analisis an hama menggunakan model climex
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 Analisis an Hama Menggunakan Model Climex
1/6
ANALISIS PENYEBARAN HAMA MENGGUNAKAN MODEL CLIMEX
(Studi Kasus: Sisyphus spinipesdi Cirebon)
Adhitya Novianto (G24080066)
Departemen Geofisika Dan Meteorologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme,
dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan jugadapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi
agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Dalam pertanian, hama adalah
organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke
dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Sisyphus spinipes biasa disebutkumbang Scarab atau kumbang kotoran (Dung
beetle) (Engkis dalam bahasa Jawa). Kumbang tinja scarabaeids (scarabaeids
dungbeetles) merupakan salah satu kelompok dalam famili Scarabaeidae (Insecta:
Coleoptera) yang dikenal karena hidupnya pada tinja (Borror et al., 1992). Kumbang ini
mudah dikenali dengan bentuk tubuhnya yang cembung, bulat telur atau memanjang
dengan tungkai bertarsi 5 ruas dan sungut 8-11 ruas dan berlembar. Pada kelompok
kumbang pemakan tinja bentuk kaki ini khas sebagai kaki penggali (Borror et al., 1989).
Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 1000 jenis kumbangs car ab (Noerdjito,
2003).
Serangga ini hidup di berbagai habitat berbeda mulai gurun, lahan pertanian,
hutan, dan padang rumpu. Kumbang Scarab memakan kotoran diekskresikan oleh
herbivora dan omnivora, juga memakan jamur dan daun membusuk dan buah-buahan.
Pemakan kotoran ini tidak perlu makan atau minum apa pun, karena kotoran cukup
menyediakan semua nutrisi yang diperlukannya. Kebanyakan kumbang kotoran mencari
makan menggunakan indra sensitif penciuman mereka. Setelah menangkap kotoran,
seekor kumbang Scarab akan menggulingkan bola kotoran. Kumbang Dung ini dapat
menggelelindingkan beban hingga 50 kali berat badan mereka.
-
8/6/2019 Analisis an Hama Menggunakan Model Climex
2/6
Kota Cirebon terletak pada 641 LS 10833 BT pantai Utara Pulau Jawa, bagian
timur Jawa Barat. Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan
dengan wilayah perbukitannya dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan
(32%) dan tanah pertanian (38%). Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan
suhu udara minimum rata-rata 22,3C dan maksimun rata-rata 33,0C dan banyaknya
curah hujan 1.351 mm per tahun dengan hari hujan 86 hari. Kelembaban udara berkisar
antara 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret
dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus. Musin hujan jatuh pada bulan
Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.
STASIUN IKLIM JATIWANGI (CIREBON)
GARIS LINTANG: 7.4 LS DATA-DATA KLIMATOLOGIGARIS BUJUR: 110.4 BT
TINGGI DPL: 28 M
Bulan Tahun Tmin Tmax CH RH 9am RH 3pm
1 2008 23.5 30.2 375 94 73
2 2008 23.7 30.7 348 91 69
3 2008 23.9 30.9 274 91 71
4 2008 23.9 30.2 213 92 69
5 2008 23.4 31.9 59 92 59
6 2008 22 30.6 51 93 62
7 2008 21.8 30.4 13 92 588 2008 22.1 31.6 26 89 50
9 2008 22.4 33.1 23 89 43
10 2008 24.4 31.2 73 90 62
11 2008 24 30.5 166 92 70
12 2008 23.8 30.1 152 91 70
1 2009 23.4 30.3 226 92 70
2 2009 23.6 30.5 294 93 70
3 2009 23.7 30.9 296 94 80
4 2009 23.8 30.7 139 94 88
5 2009 23.7 31.6 86 88 64
6 2009 22.9 31.2 36 91 59
7 2009 22.6 31.2 24 90 56
8 2009 22.1 31.4 17 89 50
9 2009 24 32.5 18 87 54
10 2009 24.2 32.6 41 89 59
11 2009 24.1 29.8 125 93 77
12 2009 24 30.4 273 91 69
Tabel 1. Data iklim Stasiun Iklim Jatiwangi, Cirebon
-
8/6/2019 Analisis an Hama Menggunakan Model Climex
3/6
Grafik 1. Kondisi iklim (Suhu rataan dan CH) wilayah Cirebon tahun 2008-2009
Sisyphus spinipes memiliki kisaran Indeks Suhu (TI) suhu optimum
untuk hidup secara optimal 25-33oC. Sisyphus spinipes bersifat mortalitas pada
suhu dasar 14oC dan suhu maksimum 38oC.
DV0 14
DV1 25DV2 33
DV3 38
Tabel 2. Kisaran nilai Indeks Suhu (TI) Sisyphus spinipes
Grafik 2. Kisaran nilai Indeks Suhu (TI) Sisyphus spinipes
14 25 33 38
TI
-
8/6/2019 Analisis an Hama Menggunakan Model Climex
4/6
Serangga dapat diperkirakan tingkat populasinya menggunakan permodelan
Climex dengan variabel iklim seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan. Variabel
iklim tersebut akan menghasilkan Indeks Ekoklimatik (EI) dimana nilai EI berkisar 0-
100. Semakin besar nilai EI maka akan semakin berpotensi serangga meningkatkan
populasinya hingga jumlah optimum.
Tabel 3. Nilai Indeks EkoklimatikSisyphus spinipes di Cirebon
Tabel 4. Batasan nilai EI
Sisyphus spinipes memiliki Indeks Ekoklimatik (EI) pada tahun 2008 sebesar 70 dan
tahun 2009 sebesar 66. Hal ini menunjukkan Sisyphus spinipes berpotensi cocok untuk
hidup dan berkembang biak pada wilayah Cirebon dengan tipe iklimnya. Namun perlu
diketahui, permodelan Climex hanya melihat dari faktor iklim terhadap serangga. Iklim
bukanlah satu-satunya faktor yang mengendalikan keberadaan serangga. Faktor lain
yang menunjang keberadaan serangga diantaranya masih adanya tanaman inang dan
sumber makanan bagi erangga tersebut. Selain itu, tidak lepas juga karena pengaruh
manusia, terutama dalam melakukan teknik budidaya pertanian.
Kumbang Dung memainkan peran luar biasa di bidang pertanian. Dengan
mengubur dan memakan kotoran, mereka memperbaiki daur ulang hara dan struktur
tanah. Mereka juga melindungi ternak, seperti sapi, dengan membuang kotoran yang
jika dibiarkan bisa memberikan habitat bagi hama seperti lalat penyebar penyakit. Oleh
karena itu, banyak negara telah memperkenalkan makhluk ini untuk kepentingan
peternakan. Di negara-negara berkembang, kumbang ini sangat penting sebagai
tambahan untuk meningkatkan standar kebersihan. American Institute of Biological
-
8/6/2019 Analisis an Hama Menggunakan Model Climex
5/6
Sciences melaporakn bahwa kumbang kotoran membantu penghematan industri
peternakan Amerika Serikat mencapai US $ 380 juta per tahun melalui pembersihan
kotoran ternak di atas tanah. Di China, kumbang kotoran, disebut 'Qianglang',
digunakan dalam pengobatan herbal Cina. Hal ini dicatat di bagian "Serangga" dari
Compendium Materia Medica, di mana dianjurkan untuk membantu penyembuhan
sekitar 10 penyakit.
Keberadaan kumbang tinja erat kaitannya dengan satwa, karena ia sangat
tergantung kepada tinja satwa sebagai sumber pakan dan substrat untuk melakukaan
reproduksinya. Kumbang tinja scarabaeids merupakan komponen penting dalam
ekosistem hutan tropis (Davis, 1993; Hanskin and Cambefort, 1991; Hanskin and
Krikken, 1991). Kumbang tinja di hutan dapat berfungsi sebagai pedegradasi materi
organik yang berupa tinja satwa liar terutama mamalia, dan kadang-kadang burung dan
reptil. Tinja diuraikan oleh kumbang menjadi partikel dan senyawa sederhana dalam
proses yang dikenal dengan daur ulang unsur hara atau siklus hara. Peran lain dari
kumbang tinja di alam adalah sebagai penyebar pupuk alam, membantu aerasi tanah,
pengontrol parasit (Thomas, 2001), dan penyerbuk bunga Araceae (Sakai and Inoue,
1999). Oleh karena fungsinya yang sangat penting dalam ekosistem, maka Primark
(1998) menyatakan bahwa kumbang tinja merupakan jenis kunci (keystone species)pada suatu ekosistem.
Daftar Pustaka
Borror DJ, Triplehorn CA and Johnson NF. 1992. Introduce to Entomology.
Diterjemahkan oleh S. Partosoedjono. Edisi ke-6. UGM Press.
Hanskins I and Cambefort Y (Eds.). 1991. Dung Beetle Ecology. Princeton University
Press.
Krikken J. 1989. Scarabaeid Dung and Carrion Beetle (Coleoptera: Scarabaeidae) and
Their Ecological Significance. Petunjuk Identifikasi Kumbang Scarabaeidae.
Sulawesi Tengah.
Maguran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University
Press. New Jersey.
-
8/6/2019 Analisis an Hama Menggunakan Model Climex
6/6
Sakai S and Inoue T. 1999. A new pollination system: dung-beetle pollination
discovered in Orchidantha inouei (Lowiaceae, Zingiberales) Sarawak, Malaysia.
American Journal of Botany 86 (1), 56-61.
Thomas ML. 2001. Dung Beetle Benefits in The Pasture Ecosystem. ATTRA
(Appropriate Technology Transfer for Rural Area) articles. 9 Hlm.