ikma10fkmua.files.wordpress.com  · web viewanalisis break even point baik dengan mengunakan rumus...

60
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan penting dalam industri pelayanan kesehatan. Biaya produksi perlu dihitung secara efektif dan efisien agar dapat memberi pelayanan optimal terhadap pasien. Besarnya biaya produksi sangat dipengaruhi aktivitas pelayanan dari sebuah industri kesehatan. Dalam era globalisasi, tumbuhnya rumah sakit terutama di sebagian kota besar menyebabkan terjadi kompetisi yang tinggi dalam sektor kesehatan, persaingan antar rumah sakit makin keras untuk dapat merebut pasar yang semakin terbuka lebar. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi maka akan diikuti segala upaya rumah sakit untuk mempertahankan keberadaannya, maka peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di rumah sakit

Upload: phungthu

Post on 10-Apr-2019

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Biaya produksi yang merupakan semua pengeluaran produsen untuk

menghasilkan sebuah produk baik jasa maupun barang, memiliki peranan

penting dalam industri pelayanan kesehatan. Biaya produksi perlu dihitung

secara efektif dan efisien agar dapat memberi pelayanan optimal terhadap

pasien. Besarnya biaya produksi sangat dipengaruhi aktivitas pelayanan dari

sebuah industri kesehatan.

Dalam era globalisasi, tumbuhnya rumah sakit terutama di sebagian

kota besar menyebabkan terjadi kompetisi yang tinggi dalam sektor

kesehatan, persaingan antar rumah sakit makin keras untuk dapat merebut

pasar yang semakin terbuka lebar. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi

maka akan diikuti segala upaya rumah sakit untuk mempertahankan

keberadaannya, maka peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di

rumah sakit menjadi sangat penting. Hanya rumah sakit yang dapat

menyediakan jasa pelayanan yang bermutu dengan biaya yang relatif murah

dan penanganan pasien yang baik dapat unggul dalam kompetisi tersebut.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Guna mendukung tujuan tersebut perlu

ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan

kesehatan pada masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan mutu yang

baik.

2

Agar pembangunan kesehatan dan biaya produksi dapat berjalan

selaras, perlu ada sebuah penghitungan rinci mengenai pengadaan layanan

kesehatan sehingga sesuai permintaan konsumen. Konsep need and demand

dalam dasar ilmu ekonomi mendasari penghitungan biaya produksi. Besar

pengeluaran biaya produksi merupakan kunci keberhasilan produsen. Untuk

itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenis-jenis biaya produksi

secara umum sampai studi kasus penghitungan biaya produksi pada industri

pelayanan kesehatan agar dapat memberi wawasan mengenai biaya produksi

di lingkup pelayanan jasa kesehatan.

1.2 Rumusan masalah

Beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu.

a. Bagaimana konsep biaya produksi dalam industri pelayanan

kesehatan?

b. Bagaimana ilmu ekonomi mikro menjelaskan tentang klasifikasi

biaya?

c. Bagaimana penghitungan biaya produksi dalam industri pelayanan

kesehatan?

d. Bagaimana contoh penerapan penghitungan biaya produksi dalam

industri pelayanan kesehatan?

1.3 Tujuan

a. Me-review konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi dasar.

b. Untuk mereview klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro.

c. Untuk mempelajari penerapan penghitungan biaya produksi dalam

industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.

3

1.4 Manfaat

a. Dapat mengingat kembali konsep biaya produksi dalam ilmu ekonomi

dasar

b. Dapat mengingat kembali klasifikasi biaya dalam ilmu ekonomi mikro

c. Dapat mengetahui penerapan penghitungan biaya produksi dalam

industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Biaya Produksi

Kegiatan produksi dan biaya adalah hal yang tidak terpisahkan. Biaya

memiliki pengaruh terhadap tingkat suatu produksi. Perusahaan harus dapat

menentukan strategi produksi yang tepat untuk dapat memproduksi output

pada biaya terendah. Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan

(input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya

yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.

Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat

menetapkan harga pokok  barang yang dihasilkan, untuk menghitung biaya

produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya dalam

pengertian ekonomi ialah semua beban yang harus ditanggung untuk

menyediakan suatu barang agar siap dipakai oleh konsumen.

Biaya dalam pengertian produksi ialah semua beban yang harus ditanggung

oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi, sehingga biaya produksi

adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang

untuk menghasilkan suatu barang.

Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut

memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi

ada juga yang sulit diidentifikasikan hitungannya. Biaya produksi dapat

meliputi beberapa unsur sebagai berikut:

a. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi

b. Bahan-bahan pembantu atau penolong

5

c. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur

d. Penyusutan peralatan produksi

e. Uang modal sewa

f. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi,

pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi

g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan

h. Pajak

Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen

biaya sebagai berikut.

a. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan

langsung dengan produksi.

b. Komponen biaya gaji / upah tenaga kerja

c. Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua

pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.

2.2 Klasifikasi Biaya Produksi

Beberapa kriteria untuk keperluan analisis, konsep biaya

dikelompokkan sebagai berikut.

a. Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi

1) Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya

secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi

(output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada

pelayanan. Contoh FC adalah nilai dari gedung yang digunakan,

nilai dari peralatan (besar) kedokteran, ataupun nilai tanah. Nilai

gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung yang

6

digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat

maupun menurun, demikian pula dengan alat kedokteran.

Biaya stetoskop relatif tetap, baik untuk memeriksa dua

pasien maupun sepuluh pasien. Artinya biaya untuk memeriksa

dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan biaya untuk

memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah

tetap dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani

berubah.

2) Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang

nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output. Contoh yang

termasuk dalam VC adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat

tulis kantor, biaya pemeliharaan.

Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena

jumlah biaya tersebut secara langsung dipengaruhi oleh

banyaknya pelayanan yang diberikan. Biaya obat dan makanan

untuk melayani dua pasien akan berbeda dengan biaya obat dan

makanan untuk melayani sepuluh pasien, dengan demikian

besarnya biaya obat atau makanan akan selalu berpengaruh

secara langsung oleh banyaknya pasien yang dilayani.

Pada umumnya besar volume produksi sudah

direncanakan secara rutin, oleh sebab itu, VC sering juga disebut

dengan biaya rutin. Dalam praktek sering kali dialami kesulitan

untuk membedakan secara tegas apakah suatu biaya termasuk

FC atau VC. Contoh dalam menentukan gaji pegawai misalnya

7

gaji pegawai dimasukan dalam FC atau VC. Gaji pegawai

terkadang tidak dipengaruhi oleh besarnya output terutama pada

fasilitas pemerintah.

Dalam praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji) atau

pengurangan gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah,

tidak semudah seperti penurunan dan penambahan output

pelayanan. Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya

dipengaruhi oleh besarnya output.

Sebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik

pada jumlah tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya

pegawai akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah

pasien. Oleh sebab itu ada yang mengelompokan gaji pegawai

sebagai semi variable cost (SVC).

3) Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel

cost.

b. Pembagian Biaya Berdasarkan Lama Penggunaannya

1) Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat

berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu

untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu

tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan

merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun.

Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan

pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan

kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam

8

biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya

pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan

sebagainya.

Beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk

biaya investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai)

suatu barang. Pada umumnya besar biaya investasi sudah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya, jika batas yang ditentukan

adalah Rp. 100.000,- maka barang yang nilainya kurang dari Rp.

100.000,- tidak termasuk dalam biaya investasi, meskipum

penggunaannya dapat lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan

dalam biaya operasional).

Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang

disetahunkan (AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan).

Nilai barang investasi dalam analisis biaya harus

memperhitungkan (1) harga satuan (nilai awal barang) masing-

masing jenis barang investasi, (2) lama pemakaian barang

tersebut, (3) laju inflasi (tingkat bunga bank) dan (4) umur

ekonomis barang tersebut.

Biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang

timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi

(asset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi.

Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi

akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau

karena mengalami kerusakan fisik. Nilai penyusutan barang

9

investasi, seperti gedung, kendaraan, dan peralatan, disebut

sebagai biaya penyusutan.

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk

menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus

(straight line method) dimana jumlah historis yang sama

dikurangi setiap tahun. Pada umumnya analisis biaya dilakukan

untuk satu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran,

maka untuk itu perlu dicari nilai biaya investasi setahun,

sehingga biaya investasi itu dapat digabung dengan biaya

operasional.

Nilai biaya investasi satu tahun ini disebut nilai tahunan

biaya investasi (Annualized Investment Cost = AIC). Besarnya

nilai tahunan dari biaya investasi tersebut dipengaruhi oleh nilai

uang (inflasi) serta waktu pakai dan masa hidup suatu barang

investasi.

2) Biaya operasional (operasional cost), adalah biaya yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses

produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang

relatif singkat (kurang dari satu tahun). Contoh yang termasuk

dalam biaya operasional antara lain biaya obat, biaya makan,

gaji pegawai, air dan listrik.

Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan

biaya operasional yaitu biaya pemeliharaan (mantainance cost).

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk

10

mempertahankan nilai suatu barang investasi agar dapat terus

berfungsi, misalnya biaya pemeliharaan gedung dan

pemeliharaan kendaraan. Antara biaya operasional dan biaya

pemeliharaan dalam praktek sering disatukan menjadi biaya

operasional dan pemeliharaan (operational and mantainance

cost).

Biaya operasional dan pemeliharaan, dengan sifatnya yang

habis pakai pada umumnya dikeluarkan secara berulang karena

itu biaya pemeliharaan sering disebut sebagai biaya berulang

(recurrent cost). Contoh biaya operasional seperti biaya pegawai

(gaji), biaya obat dan bahan medis, biaya listrik dan air, biaya

bahan kantor (ATK), biaya telepon, biaya pemeliharaan barang

investasi. Untuk biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK),

biaya telepon, biaya pemeliharaan barang investasi dikenal

dengan sebutan overhead atau biaya umum.

Contoh biaya pemeliharaan seperti biaya yang dikeluarkan

untuk mempertahankan nilai suatu barang agar terus berfungsi.

Misalnya biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat

medis dan pemeliharaan kendaraan.

3) Biaya total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya

investasi ditambah biaya operasional.

c. Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya.

1) Biaya langsung (direct cost), adalah biaya yang dibedakan pada

sumber biaya yang mempunyai fungsi (aktifitas) langsung

11

terhadap output. Contoh : gaji perawat, biaya obat-obatan, biaya

peralatan medis.

2) Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah biaya yang

dibebankan pada sumber biaya yang mempunyai fungsi

penunjang (aktivitas tak langsung) terhadap output. Contohnya

adalah gaji bagian administrasi, gaji direktur, biaya ATK, TU,

biaya peralatan non medis.

d. Total cost, merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah indirect

cost.

1) Unit cost, adalah biaya yang dihitung untuk menghasilkan

satu satuan produk (misalnya satu jenis pelayanan). Secara

sederhana unit cost dapat diartikan sebagi biaya per unit produk

atau biaya per pelayanan. Unit cost didefinisikan sebagai

hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan

jumlah unit produk yang dihasilkan.

Dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih

dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering

kali disamakan dengan biaya rata-rata (average cost). Tinggi

rendahnya unit cost suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh

besarnya TC tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya pelayanan.

Makin tinggi utilitas dengan demikian makin besar jumlah

output akan semakin kecil unit cost pelayanan.

e. Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan

atau pengurangan output, biasanya merupakan hasil dari kegiatan

12

produksi atau operasi. Incremental cost juga merupakan biaya yang

terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur

dari berubahnya IC karena suatu keputusan, oleh sebab itu sifatnya

bisa variabel, bisa juga fixed. Contohnya adalah penambahan biaya

total produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga

kerja dan bahan baku.

f. Marginal cost adalah kenaikan biaya yang harus dikeluarkan

perusahaan sebagai akibat kenaikan satu output, perbedaanya dengan

incremental cost adalah terletak pada aspek yang memberi perubahan

pada total cost, jika pada incremental cost perubahan total cost

dipengaruhi oleh perubahan keputusan, pada marginal cost perubahan

total cost dipengaruhi oleh penambahan satu unit produk atau

selanjutnya. Contohnya adalah perusahaan harus menambah anggaran

biaya produksi dikarenakan adanya penambahan permintaan dari

orderer yang sebelumnya memesan.

g. Recurring cost (biaya terulang) adalah biaya yang besarnya sama yang

harus dibayarkan lagi dengan adanya tambahan suatu aktivitas yang

menghasilkan produk (output) yang sama. Setiap penambahan 1 unit

output, biaya yang ditanggung berulang atau bertambah sebesar biaya

per unitnya. Contohnya adalah mesin photo copy digunakan atau

tidak, perusahaan akan membayar uang sewa mesin photo copy

sebesar Rp. 1 juta per bulannya.

h. Unrecurring cost (biaya tak berulang) adalah biaya yang hanya

muncul satu kali, artinya tidak ada sesuatu yang ditambahkan setelah

13

biaya ini dikeluarkan. Contohnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membeli tanah.

i. Sunk cost ialah biaya yang telah dikeluarkan atau diterima

sebelum terjadinya suatu keputusan. Contoh dari sunk cost ialah

biaya yang dikeluarkan untuk rapat dan penelitian.

2.3 Perhitungan Biaya Produksi

Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi

suatu perusahaan atas segala usaha yang dilakukan, Semua perusahaan

mulai dari perusahaan raksasa multinasional hingga ke pedagang kaki lima

mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan jasa yang dapat

dimanfaatkan konsumen.

Pada dasarnya, analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu

dibedakan kepada dua jangka waktu yakni sebagai berikut.

a. Jangka pendek adalah jangka waktu perusahaan dapat menambah

salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi,

dengan kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari

berbagai faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya.

b. Jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi

dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila

perubahan itu memang diperlukan.

Perhitungan biaya produksi dalam jangka pendek, sebelum

melakukannya maka perlu megetahui mengenai:

14

a. Biaya Tetap (Fixed Cost/FC)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah

dalam jangka pendek ketika kuantitas output berubah, yang

termasuk biaya ini adalah pembelian mesin, mendirikan

bangunan pabrik, sewa ruangan toko, dan penyusutan mesin.

b. Biaya Variable (Variable Cost/VC)

Biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang

diproduksi berubah, yang tergolong biaya variabel adalah biaya

pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan

untuk produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan

mentah yang dibutuhkan, oleh sebab itu perbelanjaan atas bahan

mentah semakin bertambah.

c. Biaya Total (Total Cost/TC)  

Merupakan seluruh biaya atau pengeluaran yang dibayar

perusahaan untuk membeli berbagai input (barang atau jasa)

untuk keperluan produksi. Biaya produksi total atau biaya total

didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel,

sehingga dapat dikatakan bahwa rumus perhitungan biaya total

produksi adalah sebagai berikut:

Jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi

atau input yang akan digunakannya, oleh karena itu, biaya produksi tidak

perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Dalam jangka

BIAYA TOTAL (TC) = BIAYA TETAP (FC) + BIAYA VARIABLE (VC)

15

panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan

merupakan biaya berubah, ini berarti bahwa perusahaan bukan saja dapat

menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan

peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam

kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan atau pabrik dan bangunan yang

digunakan.

2.4 Perhitungan Biaya Satuan Rerata

Perhitungan terhadap biaya rerata produksi maka sebelumnya perlu

mengetahui mengenai beberapa berikut.

a. Biaya Tetap Rerata (Average Fixed Cost/AFC)

Biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu

(Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh

adalah biaya tetap rata-rata. Rumus untuk menghitung biaya tetap

rata-rata atau AFC adalah:

AFC = FC / Q

b.  Biaya Variabel Rerata (Average Variable Cost/AVC)

Biaya variabel (VC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q)

dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah

biaya variabel rata-rata. Biaya variable rata-rata dihitung dengan

rumus :

AVC = VC / Q

c. Biaya Total Rerata (Average Cost/AC)  

Biaya total (TC) untuk memproduksi barang tertentu (Q) dibagi

dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya

16

total rerata. Rumus perhitungan biaya total rata-rata adalah sebagai

berikut:

AC = TC / Q atau AC = FC + TC

2.5 Pengertian Break Even Point

a. Pemgertian Break Even Point (BEP)

Break even point atau titik impas merupakan suatu titik dimana

biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga

tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Pengertian break even point

dapat ditinjau dari berbagai sudut, diantaranya sebagai berikut.

1) Dari Segi Keuangan

a) BEP adalah suatu tehnik analisis untuk mempelajari

hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume

kegiatan penjualan.

b) BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode

tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga

tidak menderita kerugian.

2) Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi

BEP adalah analisis yang digunakan untuk menentukan berapa

jumlah produk (rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar

perusahaan tidak rugi dan tidak untung.

3) Ditinjau dari Segi Biaya

BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak

memperoleh laba dan tidak merugi, dengan kata lain suatu usaha

dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan

17

jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat

digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

4) Ditinjau dari Segi Laba

BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya

penjualan tanpa diderita kerugian atau memperoleh laba dan

menutup semua biaya yang telah dikeluarkan. Berdasarkan

pengertian dari berbagai sudut pandang diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian BEP (Break Even Point) adalah 

suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk

menentukan jumlah produk dalam rupiah atau unit perusahaan

tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. (penghasilan =

total biaya).

b. Analisis Break Even Point

Analisis dapat digunakan untuk mengetahui BEP. Analisis yang

dilakukan ialah analisis break even point, yaitu suatu analisis atau cara

atau teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada

tingkat atau jumlah produksi dan penjualan berapakah perusahaan

tidak akan mengalami kerugian ataupun memperoleh keuntungan.

c. Anggapan dan Keterbatasan Analisis Break Even Point (BEP)

Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even

point baik dengan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada

konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut. Pada umumnya

konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisis break

even point adalah sebagai berikut.

18

1) Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan

menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan perinsip

validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat, terhadap biaya

semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap

dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan

pendekatan analitis maupun pendekatan historis.

2) Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan samapi

tingkat kapasiats penu. Biaya tetap adalah merupakan biaya

yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti

beroperasi.

3) Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional

(sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya

sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.

4) Bahwa harga jual produk tidak berubah pada berbagai

tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan

dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan

mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.

5) Mungkin diantara anggapan tersebut diatas, anggapan yang

paling pokok adalah “bahwa volume merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi biaya, dengan adanya anggapan-

anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break

even point garis jumlah penjualan, jumlah biaya, baik biaya

tetap maupun biaya variabel semua nampak lurus karena semua

19

perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume

penjualan.

Analisis break even point baik dengan mengunakan rumus

matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan

kepada management atau penganalisis tentang tingkat penjualan

yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh

keuntungan yang paling besar.

d. Analisis Biaya, Volume, dan Laba

Analisis mpas memberikan informasi berapa  tingkat penjualan

minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak

menderita  kerugian. Analisis tersebut juga dapat diketahui sampai

seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar

supaya perusahaan tidak menderita kerugian.

Analisis Impas merupakan salah satu bentuk analisis

biaya,volume salah satu bentuk analisis biaya, volume dan laba karena

untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan

analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba, apabila

didalam analisis impas titik berat analisis diletakkan pada tingkat

penjualan minimum yang menghasilkan  laba sama dengan nol, maka

dalam analisis biaya, volume, dan laba ini titik berat analisis

diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan pada biaya, volume

dan harga jual berakibat pada perubahan laba perusahaan untuk

memudahkan analisis akibat pengaruh perubahan biaya, volume dan

harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat garfik laba dan volume.

20

e. Manfaat Analisis Break Even Point

Analisis break even point ini memiliki beberapa manfaat yang

sangat berguna bagi suatu perusahaan, diantaranya.

1) Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam

usaha mencapai laba tertentu.

2) Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas

yang sedang berjalan.

3) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.

4) Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

f. Rumus Break Even Point

BEP = Total Fixed Cost / (Cost per unit – Cost variable per unit)

Keterangan: :

1) Fixed cost meperupakan biaya tetap yang nilainya cenderung

stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.

2) Variable cost merupakan biaya variabel yang besar nilainya

tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi.

Contoh: :

Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu

buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp.

5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan

kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.

21

g. Jenis Break Even Point (BEP)

1) Break Even Chart

Suatu peta yang menggambarkan grafik yang terdiri atas

kurva jumlah seluruh biaya (tetap dan variabel) dan kurva

pendapatan pada tiap tingkatan produksi, perpotongan kedua 

kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang berpotongan dari

2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).

2) Break Even Equation

Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :

Penjualan pada titik kembali pokok   =   FC

1- Pct VC

Keterangan   :

FC          =  biaya tetap

Pct VC    =  Persentase biaya variabel terhadap penjualan

3) Break Even Function

Fungsi kembali pokok yang dirumuskan  sebagai berikut :

FC . S       = ( 1 – VC )

Keterangan   :

S       =  Jumlah penjualan

FC    =  Biaya tetap

VC    =  Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang

diharapkan.

h. Keterbatasan Sistem Break Even Point

Keterbatasan sistem break even point adalah sebagai berikut.

22

1) Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan

jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak

digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya

biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap

satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan

biaya variabel yang sama .

2) Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan

juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam

bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja

dalam semua tingkat besarnya produksi.

3) Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis

sedangkan jalannya   perusahaan  amat  dinamis

4) Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya

klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian

dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.

i. Manfaat  Break Even Point  (BEP)

Manfaat Break even point dari berbagai segi seperti keuangan,

kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi

laba adalah sebagai berikut.

1) BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah

peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan

perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.

23

2) BEP  bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga

penjualan dan peralatan.

BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan variabel serta

hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

2.6 Cost Recovery Rate (CRR)

Cost Recovery Rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan

besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan

penghasilan yang didapatkan (revenue). Proses ini menghasilkan seberapa

besar subsidi yang dikeluarkan kepada pasien. Berikut ini merupakan cara

perhitungan yang dapat dilakukan untuk melihat atau menentukan CRR:

Cost Recovery Rate = Tarif / Unit cost x 100 %

CRR per unit = Total revenue unit yang bersangkutan / Total cost

unit yang bersangkutan x 100%

CRR per pasien = Tarif unit pelayanan tertentu / Unit cost pelayanan

tertentu x 100%

Dalam pelaksanaannya, CRR berfokus pada kemampuan pelayanan

kesehatan menutup biaya operasionalnya, jika dalam perhitungan CRR

didapat hasil melebihi seratus persen, maka hasil tersebut memiliki arti

bahwa pelayanan kesehatan tersebut telah mampu menutup biaya

operasionalnya dengan penghasilan yang didapat dari pasien atau

konsumen, selain itu, nilai surplus tersebut menyatakan keuntungan yang

didapat oleh pelayanan kesehatan tersebut, jika terjadi defisit atau tidak

sampai seratus persen, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan

kesehatan tersebut merugi.

24

2.7 Biaya Penyusutan (Depreciation)

Biaya penyusutan adalah besar biaya modal yang hilang untuk suatu

peralatan yang disebabkan umur pemakaian. Untuk menghitung biaya

tersebut di atas harus diketahui terlebih dahulu umur ekonomis dari

peralatan tersebut.

Ada tiga cara guna menentukan nilai harga penyusutan, yakni sebagai

berikut.

a. Straight line

Turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai

penyusutan yang sama besar sepanjang umur ekonomis dari peralatan.

Contohnya adalah sebagai berikut.

“Sebuah bulldozer dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- menyusut

(depresiasi) menjadi nilai sisa 10% dari harga pokok peralatan, umur

ekonomis dari peralatan 5 tahun.”

1) Hitunglah harga penyusutan (depresiasi)

2) Harga penyusutan tiap tahun

Perhitungan :

1) Harga penyusutan = Harga Pokok – Nilai sisa

= Rp. 50.000.000,- ( 10 % x Rp. 50.000.000,-)

= Rp. 45.000.000,-

2) Harga Penyusutan tiap tahun =

= 1/5 x Rp. 45.000.000,-

= Rp. 9.000.000,-

25

b. Sum of the Years Digits

Memungkinkan penyusutan yang lebih cepat pada tahun

produksi awal dari peralatan, karena pengurangan dilakukan dengan

urutan faktor yang terbalik dengan menggunakan perbandingan umur

pemakaian dalam tahun dengan jumlah digitnya.

Contohnya adalah sebagai berikut.

“Sebuah bulldozer dengan harga pokok Rp. 50.000.000,- disusut (di

depresiasi) menjadi nilai sisa 10 % dari harga pokok peralatan, umur

ekonomis dari peralatan 5 tahun.”

1) Hitunglah harga penyusutan (depresiasi)

2) Harga penyusutan tiap tahun.

Perhitungan :

1) Harga penyusutan = Harga pokok – Nilai sisa

= Rp. 50.000.000,- - ( 10 % x Rp.

50.000.000,-)

= Rp. 45.000.000,-

2) Harga penyusutan tiap tahun :

26

c. Double Decling Balance

Double decling balance memungkinkan penyusutan yang lebih

cepat pada bertahun produksi mula-mula dari harga pokok peralatan.

Harga penyusutan adalah dua kali prosentase cara straight line,

dikalikan dengan harga pembelian dari alat untuk pajak pada tahun

tersebut.

27

BAB III

STUDI KASUS

3.1 Contoh Perhitungan Biaya Produksi

EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK

PELAYANAN

RAWAT INAP BAGIAN PERAWATAN ANAK

RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh RAHMAYATI SYAMSUL

Berikut kelompok kami sampaikan tentang contoh penghitungan biaya

produksi pada rawat inap bagian perawatan anak RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, Makassar. Data primer dari RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, Makassar pada tahun 2010 diambil oleh Rahmayati Syamsul,

mahasisiwi akuntansi Universitas Hasanudin Makassar.

Data yang kami gunakan diambil dari sebuah penelitian berjudul

EVALUASI PERHITUNGAN HARGA POKOK PELAYANAN RAWAT

INAP BAGIAN PERAWATAN ANAK-RSUP Dr. WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR yang memiliki tujuan mengetahui

berapa harga pokok dari pelayanan rawat inap rumah sakit yang

selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penentuan tarif. Hal ini

menjadi sangat penting mengingat penentuan harga pokok rawat inap

perlu dihitung kembali untuk mengetahui tingkat efisiensi dan

efektifitas pengelolaan yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit

kepada pasien, khususnya bagi pasien rawat inap.

28

Dalam studi kasus yang kami sampaikan, tidak ada perubahan detail

harga, hanya penghitungan yang kami sesuaikan dengan materi pada bab

sebelumnya.

a. Klasifikasi Biaya

No Unsur Biaya Biaya

Klasifikasi biayaKlasifikasi Biaya

 Skala Produksi Lama Penggunaan   

Fixed CostVariabel

Cost Direct CostIndirect

CostInvestment

CostOperational

Cost

1Biaya Gaji Dokter 210,000,000 210,000,000   210,000,000     210,000,000

2Biaya gaji Perawat 180,000,000 180,000,000   180,000,000     180,000,000

3Biaya Bahan makanan 350,000,000   350,000,000 350,000,000     350,000,000

4Biaya listrik dan air 170,252,170   170,252,170 170,252,170     170,252,170

5

Biaya kontrak cleaning service 150,050,000 150,050,000     150,050,000   150,050,000

6

Biaya alat medis habis pakai 250,000,000   250,000,000 250,000,000     250,000,000

7

Biaya penyusutan peralatan medis 185,250,000 185,250,000    

185,250,000 185,250,000  

8

Biaya penyusutan peralatan non medis 175,250,000 175,250,000    

175,250,000

175,250,000  

9

Biaya penyusutan gedung perawatan anak 150,000,000 150,000,000    

150,000,000

150,000,000  

  TOTAL   1,050,550,000 770,252,170 1,160,252,170 660,550,00

0 510,500,00

0 1,310,302,170

  TOTAL COST 1,820,802,17

0 1,820,802,170 1,820,802,170 1,820,802,170

Keterangan Studi Kasus:

1) Jumlah hari pasien rawat inap = 12,990 hari

2) Jumlah Dokter 5 orang

Tenaga dokter anak pada RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo berjumlah 5 orang. Dokter mendapat gaji dan

tunjangan yang bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh

29

rumah sakit. Gaji ditambah dengan tunjangan -tunjangan

rumah sakit yang dibayarkan kepada dokter sebesar Rp.

3.500.000, - setiap bulan, sehingga total gaji seorang dokter

selama setahun sebesar Rp 42.000.000,- (Rp 3.500.000 x 12

bulan). Jadi total biaya dokter anak setahun yang dikeluarkan

oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar Rp

210.000.000,- (Rp 42.000.000 x 5)

b. Jumlah Perawat = 10 orang

Tenaga perawat pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

berjumlah 10 orang. Perawat mendapat gaji dan tunjangan yang

bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan oleh rumah sakit. Gaji

ditambah dengan tunjangan -tunjangan rumah sakit yang

dibayarkan kepad a perawat sebesar Rp. 1.500.000,- setiap bulan,

sehingga total gaji seorang perawat setahun sebesar Rp. 18.000.000,-

(Rp 1.500.000 x 12 bulan). Jadi total biaya gaji perawat setahun

yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebesar

Rp 180.000.000,- (Rp 18.000.000 x 10).

c. Penghitungan biaya penyusutan peralatan medis (dalam penelitian

yang dihitung hanye kelas II)

Biaya penyusutan peralatan medis khususnya Lontara IV

yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk

tahun 2010 sebesar Rp. 185.250.000. Adapun jam kerja langsung

rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan menggunakan jam kerja sebagai

30

dasar penentuan biaya overhead penyusutan peralatan medis maka

dihitung sebagai berikut:

Setelah biaya overhead untuk biaya overhead peralatan

medis ditentukan, maka biaya penyusutan peralatan medis dapat

dihitung sebagai berikut:

1) Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung

jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak.

2) Biaya overhead untuk biaya penyusutan peralatan medis

per hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut:

31

d. Penghitungan biaya penyusutan peralatan non medis (dalam penelitian

yang dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan peralatan non

medis khususnya Lontara IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo untuk tahun 2010 sebesar Rp. 175.250.000.

Adapun jam kerja langsung rumah sakit yaitu 4.941 . Dengan

menggunakan jam kerja sebagai dasar penentuan biaya overhead

penyusutan peralatan non medis, maka dihitung sebagai berikut:

e. Penghitungan biaya depresiasi gedung (dalam penelitian yang

dihitung hanye kelas II). Biaya penyusutan gedung khususnya Lontara

IV yang dikeluarkan oleh RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk

tahun 2010 sebesar Rp. 150.000.000. adapun luas keseluruhan

gedung rumah sakit khususnya bagian perawatan anak yaitu:

32

Setelah biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung

ditentukan, maka biaya penyusutan gedung dapat dihitung sebagai

berikut:

1) Kapasitas adalah kemampuan rumah sakit menampung

jumlah pasien rawat inap khususnya bagian perawatan anak.

2) Biaya overhead untuk biaya penyusutan gedung per

hari per pasien kelas II adalah sebagai berikut:

33

a) Perhitungan Unit Cost

Unit Cost adalah harga yang harus dibayarkan per pasien

per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak. Pada

bagian ini akan dihitung Unit Cost Actual.

UC = TC/Q

= Rp 1,820,802,170 / 12,990

= Rp 140,169.53

Diketahui harga rawat inap per hari di unit perawatan anak

adalah Rp 187,000.00.

Keterangan:

UC = Unit Cost

TC = Total Cost aktual

Q = Quantitiy (jumlah hari rawat inap)

b) Perhitungan BEP

34

Titik impas (break even point) adalah sebuah titik

dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah

seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau

keuntungan. BEP yang dapat dihitung dari ketersediaan

data yang ada dalam penelitian yaitu jumlah pasien yang

dapat dilayani agar biaya pengeluaran dan pendapatan

adalah seimbang.

AVC = VC/ Jumlah hari pasien rawat inap

= Rp 770,252,170/12990

= Rp 59,295.78

QBEP = TFC/(P-AVC)

= Rp 1,050,550,000/( Rp 187,000.00 -

59,295.78)

= 8,226.43 hari rawat

Keterangan:

AVC = Average Variabel Cost

VC = Variabel Cost

QBEP = BEP unit, dalam hal ini jumlah pasien

TFC = Total Fixed Cost

P = Price actual

d. Perhitungan CRR

TR : Total Revenue = P x Q

= Rp 187,000 x 12,990

= Rp 2,429,130,000

35

Cost Recovery Rate = (TR/ TC) x 100 %

= (Rp 2,429,130,000/ Rp 1,820,802,170) x

100%

= 133%

3.2 Analisis Perhitungan

Setelah melakukan klasifikasi biaya produksi, didapat total cost

berdasar tiap skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas produksi

adalah sama sehingga dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actual

merupakan hasil pembagian Total cost dengan jumlah hari rawat per tahun

(2010), dari perhitungan tersebut didapat unit cost di ruang rawat inap anak

sebesar Rp 140,169.53. Jadi harga aktual yang harus dibayarkan per pasien

per hari rawat di rawat inap bagian perawatan anak adalah Rp 140,169.53,

dan tarif yang ditetapkan rumah sakit adalah Rp 187,000.00.

Dengan diketahui tarif rawat inap per hari yang sudah ditentukan oleh

RS. X, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan total fix cost dibagi

dengan price dikurangi AVC, didapat hasil bahwa rumah sakit harus

melayani 8,226.43 pasien agar modalnya kembali (mencapai titik impas).

CRR adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya kemampuan

rumah sakit untuk menutupi biayanya dengan penerimaan dari

pembayaran pasien yang dihitung dari pembagian antara TR unit

bersangkutan dengan TC unit bersangkutan dikali 100%.

Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 133% yang berarti mengalami

surplus. Hasil CRR dapat memberi informasi bahwa rumah sakit mampu

36

menutupi biaya yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit

sebesar 33% per unit (hari rawat inap).

37

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen

dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang. Beberapa kriteria

untuk keperluan analisis klasifikasi konsep biaya, yaitu pembagian biaya

berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi, pembagian biaya

berdasarkan lama penggunaannya, dan pembagian biaya berdasarkan fungsi

atau aktifitas sumber biaya.

Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi

dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost = FC), biaya variabel (variabel cost =

VC), dan total cost. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya

dibagi menjadi biaya invetasi, biaya opersional dan total biaya.

Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya,

dibagi menjadi biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (direct

cost) dan total biaya. Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk

mengetahui laba atau rugi suatu pelayanan kesehatan atas segala usaha yang

dilakukan.

Dalam menghitung biaya rata-rata produksi maka sebelumnya perlu

mengetahui terlebih dahulu mengenai, biaya tetap rerata (Average Fixed

Cost/AFC),  biaya variabel rerata (Average Variable Cost/AVC), dan biaya

total rerata (Average Cost/AC).

Cost recovery rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan

besarnya kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan

38

penghasilan yang didapatkan (revenue). Suatu pelayanan kesehatan perlu

dilakukan kegiatan analisis biaya untuk mendapatkan informasi real kondisi

dan posisi pelayanan kesehatan tersebut sehingga didapatkan gambaran

realistis biaya yang diperlukan untuk dijadikan bahan informasi dalam

menetapkan besar tarif satuan unit pelayanan kesehatan.

39

DAFTAR PUSTAKA

Gumelar, Rio. 2012. Pengertian Biaya Produksi. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://riogumelar27.blogspot.com/2012/03/pengertian-biaya-produksi.html>

http://www.klikharry.com/2012/06/14/fixed-cost-break-even-point-cost-recovery-rate-adalah/http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1492/1273http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/jasa_pelaksana_pelayanan_di_rs_umum_daerah.pdfIlmu Ekonomi. 2011. Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013.

<http://www.ilmu-ekonomi.com/2011/09/klasifikasi-biaya.html>Makalahcyber. 2012. Konsep dan Klasifikasi Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret

2013. <http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/konsep-dan-klasifikasi-biaya.html>

Majalah Pendidikan. 2011. Pengertian, Konsep, dan Jenis Biaya. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013. <http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/makalah-pengertian-konsep-dan-jenis.html>

Rosyidi,Suherman.Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro & Makro.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

Rumus menghitung biaya produksi. viewed 9 maret 2013. http://saudara-saudagar.blogspot.com/2012/09/rumus-menghitung-biaya-produksi.html

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi, Edisi 17. P.T. Media Global Edukasi, Jakarta.

Sukirno, Sadono. MIKRO EKONOMI Teori Pengantar.2009. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.