analisa responsi obs
DESCRIPTION
plasenta previaTRANSCRIPT
BAB III
ANALISA KASUS
Seorang G2P1A0, 27 tahun, usia kehamilan 33+4 minggu datang rujukan dari RS PKU
Muhammadiyah Surakarta dengan keterangan G2P1A0 usia kehamilan 33+3 minggu dengan
placenta previa. Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir berwarna merah segar sejak 1 hari
yang lalu. Jumlah perdarahan cukup banyak. Pasien berganti pembalut 4 kali dalam sehari.
Keluhan perdarahan tidak diikuti dengan keluhan nyeri pada perut. Kenceng-kenceng teratur
belum dirasakan. Air kawah belum dirasakan keluar. Keluhan keluar lebdir dan darah dari jalan
lahir disangkal. Gerakan janin masih dirasakan. Pasien merasa saat ini hamil 8 bulan dengan
HPMT tanggal 21 Februari 2015 dan HPL 27 November 2015. Riwayat penyakit sebelumnya
disangkal. Riwayat trauma disangkal. Pasien saat ini mengandung anak kedua, dimana anak
pertama berjenis kelamin perempuan, dengan berat badan lahir 3400 gram, dan lahir spontaan.
Saat hamil pertama, pasien tidak mengalami gejala yang serupa. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan vital sign dalam batas normal, dari pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan perut
supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal intra uterin, memanjang, punggung kanan, presentasi
kepala, kepala belum masuk panggul, his (-), DJJ 149x/menit, tinggi fundus uteri 25 cm. dari
pemeriksaan genitalia, dari pemeriksaan inspekulo didapatkan vulva dan uretra tenang, dinding
vagina dalam batas normal, portio utuh, OUE tertutup, darah (-), flek (+). Dari hasil USG,
tampak janin tunggal intrauterine, memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, DJJ (+);
tampak placenta menutupi OUI, batas tegas antara uterus dengan placenta (+); placenta previa
totalis (+), menempel di dinding posterior; PB (8,29), AC (30,0), FL (6,18), EFW (2189 gram);
AFI kesan cukup; tak tampak kelainan kongenital mayor; saat ini janin dalam keadaan baik.
Pasien diidagnosis dengan riwayat APH e.c. palcenta previa totalis pada sekundigravida hamil
preterm belum dalam persalinan. Tatalaksana yang diberikan adalah konservatif pertahankan
kehamilan, injeksi asam tranexamat 500 mg/ 8 jam, Nifedipin 3 x 10 mg, Asam Mefenamat 3 x
500 mg, dan awasi KU, VS, DJJ, dan tanda perdarahan.
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari jalan lahir yang terjadi setelah umur
kehamilan 22 minggu, umumnya terjadi pada triwulan ketiga atau setelah kehamilan 28 minggu.
Perdarahan antepartum biasanya bersumber dari kelainan plasenta seperti placenta previa,
solusio plasenta, rupture sinus marginalis dan vasa previa.
Pada pasien ini perdarahan antepartum yang terjadi akibat dari plasenta previa yaitu suatu
keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Hal ini didukung oleh terjadinya perdarahan dari
jalan lahir berupa darah merah segar, tidak terasa nyeri, terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab pada
trimester 3 (usia kehamilan 33+3 minggu) serta hasil USG yang menunjukkan pertumbuhan
plasenta pada SBR dan menutupi OUI yang memberi kesan plasenta previa totalis.
Perdarahan pervaginam pada plasenta previa terjadi tiba-tiba tanpa sebab. Hal ini terjadi
karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung berkelanjutan secara bertahap dan
perlahan, laserasi baru akan terjadi dan perdarahan pun akan berulang sekalipun tanpa sebab,
seperti coitus ataupun trauma. Perdarahan dapat pula terjadi karena pinggir plasenta terlepas
akibat tidak dapat mengikuti kontraksi uterus (Braxton Hicks/kontraksi palsu) yang meningkat
pada kehamila aterm. Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai
berikut:
a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorotik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret, dll).
d. Chorion leave persisten.
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan antepartum adalah
mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak, untuk itu harus segera diperbaiki
keadaan umumnya dengan pemberian cairan atau tranfusi darah. Selanjutnya dapat dilakukan
penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan keadaan umum, usia kehamilan, jumlah
perdarahan, maupun jenis plasenta previa.
Pada awal masuk rumah sakit dilakukan terapi konservatif mempertahankan kehamilan
terhadap pasien ini dikarenakan umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada
tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien baik (Hb = 9,8 gr%). Manajemen ini bertujuan
supaya janin tidak lahir premature. Penanganan tersebut berupa :
- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis
- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil
biofisik, letak dan presentasi janin
- Infus D 5% dan elektrolit
- Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g
setiap 6 jamNifedipin 3×20 mg/hariBetamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin), plasentotrofik, roboransia.
- Pematangan paru pada janin 28-34 minggu
- Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%
- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium
uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk
mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).