analisis artikel endokrin

6
TERAPI HIPERBARIK PADA PERAWATAN LUKA LATAR BELAKANG Seperti yang kita ketahui bahwa kaki diabetik terjadi akibat kendali kadar gula darah yang buruk. Kadar gula darah yang buruk memicu kerusakan saraf dan pembuluh darah. Saraf yang rusak membuat penderita diabetes tidak bisa merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin, sehingga luka di kaki menjadi semakin parah. Kondisi ini disebut dengan neuropati, yang disebabkan oleh kerusakan saraf perifer (motorik dan serabut sensoris) dan otonom. Pasien yang mengalami masalah tersebut (disfungsi saraf perifer) bisa mengalami trauma sendi, dan tanpa sadar melukai diri sendiri berulang kali. Sedangkan disfungsi saraf otonom menyebabkan keringat menurun. Kekeringan ini mengakibatkan celah dan retak pada kulit kaki sehingga memungkinkan terjadinya infeksi. Terapi oksigen hiperbarik juga sebagai terapi penunjang pada penyembuhan luka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini terlihat dari jaringan yang hipoksia memperlihatkan respon yang baik pada terapi oksigen hiperbarik. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik didasarkan pada mekanisme terapi tersebut yang merangsang terjadinya perbaikan jaringan dengan cara peningkatan tekanan oksigen, mekanisme kerja leukosit, hiperokdigenasi, neovaskularisasi, hiperoksia dan aktivitas osteoklas.

Upload: bety-ayu-astuti

Post on 13-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

i

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Artikel Endokrin

TERAPI HIPERBARIK PADA PERAWATAN LUKA

LATAR BELAKANG

Seperti yang kita ketahui bahwa kaki diabetik terjadi akibat kendali kadar gula

darah yang buruk. Kadar gula darah yang buruk memicu kerusakan saraf dan

pembuluh darah. Saraf yang rusak membuat penderita diabetes tidak bisa merasakan

sensasi sakit, panas, atau dingin, sehingga luka di kaki menjadi semakin parah.

Kondisi ini disebut dengan neuropati, yang disebabkan oleh kerusakan saraf perifer

(motorik dan serabut sensoris) dan otonom. Pasien yang mengalami masalah tersebut

(disfungsi saraf perifer) bisa mengalami trauma sendi, dan tanpa sadar melukai diri

sendiri berulang kali. Sedangkan disfungsi saraf otonom menyebabkan keringat

menurun. Kekeringan ini mengakibatkan celah dan retak pada kulit kaki sehingga

memungkinkan terjadinya infeksi.

Terapi oksigen hiperbarik juga sebagai terapi penunjang pada penyembuhan

luka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini terlihat

dari jaringan yang hipoksia memperlihatkan respon yang baik pada terapi oksigen

hiperbarik. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik didasarkan pada mekanisme terapi

tersebut yang merangsang terjadinya perbaikan jaringan dengan cara peningkatan

tekanan oksigen, mekanisme kerja leukosit, hiperokdigenasi, neovaskularisasi,

hiperoksia dan aktivitas osteoklas.

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT = Hyperbaric Oxygen Therapy) merupakan

suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% oksigen kepada pasien dalam

suatu hyperbaric chamber/ ruangan hiperbarik yaitu suatu ruangan yang memiliki

tekanan lebih dari udara atmosfir normal (1 atm atau 760 mmHg). Dalam kondisi

normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh. Tekanan udara yang

tinggi, akan menyebabkan jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah

meningkat hingga 400%.

Terapi oksigen hiperbarik dapat memberikan manfaat fisiologis untuk pasien

dengan luka ulkus antara lain: peningkatan oksigenasi pada daerah yang luka dan

terancam luka, membangkitkan jaringan granulasi, membunuh organisme dan

meningkatkan fagositosis.

Page 2: Analisis Artikel Endokrin

ANALISIS

Hasil analisa dari artikel tersebut bahwa jaringan yang rusak atau cedera harus

diperbaiki, baik melalui regenerasi sal atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari

kedua jenis perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah yang rusak agar integritas

struktural jaringan pulih kembali, yang berperan dalam proses penyembuhan luka itu

salah satunya adalah oksigen.

Oksigen juga diperlukan untuk mempertahankan integritas sel, fungsi

metabolisme sel dan perbaikan pada jaringan yang luka. Oksigen tidak hanya

diperlukan sebagai energi pada proses metabolisme tapi juga sangat diperlukan oleh

sel PMN, proliferasi fibroblast, dan deosisi kolagen. Pada proses penyembuhan luka

suplai oksigen yang cukup sangat diperlukan untuk sintesis kolagen dan perbaikan

jaringan.

Terapi oksigen hiperbarik juga melibatkan mengekspos tubuh untuk 100

persen oksigen pada tekanan yang lebih besar daripada apa yang biasanya pasien

alami.  Dengan menggunakan Terapi Oksigen Hiperbarik, lebih banyak oksigen akan

dapat dimasukkan ke dalam plasma darah, menghasilkan pengiriman lebih banyak

oksigen ke dalam jaringan tubuh yang akhirnya meningkatkan penyembuhan dan

menolong tubuh untuk melawan infeksi.

 Hal ini mengakibatkan naiknya konsentrasi oksigen dalam jaringan selama 2

sampai 4 jam setelah terapi dan menghasilkan penurunan pembengkakan anggota

tubuh secara signifikan (20%) dan percepatan pembentukan kapilari (20%) bersama

sama dengan penumpukan kalogen (angiogenesis). Lingkungan yang kaya akan

oksigen juga memfasilitasi sel darah puih untuk membunuh mekanisme dalam

lingkungan ischeamic dan juga penetralan racun serta memperlambat atau

menghalangi pertumbuhan bakteri. Hyperoxygenation juga mambantu peredaran

antibiotic (misalnya aminoglycosides) ke dinding sel bakteri.

Menurut dari hasil penelitian tersebut yang disebutkan oleh Mayor Laut (K)

Titut Harnanik bahwa selama menjalani terapi HBO, pasien tetap mengonsumsi obat.

Setelah menjalani HBO, terjadi penurunan gula darah secara signifikan. Jika biasanya

tak pernah kurang dari 200 miligram per desiliter (mg/dl), kadar gula darah mereka

bisa sampai 60 mg/dl. Maka dosis obat harus diturunkan.

Di luar penelitian itu, Titut punya pasien diabetes tipe I (mengalami kerusakan

pada fungsi pankreas sehingga tak bisa menghasilkan insulin). Setelah menjalani

HBO beberapa waktu, pasien yang harus disuntik insulin itu bisa lepas dari

Page 3: Analisis Artikel Endokrin

ketergantungan pada insulin dari luar. Itu membuktikan bahwa HBO dapat

mengembalikan fungsi pankreas sebab sifat antioksidan pada oksigen.

Selain itu juga dituturkan oleh Suyanto Sidik, dokter spesialis penyakit dalam

dari RS TNI AL dr Mintohardjo, HBO bersifat memperbaiki jumlah oksigen di dalam

tubuh. Diabetes, tutur Suyanto, membuat kondisi pembuluh darah penderitanya buruk

sehingga aliran darah tak lancar. Contohnya, ada pasien diabetes dengan luka terbuka

yang tak sembuh atau tak kunjung kering. Hal itu terjadi karena pembuluh darah tak

mendapat pasokan oksigen sehingga tak berfungsi normal dalam memperbaiki

kerusakan sel.

Tekanan pada terapi hiperbarik bermanfaat untuk meningkatkan penetrasi

antibiotik, meningkatkan produksi kolagen fibroblast untuk mendukung angiogenesis

kapiler sehingga mempercepat penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik

memberikan efek bakteriostatik langsung pada mikroorganisme anaerobik.

Meningkatnya tekanan dan volume oksigen menimbulkan oksigenasi pada

jaringan yang mengalami kekurangan pasokan oksigen (hipoksia). Dampak lain,

terjadinya pembaruan pembuluh darah, mendorong perkembangbiakan sel, dan

meningkatkan ”kemampuan tempur” sel darah putih (leukosit).

Penelitian juga menunjukkan bahwa HBOT memangkas setengah biaya

perawatan untuk luka ulkus, dan efektif mencegah amputasi. Menghindari biaya

rehabilitasi dan penghematan tambahan yang dibutuhkan dalam mencegah re-

amputasi atau revisi tunggul merupakan manfaat tambahan. Tindak lanjut dari pasien

ini selama satu hingga enam tahun (rata-rata 30 bulan) telah menunjukkan daya tahan

92 persen. Artinya, pasien mampu berjalan tanpa lesi atau masalah lebih lanjut.

Sumber :

Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson. Diabetes mellitus. Harrison’s

principles of internal Medicine. 16nd ed. New York; Mc Grawn Hill; 2005 p. 2168-9.

Sudoyo AW,  Setiohady B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Kaki Diabetik. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2006 p.1911-15.

Heyneman CA, Liday CL. Using Hyperbaric Oxigen to Treat Diabetic Foot Ulcer.

Critical Care Nurse 2002; 22; 52-8.