biaya lainnya dan juga laba atau rugi. Suatu usaha

dikatakan dalam keadaan impas (break even), apabila setelah disusun

laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu tersebut tidak

mendapatkan keuntungan atau sebaliknya juga tidak menderita kerugian.

Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya

dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan sehingga usaha tidak

memperoleh keuntungan atau menderita kerugian (Mulyadi, 2001).

Apabila titik impas tercapai pada volume penjualan yang relatif

rendah (dari kapasitas optimal produksi) merupakan harapan dari setiap

usaha karena memberikan kesempatan kepada usaha untuk segera

memeperoleh keuntungan. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan

suatu usaha dalam merealisasikan keuntungan, usaha itu perlu membuat

perencanaan penjualan, produksi dan biaya produksi. Dengan demikian,

analisis titik impas ini sangat erat hubungannya dengan program

budgeting atau perencanaan keuangan. Meskipun analisis titik impas ini

dapat diterapkan untuk data historis, tetapi sebenarnya penggunaannya

yang penting adalah untuk membuat perencanaan laba dalam periode

yang akan datang (Nugraheni dan Purwanti, 2001).

Menurut Riyanto (1997) mengenai pendekatan even point terdapat

tiga pendekatan yang dapat perusahaan gunakan untuk satu periode.

Pendekatan-pendekatan tersebut adalah:

1) Pendekatan Grafik

Salah satu cara untuk menentukan break even point adalah

dengan membuat gambar break even. Dalam gambar tersebut akan

tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan

jumlah biaya tetap dan biaya variabel dan garis hasil penjualan.

Page 32: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 3. Grafik Break Even Point

Besarnya volume produksi dalam unit nampak pada sumbu

horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan dari

penjualan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y). Dalam gambar

grafik break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu

pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan

penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik

garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya

break even dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus

horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break

even dalam rupiah.

2) Pendekatan Trial and Error

Perhitungan break even point dengan cara trial and error

dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung

keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu.

Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil

volume produksi/penjualan yang lebih rendah. Apabila dengan

mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita

kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih

besar. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume

Page 33: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan

besarnya biaya total.

3) Pendekatan Matematik

Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus

aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Atas Dasar Unit

b) Atas Dasar Rupiah

Keterangan:

FC = Biaya tetap

VC = Biaya variabel per unit

P = Harga jual per unit

BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam

rupiah

BEP (Q) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam

unit

Reinhardt (1973) mendefinisikan break even point pada suatu kasus

di perusahaan Lockheed’s tri star, sebagai berikut :

“The break even point as that level of sales at which

comulative revenues just cover the algebraic sum of all

development and costs associated with production”

Artinya bahwa titik impas sebagai tingkat penjualan di mana

pendapatan dari penjualan hanya menutupi jumlah dari semua

pembangunan dan biaya yang terkait dengan produksi.

e. Analisis Rentabilitas

Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha

dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk

menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase. Oleh

Page 34: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi

suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai

kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk

menghasilkan laba (Nikmat, 2004).

Menurut Permatasari (2010) mengenai rentabilitas ekonomi

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini adalah faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi :

1) Operating profit margin, yaitu perbandingan antara laba operasi

dengan penjualan bersih yang dinyatakan dalam persentase. Dimana

semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi rentabilitas

ekonomi

2) Total assets turn over (perputaran total aktiva), yaitu kecepatan

berputarnya aktiva usaha dalam suatu periode tertentu yang diperoleh

dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva. Dimana

semakin tinggi perputaran aktiva maka semakin tinggi rentabilitas

ekonomi perusahaan.

“The assessment of complete activities using

accounting profitability data. Reviews the value-to-the-

owner rules for capital valuation and the assessment of

activities over limited segments using accounting

profitability data. Examines inflation accounting, focusing

on the case for real terms accounts and alternative

profitability measures (Edwards et al, 1987).”

Menurut Edwards et al (1987) sebuah keberhasilan kegiatan dapat

dinilai dari seberapa profitnya suatu perusahaan. Hal tersebut dapat

dilihat dari pembukuan akuntansi yang jelas dan lengkap. Mulai dari

modal yang menggerakkan usahanya dan dapat mengembalikan modal

tersebut hingga sampai meraih keuntungan dari kegiatannya.

f. Analisis Sensitivitas

Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai suatu

parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana

pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternative investasi.

Page 35: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Parameter-parameter yang biasanya berubah dan perubahannya dapat

mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa,

tingkat bunga, tingkat pajak, dan sebagainya (Sufa, 2001).

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu

keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis

ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi

atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi

kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau

manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan

investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung

ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang

(Gittinger, 1986).

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi suatu ketidakpastian

karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau

pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan

proyek. Dalam analisis switching value setiap kemungkinan harus

dicoba, yang berarti setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini

perlu karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi yang

mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di

masa depan (Mustikasari, 2010).

2. UMKM

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai

berikut: (1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-

(Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

(2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-

(Satu Miliar Rupiah) (3) Milik Warga Negara Indonesia (4) Berdiri sendiri,

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak

dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar (5) Berbentuk usaha orang

perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha

yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di Indonesia, jumlah UMKM

Page 36: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah Indonesia, membina

UMKM melalui Dinas Koperasi dan UMKM, di masing-masing Provinsi

atau Kabupaten/Kota.

UMKM telah memberikan kontribusi yang penting dalam

menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat

Indonesia. Karena itu, pemberdayaan dan pengembangan yang

berkelanjutan perlu dilakukan terhadapnya agar UMKM tidak hanya

tumbuh dalam jumlah tetapi juga berkembang dalam kualitas dan daya saing

produkny (Lestari, 2008).

Ketimpangan pertumbuhan UMKM dibandingkan dengan pelaku

usaha lainnya seperti BUMN dan swasta besar telah diatasi dengan berbagai

kebijakan bersifat bimbingan dan pembinaan, serta penciptaan iklim yang

kondusif bagi tumbuh kembangnya UMKM. Termasuk diantaranya

menggugah kepedulian swasta besar untuk mengurangi jurang perbedaan

antara swasta besar dengan UMKM yang dapat berdampak negatif terhadap

situasi dan kondisi ekonomi nasional. Wujud kepedulian tersebut dalam

bentuk kerjasama usaha yang terintegrasi dan berinteraksi hingga tercipta

suatu kekuatan atau sinergi dalam meraih peluang bisnis yang ada. Adapun

bentuk-bentuk kerjasama yang sudah tidak asing lagi adalah: Pola Bapak

Angkat, Perkebunan Inti Rakyat, Sub Kontrak, Hubungan Dagang,

Pemasokan, Waralaba, Keagenan, dan bentuk-bentuk lainnya

(Idham dan Lestari, 2006).

Program pengembangan sentra UMKM telah dilaksanakan sejak tahun

2001. Pada saat ini dinyatakan telah difasilitasi sebanyak 1111 buah

sentra di seluruh Indonesia. Jika dihitung dari data yang ada, maka jumlah

sentra yang bergerak di sektor agribisnis (dilihat dari produk sentra yang

tergolong sebagai produk sektor pertanian, peternakan, perkebunan

kehutanan dan perikanan) berjumlah sekitar 396 buah sentra. Jumlah ini

sekitar 35% dari keseluruhan sentra yang difasilitasi dari tahun 2001 hingga

tahun 2005 (Lestari, 2008).

Page 37: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Dengan memperhatikan peran dan potensinya dalam perekonomian

nasional, keberadaan Koperasi dan UMKM terbukti merupakan pelaku

usaha yang mandiri, fleksibel, dalam kondisi normal maupun krisis

sekatipun. Bahkan tidak dapat disangkal oleh siapapun bahwa Koperasi dan

UMKM merupakan leader perekonomian Indonesia. Ia menjadi jantung

ekonomi rakyat, dan pelopor tumbuhnya ekonomi kerakyatan

(Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI, 2009).

3. Budidaya Lele

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh

memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa

nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh),

ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis),

ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan

nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura

(Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula

catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish (Arifin, 1991).

Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya

di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang

tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari

makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan

berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim

penghujan (Prihatman, 2000).

Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika et al (1986) adalah :

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Phyllum : Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata

Klas : Pisces

Sub-klas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Page 38: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Familia : Clariidae

Genus : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

a. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang

(Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet

(Kalimantan Selatan).

b. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang

putih (Padang).

c. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera

Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).

d. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat

(Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).

e. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat),

ikan penang (Kalimantan Timur).

f. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba),

King cat fish, berasal dari Afrika.

Menurut Djamiko dan Rusdi (1986) mengenai manfaat dari Ikan Lele

adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan makanan

b. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan

pajangan atau ikan hias.

c. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas

hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan

alami ikan lele.

d. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk

mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung

berdarah, kencing darah dan lain-lain.

4. Pengolahan Lele

Sub sektor perikanan dan peternakan merupakan andalan utama

sumber pangan dan gizi bagi masyarakat Indonesia. Ikan, selain merupakan

sumber protein, juga diakui sebagai “functional food” yang mempunyai arti

Page 39: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

penting bagi kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai

panjang, vitamin, serta makro dan mikro mineral (Sri, 2002).

Menurut Rahman (2010) mengenai dasar pengawetan/pengolahan ikan

sebagai beikut :

a. Mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin.

b. Hampir semua cara pengawetan/pengolahan ikan meninggalkan sifat-

sifat khusus pada setiap hasil awetan/olahannya. Hal ini disebabkan oleh

berubahnya sifat-sifat bau (odour), cita rasa (flavour), wujud atau rupa

(appearance), dan tekstur (texture) daging ikan.

Salah diantara produk olahan ikan adalah abon ikan. Abon merupakan

produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Badan

Standarisasi Nasional (1995) mendefinisikan abon sebagai suatu jenis

makanan kering berbentuk khas yang terbuat dari daging yang direbus,

disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres. Pembuatan abon menjadi

alternatif pengolahan ikan dalam rangka penganekaragaman produk

perikanan dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa panen.

Abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang diberi bumbu,

diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan

mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet

yang relatif lama. Sementara menurut Karyono dan Wachid (1982), abon

ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan,

melalui kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan

dengan cara menggoreng, serta penambahan bahan pembantu dan bahan

penyedap terhadap daging ikan. Seperti halnya produk abon yang terbuat

dari daging ternak, abon ikan cocok pula dikonsumsi sebagai pelengkap

makan roti ataupun sebagai lauk-pauk.

Menurut resep dari Kelompok Wanita Karmina (2006) mengenai

proses pengolahan abon lele adalah sebagai berikut:

a. Lele dibersihkan, dipisahkan kulit dan kepalanya

b. Kukus daging lele hingga matang kurang lebih selama 30 menit

c. Pisahkan daging lele dari durinya, suir-suir dengan menggunakan garpu

Page 40: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

d. Tumis bumbu yang telah dihaluskan hingga harum dan masukkan daun

salam, laos, batang sereh

e. Masukkan air, tambahkan gula merah dan aduk hingga kental

f. Masukkan abon lele, aduk hingga tercampur rata dan menjadi abon basah

(abon setengah kering)

g. Panaskan minyak goreng, masukkan abon basah, lalu goreng hingga

matang dan kuning kemerahan

h. Masukkan dalam alat pres, buang minyak hingga kering

i. Campur abon yang sudah kering dengan bawang merah goreng

j. Abon lele siap dipasarkan

Menurut resep dari Kelompok Wanita Karmina (2006) mengenai

Proses pengolahan keripik lele adalah sebagai berikut :

a. Rendam potongan kulit, daging lele ke dalam bumbu yang telah

dihaluskan

b. Masukkan dalam tepung beras dan maezena satu per satu

c. Panaskan minyak goreng, lalu masukkan daging atau kulit ke dalam

minyak panas

d. Goreng hingga berwarna kuning kecoklatan

e. Keripik lele siap dipasarkan

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pada umumnya suatu perusahaan didirikan tentunya bertujuan untuk

mencapai keuntungan yang maksimal, karena dari laba tersebut perusahaan

akan tumbuh berkembang serta dapat memperkuat posisi perusahaan secara

keseluruhan, agar dapat mencapai tingkat keuntungan yang optimal dengan

memanfaatkan sumber daya ekonomi yang dimilki perusahaan melalui

perencanaan dan pengendalian. Ukuran yang seringkali untuk menilai sukses

atau tidak manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba

disamping sebagai akhir proses manajemen, laba juga sebagai alat yang sangat

penting bagi kelangsungan perusahaan itu sendiri.

Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya total.

Penerimaan merupakan hasil kali volume penjualan dengan biaya harga jual

Page 41: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

produk per unit. Sedangkan biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Jika besarnya biaya total lebih besar dari penerimaa perusahaan, maka

perusahaan mengalami kerugian. Dengan kata lain, perusahaan tidak dapat

menutupi keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan.

Dalam pengambilan keputusan jangka pendek menajemen memerlukan

informasi akuntansi differensial sebagai salah satu dasar pemilihan alternatif,

dalam penyusunan anggaran manajemen memerlukan informasi akuntansi

untuk mempertimbangkan berbagai dampak terhadap laba akibat dipilihnya

suatu alternatif. Laba perusahaan dalam jangka pendek dipengaruhi oleh

pendapatan, biaya varibel dan biaya tetap. Dalam proses perencanaan laba

jangka pendek tersebut, manajemen memerlukan informasi akuntansi

diferensial yang terdiri dari informasi pendapatan differensial dan informasi

biaya differensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume

penjualan, harga jual dan biaya terhadap laba perusahaan, analisis impas dan

analisis biaya, volume dan laba merupakan teknik yang menggunakan

informasi akuntansi differensial untuk membantu manajemen dalam

perencanaan laba jangka pendek.

Rentabilitas menunjukkan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk

menghasilkan laba dari kekayaan yang dimiliki selama periode tertentu. Rasio

rentabilitas yang digunakan adalah rentabilitas ekonomi. Rentabilitas ekonomi

dari suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara laba yang

diperoleh dengan kekayaan atau aset yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut dan dinyatakan dalam persen.

Analisis sensitivitas berguna untuk mengkaji sejauh mana perubahan

unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi berpengaruh terhadap usaha yang

dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan

biaya produksi, jumlah produksi, dan harga produk, untuk melihat pengaruhnya

terhadap keuntungan yang dicapai oleh perusahaan.

Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mengambil

keputusan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan.

Keputusan tersebut terutama menyangkut kebijakan produksi, terkait dengan

Page 42: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

penyediaan bahan baku, volume produksi minimal serta penjualan minimal

sehingga usaha dapat berjalan dengan lebih efisien dan mencapai keuntungan

yang optimal. Adapun kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengolahan Lele Kelompok Wanita Karmina

Proses Produksi

Proses Pengemasan

Biaya Tetap

Produk Olahan Lele

(Abon dan Keripik Lele)

Penerimaan

Analisis BEP

Analisis Rentabilitas Ekonomi

Analisis Sensitivitas

Biaya Variabel

Biaya

a. Gaji Karyawan

b. Pajak c. Pemeliharaan

d. Sewa Kios

e. Listrik dan telepon

f. Administrasi

g. Penyusutan

a. Bahan baku

b. Bahan bakar

c. Packing

Kelayakan dan Efisiensi

Usaha

Page 43: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Asumsi

Prinsip akuntansi yang digunakan Kelompok Wanita Karmina pada

waktu melakukan pencatatan dilakukan secara rutin dalam tahun yang

bersangkutan.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan dan memusatkan dari pada aspek biaya, produksi,

penerimaan dan keuntungan.

2. Data yang diambil adalah tahun 2009, 2010 dan 2011.

3. Harga produksi dan faktor produksi adalah harga pada saat periode analisis.

4. Produk yang diamati hanya abon lele dan keripik lele dikarena kedua olahan

tersebut mempunyai permintaan pasar yang lebih tinggi dibandingkan

olahan lele yang lain seperti kerupuk, nugget dan bakso lele.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Kelompok Wanita Karmina merupakan kelompok wanita yang berada di

Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali yang mengolah hasil

budidaya ikan lele menjadi abon, keripik, kerupuk, nugget dan bakso.

2. Ikan lele adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali

karena tubuhnya yang licin, pipih memanjang. Ikan lele ini merupakan ikan

yang dibudidayakan oleh masyarakat Kampung Lele.

3. Abon lele merupakan salah satu produk olahan dari Kelompok Wanita

Karmina yang terbuat dari serat daging lele. Penampilannya berwarna

cokelat terang hingga kehitaman. Abon lele tampak seperti serat, karena

didominasi oleh serat-serat otot yang mengering, rasanya dalam berbagai

macam seperti manis, pedas serta bawang.

4. Keripik lele adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari daging

lele yang digoreng di dalam minyak nabati. Untuk menghasilkan rasa yang

gurih dan renyah biasanya dicampur dengan adonan tepung yang diberi

bumbu rempah tertentu. Keripik lele ini merupakan produk olahan lain dari

Kelompok Wanita Karmina.

Page 44: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5. Produksi adalah jumlah produk olahan lele di Kelompok Wanita Karmina

setiap tahunnya. Produksi dalam hal ini merupakan abon lele dengan

kemasan 100 gram, 160 gram, 250 gram dan keripik lele.

6. Harga jual produk adalah harga abon dan keripik lele Karmina yang dijual

ke pasar dalam rupiah per kemasan. Setiap kemasan yang berbeda akan

mempunyai harga jual produk yang berbeda.

7. Biaya adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap dan nilai biaya variabel

yang digunakan dalam kegiatan pengolahan lele di Kelompok Wanita

Karmina di Kabupaten Boyolali. Biaya dalam hal ini merupakan biaya

dalam rupiah per tahun.

8. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran

perubahan volume kegiatan pengolahan lele di Kelompok Wanita Karmina

di Kabupaten Boyolali. Besar kecilnya biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi

perusaha an jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen.

Biaya tetap dalam hal ini merupakan biaya tetap dalam rupiah per tahun.

9. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan pengolahan lele di Kelompok Wanita Karmina

di Kabupaten Boyolali.

10. Gaji karyawan adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada

karyawan tetap dalam rupiah per tahun di Kelompok Wanita Karmina.

11. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

langsung. Biaya pajak ini wajib dibayarkan Kelompok Wanita Karmina.

12. Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh Kelompok Wanita

Karmina dalam rupiah per tahun untuk menjaga agar sistem yang ada

dapat berjalan sebagaimana mestinya dan juga untuk dapat mengendalikan

biaya baik untuk pencegahan maupun perbaikan jika terjadi kerusakan.

13. Biaya penyusutan adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan

nilai barang investasi (asset) sebagai akibat penggunanya dalam proses

pengolahan abon dan keripik lele Karmina.

Page 45: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

14. Biaya bahan bakar adalah biaya bahan bakar dalam rupiah per tahun yang

dipergunakan dalam proses pengolaha abon dan keripik lele di Kelompok

Wanita Karmina.

15. Biaya listrik dan telepon adalah biaya listrik dan telepon dalam rupiah per

tahun yang dipergunakan selama proses pengolaha abon dan keripik lele di

Kelompok Wanita Karmina.

16. Biaya packing atau pengemasan adalah biaya untuk mengemas abon dan

keripik lele Karmina dalam rupiah per tahun sehingga mudah untuk di

pasarkan.

17. Biaya adminstrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh Kelompok Wanita

Karmina dalam rupiah per tahun berguna untuk administrasi manajemen.

18. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan produk

olahan lele Karmina atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan

yang diperoleh oleh Kelompok Wanita Karmina dari hasil penjualan

produk olahan lele Karmina dalam rupiah per tahun.

19. Keuntungan adalah selisih antara total penjualan produk olahan lele

Karmina dengan total biaya pengolahan produk olahan lele Karmina, total

penjualan yakni harga barang yang dijual. Total biaya operasional adalah

seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pen-jualan, yang terlihat dan

tersembunyi.

20. Break even point adalah tingkat penjualan produk olahan lele Karmina di

mana laba adalah nol atau dengan kata lain, di mana pendapatan total sama

dengan biaya total.

21. Rentabilitas ekonomi adalah kemampuan Kelompok Wanita Karmina di

Kabupaten Boyolali untuk menghasilkan laba (keuntungan) selama

periode tertentu dan dinyatakan dalam persen (%).

22. Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk melihat apa

yang akan terjadi dengan Kelompok Wanita Karmina khususnya pada

olahan abon dan keripik lele jika ada suatu perubahan dari harga jual

produk dan biaya produksi.

Page 46: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode ini mempunyai ciri-ciri yaitu memusatkan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang

aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemuadian dianalisa (Surakhmad, 1994). Data yang diperoleh digambarkan

untuk kondisi saat ini dan berlaku saat penelitian dilaksanakan.

Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus

memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek

yang diselidiki terdiri dari satu unit (atau satu kesatuan unit) yang dipandang

sebagai kasus (Surakhmad, 1994).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Kelompok Wanita Karmina

dengan pertimbangan pertama bahwa UMKM ini termasuk UMKM yang

berkembang dalam usahannya terlihat dari daerah pemasaran yang tidak hanya

lokal namun sudah beranjak ke regional dalam hal ini antar provinsi.

Pertimbangan kedua, kreatifitas masyarakat Kampung Lele yang sebagian

besar membudidayakan lele serta mengelolah ikan lele dalam berbagai produk

makanan. Pertimbangan ketiga, data yang dibutuhkan untuk penelitian tersedia

serta dapat digunakan untuk menganalisis break even point usaha tersebut.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer

Menurut Surakhmad (1994), data primer adalah data yang langsung

dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyidik untuk tujuan khusus

(penyelidikan). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui

wawancara dengan responden yaitu pimpinan, bendahara dan karyawan

Kelompok Wanita Karmina di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Data

Page 47: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

tersebut diantaranya adalah data mengenai data produksi dan data biaya

pengolahan abon dan keripik lele.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri (Surakhmad, 1994).

Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat dan menguntip secara

langsung dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data

sekunder berasal dari dokumen Kelompok Wanita Karmina di Kecamatan

Sawit Kabupaten Boyolali, Badan Pusat Statistik Boyolali, Dinas Kelautan

dan Perikanan Jawa Tengah serta instansi lain yang ada relevansinya dengan

penelitian ini. Data tersebut diantaranya adalah data profil perusahaan dan

data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali serta Dinas Kelautan

dan Perikanan Jawa Tengah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan yaitu

dengan cara:

1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan

melakukan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner

yang di dalamnya terdapat daftar pertanyaan sehingga membantu

memperoleh informasi yang dibutuhkan. Responden yang diwawancarai

yaitu pihak pimpinan, bendahara serta karyawan Kelompok Wanita

Karmina di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

2. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu

dengan mencatat data yang ada di instansi atau lembaga yang terkait dalam

penelitian ini. Adapun instansi yang dijadikan sebagai sumber data dalam

penelitian ini adalah Kelompok Wanita Karmina di Kecamatan Sawit

Kabupaten Boyolali, Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali serta Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.

Page 48: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas

mengenai obyek yang akan diteliti yaitu Kelompok Wanita Karmina di

Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

E. Metode Analisis Data

1. Produk yang dihasilkan

Produksi adalah penciptaan atau penambahan bentuk, waktu dan

tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi

pemenuhan kebutuhan manusia. Produk adalah hasil dari kegiatan produksi

yang berwujud barang dan jasa. Proses Produksi adalah cara atau metode

untuk menciptakan atau menambah guna suatu barang atau jasa dengan

memanfaatkan sumber yang ada.

Besarnya produk yang yang dihasilkan oleh Karmina dilihat dari

banyaknya bahan baku yang dipergunakan kemudian diproses dalam

pengolahan dan menghasilkan jumlah produk, baik itu abon lele maupun

keripik lele.

2. Penerimaan

Untuk mengetahui penerimaan dari pengolahan abon dan keripik lele

Karmina di Kabupaten Boyolali yaitu dengan mengalikan jumlah produk

yang dihasilkan (terjual) dengan harga produk tersebut. Secara matematis

dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

dimana :

TR = penerimaan total pengolahan lele Karmina (Rupiah)

Q = jumlah produk olahan lele Karmina yang dihasilkan (kemasan)

P = harga produk olahan lele Karmina per kemasan (Rupiah)

3. Perhitungan Break Even Point

Pengetahuan akanangka break even point ini sangat penting dalam

melakukan analisis keuangan, maupun dalam perencanaan laba dan

pengambilan keputusan. BEP/unit yang menjadi pegangan pengolahan abon

Page 49: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dan keripik lele adalah titik dimana pengolahan abon dan keripik lele tidak

mengalami laba dan tidak mengalami rugi atau istilah lainnya titik impas.

Sedangkan untuk BEP/rupiah merupakan salah satu perhitungan untuk

menghitung berapa harga yang harus dijual untuk mencapai titik impas.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

dimana :

BEP/Unit = jumlah produk olahan lele Karmina yang harus terjual

(kemasan)

BEP/Rp = jumlah penerimaan yang harus di terima (Rupiah)

FC = biaya tetap pengolahan produk olahan lele Karmina (Rupiah)

P = harga produk olahan lele Karmina per kemasan (Rupiah)

VC = biaya variabel pengolahan lele Karmina (Rupiah)

4. Analisis Rentabilitas

Rentabilitas menunjukkan kemampuan yang dimiliki perusahaan

untuk menghasilkan laba atau keuntungan selama periode tertentu.

Rentabilitas ekonomis merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan

keseluruhan modal, baik modal asing maupun modal sendiri yang

digunakan untuk menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi dihitung dengan

rumus :

5. Analisis Sensitivitas

Analisis kepekaan (sensitivity analysis) digunakan untuk

menunjukkan bagian-bagian produksi yang peka dan memerlukan

pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan dan

menguntungkan secara ekonomis. Tujuan dilakukan analisis kepekaan

adalah untuk mengetahui kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil

Page 50: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

analisis proyek bila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar

penghitungan.

Analisis sensitivitas adalah teknik untuk mengantisipasi perubahan

yang mungkin terjadi pada parameter-parameter yang diperkirakan dalam

perencanaan. Melalui analisis sensitivitas akan diketahui faktor-faktor apa

saja yang paling sensitif. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan

dan menurunkan harga jual produk, menaikkan dan menurunkan biaya

produksi serta menaikkan dan menurunkan jumlah produksi. Dalam hal ini

akan dilakukan pengujian dengan kenaikan dan penurunan harga jual

produk sebesar 3 persen, kenaikan dan penurunan biaya produksi sampai

dengan 5 persen, serta kenaikan dan penurunan produksi sebesar 3

persen. Pengujian tersebut dilakukan pada dua produk olahan lele yaitu abon

dan keripik lele.

Page 51: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

IV. KEADAAN UMUM USAHA

A. Sejarah dan Perkembangan Usaha

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari tiga daerah sentra

produksi lele di Jawa Tengah, selain Purbalingga dan Demak. Hal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Produksi Perikanan Kolam Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah

Tahun 2010

No. Kabupaten / kota Produksi (Ton)

1 Kabupaten Brebes 783,10

2 Kabupaten Tegal 211,4

3 Kota Tegal 19,0

4 Kabupaten Pemalang 104,0

5 Kabupaten Pekalongan 476,7

6 Kota Pekalongan 40,4

7 Kabupaten Batang 578,2

8 Kabupaten Kendal 627,6

9 Kota Semarang 276,8

10 Kabupaten Demak 13146,3

11 Kabupaten Jepara 136,2

12 Kabupaten Pati 2613,0

13 Kabupaten Rembang 166,0

14 Kabupaten Wonogiri 192,9

15 Kabupaten Purworejo 539,0

16 Kabupaten Kebumen 317,6

17 Kabupaten Cilacap 3462,6

18 Kabupaten Banyumas 5066,1

19 Kabupaten Purbalingga 9363,3

20 Kabupaten Banjarnegara 4374,7

21 Kabupaten Wonosobo 1669,6

22 Kabupaten Temanggung 1090,8

23 Kabupaten Magelang 3047,8

24 Kota Magelang 64,4

25 Kabupaten Boyolali 6352,0

26 Kota Salatiga 327,4

27 Kabupaten Semarang 1200,4

28 Kabupaten Klaten 5970,6

29 Kota Surakarta 13,7

30 Kabupaten Sukoharjo 2057,9

31 Kabupaten Karanganyar 1053,5

32 Kabupaten Kudus 631,8

33 Kabupaten Sragen 606,4

34 Kabupaten Grobogan 334,9

35 Kabupaten Blora 48,1

Jumlah 2010 66964,2

2009 55060,2

2008 45301,7

2007 34620,0

2006 28236,0

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2011

Page 52: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Kabupaten Boyolali

menempati urutan ketiga dalam produksi ikan kolam. Ikan kolam yang di

budidayakan di Kabupaten Boyolali adalah ikan lele. Hal ini dipilih karena

ikan lele mudah untuk dibudidayakan serta mempunyai pasar yang luas. Hasil

budidaya ikan lele dapat membantu pasokan ikan lele di daerah-daerah

terdekatnya.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2010

di dalamnya menetapkan Boyolali sebagai salah satu daerah yang termasuk

dalam kawasan yang akan dikembangkan menjadi Minapolitan. Minapolitan

merupakan konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis

wilayah. Untuk itu, pendekatan dalam pembanguan minapolitan dilakukan

dengan sistem manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas,

dan akselerasi.

Kampung Lele memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai

sentra agribisnis lele. Selain budidaya, juga dikembangkan pula berbagai jenis

olahan lele untuk menyerap kelebihan produksi lele. Produksi ikan lele segar

ada yang langsung diambil oleh pembeli, terutama dari DIY (Daerah Istimewa

Yogyakarta), Solo dan Semarang. Sedangkan produksi ikan lele yang tidak

masuk dalam kategori ikan lele konsumsi di jual ke pengolahan ikan lele yang

masih di dalam satu kawasan. Ikan lele konsumsi yang dijual 1 kilogramnya

berisi 7-10 ekor, sedangkan ikan lele yang tidak masuk kategori ikan lele

konsumsi 1 kilogramnya berisi 2-3 ekor.

Sektor perikanan yang merupakan pengembangan kawasan minapolitan

akan dikembangkan dengan konsep agribisnis dan berkelanjutan, sehingga

ketersediaan lahan perikanan sangatlah penting mengingat lahan untuk kolam

merupakan media produksi perikanan. Kecamatan Sawit memiliki luas lahan

terbesar untuk perikanan yaitu seluas 18.470 m2 untuk kolam pembesaran dan

2.056 m2 untuk kolam pembenihan.

Produksi lele Boyolali terutama berasal dari Kampung Lele yang

berlokasi di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit dengan luas kolam mencapai 25

Ha dan kapasitas produksi mencapai 11-12 ton setiap kali panen. Kampung

Page 53: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Lele adalah brand name yang diberikan Gubernur Jawa Tengah untuk

memudahkan orang mengingat daerah tersebut.

Kelompok Karmina merupakan kependekkan dari nama Kelompok

Karya Mina Utama yang merupakan kelompok tani lele yang menjadi pionir

berkembangnya budidaya lele. Usaha ini merupakan usaha yang dibentuk

untuk mengembangkan kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali yaitu

Kampung Lele. Selama ini, lele hasil budidaya di daerah ini dijual baik di

dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Komoditi lele yang melimpah di

daerah ini kemudian mendorong ibu-ibu rumah tangga untuk mencoba

mengolah lele menjadi produk olahan seperti abon dan keripik lele. Kegiatan

produksi olahan lele ini berawal dari adanya pelatihan pengolahan lele yang

diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. Melihat prospek pasar

yang baik dari produk abon dan keripik lele, kemudian ibu-ibu rumah tangga

merespon dengan membentuk kelompok wanita dengan nama Kelompok

Wanita Mina Utama. Kelompok wanita ini terbentuk pada tanggal 16 Februari

2006. Produk olahan lele pun semakin beragam, diantaranya abon, keripik

daging, keripik sirip, keripik kulit, nugget, kerupuk dan bakso lele.

Kelompok Wanita Karmina pada awal berdiri tahun 2006 dimulai dengan

modal pribadi Ketua Kelompok Wanita Karmina yaitu Ibu Triyasning

Panuntun atau yang lebih dikenal dengan Ibu Nining. Pada tahun 2007,

Kampung Lele mendapat kunjungan kenegaraan dari rombongan Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam kunjungan tersebut Kampung Lele

mendapatkan subsidi dana sebesar seratus juta rupiah untuk pengembangan

Kelompok Wanita Karmina. Dana tersebut digunakan untuk membeli tanah

yang saat ini digunakan untuk tempat produksi serta membeli peralatan dan

perlengkapan produksi dan administrasi. Selain itu, Kelompok Wanita Karmina

juga pernah mendapatkan bantuan dari Dinas Perikanan (tahun 2008) dan

Dinas Disperindagkop Kabupaten Boyolali (tahun 2009) baik berupa peralatan

maupun berbagai program pelatihan.

Selain untuk membantu menambah penghasilan keluarga Kelompok

Wanita Karmina mempunyai beberapa misi atau tujuan diantaranya: (1)

Page 54: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Berusaha mengurangi pengangguran dengan menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri. (2) Memberdayakan ibu-ibu khususnya di wilayah Kampung Lele

untuk lebih kreatif dan percaya diri dan menambah penghasilan dalam

membantu pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. (3) Membantu Program

Pemerintah anak/balita sehat agar selalu gemar makan ikan berprotein tinggi.

Lokasi usaha ini terletak di Kampung Lele Desa Tegalrejo, Kecamatan

Sawit, Kabupaten Boyolali. Lokasi usaha ini sangat strategis karena terletak di

dalam Kampung Lele yang domisili masyarakatnya membudidayakan ikan lele

sehingga mempermudah usaha dalam memperoleh bahan baku. Kampung Lele

ini daerahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten. Lokasi Kampung

Lele juga berdekatan dengan kawasan minapolitan Kabupaten Klaten. Jarak

tempuh ke pusat Kabupaten Boyolali kurang lebih delapan belas kilometer.

Pada awal pendiriannya, usaha ini hanya bertujuan untuk

mengembangkan Kampung Lele dengan inovasi olahan yang berasal dari hasil

budidaya Kampung Lele. Seiring berjalannya waktu, usaha mulai berkembang

dengan menambah jumlah produksi, hingga saat ini sudah memiliki tempat

produksi sendiri dan satu toko khusus untuk memasarkan produk olahan. Dari

semula hanya memproduksi abon lele dan keripik lele satu kali setiap minggu

menjadi 4-6 kali untuk produksi abon lele dan 1-2 kali untuk produksi keripik

lele. Sarana produksi dan pemasaran pun sudah bertambah sehingga dapat

mendukung kelangsungan usaha ini.

Dalam proses produksinya, usaha ini mengelolah lele yang berasal dari

budidaya lele di Kampung Lele kecuali pada situasi bahan baku yang tidak

tersedia barulah dibutuhkan pembelian bahan baku di luar Kampung Lele.

Setiap kali produksi, Karmina mengolah 60 kilogram lele dengan komposisi

lele dengan ukuran yang besar untuk abon dan sedang untuk keripik. Usaha ini

pernah kesulitan dalam memperoleh bahan baku karena besar lele yang

diinginkan tidak tersedia di Kampung Lele, akan tetapi pengelolah Kelompok

Wanita Karmina segera mencari ikan lele yang berasal dari tempat lain seperti

di Lamongan dan Tulungagung agar produksi dapat tetap berjalan. Kualitas

ikan lele tersebut baik dilihat dari kesegaran pada penampakan luar ikan,

Page 55: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kelenturan daging, keadaan mata ikan dan keadaan insang karena

dibudidayakan dengan cara budidaya yang tepat sehingga ikan lele dapat tetap

terlihat sehat dan segar.

Produk yang dipasarkan adalah abon, keripik, kerupuk, bakso dan nugget

masing-masing dikemas dengan ukuran yang berbeda-beda dan dalam satuan

gram. Dari banyaknya produk olahan tersebut ternyata abon dan keripik

banyak diminati sehingga proses produksi lebih banyak dibandingkan produk

lainnya. Produk lainnya seperti kerupuk, bakso dan nugget tidak berproduksi

rutin setiap minggunya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya permintaan

produk tersebut dan produk tersebut tidak dapat bertahan lama untuk

dikonsumsi, sehingga produksi akan berjalan apabila ada pemesanan terhadap

produk tersebut. Selain berat dalam kemasan yang berbeda-beda, Kelompok

Wanita Karmina memperbaiki kemasan khususnya untuk kemasan yang akan

di pasarkan antar propinsi. Kemasan tidak hanya di kemas dalam plastik namun

juga di masukkan ke dalam kardus, hal ini dilakukan agar produk tidak rusak

pada saat proses pengiriman barang ke tempat tujuan. Sistem penjualan

dilakukan dengan sistem jual putus untuk menghindari resiko akan

pengembalian produk yang tidak laku dijual. Segmen pasar Kelompok Wanita

Karmina adalah rumah tangga (perseorangan) dengan leaflet yang disebarkan,

agen memesan produk Karmina untuk kemudian dijual kembali, rumah makan

memesan melalui telepon lalu produk dikirim, Toko Oleh-oleh juga memesan

produk baik langsung membeli di tempat penjualan ataupun dikirim dan

Instansi Pemerintah memanfaatkan produk menjadi salah satu daftar hidangan.

B. Struktur Organisasi

Kelompok Wanita Karmina termasuk ke dalam usaha kecil yang sedang

berkembang. Oleh karena itu, struktur organisasinya masih sangat sederhana,

dan belum menerapkan sistem manajemen secara penuh, tetapi tugas dan

wewenang dari para personil usaha sudah disepakati bersama dan telah dapat

dijalankan dengan baik. Usaha dipimpin oleh ketua namun tanggungjawab atas

semua resiko dan aktivitas usaha menjadi tanggungjawab seluruh anggota

Kelompok Wanita Karmina. Segala macam keputusan dan kebijakan ditangani

Page 56: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

langsung oleh ketua kelompok. Begitu pula dengan administrasi dan keuangan,

semuanya ditangani langsung oleh ketua dengan dibantu oleh bendahara. Saat

ini usaha sudah mulai berkembang dan dikelola oleh Ibu Triyasning Panuntun.

Ketua kelompok mempunyai tugas mengawasi seluruh kegiatan usaha sehari-

hari, dan juga menangani langsung masalah keuangan. Struktur organisasi pada

Kelompok Wanita Karmina adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Karmina

Berdasarkan struktur organisasi tersebut bahwa dapat diketahui Ketua

Kelompok Wanita Karmina bertanggung jawab penuh terhadap proses

produksi yang dilakukan di Karmina. Wakil Ketua bertanggung jawab

membantu ketua kelompok khususnya pada saat ada masalah teknis di lapang,

hal ini dikarenakan ketua tidak sepenuhnya ada di saat proses produksi.

Sekretaris dalam kelompok ini membantu dalam administrasi Kelompok

Wanita Karmina. Bendahara bertugas untuk mengelolah keuangan baik itu

hasil usaha maupun kebutuhan yang dibutuhkan dalam proses produksi. Bagian

produksi bertugas untuk mengontrol berjalannya proses produksi setiap

harinya. Bagian bahan baku bertugas dalam pembelian bahan-bahan yang

dibutuhkan untuk proses produksi. Bagian pemasaran bertugas untuk

membantu proses penjualan baik itu di toko maupun penjualan yang di luar

kawasan Kampug Lele. Anggota dalam hal ini juga turut membantu dalam

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris Bendahara Sie.Produksi Sie.B.Baku Sie.Pemasaran

Anggota

Page 57: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

semua proses produksi. Meskipun masing-masing mempunyai tanggung jawab

dalam struktur keoorganisasian namun saat proses produksi semua turut

bekerja dalam pengelolaan.

Saat ini total tenaga kerja maupun anggota Kelompok Wanita Karmina

berjumlah 20 orang. Waktu produksi dilakukan mulai dari jam 08.00-16.00

WIB. Gaji yang diberikan kepada anggota disesuaikan dengan kehadiran

anggota dalam membantu proses produksi. Karena penggajian di Kelompok

Wanita Karmina dibayarkan setiap bulannya dengan upah sebesar Rp

25.000,00 per proses produksi. Apabila ada lembur maka mendapatkan

tambahan upah sebesar Rp 5.000,00 per jam. Upah tersebut sudah dapat

dikatakan cukup bagi anggota karena sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan.

Pekerja yang bekerja di Kelompok Wanita Karmina merupakan anggota dari

Kelompok Wanita Karmina itu sendiri. Sehingga pekerja bisa dikatakan

sebagai pekerja tetap karena hanya berasal dari anggota Kelompok Wanita

Karmina.

Bentuk usaha dari Kelompok Wanita Karmina adalah industri rumah

tangga. Hal ini dikarenakan modal awal untuk memulai usaha ini berasal dari

ketua Kelompok Wanita Karmina dan selama kegiatan usaha ini berlangsung

dibantu oleh kelompok ibu-ibu. Seiring berjalannya perkembangan usaha ini

maka banyak memperoleh bantuan baik dari pemerintah pusat maupun dinas

setempat, sehingga apabila terjadi suatu masalah dari pihak luar maka

tanggungjawab akan dilimpahkan ke ketua kelompok untuk menyelesaikan lalu

diberitahukan kepada anggota. Sedangkan hubungan antara ketua dan anggota

berjalan dengan baik dan lebih mengarah pada suatu hubungan yang bersifat

informal, sehingga tercipta suasana lingkungan usaha yang penuh rasa

kekeluargaan dan harmonis hal ini dikarenakan juga usaha ini berasal dari

kelompok wanita.

Page 58: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

C. Kegiatan Usaha

1. Produksi

Pengolahan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Karmina

diantaranya ada pengolahan lele menjadi abon dan pengolahan lele menjadi

keripik. Berikut merupakan tahap-tahap proses pengolahannya :

a. Abon Lele

1) Lele dibersihkan, dipisahkan kulit dan kepalanya

2) Kukus daging lele hingga matang kurang lebih selama 30 menit

3) Pisahkan daging lele dari durinya, suir-suir dengan menggunakan

garpu

4) Tumis bumbu yang telah dihaluskan hingga harum dan masukkan

daun salam, laos, batang sereh

5) Masukkan air, tambahkan gula merah dan aduk hingga kental

6) Masukkan abon lele, aduk hingga tercampur rata dan menjadi abon

basah (abon setengah kering)

7) Panaskan minyak goreng, masukkan abon basah, lalu goreng hingga

matang dan kuning kemerahan

8) Masukkan dalam alat pres, buang minyak hingga kering

9) Campur abon yang sudah kering dengan bawang merah goreng

10) Abon lele siap dipasarkan

b. Keripik Lele

1) Rendam potongan kulit, daging lele ke dalam bumbu yang telah

dihaluskan

2) Masukkan dalam tepung beras dan maezena satu per satu

3) Panaskan minyak goreng, lalu masukkan daging atau kulit ke dalam

minyak panas

4) Goreng hingga berwarna kuning kecoklatan

5) Keripik lele siap dipasarkan

2. Pengemasan

Produk olahan lele yang akan dipasarkan oleh Kelompok Wanita

Karmina adalah abon dan keripik di dalam kemasan. Produk olahan lele

Page 59: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dikemas secara manual dalam plastik berwarna putih lalu di rekatkan

plastiknya menggunakan sealer sehingga produk di dalam plastik dapat

bertahan lama karena terjaga dari udara. Kemasan setiap produk juga

berbeda-beda, abon lele dikemas menjadi tiga pilihan kemasan untuk

kemasan 100 gr, 160 gr dan 250 gr. Sedangkan keripik lele hanya dikemas

dalam 1 kemasan yaitu kemasan 100 gr.

Kelompok Wanita Karmina menggunakan merk KARMINA untuk

memasarkan produk olahan lele. Produk olahan lele Karmina telah

mendapatkan ijin Depkes RLSP No.264/11.30/07 tanpa bahan pengawet,

higienis, halal serta menggunakan bahan berkualitas sehingga menghasilkan

hasil olahan dengan citarasa tinggi.

3. Pemasaran

Setelah mengalami serangkaian proses produksi, produk yang sudah

dikemas kemudian masuk ke toko untuk persiapan pemasaran. Kelompok

Wanita Karmina menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dalam

manajemen stoknya, termasuk dalam pemasaran abon lele dan keripik lele.

Pada proses produksi, lele yang pertama kali dibeli adalah lele yang pertama

diolah. Demikian pula halnya dengan produk jadi, abon lele maupun keripik

lele yang pertama diproduksi harus pertama kali dipasarkan atau dijual. Hal

ini dimaksudkan agar kualitas abon lele dan keripik lele tetap terjaga.

Segmen pasar yang saat ini dilayani Kelompok Wanita Karmina

antara lain, sebagai berikut :

a. Rumah tangga (perseorangan)

Segmen rumah tangga meliputi masyarakat Kampung Lele sendiri,

masyarakat sekitar baik dilingkup wilayah Boyolali hingga kabupaten

lain yang biasanya mengetahui produk Karmina dari informasi mulut ke

mulut, beberapa acara TV seperti acara Bosan Jadi Pegawai di Trans TV

maupun dari leaflet yang disebarkan di dalamnya memberikan informasi

proses produksi, harga produk dan cara pembelian. Acara TV yang

ditayangkan berawal dari pihak stasiun TV yang mencari usaha kecil

yang sedang berkembang di Kabupaten Boyolali. Sehingga terpilihlah

Page 60: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kelompok Wanita Karmina untuk menjadi usaha yang diliput, karena

lokasi yang strategis berada di kawasan minapolitan dan usahanya pun

sedang berkembang.

b. Agen

Kelompok Wanita Karmina memiliki segmen pasar yaitu agen produk

makanan, antara lain di Yogyakarta yang secara rutin memesan produk

Karmina untuk kemudian dijual kembali. Pembelian agen tersebut

dengan membayar baik cash maupun transfer via ATM. Pembayaran via

cash biasanya dilakukan apabila agen membeli produk langsung di

tempat penjualan Karmina. Sedangkan via transfer dilakukan apabila

agen memesan melalui telepon lalu produk dikirim.

c. Rumah Makan

Rumah makan juga menjadi segmen pasar yang saat ini dilayani

Kelompok Wanita Karmina bahkan sampai di wilayah Salatiga.

d. Toko Oleh-oleh

Kelompok Wanita Karmina juga membidik Toko oleh-oleh sebagai salah

satu segmen pasar produk-produk Karmina. Toko oleh-oleh yang

menjadi segmen pasar Kelompok Wanita Karmina antara lain Toko oleh-

oleh di wilayah Boyolali, Salatiga dan Surakarta. Toko oleh-oleh menjadi

salah satu segmen andalan Kelompok Wanita Karmina, terutama Kota

Surakata dikenal dengan oleh-oleh berupa aneka keripik dan abon,

sehingga segmen pasar prospektif untuk dicapai.

e. Kantor/Instasi Pemerintah

Segmen pasar Kelompok Wanita Karmina selanjutnya adalah

Kantor/Instansi Pemerintahan khususnya di Boyolali. Sebagai contoh

setiap ada kunjungan kenegaraan di wilayah Boyolali maka hampir tidak

pernah ketinggalan produk Kelompok Wanita Karmina (abon lele dan

keripik lele) menjadi salah satu daftar hidangan ataupun oleh-oleh.

Kelompok Wanita Karmina masih menggunakan cara manual dari

mulai persiapan bahan baku, pengelolaan hingga pada tahap pengemasan

dalam mengolah produknya, hal ini dikarenakan untuk mempertahankan

Page 61: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kualitas dari produknya di pasar. Oleh karena itu produk Kelompok Wanita

Karmina dibandingkan dengan produk olahan lele dari kelompok lainnya

yang telah menggunakan teknologi tetap lebih unggul di pasar.

Upaya pengembangan produk Kelompok Wanita Karmina dilakukan

melalui beberapa tahap peningkatan kuantitas, yaitu :

1. Untuk meningkatkan kuantitas produk, Kelompok Wanita Karmina

melakukan kegiatan produksi secara rutin. Jadwal produksi dalam seminggu

saat ini dilakukan sebanyak 4 kali produksi (Senin-Kamis) dan pada saat ada

order banyak, kegiatan produksi ditambah menjadi 6 hari (Senin-Sabtu).

2. Dalam 1 kali produksi rata-rata mengolah bahan baku lele sebanyak 60

kilogram lele segar. Menghasilkan 18 kilogram untuk abon dan 20 kilogram

untuk keripik.

3. Untuk memenuhi keinginan konsumen dan menyesuaikan dengan daya beli

konsumen yang umumnya berasal dari kondisi ekonomi yang beragam,

maka Kelompok Wanita Karmina menyediakan aneka ukuran kemasan

antara lain kemasan 100 gr, 160 gr dan 250 gr untuk abon serta 100 gr untuk

keripik.

Page 62: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina

Penerimaan merupakan keseluruhan hasil yang diterima oleh suatu usaha

dari penjualan serta dinyatakan dalam rupiah yang diperoleh dari mengalikan

produksi dengan harga produk. Produksi dan penerimaan Kelompok Wanita

Karmina selama tiga tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi

2009 2010 2011

Produksi (kemasan/tahun)

Abon 100 gr 8.640 17.280 19.440

Abon 160 gr 4.032 6.720 8.064

Abon 250 gr 3.456 6.912 6.912

Keripik 7.200 12.000 14.400

Produksi rata-rata/bulan (kemasan)

Abon 100 gr 720 1.440 1.620

Abon 160 gr 336 560 672

Abon 250 gr 288 576 576

Keripik 600 1.000 1.200

Harga jual (Rp/kemasan)

Abon 100 gr 9.000,00 10.000,00 10.000,00

Abon 160 gr 20.000,00 20.000,00 20.000,00

Abon 250 gr 22.000,00 22.000,00 25.000,00

Keripik 8.000,00 8.000,00 8.000,00

Penjualan (Kemasan)

Abon 100 gr 8.513 16.234 18.354

Abon 160 gr 3.087 6.387 7.598

Abon 250 gr 3.251 6.889 6.327

Keripik 6.876 11.958 14.336

Penerimaan (Rp/tahun)

Abon 100 gr 76.617.000,00 162.340.000,00 183.540.000,00

Abon 160 gr 61.740.000,00 127.740.000,00 151.960.000,00

Abon 250 gr 71.522.000,00 151.558.000,00 158.175.000,00

Keripik 55.008.000,00 95.664.000,00 114.688.000,00

Penerimaan rata-rata/bulan (Rp)

Abon 100 gr 6.384.750,00 13.528.333,33 15.295.000,00

Abon 160 gr 5.145.000,00 10.645.000,00 12.663.333,33

Abon 250 gr 5.960.166,67 12.629.833,33 13.181.250,00

Keripik 4.584.000,00 7.972.000,00 9.557.333,33

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Penerimaan Kelompok Wanita Karmina seluruhnya berasal dari

penjualan abon lele dan keripik lele yang dihasilkan. Berdasarkan tabel di atas

dapat diketahui bahwa produksi abon lele dan keripik lele setiap tahunnya terus

bertambah. Produksi abon lele juga lebih besar apabila dibandingkan dengan

Page 63: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

produksi keripik lele. Hal tersebut dikarenakan jumlah permintaan terhadap

abon lele lebih besar di pasaran dibandingkan dengan jumlah permintaan

keripik lele. Begitu juga halnya dengan harga abon dan keripik lele di pasaran,

yang meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi yang

ikut meningkat sehingga Kelompok Wanita Karmina harus menaikkan harga

jualnya. Jumlah produksi serta harga jual produk terus meningkat, sehingga

penerimaan Kelompok Wanita Karmina dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan, karena jumlah produksi dan harga jual produk berbanding lurus

terhadap penerimaan. Setiap tahunnya jumlah penerimaan selalu mengalami

peningkatan. Pada tahun 2011, jumlah penerimaan mengalami peningkatan

sebesar Rp 71.061.000,00 dari tahun 2010, sedangkan pada tahun 2010

meningkat sebesar Rp 272.415.000,00 dari tahun 2009. Peningkatan

penerimaan tersebut salah satunya terjadi disebabkan oleh bertambahnya

proses produksi. Hal ini dilakukan karena permintaan yang tinggi sehingga

dibutuhkan persediaan produk yang dapat mencukupi di pasar.

Keberadaan Kelompok Wanita Karmina membawa dampak positif,

khususnya bagi peningkatan kesadaran akan pentingnya gizi bagi masyarakat.

Berbagai produk olahan lele yang dihasilkan Kelompok Wanita Karmina

mampu menciptakan budaya gemar makan ikan yang sebelumnya belum

berkembang karena alasan faktor ekonomi. Karena masyarakat pada umumnya

akan lebih memilih lauk pauk yang lebih murah sebagai pelengkap makanan.

Olahan lele memberikan variasi sendiri bagi masyarakat yang mengkonsumsi.

Dengan olahan lele tersebut dapat melengkapi kebutuhan gizi masyarakat

dalam bentuk yang berbeda. Selain itu, lele selama ini dikenal sebagai ikan

yang kurang diminati karena banyak masyarakat yang enggan mengkonsumsi

ikan lele. Namun, dengan beragamnya produk olahan lele seperti abon dan

keripik yang banyak digemari masyarakat khususnya anak-anak telah

memotivasi masyarakat akan pentingya gizi (protein) bagi kesehatan dan

tumbuh kembang anak.

Page 64: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

B. Analisis Penggunaan Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dan

tidak dipengaruhi besarnya volume produksi atau penjualan. Biaya tetap yang

dikeluarkan oleh Kelompok Wanita Karmina dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Biaya Tetap pada Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi (Rp)

2009 % 2010 % 2011 %

Gaji Karyawan 48.000.000,00

83,5

1 96.000.000,00

88,3

0 102.000.000,00

88,3

4

Pajak PBB 1.000.000,00 1,74 1.000.000,00 0,92 1.000.000,00 0,87

Biaya Pemeliharaan 600.000,00 1,04 1.200.000,00 1,10 1.200.000,00 1,04

Sewa Tempat

Penjualan 1.000.000,00 1,74 1.000.000,00 0,92 1.000.000,00 0,87

Listrik 3.000.000,00 5,22 5.400.000,00 4,97 6.000.000,00 5,20

Telepon 600.000,00 1,04 720.000,00 0,66 600.000,00 0,52

Adminstrasi 600.000,00 1,04 720.000,00 0,66 900.000,00 0,78

Biaya Penyusutan

Bangunan Produksi 1.000.000,00 1,74 1.000.000,00 0,92 1.000.000,00 0,87

Peralatan Rumah Tangga

(penggorengan dll) 723.000,00 1,25 723.000,00 0,67 723.000,00 0,62

Alat Penapis Minyak 200.000,00 0, 41 200.000,00 0,19 200.000,00 0,21

Freezer 175.000,00 0,30 175.000,00 0,16 175.000,00 0,15

Blender 160.000,00 0,20 160.000,00 0,14 160.000,00 0,13

Etalase Kaca 240.000,00 0,42 240.000,00 0,22 240.000,00 0,23

Timbangan Digital 180.000,00 0,35 180.000,00 0,17 180.000,00 0,17

Biaya Tetap Total 57.478.000,00 100 108.718.000,00 100 115.378.000,00 100

Rata-rata per bulan 4.789.833,33 9.059.833,33 9.614.833,33

BT Abon 39.737.876,54 78.315.874,72 81.343.191,74

BT Keripik 17.740.123,46 30.402.125,28 34.034.808,26

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Keterangan : Prosentase (%)

Biaya tetap yang dikeluarkan meliputi biaya gaji, pajak, biaya

pemeliharaan, biaya sewa tempat kios, biaya listrik dan telepon, biaya

administrasi, serta biaya penyusutan. Pada tahun 2009 hingga 2011, Kelompok

Wanita Karmina tidak mengeluarkan biaya untuk bunga maupun pengembalian

kredit karena pada tahun yang bersangkutan perusahaan tidak sedang memiliki

status sebagai kreditur. Modal yang didapatkan oleh Kelompok Wanita

Karmina diperoleh dari Pemerintah sehingga Kelompok Wanita Karmina

hanya memanfaatkan modal yang ada untuk mengembangkan usaha.

Biaya terbesar adalah biaya gaji karyawan. Karyawan yang bekerja di

Kelompok Wanita Karmina adalah sebanyak dua puluh orang sehingga mampu

memberikan kontribusi dalam peningkatan taraf hidup keluarga anggota.

Tenaga kerja juga terbagi dalam dua bagian yaitu sembilan belas orang pada

Page 65: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

bagian pengolahan dan satu orang pada pemasaran. Selain itu, ketika

permintaan produk tinggi, Kelompok Wanita Karmina mempekerjakan

masyarakat diluar anggota kurang lebih 5-10 orang tergantung kondisi pada

permintaan produk. Total pengeluaran untuk gaji karyawan tersebut kurang

lebih antara 83-88%. Adapun upah anggota/tenaga kerja per tiap kali produksi

yaitu Rp 25.000,00 dengan jam kerja dari pukul 08.00-16.00 WIB. Jika

permintaan tinggi diberlakukan jam lembur dengan upah Rp 5.000,00 per jam.

Kelompok Wanita Karmina juga mengeluarkan biaya pajak untuk

bangunan. Biaya pajak yang dikeluarkan Kelompok Wanita Karmina meliputi

biaya pajak bumi dan bangunan (PBB). Kecamatan Sawit terletak tidak jauh

dari pusat Kabupaten Boyolali. Namun sarana dan prasarana transportasi

untuk menuju ke sana dapat dikatakan kurang. Biaya yang dikeluarkan untuk

PBB adalah sebesar Rp 1.000.000,00 atau kurang lebih antara 0,8%-1,8% dari

total biaya tetap. Pajak PBB ini dibayarkan oleh Kelompok Wanita Karmina

setiap tahunnya. Sampai saat ini hanya pajak PBB yang dibayarkan oleh

Karmina. Hal tersebut dikarenakan Kelompok Wanita Karmina belum

membuat izin usaha sehingga belum dikenakan pajak usaha. Sedangkan untuk

izin usaha sendiri Kelompok Wanita Karmina telah mendapatkan izin dari

BPMP2T (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu)

Kabupaten Boyolali pada bulan Januari tahun 2012.

Biaya pemeliharaan yang dilakukan Kelompok Wanita Karmina,

meliputi perawatan dalam alat-alat untuk penggunaan proses produksi. Alat-

alat diataranya seperti kompor, freezer, timbangan dan alat-alat elektronik

lainnya yang kadang mengalami gangguan. Perawatan ini dilakukan untuk

mencegah terjadinya gangguan pada alat-alat tersebut. Adanya tekanan daya

listrik yang tidak stabil sehingga terjadi gangguan konsleting pada alat-alat

elektronik tersebut. Oleh karena itu setiap tahunnya Kelompok Wanita

Karmina mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan alat produksi. Jumlah biaya

pemeliharaan yang dikeluarkan tiap tahunnya berbeda-beda, karena semakin

lama umur barang tersebut terkadang semakin mudah mengalami kerusakan

sehingga perlu pemeliharaan.

Page 66: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Selain tempat untuk produksi, Kelompok Wanita Karmina juga menyewa

satu kios untuk penjualan produk Kelompok Wanita Karmina. Hal ini

dilakukan karena tidak efisiennya apabila ruang produksi digabung dengan

ruang pemasaran, sehingga Kelompok Wanita Karmina memutuskan untuk

menyewa satu tempat yang letaknya tidak jauh dari gedung produksi. Biaya

sewa tempat setiap tahunnya sebesar Rp 1.000.000,00 atau kurang lebih antara

0,8%-1,8% dari total biaya tetap.

Biaya listrik yang dikeluarkan kurang lebih antara 4%-5,2% dari total

biaya tetap. Listrik digunakan untuk penerangan serta untuk menjalankan

beberapa alat dalam proses produksi. Selanjutnya adalah biaya telepon dan

biaya administrasi, biaya tersebut diperlukan antara 0,5%-1% dari total biaya

tetap. Biaya telepon biasanya dipergunakan perusahaan untuk menghubungi

pemesan yang ingin dikirimkan pesannya, namun setiap tahunnya biaya ini

semakin berkurang karena sudah adanya telepon genggam yang mempermudah

komunikasi. Sedangkan biaya adminstrasi yang dikeluarkan Kelompok Wanita

Karmina dilakukan untuk memberikan laporan usaha setiap tahunnya ke

Pemerintahan Kabupaten Boyolali. Laporan ini diberikan fungsinya untuk

memberitahukan kepada dinas yang terkait bahwa Kelompok Wanita Karmina

ini masih aktif berkegiatan.

Selain biaya-biaya tersebut adapula biaya penyusutan yang dikeluarkan

oleh Kelompok Wanita Karmina meliputi biaya penyusutan bangunan, biaya

penyusutan peralatan rumah tangga, dan biaya penyusutan fasilitas penjualan.

Biaya penyusutan yang terbesar adalah biaya penyusutan bangunan yang

memiliki umur teknis lima puluh tahun, yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 atau

antara 0,8%-1,7% dari total biaya tetap dan selanjutnya adalah penyusutan

peralatan rumah tangga seperti penggorengan, kompor dan lain-lain dengan

umur teknis tiga sampai dengan lima tahun sebesar Rp 723.000,00 atau antara

0,6%-1,2% dari total biaya tetap, dan penyusutan fasilitas penjualan dengan

umur teknis lima tahun sebesar Rp 240.000,00 atau kurang lebih 0,2% dari

total biaya tetap. Biaya penyusutan, baik untuk bangunan, peralatan rumah

tangga maupun fasilitas penjualan, dihitung dengan Straight Line Method atau

Page 67: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

metode garis lurus, yang menggunakan dasar pemikiran bahwa benda yang

digunakan menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya sehingga tidak

ada sisa pada akhir umur teknis. Metode ini digunakan karena metode ini

dianggap sebagai cara termudah dalam menghitung penyusutan barang.

Total biaya tetap yang dikeluarkan adalah Rp 57.478.000,00 untuk tahun

2009, Rp 108.718.000,00 tahun 2010, dan Rp 115.378.000,00 pada tahun

2011. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Kelompok Wanita Karmina tersebut

merupakan biaya yang dipergunakan baik dalam proses pengolahan abon lele

dan juga keripik lele. Hal ini dikarenakan kedua produk tersebut diproduksi

oleh tempat produksi, alat-alat produksi serta tempat pemasaran yang sama.

Besarnya biaya tetap adalah 26,79% dari keseluruhan biaya, dan jumlahnya

jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya variabel yang dikeluarkan.

C. Analisis Penggunaan Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh volume

penjualan. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Kelompok Wanita Karmina

baik dalam pengolahan abon lele maupun keripik lele dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 6. Biaya Variabel Abon Lele 100 gr pada Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi (Rp)

2009 % 2010 % 2011 %

Bahan Baku

Ikan Lele 27.360.000,00 74,05 60.480.000,00 71,09 71.280.000,00 69,15

Minyak Goreng 1.296.000,00 3,50 3.744.000,00 4,40 3.564.000,00 3,46

Gula Merah 2.400.000,00 6,49 7.200.000,00 8,46 8.400.000,00 8,15

Bawang Putih 504.000,00 1,36 1.680.000,00 1,97 3.072.000,00 2,98

Bawang Merah 576.000,00 1,55 2.160.000,00 2,54 3.456.000,00 3,35

Bumbu-bumbu 720.000,00 1,94 1.440.000,00 1,69 2.400.000,00 2,33

Gas 1.092.000,00 2,96 2.964.000,00 3,48 3.696.000,00 3,58

Plastik kemasan 3.000.000,00 8,15 5.400.000,00 6,37 7.200.000,00 7

Biaya Variabel Total 36.948.000,00 100 85.068.000,00 100 103.068.000,00 100

Biaya Variabel/bulan 3.079.000,00 7.089.000,00 8.589.000,00

Biaya Variabel per

kemasan 4.276,39

4.922,92

5.301,85

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Keterangan : Prosentase (%)

Page 68: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 7. Biaya Variabel Abon Lele 160 gr pada Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi (Rp)

2009 % 2010 % 2011 %

Bahan Baku

Ikan Lele 20.520.000,00

79,4

2 37.800.000,00

77,5

5 47.520.000,00

79,33

Minyak Goreng 972.000,00 3,76 2.340.000,00 4,80 2.376.000,00 3,97

Gula Merah 960.000,00 3,72 2.400.000,00 4,92 2.400.000,00 4,00

Bawang Putih 216.000,00 0,84 840.000,00 1,72 1.536.000,00 2,56

Bawang Merah 288.000,00 1,11 1.152.000,00 2,36 1.728.000,00 2,88

Bumbu-bumbu 300.000,00 1,16 720.000,00 1,48 600.000,00 1,00

Gas 780.000,00 3,02 1.092.000,00 2,24 1.344.000,00 2,24

Plastik kemasan 1.800.000,00 6,97 2.400.000,00 4,93 2.400.000,00 4,02

Biaya Variabel Total 25.836.000,00 100 48.744.000,00 100 59.904.000,00 100

Biaya Variabel per

bulan 2.153.000,00

4.062.000,00

4.992.000,00

Biaya Variabel per

kemasan 6.407,74

7.253,57

7.428,57

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Keterangan : Prosentase (%)

Tabel 8. Biaya Variabel Abon Lele 250 gr pada Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi (Rp)

2009 % 2010 % 2011 %

Bahan Baku

Ikan Lele 27.360.000,00 83,52 60.480.000,00 82,57 63.360.000,00 81,81

Minyak Goreng 1.296.000,00 3,96 3.744.000,00 5,11 3.168.000,00 4,09

Gula Merah 1.200.000,00 3,66 2.520.000,00 3,44 2.640.000,00 3,41

Bawang Putih 288.000,00 0,88 960.000,00 1,31 1.728.000,00 2,23

Bawang Merah 360.000,00 1,10 1.296.000,00 1,77 1.920.000,00 2,48

Bumbu-bumbu 360.000,00 1,10 840.000,00 1,15 720.000,00 0,93

Gas 936.000,00 2,86 1.248.000,00 1,70 1.512.000,00 1,95

Plastik kemasan 960.000,00 2,92 2.160.000,00 2,95 2.400.000,00 3,1

Biaya Variabel Total 32.760.000,00 100 73.248.000,00 100 77.448.000,00 100

Biaya Variabel per

bulan 2.730.000,00

6.104.000,00

6.454.000,00

Biaya Variabel per

kemasan 9.479,17

10.597,22

11.204,86

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Keterangan : Prosentase (%)

Page 69: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 9. Biaya Variabel Keripik Lele pada Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi (Rp)

2009 % 2010 % 2011 %

Bahan Baku

Daging Lele 6.840.000,00 30,61 15.120.000,00 32,24 23.760.000,00 31,70

Minyak Goreng 2.160.000,00 9,67 6.048.000,00 12,89 9.360.000,00 12,48

Bawang Putih 720.000,00 3,22 2.160.000,00 4,60 3.840.000,00 5,12

Tepung Beras 3.000.000,00 13,45 7.200.000,00 15,35 12.000.000,00 16,01

Tepung Tapioka 3.600.000,00 16,11 8.400.000,00 17,91 15.600.000,00 18,14

Bumbu-bumbu 1.800.000,00 8,05 2.160.000,00 4,60 3.000.000,00 4,00

Gas 624.000,00 2,78 1.008.000,00 2,15 1.392.000,00 1,85

Plastik kemasan 3.600.000,00 16,11 4.800.000,00 10,1 6.000.000,00 10,70

Biaya Variabel Total 22.344.000,00 100 46.896.000,00 100 74.952.000,00 100

Biaya Variabel per

bulan 1.862.000,00

3.908.000,00

6.246.000,00

Biaya Variabel per

kemasan 3.103,33

3.908,00

5.205,00

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Keterangan : Prosentase (%)

Bahan baku merupakan hal terpenting bagi setiap usaha. Dimana

ketersediaan bahan baku yang tercukupi akan mempermudah proses produksi.

Besarnya biaya bahan baku juga akan mempengaruhi jumlah produksi suatu

usaha. Kelompok Wanita Karmina tidak menemukan masalah yang banyak

untuk ketersediaan bahan baku. Biaya untuk pembelian bahan baku yaitu ikan

lele yang masih segar. Kelompok Wanita Karmina menggunakan sistem FIFO

(First In First Out). Artinya bahwa bahan baku yang datang lebih dulu ke

tempat produksi merupakan bahan baku yang diolah pertama untuk dijadikan

abon lele maupun keripik lele. Ikan segar yang dibeli merupakan ikan lele dari

kolam lele yang letaknya berdekatan dengan tempat produksi sehingga harus

segera dibawa ke tempat produksi untuk segera diolah.

Kelompok Wanita Karmina tidak memiliki kolam sendiri, tetapi

Kelompok Wanita Karmina telah bekerja sama dengan petani lele yang

mempunyai kolam lele di Kampung Lele, sehingga untuk bahan baku akan

selalu disediakan petani lele untuk diolah oleh Kelompok Wanita Karmina.

Oleh karena itu, Kelompok Wanita Karmina jarang menemui kendala dalam

persediaan bahan baku. Namun apabila terjadi kekurangan bahan baku akan

tetapi persediaan produk mulai berkurang, maka Kelompok Wanita Karmina

segera mencari bahan baku di tempat lain seperti di Lamongan dan

Tulungagung, sehingga proses produksi dapat terus berjalan.

Page 70: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Harga bahan baku berupa ikan lele selama periode analisis berkisar

antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 11.000,00 per kilogram yang sudah

termasuk biaya angkut ke tempat produksi. Setiap kali produksi pada tahun

2009, 2010, dan 2011, Kelompok Wanita Karmina menerima enam puluh

kilogram ikan lele segar, yang setelah melalui proses pengolahan akan dapat

menghasilkan abon lele sebanyak delapan belas kilogram. Begitu pula enam

puluh kilogram ikan lele akan menghasilkan keripik lele sebanyak dua puluh

kilogram. Total pengeluaran untuk bahan baku kurang lebih sebesar 75% dari

keseluruhan biaya variabel yang dikeluarkan pada proses pengolahan abon lele

dan sebesar 31,7% dari total keseluruhan biaya variabel yang dikeluarkan pada

proses pengolahan keripik lele. Hal tersebut membuktikan bahwa biaya bahan

baku ikan lele merupakan biaya terbesar dalam pengolahan abon lele.

Bahan bakar untuk proses produksi abon lele dan keripik lele

memerlukan biaya, yaitu sebesar 2,73% pada pengolahan abon lele dan 1,86%

pada pengolahan keripik lele. Bahan bakar yang digunakan adalah gas elpiji.

Bahan bakar gas ini dipilih Kelompok Wanita Karmina, karena lebih awet

dalam penggunaannya. Dimana setiap satu tabung gas elpiji dapat digunakan

sebanyak tiga kali proses pengolahan baik itu abon lele maupun keripik lele.

Selain itu, bahan bakar ini dinilai juga jauh lebih murah dibandingkan minyak

tanah terutama semenjak adanya kebijakan akan subsidi minyak tanah di hapus

maka harga minyak tanah naik dan penggunaannya lebih boros. Perawatan

kompor gas juga menjadi salah satu pertimbangan karena lebih mudah

dibersihkan dibandingkan kompor minyak.

Biaya bumbu-bumbu yang menjadi kunci utama dalam rasa abon lele dan

keripik lele. Selain bumbu adapula bahan yang menjadi bahan pokok dalam

pengolahan abon lele dan keripik lele yaitu bawang merah dan bawang putih.

Biaya bawang merah, bawang putih dan bumbu-bumbu dapur dalam

pengolahan abon lele tersebut sebesar 7,14% dari total keseluruhan biaya

variabel abon lele. Sedangkan dalam pengolahan keripik lele biaya bawang

putih, dan bumbu-bumbu sebesar 9,13% dari total keseluruhan biaya variabel

keripik lele.

Page 71: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Bahan penunjang lainnya juga mempengaruhi besarnya biaya variabel

baik pada pengolahan abon lele maupun keripik lele. Bahan penunjang pada

abon lele yaitu gula merah membutuhkan biaya sebesar 5,59% dari total

kelesuruhan biaya variabel abon lele. Sedangkan dalam pengolahan keripik lele

terdapat bahan penunjang seperti tepung terigu dan tepung maezena yang

membutuhkan biaya sebesar 36,82% dari total keseluruhan biaya variabel

keripik lele. Hal tersebut membuktikan, bahwa biaya untuk bahan penunjang

seperti tepung terigu dan tepung maezena merupakan biaya terbesar dalam

pengolahan keripik lele. Harga tepung tersebut meningkat setiap tahunnya

dikarenakan perekonomian di Indonesia masih fluktuatif, sehingga

berpengaruh pada harga-harga bahan pokok.

Cara pengolahan abon lele dan keripik lele adalah dengan menggoreng,

sehingga dibutuhkan minyak goreng dalam proses pengolahannya. Biaya untuk

minyak goreng itu sendiri untuk abon lele sebesar 3,79% dari total keseluruhan

biaya variabel abon lele dan 12,49% dari total keseluruhan biaya variabel

keripik lele. Penggunaan minyak goreng untuk pengolahan keripik lele lebih

besar dibandingkan pengolahan abon lele. Harga minyak goreng dari tahun

2009, 2010 dan 2011 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehingga harga

untuk minyak goreng menjadi meningkat.

Biaya untuk pengemasan yang dikeluarkan adalah sebesar 5% dari total

keseluruhan biaya variabel abon lele dan 8% dari total keseluruhan biaya

variabel keripik lele. Pengemasan abon dan keripik lele dikemas menggunakan

plastik putih yang di rekatkan plastiknya menggunakan sealer sehingga baik

abon maupun keripik tetap terjaga kualitasnya.

Total biaya variabel abon lele yang dikeluarkan adalah Rp

95.544.000,00 untuk tahun 2009, Rp 207.060.000,00 tahun 2010, dan Rp

240.420.000,00 pada tahun 2011. Sedangkan total biaya variabel keripik lele

yang dikeluarkan adalah Rp 22.344.000,00 untuk tahun 2009, Rp

46.896.000,00 untuk tahun 2010, dan Rp 74.952.000,00 untuk tahun 2011.

Besarnya biaya variabel abon lele adalah 55,81% dari keseluruhan biaya dan

besarnya biaya variabel keripik lele adalah 17,4% dari keseluruhan biaya.

Page 72: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Biaya variabel dipengaruhi oleh jumlah produksi. Semakin banyak ikan lele

yang diproduksi, maka biaya yang dikeluarkan semakin besar pula.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat diketahui

bahwa operasionalisasi Kelompok Wanita Karmina memerlukan biaya yang

besar.

D. Analisis Break Even Point, Keuntungan dan Rentabilitas

Kelompok Wanita Karmina ini dalam menjalankan usahanya akan

berusaha menggunakan bahan dengan seefisien mungkin sehingga diperoleh

produksi dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hasil dari penjualan

diharapkan mampu menutup semua biaya operasional usaha. Oleh karena itu,

usaha perlu mengetahui tingkat produksi dan penerimaan agar usaha tidak

menderita kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (impas).

Berikut adalah perkembangan BEP Kelompok Wanita Karmina selama

tahun 2009, 2010, dan 2011.

Page 73: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 10. Perkembangan Break Even Point Kelompok Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi

2009 2010 2011

Biaya Tetap (Rp/tahun)

Abon 39.737.876,54 78.315.874,72 81.343.191,74

Keripik 17.740.123,46 30.402.125,28 34.034.808,26

Biaya Variabel (Rp/tahun)

Abon 100 gr 36.948.000,00 85.068.000,00 103.068.000,00

Abon 160 gr 25.836.000,00 48.744.000,00 59.904.000,00

Abon 250 gr 32.760.000,00 73.248.000,00 77.448.000,00

Keripik 22.344.000,00 46.896.000,00 74.952.000,00

Penerimaan (Rp/tahun)

Abon 100 gr 76.617.000,00 162.340.000,00 183.540.000,00

Abon 160 gr 61.740.000,00 127.740.000,00 151.960.000,00

Abon 250 gr 71.522.000,00 151.558.000,00 158.175.000,00

Keripik 55.008.000,00 95.664.000,00 114.688.000,00

Produksi (Kemasan/tahun)

Abon 100 gr 8.640 17.280 19.440

Abon 160 gr 4.032 6.720 8.064

Abon 250 gr 3.456 6.912 6.912

Keripik 7.200 12.000 14.400

Harga Jual (Rp)

Abon 100 gr 9.000,00 10.000,00 10.000,00

Abon 160 gr 20.000,00 20.000,00 20.000,00

Abon 250 gr 22.000,00 22.000,00 25.000,00

Keripik 8.000,00 8.000,00 8.000,00

Biaya Variabel per kemasan

Abon 100 gr 4.276,39 4.922,92 5.301,85

Abon 160 gr 6.407,74 7.253,57 7.428,57

Abon 250 gr 9.479,17 10.597,22 11.204,86

Keripik 3.103,33 3.908,00 5.205,00

BEP dalam kemasan

Abon 100 gr 8.413 15.425 17.314

Abon 160 gr 2.924 6.144 6.470

Abon 250 gr 3.174 6.868 5.897

Keripik 3.623 7.430 12.177

BEP dalam Rupiah

Abon 100 gr 75.713.448,99 154.253.672,00 173.138.839,34

Abon 160 gr 58.471.322,61 122.882.851,90 129.409.623,22

Abon 250 gr 69.822.292,23 151.099.081,07 147.412.781,41

Keripik 28.983.183,32 59.437.195,07 97.416.266,93

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana jumlah

penerimaan sama dengan jumlah biaya, yaitu saat perusahaan tidak

memperoleh keuntungan namun juga tidak menderita kerugian. Menurut

Mulyadi (2001), apabila usaha dikatakan dalam keadaan impas (break even),

apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu

tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya juga tidak menderita

Page 74: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

kerugian. Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya

dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan sehingga usaha tidak

memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.

Break even point dalam unit dapat dihitung dengan membandingkan

antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga jual produk dengan

biaya variabelnya, sedangkan break even point dalam Rupiah dapat dihitung

dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara

harga jual produk dengan biaya variabelnya lalu dikalikan dengan harga per

unit.

Setiap enam puluh kilogram dalam sekali produksi dapat menghasilkan

delapan belas kilogram abon lele. Begitupun dengan keripik lele dalam bahan

baku ikan lele sebanyak enam puluh kilogram dapat menghasilkan dua puluh

kilogram keripik lele. Berdasarkan hasil produksi pengolahan maka dapat

diketahui pula sebanyak satu kilogram ikan lele segar menghasilkan 0,3

kilogram abon lele. Produksi keripik lele dari satu kilogram ikan lele segar

dapat menghasilkan 0,33 kilogram keripik lele.

Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu:

Keterangan:

FC = Biaya tetap

VC = Biaya variabel per unit

P = Harga jual per unit

BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam rupiah

BEP (Q) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam unit

Berdasarkan hasil analisis data sekunder, diperoleh hasil bahwa BEP

dalam unit untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut untuk abon lele

adalah kemasan 100 gram sebanyak 8.413 kemasan, 15.425 kemasan, dan

17314 kemasan; kemasan 160 gram sebanyak 2.924 kemasan, 6.144 kemasan,

dan 6.470 kemasan; kemasan 250 gram sebanyak 3.174 kemasan, 6.868

kemasan, dan 5.897 kemasan. BEP dalam unit untuk tahun 2009, 2010, dan

Page 75: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2011 berturut-turut untuk keripik lele adalah 3.623 kemasan, 7.430 kemasan,

12.177 kemasan. Sedangkan BEP dalam Rupiah untuk abon lele adalah

kemasan 100 gram sejumlah Rp 75.713.448,99, Rp 154.253.672,00 dan Rp

173.138.839,34; kemasan 160 gram sejumlah Rp 58.471.322,61, Rp

122.822.851,90, dan Rp 129.409.623,22; kemasan 250 gram sejumlah Rp

69.822.292,23, Rp 151.099.081,07, dan Rp 147.412.781,41. BEP dalam

Rupiah untuk keripik lele adalah Rp 28.983.183,32, Rp 59.437.195,07 dan Rp

97.416.266,93. Jika dibandingkan dengan jumlah produksi dan penerimaan

pada tahun tersebut, jumlah produksi abon lele dan keripik lele lebih besar dari

BEP baik dalam unit maupun dalam Rupiah. Berdasarkan angka-angka

tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahun 2009, 2010 serta 2011, Kelompok

Wanita Karmina telah mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan dan

memperoleh keuntungan.

Adanya peningkatan produksi dan penerimaan dipengaruhi oleh

peningkatan permintaan abon lele dan keripik lele sehingga menyebabkan nilai

BEP baik dalam unit maupun dalam Rupiah meningkat setiap tahun pada

periode analisis. Semakin rendah nilai BEP berarti bahwa semakin cepat usaha

mencapai BEP atau menutup biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin cepat

pula usaha memperoleh keuntungan.

Analisis BEP memungkinkan suatu usaha mengetahui apakah mereka

beroperasi dekat atau jauh dari BEP. Jika operasi usaha pada tingkat keluaran

dekat dengan BEP, maka perubahan sekecil apapun dalam aktivitas usaha akan

dapat menentukan hidup dan matinya usaha. Jika usaha beroperasi jauh dari

BEP, maka penjualan tinggi. Analisis BEP yang telah dilakukan akan dapat

membantu usaha dalam memasok informasi untuk perencanaan dan

pengambilan keputusan manajerial. Usaha akan dapat menghitung volume

penjualan abon lele dan keripik lele yang dibutuhkan, serta pertimbangan

dalam menentukan harga jual abon lele dan keripik lele untuk mencapai laba

tertentu. Usaha juga dapat menentukan bagaimana perubahan-perubahan harga,

volume penjualan, dan biaya produksi mempengaruhi laba operasi usaha.

Page 76: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 11. Perkembangan Keuntungan dan Rentabilitas Ekonomi Kelompok

Wanita Karmina

Keterangan Tahun Produksi

2009 2010 2011

Penerimaan (Rp/tahun) 264.887.000,00 537.302.000,00 608.363.000,00

Biaya Total (Rp/tahun) 175.366.000,00 362.674.000,00 430.750.000,00

Laba sebelum bunga&pajak (Rp) 89.521.000,00 174.628.000,00 177.613.000,00

Laba setelah bunga&pajak (Rp) 88.521.000,00 173.628.000,00 176.613.000,00

Total Aktiva (Rp/tahun) 7.230.000,00 13.900.000,00 12.830.000,00

Rentabilitas Ekonomi (%) 12,24 12,49 13,77

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya

produksi. Selama tahun 2009, 2010, dan 2011, usaha produksi abon lele dan

keripik lele ini telah dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 88.521.000,00,

Rp 173.628.000,00, dan Rp 176.613.000,00. Rentabilitas Ekonomi

menunjukkan bagaimana usaha menggunakan kekayaan yang dimiliki untuk

dapat menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Rentabilitas

Ekonomi dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dan bunga

dengan total aktiva (kekayaan) dan selanjutnya dikalikan 100%.

Rentabilitas Ekonomi merupakan ukuran efektivitas usaha. Dengan

membandingkan laba atau keuntungan yang diperoleh dengan aktiva yang

menghasilkan laba tersebut, dapat diketahui apakah perusahaan efektif atau

tidak dalam menggunakan kekayaannya untuk mencapai keuntungan. Aktiva

dan laba yang diperhitungkan untuk menghitung Rentabilitas Ekonomi berasal

dari operasional usaha. Semakin tinggi nilai Rentabilitas Ekonomi, maka

kemampuan usaha untuk menghasilkan laba semakin baik.

Berdasarkan hasil analisis data sekunder diperoleh angka Rentabilitas

Ekonomi Kelompok Wanita Karmina pada tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah

sebesar 12,24%, 12,49%, dan 13,77%. Hal ini berarti bahwa dengan aktiva

atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan berupa kas, tabungan, piutang

dagang, persediaan barang, tanah, bangunan, dan peralatan sejumlah Rp

7.230.000,00, Rp 13.900.000,00, dan Rp 12.830.000,00 dapat menghasilkan

keuntungan sebesar Rp 88.521.000,00, (12,24%), Rp 173.628.000,00,

(12,49%), dan Rp 176.613.000,00 (13,77%). Hal ini berarti bahwa kemampuan

Kelompok Wanita Karmina untuk menghasilkan laba adalah baik, dan

Page 77: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

perusahaan telah dapat menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan

laba dengan efektif.

E. Analisis Sensitivitas

Dalam melaksanakan usahanya, Kelompok Wanita Karmina tidak lepas

dari masalah dan resiko. Resiko yang dihadapi antara lain adanya fluktuasi

harga produk di pasar, perubahan jumlah produksi, serta perubahan biaya

produksi. Peningkatan harga produk, penurunan biaya produksi, dan

peningkatan produksi, akan memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita

Karmina, karena akan meningkatkan penerimaan, dan pada akhirnya akan

dapat meningkatkan laba. Tetapi sebaliknya, adanya penurunan harga produk,

peningkatan biaya produksi, serta penurunan produksi akan berpengaruh

negatif bagi perusahaan dalam hal operasionalisasi dan pada akhirnya akan

mempengaruhi penerimaan yang diperoleh. Oleh karena itu, Kelompok Wanita

Karmina harus dapat mengetahui, sejauh mana perubahan-perubahan tersebut

akan mempengaruhi operasionalisasi usaha, sehingga pada akhirnya Kelompok

Wanita Karmina akan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat

terutama kebijakan produksi.

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk mengetahui dampak

berbagai perubahan dalam masing-masing variabel penting terhadap hasil yang

mungkin terjadi (posible outcomes). Analisis yang dilakukan adalah dengan

menaikkan dan menurunkan harga, menaikkan dan menurunkan biaya

produksi, serta menaikkan dan menurunkan jumlah produksi.

Page 78: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 12. Analisis Sensitivitas terhadap Harga Produk, Biaya Produksi, dan Jumlah Produksi pada Kelompok Wanita Karmina

Kemasan Uraian Harga BT BV BV/unit Produksi Penerimaan BEP (unit) BEP (Rp) Keuntungan

Harga Jual Produk

Abon

10,000.00 81.343.191,74 103.068.000,00 5.301,85 19.440 183.540.000,00 17.314 173.138.839,34 10.401.160,66

100 gr (+) 3% 10,300.00 81.343.191,74 103.068.000,00 5.301,85 19.440 170.640.100,00 16.275 167.629.059,82 3.011.040,18

(-) 3% 9,700.00 81.343.191,74 103.068.000,00 5.301,85 19.440 160.699.900,00 18.495 179.400.268,77 (18.700.368,77)

20,000.00 81.343.191,74 59.904.000,00 7.428,57 8.064 151.960.000,00 6.470 129.409.623,22 22.550.376,78

160 gr (+) 3% 20,600.00 81.343.191,74 59.904.000,00 7.428,57 8.064 156.518.800,00 6.176 127.220.046,08 29.298.753,92

(-) 3% 19,400.00 81.343.191,74 59.904.000,00 7.428,57 8.064 147.401.200,00 6.795 131.818.680,65 15.582.519,35

25,000.00 81.343.191,74 77.448.000,00 11.204,86 6.912 158.175.000,00 5.897 147.412.781,41 10.762.218,59

250 gr (+) 3% 25,750.00 81.343.191,74 77.448.000,00 11.204,86 6.912 162.920.250,00 5.592 144.005.994,26 18.914.255,74

(-) 3% 24,250.00 81.343.191,74 77.448.000,00 11.204,86 6.912 153.429.750,00 6.236 151.211.299,21 2.218.450,79

Keripik

8,000.00 34.034.808,26 74.952.000,00 5.205,00 14.400 114.688.000,00 12.177 97.416.266,93 17.271.733,07

(+) 3% 8,240.00 34.034.808,26 74.952.000,00 5.205,00 14.400 118.128.640,00 11.214 92.404.224,07 25.724.415,93

(-) 3% 7,760.00 34.034.808,26 74.952.000,00 5.205,00 14.400 111.247.360,00 13.321 103.369.906,89 7.877.453,11

Biaya Produksi

Abon

10,000.00 81.343.191,74 103.068.000,00 5.301,85 19.440 183.540.000,00 17.314 173.138.839,34 10.401.160,66

100 gr (+) 5% 10,000.00 81.343.191,74 108.221.400,00 5.566,94 19.440 170.640.100,00 18.349 183.492.380,64 (12.852.280,64)

(-) 5% 10,000.00 81.343.191,74 102.810.330,00 5.288,60 19.440 160.699.900,00 17.265 172.651.746,36 (11.951.846,36)

160 gr

20,000.00 81.343.191,74 59.904.000,00 7.428,57 8.064 151.960.000,00 6.470 129.409.623,22 22.550.376,78

(+) 5% 20,000.00 81.343.191,74 62.899.200,00 7.800,00 8.064 156.518.800,00 6.667 133.349.494,66 23.169.305,34

(-) 5% 20,000.00 81.343.191,74 56.908.800,00 7.057,14 8.064 147.401.200,00 6.285 125.695.881,28 21.705.318,72

250 gr

25,000.00 81.343.191,74 77.448.000,00 11.204,86 6.912 158.175.000,00 5.897 147.412.781,41 10.762.218,59

(+) 5% 25,000.00 81.343.191,74 81.320.400,00 11.765,10 6.912 162.920.250,00 6.146 153.652.874,88 9.267.375,12

(-) 5% 25,000.00 81.343.191,74 73.575.600,00 10.644,62 6.912 153.429.750,00 5.666 141.659.748,34 11.770.001,66

Keripik

8,000.00 34.034.808,26 74.952.000,00 5.205,00 14.400 114.688.000,00 12.177 97.416.266,93 17.271.733,07

(+) 5% 8,000.00 34.034.808,26 78.699.600,00 5.465,25 14.400 118.128.640,00 13.427 107.418.272,44 10.710.367,56

(-) 5% 8,000.00 34.034.808,26 71.204.400,00 4.944,75 14.400 111.247.360,00 11.140 89.118.227,99 22.129.132,01

Produksi

Abon 10,000.00 81.343.191,74 103.068.000,00 5.301,85 19.440 183.540.000,00 17.314 173.138.839,34 10.401.160,66

100 gr (+) 3% 10,000.00 81.343.191,74 114.516.000,00 5.719,17 20.023 165.670.000,00 19.002 190.017.149,29 (24.347.149,29)

(-) 3% 10,000.00 81.343.191,74 85.860.000,00 4.420,65 19.423 165.670.000,00 14.579 145.793.188,19 19.876.811,81

160 gr 20,000.00 81.343.191,74 59.904.000,00 7.428,57 8.064 151.960.000,00 6.470 129.409.623,22 22.550.376,78

(+) 3% 20,000.00 81.343.191,74 69.984.000,00 8.425,80 8.306 151.960.000,00 7.028 140.559.475,72 11.400.524,28

(-) 3% 20,000.00 81.343.191,74 41.316.000,00 5.281,97 7.822 151.960.000,00 5.527 110.535.441,86 41.424.558,14 250 gr 25,000.00 81.343.191,74 77.448.000,00 11.204,86 6.912 158.175.000,00 5.897 147.412.781,41 10.762.218,59

(+) 3% 25,000.00 81.343.191,74 88.200.000,00 12.388,75 7.119 158.175.000,00 6.450 161.251.299,10 (3.076.299,10)

(-) 3% 25,000.00 81.343.191,74 60.240.000,00 8.984,82 6.705 158.175.000,00 5.079 126.978.285,90 31.196.714,10

Keripik 8,000.00 34.034.808,26 74.952.000,00 5.205,00 14.400 114.688.000,00 12.177 97.416.266,93 17.271.733,07

(+) 3% 8,000.00 34.034.808,26 77.202.000,00 5.205,10 14.832 114.688.000,00 12.177 97.419.650,91 17.268.349,09

(-) 3% 8,000.00 34.034.808,26 54.192.000,00 3.879,73 13.968 114.688.000,00 8.260 66.082.596,85 48.605.403,15

Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012

64

Page 79: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Analisis sensitivitas dilakukan dengan memasukkan perubahan-

perubahan sebesar 3% untuk produksi dan harga, serta 5% untuk biaya

produksi. Dari hasil analisis sensitivitas yang telah dilakukan terhadap harga,

produksi, dan masing-masing pada setiap kemasan abon lele maupun keripik

lele selama tahun 2011, dapat diketahui bahwa dengan adanya kenaikan dan

penurunan harga sampai dengan 3%, Kelompok Wanita Karmina masih dapat

memperoleh keuntungan pada abon lele pada kemasan 160 gr, 250 gr dan

keripik lele.

Perubahan biaya produksi sampai dengan 5%, Kelompok Wanita masih

dapat memperoleh keuntungan pada abon lele pada kemasan 160 gr dan 250 gr.

Hal yang sama juga terjadi pada produk keripik lele yang memperoleh

keuntungan pada kenaikan dan penurunan jumlah produksi yang sama.

Sedangkan pada kemasan abon lele 100 gr belum memperoleh keuntungan dan

terjadi kerugian. Hal ini terjadi karena penerimaan yang masuk dari penjualan

abon lele 100 gr belum dapat menutupi biaya yang dikeluarkan dalam

memproduksi abon lele 100 gr. Biaya produksi ini tergantung pada harga

bahan-bahan baku dan penunjang yang dibutuhkan dalam pengolahan lele.

Apabila biaya ini membesar diharapkan Kelompok Wanita Karmina dapat

lebih meningkatkan penjualan sehingga perubahan biaya produksi yang terjadi

tetap dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina.

Perubahan jumlah produksi sampai dengan 3%, Kelompok Wanita

Karmina masih dapat memperoleh keuntungan pada abon lele baik pada

kemasan 160 gr dan keripik lele. Berbeda dengan abon lele kemasan 100 gr

dan 250 gr yang belum dapat pada memperoleh keuntungan pada kenaikan

jumlah produksi sebesar 3%. Namun Kelompok Wanita Karmina tetap

mendapatkan keuntungan karena abon lele kemasan 160 gr dan keripik lele

memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.

Berdasarkan analisis sensitivitas tersebut maka dapat diketahui

Kelompok Wanita Karmina harus lebih berhati-hati terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi baik dari penurunan maupun kenaikkan pada harga jual

produk, biaya produksi dan jumlah produksi. Setiap perubahan yang terjadi

Page 80: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

akan mengubah keuntungan yang diperoleh Kelompok Wanita Karmina.

Dalam melakukan perubahan harga Kelompok Wanita Karmina harus

memperhitungkan terlebih dahulu apakah harga yang akan dijual dapat

diterima konsumen sehingga permintaan terhadap produk tidak akan berubah.

Perubahan biaya produksi sangat dipegaruhi oleh harga-harga bahan baku

maupun bahan penunjang yang dibutuhkan dalam pengelolaan. Oleh karena

itu, Kelompok Wanita Karmina harus tepat dalam membeli kebutuhan untuk

proses produksi. Begitu pula dalam jumlah produksi yang akan dilaksanakan

oleh Kelompok Wanita Karmina, apabila ingin mengalami perubahan dapat

melihat terlebih dahulu jumlah permintaan terhadap barang tersebut. Kelompok

Wanita Karmina saat ini melakukan proses produksi apabila persediaan produk

sudah menipis. Hal yang dilakukan tersebut sudah tepat untuk menghindari

dari kerugian.

Analisis sensitivitas ini dapat mengetahui ternyata keripik lele tidak

terpengaruh terhadap perubahan-perubahan variabel harga jual produk, biaya

produksi dan jumlah produksi. Pada perubahan ketiga variabel tersebut keripik

lele tetap dapat memperoleh keuntungan. Berdasarkan hal tersebut maka

diharapkan Kelompok Wanita Karmina akan menilai kembali estimasi

penerimaan dan keuntungan yang akan diperoleh, sehingga perusahaan

diharapkan akan mampu mengendalikan atau mengatasi masalah-masalah yang

berkaitan dengan hal tersebut.

F. Pembahasan

Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara biaya

tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variabel per unit. Nilai

BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan membadingkan antara biaya tetap

dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variabel per unit. Nilai BEP

atas dasar unit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah biaya tetap, harga

dan biaya variabel per unit. Jumlah biaya tetap bersifat berbanding lurus

terhadap nilai BEP, artinya jika jumlah biaya tetap tinggi maka nilai BEP juga

akan tinggi dan sebaliknya. Sedangkan harga mempunyai hubungan yang

Page 81: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

berbanding terbalik dengan nilai BEP, artinya jika harga naik maka nilai BEP

akan turun dan sebaliknya.

Selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2009, 2010 dan 2011

Kelompok Wanita Karmina telah mencapai titik BEP. Dimana penerimaan

yang diperoleh berada di atas titik BEP, sehingga Kelompok Wanita Karmina

mendapatkan keuntungan selama tiga tahun tersebut. Keuntungan tertinggi

terjadi pada tahun 2011, hal ini dikarenakan semakin tingginya produksi dan

penjualan. Setelah diketahui titik BEP maka dapat diketahui skala usaha dari

Kelompok Wanita Karmina. Saat ini Kelompok Wanita Karmina tergolong

usaha kecil, namun apabila Kelompok Wanita Karmina dapat terus

menurunkan titik BEP maka lebih mudah Kelompok Wanita Karmina untuk

memperoleh keuntungan sehingga dapat menaikkan usahanya menjadi

golangan usaha menengah. Selain itu, titik BEP ini dapat membantu dalam

menentukan target penjualan pada tahun berikutnya. Dimana tahun berikutnya

Kelompok Wanita Karmina harus dapat meningkatkan penjualan pada setiap

kemasannya di atas titik BEP tahun sebelumnya. Dengan catatan proses

produksi yang dilakukan sama banyaknya. Apabila biaya yang dikeluarkan

lebih besar otomatis target penjualan juga akan ikut meningkat untuk menutupi

biaya yang dikeluarkan sehingga tidak terjadi kerugian.

Pada tahun 2011 tingkat rentabilitas ekonomi Kelompok Wanita Karmina

juga yang paling tinggi. Sehingga modal yang berada pada tahun tersebut dapat

memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina dengan maksimal.

Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan Kelompok Wanita Karmina

dalam pengolahan lele sudah dapat dikatakan efisien. Semakin tinggi

prosentase rentabilitas ekonomi maka semakin efisien Kelompok Wanita

Karmina dalam menggunakan modalnya. Apabila dalam penjualan tidak dapat

ditingkatkan, Kelompok Wanita Karmina dapat menekan biaya pengeluaran

seperti biaya tetap dan variabel. Biaya yang kecil dan volume penjualan dalam

keadaan yang tetap, Kelompok Wanita Karmina dapat memperoleh keuntungan

yang lebih tinggi.

Page 82: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Keuntungan yang diperoleh tiap tahunnya terus meningkat sehingga

usaha ini terus dapat berjalan. Keuntungan merupakan tambahan modal bagi

Kelompok Karmina dalam menjalani usahanya terutama untuk tahun

berikutnya. Selain mendapatkan keuntungan, Kelompok Wanita Karmina juga

harus memperhitungkan perkiraan perubahan yang terjadi dalam analisis

sensitivitas karena hal tersebut dapat menyebabkan kerugian. Manfaat dari

diketahuinya perubahan jumlah produksi, biaya produksi dan harga adalah

untuk membuat estimasi jumlah produksi dan penentuan harga yang nantinya

akan mempengaruhi penerimaan dan keuntungan yang akan diperoleh

Kelompok Wanita Karmina. Setelah melalui BEP maka dilanjutkan dengan

menguji sensitivitas terhadap perubahan-perubahan tersebut, hasil diketahui

bahwa Kelompok Wanita Karmina belum mampu menghadapi perubahan-

perubahan baik dalam kemasan abon lele 100 gram, 160 gram maupun 250

gram. Berbeda dengan keripik lele, produk tersebut masih mampu dalam

memperoleh keuntungan walaupun adanya perubahan-perubahan harga jual

produk, biaya produksi maupun jumlah produksi.

Berdasarkan perhitungan analisis maka dapat dikatakan untuk

keuntungan yang paling besar dapat diperoleh dari abon lele kemasan 250

gram. Hal ini dikarenakan biaya variabel per kemasan dibandingkan dengan

harga jual mempunyai selisih paling besar dibandingkan dengan kemasan abon

lele yang lain maupun keripik lele. Namun apabila dilihat dari permintaan

ternyata abon lele kemasan 100 gram lebih banyak diminati dibandingkan

dengan abon lele kemasan lain maupun keripik lele. Oleh karena itu Kelompok

Wanita Karmina seharusnya tidak hanya melihat produk yang lebih banyak

diminati namun juga harus memperhatikan produk yang akan memberikan

peluang besar untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Kemasan abon

lele 100 gram lebih banyak diminati karenakan masa kadarluarsa abon hanya

dapat dikonsumsi enam sampai delapan bulan setelah kemasan dibuka,

sehingga masyarakat pada umumnya lebih memilih kemasan yang lebih kecil.

Namun kemasan abon lele 250 gram juga akan awet dengan umur kadarluarsa

yang sama. Apabila dalam penyimpanan setelah pembelian di tutup rapat

Page 83: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

seperti dimasukkan ke dalam toples sehingga tidak mengurangi kualitas dan

rasa dari abon tersebut.

Kelompok Wanita Karmina berdiri sudah enam tahun dan sudah cukup

baik dalam pengelolaan usahanya. Usaha ini dimulai dari usaha kecil dan saat

ini sedang dalam pengembangan untuk menaikkan kelasnya menjadi usaha

menengah. Tetapi, hingga saat ini, administrasi Kelompok Wanita Karmina

belum begitu baik. Administrasi dan keuangan Kelompok Wanita Karmina

dikelola secara langsung oleh ketua kelompok dengan dibantu oleh bendahara.

Arus keluar masuknya uang tidak selalu dicatat dan Kelompok Wanita

Karmina belum melaksanakan sistem pembukuan yang baik, sehingga

terkadang ketua kelompok menemui kesulitan untuk meninjau ulang kondisi

usahanya, dan lebih mengandalkan daya ingat pemilik, karyawan serta penjaga

toko.

Adanya beberapa pelatihan baik dari pemerintah daerah maupun instansi

memberikan informasi bagi para anggota Kelompok Wanita Karmina

khususnya dalam bagian keuangan. Anggota yang rata-ratanya lulusan SMP

mendapatkan latihan untuk mengelola analisis keuangan, baik tertulis maupun

yang telah menggunakan teknologi seperti komputer. Namun hal tersebut

belum dipraktikkan dalam menganalisis keuangan dari penjualan Kelompok

Wanita Karmina.

Selain masalah administrasi dan keuangan, lokasi usaha yang cukup jauh

dari pusat kota terkadang menjadi salah satu kendala. Kondisi jalan untuk

menuju ke lokasi sudah cukup baik. Jalan sudah diaspal dan dapat dilewati

kendaraan. Tetapi, jaraknya cukup jauh dari pusat kota yang ramai dan tidak

ada penunjuk arah untuk menuju ke Kampung Lele. Sehingga mempersulit

akses menuju ke Kampung Lele, terutama bagi masyarakat yang belum

mengetahui lokasi tersebut. Hal tersebut menjadikan Kelompok Wanita

Karmina terus berusaha dalam memasarkan produknya dengan menjual produk

di beberapa lokasi yang mudah diakses dan telah banyak diketahui masyarakat

seperti toko oleh-oleh yang rata-rata setiap daerah mempunyai kawasannya

masing-masing.

Page 84: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Produk yang dihasilkan Kelompok Wanita Karmina berturut-turut adalah

sebagai berikut untuk abon lele dan keripik sebanyak 16.128 kemasan dan

7.200 kemasan pada tahun 2009; sebanyak 30.912 kemasan, dan 12.000

kemasan pada tahun 2010 serta sebanyak 34.416 kemasan dan 14.400

kemasan pada tahun 2011.

2. Penerimaan yang didapatkan Kelompok Wanita Karmina berturut-turut

adalah sebagai berikut untuk abon lele dan keripik lele sebesar Rp

209.879.000,00 dan Rp 55.008.000,00 pada tahun 2009, sebesar Rp

441.638.000,00 dan Rp 95.664.000,00 pada tahun 2010 serta sebesar Rp

493.675.000,00 dan Rp 114.688.000,00 pada tahun 2011.

3. Jumlah produksi dan penerimaan Kelompok Wanita Karmina selama tahun

2009 hingga 2011 telah mencapai titik break even point dan telah

memperoleh keuntungan.

4. Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina pada tahun 2009, 2010,

dan 2011 adalah sebesar 12,24%, 12,49%, dan 13,77%. Hal ini

menunjukkan bahwa Kelompok Wanita Karmina sudah efisien dalam

menggunakan kekayaannya untuk menghasilkan keuntungan.

5. Perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga, biaya produksi dan

jumlah produksi belum dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok

Wanita Karmina khususnya pada abon lele berbeda pada keripik lele yang

masih dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina

dengan perubahan-perubahan tersebut.

Page 86: ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI commit to user i ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Break even point pada tahun selanjutnya harus semakin kecil sehingga

Kelompok Wanita Karmina lebih mudah dalam mencapai keuntungan yang

lebih besar, caranya dengan menekan biaya variabel yang dikeluarkan

seperti mengefisiensikan penggunaan bahan baku. Diantaranya dengan

adanya kolam penampungan sementara untuk lele yang dipesan dan

menambah fasilitas penyimpanan ikan lele sehingga menghemat biaya

bahan baku ikan lele dan menjaga persediaan bahan baku setiap minggunya.

2. Kelompok Wanita Karmina dapat meningkatkan penjualan pada kemasan

abon lele 250 gram, karena apabila dilihat dari biaya variabel per kemasan

maka pada biaya tersebut yang dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi

dibandingkan dengan kemasan abon lele yang lain. Penjualan dapat

dilakukan salah satunya menambah kemitraan dengan instansi/lembaga dan

toko oleh-oleh.

3. Perjalanan peneliti untuk menemukan lokasi dapat dikatakan kurang mudah

padahal Kelompok Wanita Karmina ini sudah cukup terkenal. Kelompok

Wanita Karmina dapat menambah informasi seperti petunjuk jalan

khususnya dari jalan raya antara Solo-Semarang ataupun Solo-Jogya

sehingga bagi masyarakat baik dari dalam kota maupun luar kota yang ingin

menuju ke lokasi menjadi lebih mudah.