analisis biaya pgn (materi 1)
DESCRIPTION
contohTRANSCRIPT
ANALISA BIAYA PROYEK
BAHAN AJAR DIKLAT
DITJEN ANGGARAN
JAKARTA, 9 JULI 2012
Ir. ARIFFIN AZIZS, MTAHLI MADYA JAFUNG TBP
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Landasan Hukum
2. UU No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
1. UU No. 18 Tahun 1999Tentang Jasa Konstruksi
3. UU No. 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
7. KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
8. PERPRES No. 73 Tahun 2011Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
PENGERTIAN
Bangunan Gedung Negara: Bangunan Gedung Negara: adalah adalah bangunan gedung bangunan gedung untuk keperluan dinasuntuk keperluan dinas yang menjadi /akan menjadiyang menjadi /akan menjadi kekayaan kekayaan milik negaramilik negara dan diadakan dengan dan diadakan dengan sumber pembiayaan sumber pembiayaan APBNAPBN, dan/atau , dan/atau perolehan lainnya yang sah.perolehan lainnya yang sah.
Perolehan lain yang sah : Perolehan lain yang sah : Hibah, Hibah, Pembelian, Bangun Serah Guna, Bangun Pembelian, Bangun Serah Guna, Bangun Guna Serah. Guna Serah.
Pembangunan Bangunan Gedung Negara Pembangunan Bangunan Gedung Negara (BGN) (BGN) berbasis anggaran kinerja berbasis anggaran kinerja bukan bukan proyekproyek
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:
Biaya Pembangunan BGN: Biaya Pekerjaan Standar Biaya Pekerjaan Non Standar
Standar Harga Satuan Tertinggi per M2: Standar Harga BGN Klasifikasi Sederhana dan Tidak
Sederhana Standar Harga Bangunan Rumah Negara Ditetapkan oleh Bupati/Walikota secara berkala/tahun
berdasarkan spesifikasi teknis dan klasifikasi BGN
Komponen Biaya Pembangunan: Biaya Konstruksi Fisik Biaya Perancangan (Design) Biaya Pengawasan/Manajemen Konstruksi Biaya Pengelolaan Proyek
Pembiayaan Bangunan tertentu:
Bangunan dengan Desain Prototipe
Prosentase Komponen Biaya Pembangunan:Diperhitungkan dari BIAYA KONSTRUKSI FISIK
Biaya Pekerjaan Non-Standar
Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi /pengawasan, dihitung berdasarkan billing-rate
Bangunan dengan Desain Berulang
Pembangunan > 1 tahun anggaran
Bangunan Sederhana Bangunan Tidak sederhana Bangunan Khusus
Dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar, dengan terlebih dahulu berkonsultasi kepada instansi Teknis PU;
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:
KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan belanja negara dilakukan standardisasi komponen kegiatan termasuk harga satuannya.
(3) Dalam penyusunan standardisasi harga satuan, sedapat mungkin menggunakan data dasar yang bersumber dari penerbitan resmi Badan Pusat Statistik, departemen/lembaga, dan pemerintah daerah.
(2) Standardisasi harga satuan digunakan untuk menyusun pembiayaan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dalam dokumen anggaran.
KEPPRES No. 42 Tahun 2002Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(4) Penetapan standardisasi dilakukan secara berkala oleh :
b. Menteri/pimpinan lembaga untuk standardisasi harga satuan pokok kegiatan departemen/lembaga yang bersangkutan;
a. Menteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan menteri/ pimpinan lembaga terkait untuk standardisasi harga satuan umum, satuan biaya langsung personil dan non personil untuk kegiatan jasa konsultasi;
.
c. Gubernur/bupati/walikota dengan memperhatikan pertimbangan dari instansi terkait untuk standardisasi harga satuan pokok kegiatan daerah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan;
.d. Bupati/walikota untuk standardisasi harga satuan bangunan gedung
negara untuk keperluan dinas seperti kantor, rumah dinas, gudang, gedung rumah sakit, gedung sekolah, pagar dan bangunan fisik lainnya.
PEMBANGUNANBANGUNAN
BARU
BIAYA PEKERJAAN
NON STANDAR
PERAWATANBANGUNAN
BIAYA PEKERJAANSTANDAR
Klasifikasi
Standar Luas
Standar Jumlah Lantai
HSBGN
Non-Standar Bgn + Lingk
Non-Standar Fungsi Khusus
Non-Standar Lainnya
SKEMATIK
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BGN:
A. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 5,
1. Klasifikasi bangunan gedung negara didasarkan pada kompleksitas.
2. Klasifikasi bangunan gedung negara meliputi bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.
a. Bangunan sederhana, merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan spesifikasi sederhana.
b. Bangunan tidak sederhana, merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan spesifikasi tidak sederhana.
c. Bangunan khusus, merupakan bangunan gedung negara dengan fungsi, teknologi, dan spesifikasi khusus.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan gedung negara diatur dengan Peraturan Menteri.
BANGUNAN SEDERHANAadalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun
BANGUNAN TIDAK SEDERHANAadalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun
BANGUNAN KHUSUS
adalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus Masa penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
PENGERTIANPERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
Bangunan Gedung Kantor yang sudah ada disain prototipe-nya / sd. 2 lantai
Rumah Dinas Tipe C,D, dan E Pelayanan kesehatan: Puskesmas Pendidikan: lanjutan dan dasar sd. 2 lantai
Klas Klas Penggunaan BangunanPenggunaan Bangunan
SEDERHANASEDERHANA
TIDAKTIDAKSEDERHANASEDERHANA
KHUSUSKHUSUS
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bangunan Gedung Kantor belum ada prototipe -nya / diatas 2 lantai
Rumah Dinas Tipe A & B, atau C,D & E yang bertingkat
Rumah Sakit Klas A & B Universitas/Akademi Istana Negara/Wisma Negara Instalasi Nuklir Laboratorium Bangunan Monumental
Klasifikasi bangunan khusus, ditetapkan
berdasarkan rincian anggaran biaya (RAB)
yang dihitung tersendiri sesuai dengan
kebutuhan dan kewajaran harga yang
berlaku.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
1. Standar luas gedung kantor;
a. Standar luas ruang gedung kantor, adalah:
1). Rata-rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel (Catt: Untuk Klasifikasi Bangunan tidak sederhana)
2). Rata-rata 9,6 (sembilan koma enam) meter persegi per personel (Catt: Untuk Klasifikasi Bangunan sederhana) b. Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan, luasnya dihitung secara tersendiri berdasarkan analisis kebutuhan
c. Rincian standar luas ruang gedung kantor dan ruang penunjang tercantum dalam lampiran I. (Penambahan 25% Luas Ruang Untuk Sirkulasi)
B. Standar Luas Bangunan Gedung Negara PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 6, 7, 8, 9.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Luas bangunan gedung negara diatur dengan Peraturan Menteri.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
B. STANDAR LUAS BGN1. GEDUNG KANTOR
a. klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per - personil;b. klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per- personil;c. ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat,
kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebutuhan ruang)diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung
2. RUMAH NEGARA
Tipe Luas Bangunan Luas lahan Khusus 400 m2 1 000 m2A 250 m2 600 m2B 120 m2 350 m2C 70 m2 200 m2D 50 m2 120 m2E 36 m2 100 m2
TIPE
PENGGUNA
KHUSUS- Menteri - Pimpinan Lembaga Tinggi Negara
A- Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal- Pejabat yang setingkat- Anggota Lembaga Tinggi Negara/Dewan
B
- Direktur/Kepala Pusat/Kepala Biro- Pejabat yang setingkat- Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/d dan IV/e
C - Kepala Sub Direktorat/Kepala Bagian/Kepala Bidang- Pejabat yang setingkat- Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/a dan IV/c
D - Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian/Kepala Sub Bidang- Pejabat yang setingkat- Pegawai Negeri Sipil Gol. III
E - Pegawai Negeri Sipil Gol I dan Gol II
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
JABATAN
LUAS RUANG (m2)KETERANGAN
R. KERJA
R. PENUNJANG JABATANR. PELAYANAN
JABATAN
JMLR.
TAMUR.
RAPATR.
TUNGGUR.
ISTIRAHATR.
SEKRETR.
STAFR.
SIMPANR.
TOILETJML
STAFCATATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1Menteri/ Ketua Lembaga
28.00 40.00 40.00 60.00 20.00 15.00 24.00 14.00 6.00 247.00 8
R.Staf pada setiap jabatan
diperhitungkan berdasarkan jumlah
personel @ 2,2 - 3 m2/
personel, sesuai dengan tingkat
jabatan dan kebutuhan dari masing-masing
K/L
2 Wakil Menteri 16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00 5
3Eselon IA/ Anggota Dewan
16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00 5
4 Eselon I B 16.00 14.00 20.00 9.00 5.00 7.00 4.40 5.00 3.00 83.40 2
5 Eselon II A 14.00 12.00 14.00 12.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 74.40 2
6 Eselon II B 14.00 12.00 10.00 6.00 5.00 5.00 4.40 3.00 3.00 62.40 2
7 Eselon III A 12.00 6.00 3.00 3.00 R.
Toilet ber
sama
24.00 0
8 Eselon III B 12.00 6.00 3.00 21.00 0
9 Eselon IV 8.00 8.80 2.00 18.80 4
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTORA. RUANG KANTOR
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTORA. RUANG KANTOR
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
JENIS RUANG LUAS KETERANGAN1 2 3
1 Ruang Rapat Utama Kementerian
140 m2 Kapasitas 100 orang
2 Ruang Rapat Utama Es. I 90 m2 Kapasitas 75 orang
3 Ruang Rapat Utama Es. II 40 m2 Kapasitas 30 orang
4 Ruang Studio 4 m2/ orang Pemakai 10% dari staf
5 Ruang Arsip 0.4 m2/ orang Pemakai seluruh staf
6 WC/ Toilet 2 m2/ 25 orang Pemakai Pejabat Es. V sd Es. III dan seluruh staf
7 Musholla 0.8 m2/ orang Pemakai 20% dari jumlah personel
B. RUANG PENUNJANG
3. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Anggota DPRD disetarakan dengan ruang kantor / ruang penunjang Eselon IIA.
2. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Walikota/Bupati disetarakan dengan ruang kantor / ruang penunjang Eselon IA.
Keterangan : 1. Untuk ruang kantor / ruang penunjang Gubernur disetarakan dengan
ruang kantor / ruang penunjang Menteri.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
C. SIRKULASI 25% X (JUMLAH A + B)
Keterangan:
1. Standar luas ruang tersebut diatas merupakan acuan dasar, yang dapat disesuaikan berdasarkan fungsi/sifat tiap eselon/jabatan.
2. Luas ruang kerja untuk Satuan Kerja dan Jabatan Fungsional dihitung tersendiri sesuai dengan kebutuhan di luar standar luas tersebut di atas.
3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, seperti Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, kebutuhannya dihitung tersendiri, di luar standar luas tersebut di atas.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Keterangan 1.Untuk: a. Rumah Jabatan Gubernur disetarakan dengan Rumah Tipe Khusus, kecuali luas tanah 2000m2. b. Rumah Jabatan Bupati/Walikota disetarakan dengan Rumah Negara Tipe A, kecuali luas tanah 1000m2.
Rumah Jabatan Gubernur/Bupati/Walikota dapat ditambahkan luas ruang untuk Ruang Tamu Besar /Pendopo yang dihitung sesuai kebutuhan dan kewajaran.
2.Sepanjang tidak bertentangan dengan luasan persil yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, toleransi kelebihan tanah yang diizinkan untuk: - DKI Jakarta : 20 % - Ibukota Provinsi : 30 % - Ibukota Kabupaten/Kota : 40 % - Pedesaan : 50 %
3. Untuk rumah susun negara yang dibangun dalam wujud rumah susun, luas per unit bangunannya diperhitungkan dengan mengurangi luas garasi mobil (untuk tipe Khusus, A, dan B). Kebutuhan garasi mobil disatukan dalam luas parkir basement dan/atau halaman
C. Standar Jumlah Lantai Bangunan Gedung Negara PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 10.
1. Jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan paling banyak 8 (delapan) lantai.
2. Jumlah lantai rumah negara yang tidak berupa rumah susun ditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai.
3. Bangunan gedung negara yang dibangun lebih dari 8 (delapan) lantai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri.
4. Jumlah lantai bangunan gedung negara yang berpengaruh pada Koefisien /faktor pengali jumlah lantai bangunan, besarannya ditetapkan oleh Menteri.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Jumlah Lantai Bangunan Koefisien / Faktor Pengali
Bangunan 2 Lantai 1,090Bangunan 3 Lantai 1,120Bangunan 4 Lantai 1,135Bangunan 5 Lantai 1,162Bangunan 6 Lantai 1,197Bangunan 7 Lantai 1,236Bangunan 8 Lantai 1,265
Tabel Koefisien / Faktor Pengali Jumlah Lantai bangunan, sbb:
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Standar Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara
1.Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota.
2.Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta.
3.Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara dihitung berdasarkan formula perhitungan standar harga satuan tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri.
D. Standar Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara (HSBGN) PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 15.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
D. STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI (HSBGN)
Bab IV. B PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
Standar Harga Satuan Tertinggi merupakan biaya per-m2 pelaksanaan konstruksi maksimum untuk pembangunan bangunan gedung negara, khususnya untuk pekerjaan standar bangunan gedung negara, yang meliputi pekerjaan struktur, arsitektur dan finishing, serta utilitas bangunan gedung negara.
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Standar Harga Satuan Tertinggi pembangunan bangunan gedung negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.
HSBGN : Standar Harga Satuan Tertinggi BGNVn : Kuantitas (Volume) komponen bangunan
Pek. StandarLtb : Luas total lantai bangunan Hn : Harga komponen bangunan Pek. StandarK : Koefisien jumlah lantai
HSBGN =∑ Vn X Hn
Ltb X K
MODEL FORMULA HSBGN
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Standar Harga Satuan Tertinggi ditetapkan sesuai dengan klasifikasi, lokasi, dan tahun pembangunannya, yang terdiri atas:
Pembangunan Bangunan Gedung Negara Klasifikasi Sederhana dan Tidak Sederhana Pembangunan Bangunan Rumah Negara Pembangunan Pagar Bangunan Gedung Negara
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Struktur Arsitektur Finishing Utilitas
PEKERJAAN STANDAR bangunan gedung negara meliputi pekerjaan :
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
NoKOMPONEN BANGUNAN
SUB KOMPONEN BANGUNAN
BOBOT (%) TAHAPAN
TERHADAP SELURUH
BANGUNAN
BOBOT MAKSIMUM
BOBOT YANG DI BANGUN
NILAI (%)
1. Pondasi PONDASI 10.00% 100.00%
2. StrukturKOLOM, BALOK & RING BALK 27.00% 100.00%
PLESTERAN 2.00% 100.00%
3. A t a pRANGKA ATAP 8.00% 100.00%
PENUTUP ATAP 2.00% 100.00%
4. Langit-LangitRANGKA LANGIT-LANGIT 3.50% 100.00%
PENUTUP LANGIT-LANGIT 4.50% 100.00%
5. Dinding
BATU BATA/ PARTISI 4.50% 100.00%
PLESTERAN 1.75% 100.00%
KACA 1.25% 100.00%
PINTU 1.00% 100.00%
KOSEN 1.50% 100.00%
6 Lantai PENUTUP LANTAI 10.00% 100.00%
7. Utilitas
INSTALASI LISTRIK 5.00% 100.00%
INSTALASI AIR 1.50% 100.00%
DRAINASE LLIMBAH 1.50% 100.00%
8. Finishing
FINISHING STRUKTUR (CAT) 1.00% 100.00%
FINISHING LANGIT-LANGIT (CAT) 4.00% 100.00%
FINISHING DINDING (CAT) 6.00% 100.00%
FINISHING PINTU/ KOSEN (CAT) 4.00% 100.00%
JUMLAH NILAI PEKERJAAN STANDAR 100.00%
NO URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANSEDERHANA
TIDAK SEDERHANA KHUSUS
A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m, untuk bangunan bertingkat dihitung berdasarkan pertimbangan
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.Berdasarkan pertimbangankeselamatan, kesehatan, dan kenyamanan, serta ketentuan dalam Peraturan Daerahsetempat tentang Bangunan atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang bersangkutan
2. Ketinggian Bangunan maksimum 2 lantai maksimum 8 lantai (di atas 8 lantai harus men dapat rekomendasi Menteri Pekerjaan Umum
3. Ketinggian Langit-langit min. 2,80 m min. 2,80 m sesuai fungsi
4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
5. Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
6. Koefisien Dasar Hijau Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
7. Garis sempadan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi & kaidah arsitektur sederhana
sesuai fungsi & kaidaharsitektur
sesuai fungsi & kaidaharsitektur
9. Pagar Halaman **) Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, dan bahan lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan.
10. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan *) Dihitung berdasarkankebutuhan sesuai fungsibangunan danSNI/ketentuan yangberlaku.
- parkir kendaraan minimal 1 parkir kendaraan untuk 60 m2 luas bangunan gedung
- aksesibiltas tersedia sarana aksesibilitas bagi penyandang cacat
- drainase tersedia drainase sesuai SNI yang berlaku
- pembuangan sampah tersedia tempat pembuangan sampah sementara
- pembuangan limbah tersedia sarana pengolahan limbah, khususnya untuk limbah berbahaya
- penerangan halaman tersedia penerangan halaman
TABEL A1SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
TABEL A1SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
NO URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANSEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
B PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
1. Bahan Penutup Lantai
keramik, vinil, tegel PC
marmer lokal, keramik, vinil,kayu
marmer lokal, keramik, vinil,kayu
Diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, ter
masuk bahan bangunan seba gai bagian dari sistem pabrik asi
komponen. Apabila bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak sesuai, dapat
diganti dengan bahan lain yang sederajat tanpa meng -urangi persyaratan fungsi dan mutu dengan pengesahan Instansi
Teknis Setempat
2. Bahan Dinding Luar
bata, batako diplester dan dicat, kaca
bata, batako diplester dicat /dilapis keramik, kaca,panil beton ringan
bata, batako diplester dicat/dilapis keramik, kaca,panil beton ringan
3. Bahan Dinding Dalam
bata, batako diples ter dan dicat, kaca, partisi kayu lapis
bata, batako diplester dicat/ dilapis keramik, kaca, partisi gipsum
bata, batako diplester dicat/ dilapis keramik, kaca partisi gipsum
4. Penutup Plafond kayu-lapis dicat gipsum, kayu-lapis dicat gipsum, kayu-lapis dicat5. Bahan Penutup Atap
genteng, asbes, seng, sirap
genteng keramik, alum unium gelombang dicat
genteng keramik, alum unium gelombang dicat
6. Bahan Kosen dan Daun Pintu
kayu dicat/ aluminium kayu dipelitur, anodizedaluminium
kayu dipelitur, anodizedaluminium
C PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN
1. Pondasi batu belah, kayu, beton bertulang K-200
batu belah, kayu, beton bertulang K-225 atau lebih
batu belah, kayu, beton bertulang K-225 atau lebih
Khusus untuk daerahgempa, harus
direncanakan sebagaistruktur bangunan tahan
gempa.
2. Struktur Lantai (untuk bangunan bertingkat)
beton bertulang K-225 atau lebih,baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 atau lebih,baja,kayu klas kuat II
3. Kolom beton bertulang K-200 baja, kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 atau lebih,baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 atau lebih,baja,kayu klas kuat II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 atau lebih,baja,kayu klas kuat II
beton bertulang K-225 atau lebih, baja, kayu klas kuat II
5. Rangka Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja dilapis anti karat
kayu klas kuat II, baja dilapis anti karat
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap min.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirap min.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
NO URAIAN KLASIFIKASI
KETERANGANSEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
D PERSYARATAN UTILITAS dan PRASARANA DAN SARANA DALAM BANGUNAN
1. Air Bersih PAM, sumur pantek
2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan
3. Pembuangan Air Kotor bak penampung
4. Pembuangan Kotoran bak penampung
5. Bak SeptikTank & resapan berdasarkan kebutuhan
6. Sarana Pengamanan thp. Bahaya Kebakaran *)
Mengkuti ketentuan dalam PERMEN PU tentang penanggulangan, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku
7. Sumber daya listrik *) PLN, Generator (harus memperhatikan prinsip hemat energi)
8. Penerangan penerangan alam dan buatan
100-215 lux/m2, dihitung berdasarkan kebutuhan dan fungsi Bangunan /fungsi ruang serta SNI yang berlaku
9. Tata Udara 6-10% bukaan atau dengan tata udara buatan (AC*) dihitung sesuai SNI yang berlaku.
10. Sarana Transportasi Vertikal *)
tidak diperlukan untuk bangunan di atas 4 lantai dapat menggunakan Lift , sesuai SNI yang berlaku
dihitung sesuai kebutuhan dan fungsi bangunan
11. Aksesibilitas bagi penyandang cacat*)
Sesuai ketentuan dalam Per.Men. PU No. 30/KPTS/2006, minimal ramp untuk bangunan klasifikasi sederhana.
12. Telepon *) sesuai kebutuhan
13. Penangkal petir penangkal petir lokal
E PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN
1. Tangga Penyelamatan (khusus untuk bangunan bertingkat)
lebar minimal = 1, 20 m, dan bukan tangga putar jarak antar tangga aksimum 45 m (jarak bisa 1,5 kali bila menggunakan sprinkler)
2. Tanda Penunjuk Arah jelas, dasar putih huruf hijau
3. Pintu lebar min.=0,90 m, satu ruang minimal 2 pintu dan membuka keluar
4 Koridor/selasar lebar min.=1,80 m
NO URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANKhusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
B
1. Jarak Antar Bangunan minimal 3 m, untuk bangunan bertingkat dihitung berdasarkan pertimbangan keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.
Terutama berdasarkanketentuan dalamPeraturan Daerahsetempat tentangBangunan atauRencana Tata RuangWilayahKabupaten/Kota untuklokasi yangbersangkutan.
2. Ketinggian Bangunan
3. Ketinggian Langit-langit min. 2,70 m min. 2,70 m min. 2,70 m
4. Koefisien Dasar Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
5. Koefisien Lantai Bangunan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
6. Koefisien Dasar Hijau Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
7. Garis sempadan Sesuai ketentuan Peraturan Daerah setempat
8. Wujud Arsitektur sesuai fungsi rumah & kaidah arsitektur
sesuai fungsi rumah & kaidah arsitektur
sesuai fungsi & kaidah arsitektur sederhana
9. Pagar Halaman **) Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, dan bahan lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur rumah
negara
Biayanya mengikutistandar harga satuanper-m' pagar
10. Tandon Air min. 3 m3 min. 2 m3 min. 1 m3
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
Diupayakanmenggunakan bahanbangunan setempat/produksi dalam negeri,termasuk bahanbangunan sebagaibagian dari sistempabrikasi komponen.
1. Bahan Penutup Lantai marmer lokal, keramik, vinil,kayu
keramik, vinil keramik, vinil, Tegel PC
2. Bahan Dinding bata, batako diplester dan dicat tembok
3. Penutup Plafond Gipsum, asbes semen/ kayu-lapis dicat asbes semen/kayu-lapis dicat
4. Bahan Penutup Atap genteng keramik berglazuur asbes, seng, sirap
genteng, asbes, seng, sirap
genteng, asbes, seng, sirap
5. Bahan Kosen dan Daun Pintu/ Jendela kayu dipelitur/dicat kayu dicat kayu dicat
TABEL A2SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
TABEL A2SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
NO URAIANKLASIFIKASI
KETERANGANKhusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
C PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN
1. Pondasi batu belah, kayu klas kuat / awet II, beton-bertulang
batu belah, kayu klas kuat/ awet II, beton-bertulang
batu belah, kayu klas kuat/ awet II, beton-bertulang
Khusus untuk daerahgempa, harus
direncanakan sebagaistruktur bangunan tahan
gempa.
2. Struktur Lantai (untuk bangunan bertingkat)
beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
beton bertulang K-200, baja, kayu klas kuat/awet II
5. Rangka Atap kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja6. Kemiringan Atap
genteng min. 30 , sirap min.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirap min.22.5, seng min 15
genteng min. 30 , sirapmin.22.5, seng min 15
D PERSYARATAN UTILITAS dan PRASARANA DAN SARANA DALAM BANGUNAN
1. Air Bersih PAM, sumur pantek
2. Saluran air hujan talang, saluran lingkungan
3. Pembuangan Air Kotor bak penampung Untuk Rumah Negarayangdibangun dalam 1kompleks menggunakanseptiktank Komunal
4. Pembuangan Kotoran bak penampung
5. Bak SeptikTank & resapan 6 m3 5 m3
2 - 4 m3
6. Sarana pengamanan thp.Bahaya kebakaran *)
Mengkuti ketentuan dalam PERMEN PU tentang penanggulangan, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku
7. Sumber daya listrik *) PLN, 2200-4400 VA PLN, 1350-2200 VA PLN, 450-1350 VA
8. Penerangan penerangan alam dan buatan 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2 100-215 lux/m2
9. Tata Udara 6-10% bukaan atau dengan tata udara buatan (AC)*)
6-10% bukaan 6-10% bukaan
12. Telepon *) sesuai kebutuhan
13. Penangkal petir penangkal petir lokal
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
NO URAIAN KLASIFIKASI
KETERANGANKhusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
E PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN
1. Tangga Penyelamatan (khusus untuk bangunan bertingkat)
lebar min.=1, 20m
2. Tanda Penunjuk Arah Tidak dipersyaratkan 3. Pintu lebar min.=0,90 m 4 Koridor/selasar lebar min.=1,80 m
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m2, dan harus dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
3. Apabila bahan-bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak sesuai, dapat diganti dengan bahan lain yang sederajat tanpa mengurangi persyaratan fungsi dan mutu dengan pengesahan Instansi Teknis Setempat.
1. Untuk Rumah Negara klas C, D, dan E, pelaksanaan pembangunannya disamping seperti ketentuan pada tabel tersebut diatas, dibangun berdasarkan "Dokumen Pelelangan Disain Prototip Daerah Setempat" yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya atau meng gunakan disain Perum Perumnas yang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya.
2. Untuk bangunan rumah negara yang dibangun dalam bangunan gedung bertingkat banyak (rumah susun), maka ketentuan-ketentuan teknisnya mengikuti ketentuan teknis untuk bangunan gedung negara sesuai ketentuan yang berlaku.
1. Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga /SKPD harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk pengelolaan teknis.
2. Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat.
3. Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan kegiatan pembangunan bangunan gedung negara di bidang teknis administratif.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan teknis diatur dengan Peraturan Menteri.
PENGELOLA TEKNIS
Pengelolaan TeknisPERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 11.
BIAYA PEMBANGUNAN BGNBIAYA PEMBANGUNAN BGN
BIAYABIAYAPEMBANGUNANPEMBANGUNAN
BGNBGN
BIAYA BIAYA PEKERJAANPEKERJAAN
STANDARSTANDAR
BIAYA BIAYA PEKERJAANPEKERJAAN
NON-STANDARNON-STANDAR
PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 14
PEKERJAAN STANDAR BGNPEKERJAAN STANDAR BGN
Pekerjaan Standar BGN
meliputi pekerjaan : struktur, arsitektur , finishing, utilitasDihitung berdasarkan:standar harga satuan tertinggi berdasarkan klasifikasi bangunan gedung negara;koefisien faktor pengali jumlah lantai bangunan; danluas bangunan
Biaya Pek. Standar = (HSBGN) (K) (Ltb)
HSBGN : Standar Harga Satuan Tertinggi BGNLtb : Luas total lantai bangunan K : Koefisien jumlah lantai
PERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 14
Biaya Pekerjaan Non StandarPERPRES No. 73 Tahun 2011 Pasal 16
- dihitung berdasarkan kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar.-Total biaya non-standar maksimum 150% dari total biaya standar BGN-Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri
Biaya Pek. Non StandarPERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
- dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar , setelah berkonsultasi kepada Instansi Teknis setempat;- Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi, pengawasan pekerjaan non-standar, dihitung (berdasarkan billing-rate)
PEKERJAAN NON STANDARPEKERJAAN NON STANDAR
Biaya non-standar digunakan untuk:
1. Perizinan selain IMB;
2. Penyiapan dan pematangan lahan;
3. Peningkatan arsitektur dan/atau struktur bangunan;
4. Pekerjaan khusus kelengkapan bangunan;
5. Pekerjaan khusus bangunan gedung ramah lingkungan (greenbuilding); dan/atau
6. Penyambungan utilitas
PEKERJAAN NON STANDARPEKERJAAN NON STANDAR
Total biaya tertinggi pekerjaan non-standar maksimum sebesar 150% dari biaya pekerjaan standar, dan dapat berpedoman pada :
Jenis pekerjaan ProsentaseAlat Pengkondisian Udara 10-20% dari XElevator/Escalator 8-12% dari XTata Suara (Sound System) 3-6% dari XTelepon dan PABX 3-6% dari XInstalasi IT (Informasi & Teknologi) 6-11 % dari XElektrikal (termasuk genset) 7-12% dari XSistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari XSistem Penangkal Petir Khusus 2-5% dari XInstalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 2-4% dari XInterior (termasuk furniture) 15-25% dari XGas Pembakaran 1-2% dari XGas Medis 2-4% dari XPencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari XPondasi dalam 7-12% dari XFasilitas penyandang cacat & kebutuhan khusus 3-8% dari XSarana/Prasarana Lingkungan 3-8% dari X
Basement (per m2) 120% dari YPeningkatan Mutu *) 15-30% dari Z
KOEFISIEN/FAKTOR PENGALIBANGUNAN/RUANG DENGAN FUNGSI KHUSUS
BAB IV.D.2 Permen PU No. 45/PRT/M/2007
Fungsl Bangunan/Ruang Harga Satuan per-m2 TertinggiICU/ICCU/UGD/CMU 1,50 standar harga bangunan
Ruang Operasi 2,00 standar harga bangunan
Ruang Radiology 2,00 standar harga bangunan
Rawat inap 1,10 standar harga bangunan
Laboratorium 1,10 standar harga bangunan
Ruang Kebidanan dan Kandungan 1,20 standar harga bangunanRuang Gawat Darurat 1,10 standar harga bangunan
Power House 1,25 standar harga bangunan
Ruang Rawat Jalan 1,10 standar harga bangunan
Dapur dan Laundri 1,10 standar harga bangunan
Bengkel 1,00 standar harga bangunan
Lab. SLTP/SMA/SMK 1,15 standar harga bangunan
Selasar Luar Beratap/Teras 0,50 standar harga bangunan
BIAYA NON STANDAR FUNGSI KHUSUS
BIAYA NON STANDAR LAINNYA
a. Penyiapan lahan;
Biaya non-standar lainnya, meliputi biaya untuk:
b. Pematangan lahan;
j. ……………….
c. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)d. Penyusunan rencana induk (masterplan);
e. Penyusunan studi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);f. Biaya Penyambungan Utilitas (Air, Listrik, Telpon,ddsb);
g. Penyelidikan tanah yang terperinci;
h. Biaya pengelolaan kegiatan, perencanaan, dan pengawasan
untuk perjalanan dinas ke wilayah/lokasi kegiatan yang sukar pencapaiannya/dijangkau oleh sarana transportasi (remote
area);i. Perizinan-perizinan khusus karena sifat bangunan, lokasi/letak
bangunan, ataupun karena luas lahan;
BIAYA NON STANDAR LAINNYA
k. Biaya Konsultan VE, apabila Satuan Kerja menghendaki pelaksanaan VE dilakukan oleh konsultan independen;
Biaya non-standar lainnya dihitung berdasarkan kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar.
l. Biaya Pekerjaan khusus bangunan gedung ramah lingkungan (green building);
j. Biaya Konsultan studi penyusunan program pembangunan
bangunan gedung negara, untuk bangunan gedung yang penyusunannya memerlukan keahlian konsultan;
BIAYA KESELURUHAN BANGUNANBIAYA KESELURUHAN BANGUNAN
BIAYA KESELURUHAN BANGUNAN
BIAYA KONSTRUKSI FISIK
BIAYA MK/
BIAYA PENGAWASAN
BIAYA PERENCANAAN
BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN
BIAYA PEKERJAANSTANDAR
BIAYA PEKERJAANNON STANDARmax 150% dari HSBGNPerpres 73 Pasal 16, (3)
HSBGN
BIAYA KONSTRUKSI FISIK
Bab IV. C.1.d PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
Biaya konstruksi fisik ditetapkan (dalam kontrak) dari hasil pelelangan maksimum sebesar biaya konstruksi fisik yang tercantum dalam dokumen pembiayaan bangunan gedung negara, yang di dalamnya termasuk biaya :
1) pelaksanaan pekerjaan di lapangan (material, tenaga, dan alat);2) jasa dan overhead;3) lzin Mendirikan Bangunan (IMB)4) pajak dan iuran daerah lainnya; dan5) biaya asuransi selama pelaksanaan konstruksi.