materi break event point

58
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993). Dengan menggunakan informasi akutansi manajemen, maka akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif. Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bisa dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaannya. Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia kita kenal dengan Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang dipakai SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Upload: faiz-faizah

Post on 14-Dec-2014

377 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Break Event Point

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi

manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan

perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan

tergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993).

Dengan menggunakan informasi akutansi manajemen, maka akan

membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif,

mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif.

Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bisa dilakukan

pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi

manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan

manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan

pelaksanaannya.

Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia

kita kenal dengan Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak

informasi akuntansi manajemen yang dipakai menganalisa hubungan antara:

Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit.

Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan

untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama

dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break

even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi,

harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan

untuk mengambil kebijaksanaan.

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 2: Materi Break Event Point

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka munculah rumusan masalah

sebagai berikut :

1) Apa yang dimaksud dengan Break Even Point (Analisis Pulang

Pokok)

2) Apasaja asumsi – asumsi Analisis Break Even Point dan Bagaimana

model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP ?

3) Sejauh mana alat analisis ini bisa diterapkan dalam menjawab

persoalan bisnis ?

4) Apakah Break Even Point (BEP) memiliki suatu keterbatasan ?

5) Atau justru alat analisis ini bisa diaplikasikan untuk keperluan lain,

tidak hanya sekedar untuk mengetahui break even point (misalnya:

untuk membidik tingkat profit tertentu) ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang

Break Even Point yakni meliputi :

1) Pengertian Break Even Point (Analisis Pulang Pokok);

2) Metode Perhitungan Break Even Point (BEP);

3) Jenis Biaya – Biaya Berdasarkan Break Even Point

4) Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba dan

Penentuan Tingkat Penjualan

5) Aplikasi Analisis Break Even Point Pada Suatu Kasus

1.4. Metode Penulisan

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 3: Materi Break Event Point

1) Ke perpustakaan, penulis mengambil data dari sumber-sumber yang

berkaitan dengan Manajemen Keuangan.

2) Layanan internet, penulis mengakses materi-materi yang berkenaan

dengan Break Even Point (Analisis Pulang Pokok) melalui Web

Server.

3) Deskripsi yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan keadaan

objek atau persoalan dan tidak dimaksudkan mengambil kesimpulan

yang berlaku umum.

4) Eksposisi yaitu menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang

terdapat dalam makalah.

BAB 2

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 4: Materi Break Event Point

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN BREAK EVEN POINT

Break Even Point adalah titik dimana Entity/company/business dalam

keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Jika

dinyatakan dengan bahasa akuntansi keuangan jadinya : Suatu keadaan

dimana : Revenue – Cogs – Expenses = 0 dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika Revenue - Cogs – Expenses = 1,  berarti di atas break even point

(untung)

Jika Revenue - Cogs – Expenses = -1, berarti belum break even point

(masih rugi )

Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk

menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada

konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta

mendapatkan keuntungan / profit.

Break even point atau titik impas dapat pula diartikan sebagai suatu

keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh

laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). (Munawir, 1986).

Menurut Rosyandi (1985) break even point merupakan titik produksi dimana

hasil penjualan akan tepat sama dengan total biaya produksi.

Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point

merupakan suatu analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan

yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak

menderita kerugian (keuntungan=0). Melalui analisa BEP dapat dibuat

perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar

perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena

harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP atau titik

impas. (Rosyandi, 1985).

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 5: Materi Break Event Point

Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik

barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan

berapa besar laba yang ingin diperoleh.

Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus

dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah

ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih

dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah

produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami

kerugian ataupun keuntungan.

Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan

nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis

keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan.

Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit

planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan

ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk

baru tentu berkaitan dengan maslah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian

penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau

dijual kekonsumen.

Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil

penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam

kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik

BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap,

biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi).

Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit

volume analysis.

Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah

produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar

perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan

memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya,

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 6: Materi Break Event Point

perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan

maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah

suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak

memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya

dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah

biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh

keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.

Analisis break even point (Analisis Pulang Pokok) digunakan untuk

menentukan hal-hal seperti: (1) jumlah penjualan minimum yang harus

dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan

minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat, (2)

jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah

direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan

untuk memperoleh laba tersebut, (3) mengukur dan menjaga agar penjualan

dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP, dan (4) menganalisis

perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat

produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan

penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara

minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh

keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya

(Prawirasentono, 1997).

Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun

rupiah yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui

titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan

kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat

melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP

tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.

Dalam kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu

pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 7: Materi Break Event Point

proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.

Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan

lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk

kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara

penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk sekaligus.

Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk

menggunakan fasilitas yang sama.

Manfaat analisis BEP menurut Sutrisno (2000) adalah: (1)

perencanaan produksi dan penjualan sesuai target laba yang di inginkan, (2)

perencanaan harga jual normal atas barang yang di hasilkan untuk mencapai

laba yang ditargetkan dengan memproyeksikan target penjualan, (3)

perencanaan dan pemilihan metode produksi yang digunakan dan (4)

penentuan titik tutup pabrik (shut down point), yaitu ketika penjualan tidak

mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai.

Analisis Break Even Point secara umum dapat

memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola

hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat

keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan

tertentu. Analisis Break Even Point dapat membantu

pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal

sebagai berikut:

a) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan

agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

b) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk

memperoleh keuntungan tertentu.

c) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar

perusahaan tidak menderita rugi.

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 8: Materi Break Event Point

d) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga

jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan

yang diperoleh.

Dalam menggunakan analisis BEP, harus dipenuhi asumsi-asumsi

dasar sebagai berikut:

1. Biaya di dalam perusahaan digolongkan kedalam dua jenis biaya,

yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Jika ada biaya semi variabel

harus dialokasikan kedalam dua jenis biaya tersebut.

2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsionil

dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel

per unitnya adalah tetap sama.

3. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis.

4. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada

perubahan volume produksi/penjualan. ini berarti bahwa biaya tetap

per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila

diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan

penjualan antara masing-masing produk harus tetap.

Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis Break

Even Point (BEP) yakni sebagai berikut :

1. Dengan Rumus Matematik

a. Analisis titik BEP dalam unit

Keterangan :

BEP = Break Even Point

FC = Fixed Cost

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

BEP =FCP-VC

Page 9: Materi Break Event Point

VC = Variabel Cost

P = Price per unit

S = Sales volume

b. analisis titik BEP dalam rupiah

Berikut Contoh Kasus :

Diketahui PT. Dewantara memiliki usaha di bidang alat perkakas gergaji

dengan data sebagai berikut :

1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin gergaji.

2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit

3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel

sebesar Rp.250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :

1. Fixed Cost

Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-

Biaya disribusi Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,-

Total biaya tetap Rp.150.000.000,-

2. Variable Cost

Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-

Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

BEP =FC

1−VC

S

Page 10: Materi Break Event Point

Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,-

Total biaya variabel Rp.250.000.000,-

Pertanyaannya Cari BEP dalam unit maupun rupiah !

Penyelesaian :

Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp. 5000,-

Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Biaya tetap unit =150 . 000.000100 . 000

=Rp .1 .500,−/unit

Biaya variabel unit =250 . 000 . 000100 . 000

=Rp. 2. 500,− /unit

Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :

Total penjualan 100.000 unit x Rp.5000,-....... Rp.500.000.000,- (100 %)

Total biaya variabel ………………………..… Rp.250.000.000,- ( 50 %)

Marginal Income …………………………….. Rp.250.000.000,- ( 50 %)

Total biaya tetap ……………………………... Rp.150.000.000,- ( 30 %)

Laba …....................................................... Rp.100.000.000,- ( 20 %)

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

BEP unit=Rp .150 . 000 .000,-Rp .5000,00 -Rp .2500,-

=60 .000 unit

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 11: Materi Break Event Point

BEP rupiah=Rp .150 . 000 .000,-

1−Rp .250 .000 . 000,-Rp .500 .000 .000,-

=Rp. 300. 000 . 000,-

Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :

BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

2. Dengan Coba-Coba

Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan

sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan seperti

berikut ini.

Q (unit) TR FC VC TC Laba/Rugi

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.00

0

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

400.000.000

450.000.000

500.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

150.000.000

25.000.000

50.000.000

75.000.000

100.000.00

0

125.000.00

0

150.000.00

0

175.000.00

0

200.000.00

0

225.000.00

0

250.000.00

175.000.000

200.000.000

225.000.000

250.000.000

275.000.000

300.000.000

325.000.000

350.000.000

375.000.000

400.000.000

(125.000.000)

(100.000.000)

( 75.000.000)

( 50.000.000)

( 25.000.000)

0

25.000.000

50.000.000

75.000.000

100.000.000

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 12: Materi Break Event Point

TC

BEP

Q (000)

P

Q

0

3. Dengan Grafik

Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit

penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya

tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen

dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh

komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari

segi unit maupun rupiah yang diperoleh.

P(000)

300

150

60

Tingkat Keamanan ( Margin of Safety )

Tingkat kemanan atau margin of safety (MoS) merupakan hubungan

atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada

titik impas. Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 13: Materi Break Event Point

yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak

mengalami kerugian.

Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah

sebagai berikut.

1. Penjualan MoS yang direncanakan

MoS=Penjualan per bugetPenjualan per titik impas

x 100

2. Penjualan MoS

MoS=Penjualan per buget - Penjualan per titik impas Penjualan per budget

x 100

Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :

MoS=Rp . 500 .000.000,-Rp . 300 .000.000,-

x 100 = 166 .66 % ≈ 167 %

MoS=Rp . 500 . 000. 000 - Rp . 300.000 . 000Rp . 500 . 000. 000,-

x 100 = 40 %

Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari

tingkat penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik

impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan

hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut.

Pertama : 67 % x Rp.300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-

Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-

BEP dengan Perubahan

Dalam praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring

dengan terjadinya berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan.

Artinya pihak manajemen harus selalu mengantisipasi apabila terjadi

perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 14: Materi Break Event Point

impas. Berikut ini adalah berbagai sebab yang mengakibatkan perubahan

titik impas.

1. Pengaruh Perubahan Harga Jual per Unit

Sebagai contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga

jual per unit dari Rp. 5000 menjadi Rp.6000 (kenaikan 20 %). Pengaruh

kenaikan harga jual ini akan berdampak terhadap BEP yang akan

berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah maupun unit.

BEP yang baru sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai

berikut :

BEP rupiah=Rp . 150 . 000 .000,-

1−Rp. 250 . 000 . 000,-Rp. 500 . 000 . 000,- x 120 %

= Rp .257 . 142. 857,-

BEP rupiah=Rp . 150 . 000 .000,-

1−Rp. 250 . 000 . 000,-Rp. 600 . 000 . 000,-

= Rp . 257 .142 .857,-

Nilai Rp.600.000.000,- dapat pula dicari dari jumlah kapasitas produksi

100.000 unit kali harga jual baru Rp.6000,-

Dari BEP rupiah tampak terjadi pennurunan sebesar Rp 42.855.673,-

yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.257.142.827,-

BEP ( unit )=Rp . 150 . 000 .000 Rp . 6 .000 - Rp .2 .500

= 42 .858 unit

atau

BEP dalam unit=Rp . 257 . 142. 857,- Rp . 6 .000,-

= 42.858 unit

Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit,

yaitu dari 60.000 unit menjadi 42.858 unit.

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 15: Materi Break Event Point

Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual perunit sebesar

Rp.1000,- misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang baru

adalah sebagai berikut :

BEP rupiah=Rp . 150 . 000 .000,-

1−Rp. 250 . 000 . 000,-Rp. 500 . 000 . 000,- x 80 %

= Rp . 400. 000 . 000,-

BEP rupiah=Rp . 150 . 000 .000,-

1−Rp. 250 . 000 . 000,-Rp. 400 . 000 . 000,-

= Rp . 400 . 000. 000,-

dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.100.000.000,-

yaitu dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.400.000.000,-

BEP dalam unit=Rp . 400 . 000 .000 Rp . 6000,-

= 66 .667 unit

dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu

dari 60.000 unit menjadi 66.667 unit.

2. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap

Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total

diasumsikan tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap,

otomatis BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya, apabila biaya tetap

turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan

karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau

penurunan (efisensi).

Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah

dari Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan

biaya tetap sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena

adanya kenaikan biaya tetap.

BEP rupiah=Rp . 150 .000 .000 +Rp. 30 .000 .000

1−Rp. 250.000 .000,-Rp. 500.000 .000,-

= Rp.360 .000.000,-

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 16: Materi Break Event Point

Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu

dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.360.000.000,-

BEP dalam unit=Rp . 360 .000 .000 Rp . 5 .000,-

= Rp. 72. 000,-

Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu

dari 60.000 unit menjadi 72.000 unit

Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi

penurunan biaya tetap sebesar 10 % dari semula Rp. 150.000.000,-

menjadi Rp.135.000.000,-

Maka untuk nilai dari BEP rupiah dan BEP dalam unit adalah sebagai

berikut :

BEP rupiah=Rp . 150 . 000 .000,- x 90 %

1−Rp. 250 . 000 . 000,-Rp. 500 . 000 . 000,-

= Rp.270. 000 .000,-

BEP dalam unit=Rp . 270 . 000 .000,-Rp . 5000,-

= Rp .54 .000,-

3. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel

BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap

peningkatan maupun penurunan biaya variabel.

Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya variabel

sebesar 20 % dari sebelumnya, BEP akan berubah sebagai berikut

BEP rupiah=Rp . 150 . 000 .000,-

1−Rp. 250 .000 . 000,- x 120 %Rp. 500 .000 . 000,-

= Rp .375 .000 .000,-

BEP dalam unit=Rp . 375 .000 .000,-Rp .5000,-

= 75 .000 unit

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 17: Materi Break Event Point

kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya

variabel sebesar 20 %, BEP akan berubah sebagai berikut.

BEP rupiah=Rp . 150 .000 .000,-

1−Rp. 250 .000 .000,- x 80 %Rp. 500 .000 .000,-

= Rp .250 .000 .000,-

BEP dalam unit=Rp . 250 .000 .000,-Rp .5000,-

= 50 .000 unit

4. Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran

Penjualan campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan

penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan suatu

perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini berlaku apabila perusahaan

memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi dikatakan bahwa

tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya.

Sebagai contoh PT. Dewantara memiliki dua macam produk yaitu

sebagai berikut :

Komponen Produk A Produk B Total

Sales

VC

FC

TC

Net Profit

60.000 unit = Rp.300 juta

60 % = Rp.180 juta

= Rp. 60 juta

= Rp.240 juta

= Rp. 60 juta

40.000 unit = Rp.300 juta

40 % = Rp.120 juta

= Rp.120 juta

= Rp.240 juta

= Rp. 60 juta

Rp.600 juta

Rp.300 juta

Rp.180 juta

Rp.480 juta

Rp.120 juta

5. Penentuan Harga Jual Minimal

Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan

atau profit margin lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena

itu, sebelumnya perlu ditetapkan penjualan minimal yang harus dicapai

sehingga keuntungan yang telah ditargetkan dapat dicapai sehingga.

Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa penjualan yang dicapai.

Contoh :

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 18: Materi Break Event Point

Kegiatan PT Dewantara pada tahun 2007 mengalami titik impas pada

penjualan (S) sebesar Rp.300.000.000,- biaya teteap (FC) yang

dikeluarkan Rp.120.000.000 diperkirakan penjualan harus ditetapkan

untuk memperoleh keuntungan per tahun. Untuk tahun 2008 perusahaan

menetapkan keuntungan sebesar Rp.50.000.000,-

Pertanyaan :

Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan ?

Jawab dan Penyelesaian :

Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama

dengan penjualan atau :

Sales = VC + FC

VC = Sales – FC

Jadi dari soal di atas :

VC = 300.000.000 – 120.000.000 = 180.000.000

Selanjutnya, terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC) :

RVC=Rp. 180 .000 .000,- Rp. 300 .000 .000,-

x 100 = 60 %

Sales minimal adalah sebagai berikut :

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 19: Materi Break Event Point

Sales Minimal=FC + Keuntungan

1−VCS

Sales Minimal=Rp. 120 . 000. 000 + Rp. 50 . 000. 000

1−180 .000. 000300 .000. 000

Sales Minimal=Rp. 120 . 000. 000 + Rp. 50 . 000. 000

1−610

=Rp . 425 . 000. 000

Jadi untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000,-

diperlukan penjualan Rp. 425.000.0000,-.

II. METODE PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP)

Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis

BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan

tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini

dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis

BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi

yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya

sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa

asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan

analisis BEP bila kita mau menggunakannya.

Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP yakni sebagai berikut :

1. Biaya

Dalam analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu

fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan

dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya

mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain.

Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 20: Materi Break Event Point

sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk

memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai

berikut :

Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan

unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada

beserta sifat-sifat biaya tersebut.

Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah

memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka

dan data biaya masa lampau.

2. Biaya tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami

perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan

(dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan

sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang

dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga

menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva

tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.

3. Biaya variabel (Variable Cost)

Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah

sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya

asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding

(proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan.

Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan

jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima

maupun diberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel

adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan

biaya variabel lainnya.

4. Harga Jual

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 21: Materi Break Event Point

Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk

satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual

Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah

selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang

sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-

ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan

langsung dengan produk maupun tidak.

Rumus yang Digunakan

Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus.

Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan

pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau

kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu

memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya

informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai

contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah

mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan

model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat

dibuatkan grafik dengan mudah pula.

Untuk menentukan BEP suatu usaha bisnis dapat menggunakan

beberapa cara yaitu: (1) pendekatan trial and error, (2) pendekatan grafik,

dan (3) pendekatan matematis. Perhitungan break even point dengan

pendekatan trial and error (coba-coba), yaitu dengan menghitung keuntungan

operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu dan terus diulang

hingga menghasilkan volume produksi/penjualan yang menghasilkan

keuntungan = 0 (Total Revenu = Total Cost).

Apabila perhitungan menghasilkan keuntungan maka hitung kembali

dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah.

Sebaliknya, jika hasil perhitungan mengalami kerugian maka hitung kembali

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 22: Materi Break Event Point

dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian

dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana

penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. Sebagai

contoh : Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesan Rp 300.000.

Biaya variabel per unit Rp 40. Harga jual per unit Rp l00. Kapasitas produksi

maksimal 10.000 unit. BEP usaha ini dihitung dengan cara coba-coba dengan

menghitung keuntungan saat volume produksi 6.000 unit. Dengan volume

produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:

Π = Q x P – (FC + (Q x VC))

= (6.000 x Rp 100) – (Rp 300.000,00 + (6.000 x Rp 40))

= Rp 600.000 - (Rp 300.000 + Rp 240.000)

= Rp 60.000

Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan

keuntungan. Ini berarti bahwa break-even pointnya terletak di bawah 6.000

unit. Hitung kembali dengan memisalkan volume penjualannya sebesar 4.000

unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

= (4.000 x Rp 100) — (Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40))

= Rp 400.000 — (Rp 300.000 + Rp160.000)

= – Rp 60.000,00

Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000

sehingga break-even pointnya lebih besar dari 4.000 unit. Misalkan volume

penjualannya 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

= (5.000 x Rp 100) — (Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40))

= Rp 500.000 — (Rp 300.000 + Rp 200.000)

= Rp 0.

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 23: Materi Break Event Point

Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even

point dimana keuntungan nettonya sama dengan nol.

Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur

biaya dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut

akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah

biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya

volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal

(sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada

sumbu vertikal (sumbu Y).

Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even

point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis

biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan

menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada

cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar

break even point tersebut.

Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana

terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya

total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai

sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik

itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak

besarnya break even point dalam rupiah.

Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini: Suatu perusahaan

beroperasi dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000, biaya variabel per unit Rp

40. Harga jual produk per unit Rp l00. Kapasitas produksi maksimal 10.000

unit. Dengan dua cara dalam menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar

data tersebut, kita dapat membuat dua gambar break even point

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 24: Materi Break Event Point

Gambar 1. Grafik BEP dengan Biaya Tetap Sejajar Sumbu X

Gambar 2. Grafik BEP dengan Biaya Tetap yang Sejajar Garis Biaya

Variabel

Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tersebut terlihat bahwa break even point

tecapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000 atau dinyatakan dalam

unit sebanyak 5.000 unit. Pada Gambar 2. adalah lebih baik karena pada

gambar tersebut tampak konsep contribution margin. Dalam gambar tersebut

break-even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution margin

(yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya

dengan biaya tetap, yaitu pada volume penjualan Rp 500.000 atau dalam unit

sebanyak 5.000 unit.

Perhitungan BEP dengan pendekatan matematis menggunakan rumus

aijabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) atas dasar unit dan (b) atas

dasar nilai penjualan dalam rupiah.

a. Perhitungan BEP atas dasar unit dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus:

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 25: Materi Break Event Point

BEP (Q )= FCP−V

..................................................................................(1)

dimana

P = harga jual per unit

V = biaya variabel per unit

FC = biaya tetap

Q = jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual.

Dari contoh di atas dapat dihitung secara langsung dalam unit dengan

menggunakan rumus pada persamaan 1 dan hasilnya adalah sebagai

berikut:

BEP= Rp 300.000Rp 100−Rp 40

=5.000unit

b. Perhitungan break-even point atas dasar nilai penjualan dalam rupiah

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:

BEP= FC

1−VCS

...................................................................................(2)

dimana:

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel

S = volume penjualan

Dengan menggunakan contoh pada bagian sebelumnya, BEP penjualan

yang dinyatakan dalam rupiah dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 2 sebagai berikut:

BEP= Rp 300.000

1−Rp 400.000

Rp 1.000 .000

=Rp 500.000

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 26: Materi Break Event Point

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa volume

penjualan BEP yang dinyatakan dalam rupiah sebesar Rp 500.000.

Apabila volume penjualan tersebut dibagi dengan harga jual per unit,

hasilnya menunjukkan break-even point dalam unit yaitu:

¿ Rp 500.000Rp 100

=5.000 unit

Dalam analisa BEP perlu pula dipahami konsep Margin of Safety.

Margin of safety merupakan batas penurunan penjualan yang bisa ditolerir

oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian (Sutrisno, 2000). Besarnya

margin of safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

margin of safety= penjualan yangdirencanakan−penjualan pada break evenpenjualan yang direncanakan

×100 %

Margin of Safety merupakan angka yang menunjukkan jarak antara

penjualan yang direncanakan atau dibudgetkan (budgeted Sales) dengan

penjualan pada break even. Dengan demikian maka margin of safety adalah

juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya penjualan

melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian. Dari

contoh, besamya margin of safety dapat dihitung sebagai berikut:

margin of safety=Rp 1.000 .000−Rp 500.000Rp 1.000 .000

× 100 %=50 %

Angka margin of safety sebesar 50% menunjukkan jika jumlah

penjualan yang nyata berkurang atau menyimpang lebih besar dari 50% (dari

penjualan yang direncanakan) perusahaan akan menderita kerugian. Kalau

berkurangnya penjualan hanya 40% dari yang direncanakan, perusahaan

belum menderita kerugian.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin kecil margin of safety

berarti makin cepat perusahaan menderita kerugian dalam hal adanya

penurunan jumlah penjualan yang nyata. Untuk membedakan batas

penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian dinyatakan dalam angka

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 27: Materi Break Event Point

absolut dan dalam angka relatif, kadang-kadang digunakan dua macam

istilah. Untuk batas penyimpangan yang absolut digunakan istilah “margin of

Safety” dan untuk batas penyimpangan dalam angka yang relatif (dalam

persentase dari penjualan) digunakan istilah “margin of safety ratio”. Untuk

contoh tersebut di atas besarnya margin of safety adalah Rp 500.000 dan

besarnya margin of safety ratio adalah 50%.

III. JENIS BIAYA BERDASARKAN BREAK EVEN POINT

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)

Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan

perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam

biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung

berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per

unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)

Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak

terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan

waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama

periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi

atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

3. Semi Varibel Cost

Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan

sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.

Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi

salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau

volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan

muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 28: Materi Break Event Point

even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai

biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara

totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,

sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan

meskipun ada perubahan volume produksi.

Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap

disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita

kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa

bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk

menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.

Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan

biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan

tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk

menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan

alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa

break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan

perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu

memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai

tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh

laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

IV. ANALISIS BEP SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA DAN

PENENTUAN TINGKAT PENJUALAN

Perusahaan dapat menjaga tingkat profitabilitasnya apabila semua

aktifitas yang ada dalam perusahaan tersebut dilaksanakan secara terpadu dan

terus menerus disertai dengan langkah dan strategi yang terencana,

terkoordinasi dan terkendali. Untuk pencapaian laba seperti yang diharapkan,

perlu disusun suatu perencanaan laba yang akurat. Salah satu alternalif dari

analisis perencanaan laba yang dapat digunakan dalam menetapkan tingkat

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 29: Materi Break Event Point

penjualan adalah menggunakan analisis break even point atau titik impas atau

titik pulang pokok. Analisis break even point adalah suatu teknik analisis

untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, harga jual

dan volume penjualan.

Sebagai contoh perusahaan kopi bubuk Cap “NONGKO” merupakan

perusahaan kopi yang cukup lama berdiri yaitu pada tahun 1978 sampai

sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat penjualan, harga

jual dan laba tahun 2006, menentukan jumlah maksimum penurunan

penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan menentukan

produk yang harus ditingkatkan agar perusahaan mendapatkan keuntungan

maksimal. Setelah mengetahui hasil analisis break even point , terlihat bahwa

perubahan laba dan tingkat break evennya yang paling mengguntungkan bagi

Perusahaan Kopi Bubuk Cap “Nongko” Tuban adalah meningkatkan

penjualan dan produksi produk III atau istimewa jika dibandingkan dengan

kedua produk lainnya.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

BEP = Total Fixed Cost

Harga perunit – variable cost perunit

dan atau :

BEP adalah Total Revenue sama dengan Total Cost

Contoh kasus yang diungkapkan :

Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah

kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per

kaos kaki dan biaya tetap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 – 5.000)

BEP = 20.000

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 30: Materi Break Event Point

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi

seimbang antara biaya dengan keuntungan/profit.

1. Bagaimana jika kaos kaki yang dibuat 1000 pasang?

2. Bagimana jika pertanyaannya di ubah menjadi ; Jika berproduksi 1000

pairs, pada harga berapa seharunya kaos kaki tersebut dijual agar

perusahaan mencapai break even point?

3. Jika berproduksi 1000 pairs dengan harga Rp 10,000/pair, berapa

fixed cost yang bisa dialokasikan agar perusahaan mencapai break

even?

4. Jika berproduksi 5000 pairs, harga kaos kaki Rp 15,000/pair berapa

lama perusahaan akan mencapai BEP?

5. Fixed Cost yang dimaksudkan pada contoh diatas meliputi apa saja?

(fixed cost yang dimaksudkan disini adalah pengeluaran-pengeluaran

yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas produksi).

6. Yang dimaksudkan variable cost dari proses produksi kaos kaki disini

apa saja?.

7. Bagaimana jika ada mixed cost (cost yang sebagian tergolong fixed

cost, sisanya tergolong variable cost). Misal: Perusahaan menyewa

genset untuk satu bulan Rp 10,000,000,- untuk penggunaan 8 jam saja,

sedangkan kelebihan jam penggunaan akan dihitung Rp 25,000/jam.

Perusahaan juga membayar gaji seorang salesman dengan Gaji Pokok

Rp 2,000,000,- dan komisi 2% untuk setiap penjualan yang dihasilkan.

Bagaimana menentukan BEP-nya?.

8. Bagaimana jika perusahaan tidak hanya menjual kaos kaki,

perusahaan juga menjual kaos dalam dan celana dalam, bagaimana

menghitung BEP-nya?

Untuk menjawab tantangan business yang semakin berkembang,kita

tidak bisa berpatokan pada satu formualsi saja, formula harus lebih jauh lagi.

Dari logika diawal bahwa break even point adalah titik dimana perusahaan

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 31: Materi Break Event Point

belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka

Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut:

BEP : TR = TC

Dimana TR = Total Revenue ; TC = Total Cost

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost,

Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana

di atas sehingga menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi

yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana

seperti dibawah ini:

TR = TC

TR – TC = 0

Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan

menjadi :

TR = Unit Price x Qty

Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa

dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan

“Fixed Cost”, maka turunan dari TC adalah:

TC = Variable Cost + Fixed Cost

Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:

TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost

Selanjutnya kita akan membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi

“Break Even Point”:

TR - TC = 0

[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau

[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 32: Materi Break Event Point

Pertanyaan : Jika perusahaan berproduksi dalam jumlah tertentu, agar

perusahaan bisa mencapai break even point, berapakah unit price yang harus

ditargetkan?

* Target nya adalah “Unit Price”, maka formulanya:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost

Pertanyaan: Jika perusahaan menyadari bahwa harga paling bersaing untuk

produknya adalah Rp tertentu, maka berapa pcs kah perusahaan harus

berproduksi agar mencapai “break even point”?

maka formulanya:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Qty = Fixed Cost / [Unit Price - Unit Variable Cost]

Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point

Elemen-elemenya BEP terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price,

Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost.

Revenue (R) : adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur

biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah jumlah

terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product yang akan

terjual.

Quantity (Qty) : adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam

perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.

Unit Price : adalah harga per unit dari barang yang akan dijual

Variable Cost : adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu

product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk

memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable Cost”, akan

berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi.

Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable

cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba

rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost

of Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 33: Materi Break Event Point

dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga

Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang

biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin

(Machineries) yang menggunakan unit production output,

Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services).

Unit Variable Cost : adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan

untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh

dengan cara membagi total variable cost (Variable Cost) dengan

jumlah product yang dibuat (Qty).

Fixed Cost : adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber

daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak

sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun

jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya

relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap

terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak

dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang

terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional

(Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak

Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang

menggunakan metode garis lurus.

V. APLIKASI ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA KASUS

Kesuksesan PT. Royal Bali Cemerlang dalam

memproduksi produk kaos kaki, membuat board member

berencana akan melakukan expansi usaha, yaitu dengan

membuat pabrik pakaian jadi yang akan memproduksi

“women apparels” (Blouses, Skirts, Trousers & Short Pants).

Untuk maksud tersebut PT. Royal Bali Cemerlang akan

membangun pabrik yang akan menggunakan badan usaha

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 34: Materi Break Event Point

sendiri yang akan diberi nama PT. Royal Bali Apparel, berikut

adalah Investasi dan budget yang akan dialokasikan:

Di bulan pertama operasi, PT. Royal Bali Apparel

berencana akan mulai membuat jenis product “Blouses”.

Perusahaan belum tahu berapa volume (Qty) blouse yang

akan diproduksi dan berapa unit price yang akan di set untuk

1 piece blouse. Dari hasil research yang dilakukan, diketahui

bahwa harga pasaran 1 pc blouse kurang lebih Rp

60,000,-/pc.

Dibawah ini adalah estimated consumption yang

diperkirakan oleh Production Dept untuk 1 piece blouse: On

other hand, Marketing Dept merekomendasikan agar produk

blouse yang akan di launched mendapat sambutan yang

significant dari pasar, PT. Royal Bali Apparel hendaknya

mematok harga dibawah harga pasaran blouse saat ini

(dibawah Rp 60,000/pc)

Pak Harri Prasetyo (Financial Controller) PT. Royal Bali

Cemerlang yang sekaligus ditugaskan sebagai CFO (Chief

Financial Officer) di PT. Royal Bali Apparel mencoba mengira-

ngira. Jika kapasitas produksi adalah 2000 pcs blouse per

bulan maka :

1. Berapa unit price yang harus direkomendasikan oleh

Pak Harri Prasetyo agar perusahaan bisa mencapai

break even point dalam waktu 2 bulan?

2. Apakah target break even point dalam 2 bulan realistic?

Apa langkah selanjutnya dari Pak Harri Prasetyo?

Kita ikuti langkah-langkah perhitungan yang dibuat oleh Pak

Harri Prasetyo :

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 35: Materi Break Event Point

Langkah pertama : Determinasi Fixed Cost

Karena Pak Lie menargetkan lamanya break even point

selama 2 bulan saja, maka, Semua monthly expense

dikalikan 2 (dua), sehingga Pak Lie memperoleh Fixed Cost

seperti dibawah ini.

Langkah dua : Determinasi Unit Variable Cost

Pak Harri Prasetyo menggunakan estimated consumption

yang dibuat oleh Production Dept yaitu sebesar Rp 45,750/pc.

Langkah tiga : Penghitungan Break Even Point dengan

Target “Unit Price”

Break Even Point → TR = TC

TR – TC = 0

[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0,

atau

[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0

Karena targetnya adalah “Unit Price”, maka:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost

Setelah angka-angka dimasukkan, maka Pak Lie memperoleh

perhitungan seperti di bawah ini:

Fixed Cost : Pak Lie membebankan 2 bulan payroll, 2 bulan

office supplies dan 2 bulan telephone expense, kelihatannya

sudah benar juga. Tetapi coba kita lihat penyusutan dan

amortisasi yang dibebankan, kelihatannya ada yang aneh.

Semuanya dibebankan sekaligus, mana mungkin company

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 36: Materi Break Event Point

set-up yang umur ekonomisnya 30 tahun dibebankan dalam 2

bulan, mana mungkin leasehold yang umur ekonomisnya 5

tahun dibebankan 2 bulan.

Sehingga kita memperoleh Fixed cost seperti dibawah ini:

Unit Variable Cost sudah benar, jadi tetap Rp 45,750/pc

Selanjutnya, kita hitung Break Even Point dengan target “Unit

Price” dengan cara memasukkan semua elemen yang ada ke

dalam formula yang sama seperti yang di pakai oleh Pak

Harri Prasetyo:

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost.

Maka akan diperoleh :

Dengan kapasitas produksi 2000 sebulan dan dengan

Variable cost yang ada, serta fixed cost yang dialokasikan

sesuai dengan umur ekonomisnya, PT. Royal Bali Apparel

harus menjual product blousenya seharga Rp 73,698,-/pc

agar mencapai break even dalam waktu dua bulan.

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 37: Materi Break Event Point

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Teknik analisis Break Even Point sudah umum bagi segenap pelaku

bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan

yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan

mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :

1) Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.

2) Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang

didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam

pengambilan keputusan.

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam

operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau

dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada

laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam

operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume

penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Dan

apabila penjualan hanya cukup menutupi sebagian biaya variabel dan

sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya,

perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya

variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 38: Materi Break Event Point

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan

sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang

semaksimal mungkin, yang dapat dilakukan dengan tiga langkah yaitu :

1) Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-

rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan

kuantitas.

2) Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang

dikehendaki.

3) Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan

secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang

erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat

terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah

perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk

memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

Saran

Dengan kondisi bunga deposito yang semakin menurun, tentunya

tidak memberikan return yang cukup baik untuk meningkatkan daya beli kita

akan dana yang kita miliki. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat inflasi yang

lebih besar dari bunga deposito.

Bila kita mencoba untuk memulai suatu usaha baru dalam rangka

untuk meningkatkan return kita (apapun usaha yang kita pilih seperti toko

lampu, toko HP, toko stationary, usaha laundry dll), tentunya kita perlu

menghitung-hitung berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat

usaha, membeli perabotan, mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain, dan

kita juga harus membuat proyeksi ; a) Berapa volume penjualan yang perlu

diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal

dengan istilah Break Even Point (BEP/Analisis Pulang Pokok) dimana

seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh,

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 39: Materi Break Event Point

sehingga perusahaan tidak memperoleh laba maupun kerugian, b) Berapa

volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita

targetkan.

Untuk dapat membuat proyeksi tersebut tentunya kita perlu

mengetahui bagaimana cara menghitung Break Even Point atau yang biasa

disingkat BEP. Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan

dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :

1) Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa

tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang

tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2

unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.

2) Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit

penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi

salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan.

3) Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 40: Materi Break Event Point

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku

Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.

Sumber dari Internet on-line

http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2010/11/16/

pengertian-titik-impas-break-event-point/

http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-

point bep/ 2011/12/16

http://www.wealthindonesia.com/wealth-growth-and-

accumulation/cara-simple-menghitung-break-even-point-dalam-

usaha.html

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG

Page 41: Materi Break Event Point

SITI NUR FA’IZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG