analisis break even point sebagai perencanaan...
TRANSCRIPT
ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI PERENCANAAN LABA PADA
HOME INDUSTRY KAIN KASUR PALEMBANG DI DESA KADU
KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Sifa Paddilah
NIM. 11140150000068
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah rm:
Narna
NIM
Junrsan
Alarnat
: Sifa Paddilalr
:11140150000068
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Ekonomi
: Kp. Sempur, Curug-Kabupaten Tangerang
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGT]HNYA
Nama Pembimbing I
NIDN
Nama Pembimbing II
NIP
: Tri Harjawati, M.Si
: 2014118001
: Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd
: 198312052011012012
Bahwa Skripsi yang be{udul Analisis Break Even Point'sebagai Perencanaan
Laba Pada Home Industry Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten
Tangerang adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Demikian surat pemyataan ini saya
menerima segala konsekuensi apabila
sendiri.
buat dengan sesungguhnya dan saya siap
terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
Jakarta, 19 Septgmber 2018
NrM.111401s0000068
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skipsi berjudul Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada
Home Indastry Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang
yang disusun oleh Sifa Paddilah, NIM. 11140150000068, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaq4sah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakart'a, 19 September 2018
Yang Men gesahkan,
bing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Dr. Jakiatin Nisa. M.PdNrP. 1983 120520 tt0t20t2NrDN.2014118001
T I H ti M sir a a aw
. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ANALISIS 'REI
K EVEN POINT SEBAGAI PERENCANAAN LABA PADAHOME INDUSTRYKAIN KASUR PALE,MBANG DI DESA KADU
KABUPATEN TANGERANG
Skipsi
Diajukan Kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Msmperoleh Gelar Sarjana Pendidikan 1S.Pd)
Oleh:
Sifa PaddilahNIM.1 1 140150000068
Mengesalkan,
Pembimbing Skripsi II
Dr. Jakiatin Nisa. M.PdNrP. 1983110s20 lt0t20t2NIDN.2014118001
ABSTRAK
Sifa Paddilah, Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada Home Industry Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis break even point sebagai perencanaan laba pada home industry kain kasur palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis break even point, yaitu melalui pengumpulan data-data dari perusahaan seperti data biaya, data pendapatan dan data penjulan. Mengklasifikasikan biaya, menghitung margin kontribusi, menghitung rasio margin kontribusi, menghitung break even point, menghitung margin of safety (tingkat keamanan), dan menentukan target laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada Home Industry Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang yaitu sudah sesuai dengan penghitungan break even point baik tahun 2015, 2016 dan 2017. Sedangkan perencanaan laba yaitu pada tahun 2016 untuk ukuran kain 80 cm, 140 cm dan 100 cm sudah diatas penghitungan perencanaan laba dan untuk ukuran kain 120 cm, 160 cm, dan 180 cm dibawah penghitungan perencanaan laba yang penulis lakukan. Selanjutnya pada tahun 2017 sudah diatas penghitungan perencanaan laba untuk semua jenis ukuran kain kasur palembang. maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2017 home industry kain kasur palembang mengalami kenaikan laba.
Kata Kunci : Break Even Point, Perencanaan Laba, Home Industry
i
ABSTRACT
Sifa Paddilah, Analysis of Break Even Point as Profit Planning on Palembang Mattress Fabric Home Industry in Kadu Village, Tangerang Regency. ‘A Skripsi’: Social Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Educational Sciences, State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta.
The purpose of this study was to determine the analysis of break even point as a profit planning on the palembang mattress fabric home industry in Kadu Village, Tangerang Regency. The method used in this study is a quantitative method. Data analysis is done by using break even point analysis, namely through collecting data from companies such as cost data, revenue data and sales data. Classify costs, calculate contribution margins, calculate contribution margin ratios, calculate break even points, calculate margins of safety (security level), and determine profit targets. The results showed that the Analysis of Break Even Point as Profit Planning on Palembang Mattress Fabric Home Industry in Kadu Village, Tangerang Regency, was in accordance with the break even point calculation in 2015, 2016 and 2017. When viewed from the profit plan that is in 2016 for the size of the fabric 80 cm, 140 cm and 100 cm above the calculation of profit planning while for the size of the fabric 120 cm, 160 cm, and 180 cm under the calculation of profit planning that the author did. Furthermore, in 2017 it has been above the calculation of profit planning for all types of palembang mattress fabric, it can be concluded that in 2017 the palembang mattress fabric home industry experienced an increase in profits.
Keywords: Break Even Point, Profit Planning, Home Industry
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT, karena segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan
jahiliyah menuju jalan yang terang benderang dengan Agama Islam yang
dibawanya menjadi penyelamat dan mengantarkan pemeluknya menuju
kedamaian di dunia maupun di akhirat.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku
dosen penguji I.
3. Bapak Drs. H. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
4. Ibu Tri Harjawati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing Skripsi I serta Ibu Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd., selaku Dosen
Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk terus membantu dalam membimbing sampai selesainya penulisan
skripsi.
5. Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen penguji II yang telah meluangkan
waktu dan pikirannya, sehingga penulis dapat mempertanggungjawabkan hasil
penelitian
iii
6. Seluru dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya jurusan pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
pemahaman dan pelayanan selama proses perkuliahan di perguruan tinggi ini
7. Bapak Adih Selaku pemilik Home Industry Kain Kasur Palembang yang telah
membantu dalam proses penelitian.
8. Seluruh Karyawan Home Industry Kain Kasur Palembang
9. Ayahanda Sa’adih dan Ibunda Maisari, orang tua yang penulis cintai tidak
pernah henti membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap dikala
penulis kesulitan.
10. Adik-Adik yang penulis sayangi, Zahrotul Muflihah, Syahadatul Abadiah,
dan Syaidatun Niswah Alawiyah yang selalu setia menjadi motivasi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan segera.
11. Rekan-rekan Jurusan Pendidikan IPS Angkatan 2014 konsentrasi ekonomi,
sosiologi dan geografi yang senantiasa memberikan inspirasi dan motivasi
selama perkuliahan.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan karena apabila bukan karena Allah
SWT penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memerlukan kritik dan saran
dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
serta bagi masyarakat.
Jakarta, 16 Oktober 2018
Penulis
Sifa Paddilah
iv
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK……………………………………………………………………….i
ABSTRACT……………………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL……………………………………………………….……viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..……..x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xi
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah……………..……...…………………...1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………...6
C. Pembatasan Masalah……………………………………………..7
D. Rumusan Masalah………………………………………………..7
E. Tujuan Penelitian…………………………………………....…....7
F. Manfaat Penelitian………………………………………………..7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR……...…….....9
A. Kajian Teori….…………………………………………….…….9
1. Break Even Point (BEP)/Titik Impas……………………....9
2. Perencanaan Laba……………………………………...….25
3. Home Industry………………………………………….....31
v
B. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………………..36
C. Kerangka Berfikir….…………………………………………....40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………....43
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………..…43
B. Metode Penelitian…………………………………….………....44
C. Populasi dan Sampel ……………………………..……….........44
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………...45
E. Instrumen Penelitian…………………………………………….45
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data…………………………..47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….……....50
A. Hasil Penelitian…………………………………………………50
1. Gambaran Umum Home Industry Kain Kasur Palembang
Kain Kasur Palembang……………………………………...50
1.1 Sejarah Singkat dan Profil Home Industry Kain Kasur
Palembang……………………………………….……...50
1.2 Visi dan Misi Home Industry Kain Kasur Palembang….51
1.3 Bentuk Usaha Home Industry Kain Kasur Palembang….52
1.4 Lokasi Usaha Home Industry Kain Kasur Palembang….52
1.5 Proses Pembuatan Kain Kasur Palembang……………...52
1.6 Struktur Organisasi Home Industry Kain
Kasur Palembang………………………………………..55
2. Data Penelitian……………………………………………....55
2.1 Data Penjualan…………………………………………..56
2.2 Data Pendapatan………………………………………...57
2.3 Data Biaya-Biaya……………………………….……….58
2.4 Data Wawancara…………………..…………………….59
3. Analisis Break Even Point………………………………..…66
3.1 Mengklasifikasikan Biaya Tetap dan Biaya Variabel…..66
3.2 Menghitung Margin Kontribusi…………………………68
3.3 Menghitung Rasio Margin Kontribusi…………………..77
vi
3.4 Menghitung Break Even Point………………….…........83
4. Perhitungan Perencanaan Laba……………….……………..91
4.1 Margin of Safety (Tingkat Keamanan………………..…91
4.2 Analisis Target Laba…………………………………….95
5. Leverage Operasi…………………………………………..104
B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………..110
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………......113
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.…………..…….114
A. Kesimpulan…………………………………………..……..…114
B. Implikasi…………………………………………………….…114
B. Saran………………………………………………..………....115
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…...…..…....…116.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Penjualan dan Pendapatan yang di Peroleh Home Industry
Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang
tahun 2015, 2016 dan 2017………………………………..……….4
Tabel 2.1. Metode Sederhana Analisis Break Even Point…..…..……………14
Tabel 2.2. Penelitian Relevan...………………………..……………………..42
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian……………..…………………………43
Tabel 3.2. Lembar Instrumen Wawancara Penelitian……………………..….46
Tabel 4.1. Data Penjualan Tahun 2015, 2016, dan 2017………..……………56
Tabel 4.2. Data Pendapatan Tahun 2015, 2016, dan 2017…………..……….57
Tabel 4.3. Data Biaya-Biaya Tahun 2015, 2016, dan 2017…………...……..58
Tabel 4.4 Klasifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel………...……………67
Tabel 4.5. Biaya Tetap Total Tahun 2015, 2016, dan 2017……….……..…..67
Tabel 4.6. Biaya Variabel Total Tahun 2015, 2016, dan 2017…….………....68
Tabel 4.7. Margin Kontribusi Perunit dan Rupiah Tahun 2015……………...71
Tabel 4.8. Margin Kontribusi Perunit dan Rupiah Tahun 2016……………...73
Tabel 4.9. Margin Kontribusi Perunit dan Rupiah Tahun 2017………….…..75
Tabel 4.10. Margin Kontribusi Total Perunit dan Rupiah Tahun 2015-2017…77
viii
Tabel 4.11. Laba Bersih Tahun 2015……………………..……….…….….…78
Tabel 4.12. Laba Bersih Tahun 2016……………….…………..……….…….79
Tabel 4.13. Laba Bersih Tahun 2017…………………..…..…………….……80
Tabel 4.14. Produksi Kain Kasur di Utamakan 2015,2016, dan 2017……...…81
Tabel 4.15. Break Even Point Perunit dan Rupiah Tahun 2015 - 2017....…….90
Tabel 4.16. Ukuran Kain Kasur Rawan Mengalami Kerugian tahun 2015,
2016, dan 2017……………….…………………………….….….94
Tabel 4.17. Estimasi Target Penjualan………………………………..….…..102
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Persentase Leverage Operasi
Tahun 2015-2017…………………………………………………108
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Peningkatan Persentase Leverage Operasi
Tahun 2015-2017…………………………………………………109
Tabel 4.20. Gabungan Break Even Point dan Perolehan Laba………….…….110.
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Break Even Point ……………………………….………15
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir………………………………………………42
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Kain Kasur Palembang Bapak Adih………55
Gambar 4.2. Grafik Analisis Target Laba…………………………………..103.
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Referensi………………………………………….119
Lampiran 2 Data Penjualan………………………………………..125
Lampiran 3 Data Pendapatan……………………………………...130
Lampiran 4 Data Biaya-Biaya…………………………………….135
Lampiran 5 Data Wawancara……………………………………..138
Lampiran 6 Instrumen Penelitian…………………………………143
Lampiran 7 Lembar Wawancara………………………………….146
Lampiran 8 Dokumentasi…………………………………………148
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian…………………………………151
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian…………………………152
Lampiran 11 Surat Bimbingan Skripsi…………………………..…153
Lampiran 12 Biodata Penulis………………………………………154
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia kata bisnis sudah tidak asing lagi, bahkan memiliki peranan
penting bagi pendapatan negara. Bisnis merupakan kegiatan dalam menjual
produk atau jasa agar memberikan keuntungan bagi pemiliknya. G.Sampath
menyatakan pula bahwa bisnis adalah kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan.1
Faktanya bisnis tidak selalu berkaitan dengan perusahaan yang besar
tetapi juga berkaitan dengan usaha-usaha yang tergolong kecil dan tidak
memiliki aset yang besar seperti usaha mikro, kecil ataupun menengah
(UMKM). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok
usaha yang perannya sangat signifikan dalam perekonomian Indonesia,
dengan jumlah pelaku usaha mikro yang diperkirakan sebagian besar bergerak
di sektor informal.2
Pertumbuhan UMKM di Indonesia sudah semakin pesat bahkan
memberikan kontribusi bagi pendapatan negara. Jumlah pelaku usaha industri
UMKM di Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya,
terutama sejak tahun 2014. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah pada tahun 2014, terdapat sekitar 57,8 juta pelaku
UMKM di Indonesia. Jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami
perkembangan dan pertumbuhan dari tahun 2015, 2016 hingga tahun 2017.
Pertumbuhan dan perkembangan UMKM juga terjadi di berbagai daerah
di Indonesia seperti di Kabupaten Tangerang. UMKM yang berada di
Kabupaten Tangerang sudah sangat berkembang dan tidak asing lagi hampir
disetiap kecamatan terdapat UMKM. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang di update pada tanggal 16 Mei 2015 jumlah
1 Nurochim dan Iwan Purwanto, Manajemen bisnis, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hlm. 1. 2 Hartono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan UMKM di Surakarta, (Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol.14, No.1, 2014), hlm.16.
1
2
perusahaan menurut golongan industri yaitu industri besar, sedang dan industri
kecil pada tahun 2013 mencapai 695 unit.3 Maka dari itu dapat di akui bahwa
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia, itu artinya pemilik usaha sukses dalam
menjalankan usahanya.
Kesuksesan suatu usaha tidak didapatkan begitu saja tetapi harus
menggunakan suatu strategi untuk mampu bersaing di pangsa pasar. Salah
satu strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan perencanaan laba.
Perencanaan laba dalam bidang usaha besar biasanya dikelola oleh bagian
manajemen keuangan. Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan
ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang diinginkan.
Laba adalah uang yang tersisa setelah perusahaan mengurangkan biaya-biaya
untuk memproduksi dan memasarkan barang atau jasa dari penerimaannya.4
Menurut Milton F. Usry dan Adolph Matz perencanaan laba terbagi
menjadi dua yaitu perencanaan laba jangka pendek dan perencanaan laba
jangka panjang. Perencanaan laba jangka panjang bisa dilakukan dengan
melakukan perhitungan rugi-laba bayangan/prospektif, neraca tahunan,
laporan arus kas, dan analisis break even point. Salah satu bagian perencanaan
laba yang digunakan adalah analisis Break Even Point (BEP).
Break even point/titik impas merupakan keadaan dimana perusahaan
dalam melakukan kegiatannya tidak memperoleh laba dan tidak menderita
kerugian. Bagi perusahaan break even point sangat lah penting karena dapat
membantu manajemen untuk mengambil keputusan dalam menarik produk
atau mengembangkan produk yang dijalankannya.5 Selain itu manajer suatu
perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan agar terhindar dari
kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
masa yang akan datang. Break even point juga memiliki manfaat bagi
perusahaaan yaitu memberikan peringatan penting bagi pimpinan mengenai
3 Badan Puat Statistik Kabupaten Tangerang, Direktori Survei IBS Tahunan. 4 Nurochim dan Iwan Purwanto, Op. Cit, hlm. 3 5 Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro, Akuntansi Manajemen Edisi 3 Revisi, (Jakarta: Mitra Wacana Mesia, 2013), hlm. 243
3
berapa unit dan rupiah penjualan minimum harus tercapai di masa yang akan
datang.6
Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) UMKM, bahwa
di Indonesia UMKM mengalami penurunan keuntungan pada tahun 2012,
dari tahun 2011 yaitu mencapai 9,94% menjadi 9,68% yang artinya dalam
waktu satu tahun mengalami penurunan sekitar 0,26%. Dari data tersebut
terlihat bahwa industri UMKM yang ada di Indonesia tidak
mengimplementasikan perhitungan break even point. Sedangkan dengan
mengunakan break even point itu sendiri industri UMKM akan memperoleh
informasi mengenai keuntungan ataupun perencanaan laba bagi perusahaan.
Dengan adanya analisis break even point yang dilakukan UMKM pada tahun
2011 setidaknya bisa mengakomodir kerugian di tahun 2012 sehingga
kerugian tersebut akan menurun sedikit atau bahkan bisa terantisipasi menjadi
laba.
Salah satu UMKM yang ada di Indonesia itu adalah UMKM jenis industri
yang memproduksi kain kasur palembang milik bapak Adih yang beralamat di
Kp. Sempur Rt.05 Rw.06 No.58 Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang. Usaha kain kasur palembang merupakan usaha kecil sejenis home
industry yang merupakan salah satu UMKM yang berdiri sudah cukup lama
dan masih mampu bertahan sampai sekarang. Home industry ini mampu
menyerap tenaga kerja khususnya dikalangan ibu rumah tangga supaya
memiliki penghasilan tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai ibu
rumah tangga yang mengurus berbagai perkerjaan rumah, karena home
industry kain kasur Palembang memiliki tahap yang harus dikerjakan secara
manual yang biasa disebut dengan “Menggender”. Selain alasan diatas Home
Industry Kain Kasur Palembang merupakan industri yang cukup berkembang
diwilayah tersebut.
Berdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan pada tanggal 02
November 2017 melalui wawancara langsung dengan pemilik usaha bahwa
6 Edi Herman, Akuntansi Manajerial Suatu Orientasi Praktis, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.109
4
home industry kain kasur palembang tidak melakukan perencanaan laba
dengan menggunakan analisis break even point karena setelah melihat
pencatatan pembukuannya hanya mengurangi pendapatan dengan beban-
beban produksi. Masih dalam pengamatan yang dilakukan peneliti pada
tanggal 02 November 2017 melalui wawancara dengan pegawai kain kasur
palembang dan dengan melihat bukti pembukuan pemilik usaha bahwa tidak
adanya pemisahan biaya-biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya
variabel. Dari data yang dilihat membuktikan bahwa home industry kain kasur
Palembang tidak melakukan analisis break even point untuk merencanakan
laba usahanya.
Dengan melakukan wawancara dan melihat pembukuan home industry
kain kasur Palembang pada tanggal yang sama bahwa, tidak ada juga
perhitungan hasil penjualan sama dengan jumlah biaya total atau hasil
penjualan berada diatas jumlah biaya total atau bahkan sebaliknya sehingga
besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh usaha ini belum diketahui secara
pasti. Berikut merupakan data penjualan kain kasur Palembang pada tahun
2015, 2016 dan 2017:
Tabel 1.1.
Jumlah Penjualan dan Pendapatan yang di Peroleh Home Industry Kain
Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang tahun 2015, 2016 dan
2017.
(disajikan dalam rupiah)
No. Tahun Ukuran Harga Penjualan Pendapatan
1. 2015 80 cm
100 cm
120 cm
140 cm
160 cm
180 cm
Rp. 28.000
Rp. 31.000
Rp. 33.000
Rp. 36.000
Rp. 46.000
Rp. 52.000
4.000 pcs
3.500 pcs
5.000 pcs
8.000 pcs
6.000 pcs
7.500 pcs
Rp. 112.000.000
Rp. 108.500.000
Rp. 165.000.000
Rp. 288.000.000
Rp. 276.000.000
Rp. 390.000.000
Jumlah 34.000 pcs Rp. 1.399.500.000
5
2. 2016 80 cm
100 cm
120 cm
140 cm
160 cm
180 cm
Rp. 28.000
Rp. 31.000
Rp. 33.000
Rp. 36.000
Rp. 46.000
Rp. 52.000
5.000 pcs
4.500 pcs
5.500 pcs
6.000 pcs
7.500 pcs
7.500 pcs
Rp. 140.000.000
Rp. 139.500.000
Rp. 181.500.000
Rp. 216.000.000
Rp. 345.000.000
Rp. 390.000.000
Jumlah 36.000 pcs Rp.1.412.000.000
3. 2017 80 cm
100 cm
120 cm
140 cm
160 cm
180 cm
Rp. 28.000
Rp. 31.000
Rp. 33.000
Rp. 36.000
Rp. 46.000
Rp. 52.000
6.000 pcs
5.000 pcs
4.000 pcs
6.000 pcs
7.000 pcs
8.000 pcs
Rp. 168.000.000
Rp. 155.000.000
Rp. 132.000.000
Rp. 216.000.000
Rp. 322.000.000
Rp. 416.000.000
Jumlah 36.000 pcs Rp. 1.409.000.000
Jumlah Keseluruhan 106.000 pcs Rp. 4.220.000.000
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penjualan kain kasur Palembang
pada tahun 2015, 2016 dan 2017 memproduksi dengan jumlah yang berbeda
salah satunya terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 34.000 pcs sedangkan
tahun 2016 dan 2017 memproduksi dengan jumlah yang sama yaitu 36.000
pcs kain kasur palembang. Pada tahun 2015 pemilik usaha lebih banyak
menjualan kain kasur ukuran 140 cm sebanyak 8.000 pcs. Berbeda dengan
ukuran 80 cm, 100 cm, 120 cm mengalami kenaikan produksi pada tahun
2016 dibanding dengan tahun 2015, berbanding terbalik dengan ukuran 140
cm dan 160 cm mengalami penurunan produksi pada tahun 2016. Tetapi untuk
ukuran 180 cm pada tahun 2015 dan 2016 memproduksi dengan jumlah yang
sama yaitu sebanyak 7.500 pcs.
Selanjutnya pada tahun 2016 ukuran kain 80 cm, 100 cm, dan 180 cm
mengalami kenaikan jumlah penjualan dan pada tahun 2017, untuk ukuran 140
cm mengalami penjualan yang sama, baik di tahun 2016 maupun tahun 2017,
sedangkan ukuran 120 cm dan 160 cm mengalami penurunan penjualan pada
6
tahun 2017. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penjualan kain kasur
palembang pada tahun 2015, 2016 dan 2017 mengalami kenaikan, penurunan
bahkan jumlah penjualan tetap.
Dan apabila dilihat dari pendapatan disetiap tahunnya maka pada tahun
2015 jumlah pendapatan usaha home industry kain kasur palembang hanya
sebesar Rp.1.399.500.000, berbeda dengan tahun 2016 pendapatannya
mencapai Rp.1.412.000.000, maka bisa dikatakan bahwa pada tahun 2016
mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp. 12.500.000 dari tahun 2015.
Sedangkan pada tahun 2017 pendapatan yang diterima mengalami penurunan
kembali, dan hanya menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.409.000.000.
Maka dapat disimpulkan bahwa usaha home industry kain kasur
palembang mengalami kenaikan pendapatan pada tahun 2016 dan kembali
mengalami penurunan pendapatan di tahun 2017. Hal ini membuktikan bahwa
pemilik usaha home industry kain kasur palembang tidak melakukan
perhitungan analisis break even point untuk merencanakan pendapatan laba
pada usahanya.
Bertolak dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul: “ANALISIS BREAK EVEN
POINT SEBAGAI PERENCANAAN LABA PADA HOME INDUSTRY
KAIN KASUR PALEMBANG DI DESA KADU KABUPATEN
TANGERANG”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah:
1. Home industry tidak mengetahui break even point pada usahanya
2. Home industry tidak mengetahui perhitungan perencanaan laba
3. Tidak ada pemisahan biaya antara biaya tetap dan biaya variabel
4. Tidak ada perhitungan hasil break even point untuk mengetahui
tingkat laba usaha.
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi
masalah pada penelitian ini yaitu tentang:
1. Home industry tidak mengetahui break even point pada usahanya
2. Home industry tidak mengetahui perhitungan perencanaan laba
Adapun pembatasan masalah secara spesifiknya adalah:
a. Hanya berfokus pada penghitungan break even point pada Home
Industry Kain Kasur Palembang
b. Perencanan laba dengan melihat harga barang dan biaya-biaya
pada tahun 2015, 2016, dan 2017
c. Home Industry yang ada di Desa Kadu Kabupaten Tangerang
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan diatas maka dapat di rumuskan masalah yang akan diteliti yaitu
Bagaimanakah analisis break even point sebagai perencanaan laba pada home
industry kain kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui analisis break even point sebagai perencanaan laba pada home
industry kain kasur palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
penelitian dalam penulisan skripsi selanjutnya mengenai analisis break
even untuk merencanakan laba perusahaan.
b. Secara Praktis
1. Bagi pemilik usaha
8
Analisis break even point dapat digunakan sebagai informasi bagi
pemilik usaha kain kasur Palembang untuk menyusun perencanaan
laba yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan laba usaha rumah
tangga.
2. Bagi penulis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu dan memperluas
pengetahuan pembaca baik secara teori maupu praktek. Selain itu juga
bermanfaat sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana.
3. Bagi pembaca
Bagi pembaca dapat bermanfaat untuk bahan rujukan penulisan skripsi
berikutnya atau sekedar menambah wawasan bagi para pembacanya.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Break Even Point (BEP)/Titik Impas
1.1. Pengertian Break Even Point (BEP)/Titik Impas
Break even point/titik impas/titik balik pokok mempunyai definisi
yang berbeda-beda dari para ahli. Ari Purwanti dan Darsono
Prawiranegoro dalam bukunya mengatakan BEP = Break Even Point
atau titik impas, dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi
manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau
mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang
profit center atau mengembangkannya.7
Edi Herman dalam bukunya mengatakan titik impas (break even
point) adalah kondisi operasi dari suatu entiti dimana total pendapatan
sama dengan total biaya dan tidak mempeoleh laba juga tidak
mengalami rugi. Manfaat utamanya adalah memberikan peringatan
penting bagi pimpinan berapa unit dan rupiah penjualan minimum
harus tercapai di masa yang akan datang.8
Ridwan S. Sundjaja dkk dalam bukunya mengatakan, titik impas
operasi perusahaan adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk
dapat menutupi semua biaya operasional, dimana pada titik impas
tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol.9 Sedangkan
menurut S.Ernawati break even point merupakan suatu keadaan
dimana seluruh penerimaan hanya mampu menutup seluruh
pengeluaran.10
7 Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro, Op. Cit, hlm. 243. 8 Edi Herman, Op. Cit, hlm. 109. 9 Ridwan S. Sundjaja, dkk, Manajemen Keuangan 2 Edisi 6, (Bandung: Literata Lintas Media, 2010), hlm. 258. 10 S. Ernawati, Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman, (Jurnal Sains dan Peternakan, Vol.5(2), September 2007), hlm. 7.
10
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa break
even point/titik impas/titik balik pokok adalah keadaan dimana
perusahaan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian atau total
pendapatan dan total biaya sama dengan nol.
Sedangkan Analisis break even point adalah suatu keadaan dimana
perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan
(laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini
jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Lebih lanjut analisis ini digunakan untuk menentukan
berapa unit yang harus dijual agar kita memperoleh keuntungan, baik
dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.11
Harmono dalam bukunya mengatakan analisis break even point
adalah sebuah metode yang berguna untuk para manajer supaya dapat
dan mampu memastikan prediksi penjualan produk perusahaan yang
memadai dan dapat menutup biaya produk atau jasa yang dihasilkan
pada tingkat keuntungan yang ditargetkan. 12
Maka dapat disimpulkan bahwa analisis break even point adalah
proses perhitungan yang dilakukan oleh suatu manajemen untuk
mengetahui titik impas dimana keadaan perusahaan tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian atau pendapatan dan biaya sama dengan
nol.
1.2. Rumus Break Even Point (BEP)/Titik Impas
Rumus break even point terbagi menjadi empat metode, masing-
masing metode berasal dari sumber yang berbeda. Pemakaian metode
break even point dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan
pemakai. Berikut ini beberapa metode break even point yang dapat
digunakan dalam analisis break even point:
11 Kasmir, Loc. Cit, hlm. 333 12 Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm. 167
11
1.2.1. Metode Persamaan
Menurut L.M. Samryn metode persamaan memanfaatkan
data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format
kontribusi. Titik impas dengan metode ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:13
Atau
1.
Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan
rumus tersebut, maka titik impas dalam rupiah dapat dihitung
dengan prosedur sebagai berikut:
Perusahaan biasanya hanya memiliki data persentase biaya
variabel dari harga jual dan pendekatan yang disajikan di atas
dapat digunakan untuk menentukan titik impas. Perhatikan
bahwa penggunaan persentase dalam persamaan tersebut dapat
digunakan untuk menentukan titik impas berdasarkan nilai
penjualan dan bukan dalam unit.
1.2.2. Metode Margin Kontribusi
Menurut Edi Herman margin kontribusi adalah jumlah
yang tersisa dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel.
Jumlah tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan
laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi akan digunakan
untuk menutup biaya tetap dan apabila masih ada sisa akan
13 L.M. Samryn, Akuntansi Manajemen Informasi Biaya untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi & Investasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm. 175
Penjualan – Biaya variabel – Biaya tetap = Laba
Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + laba
Rasio penjualan=Rasio margin kontribusi+Biaya tetap+Laba
12
menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup menutup
biaya tetap, maka akan mengalami kerugian.
Berikut merupakan rumus margin kontribusi yang terbagi
menjadi dua macam yaitu:
1) Menghitung margin kontribusi dalam unit, dengan rumus
sebagai berikut: 14
Dimana margin kontribusi perunit sama dengan harga
jual dikurang biaya variabel per unit. Dari rumus diatas
manajemen akan mengetahui margin kontribusi setiap unit
produksi.
2) Margin kontribusi dalam jumlah totalnya, dengan rumus
sebagai berikut:
Dimana:
TP : Total Pendapatan
BV : Biaya Variabel
TBV : Total Biaya Variabel
Sedangkan menurut Garrison dan Noreen metode margin
kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari metode
persamaan yang telah dijelaskan di atas. Pendekatan ini
memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual
memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan
untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit
14 Edi Herman, Loc. Cit, hlm. 108
Margin Kontribusi per unit = Harga Jual – BV
Margin Kontribusi = TP -TBV
13
yang harus dijual untuk mencapai titik impas, total biaya tetap
dibagi dengan margin kontribusi per unit.
Margin kontribusi dapat dihitung melalui total pendapatan
dikurangi dengan total biaya variabel. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa dalam menghitung margin kontribusi bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu menghitung margin kontribusi dalam
unit dan menghitung dalam jumlah total. Setelah menentukan
nilai margin kontribusi maka perusahaan dapat menentukan
nilai break even point dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:15
Titik Impas (unit) : 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡
Variasi dari metode ini menggunakan rasio margin
kontribusi sebagai pengganti margin kontribusi per unit.
Hasilnya adalah titik impas yang ditentukan berdasarkan nilai
penjualan. Berikut adalah rumus yang digunakan:
Titik Impas (Penjualan) : 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
Margin kontribusi sebagi persentase penjualan disebut
rasio margin kontribusi (Rasio MK). Rasio ini dihitung dengan
cara berikut:16
Rasio Margin Kontribusi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 %
Pendekatan berdasarkan rasio margin kontribusi sangat
berguna apabila perusahaan memiliki berbagai macam produk
dan akan menentukan titik impas untuk perusahaan secara
keseluruhan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam penelitian ini
menggunakan metode margin kontribusi dengan alasan bahwa
pendekatan margin kontribusi memiliki kelebihan yaitu dapat
15 Garrison dan Noreen, Akuntansi Manajerial, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hlm. 261. 16 Garrison dan Noreen, ibid, hlm. 254
14
menunjukan secara jelas bagaimana biaya berubah bersama
dengan perubahan tingkat penjualan.
Pendekatan ini jauh lebih sesuai digunakan pada
perusahaan yang mempunyai jenis produk lebih dari satu
macam dan menghendaki menghitung break even point tunggal
sebagai keseluruhan. Hal ini sesuai dengan kondisi usaha yang
akan diteliti.
1.2.3. Metode Sederhana
Menurut Sofyan Syafri Harahap perhitungan break even
point dapat dilakukan dengan cara berbeda yaitu dengan
membuat tabel harga penjualan, biaya variabel dan biaya tetap.
Berikut adalah tabel beserta contoh yang digunakan untuk
menghitung break even point :17
Contoh: Diketahui
Harga Penjualan Rp. 2,00/unit
Biaya Variabel Rp. 1,2/unit
Biaya Tetap Rp. 40.000
Tabel 2.1. Metode Sederhana Analisis Break Even Point
(dalam rupiah)
Jumlah
Unit 1
Harga
Penjualan
2 (1x2)
Biaya
Tetap
3
Biaya
Variabe
l4
(1x BV)
Total
Biaya 5
(3x4)
Laba 6
(2-5)
30.000
40.000
50.000
60.000
60.000
80.000
100.000
120.000
40.000
40.000
40.000
40.000
36.000
48.000
60.000
72.000
76.000
88.000
100.000
112.000
(16.00)
(8.000)
-
8.000
17 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 361.
15
70.000
100.000
140.000
200.000
40.000
40.000
84.000
120.000
124.000
160.000
16.000
40.000
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa titik break even point
adalah pada jumlah volume penjualan sebesar 50.000 unit.
Ini berarti bahwa apabila penjualan perusahaan 50.000 unit
maka perusahaan berada dalam posisi tidak mendapat laba dan
tidak mengalami rugi. Oleh karena itu jika ingin memperoleh
laba maka penjualan harus diatas break even point tersebut.
1.2.4. Metode Grafik
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit
penjualan terdapat informasi yang lengkap seperti setiap rupiah
penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba
atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan
memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen
diatas.18 Berikut merupakan contoh gambar grafik break even
point.
Gambar 2.1.Grafik Break Even Point
18 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 344.
16
1.3. Tingkat Keamanan (Margin Of Safety)
Margin of safety adalah kelebihan dari proyeksi atau aktual
penjualan atas break even point. MOS ini bermanfaat selama
memberikan informasi tentang seberapa jauh penurunan penjualan baik
dalam rupiah maupun dalam kuantiti sehingga perusahaan masih
dalam posisi aman atau masih berlaba.19
Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of
safety yang rendah, karena margin of safety memberikan gambaran
kepada manajemen beberapa penurunan yang dapat ditolerir sehingga
perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.20
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau
margin of safety (MOS) adalah sebagai berikut:21
1) Penjualan yang direncanakan
MOS = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑗𝑒𝑡𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠
X 100%
2) Penjualan MOS
MOS = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑗𝑒𝑡− 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑗𝑒𝑡
X 100%
Dalam penelitian ini menggunakan rumus ke dua yaitu penjualan
MOS dimana penjualan per bujet dikurang penjualan titik impas di
bagi penjualan per bujet di kali 100%, maka akan akan diketahui
tingkat keamanan (MOS) penjualan perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of
19 Edi Herman, Loc. Cit, hlm. 117. 20 Cristine P. Ponomban, Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada PT. Tropica Cocoprima, (Jurnal EMBA, Vol. 1, Desember 2013), hlm. 1253. 21 Kasmir, Loc. Cit, hlm. 345.
17
safety yang rendah, karena margin of safety memberikan gambaran
kepada manajemen beberapa penurunan yang dapat diantisispasi
sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum
memperoleh laba.
1.4. Analisis Target Laba
Rumus Biaya-Volume-Laba dapat digunakan untuk menentukan
volume penjualan untuk mencapai target laba. Didalam analisis target
laba dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode persamaan
dan metode margin kontribusi.22
a. Metode Persamaan
Dalam metode persamaan analisis target laba dapat dilakukan
dengan cara:
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
b. Metode Margin Kontribusi
Dalam metode margin kontribusi analisis target laba dapat
dilakukan dengan cara:
Unit Penjualan = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
untuk mencapai target laba
Dalam penelitian ini untuk menentukan target laba perusahaan
menggunakan metode margin kontribusi karena dalam perhitungan
rumus break even point atau biaya-volume-laba menggunakan metode
margin kontribusi.
1.5. Peranan Margin Kontribusi
Dalam menggunakan analisis CVP umumnya dan BEP khususnya,
pengertian dan perhatian yang lebih besar terhadap Margin Kontribusi
(MK) sangat diperlukan sekali, karena dengan cepat pula kita dapat
22 Garrison dan Noreen, Loc. Cit, hlm. 263.
18
membuat suatu keputusan dan sebagai titik awal dari keputusan-
keputusan berikutnya. Keputusan-keputusan atau masalah-masalah
yang dapat diselesaikan dengan memperhatikan margin kontribusi,
antara lain:23
a) Menutup atau meneruskan segmen atau bagian tertentu. Dengan
melihat MK saja dapat diambil keputusan pertama, MK yang
positif akan menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, jika
fix cost nya tanggungan bersama
b) Jika alternatif penutupan suatu segmen atau bagian itu dilakukan
dan dilakukan alternatif lain, maka keputusannya pun hanya
membandingkan MK saja.
c) Dalam analisis join cost dengan join product, keputusannya hanya
membandingkan harga jual baru dikurangi harga jual lama dengan
MK (yaitu biaya proses lanjutan) sudah dapat diambil keputusan.
d) Tidak ,memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit dan lebih
efesien terutama dalam analisis BEP.
1.6. Leverage Operasi
Menurut L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M. leverage operasi adalah
suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam
suatu organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Leverage operasi
merupakan suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap
perubahan dalam penjualan. Model ini dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan tentang berapa besarnya kenaikan laba jika
terjadi kenaikan penjualan dalam jumlah persentase tertentu.24
Rumus dalam tingkat leverage operasi dapat dihitung dengan
menggunakan formula:
Tingkat leverage operasi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
23 Komaruddin Ahmad, Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 36. 24 L.M. Samryn, Loc.Cit, hlm.182
19
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut, selanjutnya
manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan
menggunakan formula:
Kenaikan Laba Bersih =
Tingkat leverage operasi x Kenaikan penjualan
Kenaikan laba dapat dihitung setelah melakukan perhitungan
leverage operasi, maka penelitian ini akan menggunakan perhitungan
leverage untuk mengantisipasi kenaikan penjualan pada tahun
berikutnya.
1.7. Klasifikasi Biaya dalam Analisis Break Even Point (BEP)/Titik
Impas
1.7.1. Pengertian Biaya
Biaya (cost) merupakan sejumlah nilai yang dikorbankan
untuk memperoleh barang dan jasa, dimana pengorbanan
tersebut diukur dengan berkurangnya harta dan bertambahnya
kewajiban dalam satuan rupiah, guna melaksanakan suatu
proses produksi.25
Menurut Firdaus dan Wasilah dalam M.Yusuf Andrianto
Nengah Sudjana dan Devi Farah Azizah, biaya (cost) adalah
pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk
memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang
akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode
akuntansi.26
Menurut Kamaruddin Ahmad dalam Saparida, Satriani dan
Marheni Lona Miranda yang dimaksud dengan biaya dan beban
adalah “pengeluaran yang diukur dalam moneter yang telah
25 Dian Mulansari dan Kun Ismawati, Analisis Perencanaan Laba dengan Menggunakan Metode Cost-Volume-Provit (CVP) pada PT. Indo Acidatama Tbk, (Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah, Vol.14, No.4, Oktober 2016), hlm. 8 26 M. Yusuf Andrianto , Nengah Sudjana , dan Devi Farah Azizah, Analisis Break Even Point (Bep) Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi Pada CV. Langgeng Makmur Bersama Lumajang Periode 2012-2014), (Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 35, No. 2, Juni 2016), hlm. 31.
20
dikeluarkan atau potensial akan dikeluarkan untuk memperoleh
dan mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya beban adalah
pengeluaran yang telah digunakan untuk menghasilkan
prestasi”. Biaya (cost) dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat
di masa depan. Ketika biaya telah dihabiskan dalam proses
menghasilkan pendapatan, biaya tersebut dinyatakan
kedaluwarsa (expire). Biaya (cost) yang telah kedaluwarsa
disebut beban (expenses).27
Dapat disimpulkan bahawa biaya adalah pengeluaran-
pengeluaran yang ditanggung oleh suatu perusahaaan untuk
memperoleh barang dan jasa serta untuk mencapai tujuan yang
berguna di masa yang akan datang dalam satu periode
akuntansi.
1.7.2. Jenis-Jenis Biaya
Dalam analisis ini, hanya digunakan dua macam biaya,
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelompokkan
biaya tetap disuatu sisi dan mengelompokkan biaya variabel
disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan
kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong
semu variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat
dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut:28
a. Pendekatan Analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis
dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya
yang ada beserta sifat- sifat biaya tersebut.
b. Pendekatan Historis. Dalam hal ini yang harus dilakukan
adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan
angka- angka dan data biaya masa lampau.
27 Saprida Satriani, Marheni dan Lona Miranda, Analisis Cost-Volume-Profit Sebagai perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV. Mentari Dempo Indah Pangkalpinang, (Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis dan Keuangan JIABK, Vol. 3, Issue 2, November 2015), hlm. 29. 28 Kasmir, Loc. Cit, hlm. 338.
21
Dalam penelitian ini untuk menentukan jenis biaya
perusahaan menggunakan pendekatan analitis, dimana penulis
akan meneliti satu per satu biaya dan membaginya menjadi dua
bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 29
1) Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak
mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume
produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita
menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu
saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki.
Biaya tetap selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu: 30
a) Committed fixed cost meliputi biaya-biaya tetap yang
berhubungan dengan investasi dalam fasilitas,
peralatan, dan struktur dasar organisasi sebuah
perusahaan. Biaya-biaya ini sulit ditelusuri
hubungannya dengan volume output, seperti unit
produksi.
b) Discretionary fixed atau dikenal juga sebagai managed
fixed cost meliputi biaya-biaya tetap yang timbul dari
keputusan tahunan manajemen untuk membelanjai
bidang-bidang biaya tetap tertentu seperti iklan dan
penelitian. Sebagai discretionary fixed cost, biaya ini
akan hilang jika kebijakan yang bersangkutan juga
ditiadakan. Demikian juga fluktuasinya akan
dipengaruhi oleh kebijakan manajemen. Biaya ini bisa
melekat pada volume kegiatan dan/atau perubahan
lingkup organisasi. Biaya tetap mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
29 Kasmir, ibid, hlm. 339. 30 Saprida Satriani, Marheni dan Lona Miranda, Op. Cit, hlm. 30.
22
1. Biaya total yang tidak berubah atau tidak
dipengaruhi oleh periode yang ditentukan atau
kegiatan tertentu.
2. Biaya per unitnya berbanding terbalik dengan
perubahan volume, pada volume rendah fixed cost
unitnya tinggi, sebaliknya pada volume yang tinggi
fixed cost per unitnya rendah.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang secara total
berubah ubah sesuai dengan perubahan volume produksi
dan penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya
karena dalam penjualan jumlah besar aka nada potongan-
potongan tertentu, baik yang diterima maupun tang
diberikan perusahaan.31
Biaya variabel dapat dikelompokkan sebagai
berikut: 32
a) Engineered variable cost atau true variable cost, yaitu
biaya yang memiliki spesifikasi hubungan fisik yang
eksplisit dengan pelaksanaan suatu aktivitas. Biaya ini
timbul dalam rangka aktivitas operasi normal
perusahaan, contohnya adalah biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung yang berubah volume nya
karena proses pembuatan produk.
b) Discretionary variable cost atau step variable cost,
yaitu semacam biaya kebijakan yang memiliki pola
grafis variabel, tetapi bukan karena alasan yang sama
seperti bahan langsung atau tenaga kerja langsung.
Biaya variabel mempunyai pola sebagai berikut :
31 Kasmir, Op. Cit, hlm. 339. 32 Saprida Satriani, Marheni dan Lona Miranda, Op. Cit, hlm. 30
23
1. Total biaya variabel berubah proporsional dengan
perubahan volume /kapasitas, makin besar kapasitas
yang digunakan semakin besar pula total biaya
variabel, demikian pula sebaliknya.
2. Per unit biaya berubah (variabel) konstan/tetap.
Misalnya biaya bahan langsung, contoh di muka
biaya pemakaian bahan langsung, bensin, oli yang
dihitung dan tergantung kilometer yang ditempuh.
c) Biaya Semivariabel Mixed Cost atau semivariabel cost,
adalah biaya yang di dalamnya terdiri dari elemen-
elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini
umumnya terdapat dalam komponen biaya tidak
langsung. Dalam keadaan tertentu, jumlah biaya
semivariabel akan menjadi lebih tinggi dalam satu
tingkat aktivitas, akan tetapi dalam keadaan lain bisa
terjadi biayanya akan lebih rendah pada tingkat aktivitas
yang sama. Sifat dari biaya semivariabel seperti disebut
di bawah ini:33
1. Totalnya berubah mengikuti perubahan volume,
tetapi perubahannya tidak proporsional.
2. Per-unitnya juga berubah, tetapi terbalik dengan
perubahan volume dan tidak sebanding. Contoh:
1.8. Perubahan-Perubahan dalam Analisis Break Even Point (BEP)
Salah satu aspek yang penting dalam analisa break even bahwa
adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi
analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Faktor-faktor yang
dapat berubah dalam hubungan dengan analisa break even antara lain
33 Saprida Satriani, Marheni dan Lona Miranda, ibid, hlm. 31.
24
biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan
(sales mix).34
a. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan
jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan
akan berubah pula, dengan perubahan jumlah biaya maka
besarnya penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.
b. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya
juga akan berubah begitu juga besarnya penjualan pada tingkat
break even juga akan berubah.
c. Perubahan Komposisi Penjualan
Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari
satu macam barang, maka analisa break even dapat pula
diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh
perusahaan tersebut. untuk maksud tersebut maka komposisi
(perbandingan) antara barang-barang tersebut tetap sama baik
dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix
dan sales-mix). Jadi, apabila komposisinya berubah maka break
evennya secara total akan berubah.
1.9. Kelemahan Analisis Break Even Point (BEP)
Dalam pemakaian analisis ini kita harus menyadari keterbatasan
yang dikandung model ini. Kelemahan tersebut adalah sebagai
berikut:35
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal
kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Untuk
34 Munawir, Loc. Cit, hlm. 201. 35 Sofyan Syafri Harahap, Loc. Cit, hlm. 364
25
menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas
untuk harga jual yang berbeda.
2. Asumsi terhadap cost
Pengelompokkan biaya tetap dan biaya variabel juga
mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk
memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus
berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya.
Demikian juga perhitungan biaya variabel perunit juga akan
dapat dipengaruhi perubahan ini.
3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis
4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas
5. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan
perubahan volume.
2. Perencanaan Laba
2.1. Pengertian Perencanaan
Robbins dan Coulter mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah
proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan
strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh
untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.36
Perencanaan merupakan langkah awal dalam menjalankan suatu
usaha sebelum menentukan dalam pengambilan keputusan. Baik
buruknya atau berhasil tidaknya keputusan dalam usaha tergantung
dari matangnya rencana tersebut. Perencanaan merupakan fungsi dari
manajemen dalam suatu organisasi atau lembaga yang tujuannya
kearah jangka panjang atau ke masa depan.37
36 Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 96. 37 Nirmala Buata dkk, Analisis Perencanaan Laba Perusahaan Melalui Penerapan Break Even Point Pada Pt. Tira Austenite Tbk Bitung, (Jurnal EMBA, Vol. 3 No.1, Maret 2015), hlm. 614.
26
Perencanaan merupakan salah satu faktor keberhasilan dari suatu
perusahaan. perencanaan yang baik harus mampu melihat
kemungkinan dan kesempatan serta mampu merencanakan cara yang
terbaik dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di
masa yang akan datang.38
Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah sebuah
langkah yang harus dilakukan untuk menentukan keberhasilan dan
pengambilan keputusan bagi manajemen dalam suatu perusahaan
karena baik-buruknya atau berhasil tidaknya suatu perusahaan
tergantung dari matangnya rencana yang dijalankan.
2.2. Pengertian Laba
Laba adalah uang yang tersisa setelah perusahaan mengurangkan
biaya-biaya untuk memproduksi dan memasarkan barang atau jasa dari
penerimaannya. Secara kuantitatif, laba adalah selisih antara
penerimaan-penerimaan bisnis dengan pengeluaran-pengeluaran
bisnis.39
Harahap dalam Nirmala Buata dkk menyebutkan bahwa laba
adalah kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode
akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur
akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan
biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat
bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.40
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu
merencanakan besar perolehan laba setiap periode, yang ditentukan
38 M.Yusuf, Analisa Break Event Point (Bep) Terhadap Laba Perusahaan, (Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.4, No.1, April 2014), hlm. 49. 39 Nurochim dan Iwan Purwanto, Op. Cit, hlm. 3. 40 Nirmala Buata dkk, Op. Cit, hlm. 614.
27
melalui target yang harus dicapai. Penentuan target besarnya laba ini
penting guna mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.41
Laba adalah prestasi seluruh karyawan dalam suatu perusahaan
yang dinayatkan dalam bentuk angka keuangan yaitu selisih positif
antara pendapatan dikurangi beban (expenses).42
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa laba
adalah suatu keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan yang
merupakan kelebihan penghasilan dimana pendapatan lebih besar dari
pada beban usaha dalam satu periode tertentu.
2.3. Pengertian Perencanaan Laba
Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah
diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya
dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca, kas,
dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek.
Perencanaan laba yang baik dan cermat tidaklah mudah karena
teknologi berkembang dengan cepat dan faktor-faktor sosial, ekonomi,
dan politik berpengaruh kuat dalam dunia usaha. Guna melaksanakan
tugas ini, para manajer harus didorong agar berusaha keras mencapai
sasaran pribadi yang sejalan dengan sasaran perusahaan.43
Perencanaan laba merupakan salah satu perencanaan yang sangat
penting yang harus dibuat oleh manajemen perusahaan untuk
mendapatkan laba semaksimum mungkin. Perencanaan laba berisi
tentang langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk
mencapai besarnya target laba yang diinginkan.44
Menurut Manullang dalam Sabrin menyebutkan bahwa
perencanaan laba merupakan salah satu faktor yang sangat penting
41 Kasmir, Loc. Cit, hlm. 302. 42 Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro, Loc. Cit, hlm. 243. 43 Milton F, Usry, dan Adolph Matz, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990), hlm. 3. 44 Dian Mulansari dan Kun Ismawati, Op. Cit, hlm. 7.
28
karena dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kelancaran
maupun keberhasilan dalam menghasilkan laba. Oleh karena itu
perencanaan laba memungkinkan suatu perusahaan memilih bebrapa
alternatif yang mungkin untuk dilaksanakan dimasa depan dengan
mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk
keuangan. Dimana keuangana suatu perusahaan menjadi lebih fleksibel
dari perusahaan laba operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Supriyono dalam Sabrin menyatakan bahwa:
“perencanaan laba adalah memilih beberapa alternatif yang
memungkinkan untuk dilaksanakan dimasa depan dengan
mempertimbangkan tujuan perusahaan serta sumber-sumber ekonomi
yang dimiliki serta kendala-kendala yang dihadapainya dimasa akan
datang”.45
Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba adalah rencana
yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memaksimalkan laba
yang ingin dicapai, besar kecilnya laba yang didapatkan tergantung
kepada kelancaran dan keberhasilan perencanaan laba yang dilakukan
manajemen untuk perusahaannya.
2.4. Manfaat Perencanaan Laba
Perencanaan laba atau penganggaran sangat bermanfaat karena:46
a. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan
permasalahan.
b. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan
penelaahan terhadap masalah yang dihadapinya dan menanamkan
kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama
sebelum mengambil suatu keputusan.
c. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian
laba, dan mendorong timbulnya perilaku yang sadar akan
45 Sabrin, Analisis Break Even Point Pada Produksi Es Balok Pada PT. Yanaghi Histalaraya, (Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. XVI Tahun 8, Desember 2015), hlm. 29. 46 Milton F, Usry, dan Adolph Matz, Op. Cit, hlm. 6
29
penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya secara
maksimum.
d. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi
berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga
keputusan akhir dan rencana yang saling terkait dapat
menggambarkan keseluruhan organisasi dalam bentuk rencana
yang terpadu dan menyeluruh (komprehensif)
e. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap
segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta
memperbarui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala.
2.5. Keterbatasan Perencanaan Laba
Meskipun manfaat perencanaan laba jelas meyakinkan dan
berjangkauan luas, namun kita perlu menyadari keterbatasan dan
kekurangan-kekurangannya:47
a. Peramalan atau pemrakiran bukanlah ilmu pasti, dalam setiap
penyusunan anggaran akan terdapat sejumlah pertimbangan
tertentu.
b. Anggaran dapat mengikat perhatian manjer pada sasaran tertentu
(seperti produksi yang tinggi, penjualan kredit yang besar dan
lain-lain) yang tidak selaras dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
c. Perencanaan laba memerlukan kerja sama dan peran serta dari
seluruh anggota manajemen.
d. Perencanaan laba tidaklah menghapus maupun mengambil alih
peranan bagian administrasi.
e. Pelaksanaan rencana memerlukan waktu.
47 Milton F, Usry, dan Adolph Matz, ibid, hlm. 7.
30
2.6. Langkah Strategis untuk Melakukan Perluasan Usaha Setelah
dilakukan Perencanaan Laba
Setelah melakukan perencaan laba tentunya perusahaan ingin
selalu dalam keadaan laba atau untung maka dari itu langkah yang
dapat diambil oleh suatu perusahaan adalah:
1) Melakukan perencanaan laba jangka panjang
Dunia usaha makin menyadari perlunya mengembangkan
perencanaan laba atau prakiraan (ramalan) laba jangka panjang.
Perencanaan jangka panjang juga didefinisikan sebagai “proses
yang berkesinambungan untuk mengambil keputusan saat ini
secara sistematik, disertai dengan perkiraan terbaik mengenai
keadaan di masa mendatang, mengorganisasi kegiatan yang
diperlukan secara sistematik guna melaksanakan keputusan ini, dan
menilai serta membandingkan hasil keputusan terhadap hasil yang
diharapkan melalui umpan balik yang terorganisasi dan
sistematik”.
Didalam perencanaan laba jangka panjang langkah yang harus
diambil oleh perusahaan adalah:48
1. Melakukan perhitungan rugi-laba bayangan/prospektif
kemudian disusun guna menyajikan antisipasi penjualan
2. Melakukan pemisahan biaya antara biaya tetap dan biaya
variabel
3. Melakukan perhitungan margin kontribusi dan laba utuk setiap
tahunnya.
4. Neraca tahunan harus menunjukkan taksiran saldo kas, tingkat
persediaan, saldo perkiraan piutang usaha, dan berbagai
kewajiban (hutang).
5. Tingkat pengembalian atas modal (total aktiva) yang digunakan
merupakan angka statistik yang penting dalam perencanaan
laba jangka panjang dan dalam mnetapkan sasaran laba.
48 Milton F, Usry, dan Adolph Matz, ibid, hlm. 5
31
2) Melakukan rencana atau anggaran jangka pendek
Rencana jangka panjang manajemen hanya akan tercapai jika
sasaran laba jangka panjang bisa dipenuhi secara memuaskan, dan
ini memerlukan pertumbuhan dan tingkat laba yang cukup tinggi
dan stabil. Akan tetapi, rencana jangka panjang dengan segala laba
dan pertumbuhan yang diharapkan haruslah dipecah-pecah
kedalam anggaran jangka pendek, agar dapat direncanakan dan
dikendalikan secara terarah. Periode perencanaan laba biasanya
dilakukan setahun sekali, namun anggaran jangka pendek bisa saja
hanya mencangkup jangka waktu tiga, enam, atau duabelas bulan
tergantung pada sifat perusahaan.49
3. Home Industry
3.1. Pengertian Home Industry
Secara harfiah, home berarti rumah, tempat tinggal, atau kampung
halaman, sedangkan industri dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha
produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, Home Industry
adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Home
Industry juga disebut dengan industri rumah tangga karena termasuk
dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga.
Istilah home industry atau usaha di rumah adalah tempat tinggal
yang merangkap tempat usaha, baik itu berupa usaha jasa, kantor
hingga perdagangan. Semula pelaku home industry yang memiliki
desain ini adalah kalangan enterpreneur dan profesional, yang
sekarang mulai meluas pada kalangan umum, untuk memiliki lokasi
yang strategis untuk tempat berkembangnya usaha jenis rumahan ini
tidak terlepas dari berkembangnya virus enterpreneur/kewirausahaan
yang berperan membuka pola pikir ke depan masyarakat bahwa rumah
49 Milton F, Usry, dan Adolph Matz, ibid, hlm. 6
32
bukan hanya sebagai tempat tinggal namun dapat digunakan juga
sebagai tempat mencari penghasilan. 50
Menurut bank Indonesia dalam Riski Ananda menyebutkan bahwa
industri kecil atau industri rumah tangga yakni industri yang memiliki
asset (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai kurang dari Rp.
600.000.000. Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik dalam Riski
Ananda mendefinisikan industri kecil adalah usaha rumah tangga yang
melakukan kegiatan mengolah bahan dasar menjadi barang belum jadi
atau barang setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi,
atau kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan
maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan
paling banyak 19 orang termasuk pengusaha itu sendiri.51
Dapat disimpulkan bahwa home industry adalah kegiatan
menghasilkan barang atau jasa yang dalam kegiatan produksinya
dilakukan dirumah pemilik usaha dengan jumlah pegawai atau tenaga
kerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang dan memiliki
asset bernilai kurang dari Rp.600.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan.
3.2. Kriteria Home Industry
Home industry memiliki peran yang penting bagi perekonomian
negara, maka dari itu home industry memiliki kriteria dan karakteristik
tertentu. Berikut merupakan kriteria dari home industry adalah sebagai
berikut:52
50 Abidatul Afiyah, Muhammad Saifi, dan Dwiatmanto, Analisis Studi Kelayakan Usaha Pendirian Home Industry (Studi Kasus Pada Home Industry Cokelat “Cozy” Kademangan Blitar), (Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 23, Juni 2015), hlm. 3. 51 Riski Ananda, Peran Home Industry Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu Gadang), (Jurnal JPM FISIP, Vol. 3, No. 2, Oktober 2016), hlm.4 52 Abidatul Afiyah, Muhammad Saifi, dan Dwiatmanto, Op. Cit, hlm. 3
33
1) Proses produksi dilakukan di sekitar rumah pemilik usaha.
2) Teknologi yang digunakan masih sederhana dan manual
menggunakan tenaga kerja manusia.
3) Tenaga kerja berasal dari anggota keluarga atau kerabat.
4) Lokasi usaha biasanya berada di pedesaan.
5) Kegiatan produksi berkaitan dengan hasil pertanian
3.3. Manfaat Home Industry
Sebagai usaha dalam skala kecil, home industry mempunyai
manfaat dan peran diantaranya sebagai berikut:53
1. Home Industry sebagai alternatif penghasilan bagi keluarga.
Kegiatan ekonomi rumah tangga ini membantu meningkatkan
pendapatan keluarga karena merupakan usaha sampingan yang
tidak banyak menyita waktu.
2. Home Industry Berpeluang untuk mengurangi angka
kemiskinan. Kegiatan ekonomi home industry secara tidak
langsung membuka lapangan kerja bagi anggota keluarga
ataupun tetangga yang berada di sekitar tempat tinggal, oleh
karena itu home industry dapat membantu mengurangi angka
pengangguran dan kemiskinan.
3.4. Landasan Hukum Home Industry
Adapun landasan hukum usaha kecil menengah di antaranya:
1. UU RI No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil.
Dalam undang-undang ini tujuan pemberdayaan usaha kecil
sesuai pasal 4 yaitu:
a. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat
berkembang menjadi usaha menengah;
53 Abidatul Afiyah, Muhammad Saifi, dan Dwiatmanto, ibid, hlm. 3
34
b. Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk
nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha,
meningkatkan ekspor, serta peningkatan dan pemerataan
pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang
punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.
2. PP (Peraturan Pemerintah) No. 32 Tahun 1998 tentang pembinaan
dan pengembangan usaha kecil.
Dalam undang-undang ini pembinaan dan pengembangan
usaha kecil sesuai pasal 5 dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha
kecil,
b. Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai
potensi dan masalah yang dihadapai oleh usaha kecil,
c. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan,
d. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program pembinaan
dan pengembangan bagi usaha kecil.
3. Keppres (Keputusan Presiden) No. 99 Tahun 1998 tentang
bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan
bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha
besar dengan syarat kemitraan. Sesuai Keputusan Presiden yang
terdapat pada pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan:54
a. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
b. Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil adalah
bidang/jenis usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan
usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan usaha yang tidak sehat;
54 Riski Ananda, Op. Cit, hlm. 30.
35
c. Kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat
dan saling menguntungkan.
4. Inpres (Instruksi Presiden) No. 10 Tahun 1999 tentang
pemberdayaan usaha menengah. 55
Para Menteri dan Menteri Negara, seluruh Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Gubernur serta Bupati/Walikota,
sesuai dengan ruang lingkup tugas, kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing secara bersama-sama atau secara sendiri-
sendiri, melaksanakan pemberdayaan usaha menengah yang
meliputi bidang-bidang di antaranya pembiayaan, pemasaran,
teknologi, sumber daya manusia, perizinan, dan menyusun skala
prioritas dalam pemberdayaan usaha menengah, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan ekspor, penyerapan tenaga kerja,
serta pemenuhan kebutuhan pokok.
5. UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan
menengah.
Adapun tujuan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah
sesuai pasal 5 yaitu:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang,dan berkeadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri; dan
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
55 Riski Ananda, ibid, hlm. 31.
36
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat
dari kemiskinan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai Analisis Break Even Point sebagai Perencanaan Laba
pada Home Industri Kecil Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten
Tangerang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai
berikut:
Aulia Puspita K D, pada tahun 2012 dalam skripsi yang berjudul
“Analisis Break Even Terhadap Perencanaan Laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri
Yogyakarta”. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan expost facto
karena variabel yang diteliti tidak dikenai suatu tindakan, perlakuan atau
manipulasi, melainkan hanya meneliti dan mengungkapkan faktor-faktor yang
diteliti berdasarkan keadaan yang sudah ada. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Break even point total tahun 2009 yaitu Rp.14.517.416.341,00,
untuk rokok Rush Rp.9.920.234.500,00, untuk rokok Exo
Rp.4.960.117.250,00. Break even point total tahun 2010 yaitu
Rp.21.618.352.500,00, untuk rokok Rush RP.12.917.011.500,00, untuk rokok
Exo Rp.8.385.300.364,00. Break even point total tahun 2011 yaitu Rp.
8.706,410.182,00, untuk rokok Rush RP.5.130.563.143,00, untuk rokok Exo
Rp.3.482.564.073,00. Persamaan dari penelitian ini adalah perhitungan dalam
menentukan break even point menggunakan margin kontribusi, dan kalimat
judul. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada metode penelitian yaitu
menggunakan pendekatan expost facto dan perbedaan tempat penelitian.
Desi Sri Wahyuni, pada tahun 2017 dalam skripsi yang berjudul “Analisis
Break Even Point sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PDAM Tirta Alami
Kabupaten Tanah Datar”. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan hasil penelitian pada PDAM Tirta Alami Kabupaten Tanah
Datar dengan menggunakan teknik analisis break even point dapat diketahui
bahwa, untuk tahun 2011 break even point adalah sebesar Rp 8.247.662.612,
tahun 2012 break event point menjadi Rp 9.582.789.509, tahun 2013 tingkat
37
break even point adalah sebesar 11.399.703.030 dan tahun 2014 break event
point sebesar 10.759.262.830. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis break even point sebagai perencanaan laba, dan menggunakan
metode yang sama yaitu deskriptif kuantitatif. Sedangkan perbedaannya
adalah tempat yang dijadikan sebagai penelitian usaha dan analisis BEP.
Jalaluddin Dimisyqiyani, Darminto, dan Topowijino, pada tahun 2014
dalam jurnal yang berjudul “ Analisis Break Even Point Sebagai Alat Untuk
Merencanakan Laba Perusahaan (Studi Pada Koperasi Sari Apel Brosem
Periode 2011-2013). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. BEP terjadi pada penjualan
Rp. 699.705.406,66, BEP tahun 2014 terjadi pada penjualan Rp.
732.291.347,83 Persamaan dari penelitian diatas adalah Persamaan dari
penelitian ini adalah sama-sama menganalisis break even point sebagai
perencanaan laba, dan menggunakan metode yang sama yaitu deskriptif
kuantitatif. Sedangkan perbedaannya adalah tempat yang dijadikan sebagai
penelitian usaha.
Sabrin, pada tahun 2015 dalam jurnal yang berjudul “Analisis Break Even
Point Pada Produksi Es Balok Pada Pt. Yanaghi Histalaraya”. Metode yang
digunakan teknik analisis deskriptif dengan bantuan perhitungan break even
point dan margin of safety. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya
volume penjualan agar perusahaan berada pada posisi break even point pada
tahun 2012 adalah sebanyak 36.806 balok atau senilai Rp 515.283.621, pada
tahun 2013 sebanyak 35.104 balok atau sebesar Rp 526.561.971 dan pada
tahun 2014 BEP terjadi pada penjualan sebanyak 32.524 balok atau sebesar
Rp 520.392.107 Persamaan dari penelitian diatas adalah Persamaan dari
penelitian ini adalah sama-sama menganalisis break even point sebagai
perencanaan laba, dan menggunakan metode yang sama yaitu deskriptif
kuantitatif. Sedangkan perbedaannya adalah tempat yang dijadikan sebagai
penelitian usaha dan terdapat analisis faktor-faktor yang mempengaruhi break
even point.
38
Muhamad Yusuf Andrianto, Nengah Sudjana dan Devi Farah Azizah pada
tahun 2016 dalam jurnal yang berjudul “Analisis Break Even Point (Bep)
Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi Pada CV. Langgeng Makmur Bersama
Lumajang Periode 2012-2014)”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
perhitungan BEP (mix) pada tahun 2014 sebesar Rp5.143.925.585 sedangkan
BEP (unit) sebesar 3.365 unit. Dalam penjualan dan perencanaan laba
perusahaan merencanakan laba untuk 2015 sebesar Rp 1.500.000.000. untuk
mencapai kenaikan laba, maka harus menaikan penjualan sebesar 11.869 unit
atau sebesar Rp 19.033.566.736. Berdasarkan perhitungan penjualan dan
perencanaan laba tahun 2015 maka diperoleh Margin Of Safety sebesar
72,97%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mendapatkan toleransi
penurunan penjualan sebesar 72,97%. Apabila perusahaan mengalami
penurunan penjualan melebihi 72,97% maka perusahaan akan mengalami
kerugian. Persamaan dari penelitian diatas adalah Persamaan dari penelitian
ini adalah sama-sama menganalisis break even point sebagai perencanaan
laba, dan menggunakan metode yang sama yaitu deskriptif kuantitatif.
Sedangkan perbedaannya adalah tempat yang dijadikan sebagai penelitian
usaha dan menggunakan analisis BEP mix.
Berikut ini merupakan ringkasan dari hasil penelitian releven:
Tabel 2.2.Penelitian Relevan
No. Nama
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian Persamaan dan
Perbedaan
1. Aulia Puspita K D
(2012)
Analisis Break Even
Terhadap Perencanaan
Laba PR. Kreatifa Hasta
Mandiri Yogyakarta
Persamaan: Metode
Analisis BEP
Perbedaan: tempat
penelitian dan
metode penelitian
2. Desi Sri Wahyuni Analisis Break Even Persamaan :
39
(2017) Point sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada
PDAM Tirta Alami
Kabupaten Tanah Datar
Metode Penelitian
Deskriptif
Kuantitatif
Perbedaan: analisis
BEP
3. Jalaluddin
Dimisyqiyani
(2014)
Analisis Break Even
Point Sebagai Alat
Untuk Merencanakan
Laba Perusahaan (Studi
Pada Koperasi Sari Apel
Brosem Periode 2011-
2013)
Persamaan :
Metode Penelitian
Deskriptif
Kuantitatif
Perbedaan: analisis
BEP dan tempat
penelitian
4. Sabrin (2015) Analisis Break Even
Point Pada Produksi Es
Balok Pada Pt. Yanaghi
Histalaraya
Persamaan :
Metode Penelitian
Deskriptif
Kuantitatif
Perbedaan: analisis
BEP dan tempat
penelitian
5. Muhamad Yusuf
Andrianto, Nengah
Sudjana dan Devi
Farah Azizah
(2016)
Analisis Break Even
Point (Bep) Sebagai Alat
Perencanaan Laba (Studi
Pada CV. Langgeng
Makmur Bersama
Lumajang Periode 2012-
2014)
Persamaan :
Metode Penelitian
Deskriptif
Kuantitatif
Perbedaan: analisis
BEP dan tempat
penelitian
40
C. Kerangka Berfikir
Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan
dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk
proyeksi perhitungan rugi-laba, neraca, kas, dan modal kerja untuk jangka
panjang dan jangka pendek. Manfaat dilakukannya perencanaan laba salah
satunya adalah untuk memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan
permasalahan dalam suatu perusahaan sehingga dapat memaksimalkan laba
yang ingin diperoleh. Untuk melakukan perencanaan laba salah satunya
menggunakan analisis break even point (BEP).
Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Manfaat dilakukan break even
point adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat
penjualan. Banyak cara untuk menghitung break even point diantaranya
dengan menggunakan metode persamaan, metode margin kontribusi, metode
sederhana, dan metode grafik. Dari sekian banyak cara untuk mencari break
even point dalam penelitian ini penulis mengkhususkan mencari break even
point dengan menggunakan margin kontribusi. Dengan alasan bahwa
pendekatan margin kontribusi memiliki kelebihan yaitu dapat menunjukan
secara jelas bagaimana biaya berubah bersama dengan perubahan tingkat
penjualan. Pendekatan ini jauh lebih sesuai digunakan pada perusahaan yang
mempunyai jenis produk lebih dari satu macam dan menghendaki menghitung
break even point tunggal sebagai keseluruhan. Hal ini sesuai dengan kondisi
usaha yang akan diteliti.
Margin Kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari penjualan dikurangi
dengan biaya variabel. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan
margin kontribusi suatu produk terbagi menjadi dua. Pertama, menghitung
margin kontribusi perunit dengan cara harga jual dikurangi biaya variabel
perunit. Kedua, menghitung margin kontribusi total dengan cara total
pendapatan dikurangi total biaya variabel suatu produk. Yang harus
diperhatikan dalam implementasi margin kontribusi adalah jumlah penjualan
dan biaya variabel dari suatu produk. Metode margin kontribusi memusatkan
41
pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu
yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa
unit yang harus dijual untuk mencapai break even point/titik impas, total biaya
tetap dibagi dengan margin kontribusi per unit.
Pada penelitian ini penulis mengimplementasikan perhitungan break even
point menggunakan margin kontribusi di home industry kain kasur
Palembang sehingga diharapkan memperoleh informasi berapa tingkat break
even point di industri kain kasur Palembang yang nantinya akan dilakukan
analisis kelanjutan tentang break even point.
Analisis break even point ini dilakukan dengan dua langkah pertama,
melihat nilai break even point dan menyimpulkan bahwa jika perusahaan
menjual produk kurang dari nilai break even point maka perusahaan akan
mengalami rugi tetapi sebaliknya jika perusahaan menjual produk di atas nilai
berak even point maka perusahaan akan mengalami keuntungan atau laba.
Kedua, menganalisa nilai break even point dengan melakukan tindak lanjut
analisis yaitu menghitung margin of savety dan menghitung target laba yang
ingin di capai perusahaan. Maka kesimpulannya adalah bahwa analisis break
even point selain untuk mengetahui pada jumlah penjualan berapa perusahaan
supaya tidak menderita kerugian tetapi juga dapat melakukan analisis lebih
lanjut mengenai target laba yang ingin di capai perusahaan agar perusahaan
yang dijalankan dapat berkembang dan bahkan mampu memperluas usahanya.
Sehingga dengan melakukan penelitian ini penulis berharap pemilik usaha
mampu untuk merencanakan jumlah penjualan sehingga terhindar dari resiko
kerugian dan dengan adanya perhitungan target laba diharapkan pemilik usaha
mampu mengembangkan usaha yang dijalaninya serta pemilik usaha mampu
melakukan perencanaan laba dalam jangka waktu yang panjang.
Dari penjelasan diatas maka penulis rangkum dalam bentuk bagan
kerangka berfikir berikut ini:
42
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Perencanaan Laba
Break Even Point (BEP)
Metode Persamaan
Metode Margin Kontribusi
Metode Sederhana
Metode Grafik
1. Menghitung Margin Kontribusi per unit2. Menghitung Margin Kontribusi total3. Menghitung Rasio Margin Kontribusi4. Menghitung Titik Impas Unit5. Menghitung Titik impas penjualan/ total
Implementasi di Home Industri “Kain Kasur Palembang”
Analisis Break Even Point (BEP)
1. Melihat nilai BEP dan menyimpulkan rugi danlaba perusahaan
2. Melakukan tindak lanjut analisis yaitu menghitungMargin of Savety dan Target Laba
Keputusan Perencanaan Laba
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian yaitu Pada Home Industry Kain Kasur
Palembang yang terletak di Kp. Sempur Rt.05 Rw.06 No. 58 Desa Kadu
Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang Banten.
Waktu penelitian dilakukan dalam kurun waktu 4 bulan terhitung sejak
Desember 2017 dilanjutkan pada bulan Juli 2018 hingga September 2018.
Berikut ini merupakan rincian secara keseluruhan jadwal kegiatan penelitian:
Tabel 3.1.Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Jenis Kegiatan Bulan
Jun Jul Agst Sept Okt Nov
1. Revisi Proposal Skripsi
2. Pembuatan Instrumen
3. Uji Coba Instrumen
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan dan Analisis
Data
6. Penyusunan Laporan
Penelitian
7. Kelengkapan Lampiran
8. Sidang Skripsi
9. Revisi Skripsi
10. Wisuda
44
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan metodologi ilmiah yang digunakan untuk
memahami suatu fenomena/ masalah dengan menggunakan fakta-fakta(data
sampel atau data populasi) dan analisa secara ilmiah, baik analisa kualitatif
maupun analisa kuantitatif untuk suatu tujuan tertentu.56 Pendekatan penelitian
yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey lapangan
dimana penelitian yang dilakukan dengan langsung mendatangi tempat
penelitian yang dituju untuk mendapatkan data yang diperlukan, yaitu data
dari pemilik usaha Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten
Tangerang.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini, akan mengkaji dan mengolah
data berupa pendapatan, penjualan, biaya-biaya baik berupa biaya tetap
maupun biaya variabel, dan harga jual pada tahun 2015, 2016, dan 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Obyek/Subyek
yang mempunyai dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.57 Jadi populasi
bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subjek/objek yang
dipelajari tetapi meliputi seluruh karakterisitk/sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Home
Industry Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang yang
berjumlah empat jenis Home Industry dengan pemilik usaha yang berbeda-
beda.
56 Ali Idris Soentoro, Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi Statistika Edisi Pertama, (Depok: PT. Taramedia Bakti Persada, 2015), hlm.1 57 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.80.
45
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dua karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.58 Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan
dengan metode purposive sampling., Metode purposive sampling
merupakan metode pengambilan sampel dimana tidak semua elemen
populasi dapat digunakan sebagai sampel, karena sampel yang dipilih
harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu.59 Dalam penelitian ini sampel
yang diambil adalah Home Industry Kain Kasur Palembang milik Bapak
Adih.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis pada Home
Industry Kecil Kain Kasur Palembang adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan melakukan tanya jawab
kepada pemilik usaha dan pegawai tetap kain kasur Palembang untuk
meminta data dan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
2. Dokumentasi
Cara memperoleh data yang digunakan dengan pencatatan yang
dilakukan oleh home industry yaitu pembukuan pemilik usaha. Data yang
diperoleh dari proses dokumentasi yaitu pembukuan berupa data
penjualan, data pendapatan, data biaya baik biaya tetap maupun variabel,
dan foto-foto dari proses produksi sampai siap dijual pada konsumen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menempati posisi teramat penting dalam hal
bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk memperoleh data dilapangan.
Instrumen penelitian adalah bagian paling rumit dari keseluruhan proses
58 Sugiyono, ibid, hlm. 81. 59 Ali Idris Soentoro, Op.Cit, hlm.70
46
penelitian. Pada dasarnya instrumen penelitian kuantitatif memiliki dua fungsi
yaitu sebagai substitusi dan sebagai suplemen. Sebagai substitusi berupa
instrumen angket sedangkan sebagai suplemen, instrumen hanya sebagai
pelengkap dari sekian alat-alat bantu penelitian yang diperlukan oleh peneliti
pada pengumpulan data yang menggunakan instrumen penelitian. 60
Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai suplemen karena data yang
paling utama adalah data primer berupa pembukuan pemilik usaha. Pada
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara
atau tanya jawab dengan pemilik usaha dan pegawai tetap home industry kain
kasur palembang. Berikut kisi-kisi instrumen wawancara yang telah penulis
jabarkan pada tabel 3.2.:
Tabel 3.2.
Lembar Instrumen Wawancara Penelitian “Analisis Break Even Point
Sebagai Perencanaan Laba pada Home Industry Kain Kasur Palembang di
Desa Kadu Kabupaten Tangerang”
No. Indikator Pertanyaan Responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana asal mula berdirinya home industry kain
kasur palembang?
Bagaimana proses pembuatan kain kasur palembang?
Apakah home industry kain kasur palembang
memiliki struktur organisasi khusus?
Apa visi misi home industry kain kasur palembang?
Apakah home industry kain kasur palembang telah
memiliki izin usaha?
Apakah di home industry kain kasur palembang
menggunakan analisis break even point sebagai salah
satu alat perencanaan laba?
Apa penyebab pendapatan mengalami penurunan di
Pemilik Usaha
60 H.M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2005), hlm. 104-105.
47
8.
9.
10.
tahun 2017?
Apakah ada kenaikan biaya pada tahun tertentu?
Bagaimana pemilik usaha mengatasi kenaikan biaya
bahan baku dan bahan penolong pada tahun 2016?
Berapa target laba yang diinginkan untuk tahun
2018?
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah bapak/Ibu tahu analisis break even point
untuk menentukan perencanaan laba usaha?
Apakah bapak/ibu tahu penurunan pendapatan yang
terjadi pada tahun 2017?
Apakah dari kenaikan biaya di tahun 2016 bapak/ibu
mengalami penurunan gaji?
Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai
perencanaan laba yang telah dilakukan oleh pemilik
usaha?
Apakah menurut bapak/ibu home industry kain kasur
palembang memerlukan analisis break even point ?
Pegawai Tetap
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
1. Teknik Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer dalam penelitian ini data yang diamati, diperoleh,
dikumpulkan, dan dicatat atau diolah secara langsung untuk pertama
kalinya oleh peneliti yang didapat langsung dari sumber asli (objek
penelitian). Dalam hal ini berupa data pembukuan dari pemilik usaha kain
kasur Palembang.
Data sekunder dalam penelitian ini yang digunakan yaitu data yang
sudah diperoleh dari pihak-pihak objek penelitian, dengan pencarian dan
pengumpulan data dengan memperoleh data-data dari luar perusahaan.
Data ini bersumber pada buku-buku serta catatan yang dianggap relevan
48
dengan masalah-masalah yang akan mendukung penelitian. Kemudian
setelah data diperoleh akan di analisis dengan menggunakan analisis break
even point yang bertujuan untuk mengetahui nilai break even point yang
dimana keadaan perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak
mengalami laba atau keuntungan.
2. Teknik Pengolahan Data
Seperti yang telah dijelaskan diatas setelah data diperoleh diolah
secara tabulasi dan selanjutnya di analisis dengan menggunakan analisis
break even point dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari perusahaan yang terdiri dari
data-data mengenai pengumpulan biaya, data hasil produksi, harga
jual, dan data hasil penjualan.
2. Mengklasifikasikan biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Mengklasifikasikan biaya dengan menggunakan pendekatan
analitis, dimana penulis akan meneliti satu per satu biaya dan
membaginya menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
3. Menghitung Margin Kontribusi
Menghitung margin kontribusi dengan menggunakan dua rumus
yaitu sebagai berikut:
a. Menghitung margin kontribusi dalam unit
KM per unit = Harga Jual – Biaya Variabel per unit
b. Menghitung margin kontribusi dalam Jumlah Total
KM = Total Pendapatan –Total Biaya Variabel
4. Menghitung Rasio Margin Kontribusi
Rasio Margin Kontribusi berguna untuk mengetahui titik impas
secara keseluruhan. Dengan rumus sebagai berikut:
Rasio Margin Kontribusi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
%
5. Menghitung Nilai Break Even Point (BEP)/Titik Impas
49
a. Titik Impas dalam unit
Titik Impas (unit) : 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡
b. Titik Impas dalam penjualan/total
Titik Impas (Penjualan) : 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
6. Menghitung Tingkat Keamanan (Margin of Safety)
Menghitung Tingkat keamanan (Margin of Safety) pada
perusahaan menggunakan rumus sebagai berikut:
MOS = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑗𝑒𝑡− 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑗𝑒𝑡
X 100%
7. Menentukan target laba yang direncanakan perusahaan, dengan rumus
sebagai berikut:
Unit Penjualan = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
untuk mencapai target laba
8. Kesimpulan analisis break even point.
9. Trianggulasi kesesuaian hasil penelitian dengan teori yang digunakan.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Home Industry Kain Kasur Palembang
1.1. Sejarah Singkat dan Profil Home Industry Kain Kasur Palembang
Dalam penelitian ini, penulis memilih objek penelitian pada home
industry milik bapak Adih yang memproduksi kain kasur Palembang
dengan enam ukuran yaitu ukuran 80 cm, 100 cm, 120 cm, 140 cm,
160 cm, dan 180 cm. Kain kasur palembang memiliki empat warna
berbeda yaitu warna merah, biru, hijau dan ungu. Usaha kain kasur
Palembang tidak terlalu banyak memiliki pesaing karena kebanyakan
penduduk lebih memilih usaha kasur daripada kainnya. Usaha Kain
kasur Palembang merupakan jenis usaha yang lambat dalam
pengerjaannya karena prosesnya lebih banyak manual daripada dengan
mesin atau teknologi.
Pada awalnya usaha kain kasur milik bapak Adih berdiri tahun
2010, bermula saat pemilik usaha bekerja di pabrik kasur Palembang
yang saat itu pabrik kasur palembang sedang kesulitan mencari kain
kasur. Penjual Kain kasur Palembang yang terdekat hanya ada di kota
Depok tetapi itu pun sulit karena berebut dengan pelanggan lain. Dari
banyaknya peminat kain kasur Palembang bapak Adih akhirnya
tertarik untuk membuka usaha kain kasur Palembang dengan modal
seadanya dan memasarkan kainnya pun hanya dengan menunggu
pembeli yang datang kerumah saja dengan bermodal 2 rol kain polos
dan 2 rol kain bermotif proses pembuatan pun dijalankan. Dalam
proses pengerjaaannya hanya dilakukan oleh pihak keluarga seperti
istri dan anaknya saja tanpa melibatkan karyawan selama kurang lebih
satu tahun. Usaha yang dijalankan masih bersifat rumah tangga dan
belum ada merek dagang pada usaha yang didirikan.
51
Pada tahun 2012, home industry memiliki karyawan dan mulai
dikenal dikalangan masyarakat. Usaha yang dilakukan dengan penuh
kesabaran akhirnya memiliki perkembangan positif karena awal
membuka usaha konsumen hanya satu orang di tahun 2012 home
industry memiliki 3 konsumen tetap yang berlangganan kain kasur
palembang. Semakin banyak konsumen yang berlangganan kain
semakin banyak pula karyawan yang dipekerjakan.
Dari tahun ke tahun home industry kain kasur Palembang
mengalami perkembangan. Pembeli berdatangan dari berbagai
wilayah bukan hanya satu, dua atau, tiga pembeli tetapi lebih dari itu.
Kunci utama keberhasilan usaha yakni sabar dan jujur. Pada tahun
2014 bapak Adih mencoba untuk membuka usaha sampingan yaitu
kasur lantai, bantal dan guling tetapi usaha sampingan ini tidak begitu
berkembang hanya bertahan satu tahun.
Pada tahun 2015 dan 2016 home industry kain kasur Palembang
milik bapak Adih telah dilakukan penelitian oleh sekolah SMK Al-
Hikmah untuk mengetahui manajemen keuangan home industry kain
kasur Palembang. Walaupun telah mengalami perkembangan, home
industry masih belum mempunyai merek dagang hingga sekarang itu
dikarenakan sulitnya mengurus perizinan usaha. Tetapi mengenai
pajak bumi bangunan home industry bapak Adih taat pajak karena
setiap tahunnya home industry ini membayar pajak.
1.2. Visi dan Misi Home Industry Kain Kasur Palembang
Visi dari home industry kain kasur Palembang yaitu kain kasur
Palembang menjadi lebih ternama dan terfavorit bukan hanya di
Indonesia tetapi bisa ke Mancanegara. Sedangkan misi home industry
kain kasur Palembang yaitu mengurangi pengangguran dengan
memberdayakan penduduk yang ada di lingkungan sekitarnya.
52
1.3. Bentuk Usaha Home Industry Kain Kasur Palembang
Home industry kain kasur Palembang ini merupakan bentuk usaha
perorangan. Modal usaha yang digunakan berasal dari pemilik
perusahaan. keuntungan dari bentuk badan usaha perorangan adalah
dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
usaha. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau
beban usaha harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan.
pemilik usaha merangkap sebagai pemimpin usaha yang memegang
kendali atas semua keputusannya.
1.4. Lokasi Usaha Home Industry Kain Kasur Palembang
Home industry kain kasur Palembang ini terletak di Kp.Sempur
Rt.05 Rw.06 No.58 Desa Kadu Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang. Lokasi ini merupakan lokasi yang sulit karena letaknya
yang jauh dari jalan raya bahkan berada di wilayah perkampungan.
Selain dari itu jenis usaha ini melibatkan penduduk sekitar sebagai
pengrajin kain kasur lantai. Setiap kekurangan pasti memiliki
kelebihan, kelebihan dari lokasi ini adalah tidak ada home industry
lain yang memproduksi kain kasur lantai dan penduduk sekitar yang
sangat produktif karena setiap kepala keluarga menjadi pengrajin kain
kasur Palembang.
Sedangkan dari sisi transportasi walaupun di wilayah
perkampungan tetapi kondisi jalan sudah diaspal dengan kondisi baik.
Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi usaha karena fasilitas jalan
yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan
kendaraan beroda dua maupun beroda empat.
1.5. Proses Pembuatan Kain Kasur Palembang
Proses pembuatan kain kasur palembang tidak semudah yang
dipikirkan karena dalam pembuatannya banyak sekali memakan
waktu dan masih bisa dikatakan manual. Proses pembuatan kain kasur
53
palembang memiliki empat tahapan dimana dari ketiga tahap ini
hanya satu yang menggunakan mesin. Sebelum mengetahui proses
pembuatan kain kasur lantai, berikut merupakan bahan dan alat yang
harus dimiliki saat proses pembuatan kain kasur palembang:
a. Kain bahan kahatex polos dan bermotif
b. Gunting
c. Meteran
d. Alat pemotong kain dengan ukuran yang disesuaikan
e. Penggaris dari kayu yang sudah dilubangi
f. Papan titik
g. Spidol dan tinta spidol
h. Jarum dan benang
i. Mesin jahit (di tanggung karyawan sendiri)
Proses pembuatan kain kasur palembang melalui beberapa tahap
mulai dari proses pemotongan hingga proses menggender. Berikut
merupakan tahapan proses pembuatan kain kasur palembang:
1) Proses Pemotongan
Pemotongan kain dilakukan dengan alat yang manual yaitu
alat pemotong kayu yang telah memiliki ukuran khusus, gunting
untuk memotong dan meteran untuk memabantu proses
pemotongan. Proses pemotongan kain dibagi menjadi empat
ukuran yaitu 80 cm, 100 cm, 120 cm, 140 cm, 160 cm, dan 180 cm.
Proses pemotongan harus dilakukan secara teliti karena dari satu
gulungan harus bisa menghasilkan beberapa ukuran kain sehingga
tidak ada kain yang terbuang percuma.
2) Proses Menjahit
Proses menjahit ini merupakan salah satu proses yang modern
karena menggunakan mesin jahit. Proses yang dilakukan hanya
menyambungkan bagian kain tambir dan kain motif hingga
membentuk segiempat dengan motif kain ditengah. Dalam proses
54
ini pemilik usaha tidak menyediakan mesin jahit tetapi mesin jahit
ditanggungkan ke tenaga kerjanya.
3) Proses Menitik
Proses menitik bisa dibilang proses yang cukup lama karena
hanya bisa dilakukan secara manual tidak bisa oleh mesin. Proses
ini dilakukan dengan menjepit kain di papan titik dan memberi
tanda hitam di kain dan di titik dengan tempo cepat hingga
membentuk tanda-tanda hitam. Tanda hitam ini sangat berguna
untuk tahap selanjutnya yaitu tahap menggender karena sebagai
acuan jarak. Alat yang digunakan adalah spidol dan penggaris kayu
yang telah dilubangi dan diberi jarak kurang lebih 5 cm.
4) Proses Menggender
Proses menggender banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga
karena proses ini bisa di bawa kerumah pengrajin. Tahap ini
merupakan tahap yang sangat memakan waktu karena proses ini
tidak bisa dilakukan oleh mesin dan untuk masing-masing tanda
hitam harus di jahit dengan menggunakan tangan yang disebut
dengan menggender. Menggender bisa memakan waktu sehari
sampai dua hari untuk 10 kain dengan ukuran yang kecil
sedangkan untuk ukuran yang besar bisa mencapai tiga sampai
empat hari pengerjaan.
55
1.6. Struktur Organisasi Home Industry Kain Kasur Palembang
Struktur Organisasi
Kain Kasur Palembang Bapak Adih
Gambar 4. 1.Struktur Organisasi Kain Kasur Palembang Bapak Adih
Adapun pembagian tugasnya yaitu:
1. Pemilik perusahaan bertugas melakukan rencana/planning pembelian
bahan baku kain, mengatur penjualan pada setiap ukuran, dan membeli
bahan penolong produksi serta terkadang melayani konsumen.
2. Bagian produksi, karyawan/tenaga kerja bertugas pada tahap proses
pemotongan, menjahit, menitik dan menggender, tahap proses ini
melibatkan karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap
berjumlah 3 orang sedangkan karyawan tidak tetap mencapai ratusan
karena pada proses menggender melibatkan penduduk sekitar sebagai
pengrajin kain kasur Palembang.
3. Bagian keuangan, mencatat arus keuangan seluruh aktivitas usaha.
2. Data Penelitian
Perencanaan laba melalui analisis break even point dalam penelitian
ini menggunakan beberapa data diantaranya data penjualan, data
pendapatan, data biaya-biaya pada tahun 2015, 2016, dan 2017 serta
melalui data wawancara. Berikut ini data-data yang menjadi dasar dalam
Owner/Manager
Bagian Keuangan Bagian Produksi
Karyawan Tidak Tetap
Karyawan Tetap
Karyawan Tetap
56
penelitian perencanaan laba melalui analisis break even point pada tahun
2015, 2016, dan 2017:
2.1. Data Penjualan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa data penjualan dari tahun
ketahun mengalami kenaikan, penurunan, bahkan mengalami
penjualan tetap, baik perunit maupun dalam jumlah total. Berikut ini
data penjualan dari tahun 2015, 2016, dan 2017 disajikan dalam bentuk
tabel dibawah ini:
Tabel 4.1.Data Penjualan Tahun 2015, 2016, dan 2017.
Ukuran 2015 2016 2017
80 cm 4.000 pcs 5.000 pcs 6.000 pcs
100 cm 3.500 pcs 4.500 pcs 5.000 pcs
120 cm 5.000 pcs 5.500 pcs 4.000 pcs
140 cm 8.000 pcs 6.000 pcs 6.000 pcs
160 cm 6.000 pcs 7.500 pcs 7.000 pcs
180 cm 7.500 pcs 7.500 pcs 8.000 pcs
Total 34.000 pcs 36.000 pcs 36.000 pcs
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan pada
tahun 2015 sebanyak 34.000 pcs mengalami kenaikan penjualan di
tahun 2016 yaitu sebanyak 36.000 pcs, walaupun mengalami
kenaikan tetapi ada beberapa ukuran kain kasur yang mengalami
penurunan ditahun 2016 yaitu pada ukuran 140 cm penurunan
terjadi sebanyak 2.000 pcs. Sedangkan pada tahun 2017 Home
Industry mengalami penjualan tetap seperti tahun sebelumnya yaitu
tahun 2016 sebanyak 36.000 pcs tetapi memiliki perbedaan
penjualan pada tiap ukuran kain kasur palembang. Penjualan pada
tahun 2017 yang mengalami kenaikan terjadi pada ukuran 80 cm,
57
100 cm dan 180 cm, sedangkan penjualan yang mengalami
penurunan tarjadi pada ukuran 120 cm dan 160 cm.
2.2. Data Pendapatan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa data pendapatan hanya
didapat dari hasil penjualan kain kasur palembang, data pendapatan
dari tahun ketahun mengalami kenaikan dan penurunan. Berikut ini
data pendapatan dari tahun 2015, 2016, dan 2017 disajikan dalam
bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.2.Data Pendapatan Tahun 2015, 2016, dan 2017
(dalam rupiah)
Ukuran 2015 2016 2017
80 cm 112.000.000 140.000.000 168.000.000
100 cm 108.500.000 139.500.000 155.000.000
120 cm 165.000.000 181.500.000 132.000.000
140 cm 288.000.000 216.000.000 216.000.000
160 cm 276.000.000 345.000.000 322.000.000
180 cm 390.000.000 390.000.000 416.000.000
Total 1.339.500.000 1.412.000.000 1.409.000.000
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan yang
dihasilkan oleh home industry kain kasur palembang tahun dari tahun
mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2015 pendapatan
sebesar Rp.1.339.500.000 sedangkan untuk tahun 2016 pendapatan
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp.1.412.000.000. Kenaikan ini
terjadi karena ada beberapa kenaikan penjualan di tahun 2016 sehingga
mempengaruhi pendapatan home industry. Sedangkan untuk tahun
2017 pendapatan mengalami penurunan yaitu sebesar
Rp.1.409.000.000 hal ini karenakan terjadi beberapa perubahan
58
penjualan disetiap ukuran kain kasur palembang walaupun penjualan
total tidak berubah.
2.3. Data Biaya-Biaya
Dari penelitian diperoleh data biaya-biaya yang menjadi
pengeluaran bagi home industry kain kasur palembang. Biaya yang
dikeluarkan oleh home industry mengalami kenaikan dan penurunan
dari tahun ketahun. Berikut ini data biaya-biaya yang dikeluarkan pada
tahun 2015, 2016, dan 2017 disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.3.Data Biaya-Biaya Tahun 2015, 2016, dan 2017
(dalam rupiah)
Jenis Biaya 2015 2016 2017
Biaya Gaji Tetap 276.008.140 300.700.000 290.500.000
Biaya Pinjaman 79.900.000 80.100.000 80.300.000
Biaya PBB 91.860 127.900 131.576
Biaya Bahan Baku 424.285.000 430.550.000 428.200.000
Biaya Bahan Penolong 323.200.000 330.100.000 329.200.000
Upah Borongan 180.000.000 198.750.000 190.600.000
Biaya Transportasi 8.000.000 8.400.000 8.200.000
Biaya Telepon 5.000.000 6.200.000 5.200.000
Biaya Tak Terduga 10.000.000 23.500.000 19.300.000
Total Biaya 1.306.485.000 1.378.427.900 1.351.631.576
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2015
pengeluaran yang dimiliki home industry kain kasur palembang cukup
besar yaitu sebesar Rp.1.306.485.000. Pada tahun 2016 biaya yang
dikeluarkan oleh home industry mengalami kenaikan yang cukup
besar, hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan harga disemua
biaya sehingga menyebabkan kenaikan biaya. Sedangkan pada tahun
2017 pengeluaran home industry kain kasur palembang mengalami
59
penurunan, hal ini terjadi karena perubahan penjualan disetiap ukuran
kain dan penurunan harga pada seluruh biaya yang dikeluarkan pada
tahun 2017. Sehingga home industry mengalami penurunan biaya
sebesar Rp.1.351.631.576. Dari penurunan biaya pada tahun 2017
tentu akan berdampak pada bertambahnya laba yang dihasilkan home
industry kain kasur palembang.
2.4. Data Wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara.
Terkait dengan penelitian ini, perangkat yang digunakan dalam
wawancara adalah alat pengumpul data yang berupa pertanyaan yang
ditujukan kepada pemilik usaha yaitu Bapak Adih dan pegawai tetap
home industry kain kasur palembang yang berjumlah tiga orang yaitu
Bapak Mulhat, Ibu Uum, dan Ibu Mai. Berikut hasil yang diperoleh
dari data wawancara yang diuraikan dalam bentuk pertanyaan dan
jawaban.
2.4.1. Pemilik Usaha
Wawancara dilakukan kepada Bapak Adih sebagai pemilik
usaha dengan 10 pertanyaan. Dibawah ini pertanyaan dan
jawaban yang penulis rangkum dalam bentuk uraian:
Pertanyaan :
Jawaban :
Bagaimana asal mula berdirinya home industry kain
kasur palembang?
Mulanya saya cuma pekerja di pabrik kasur palembang
terus saya sering diajak sama bos buat beli kain nya,
liat-liat proses pembuatannya lama kelamaan paham
cara buatnya. Kain kasur lantai itu susah dicarinya
karena sedikit sekali yang mau buka usaha kain kasur.
Nah, dari situ saya tertarik buat bikin sendiri kain
kasur. Pertama beli cuma 2 rol kain motif sama 2 rol
60
kain yang polos trus dibikin kain kasur. Pas udah jadi
saya tawarin ke bos-bos yang bikin kasur palembang.
Lama kelamaan banyak yang minta ya saya lanjutin
usahanya sampai sekarang.
Pertanyaan :
Jawaban :
Bagaimana proses pembuatan kain kasur palembang?
Prosesnya ada 4 tahap pertama itu di potong dulu kain
yang masih dalam bentuk rol jadi 6 ukuran 80 cm, 100
cm, 120 cm, 140 cm, 160 cm, 180 cm. Kedua dijahit
ngebentuk kasur palembang kalau yang ini pakai
mesin ya mba. Ketiga itu dititik kaya dibikin tanda
hitam buat yang pengrajinnya jadi tanda titik itu jadi
patokan. terakhir yang keempat itu menggender,
menggender ini sebutan buat pengrajin yang jahit
pakai tangan, itu namanya menggender, kalau buat
bahannya namanya genderan. Kalau udah selesai
digender baru bisa dijual.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apakah home industry kain kasur palembang memiliki
struktur organisasi khusus?
Ya... kalau struktur organisasi gak ribet-ribet banget
cuma ada bagian produksi itu ada karyawan tetap sama
karyawan tidak tetap terus bagian keuangan itu untuk
karyawan tetap. Udah itu aja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apa visi misi home industry kain kasur palembang?
Visinya itu kain kasur palembang menjadi lebih
ternama lagi kalau bisa jadi favorit bukan cuma di
Indonesia tapi bisa impor juga. Kalau misinya supaya
mengurangi pengangguran aja terutama kan buat
penduduk desa yang rata-rata tidak sekolah tinggi.
Daripada nganggur mending kerja walaupun gajinya
tidak seperti yang kerja pabrik ada UMR gitu.
Pertanyaan : Apakah home industry kain kasur palembang telah
61
Jawaban :
memiliki izin usaha?
Kalo izin resmi tercatat dipemerintah belum mba,tapi
kalo RT sudah tau, karena kan izin mendirikan usaha
itu susah ribet banget saya tidak ada waktu buat
ngurusnya. Ini juga masih usaha rumahan yang baru
berkembang aja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apakah di home industry kain kasur palembang
menggunakan analisis break even point sebagai salah
satu alat perencanaan laba?
Wah kalo itu tidak mba, saya saja baru denger kata
break even point, paling saya cuma catat pendapatan
sama biaya-biaya saja. Nah dari pendapatan itu saya
kurangi sama biaya-biaya, itu sih kalo mau tahu laba
tiap tahun. Kalau perencanaan laba biasanya saya
menambah jumlah penjualan yang harganya tinggi
seperti ukuran 180 cm sama 160 cm itu kalau banyak
pesanan lumayan laba juga naik. Paling
perencanaannya dari penjualan tiap ukuran saja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apa penyebab pendapatan mengalami penurunan di
tahun 2017?
Ditahun 2016 itu penjualan totalnya sama kan ya mba
sama tahun 2017, tapi beda tiap ukuran kain kasur
yang dijual. Nah itu yang buat beda pendapatan dari
tahun 2016 ke tahun 2017.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apakah ada kenaikan biaya pada tahun tertentu?
Iya ada mba pas tahun 2016 itu biaya kain, benang
sama tinta spidol naik, jadi laba juga turun drastis beda
banget sama tahun 2015 biaya-biaya stabil tidak ada
kenaikan, nah kalo tahun 2017 harga kain mulai turun
jadi laba juga lumayan besar.
62
Pertanyaan :
Jawaban :
Bagaimana pemilik usaha mengatasi kenaikan biaya
bahan baku dan bahan penolong pada tahun 2016?
Ya… kalau dari bahan baku seperti kain nya itu saya
cari yang jualnya sedikit murah, terus kalau biaya
bahan penolong seperti benang, dan tinta spidol saya
bilang ke karyawan jangan terlalu boros pakainya saya
nargetin satu benang berapa kain yang harus didapat
begitupun sama tinta spidol diirit saja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Berapa target laba yang diinginkan untuk tahun 2018?
Kalau laba untuk tahun 2018 saya nargetin sama saja
dulu dari tahun sebelumnya, ini juga kan terkadang
biaya bahan baku masih suka naik belum stabil
2.4.2. Pegawai Tetap
Wawancara dilakukan selain kepada pemilik usaha juga
dilakukan kepada karyawan tetap home industry kain kasur
palembang yang berjumlah 3 orang. Wawancara dilakukan
kepada Bapak Mulhat sebagai pegawai pemotong kain, Ibu
Uum sebagai pegawai menjahit, dan Ibu Mai sebagai pegawai
pencatat keuangan usaha. Berikut ini hasil wawancara yang
penulis peroleh disajikan dalam bentuk pertanyaan dan jawaban
dibawah ini:
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Apakah bapak/Ibu tahu analisis break even point
untuk menentukan perencanaan laba usaha?
Saya tidak tahu mba, baru denger dari mba itu
break even point yang saya tahu kalau mau tahu
laba ya cuma mengurangi pendapatan sama
biaya-biaya saja.
Saya juga tidak tahu apa itu break even point
mba, saya tidak mengerti perencanaan laba itu
63
Ibu Mai :
apa.
Tidak tahu mba, cuma kalau saya biasanya catat
pendapatan, penjualan, sama biaya-biaya saja,
dan kalau udah akhir tahun paling disuruh bos
buat ngitung pendapatan sama biaya-biaya habis
itu dikurangi pendapatan sama biayanya, udah
gitu saja.
Dari hasil wawancara diatas diperoleh data bahwa pegawai
tetap home industry kain kasur palembang sebanyak 100%
menjawab tidak mengetahui mengenai perhitungan analisis break
even point untuk menentukan perencanaan laba usaha.
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Apakah bapak/ibu tahu penurunan pendapatan
yang terjadi pada tahun 2017?
Ya.. saya tahu kadang bos juga suka cerita kalau
pendapatan tahun 2017 tidak sebesar tahun 2016
tapi itu buat atisipasi kenaikan harga bahan baku
sama bahan penolong jadi ngerubah penjualan
tiap ukuran saja.
Wah kalau itu saya kurang tahu, saya kan cuma
jahit jadi saya cuma mencatat apa yang sudah
saya selesaikan, jadi tidak tahu pendapatan usaha.
Iya saya tahu, itu bos juga antisipasi biaya karena
kan tahun 2016 itu biaya banyak yang naik ya
jadi lebih merencanakan ke penjualan perukuran
saja, niatnya supaya dapat laba yang lebih dari
tahun 2016.
Dari hasil wawancara diatas diperoleh data bahwa pegawai
tetap home industry kain kasur palembang sebanyak 66%
menjawab mengetahui penurunan pendapatan pada tahun 2017,
64
dan sebanyak 34% tidak mengetahui mengenai penurunan
pendapatan pada tahun 2017.
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Apakah dari kenaikan biaya di tahun 2016
bapak/ibu mengalami penurunan gaji?
Oh.. tidak turun kalau gaji mba, mungkin dari
segi gaji borongan saya turun apalagi pas tahun
2016 itu beda banget sama tahun 2017 gaji yang
saya dapat.
Tidak turun gaji mba, paling bos bilang suruh
hemat dari segi benang buat jahit, tapi menurut
saya itu juga susah kadang kan tidak bisa kita
tentuin kalo mesin.
Gaji tidak turun, cuma bos lebih suruh
pegawainya bisa meminimalisir pemakain saja,
contohnya kaya benang genderan kalau tidak
diatur kadang pengrajin itu boros bener jadi
biayanya tinggi banget buat benang saja, belum
lagi tinta spidol buat nitik itu hambur banget
kadang ada yang tumpah kan sayang bikin
pengeluaran usaha naik, jadi lebih meminimalisir
biaya-biaya saja. Mungkin sama yang tadi atur-
atur penjualan perukuran saja.
Dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa pegawai tetap
home industry kain kasur pelembang sebanyak 100% menjawab
bahwa tidak ada penurunan gaji ditahun 2016 karena pemilik usaha
hanya meminta pegawainya untuk meminimalisir penggunaan
bahan penolang seperti benang, dan tinta spidol.
Pertanyaan :
Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai
perencanaan laba yang telah dilakukan oleh
pemilik usaha?
65
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Menurut saya sudah baik ya, karena kan dizaman
sekarang ini apa-apa naik, tapi bos berusaha
banget supaya gaji karyawan tidak turun padahal
mba tahu sendiri ini cuma usaha rumahan.
Sudah baik ya mba dizaman sekarang banyak
yang usaha-usaha kecil harus gulung tikar karena
banyak yang naik.
Menurut saya sih belum, karena kalau mau
melakukan perencanan laba ya harus ada
perhitungannya ya mba, bukan hanya mengurangi
pendapatan sama biaya saja tetapi juga harus ada
yang lain seperti yang tadi mba sebutin pakai
analisis BEP, supaya bos juga tahu laba yang
sebenarnya.
Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa pegawai tetap
home industry kain kasur palembang sebanyak 66% menjawab
bahwa pemilik usaha sudah baik dalam merencanakan laba usaha.
Sedangkan sebanyak 34% menjawab bahwa pemilik usaha belum
baik dalam merencanakan laba usaha .
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Apakah menurut bapak/ibu home industry kain
kasur palembang memerlukan analisis break even
point ?
Perlu menurut saya, supaya usaha rumahan ini
juga makin berkembang.
Iya perlu mba, supaya usaha kain kasur ini
banyak yang minat juga supaya lebih maju.
Perlu banget ya mba karena kan kalau cuma
mengurangi pendapatan sama biaya-biaya saja itu
tidak bisa merencanakan laba untuk jangka
panjang, kita cuma tahu di akhir tahun saja.
66
Dari hasil wawancara diatas diperoleh bahwa pegawai tetap
home industry kain kasur palembang sebanyak 100% menjawab
perlunya analisis break even point untuk menentukan perencanaan
laba, supaya home industry mengalami perkembangan dan
kemajuan serta mampu merencanakan laba jangka panjang.
3. Analisis Break Even Point
Berdasarkan pada perumusan masalah mengenai bagaimana analisis
break even point sebagai perencanaan laba pada Home Industry Kain
Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang, dan didasarkan
pada hasil data yang diperoleh sebelumnya, maka dapat penulis urutkan
bagaimana proses pencarian nilai break even point yaitu dengan
mengklasifikasikan biaya tetap dan biaya variabel, menghitung margin
kontribusi, menghitung rasio margin kontribusi, dan menghitung break
even point. Adapun penjelasan dari masing-masing langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
3.1. Mengklasifikasikan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap tanpa dipengaruhi
oleh perubahan output aktivitas dalam batas relevan tertentu,sedangkan
biaya perunit berubah berbanding terbalik. Sedangkan biaya variabel
adalah biaya yang totalnya berubah secara proporsional dengan
perubahan output aktivitas, sedangkan biaya perunitnya tetap dalam
batas relevan tertentu. Semakin tinggi output aktivitas, semakin tinggi
total biayanya, dan semakin rendah output aktivitasnya, semakin
rendah total biayanya. Jadi untuk menghitung titik impas terlebih
dahulu kita dapat menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap.
Berikut adalah penggolomgan biaya tetap dan biaya variabel
laporan keuangan Home Industry Kain Kasur Palembang.
67
Tabel 4.4.Klasifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Jenis Biaya Klasifikasi Biaya
Bahan Baku
- Kain Polos
- Kain Motif
Biaya Variabel
Bahan Penolong
- Benang
- Spidol
- Tinta Spidol
- Jarum
Biaya Variabel
Upah Borongan Biaya Variabel
Biaya Tak Terduga Biaya Variabel
Biaya Gaji Tetap Biaya Tetap
Biaya Pinjaman Biaya Tetap
Biaya Transportasi Biaya Variabel
Biaya Telepon Biaya Variabel
PBB Biaya Tetap
a) Biaya Tetap Total
Biaya tetap terdiri dari biaya gaji tetap, biaya pinjaman, dan
biaya PBB. Tabel dibawah ini menggambarkan biaya tetap total
tahun 2015, 2016, dan 2017.
Tabel 4.5.Biaya Tetap Total Tahun 2015, 2016, dan 2017.
(dalam rupiah)
Jenis Biaya 2015 2016 2017
Biaya Gaji Tetap 276.008.140 300.700.000 290.500.000
Biaya Pinjaman 79.900.000 80.100.000 80.300.000
Biaya PBB 91.860 127.900 131.576
Total Biaya 356.000.000 380.927.900 370.931.576
Sumber: Home Industry Kain Kasur Palembang.
68
b) Biaya Variabel
Biaya variabel yang dimiliki oleh home industry kain kasur
Palembang terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
upah borongan, biaya transportasi, biaya telepon dan biaya tak
teduga. Tabel dibawah ini menggambarkan biaya variabel tahun
2015, 2016, dan 2017.
Tabel 4.6.Biaya Variabel Total Tahun 2015, 2016, dan 2017.
(dalam rupiah)
Jenis Biaya 2015 2016 2017
B. Bahan Baku 424.285.000 430.550.000 428.200.000
B. Bahan Penolong 323.200.000 330.100.000 329.200.000
Upah Borongan 180.000.000 198.750.000 190.600.000
B. Transportasi 8.000.000 8.400.000 8.200.000
Biaya Telepon 5.000.000 6.200.000 5.200.000
B. Tak Terduga 10.000.000 23.500.000 19.300.000
Total Biaya 950.485.000 997.500.000 980.700.000
Sumber: Home Industry Kain Kasur Palembang.
3.2. Menghitung Margin Kontribusi
Margin Kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari penjualan
dikurangi dengan biaya variabel, jumlah tersebut akan digunakan
untuk menutup biaya tetap dan apabila masih sisa akan menjadi laba.
Jika margin kontribusi tidak cukup menutup biaya tetap, maka akan
dialami kerugian. Menghitung margin kontribusi dapat dilakukan
dengan menggunakan dua rumus yaitu menghitung margin kontribusi
perunit dan menghitung margin kontribusi total. Berikut perhitungan
margin kontribusi perunit dan total pada tahun 2015, 2016, dan 2017:
69
3.2.1. Margin Kontribusi Perukuran Kain
Margin kontribusi perunit adalah perhitungan margin pada
setiap unit produk yang yang dihasilkan. Produk yang
dihasilkan oleh home industry kain kasur Palembang terdiri
dari enam produk yang masing-masing memiliki biaya variabel
sendiri. Produk yang akan dihitung adalah kain dengan ukuran
80 cm, 100 cm, 120 cm, 140 cm, 160 cm dan 180 cm. Berikut
merupakan perhitungan margin kontrubusi perukuran kain
kasur baik dalam unit maupun rupiah pada tahun 2015, 2016,
dan 2017.
1) Margin Kontribusi dalam Rupiah dan Unit Tahun 2015
Margin koontribusi dalam rupiah dan unit dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MK Rupiah = Harga Jual – Biaya variabel perunit
MK Unit = margin kontribusi perunitunit produk yang dijual
a) Margin Kontribusi dalam Rupiah
Ukuran 80 cm
MK = (28.000 x 4.000) – 90.356.000
= 21.644.000
Ukuran 100 cm
MK = (31.000 x 3.500) – 86.164.000
= 22.336.000
Ukuran 120 cm
MK = (33.000 x 5.000) – 149.321.000
= 15.679.000
Ukuran 140 cm
MK = (36.000 x 8.000) – 192.934.000
= 95.066.000
Ukuran 160 cm
70
MK = (46.000 x 6.000) – 182.264.000
= 93.736.000
Ukuran 180 cm
MK = (52.000 x 7.500) – 249.446.000
= 140.554.000
b) Margin Kontribusi dalan Unit
Setelah menghitung margin kontribusi dalam
rupiah selanjutnya menghitung margin kontribusi
perunit. Berikut adalah penghitungan margin kontribusi
perunit tahun 2015.
Ukuran 80 cm
MK = 21.644.0004.000
= 5.411
Ukuran 100 cm
MK = 22.336.0003.500
= 6.381
Ukuran 120 cm
MK = 15.679.0005.000
= 3.135
Ukuran 140 cm
MK = 95.066.0008.000
= 11.883
Ukuran 160 cm
MK = 93.736.0006.000
= 15.622
Ukuran 180 cm
MK = 140.554.0007.500
= 18.740
71
Berikut ini margin kontribusi perunit dan rupiah pada
tahun 2015 yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Margin Kontribusi Perunit dan Rupiah
Tahun 2015
Ukuran Kain
Terjual
MK unit MK Rupiah
80 cm 4.000 5.411 21.644.000
100 cm 3.500 6.381 22.336.000
120 cm 5.000 3.135 15.679.000
140 cm 8.000 11.883 95.066.000
160 cm 6.000 15.622 93.736.000
180 cm 7.500 18.740 140.554.000
2) Margin Kontribusi dalam Rupiah dan Unit Tahun 2016
Margin koontribusi dalam rupiah dan unit dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MK Rupiah = Harga Jual – Biaya variabel perunit
MK Unit = margin kontribusi perunitunit produk yang dijual
a) Margin Kontribusi dalam Rupiah
Ukuran 80 cm
MK = (28.000 x 5.000) – 113.323.000
= 26.677.000
Ukuran 100 cm
MK = (31.000 x 4.500) – 107.566.000
= 31.934.000
Ukuran 120 cm
MK = (33.000 x 5.500) – 162.464.000
72
= 19.036.000
Ukuran 140 cm
MK = (36.000 x 6.000) – 135.393.000
= 80.607.000
Ukuran 160 cm
MK = (46.000 x 7.500) – 220.951.000
= 124.049.000
Ukuran 180 cm
MK = (52.000 x 7.500) – 257.803.000
= 132.197.000
b) Margin Kontribusi dalam Unit
Setelah menghitung margin kontribusi dalam
rupiah selanjutnya menghitung margin kontribusi
perunit. Berikut adalah penghitungan margin kontribusi
perunit tahun 2016.
Ukuran 80 cm
MK = 26.677.0005.000
= 5.335
Ukuran 100 cm
MK = 31.934.0004.500
= 7.096
Ukuran 120 cm
MK = 19.036.0005.500
= 3.461
Ukuran 140 cm
MK = 80.607.0006.000
= 13.434
Ukuran 160 cm
MK = 124.049.0007.500
73
= 16.539
Ukuran 180 cm
MK = 132.197.0007.500
= 17.626
Berikut ini margin kontribusi perunit dan Rupiah pada
tahun 2016 yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.8. Margin Kontribusi Perunit dan Rupiah
Tahun 2016
Ukuran Kain
Terjual
MK unit MK Rupiah
80 cm 5.000 5.335 26.677.000
100 cm 4.500 7.096 31.934.000
120 cm 5.500 3.461 19.036.000
140 cm 6.000 13.434 80.607.000
160 cm 7.500 16.539 124.049.000
180 cm 7.500 17.626 132.197.000
3) Margin Kontribusi Perunit dan Rupiah Tahun 2017
Margin kontribusi dalam rupiah dan Perunit dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MK Rupiah = Harga Jual – Biaya variabel perunit
MK Unit = margin kontribusi perunitunit produk yang dijual
a) Margin Kontribusi dalam Rupiah
Ukuran 80 cm
MK = (28.000 x 6.000) – 118.536.000
= 49.464.000
Ukuran 100 cm
74
MK = (31.000 x 5.000) – 129.422.000
= 25.578.000
Ukuran 120 cm
MK = (33.000 x 4.000) – 109.490.000
= 22.510.000
Ukuran 140 cm
MK = (36.000 x 6.000) – 139.294.000
= 76.706.000
Ukuran 160 cm
MK = (46.000 x 7.000) – 198.181.000
= 123.819.000
Ukuran 180 cm
MK = (52.000 x 8.000) – 272.777.000
= 143.223.000.
b) Margin Kontribusi Perunit
Setelah menghitung margin kontribusi dalam
rupiah selanjutnya menghitung margin kontribusi
perunit. Berikut adalah penghitungan margin kontribusi
perunit tahun 2017.
Ukuran 80 cm
MK = 49.464.0006.000
= 8.244
Ukuran 100 cm
MK = 25.578.0005.000
= 5.115
Ukuran 120 cm
MK = 22.510.0004.000
= 5.627
Ukuran 140 cm
MK = 76.706.0004.000
75
= 19.176
Ukuran 160 cm
MK = 123.819.0007.000
= 17.688
Ukuran 180 cm
MK = 143.223.0008.000
= 17.902
Berikut ini margin kontribusi perunit dan Rupiah pada
tahun 2017 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9. Margin Kontribusi Perunit Tahun 2017
Ukuran Kain
Terjual
MK unit MK Rupiah
80 cm 6.000 8.244 49.464.000
100 cm 5.000 5.115 25.578.000
120 cm 4.000 5.627 22.510.000
140 cm 6.000 19.176 76.706.000
160 cm 7.000 17.688 123.819.000
180 cm 8.000 17.902 143.223.000
3.2.2. Margin Kontribusi Total
Setelah menghitung margin kontribusi perukuran kain
kasur selanjutnya adalah menghitung margin kontribusi Total
pada tahun 2015, 2016, dan 2017. Berikut perhitungan margin
kontribusi dari tahun 2015-2017.
1) Margin Kontribusi Total 2015
Margin kontribusi total dalam rupiah dan Perunit
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
76
MK unit Total = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑢𝑎𝑙
MK Rupiah Total
= Total Pendapatan – Total Biaya Variabel
a) Margin Kontribusi Perunit
MK unit Total = 389.015.00034.000
= 11.441
b) Margin Kontribusi dalam Rupiah
MK Rupiah Total = 1.339.500.000 - 950.485.000
= 389.015.000
2) Margin Kontribusi Total Tahun 2016
Margin kontribusi total dalam rupiah dan Perunit
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MK unit Total = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑢𝑎𝑙
MK Rupiah Total
= Total Pendapatan – Total Biaya Variabel
a) Margin Konribusi Perunit
MK unit Total = 414.500.00036.000
= 11.513
b) Margin Kontribusi dalam Rupiah
MK Rupiah Total = 1.412.000.000 – 997.500.000
= 414.500.000
3) Margin Kontribusi Total Tahun 2017
Margin kontribusi total dalam rupiah dan Perunit dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MK unit Total = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑢𝑎𝑙
77
MK Rupiah Total
= Total Pendapatan – Total Biaya Variabel
a) Margin Kontribusi Perunit
MK unit Total = 441.500.00036.000
= 12.263
b) Margin Kontribusi dalam Rupiah
MK Rupiah Total = 1.409.000.000 – 980.700.000
= 441.300.000
Berikut ini Margin Kontribusi Total yang disajikan dalam
bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.10. Margin Kontribusi Total Perunit dan Rupiah
Tahun 2015-2017.
Thn Pendapatan B.Variabel Margin Kontribusi
Unit Rupiah
2015 1.339.500.000 950.485.000 11.441 389.015.000
2016 1.412.000.000 997.500.000 11.513 414.500.000
2017 1.409.000.000 980.700.000 12.263 441.300.000
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui pada tahun 2015
margin kontribusi perunit home industry sebanyak 11.441 unit dan
margin kontribusi dalam rupiah sebesar Rp.389.015.000. Dan pada
tahun 2016 margin kontribusi perunit home industry sebanyak
11.513 unit dan margin kontribusi dalam rupiah sebesar
Rp.414.500.000. Selanjutnya pada tahun 2017 margin kontribusi
perunit home industry sebanyak 12.263 unit dan margin kontribusi
dalam rupiah sebesar Rp.441.300.000.
3.3. Menghitung Rasio Margin Kontribusi
Rasio margin kontribusi sangat berguna apabila perusahaan
memiliki berbagai macam produk dan akan menentukan titik impas
78
untuk perusahaan secara keseluruhan. Dengan melihat data penjualan,
data kontribusi margin dan data laba bersih pemilik usaha pada tahun
2015, 2016, dan 2017 disajikan kedalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.11.Laba Bersih Tahun 2015
(dalam rupiah)
Ukuran Penjualan Margin
Kontribusi
Biaya
Tetap
Laba
Bersih
80 cm 112.000.000 21.644.000 18.515.310 3.128.690
100 cm 108.500.000 22.336.000 18.623.450 4.712.550
120 cm 165.000.000 15.679.000 13.395.310 2.283.690
140 cm 288.000.000 95.066.000 89.615.310 6.450.690
160 cm 276.000.000 93.736.000 85.615.310 8.120.690
180 cm 390.000.000 140.554.000 130.235.310 8.318.690
Total 1.399.500.000 389.015.000 356.000.000 33.015.000
Berikut ini perhitungan rasio margin kontribusi pada tahun 2015:
a) Rasio Margin Kontribusi Total
RCM = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100%
RCM Total = 389.015.0001.399.500.000
x 100% = 28 %
b) Rasio Margin Kontribusi masing-masing produk
RCM 80 cm = 21.644.000112.000.000
x 100% = 19%
RCM 100 cm = 22.336.000108.500.000
x 100% = 21%
RCM 120 cm = 15.679.000165.000.000
x 100% = 10%
RCM 140 cm = 95.066.000288.000.000
x 100% = 33%
79
RCM 160 cm = 93.736.000276.000.000
x 100% = 34%
RCM 180 cm = 140.554.000390.000.000
x 100% = 36%
Tabel 4.12.Laba Bersih tahun 2016
(dalam rupiah)
Ukuran Penjualan Margin
Kontribusi
Biaya
Tetap
Laba
Bersih
80 cm 140.000.000 26.677.000 21.321.316 3.355.684
100 cm 139.500.000 31.934.000 26.371.316 5.562.684
120 cm 181.500.000 19.036.000 16.921.316 2.114.684
140 cm 216.000.000 80.607.000 72.721.316 9.885.684
160 cm 345.000.000 124.049.000 117.071.320 6.977.680
180 cm 390.000.000 132.197.000 126.521.316 5.675.684
Total 1.412.000.000 414.500.000 380.927.900 33.572.100
Berikut ini perhitungan rasio margin kontribusi pada tahun 2016:
a) Rasio Margin Kontribusi Total
RCM = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100%
RCM Total = 414.500.0001.412.000.000
x 100% = 30 %
b) Rasio Margin Kontribusi masing-masing produk
RCM 80 cm = 26.677.000140.000.000
x 100% = 19%
RCM 100 cm = 31.934.000139.500.000
x 100% = 23%
RCM 120 cm = 19.036.000181.500.000
x 100% = 10%
RCM 140 cm = 80.607.000216.000.000
x 100% = 37%
80
RCM 160 cm = 124.049.000345.000.000
x 100% = 36%
RCM 180 cm = 132.197.000390.000.000
x 100% = 34%
Tabel 4.13.Laba bersih tahun 2017
(dalam rupiah)
Ukuran Penjualan Margin
Kontribusi
Biaya
Tetap
Laba
Bersih
80 cm 168.000.000 49.464.000 39.521.900 9.942.100
100 cm 155.000.000 25.578.000 17.021.929 8.556.071
120 cm 132.000.000 22.510.000 15.021.958 7.488.042
140 cm 216.000.000 76.706.000 63.221.920 13.484.080
160 cm 322.000.000 123.819.000 105.721.938 18.097.062
180 cm 416.000.000 143.223.000 130.421.931 12.801.069
Total 1.409.000.000 441.300.000 370.931.576 70.368.424
Berikut ini perhitungan rasio margin kontribusi pada tahun 2017:
a) Rasio Margin Kontribusi Total
RCM = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100%
RCM Total = 441.300.0001.409.000.000
x 100% = 31 %
b) Rasio Margin Kontribusi masing-masing produk
RCM 80 cm = 49.464.000168.000.000
x 100% = 29%
RCM 100 cm = 25.578.000155.000.000
x 100% = 17%
RCM 120 cm = 22.510.000132.000.000
x 100% = 17%
RCM 140 cm = 76.706.000216.000.000
x 100% = 35%
RCM 160 cm = 123.819.000322.000.000
x 100% = 38%
81
RCM 180 cm = 143.223.000416.000.000
x 100% = 34%
Perhitungan Rasio Margin Kontribusi (RCM) untuk masing-
masing ukuran dapat diketahui dengan melihat jenis ukuran kain
kasur yang memiliki RCM lebih besar. Ukuran kain kasur yang
memiliki RCM lebih besar, maka diutamakan dalam produksinya.
Berikut ini adalah ukuran kain kasur yang diutamakan dalam
produksinya pada tahun 2015, 2016 dan 2017 yang disajikan dalam
tabel:
Tabel 4.14.
Produksi Kain Kasur di Utamakan 2015,2016, dan 2017.
Keterangan 2015 2016 2017
Produksi yang
diutamakan
Ukuran
180 cm
Ukuran
140 cm
Ukuran
160 cm
RCM 36% 37% 38%
Laba Bersih Rp.8.318.690 Rp.9.885.684 Rp.18.097.062
Rasio Margin Kontribusi (RCM) sangat penting dalam
menentukan kebijakan bisnis, karena menunjukkan bagaimana
margin kontribusi akan dipengaruhi oleh total penjualan. Tahun
2015 home industry kain kasur Palembang memiliki rasio margin
kontribusi (RCM) 28%. Hal ini berarti bahwa home industry kain
kasur Palembang merencanakan peningkatan penjualan sebesar
Rp.1.390.500.000 untuk tahun 2015, pemilik usaha dapat
menentukan margin kontribusi sebesar Rp.389.015.000 dan
memperoleh laba sebesar Rp.33.015.000. Melalui perhitungan
masing-masing produk maka produksi kain kasur dengan ukuran
180 cm lebih diutamakan, karena rasio margin kontribusi kain
ukuran 180 cm lebih besar dari ukuran kain 80 cm (19%), 100 cm
(21%), 120 cm (10%), 140 cm (33%), dan 160 cm (34%) yaitu
82
sebesar 36%. Artinya peningkatan penjualan kain kasur ukuran 180
cm sebesar Rp.390.000.000 untuk tahun 2015, pemilik usaha
dapat menentukan margin kontribusi sebesar Rp.140.554.000
memperoleh laba Rp.8.318.690.
Tahun 2016 home industry kain kasur Palembang memiliki
rasio margin kontribusi (RCM) 30%. Hal ini berarti bahwa home
industry kain kasur Palembang merencanakan peningkatan
penjualan sebesar Rp.1.412.000.000, pemilik usaha dapat
menentukan margin kontribusi sebesar Rp.414.500.000 dan
memperoleh laba sebesar Rp.33.572.100. Melalui perhitungan
masing-masing produk maka produksi kain kasur dengan ukuran
140 cm diutamakan, karena rasio margin kontribusi kain kasur
ukuran 140 cm lebih besar dari pada ukuran kain 80 cm (19%), 100
cm (23%), 120 cm (10%), 160 cm (36%), dan 180 cm (34%) yaitu
sebesar 37%. Artinya peningkatan penjualan kain kasur ukuran 140
cm sebesar Rp.216.000.000 untuk tahun 2016, pemilik usaha
dapat menentukan margin kontribusi sebesar Rp.80.607.000
memperoleh laba Rp. 9.885.684.
Tahun 2017 home industry kain kasur Palembang memiliki
rasio margin kontribusi (RCM) 31%. Hal ini berarti bahwa home
industry kain kasur Palembang merencanakan peningkatan
penjualan sebesar Rp.1.409.000.000, pemilik usaha dapat
menentukan margin kontribusi sebesar Rp.441.300.000 dan
memperoleh laba sebesar Rp.70.368.424. Melalui perhitungan
masing-masing produk maka produksi kain kasur dengan ukuran
160 cm diutamakan, karena rasio margin kontribusi kain kasur
ukuran 140 cm lebih besar dari pada ukuran kain 80 cm (29%), 100
cm (17%), 120 cm (17%), 140 cm (35%), dan 180 cm (34%) yaitu
sebesar 38%. Artinya peningkatan penjualan kain kasur ukuran 160
cm sebesar Rp.322.000.000 untuk tahun 2017, pemilik usaha
83
dapat menentukan margin kontribusi sebesar Rp.123.819.000
memperoleh laba Rp.18.097.062.
3.4. Menghitung Break Even Point
Break even point adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian. Perhitungan ini bertujuan
untuk mengetahui pada tingkat berapa penjualan tidak mendapatkan
laba dan tidak mendapatkan kerugian. Berikut ini adalah perhitungan
break even point total dan unit dalam rupiah pada masing-masing
ukuran kain kasur Palembang:
3.4.1. Break even point (BEP) dalam Rupiah
a) Break even point (BEP) Total 2015
BEP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑅𝐶𝑀
BEP = 356.000.00028%
= 1.271.428.570.
b) Break even point (BEP) perunit 2015
BEP 80 cm = 18.515.31019%
= 97.449.000
BEP 100 cm = 17.623.45921%
= 83.921.233
BEP 120 cm = 13.395.31010%
= 133.953.100
BEP 140 cm = 88.615.31033%
= 268.531.242
BEP 160 cm = 85.615.31034%
= 54.750.912
BEP 180 cm = 132.235.31036%
= 367.320.306
a) Break even point (BEP) Total 2016
BEP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑅𝐶𝑀
BEP = 380.927.90029%
= 1.313.544.480.
b) Break even point (BEP) perunit 2016
84
BEP 80 cm = 23.321.31619%
= 122.743.768
BEP 100 cm = 26.371.31623%
= 114.657.896
BEP 120 cm = 16.921.31610%
= 169.213.160
BEP 140 cm = 70.721.31637%
= 191.138.692
BEP 160 cm = 117.071.32036%
= 325.198.111
BEP 180 cm = 126.521.31634%
= 372.121.518
a) Break even point (BEP) Total 2017
BEP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑅𝐶𝑀
BEP = 370.931.57631%
= 1.196.553.470.
b) Break even point (BEP) perunit 2017
BEP 80 cm = 39.521.90029%
= 136.282.414
BEP 100 cm = 17.021.92917%
= 100.128.994
BEP 120 cm = 15.021.95817%
= 88.364.459
BEP 140 cm = 63.221.92035%
= 180.634.057
BEP 160 cm = 105.721.93838%
= 278.215.626
BEP 180 cm = 130.421.93134%
= 383.593.915
Break even point (BEP) menunjukan penjualan perusahaan
tidak mendapatkan laba dan tidak mendapatkan rugi. Pada tahun
2015 BEP total home industry sebesar Rp.1.271.428.570.
perhitungan BEP masing-masing produk yaitu untuk ukuran kain
kasur 80 cm sebesar Rp.97.449.000, ukuran 100 cm sebesar
Rp.83.921.233, ukuran 120 cm sebesar Rp.133.953.100, ukuran
140 cm Rp.268.531.242, ukuran 160 cm sebesar Rp.54.750.912,
dan ukuran 180 cm sebesar Rp. 367.320.306. analisis tersebut
menunjukan bahwa pemilik usaha lebih baik memperbanyak
produksi kain kasur Palembang ukuran 160 cm karena BEP kain
85
kasur Palembang ukuran 160 cm lebih kecil dari pada ukuran-
ukuran kain kasur Palembang lainnya.
Tahun 2016 BEP total home industry sebesar
Rp.1.313.544.480. Perhitungan BEP masing-masing produk yaitu
untuk ukuran kain kasur 80 cm sebesar Rp.122.743.768, ukuran
100 cm sebesar Rp.114.657.896, ukuran 120 cm sebesar
Rp.169.213.160, ukuran 140 cm Rp.268.531.242, ukuran 160 cm
sebesar Rp.325.198.111, dan ukuran 180 cm sebesar
Rp.372.121.518. Analisis tersebut menunjukan bahwa pemilik
usaha lebih baik memperbanyak produksi kain kasur Palembang
ukuran 100 cm karena BEP kain kasur Palembang ukuran 100 cm
lebih kecil dari pada ukuran-ukuran kain kasur Palembang lainnya.
Tahun 2017 BEP total home industry sebesar
Rp.1.196.553.470. Perhitungan BEP masing-masing produk yaitu
untuk ukuran kain kasur 80 cm sebesar Rp.136.282.414, ukuran
100 cm sebesar Rp.100.128.994, ukuran 120 cm sebesar
Rp.88.364.459, ukuran 140 cm Rp.180.634.057, ukuran 160 cm
sebesar Rp.278.215.626, dan ukuran 180 cm sebesar
Rp.383.593.915. Analisis tersebut menunjukan bahwa pemilik
usaha lebih baik memperbanyak produksi kain kasur Palembang
ukuran 120 cm karena BEP kain kasur Palembang ukuran 120 cm
lebih kecil dari pada ukuran-ukuran kain kasur Palembang lainnya.
3.4.2. Break even point (BEP) dalam unit
Penghitungan BEP dalam unit bertujuan untuk mengetahui
bauran penjualan (enam jenis ukuran kain kasur Palembang
yang berbeda) secara bersama-sama, terlebih dahulu dicari
margin kontribusi perunit untuk masing-masing ukuran kain
kasur.
a) Break even point tahun 2015
86
Berdasarkan penghitungan yang dilakukan sebelumnya
untuk menentukan nilai break even point maka dapat
dilakukan dengan menghitung biaya tetap dibagi dengan
margin kontribusi setiap ukuran kain kasur palembang yang
terjual.
Ukuran 80 cm
BEP perunit = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
= 18.515.3105.411
= 3.421
Ukuran 100 cm
BEP perunit = 18.623.4506.381
= 2.918
Ukuran 120 cm
BEP perunit = 13.395.3103.135
= 4.272
Ukuran 140 cm
BEP perunit = 89.615.31011.883
= 7.541
Ukuran 160 cm
BEP perunit = 85.615.31015.622
= 5.480
Ukuran 180 cm
BEP perunit = 130.235.31018.740
= 6.949
Setelah diketahui margin kontribusi perunit selanjutnya
menghitung margin kontribusi dalam jumlah total, maka
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
BEP total = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
87
= 356.000.00011.441
= 31.116 unit
Dari penghitungan diatas menunjukan bahwa tingkat
penjualan titik impas dalam unit menunjukan volume
penjualan untuk masing-masing ukuran kain kasur
palembang telah mencapai BEP, sama halnya dengan
penghitungan break even point total yang berjumlah
31.116 unit sedangkan volume penjualan yang terjadi
sebanyak 34.000 unit. Hal ini menunjukan bahwa volume
penjualan yang dilakukan perusahaan telah mencapai
BEP.
b) Break even point tahun 2016
Berdasarkan penghitungan yang dilakukan sebelumnya
untuk menentukan nilai break even point maka dapat
dilakukan dengan menghitung biaya tetap dibagi dengan
margin kontribusi setiap ukuran kain kasur palembang yang
terjual.
Ukuran 80 cm
BEP perunit = 21.321.3165.335
= 3.996
Ukuran 100 cm
BEP perunit = 26.371.3167.096
= 3.716
Ukuran 120 cm
BEP perunit = 16.921.3163.461
= 4.889
Ukuran 140 cm
BEP perunit = 72.721.31613.434
= 5.413
88
Ukuran 160 cm
BEP perunit = 117.071.32016.539
= 7.078
Ukuran 180 cm
BEP perunit = 126.521.31617.626
= 7.178
Setelah diketahui margin kontribusi perunit selanjutnya
menghitung margin kontribusi dalam jumlah total, maka
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
BEP total = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
= 380.927.90011.513
= 33.086 pcs
Dari penghitungan diatas menunjukan bahwa tingkat
penjualan titik impas dalam unit menunjukan volume
penjualan untuk masing-masing ukuran kain kasur
palembang telah mencapai BEP, sama halnya dengan
penghitungan break even point total yang berjumlah 33.086
unit sedangkan volume penjualan terjadi sebanyak 36.000
unit. Hal ini menunjukan bahwa volume penjualan yang
dilakukan perusahaan telah mencapai BEP.
c) Break even point tahun 2017
Berdasarkan penghitungan yang dilakukan sebelumnya
untuk menentukan nilai break even point maka dapat
dilakukan dengan menghitung biaya tetap dibagi dengan
margin kontribusi setiap ukuran kain kasur palembang yang
terjual. Berikut ini tabel margin kontribusi dalam unit dan
rupiah.
Ukuran 80 cm
89
BEP perunit = 39.521.9008.244
= 4.794
Ukuran 100 cm
BEP perunit = 17.021.9295.115
= 3.327
Ukuran 120 cm
BEP perunit = 15.021.9585.627
= 2.669
Ukuran 140 cm
BEP perunit = 63.221.92019.176
= 3.296
Ukuran 160 cm
BEP perunit = 105.721.93817.688
= 5.977
Ukuran 180 cm
BEP perunit = 130.421.93117.902
= 7.285
Setelah diketahui margin kontribusi perunit selanjutnya
menghitung margin kontribusi dalam jumlah total, maka dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
BEP total = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡
= 370.931.57612.263
= 30.248 unit
Dari penghitungan diatas menunjukan bahwa tingkat
penjualan titik impas dalam unit menunjukan volume
penjualan untuk masing-masing ukuran kain kasur palembang
telah mencapai BEP, sama halnya dengan penghitungan break
90
even point total yang berjumlah 30.248 unit sedangkan volume
penjualan yang terjadi sebanyak 36.000 unit. Hal ini
menunjukan bahwa volume penjualan yang dilakukan
perusahaan telah mencapai BEP.
Berikut ini break even point perunit dan rupiah pada tahun 2015,
2016, dan 2017 yang disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.15.
Break Even Point Perunit dan Rupiah Tahun 2015- 2017
Thn Ukuran Penjualan BEP
unit
Pendapatan BEP rupiah
2015 80 cm
100 cm
120 cm
140 cm
160 cm
180 cm
4.000
3.500
5.000
8.000
6.000
7.500
3.421
2.918
4.272
7.541
5.480
6.949
112.000.000
108.500.000
165.000.000
288.000.000
276.000.000
390.000.000
97.449.000
83.921.233
133.953.100
268.531.242
54.750.912
367.320.306
2016 80 cm
100 cm
120 cm
140 cm
160 cm
180 cm
5.000
4.500
5.500
6.000
7.500
7.500
3.996
3.716
4.889
5.413
7.078
7.178
140.000.000
139.500.000
181.500.000
216.000.000
345.000.000
390.000.000
122.743.768
114.657.896
169.213.160
191.138.692
325.198.111
372.121.518
2017 80 cm
100 cm
120 cm
140 cm
160 cm
180 cm
6.000
5.000
4.000
6.000
7.000
8.000
4.794
3.327
2.669
3.296
5.977
7.285
168.000.000
155.000.000
132.000.000
216.000.000
322.000.000
416.000.000
136.282.414
100.128.994
88.364.459
180.634.057
278.215.626
383.593.915
91
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan dan
pendapatan dari tahun 2015, 2016, dan 2017 diatas titik break even point
yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan pemilik usaha memperoleh
laba atau keuntungan disetiap tahunnya.
4. Perhitungan Perencanaan Laba
Perhitungan perencanaan laba dilakukan dengan menghitung margin
of safety atau tingkat keamanaan perusahaan dan dengan melakukan
perhitungan analisis target laba. Perhitungan margin of safety dilakukan
bertujuan untuk mengetahui di titik mana perusahaan berada dalam posisi
aman. Artinya resiko mengalami kerugian bisa diantisipasi. Selanjutnya
dengan menggunakan perhitungan analisis target laba perusahaan akan
diuntungkan karena pemilik usaha dapat mengetahui ditingkat penjualan
berapa perusahaan dapat mencapai target laba yang diinginkan. Berikut ini
perhitungan margin of safety dan analisis target laba pada tahun 2015,
2016, dan 2017:
4.1. Margin of Safety (Tingkat Keamanan)
4.1.1. Margin of Safety (MOS) tahun 2015
a) Margin of safety (MOS) total tahun 2015
MOS = 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛−𝐵𝐸𝑃𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
MOS rupiah = MOS x anggaran penjualan
MOS total = 1.399.500.000− 1.271.428.5701.399.500.000
x 100% = 10%
MOS rupiah = 10% x 1.399.500.000 = 139.950.000
b) Margin of safety (MOS) perunit tahun 2015
MOS 80 cm = 112.000.000−97.449.000 112.000.000
x 100% = 13%
MOS rupiah = 13% x 112.000.000 = 14.560.000
MOS 100 cm = 108.500.000− 83.921.233 108.500.000
x 100% = 23%
MOS rupiah = 23% x 108.500.000 = 24.955.000
MOS 120 cm = 165.000.000−133.953.100 165.000.000
x 100% = 19%
92
MOS rupiah = 19% x 165.000.000 = 31.350.000
MOS 140 cm = 288.000.000−268.531.242 288.000.000
x 100% = 7%
MOS rupiah = 7% x 288.000.000 = 20.160.000
MOS 160 cm = 276.000.000−54.750.912 276.000.000
x 100% = 81%
MOS rupiah = 81% x 276.000.000 = 223.560.000
MOS 180 cm = 390.000.000 − 367.320.306 390.000.000
x 100% = 6%
MOS rupiah = 6% x 390.000.000 = 23.400.000
4.1.2. Margin of Safety (MOS) tahun 2016
a) Margin of safety (MOS) total tahun 2016
MOS = 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛−𝐵𝐸𝑃𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
MOS rupiah = MOS x anggaran penjualan
MOS total = 1.412.000.000− 1.313.544.480 1.412.000.000
x 100% = 7%
MOS rupiah = 7% x 1.412.000.000 = 98.840.000
b) Margin of safety (MOS) perunit tahun 2016
MOS 80 cm = 140.000.000−122.743.768 140.000.000
x 100% = 13%
MOS rupiah = 13% x 140.000.000 = 18.200.000
MOS 100 cm = 139.500.000−114.657.896 139.500.000
x 100% = 18%
MOS rupiah = 18% x 139.500.000 = 25.110.000
MOS 120 cm = 181.500.000−169.213.160 181.500.000
x 100% = 7%
MOS rupiah = 7% x 181.500.000 = 12.705.000
MOS 140 cm = 216.000.000−191.138.692 216.000.000
x 100% = 12%
MOS rupiah = 12% x 216.000.000 = 25.920.000
MOS 160 cm = 345.000.000−325.198.111 345.000.000
x 100% = 6%
MOS rupiah = 6% x 345.000.000 = 20.700.000
MOS 180 cm = 390.000.000 −372.121.518 390.000.000
x 100% = 5%
MOS rupiah = 5% x 390.000.000 = 19.500.000
93
4.1.3. Margin of Safety (MOS) tahun 2017
a) Margin of safety (MOS) total tahun 2017
MOS = 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛−𝐵𝐸𝑃𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
MOS rupiah = MOS x anggaran penjualan
MOS total = 1.409.000.000−1.196.553.470 1.409.000.000
x 100% = 15%
MOS rupiah = 15% x 1.409.000.000 = 211.350.000
b) Margin of safety (MOS) perunit tahun 2017
MOS 80 cm = 168.000.000−136.282.414 168.000.000
x 100% = 19%
MOS rupiah = 19% x 168.000.000 = 31.920.000
MOS 100 cm = 155.000.000−100.128.994 155.000.000
x 100% = 36%
MOS rupiah = 36% x 155.000.000 = 55.800.000
MOS 120 cm = 132.000.000−88.364.459 132.000.000
x 100% = 34%
MOS rupiah = 34% x 132.000.000 = 44.880.000
MOS 140 cm = 216.000.000−180.634.057216.000.000
x 100% = 17%
MOS rupiah = 17% x 216.000.000 = 36.720.000
MOS 160 cm = 322.000.000−278.215.626322.000.000
x 100% = 14%
MOS rupiah = 14% x 322.000.000 = 45.080.000
MOS 180 cm = 416.000.000 −383.593.915 416.000.000
x 100% = 8%
MOS rupiah = 8% x 416.000.000 = 33.280.000
Margin of safety menunjukan jarak antara penjualan yang
direncanakan dengan penjualan pada break even point. Melalui
perhitungan margin of safety masing-masing produk dari tahun
2015, 2016, dan 2017, produk yang memiliki margin of safety
lebih kecil menunjukkan hasil penjualan produk tersebut lebih
rawan mengalami kerugian. Berikut ini adalah produk kain
kasur Palembang yang lebih rawan mengalami kerugian dalam
94
produksinya pada tahun 2015, 2016, dan 2017 yang disajikan
dalam tabel:
Tabel 4.16. Ukuran Kain Kasur Rawan Mengalami Kerugian tahun
2015, 2016, dan 2017.
Tahun Produk MOS MOS dalam rupiah
2015
2016
2017
Ukuran 180 cm
Ukuran 180 cm
Ukuran 180 cm
6%
5%
8%
Rp.23.400.000
Rp.19.500.000
Rp.33.280.000
Margin of safety menunjukan jarak antara penjualan yang
direncanakan dengan penjualan pada break even point. Dengan
demikian margin of safety juga menggambarkan batas jarak
tersebut, home industry akan menderita kerugiaan. Margin of
safety tahun 2015 sebesar 10% menunjukan bahwa jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau menyimpang lebih besar
dari 10% (dari penjualan yang direncanakan) home industry
akan menderita rugi. Margin of safety masing-masing produk
kain kasur Palembang tahun 2015 pada ukuran kain 80 cm
sebesar 13%, ukuran kain 100 cm sebesar 23%, ukuran kain
120 cm sebesar 19%, ukuran 140 cm sebesar 7%, ukuran 160
cm sebesar 81%, dan ukuran 180 cm sebesar 6%. Hasil ini
menunjukan penjualan kain kasur Palembang dengan ukuran
180 cm lebih rawan mengalami kerugian karena memiliki MOS
lebih kecil dari ukuran kain kasur palembang lainnya. Semakin
kecil MOS berarti semakin cepat perusahaan menderita
kerugian, dalam hal ini terdapat penurunan jumlah penjualan
yang nyata.
Margin of safety tahun 2016 sebesar 7% menunjukan
bahwa jumlah penjualan yang nyata berkurang atau
menyimpang lebih besar dari 7% (dari penjualan yang
95
direncanakan) home industry akan menderita rugi. Margin of
safety masing-masing produk kain kasur Palembang tahun
2015 pada ukuran kain 80 cm sebesar 13%, ukuran kain 100
cm sebesar 18%, ukuran kain 120 cm sebesar 7%, ukuran 140
cm sebesar 12%, ukuran 160 cm sebesar 6%, dan ukuran 180
cm sebesar 5%. Hasil ini menunjukan penjualan kain kasur
Palembang dengan ukuran 180 cm lebih rawan mengalami
kerugian karena memiliki MOS lebih kecil dari ukuran kain
kasur palembang lainnya. Semakin kecil MOS berarti semakin
cepat perusahaan menderita kerugian, dalam hal ini terdapat
penurunan jumlah penjualan yang nyata.
Margin of safety tahun 2017 sebesar 15% menunjukan
bahwa jumlah penjualan yang nyata berkurang atau
menyimpang lebih besar dari 15% (dari penjualan yang
direncanakan) home industry akan menderita rugi. Margin of
safety masing-masing produk kain kasur Palembang tahun
2015 pada ukuran kain 80 cm sebesar 19%, ukuran kain 100
cm sebesar 36%, ukuran kain 120 cm sebesar 34%, ukuran 140
cm sebesar 17%, ukuran 160 cm sebesar 8%, dan ukuran 180
cm sebesar 5%. Hasil ini menunjukan penjualan kain kasur
Palembang dengan ukuran 180 cm lebih rawan mengalami
kerugian karena memiliki MOS lebih kecil dari ukuran kain
kasur palembang lainnya. Semakin kecil MOS berarti semakin
cepat perusahaan menderita kerugian, dalam hal ini terdapat
penurunan jumlah penjualan yang nyata.
4.2. Analisis Target Laba
Analisis target laba dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa
volume penjualan yang akan dicapai untuk mencapai laba tertentu.
Metode perhitungan yang digunakan yaitu dengan metode margin
kontribusi untuk tahun 2016 dan 2017 adalah sebagai berikut:
96
4.2.1. Analisis Target Laba dalam Unit
Berikut adalah penghitungan analisis target laba dengan
mengacu pada laba sebelumnya yaitu tahun 2015, sehingga
penghitungan target laba dimulai dari tahun 2016, 2017, dan
untuk merencanakan laba pada tahun selanjutnya yaitu dengan
menghitung perkiraan laba pada tahun 2018.
1) Analisis Target Laba Tahun 2016
Analisis target laba pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Target Laba = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
a) Target Laba total
Target Laba = 380.927.900+33.015.00011.513
= 35.954
b) Target Laba Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Target laba = 21.321.316+3.128.6905.335
= 4.582
Ukuran 100 cm
Target laba = 26.371.316+4.712.5507.096
= 4.380
Ukuran 120 cm
Target laba = 16.921.316+2.283.6903.461
= 5.548
Ukuran 140 cm
Target laba = 72.721.316+6.450.69013.434
= 5.893
Ukuran 160 cm
97
Target laba = 117.071.320+8.120.69016.539
= 7.569
Ukuran 180 cm
Target laba = 126.521.316+8.318.69017.626
= 7.650
2) Analisis Target Laba Tahun 2017
Analisis target laba pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Target Laba = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
a) Target Laba Total
Target Laba = 370.931.576+33.572.10012.263
= 32.985
b) Target Laba unit 2017
Ukuran 80 cm
Target laba = 39.521.900+3.355.6848.244
= 5.201
Ukuran 100 cm
Target laba = 17.021.929+5.562.6845.115
= 4.415
Ukuran 120 cm
Target laba = 15.021.958+2.114.6845.627
= 3.045
Ukuran 140 cm
Target laba = 63.221.920+9.885.68419.176
= 3.812
Ukuran 160 cm
98
Target laba = 105.721.938+6.977.68017.688
= 6.371
Ukuran 180 cm
Target laba unit = 130.421.931+5.675.68417.902
= 7.602
3) Analisis Target Laba Tahun 2018
Analisis target laba pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Target Laba = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
a) Target Laba Total
Target Laba = 370.931.576+70.368.42412.263
= 35.986
b) Target Laba Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Target laba = 39.521.900+9.942.1008.244
= 6.000
Ukuran 100 cm
Target laba = 17.021.929+8.556.0715.115
= 5.000
Ukuran 120 cm
Target laba = 15.021.958+7.488.0425.627
= 4.000
Ukuran 140 cm
Target laba = 63.221.920+13.484.08019.176
= 4.000
Ukuran 160 cm
Target laba = 105.721.938+18.097.06217.688
99
= 7.000
Ukuran 180 cm
Target laba = 130.421.931+12.801.06917.902
= 8.000
4.2.2. Analisis Target Laba dalam Rupiah
Berikut adalah penghitungan analisis target laba dengan
mengacu pada laba sebelumnya yaitu tahun 2015, sehingga
penghitungan target laba dimulai dari tahun 2016, 2017, dan
untuk merencanakan laba pada tahun selanjutnya yaitu dengan
menghitung perkiraan laba pada tahun 2018.
1) Analisis Target Laba Tahun 2016
Analisis target laba pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Target Laba = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
a) Target Laba Total
Target Laba = 380.927.900+𝟑𝟑.015.00030%
= 1.379.809.670.
b) Target Laba Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Target laba = 21.321.316+3.128.69019%
= 128.684.242
Ukuran 100 cm
Target laba = 26.371.316+4.712.55023%
= 135.147.243
Ukuran 120 cm
Target laba = 16.921.316+2.283.69010%
100
= 192.050.060
Ukuran 140 cm
Target laba = 72.721.316+6.450.69037%
= 213.978.395
Ukuran 160 cm
Target laba = 117.071.320+8.120.69036%
= 347.755.583
Ukuran 180 cm
Target laba = 126.521.316+8.318.69034%
= 396.588.253
2) Analisis Target Laba Tahun 2017
Analisis target laba pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Target Laba = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
a) Target Laba Total
Target Laba = 370.931.576+33.572.10031%
= 1.304.850.570
b) Target Laba Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Target laba = 39.521.900+3.355.68429%
= 147.853.738
Ukuran 100 cm
Target laba unit = 17.021.929+5.562.68417%
= 132.850.665
Ukuran 120 cm
Target laba = 15.021.958+2.114.68417%
101
= 100.803.776
Ukuran 140 cm
Target laba = 63.221.920+9.885.68435%
= 208.878.869
Ukuran 160 cm
Target laba = 105.721.938+6.977.68038%
= 296.577.942
Ukuran 180 cm
Target laba = 130.421.931+5.675.68434%
= 400.287.103
3) Analisis Target Laba Tahun 2018
Analisis target laba pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Target Laba = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙+𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
a) Target Laba Total
Target Laba = 370.931.576+70.368.42431%
= 1.423.548.387.
b) Target Laba Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Target laba = 39.521.900+9.942.10029%
= 170.565.517
Ukuran 100 cm
Target laba = 17.021.929+8.556.07117%
= 150.458.824
Ukuran 120 cm
Target laba = 15.021.958+7.488.04217%
= 132.411.765
102
Ukuran 140 cm
Target laba = 63.221.920+13.484.08035%
= 219.160.000
Ukuran 160 cm
Target laba = 105.721.938+18.097.06238%
= 325.839.474
Ukuran 180 cm
Target laba = 130.421.931+12.801.06934%
= 421.244.118
Berdasarkan penghitungan diatas diperoleh data mengenai
target laba perusahaan yang dicapai melalui perhitungan laba
sebelumnya dari tahun 2016, 2017, dan 2018 yang disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel 4.17.Estimasi Target Penjualan
Tahun 2016, 2017, dan 2018
Thn Biaya
Tetap (Rp)
Laba (Rp) Margin
Kontri
busi
Unit
Target Penjualan
Unit/
pcs
(Rp)
2015 356.000.000 33.015.000 11.441 - -
2016 380.927.900 33.572.100 11.513 35.954 1.379.809.670
2017 370.931.576 70.368.424 12.263 32.985 1.304.850.570
2018 370.931.576 70.368.424 12.263 35.986 1.423.548.387
103
Sedangkan dalam bentuk grafik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. 2.Grafik Analisis Target Laba
Pada perhitungan target penjualan diatas, jumlah laba pada tahun
2015 merupakan langkah awal dalam penentuan pencapaian target
penjualan untuk tahun-tahun berikutnya. Terlihat bahwa laba pada
tahun 2015 sebesar Rp.33.015.000. Laba tersebut digunakan sebagai
patokan laba minimal yang akan dicapai untuk rencana penjualan
tahun berikutnya, yaitu rencana penjualan tahun 2016. Rencana
penjualan tahun 2016 adalah sebesar Rp.1.379.809.670 atau sebanyak
35.954 unit yang harus dicapai perusahaan untuk mendapatkan laba
minimal seperti tahun 2015. Ternyata penjualan pada tahun 2016
sebesar Rp.1.412.000.000 atau sebanyak 36.000 unit. Oleh karena itu
home industry kain kasur Palembang mengalami kenaikan laba sebesar
340
350
360
370
380
390
2015 2016 2017 2018
Grafik Biaya Tetap (dalam jutaan rupiah)
0
20
40
60
80
2015 2016 2017 2018
Grafik Laba (dalam jutaan rupiah)
11
11.5
12
12.5
2015 2016 2017 2018
Grafik Margin Kontribusi
(dalam unit)
31323334353637
2015 2016 2017 2018
Grafik Target Laba perunit
(dalam unit)
104
Rp.33.572.100. Kenaikan laba yang diperoleh perusahaan cenderung
minim karena terjadi ketidakstabilan harga untuk pembelian bahan
baku yang kadang meningkat dan kadang menurun, serta perbedaan
jumlah produksi untuk masing-masing ukuran kain kasur.
Laba tahun 2016 tersebut juga menjadi laba minimal yang
menjadi patokan bagi home industry kain kasur Palembang dalam
meningkatkan laba. Tahun 2017 diperoleh hasil perhitungan bahwa
apabila perusahaan ingin mencapai laba minimal seperti tahun
sebelumnya maka perusahaan harus melakukan penjualan sebesar
Rp.1.304.850.570 atau volume penjualan sebanyak 32.985 unit, jumlah
ini merupakan jumlah dimana biaya-biaya baik biaya tetap maupun
variabel tidak berubah atau tetap. Ternyata pada tahun 2017
mengalami kenaikan realisasi penjualan sebesar Rp.1.409.000.000
atau sebanyak 36.000 unit. Oleh karena itu perusahaan memperoleh
laba lebih dari laba minimal yang ditargetkan perusahaan yaitu
sebesar Rp.70.368.424.
Dengan analisis target laba dapat diketahui pula penjualan untuk
tahun 2018 yaitu sebesar Rp.1.423.548.387 atau volume penjualan
sebanyak 35.986 unit untuk mendapatkan laba minimal seperti tahun
2017 yaitu sebesar Rp.70.368.424 dengan asumsi biaya tetap dan rasio
margin kontribusi sama dengan tahun 2017.
5. Leverage Operasi
Agar dapat mempertahankan stabilitas labanya, perusahaan
memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu salah satunya perlu
dipertimbangkan faktor - faktor leverage operasi. Faktor leverage operasi
diukur dengan angka absolut dan mempengaruhi sensitivitas laba bersih
terhadap perubahan penjualan. Berikut ini perhitungan leverage operasi
jika penjualan mengalami kenaikan 1%.
105
5.1. Leverage Operasi Tahun 2015
Tingkat leverage operasi pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Tingkat leverage operasi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
a) Leverage operasi Total
Tingkat leverage operasi = 389.015.00033.015.000
= 11,78
b) Leverage operasi Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Tingkat leverage operasi = 21.644.0003.128.690
= 6,91
Ukuran 100 cm
Tingkat leverage operasi = 22.336.0004.712.550
= 4,73
Ukuran 120 cm
Tingkat leverage operasi = 15.679.0002.283.690
= 6,86
Ukuran 140 cm
Tingkat leverage operasi = 95.066.0006.450.690
= 14,73
Ukuran 160 cm
Tingkat leverage operasi = 93.736.0008.120.690
= 11,54
Ukuran 180 cm
Tingkat leverage operasi = 140.554.0008.318.690
= 16,89
106
5.2. Leverage Operasi Tahun 2016
Tingkat leverage operasi pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Tingkat leverage operasi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
a) Leverage Operasi Total
Tingkat leverage operasi = 414.500.00033.572.100
= 12,34
b) Leverage Operasi Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Tingkat leverage operasi = 26.677.0003.355.684
= 7,94
Ukuran 100 cm
Tingkat leverage operasi = 31.934.0005.562.684
= 5,74
Ukuran 120 cm
Tingkat leverage operasi = 19.036.0002.114.684
= 9,00
Ukuran 140 cm
Tingkat leverage operasi = 80.607.0009.885.684
= 8,15
Ukuran 160 cm
Tingkat leverage operasi = 124.049.0006.977.680
= 17,77
Ukuran 180 cm
Tingkat leverage operasi = 132.197.0005.675.684
= 23,29
107
5.3. Leverage Operasi Tahun 2017
Tingkat leverage operasi pada Home Industry Kain Kasur
Palembang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Tingkat leverage operasi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
c) Leverage Operasi Total
Tingkat leverage operasi = 441.300.00070.368.424
= 6,27
d) Leverage Operasi Perukuran Kain
Ukuran 80 cm
Tingkat leverage operasi = 49.464.0009.942.100
= 4,97
Ukuran 100 cm
Tingkat leverage operasi = 25.578.0008.556.071
= 2,98
Ukuran 120 cm
Tingkat leverage operasi = 22.510.0007.488.042
= 3,01
Ukuran 140 cm
Tingkat leverage operasi = 76.706.00013.484.080
= 5,68
Ukuran 160 cm
Tingkat leverage operasi = 123.819.00018.097.062
= 6,84
Ukuran 180 cm
Tingkat leverage operasi = 143.223.00012.801.069
108
= 11,18
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Persentase Leverage Operasi
Tahun 2015- 2017
Thn Penjualan
(Rp)
Margin
Kontribusi
Laba
Usaha (Rp)
Tingkat
Leverage
Operasi
2015 1.399.500.000 389.015.000 33.015.000 11,78
2016 1.412.000.000 414.500.000 33.572.100 12,34
2017 1.409.000.000 441.300.000 70.368.424 6,27
Jika kenaikan penjualan 1% tiap tahun dapat dihitung dengan
prosedur sebagai berikut:
a.) Kenaikan Penjualan
Kenaikan Penjualan tahun 2015 = 101% x 1.399.500.000
= 1.413.495.000
Kenaikan Penjualan tahun 2016 = 101% x 1.412.000.000
= 1.426.120.000
Kenaikan Penjualan tahun 2017 = 101% x 1.409.000.000
= 1.423.090.000
b.) Margin Kontribusi Setelah Kenaikan Penjualan
Margin Kontribusi = 28% x 1.413.495.000
= 395.778.600
Margin Kontribusi = 30% x 1.426.120.000
= 427.836.000
Margin Kontribusi = 31% x 1.423.090.000
= 441.157.900
c.) Laba Usaha Setelah Kenaikan Penjualan
Laba Usaha = 111,78% x 33.015.000
= 36.904.167
Laba Usaha = 112,34% x 33.572.100
109
= 37,714.897
Laba Usaha = 106,27% x 70.368.424
= 74.780.524.
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Peningkatan Leverange Operasi
Tahun 2015- 2017
Tahun Penjualan
Naik 1%
(Rp)
Margin
Kontribusi
Setelah
Kenaikan
Penjualan
(Rp)
Rasio
Margin
Kontribusi
Laba
Usaha
2015 1.413.495.000 395.778.600 28% 36.904.167
2016 1.426.120.000 427.836.000 30% 37.714.897
2017 1.423.090.000 441.157.900 31% 74.780.524.
Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa apabila Home Industry Kain
Kasur Palembang menaikkan penjualan sebesar 1%, maka persentase
kenaikan laba usaha dari usaha kain kasur lantai tahun 2015 sebesar
11,78%, tahun 2016 sebesar 12,34%, dan tahun 2017 sebesar 6,27%.
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa Home Industry Kain Kasur
Palembang menaikkan penjualan 1%, maka kenaikan penjualan yang
akan diperoleh tahun 2015 yaitu sebesar Rp.1.413.495.000, kenaikan
Margin kontribusi sebesar Rp.395.778.600 dan kenaikan laba usaha
sebesar Rp.36.904.167. Tahun 2016 apabila perusahaan menaikkan
penjualan sebesar 1%, maka kenaikan penjualan yang akan diperoleh
tahun 2016 yaitu sebesar Rp.1.426.120.000, kenaikan margin
kontribusi sebesar Rp.427.836.000, dan kenaikan laba usaha sebesar
Rp.37.714.897.
Selanjutnya pada tahun 2017, apabila perusahaan menaikkan
penjualan penjualan sebesar 1%, maka kenaikkan penjualan yang akan
110
diperoleh tahun 2017 yaitu sebesar Rp.1.423.090.000, kenaikan margin
kontribusi sebesar Rp.441.157.900 dan kenaikan laba usaha sebesar
Rp.74.780.524.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Perencanaan laba adalah salah satu perencanaan yang sangat penting
yang harus dibuat oleh manajemen perusahaan untuk mendapatkan laba
semaksimum mungkin. Setelah melakukan perencanaaan laba tentunya
suatu perusahaan harus mampu membuat keputusan mengenai usaha yang
dikelolanya. Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa dari tahun ke tahun home industry kain kasur palembang
mengalami kenaikan laba. Berikut ini adalah gabungan informasi dari
penghitungan break even point dan perolehan laba tahun 2015, 2016, dan
2017 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.20.Gabungan Break Even Point dan Perolehan Laba
(dalam rupiah)
Thn Unt
(cm)
BEP Realisasi
penjualan
Ksmp Peren.
Laba
Realisasi
laba
Kesimpulan
2015 80
100
120
140
160
180
97.449.000
83.921.233
133.953.100
268.531.242
54.750.912
367.320.306
112.000.000
108.500.000
165.000.000
288.000.000
276.000.000
390.000.000
Laba:
Penju
alan
diatas
titik
BEP
-
-
-
-
-
-
3.128.690
4.712.550
2.283.690
6.450.690
8.120.690
8.318.690
-
-
-
-
-
-
2016 80
100
120
140
160
180
122.743.768
114.657.896
169.657.160
191.138.692
325.198.111
372.121.518
140.000.000
139.500.000
181.500.000
216.000.000
345.000.000
390.000.000
Laba:
Penju
alan
diatas
titik
BEP
3.128.690
4.712.550
2.283.690
6.450.690
8.120.690
8.318.690
3.355.684
5.562.684
2.114.684
9.885.684
6.977.680
5.675.684
Laba naik (6%)
Laba naik (15%)
Laba turun (7%)
Laba naik (34%)
Laba turun (14%)
Laba turun (31%)
2017 80 136.282.414 168.000.000 Laba: 3.355.684 9.942.100 Laba naik (66%)
111
100
120
140
160
180
100.128.994
88.364.459
180.634.057
278.215.626
383.593.915
155.000.000
132.000.000
216.000.000
322.000.000
416.000.000
Penju
alan
diatas
titik
BEP
5.562.684
2.114.684
9.885.684
6.977.680
5.675.684
8.556.071
7.488.042
13.484.080
18.097.062
12.801.069
Laba naik (34%)
Laba naik (71%)
Laba naik (26%)
Laba naik (61%)
Laba naik (55%)
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa jumlah penjualan dari
tahun 2015, 2016, dan 2017 yang telah dikeluarkan oleh perusahaan diatas
titik break even point. Maka dapat disimpulkan pada tahun 2015, 2016,
dan 2017 home industry kain kasur palembang telah mengalami laba.
Sedangkan pada penghitungan perencanaan laba diperoleh informasi
bahwa home industry mengalami kenaikan dan penurunan laba.
Pada tahun 2016 perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan laba.
Pada ukuran kain 80 cm, 100 cm dan 140 cm home industry mengalami
kenaikan laba dikarenakan terjadinya peningkatan penjualan dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 2015 untuk ukuran kain kasur 80 cm sebanyak
4.000 pcs menjadi 5.000 pcs, dan 100 cm sebanyak 3.500 pcs menjadi
4.500 pcs, sedangkan untuk ukuran kain 140 cm walaupun mengalami
penurunan penjualan yang sebelumnya tahun 2015 sebanyak 8.000 pcs
menjadi 6.000 pcs ternyata dipengaruhi oleh biaya tetap yang dikeluarkan
lebih kecil dari tahun 2015 sehingga home industry mengalami kenaikan
laba. Selanjutnya untuk ukuran kain 120 cm, 160 cm, dan 180 cm
mengalami penurunan laba dikarenakan adanya beberapa faktor seperti
adanya kenaikan upah borongan, kenaikan bahan baku dan bahan
penolong yang menyebabkan home industry mengalami penurunan laba.
Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 08
Agustus 2018 pada tahun 2016 kestabilan harga bahan baku sangat tidak
menentu dikarenakan langkanya jenis kain yang dibutuhkan dan semakin
naiknya harga bahan penolong seperti benang dan tinta spidol yang
menyebabkan hal ini berdampak pada biaya variabel yang semakin
112
meningkat dengan meningkatnya biaya variabel maka mempengaruhi laba
bersih home industry.
Pada tahun 2017 home industry mengalami kenaikan laba untuk
semua ukuran dikarenakan pemilik usaha merencanakan jumlah penjualan
yang sama tetapi melakukan perubahan jumlah produksi pada ukuran kain
tertentu, hal ini berdampak pada menurunnya jumlah pendapatan tetapi
meningkatkan laba bersih. Selain itu terjadinya penurunan harga bahan
baku dan bahan penolong pada tahun 2017, menghemat bahan-bahan
penolong seperti tinta spidol, spidol dan benang, serta mengurangi
produksi yang menghabiskan banyak biaya dengan menambah ukuran
yang memiliki pendapatan tinggi seperti mengurangi ukuran kain kasur
160 cm dan menambah jumlah penjualan untuk 180 cm, hal ini bertujuan
untuk menambah laba pada ukuran kain kasur 160 cm sehingga laba bersih
pun meningkat.
Dengan melihat analisis break even point yang dilakukan kepada
home industry kain kasur palembang milik bapak sa’adih. Pemilik usaha
dapat memperoleh banyak informasi untuk dapat mencapai target laba
yang telah direncanakan. Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yaitu
dengan melakukan analisis break even point sebagai alat perencanaan laba
perusahaan.
Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Ari Purwanti dan Darsono bahwa break even point atau
titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan
untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup
anak perusahaan yang profit center atau mengembangkannya. Dan juga
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Edi Herman bahwa break even
point memberikan peringatan penting bagi pemimpin berapa unit dan
rupiah penjualan minimum harus tercapai dimasa yang akan datang.
Karena analisis ini merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan baik jangka pendek maupun panjang. Teori ini
sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan sehingga dari hasil
113
penelitian ini didapatkan bahwa dengan melakukan analisis break even
point manajer memperoleh banyak informasi untuk dapat mencapai target
laba yang telah direncanakan. Kesimpulan tersebut sesuai dengan
penelitian Dian Mulansari dan Kun Ismawati.
C. Keterbatasan Penelitian
Selama penulis melakukan penelitian tidak terlepas dari hambatan yang
penulis rasakan diantaranya:
1. Sulitnya mengurus perizinan penelitian
2. Sulitnya mencari responden untuk melakukan wawancara
3. Sulitnya mencari waktu yang tepat untuk melakukan penelitian karena
pemilik usaha yang sangat sibuk.
4. Akses jalan yang sangat sulit karena tidak ada angkutan umum yang
masuk ke wilayah home industry kain kasur palembang
114
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian pada bab IV dapat penulis simpulkan
bahwa Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada Home
Industry Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang yaitu
sudah sesuai dengan penghitungan break even point baik tahun 2015, 2016
dan 2017, hal ini dikarena nilai penjualan yang dikeluarkan home industry
kain kasur palembang diatas nilai break even point. Jika dilihat dari
perencanaan laba yaitu pada tahun 2016 untuk ukuran kain 80 cm, 140 cm dan
100 cm sudah diatas penghitungan perencanaan laba sedangkan untuk ukuran
kain 120 cm, 160 cm, dan 180 cm dibawah penghitungan perencanaan laba
yang penulis lakukan. Selanjutnya pada tahun 2017 sudah diatas penghitungan
perencanaan laba untuk semua jenis ukuran kain kasur palembang, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2017 home industry kain kasur
palembang mengalami kenaikan laba.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi pada Home Industry
Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang. Implikasi
tersebut berupa informasi mengenai laba yang diperoleh pemilik usaha.
Dengan dilakukannya perhitungan break even point pada home industry kain
kasur palembang pemilik usaha dapat melakukan rencana kerja yang lebih
baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Analisis break even point memberikan hasil perhitungan mengenai
margin of safety atau tingkat keamanan dimana perusahaan atau suatu usaha
yang mempunyai margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of
safety memberikan gambaran kepada manajemen beberapa penurunan yang
dapat di tolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum
115
memperoleh laba. Selanjutnya dalam penelitian ini memberikan informasi
perhitungan target laba dengan jumlah penjualan tetap dan penjualan
mengalami peningkatan 1%, sehingga pemilik usaha dapat mengetahui laba
pada tahun berikutnya baik dalam jumlah penjualan tetap maupun penjualan
yang mengalami perubahan.
C. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian analisis break even point sebagai
perencanaan laba pada home industry kain kasur palembang terdapat beberapa
rekomendasi yang dapat penulis berikan:
1. Pemerintah Daerah
a) Memberikan kebijakan untuk kemudahan perizinan usaha
b) Memberikan informasi mengenai perolehan dana untuk modal usaha
c) Memberikan informasi terkait pencairan dana usaha
2. Pemilik usaha
a) Lebih melakukan pengawasan terhadap penggunaan biaya, seperti
biaya penolong (tinta spidol dan benang).
b) Memperbanyak karyawan tetap terutama untuk masalah keuangan
home industry kain kasur palembang.
c) Memberikan perhatian kepada karyawan supaya karyawan yang ada
semangat dalam bekerja seperti memberikan bonus untuk karyawan
yang telah memenuhi target produksi
3. Karyawan
a) Lebih disiplin dalam bekerja tidak banyak mengobrol
b) Memenuhi target yang sudah ditentukan pemilik usaha.
4. Peneliti lain
a) Jika ingin meneliti mengenai penelitian keuangan home industry
pastikan terlebih dahulu data-data yang dibutuhkan karena kesiapan
untuk masing-masing industri belum didukung dengan data sekunder.
b) Jika ingin meneliti mengenai home industry maka telitilah mengenai
peran home industry terhadap pendapatan masyarakat sekitar.
116
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad, Komaruddin, Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya dan
Pengambilan Keputusan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000.
Buringin, H.M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005.
Garrison dan Noreen, Akuntansi Manajerial, Jakarta: Salemba Empat, 2000.
Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2014.
Herman, Edi, Akuntansi Manajerial Suatu Orientasi Praktis, Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2013
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1995.
Nurochim dan Iwan Purwanto, Manajemen Bisnis, Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Purwanti, Ari dan Darsono Prawironegoro, Akuntansi Manajemen Edisi 3 Revisi,
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
S. Sundjaja, Ridwan, dkk, Manajemen Keuangan 2 Edisi 6, Bandung: Literata
Lintas Media, 2010
Samryn, L.M., Akuntansi Manajemen Informasi Biaya untuk Mengendalikan
Aktivitas Operasi dan Investasi Edisi Revisi, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2012
117
Soentoro, Ali Idris, Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi
Statistika Edisi Pertama, Depok: PT. Taramedia Bakti Persada, 2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2008.
Sule, Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen Edisi
Pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005
Syafri Harahap, Sofyan, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010.
Usry, Milton F., dan Adolph Matz, Akuntansi Biaya Perencanaan dan
Pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1990
JURNAL
Afiyah, Abidatul, M. Saifi, dan Dwiatmanto, Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pendirian Home Industry (Studi Kasus Pada Home Industry Cokelat
“Cozy” Kademangan Blitar), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol.23,
Juni 2015.
Ananda, Riski, Peran Home Industry dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga
(Studi Kasus Home Industry Keripik di Kelurahan Kubu Gadang, (Jurnal
JPM FISIP, Vol. 3, No.2, Oktober 2016.
Andriyanto, M.Yusuf, Nengah Sudjana, dan Devi Farah Azizah, Analisis Break
Even Point (BEP) Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi Pada CV.
Langgeng makmur Bersama Lumajang Periode 2012-2014, Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 35, No. 2, Juni 2016.
Buata, Nirmala, Ventje Ilat, dan S.S. Pangemanan, Analisis Perencanaan laba
Perusahaan Melalui Penerapan Break Even Point Pada PT. Tira
Austenite Tbk Bitung, Jurnal EMBA, Vol. 3, No.1, Maret 2015.
118
Hartono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan UMKM di
Surakarta, Jurnal Bisnis & Manajemen, Vol.14, No.1, 2014.
M. Yusuf, Analisa Break Even Point (BEP) Terhadap Laba Perusahaan, Jurnal
Bisnis dan Manajemen, Vol.4, No.1, April 2014.
Mulansari, Dian dan Kun Ismawati, Analisis Perencanaan Laba dengan
Menggunakan Metode Cost-Volume-Provit (CVP) pada PT. Indo
Acidatama Tbk, Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah, Vol.14, No.4,
Oktober 2016.
Ponomban, Cristine P., Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba
Pada PT. Tropica Cocoprima, Jurnal EMBA, Vol.1, Desember 2013.
S. Emawati, Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong
di Kabupaten Sleman, Jurnal Sains Peternakan, Vol. 5(2), September
2007.
Sabrin, Analisis Break Even Point Pada Produksi Es Balok Pada PT. Yanaghi
Histalaraya, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. XVI Tahun 8, Desember
2015.
Satriani, Saprida, Marheni, dan Lona Miranda, Analisis Cost-Volume-Profit
Sebagai Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV. Mentari Dempo
Indah Pangkalpinang, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis dan Keuangan
(JIABK), Vol. 3, Issue 2, November 2015.
LAMPIRAN 1
LEMBAR UJI REFERENSI
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digrnakan dalam penulisan skripsi yang berjudul "Analisis
Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada Home Indastry Kain Kasur
Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang" yang disusun oleh Sifa
Paddilah, NIM. 11140150000068, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Neleri Syarif Fiidayatullah
Jakarta telah diuji Kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal
Jakaria,2O September 20 1 8
Mengetahui,
Dr. Jakiatin Nisa. M.PdNrP. I 983 I 20s20 I I 01 2012
Pembimbing Skripsi II
Nama
NIM
Jurusan/Semester
Judul Skripsi
UJI REFERENSI
Sifa Paddilah
1 1140150000058
Pendidikan IPS/IX
Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba Pada
Hone lrulustry Kain Kasu Palernbang di Desa Kadu
Kabupaten Tangerang.
No. Referensi Paraf
Pembim bing
,I
Paraf
Pembimbing
.. IIBAB I
Nnrochim dan Iwan Purwanto, Manojemen
R,in is, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), hhn.1, 3. [,2. Hartono, l;'akbr-1.'ahor Yang Mempengaruhi
Perkcnthongan UMKM di Surakarta, (Jrmal
Bisnis & Manajemen, Vol.14, No.l, 2014),
hlm. 16.
ll-3. Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro,
Akuntonsi Manajemen Edisi 3 Revisi, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2013), hhn.243.
4. Edi Herman, Akuntonsi Manajerial Suatu
Orientasi Prctklis, (Jakarta: Mitra Wacana
Media,2013), hhn. 109 M x{e'BAB II
5. Ridwan S. Sundjaja, dkk, Manajemen
Keuangan 2 Edisi 6, (Bandung: Literata Lintas fi. w
Media,2010), hlm.258
6. S. Emawati, Analisis Break Even Poinl (BEP)
(Isahatani Pernbibitan Sapi Potong di
Kabupaten Sleman, (Jumal Sains Peternakan,
Vol. 5(2), September 2007), hlm.7
7. L.M. Sarnryn, Akuntansi Manajenen Informasi
Biaya untuk Mengendalikan Ahivitas Operasi
dan Investasi Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 201 2), hlm. I 75bs
8. Edi Herman, Akuntansi Monaieridl Suatu
Orientasi Prdktis, (Jakrta: Mitra Wacana
Media, 2013), hlm. 108, 117L 7*d
9. Garrison dan Noreen, Akuntansi Monaierial,
(Jakarta: Salemba Ernpat, 2000), h1m.254,
261,263_
,Lq^,{
10. Sofuan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas
Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), htm. 361,364(1"
11. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 333, 338-339,344,
34s
12. Cristine P. Ponomban, Analisis Break Even
Point Sebagai Perencanoan Labo Poda PT.
Tropica Cocoprima, (lwnal EMBA, Vol.l ,
Desember 2013), hlm. 1253
w13. Kornaruddin Ahmad, Akuntansi Manajemen
Dasor-Dasar Konsep Biaya don Pengambilan
Keputusdn, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, w
Flarmono, Manajemen Keuangan Berbasis
Balanced Scorecarcl, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014), hlm. 167
Dian Mulansari dan Kun Ismawati, Analisis
Perencanaan l-aba dengon Menggtnakan
Metode Cost-Lblume-Provit (CVP) pada PT.
Indo Acidatama Tbk, (htmal Penelitian dan
Kajian Ilniah, Vol.14, No.4, Oktober 2016),
hlm.7,8
M.Yusuf Andriyanto, Nengah Sudjana, dan
Devi Faralr Azizah, Analisis Breok Even Point
(BEP) Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi
Poda CV. Langgeng makmur Bersona
Lumajang Periode 2012-2011, (Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 35, No. 2, Juni
2016),h1m.31,49
Saprida Satriani, Marheni, dan Lona Miranda,
Anali,sis Cost-Volume-ProJit Sebagai
Perencanoan Laba Jangka Pendek Pada CV.
Menlari Dempo Indah Pongkalpinang (Jttrnal
Ilmiah Akuntansi Bisnis dan Keuangan
(nABK), Vol. 3, Issue 2, November 2015),
hlm. 2e, 30, 3l
Munawir, Analisa Laporan Keuangan,
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1995),
hlm.184-185
Kasmir, Penganlar Monajemen Keuangan,
(Jakarta: Prenada Media Group,2010), hlm.166 /L,W)
20. Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah,
Pengantar Manajemen Edisi Pertama, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 96
21. Nirmala Buata, Ventje Ilat, dan S.S.
Pangemanan, Analisis Pcrenconaan laba
Perusahaan Melolui Penerapan llreak Even
Point Pado PT. Tira Austenite Tbk tsitung,
(Jurnal EMBA, Vol. 3, No.l, Maret 2015),
hlm.614
q"V
22. Nurochim dan Iwan Puwanto, Manojemen
Blsnis, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatuilah Jakarta,20l0), hlm. 3@'Kf
23. M. Yusuf, Analisa Break Even Point (BEP)
Terhadap Laba Perusahaan, (Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Vol.4, No. l, April 2014), hlm. 49 ?e24. Milton F. Usry, dan Adolph Matz, Akuntansi
tsioya Perencanaan dan Pengendalian,
(Jakarta: Erlangga, 1990), hlm.3, 5,6,7
j^g25. Sabrin, Analisis Break Even Point Pada
Produksi Es Bolok Pada PT. Yanaghi
Histalorayo, (Jumal Ekonorni Pembangunan,
Vol. XVI Tahun 8, Desember 201 5), hlm.29
1,:v26. Abidatul Afiyah, M. Saifi, dan Dwiatmanto,
Analisis Studi Kelayakan Llsaha Pendirion
Home Industry (Sndi Kosus Pada Home
Industry Cokelat "Cozy" Kademangan Blitar),
(Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol.23, Juni
2015), hlm. 3
27. Riski Ananda, Peran Home Industry dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi Kctsus
Home Industry Keripik di Kelurahan Kubu
Godang, (Jurnal JPM FISIP, Vol. 3, No.2,
Oktober 2016), hlm. 4, 30, 31
BAB III28. H.M. Burhan Buringin, Metodologi Penelitian
Kuantitalif Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005), hlm. 104-105.
30. Ali Idris Soentoro, Cara Mudah Belajar
Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi
Statislika Edisi Pertamo, (Depok: PT.
Taramedia Bakti Persada, 2015), hlm.l, 70.
31. Sugiyono, Metode Penelitian Kuanlitdtif
KuolitatiJ- dan R&D, (Bandung: Alfabsta,
2008), hlm.80, 81.
Pembimbing Skipsi I
Men gesahkan,
Pembimbing Skripsi II
-a^l.fu-
a
Dr. Jakiatin Nisa" M.PdNIP. 1983 120s20 1.1012012
LAMPIRAN 2
DATA PENJUALAN
Data Penjualan Kain Kasur Palembang Bapak Adih
Tahun 2015, 2016, dan 2017
Ukuran : 80 cm
Bulan Ukuran Harga
Jual Per
Unit
2015 2016 2017
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Januari 80 cm 28.000 300 pcs 420 pcs 520 pcs
Februari 350 pcs 450 pcs 550 pcs
Maret 340 pcs 350 pcs 400 pcs
April 300 pcs 380 pcs 420 pcs
Mei 275 pcs 400 pcs 460 pcs
Juni 325 pcs 420 pcs 500 pcs
Juli 330 pcs 300 pcs 520 pcs
Agustus 400 pcs 500 pcs 600 pcs
September 350 pcs 480 pcs 510 pcs
Oktober 360 pcs 400 pcs 500 pcs
November 290 pcs 420 pcs 520 pcs
Desember 380 pcs 480 pcs 500 pcs
Total 4.000 pcs 5.000 pcs 6.000 pcs
Ukuran : 100 cm
Bulan Ukuran Harga
Jual Per
Unit
2015 2016 2017
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Januari 100 cm 31.000 250 pcs 340 pcs 480 pcs
Februari 270 pcs 300 pcs 450 pcs
Maret 300 pcs 320 pcs 420 pcs
April 220 pcs 450 pcs 400 pcs
Mei 250 pcs 415 pcs 380 pcs
Juni 380 pcs 400 pcs 480 pcs
Juli 400 pcs 425 pcs 420 pcs
Agustus 350 pcs 450 pcs 400 pcs
September 300 pcs 350 pcs 350 pcs
Oktober 280 pcs 300 pcs 300 pcs
November 300 pcs 350 pcs 500 pcs
Desember 200 pcs 400 pcs 420 pcs
Total 3.000 pcs 4.500 pcs 5.000 pcs
Ukuran : 120 cm
Bulan Ukuran Harga
Jual Per
Unit
2015 2016 2017
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Januari 120 cm 33.000 480 pcs 430 pcs 300 pcs
Februari 420 pcs 500 pcs 275 pcs
Maret 450 pcs 470 pcs 290 pcs
April 300 pcs 450 pcs 350 pcs
Mei 420 pcs 380 pcs 360 pcs
Juni 400 pcs 460 pcs 380 pcs
Juli 350 pcs 540 pcs 400 pcs
Agustus 380 pcs 520 pcs 330 pcs
September 480 pcs 480 pcs 325 pcs
Oktober 500 pcs 420 pcs 300 pcs
November 420 pcs 400 pcs 340 pcs
Desember 400 pcs 450 pcs 350 pcs
Total 5.000 pcs 5.500 pcs 4.000 pcs
Ukuran : 140 cm
Bulan Ukuran Harga
Jual Per
Unit
2015 2016 2017
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Januari 140 cm 36.000 820 pcs 520 pcs 500 pcs
Februari 880 pcs 550 pcs 520 pcs
Maret 800 pcs 400 pcs 500 pcs
April 750 pcs 420 pcs 510 pcs
Mei 700 pcs 460 pcs 600 pcs
Juni 650 pcs 500 pcs 520 pcs
Juli 600 pcs 520 pcs 550 pcs
Agustus 550 pcs 600 pcs 500 pcs
September 550 pcs 510 pcs 460 pcs
Oktober 580 pcs 500 pcs 420 pcs
November 620 pcs 520 pcs 400 pcs
Desember 500 pcs 500 pcs 520 pcs
Total 8.000 pcs 6.000 pcs 6.000 pcs
Ukuran : 160 cm
Bulan Ukuran Harga
Jual Per
Unit
2015 2016 2017
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Januari 160 cm 46.000 520 pcs 600 pcs 600 pcs
Februari 550 pcs 650 pcs 650 pcs
Maret 400 pcs 700 pcs 700 pcs
April 420 pcs 750 pcs 650 pcs
Mei 460 pcs 600 pcs 600 pcs
Juni 500 pcs 550 pcs 500 pcs
Juli 520 pcs 520 pcs 520 pcs
Agustus 600 pcs 480 pcs 480 pcs
September 510 pcs 650 pcs 500 pcs
Oktober 500 pcs 700 pcs 550 pcs
November 520 pcs 600 pcs 600 pcs
Desember 500 pcs 700 pcs 650 pcs
Total 6.000 pcs 7.500 pcs 7.000 pcs
Ukuran : 180 cm
Bulan Ukuran Harga
Jual Per
Unit
2015 2016 2017
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Vol.
Penjualan
Januari 180 cm 52.000 600 pcs 600 pcs 820 pcs
Februari 650 pcs 700 pcs 880 pcs
Maret 700 pcs 700 pcs 800 pcs
April 750 pcs 480 pcs 750 pcs
Mei 600 pcs 520 pcs 700 pcs
Juni 550 pcs 550 pcs 650 pcs
Juli 520 pcs 600 pcs 600 pcs
Agustus 480 pcs 650 pcs 550 pcs
September 650 pcs 750 pcs 550 pcs
Oktober 700 pcs 700 pcs 580 pcs
November 600 pcs 650 pcs 620 pcs
Desember 700 pcs 600 pcs 500 pcs
Total 7.500 pcs 7.500 pcs 8.000 pcs
LAMPIRAN 3
DATA PENDAPATAN
Data Pendapatan Kain Kasur Palembang Bapak Adih
Tahun 2015, 2016, dan 2017
Ukuran : 80 cm
Buln Harga
Jual
2015 2016 2017
Vol.
Pen.
Pen. Vol.
Pen.
Pen. Vol.
Pen.
Pen.
Jan 28.000 300 8.400.000 420 11.760.000 520 14.560.000
Feb 350 9.800.000 450 12.600.000 550 15.400.000
Maret 340 9.520.000 350 9.800.000 400 11.200.000
April 300 8.400.000 380 10.640.000 420 11.760.000
Mei 275 7.700.000 400 11.200.000 460 12.880.000
Juni 325 9.100.000 420 11.760.000 500 14.000.000
Juli 330 9.240.000 300 8.400.000 520 14.560.000
Agust 400 11.200.000 500 14.000.000 600 16.800.000
Sept 350 9.800.000 480 13.440.000 510 14.280.000
Okt 360 10.080.000 400 11.200.000 500 14.000.000
Nov 290 8.120.000 420 11.760.000 520 14.560.000
Des 380 10.640.000 480 13.440.000 500 14.000.000
Total 4.000 112.000.000 5.000 140.000.000 6.000 168.000.000
Ukuran : 100 cm
Buln Harga
Jual
2015 2016 2017
Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend
Jan 31.000 250 7.750.000 340 10.540.000 480 14.880.000
Feb 270 8.370.000 300 9.300.000 450 13.950.000
Maret 300 9.300.000 320 9.920.000 420 13.020.000
April 220 6.820.000 450 13.950.000 400 12.400.000
Mei 250 7.750.000 415 12.865.000 380 11.780.000
Juni 380 11.780.000 400 12.400.000 480 14.880.000
Juli 400 12.400.000 425 13.175.000 420 13.020.000
Agst 350 10.850.000 450 13.950.000 400 12.400.000
Sept 300 9.300.000 350 10.850.000 350 10.850.000
Okt 280 8.680.000 300 9.300.000 300 9.300.000
Nov 300 9.300.000 350 10.850.000 500 15.500.000
Des 200 6.200.000 400 12.400.000 420 13.020.000
Total 3.000 108.500.000 4.500 139.500.000 5.000 155.000.000
Ukuran : 120 cm
Buln Harga
Jual
2015 2016 2017
Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend.
Jan 33.000 480 15.840.000 430 14.190.000 300 9.900.000
Feb 420 13.860.000 500 16.500.000 275 9.075.000
Mar 450 14.850.000 470 15.510.000 290 9.570.000
Aprl 300 9.900.000 450 14.850.000 350 11.550.000
Mei 420 13.860.000 380 12.540.000 360 11.880.000
Jun 400 13.200.000 460 15.180.000 380 12.540.000
Jul 350 11.550.000 540 17.820.000 400 13.200.000
Agust 380 12.540.000 520 17.160.000 330 10.890.000
Sept 480 15.840.000 480 15.840.000 325 10.725.000
Okt 500 16.500.000 420 13.860.000 300 9.900.000
Nov 420 13.860.000 400 13.200.000 340 11.220.000
Des 400 13.200.000 450 14.850.000 350 11.550.000
Total 5.000 165.000.000 5.500 181.500.000 4.000 132.000.000
Ukuran : 140 cm
Buln Harga
Jual
2015 2016 2017
Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend.
Jan 36.000 820 29.520.000 520 18.720.000 500 18.000.000
Feb 880 31.680.000 550 19.800.000 520 18.720.000
Mar 800 28.800.000 400 14.400.000 500 18.000.000
Apr 750 27.000.000 420 15.120.000 510 18.360.000
Mei 700 25.200.000 460 16.560.000 600 21.600.000
Jun 650 23.400.000 500 18.000.000 520 18.720.000
Jul 600 21.600.000 520 18.720.000 550 19.800.000
Agust 550 19.800.000 600 21.600.000 500 18.000.000
Sept 550 19.800.000 510 18.360.000 460 16.560.000
Okt 580 20.880.000 500 18.000.000 420 15.120.000
Nov 620 22.320.000 520 18.720.000 400 14.400.000
Des 500 18.000.000 500 18.000.000 520 18.720.000
Total 8.000 288.000.000 6.000 216.000.000 6.000 216.000.000
Ukuran : 160 cm
Buln Harga
Jual
2015 2016 2017
Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend.
Jan 46.000 520 23.920.000 600 27.600.000 600 27.600.000
Feb 550 25.300.000 650 29.900.000 650 29.900.000
Mar 400 18.400.000 700 32.200.000 700 32.200.000
Apr 420 19.320.000 750 34.500.000 650 29.900.000
Mei 460 21.160.000 600 27.600.000 600 27.600.000
Jun 500 23.000.000 550 25.300.000 500 23.000.000
Jul 520 23.920.000 520 23.920.000 520 23.920.000
Agust 600 27.600.000 480 22.080.000 480 22.080.000
Sep 510 23.460.000 650 29.900.000 500 23.000.000
Okt 500 23.000.000 700 32.200.000 550 25.300.000
Nov 520 23.920.000 600 27.600.000 600 27.600.000
Des 500 23.000.000 700 32.200.000 650 29.900.000
Total 6.000 276.000.000 7.500 345.000.000 7.000 322.000.000
Ukuran : 180 cm
Buln Harga
Jual
2015 2016 2017
Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend. Vol.
Penj.
Pend.
Jan 52.000 600 31.200.000 600 31.200.000 820 42.640.000
Feb 650 33.800.000 700 36.400.000 880 45.760.000
Mar 700 36.400.000 700 36.400.000 800 41.600.000
Apr 750 39.000.000 480 24.960.000 750 39.000.000
Mei 600 31.200.000 520 27.040.000 700 36.400.000
Jun 550 28.600.000 550 28.600.000 650 33.800.000
Jul 520 27.040.000 600 31.200.000 600 31.200.000
Agust 480 24.960.000 650 33.800.000 550 28.600.000
Sep 650 33.800.000 750 39.000.000 550 28.600.000
Okt 700 36.400.000 700 36.400.000 580 30.160.000
Nov 600 31.200.000 650 33.800.000 620 32.240.000
Des 700 36.400.000 600 31.200.000 500 26.000.000
Total 7.500 390.000.000 7.500 390.000.000 8.000 416.000.000
LAMPIRAN 4
DATA BIAYA-BIAYA
Data Biaya-Biaya Home Industry Kain Kasur Palembang Bapak Adih
Tahun 2015, 2016, dan 2017
(dalam rupiah)
Ukuran Jenis Biaya 2015 2016 2017
80 cm Bahan baku
Bahan penolong
Upah borongan
Transportasi
Telepon
Gaji Tetap
Pinjaman
B.tak Terduga
PBB
48.350.000
28.175.000
10.200.000
1.250.000
831.000
10.000.000
8.500.000
1.550.000
15.310
50.165.000
37.440.000
20.218.000
1.253.000
910.000
12.500.000
10.800.000
3.235.000
21.316
52.844.000
38.600.000
21.667.000
1.430.000
830.000
23.500.000
16.000.000
3.165.000
21.900
Total 108.871.310 136.644.316 158.057.900
100 cm Bahan baku
Bahan penolong
Upah borongan
Transportasi
Telepon
Gaji Tetap
Pinjaman
B.tak Terduga
PBB
47.263.000
24.125.000
11.230.000
1.200.000
783.000
8.008.140
9.600.000
1.563.000
15.310
50.300.000
32.240.000
19.908.000
1.253.000
850.000
13.650.000
12.700.000
3.015.000
21.316
59.550.000
45.200.000
20.100.000
1.108.000
744.000
11.200.000
5.800.000
2.720.000
21.929
Total 103.787.450 133.937.316 146.443.929
120 cm Bahan baku
Bahan penolong
Upah borongan
Transportasi
Telepon
Gaji Tetap
Pinjaman
B.tak Terduga
PBB
70.500.000
52.825.000
22.230.000
1.300.000
836.000
10.200.000
3.180.000
1.630.000
15.310
72.550.000
58.003.000
25.970.000
1.363.000
963.000
12.900.000
4.000.000
3.615.000
21.316
51.264.000
33.100.000
20.233.000
1.220.000
813.000
10.000.000
4.000.000
2.860.000
21.958
Total 162.716.310 179.385.316 124.511.958
140 cm Bahan baku
Bahan penolong
Upah borongan
Transportasi
Telepon
Gaji Tetap
Pinjaman
B.tak Terduga
PBB
83.790.000
69.175.000
34.817.000
1.498.000
857.000
74.900.000
13.700.000
1.797.000
15.310
65.300.000
43.017.000
20.488.000
1.433.000
1.030.000
56.200.000
14.500.000
4.125.000
21.316
68.500.000
46.120.000
20.900.000
1.543.000
911.000
50.500.000
12.700.000
3.320.000
21.920
Total 281.549.310 206.114.316 202.515.920
160 cm Bahan baku
Bahan penolong
Upah borongan
Transportasi
Telepon
Gaji Tetap
Pinjaman
B.tak Terduga
PBB
74.000.000
60.425.000
44.923.000
1.363.000
843.000
70.100.000
15.500.000
1.710.000
15.310
87.835.000
69.900.000
55.948.000
1.453.000
1.200.000
106.950.000
10.100.000
4.615.000
21.320
80.200.000
67.500.000
44.500.000
1.490.000
931.000
90.300.000
15.400.000
3.560.000
21.938
Total 268.879.310 338.022.320 303.902.938
180 cm Bahan baku
Bahan penolong
Upah borongan
Transportasi
Telepon
Gaji Tetap
Pinjaman
B.tak Terduga
PBB
100.382.000
88.475.000
56.600.000
1.389.000
850.000
102.800.000
29.420.000
1.750.000
15.310
102.400.000
90.500.000
57.218.000
1.543.000
1.247.000
98.500.000
28.000.000
4.895.000
21.316
115.842.000
98.680.000
63.200.000
1.409.000
971.000
104.000.000
26.400.000
3.675.000
21.931
Total 381.681.310 384.324.316 403.198.931
LAMPIRAN 5
DATA WAWANCARA
Transkip Data Wawancara
a. Pemilik Usaha (Bapak Adih)
Pertanyaan :
Jawaban :
Bagaimana asal mula berdirinya home industry kain kasur
palembang?
Mulanya saya cuma pekerja di pabrik kasur palembang terus
saya sering diajak sama bos buat beli kain nya, liat-liat proses
pembuatannya lama kelamaan paham cara buatnya. Kain kasur
lantai itu susah dicarinya karena sedikit sekali yang mau buka
usaha kain kasur. Nah, dari situ saya tertarik buat bikin sendiri
kain kasur. Pertama beli cuma 2 rol kain motif sama 2 rol kain
yang polos trus dibikin kain kasur. Pas udah jadi saya tawarin
ke bos-bos yang bikin kasur palembang. Lama kelamaan
banyak yang minta ya saya lanjutin usahanya sampai sekarang.
Pertanyaan :
Jawaban :
Bagaimana proses pembuatan kain kasur palembang?
Prosesnya ada 4 tahap pertama itu di potong dulu kain yang
masih dalam bentuk rol jadi 6 ukuran 80 cm, 100 cm, 120 cm,
140 cm, 160 cm, 180 cm. Kedua dijahit ngebentuk kasur
palembang kalau yang ini pakai mesin ya mba. Ketiga itu dititik
kaya dibikin tanda hitam buat yang pengrajinnya jadi tanda titik
itu jadi patokan. terakhir yang keempat itu menggender,
menggender ini sebutan buat pengrajin yang jahit pakai tangan,
itu namanya menggender, kalau buat bahannya namanya
genderan. Kalau udah selesai digender baru bisa dijual.
Pertanyaan :
Apakah home industry kain kasur palembang memiliki struktur
organisasi khusus?
Jawaban : Ya... kalau struktur organisasi gak ribet-ribet banget cuma ada
bagian produksi itu ada karyawan tetap sama karyawan tidak
tetap terus bagian keuangan itu untuk karyawan tetap. Udah itu
aja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apa visi misi home industry kain kasur palembang?
Visinya itu kain kasur palembang menjadi lebih ternama lagi
kalau bisa jadi favorit bukan cuma di Indonesia tapi bisa impor
juga. Kalau misinya supaya mengurangi pengangguran aja
terutama kan buat penduduk desa yang rata-rata tidak sekolah
tinggi. Daripada nganggur mending kerja walaupun gajinya
tidak seperti yang kerja pabrik ada UMR gitu.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apakah home industry kain kasur palembang telah memiliki
izin usaha?
Kalo izin resmi tercatat dipemerintah belum mba,tapi kalo RT
sudah tau, karena kan izin mendirikan usaha itu susah ribet
banget saya tidak ada waktu buat ngurusnya. Ini juga masih
usaha rumahan yang baru berkembang aja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apakah di home industry kain kasur palembang menggunakan
analisis break even point sebagai salah satu alat perencanaan
laba?
Wah kalo itu tidak mba, saya saja baru denger kata break even
point, paling saya cuma catat pendapatan sama biaya-biaya saja.
Nah dari pendapatan itu saya kurangi sama biaya-biaya, itu sih
kalo mau tahu laba tiap tahun. Kalau perencanaan laba biasanya
saya menambah jumlah penjualan yang harganya tinggi seperti
ukuran 180 cm sama 160 cm itu kalau banyak pesanan lumayan
laba juga naik. Paling perencanaannya dari penjualan tiap
ukuran saja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apa penyebab pendapatan mengalami penurunan di tahun
2017?
Ditahun 2016 itu penjualan totalnya sama kan ya mba sama
tahun 2017, tapi beda tiap ukuran kain kasur yang dijual. Nah
itu yang buat beda pendapatan dari tahun 2016 ke tahun 2017.
Pertanyaan :
Jawaban :
Apakah ada kenaikan biaya pada tahun tertentu?
Iya ada mba pas tahun 2016 itu biaya kain, benang sama tinta
spidol naik, jadi laba juga turun drastis beda banget sama tahun
2015 biaya-biaya stabil tidak ada kenaikan, nah kalo tahun 2017
harga kain mulai turun jadi laba juga lumayan besar.
Pertanyaan :
Jawaban :
Bagaimana pemilik usaha mengatasi kenaikan biaya bahan baku
dan bahan penolong pada tahun 2016?
Ya… kalau dari bahan baku seperti kain nya itu saya cari yang
jualnya sedikit murah, terus kalau biaya bahan penolong seperti
benang, dan tinta spidol saya bilang ke karyawan jangan terlalu
boros pakainya saya nargetin satu benang berapa kain yang
harus didapat begitupun sama tinta spidol diirit saja.
Pertanyaan :
Jawaban :
Berapa target laba yang diinginkan untuk tahun 2018?
Kalau laba untuk tahun 2018 saya nargetin sama saja dulu dari
tahun sebelumnya, ini juga kan terkadang biaya bahan baku
masih suka naik belum stabil
b. Pegawai Tetap
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Apakah bapak/Ibu tahu analisis break even point untuk
menentukan perencanaan laba usaha?
Saya tidak tahu mba, baru denger dari mba itu break even
point yang saya tahu kalau mau tahu laba ya cuma mengurangi
pendapatan sama biaya-biaya saja.
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Saya juga tidak tahu apa itu break even point mba, saya tidak
mengerti perencanaan laba itu apa.
Tidak tahu mba, cuma kalau saya biasanya catat pendapatan,
penjualan, sama biaya-biaya saja, dan kalau udah akhir tahun
paling disuruh bos buat ngitung pendapatan sama biaya-biaya
habis itu dikurangi pendapatan sama biayanya, udah gitu saja.
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Apakah bapak/ibu tahu penurunan pendapatan yang terjadi
pada tahun 2017?
Ya.. saya tahu kadang bos juga suka cerita kalau pendapatan
tahun 2017 tidak sebesar tahun 2016 tapi itu buat atisipasi
kenaikan harga bahan baku sama bahan penolong jadi
ngerubah penjualan tiap ukuran saja.
Wah kalau itu saya kurang tahu, saya kan cuma jahit jadi saya
cuma mencatat apa yang sudah saya selesaikan, jadi tidak tahu
pendapatan usaha.
Iya saya tahu, itu bos juga antisipasi biaya karena kan tahun
2016 itu biaya banyak yang naik ya jadi lebih merencanakan
ke penjualan perukuran saja, niatnya supaya dapat laba yang
lebih dari tahun 2016.
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Apakah dari kenaikan biaya di tahun 2016 bapak/ibu
mengalami penurunan gaji?
Oh.. tidak turun kalau gaji mba, mungkin dari segi gaji
borongan saya turun apalagi pas tahun 2016 itu beda banget
sama tahun 2017 gaji yang saya dapat.
Tidak turun gaji mba, paling bos bilang suruh hemat dari segi
benang buat jahit, tapi menurut saya itu juga susah kadang kan
tidak bisa kita tentuin kalo mesin.
Gaji tidak turun, cuma bos lebih suruh pegawainya bisa
Ibu Mai : meminimalisir pemakain saja, contohnya kaya benang
genderan kalau tidak diatur kadang pengrajin itu boros bener
jadi biayanya tinggi banget buat benang saja, belum lagi tinta
spidol buat nitik itu hambur banget kadang ada yang tumpah
kan sayang bikin pengeluaran usaha naik, jadi lebih
meminimalisir biaya-biaya saja. Mungkin sama yang tadi atur-
atur penjualan perukuran saja.
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai perencanaan laba
yang telah dilakukan oleh pemilik usaha?
Menurut saya sudah baik ya, karena kan dizaman sekarang ini
apa-apa naik, tapi bos berusaha banget supaya gaji karyawan
tidak turun padahal mba tahu sendiri ini cuma usaha rumahan.
Sudah baik ya mba dizaman sekarang banyak yang usaha-
usaha kecil harus gulung tikar karena banyak yang naik.
Menurut saya sih belum, karena kalau mau melakukan
perencanan laba ya harus ada perhitungannya ya mba, bukan
hanya mengurangi pendapatan sama biaya saja tetapi juga
harus ada yang lain seperti yang tadi mba sebutin pakai
analisis BEP, supaya bos juga tahu laba yang sebenarnya.
Pertanyaan :
Pak Mulhat :
Ibu Uum :
Ibu Mai :
Apakah menurut bapak/ibu home industry kain kasur
palembang memerlukan analisis break even point ?
Perlu menurut saya, supaya usaha rumahan ini juga makin
berkembang.
Iya perlu mba, supaya usaha kain kasur ini banyak yang minat
juga supaya lebih maju.
Perlu banget ya mba karena kan kalau cuma mengurangi
pendapatan sama biaya-biaya saja itu tidak bisa merencanakan
laba untuk jangka panjang, kita cuma tahu di akhir tahun saja.
LAMPIRAN 6
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Sub Indikator Teknik
Pengumpulan
Data
Analisis Penelitian
BEP Primer dengan
melihat
pembukuan Home
Industry Kain
Kasur Palembang
1. Margin Kontribusi dengan melihat harga
jual, biaya variabel, dan total
pendapatan di tahun 2015,2016 dan
2017.
2. Rasio Margin Kontribusi dengan
melihat penjualan di tahun 2015, 2016,
dan 2017.
3. Analisis BEP/Titik Impas dengan
melihat biaya tetap di tahun 2015,2016
dan 2017.
4. Analisis Tingkat keamanan pada tahun
2015,2016 dan 2017.
5. Analisis Target Laba pada tahun
2015,2016 dan 2017.
Perencanaan
Laba
Wawancara
dilakukan dengan
pemilik usaha dan
pegawai tetap
home industry
kain kasur
Palembang
Tringulasi atau uji kebenaran melalui tanya
jawab dengan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
a. Pemilik Usaha
1. Bagaimana asal mula berdirinya
home industry kain kasur
palembang?
2. Bagaimana proses pembuatan kain
kasur palembang?
3. Apakah home industry kain kasur
palembang memiliki struktur
organisasi khusus?
4. Apa visi misi home industry kain
kasur palembang?
5. Apakah home industry kain kasur
palembang telah memiliki izin
usaha?
6. Apakah di home industry kain kasur
palembang menggunakan analisis
break even point sebagai salah satu
alat perencanaan laba?
7. Apa penyebab pendapatan
mengalami penurunan di tahun
2017?
8. Apakah ada kenaikan biaya pada
tahun tertentu?
9. Bagaimana pemilik usaha mengatasi
kenaikan biaya bahan baku dan
bahan penolong pada tahun 2016?
10. Berapa target laba yang diinginkan
untuk tahun 2018?
b. Pegawai Tetap
1. Apakah bapak/Ibu tahu analisis
break even point untuk menentukan
perencanaan laba usaha?
2. Apakah bapak/ibu tahu penurunan
pendapatan yang terjadi pada tahun
2017?
3. Apakah dari kenaikan biaya di tahun
2016 bapak/ibu mengalami
penurunan gaji?
4. Bagaimana menurut bapak/ibu
mengenai perencanaan laba yang
telah dilakukan oleh pemilik usaha?
5. Apakah menurut bapak/ibu home
industry kain kasur palembang
memerlukan analisis break even
point ?
LAMPIRAN 7
LEMBAR WAWANCARA
Lembar Instrumen Wawancara Penelitian
“Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba pada Home Industry
Kain Kasur Palembang di Desa Kadu Kabupaten Tangerang”
Jenis Usaha : Home Industry Kain Kasur Palembang
Nama :
Umur :
No. Indikator Pertanyaan Responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bagaimana asal mula berdirinya home industry kain
kasur palembang?
Bagaimana proses pembuatan kain kasur palembang?
Apakah home industry kain kasur palembang
memiliki struktur organisasi khusus?
Apa visi misi home industry kain kasur palembang?
Apakah home industry kain kasur palembang telah
memiliki izin usaha?
Apakah di home industry kain kasur palembang
menggunakan analisis break even point sebagai salah
satu alat perencanaan laba?
Apa penyebab pendapatan mengalami penurunan di
tahun 2017?
Apakah ada kenaikan biaya pada tahun tertentu?
Pemilik Usaha
9.
10.
Bagaimana pemilik usaha mengatasi kenaikan biaya
bahan baku dan bahan penolong pada tahun 2016?
Berapa target laba yang diinginkan untuk tahun
2018?
1.
2.
3.
4.
5.
Apakah bapak/Ibu tahu analisis break even point
untuk menentukan perencanaan laba usaha?
Apakah bapak/ibu tahu penurunan pendapatan yang
terjadi pada tahun 2017?
Apakah dari kenaikan biaya di tahun 2016 bapak/ibu
mengalami penurunan gaji?
Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai
perencanaan laba yang telah dilakukan oleh pemilik
usaha?
Apakah menurut bapak/ibu home industry kain kasur
palembang memerlukan analisis break even point ?
Pegawai Tetap
LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI
1. Proses Pembuatan Kain Kasur Palembang
Proses Memotong Proses Menjahit
Proses Menitik Proses Menggender
2. Bahan Sebelum dan Sesudah di Proses Menjadi Kain Kasur Palembang
Sebelum Proses Memotong Sesudah Proses Memotong
Sesudah Proses Memotong Kain Kasur Siap di Jahit
Kain Kasur Siap di Titik Kain Kasur Siap di Gender
Kain Kasur Sesudah diproses Kain Kasur Siap Jual
3. Pemilik Usaha Kain Kasur Palembang
Bapak Adih
4. Para Pegawai Kain Kasur Palembang
Karyawan Proses Menitik Karyawan Proses Memotong
BIODATA PENULIS
Sifa Paddilah , (11140150000068), Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Ekonomi),
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis lahir di Tangerang
Banten 11 Agustus 1996. Bertempat tinggal di
Kampung Sempur Kecamatan Curug Kabupaten
Tangerang. Penulis merupakan anak pertama dari
empat bersaudara, Ayahanda penulis bernama
Sa’adih dan Ibunda penulis bernama Maisari.
Riwayat Pendidikan MI Al-Muawanah Curug Tangerang, MTs Al-Muawanah
Curug Tangerang, dan Sekolah Menengah Atas Al-Husna Curug (SMA Al-Husna
Curug) Kabupaten Tangerang. Skripsi ini didedikasikan untuk orangtua tercinta
semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
bagi sesama.
Email: [email protected]