amsori - uin syarif hidayatullah jakarta official...
TRANSCRIPT
-
F'ERPUSTAKAAN UTA~ I UIN SYAHID JAKART~
PELAKSANAAN KELUARGA BERl:NCANA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESERHASll.AN PENDIDIKAN
AGAMA ANAK DI KELURAHAN RANGKAPAN JAVA BARU DEPOK
Oleh
AMSORI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH IAIN "SY ARIF
HIDA YA TULLAII"
JAKARTA
1421HI2001 M
-
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, penulis bersyukur kepada Allah Yang Maha Tunggal,
segala puji hanya milik-Nya, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
saw, keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya, yang setia hingga
Hari· Pembalasan.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar
sarjana Strata Satu (S1 ), di Perguruan Tinggi-termasuk di IAIN "Syarif
Hidayatullah" Jakarta-adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk
skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul "
Pelaksanaan Ke/uarga Berencana dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan
Pendidikan Anak di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru DE1pok".
Selama pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan bahan-bahan (data), maupun pembiayaan dan lain sebagainya.
Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga skripsi ini dapatdiselesaikan. Oleh
karena itu, sepatutnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-iin1~ginya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini,
terutama kepada:
-
1. /bu Ora. Hj. Siti Sa/miah, yang dengan cermat, tekun, sabar dan teliti
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuknya kepada penulis,
sehingga upaya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Ors. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.Ag., yang dengan kelapangan
dadanya, meluangkan waktu guna memberikan arahan-arahan serta
bimbingan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Juga sebagai Dasen Penasehat Akademik, yang telah
banyak memberikan dorongan moral dalam penyelesaian studi, serta
sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN
"Syarif Hidayatullah" Jakarta, yang telah banyal< rnemberikan nasihat-
nasihat berharga.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Rif'at Syauqi Nawawi, MA., Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN "Syarif Hidayatuilah" Jakarta, yang telah memberikan petunjuk-
petunjuk yang berharga.
2. Bapak Chepi Suradi SA, Lurah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, yang
benyak memberikan arahan-arahan yang berharga dalam penAlitian
penulis.
3. /bu Karmaini dan Bapak Agus Suryana, pengurus KB Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru Depok yang telah banyak memberikan motifasi
dan penjelasan-penjelasan berharga dalam pencarian data penelitian
untuk penyelesaian penulisan skripsi ini.
ii
-
DAFTAR ISi
Hal.
KATA PENGANTAR. ......................................................................... i
DAFTAR ISi. ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL. .............................................................................. vi
DAFT AR LAMPIRAN ................................................... -..................... viii
. BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masai ah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 5
C. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
D. Sistematika Penulisan ......................................................... 8
BAB II. KELUARGA BERENCANA (KB) DAN PENDIDll
-
C. Keadaan Ekonorni Penduduk .............................................. 32
D. Keadaan Pendidikan Penduduk ........................................... 33
E. Keadaan Agarna Penduduk ................................................ 35
BAB IV. PENGARUH KB TERHADAP KEBERHASILAN
PENDi Di KAN AGAMA ANAK DI KELURAHAN RANGKAPAN
JAYA BARU DEPOK ......................................................... 37
A. Pelaksanaan Keluarga Berencana (KB)
di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok ............................ 37
B. Pengaruh Keluarga Berencana (KB) Terhadap
Keberhasilan Pendidikan Agarna Anak
Di Kelurahan Tersebut.. ..................................................... 39
C. Beberapa Faktor Penunjang dan Pengharnbat
Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agarna Anak .................... 62
BAB V. PENUTUP ..................................................................... 69
A. Kesirnpulan .................................................................... 69
B. Saran-Saran ................................................................... 71
DAFT AR PUSTAKA ........................................................................ 73
LAMPIRAN .................................................................................... 76
\I
-
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel4
Tabel5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel8
Tabel9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
DAFTAR TABEL
: Jumlah Anak Peserta KB (Keluarga Berencana). (hal. 39)
: Jumlah Anak Ketika mulai ber-KB. (hal. 41)
: Perhatian Peserta KB Terhadap Pendidikan Agama Anak. (hal.42)
: Cara Peserta KB Memberikan Perhatian Terhadap Pendidikan Agama Anak. (ha!.43)
Cara Peserta KB Membentuk Suasana Rumah Yang Agamis. (hal.45)
Cara Peserta KB Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Agama Anak. (hal.46)
Perintah Peserta KB kepada Anak untuk Menjalankan Ajaran Agama. (hal.48)
lntensitas Peserta KB Mengajarkan dan Memberi Petunjuk kepada Anak tentang Ajaran-Ajaran A(Jama. (hal.49)
: Motivasi Peserta KB. (hal.50)
Perkiraan Jumlah Anak Peserta KB yang Memiliki Kemampuan Mengarahkannya ke arah Pendidikan Agama. (hal.51)
Kemudahan yang Dirasakan oleh Peserta KB dalam Memberikan Pendidikan A.gama Anak Setelah Menjadi Peserta KB. (hal.52)
Terjaminnya Keberhasilan Pendidikan Agama Anak bagi Peserta KB. (hal.53)
Tindakan lbu Peserta KB Terhadap Penyimpangan yang Dilakukan oleh Anaknya dari Ajaran Agama. (hal.54)
Cara lbu Peserta KB Memberikan Dorongan kepada Anal\
VI
-
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat keterangan risel/penelitian dari Fakultas Tarbiyah lnstitut Agama Islam Negeri "Syarif Hidayatullah" Jakarta. (hal. 76)
Surat · Keterangan telah melaksanakan Riset di Kelurahan Rangkapan 2. Jaya Baru .. ( hal.77)
3. Serita Acara Wawancara. (hal. 78)
4. Angket penelitian untuk peserta KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok. (hal. Du)
viii
-
PERPUST AKAAN UT AMA .f ~ UIN SYAHID JAKA.RTA j_J
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembentukan keluarga dalam Islam bermulc1 dengan terciptanya
hubungan suci yang terjalin antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan melalui perkawinan yang sah. Oleh sebab itu kedua suami istri
, . merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Jadi keluarga dalam
pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari
seorang suami dan seorang istri, atau dengan kata lain keluarga adalah
perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang
bersifat terus menerus di mana yang satu merasa tentram dengan yang lain
sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika
suami istri itu dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi
unsur ketiga dalam keluarga di samping dua unsur sebelumnya.
Tentang pentingnya unsur anak-anak ini sendiri banyak ayat Al Qur'an
yang menegaskan bagaimana tabiat manusia · cinta kepada anak sebagai
salah satu perhiasan hidup dan sumber kebahagiaan umat manusia jika
anak-anak itu saleh.1 Di antara ayat Al Qur'an yan9 menjelaskan hal itu
adalah Firman Allah SWT.:
1Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995),
Cet. ke-3, h. 346-34 7
-
2
Artinya:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatangternak dan sawah
· ladang. ltulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." 2
Kepentingan ganda inilah yang menyebabkan masyarakat Islam
berusaha keras untuk mengukuhkan, menguatkan dan mengusahakan
segala jalan untuk menolong keluarga menjadi kuat dan terpadu.
Diusahakannya segala jalan untuk menguatkan dan memperkokoh keluarga
agar ia dapat ia rnenjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam hidup.
Salah satu fungsi keluarga di sini adalah pendidik.an putera-puteri yang
ada di keluarga tersebut. Penting atau tidak akan berobah karena
berobahnya konsep-konsep dan pemikiran-pemikiran pendidikan, juga tidak
akan berobah karena bertambahnya jumlah institusi-institusi khas untuk
pendidikan seperti taman kanak-kanak, sekolah-sekolah, akaderni-akademi,
universitas-universitas dan lain-lain. Begitu juga d1~ngan bertambahnya
lembaga-lembaga, pembudayaan, kesehatan, politik, agarna
2Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara,
1993), h. 77
-
3
dan pengeluaran dalam bidang-bidang pengajaran, peinyadaran, bimbingan
dan lain-lain.3
Keberhasilan pendidikan anak tidak mudah diciptakan semudah
membalikan telapak tangan. Di sini terlihat betapa bewatnya tugas seorang
pendidik, terlebih lagi pada institusi keluarga. Peranan orang tua sangat vital
dalam mendukung keberhasilan pendidikan anak baik moral, iman, fisik,
intelektual, psikis, sosial maupun seksual.
Keberhasilan pendidikan pada keluarga itu akan mendukung
keberhasilan pendidikan pada tingkat negara/nasional. Oleh karena itu
pendidikan pada keluarga dengan pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah/negara harus saling mendukung untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional.
Ada satu permasalahan menarik dari program pemerintah, yaitu
program Keluarga Berencana (KB) agar dengan adanya program ini angka
kelahiran bisa ditekan, sehingga dari sudut sosial, ekonomi juga pendidikan
dapat terperhatikan dengan baik, yang nantinya dapal. mendukung program
pemerintah lainnya seperti, Wajib Belajar Sembilan Tahun, kemudian
peningkatan Iman dan Taqwa (IMTAQ) yang harus diiringi dengan llmu
Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK), serta terlihat pada tujuan pendidikan
nasional yaitu di antaranya membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa.
Hal ini sangat menarik penulis untuk mengkaji lebih dalam dan teliti tentang
hubungan kedua program tersebut.
3Hasan Langgulung, op.cit., h. 359
-
4
Keluarga Berencana atau dalam istilah yang dipakai di dunia
International adalah "Family Planning" atau "Planned Parenthood", dalam
istilah Bahasa Arab," Tanzimun Annasaf', tetapi bukan, "Tahdiduf Annasaf", 4
yang menurut penulis sangat penting dalam rangka pengaturan jarak
kelahiran sehingga anak dapat diperhatikan dan diawasi dalam hal
pendidikan dan kesejahtraannya. Dalah hal ini ada firman Allah SWT. yang
berbunyi
Artinya:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yan9 lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah rnereka mengucapkan perkataan yang benar."5
Dalam hal ini penulis bukan berarti menerima dan meligitimasi secara
mental dan total dengan keberadaan Keluarga Berencana (KB), akan tetapi
melihat kondisi dan situasi yang sedang dialami saat ini. Permasalahan ini
nanti akan dibahas pada bab berikutnya, yang penulis tekankan adalah
pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan agama anal
-
5
keberhasilan program KB di satu sisi. Oleh karena itu penulis pun ingin
melihat sisi lain yaitu segi kualitas dari program KB tersebut. Tetapi penulis
hanya ingin melihat program KB pengaruhnya te1·hadap keberhasilan
pendidikan agama anak. Sehingga yang pada a~:hirnya penulis bisa
menyimpulkan berhasil atau tidak program KB tersebut secara kualitas.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas
masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi dengan judul
'"PELAKSANAAN KELUARGA BERENCANA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEBERHAS/LAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI
KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU DEPOK".
Adapun alasan untuk memilih judul di atas adalah sebagai berikut:
1. Sepengetahuan penulis, judul tersebut belum ada yang membahasnya di
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN "Syarif
Hidayatullah" Jakarta.
2. Mengingat dangkalnya pengetahuan penulis dalarn masalah Keluarga
Berencana (KB) terutama yang menjadi pokok bahasan tentang
hubungannya dengan keberhasilan pendidikan agarna anak, penulis ingin
mengetahui dan mendalami masalah tersebut kemudian dapat
rnenerapkannya.
3. Masalah tersebut menarik perhatian penulis, di mana penulis kuliah di
Fakultas Tarbiyah yang seharusnya ikut rnemperhatikan masalah yang
sering terjadi dalam dunia pendidikan pada umumnya.
4. Agar masyarakat muslim mengetahui tentang pentingnya ikut serta dalam
Program Keluarga Berencana (KB) yang dapat mernpengaruhi
keberhasilan pendidikan agama anak.
-
6
5. Penulis sebagai mahasiswa ingin menyumbangkan pikiran kepada
masyarakat khususnya kaum muslimin tentang KB pengaruhnya terhadap
keberhasilan pendidikan agama anak.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi terarah, maka masalah yang akan
·. dibahas dibatasi pada:
a. Pelaksanaan KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok
b. Pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan anak di kelurahan
tersebut
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, dapat dibuat perumusan
masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok?
b. Adakah pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan anak di
kelurahan tersebut?
C. Metodologi Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah peserta Keluarga
Berencana (KB) sebanyak 1600 orang yang berada di Kelurahan Rangkapan
Jaya Baru.
-
7
Sampel diambil 7,5 % dari populasi, yaitu 7,5% X 1600 orang= 120
orang. Adapun pengambilan sampel ini penulis lakukan secara acak (sampe/
random).
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan
·. (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Reseiarch).
Yang dimaksud dengan penelitian kepustakaan yaitu membaca dan
mengkaji berbagai literatur yang erat kaitannya di:mgan masalah yang
dibahas.
Penelitian lapangan dilakukan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Oepok. Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan berupa:
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara cermat di wilayah
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok.
b. Wawancara, dilakukan dengan staf Kelurahan yang menangani Keluarga
Berencana (KB), tokoh masyarakat serta para peserta KB.
c. Angket, yang berisi item-item perta11yaa11 disebarkan beberapa kepada
para peserta KB.
3. Pengolahan Data
Data-data yang terkumpul (setelah melalui proses editing)
dikuantifikasikan atau dituang ke dalam bentuk angka-angka, sehingga data
-
8
tersebut bersifat kuantitatif, untuk selanjutnya ditafsirkan secara deskriftif.
Pengalihan data ke dalam bentuk kuantitatif ini ditempuh dengan
menggunakan rumus:
P= F )i.100%
N
Keterangan: P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah keseluruhan responden
Dari data yang diperoleh baik melalui penelitian kepustakaan maupun
penelitian lapangan, penulis membahasnya dan men1~analisanya sehingga
mendapat kesimpulan.
D. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika
penyusunan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
Bab II. Keluarga Berencana (KB) dan Pendidikan Agama Anak, ·
meliputi: Pengertian Keluarga dan Keluarga Berencana, Tujuan Keluarga
Berencana (KB), Dasar Hukum KB Menurut Islam dan Negara, Pengertian
dan Tujuan Penjdidikan Agama, Urgensi Keberhasilan Pendidikan Agama
Anak dalam Keluarga dan lndikator Keberhasilan Pendidikan Agama Anak.
-
9
Bab Ill. Gambaran Umum Lokasi Penelitian rneliputi: Letak Geografis
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Keadaan Penduduk, Ekonomi, Pendidikan,
dan Agama.
Bab IV. Pengaruh KB Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama
Anak di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok, meliputi: Pelaksanaan
Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Rangkapan ,laya Baru, Pengaruh
Keluarga Berencana Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Anak, dan
Beberapa Faktor Penunjang dan Penghambat Terhadap Keberhasilan
Pendidikan Agama Anak.
Bab V. Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran.
-
BAB II
KELUARGA BERENCANA (KB) DAN PENDIDIKAN ANAK
A. Pengertian Keluarga dan Keluarga Berencana (KB)
Sebelum membahas lebih jauh tentang keluarga, penulis
memberikan pengertian terlebih dahulu tentang keluarga dan Keluarga
.I'* ,) ~/ /
Berencana (KB). Keluarga dalam Bahasa Arab disebut o;,v\ atau ~U;:, .1
Menurut Bahasa lnggris disebut "family'', "group of people like a family''
yaitu kumpulan orang-orang seperti sebuah keluarga".2 Sedangkan
keluarga menurut pengertian umum adalah suatu kumpulan manusia
dalam kelompok kecil yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.3 Ada
pengertian lain yang menurut penulis memiliki hakikat makna yang sama
yaitu unitlsatuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan
suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam
hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan
sebutan primary group. 4 Keluarga dalam Islam meliputi inti keluarga
1Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1989), Get. ke-8, h. 41 2 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus lndQnesia-lnqgris, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1997), Ce!. ke-5, h. 276 3Hasan Ayyub, Etika Islam, (Bandung: Triganda Karya, 1994), Get. ke-1, h. 254
''Abu Ahmadi, llmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Get. ke-2,
h 87
-
11
(suami, istri dan anak mereka), dan varitas-varitas yang meluas yang
,, '/ mencakup semua kerabat ( ~\ ).5
Sedangkan istilah Keluarga Berencana (KB) merupakan istilah
resmi yang dipakai di dalam lembaga-lembaga negara kita seperti Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). lstilah KB ini
mempunyai arti yang sama dengan istilah yang umum dipakai di dunia .
intsirnational yakni family planning atau planned parenthood, seperti
International Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah
organisasi KB tingkat internasional dengan kantor pusatnya di London.
Keluarga Berencana juga mempunyai arti yang sama dengan
istilah Arab J,.....lll , • .J!;:i (pengaturan keturunan/kelahiran), bukan ,µJI .l:J.i:.:i
(Arab) atau Birth Control (lnggris), yang mempunyai arti pembatasan
kelahiran.
KB/Family Planning atau Planned Parenthood berarti pasangan
suami istri telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan
anak/anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan
rasa gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah
merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kemampuannya sendiri dan situasi kondisi masyarnkat dan negaranya.
Jadi KB/Family Planning itu dititik beratkan pada perencanaan,
pengaturan, dan pertanggungjawaban orang terhadap anggota-anggota
keluarganya. Berbeda dengan istilah Birth Control yang artinya
pembatasan/penghapusan kelahiran. lstilah birlh control ini bisa
-
12
mempunyai konotasi yang negatif, karena bisa mencakup kontrasepsi,
sterilisasi, aborsi, dan penundaan kawin sampai usia lanjut sebagaimana
yang disarankan oleh Malthus (1766 - 1834) untuk mengatasi ferlility of
men dan ferlility of soi/ (kesuburan manusia dan kesuburan tanah) yang
tidak seimbang sebagai deret ukur berbanding dengan deret hitung.6
Menurut WHO (World Health Organisation) Experl Commite 1970
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan ~uami istri untuk:
1. Mendapatkan objektif tertentu 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 3. Mendapatkan kelahiran yang tidal< diinginkan 4. Mengatur interval di antara kehamilan 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.7
Menurut Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia
nomor 1 O tahun 1992 tentang perkembangan k.ependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtra pasal 1 ayat 12 bahwa "Keluarga
Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan k.elahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahtraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtra".8
6Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1996), Cet.
ke-9, h. 54-55
'Hanafi Hartanto, KB dan Kontrasepsi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994),
Cet. ke-1, h. 14-15 8Himpunan Peraturan Perundanq-Undangan Republik Indonesia, Tahun 1992,
(Jakarta: CV. Eko Java. 1993). h. 243
-
13
B. Tujuan Keluarga Berencana
"Tujuan Keluarga Berencana adalah mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtra".9 Tujuan KB juga dapat dilihat pada Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 1 O tahun 1992 pada pasal 4 sebagai
berikut:
Ayat 1 berbunyi: "Perkembangan kependudukan bertujuan untuk
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseirnbangan antara
kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup".
Ayat 2 berbunyi: "Pembangunan keluarga sejahtra bertujuan untuk
mengembangan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,
tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahtraan lahir dan kebahagiaan batin". 10
C. Dasar Hukum KB Menurut Islam dan Negara
1. Dasar Hukum KB Menurut Islam
Tidak ada nas yang melarang pengendalian kelahiran dalam
Al-Qur'an. Menurut Kaidah Ushul Fiqh, diamnya Al Qur'an tentang suatu
masalah bukanlah menunjukkan kelalaian Pemberi hukum, karena la
Maha Mengetahui, bukan pula disebabkan oleh tidak adanya masalah
kependudukan dizaman itu, karena Islam dimaksudkan untuk segala
zaman. Diamnya Al Qur'an tentang perencanaan keluarga menurut
9Hanafi Ha1ianlo, op.cit., h. 13 10 Himpunan Peraluran Penundang-Undangan RI, op.cit,, h. 244
-
14
tafsiran banyak ulama, menunjukkan bahwa Al Qur'an tidak melarang
praktiknya. lni terbukti dalam pandangan Imam Besar Al Azhar, Syekh
Jadil Haq Ali Jadil Haq, yang menyatakan bahwa:
Artinya:
"Suatu tinjauan yang cermat pada Al Qur'an mengungkapkan bahwa tidak ada nas yang melarang pencegahan kehamilan atau penyedikitan jumlah anak. (pendapat syekh Jadil Hak)". 11
Karena tidak ada nas yang sharih, maka cfapat dikemabalikan
pada Qaidah Fiqhiyah yang menyatakan:
Artinya:
"Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, kecuali/sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya".
Selain berpegang dengan kaidah hukum Islam tersebut, kita juga
bisa menemukan beberapa ayat Al Qur'an dan Hadist Nabi yang
memberikan indikasi, bahwa pada dasarnya Islam rnembolehkan orang
Islam ber-KB. Bahkan hukumnya bisa berubah tergantung kepada situasi
dan kondisi individu muslim yang bersangkutan. Ha:I ini sesuai dengan
kaidah hukum Islam yang berbunyi:
11 Ahrl Al R:::thirn I lmr:::tn nn rit h Q7_QR
-
15
Artinya:
"Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman,
tempat, dan keadaan".12
Adapun ayat-ayat Al Qur'an dan Hadist yang dapat dijadikan dalil
untuk dibenarkan ber-KB antara lain:
1. Firman Allah dalam surat An Nisa ayat : 9 J ~ / / / / , ..,n,,. fl 11 / / .? ./ # / ~ ... .ft tt / 11 ~ J' ,......,....."' /tr w /ti " /
, .till_# ~ljt?ti~~jll ~,;. 0-°)fi'_; y ~.DI ~ J / / // /
r-' ~ff ,/ -7 I\ / ,/ .)'/rl /
("I:£/~ WI) 1~..L...>~jl)JA)J /
Artinya:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar".13
2. Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat : 233
12Ma~jfuk Zuhdi, op.cit., h. 56 13Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Tertemahn.'l!!. (Surabaya: Surya Cipta
-
16
Artinya:
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Jangan seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga SE!Orang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan". 14
3. Sabda Rosulullah Saw.:
Artinya:
"Dari Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash dari ayahnya r.a berkata, Rosulullah Saw. bersabda, sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan orang banyak".
(H.R. Al Bukhori).15
1·1lbid., h. 57
15Badruddin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad Al Aini, Umdatul Qari, Syarah C'h~h:h Ill 0 •• 1.1-..--..: 10 ..... : ....... .U\ ,,, .... 0 h 00
-
17
4. Sabda Rosulullah Saw.:
J JJ->) Jl.9 Jl.9 ~ y!.yill
-
-· -~ PERPUSTAl
-
19
pengaturan/penjarangan kehamilan/kelahiran itu mutlak cliperlukan
musyawarah antara suami istri dan adanya persetujuan dari mereka
yang bersangkutanrn
B. Dasar Hukum KB Menurut Negara
Dasar hukum Keluarga Berencana menurut negara berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 O tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan K!?luarga Sejahtra
pasal 16 sebagai berikut:
Ayat ( 1 ): Untuk mewujudkan pembangunan keluarga sejahtra, pemerintah menetapkan kebijaksanaan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana.
(2): Kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga dan pengaturan kelahiran dengan memperhatikan nilai-nilai agama, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya serta tata nilai yang hidup dalam m:3syarakat.
(3): Kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhubungan dengan penetapan mengenai jumlah ideal anak, jarak kelahiran anak, usia ideal perkawinan, dan usia ideal untuk melahirkan.
(4): Penetapan kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan dari waktu kewaktu berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).19
D. Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
lstilah Pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"Paedagogie", yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.lstilah
18Masjfuk Zuhdi, op.cit., h. 57-62 19Himpunan Peraturan Perundang-Undangan RI., Tahun 1992, op.cit., h. 248-
-
20
ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa lnggris dengan "education"
pengembangan atau bimbingan. Dalam Bahasa Arab istilah ini sering
/n/
diterjemahkan dengan tarbiyah " 4.) "yang berarti p•:indidikan.2° Kata ini /
memiliki akar kata:
/(f/ //
a. J{j..-~J yang artinya bertambah dan berkembang.
' (.f/ / / b. "4fl-"4J mengandung arti tumbuh dan bE>rkembang.
"/
~/~ ,:;/ c. y~-y) yang berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan,
/
mengatur, menjaga dan memperhatikan. 21 Kata ini dalam kamus
Bahasa Arab yang dikarang oleh Mahmud Yunus berarti
mengasuh, memimpin.22
Setelah diungkapkan pengertian etimologi, maka selanjutnya
penulis menjelaskan secara terminologi dari berbagai macam pendapat
dari beberapa pakar pendidikan akan tetapi tidak akan semua diletakkan
pada lembaran yang sempit ini, hanya beberapa pendapat para pakar
pendidikan saja yang akan penulis kemukakan, di antaranya:
1 ). Menurut UUSPN 1989, Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.23
2). Menurut Ahmad .D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
'0Ramayulis, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet. ke-2,h. 1
21Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di F
-
21
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama. 24
3). Menurut Poerbakawatja dan Harahap (198'1) sebagaimana yang
dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya, bahwa Pendidikan
adalah: usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu
. diartikan mampu menimbulkan tanggungjawab riioril dari segala
perbuatannya. 25
4). Menurut S. Brodjonegoro, Pendidikan/Mendidik adalah tuntunan
kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat
memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat.
Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir
sampai tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniah dan rohaniah.
5). Menurut Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan berarti daya upaya untuk
memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran
(intelek) dan jasmani anak-anak. Maksudnya ialah upaya kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan
anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.
6). Sedangkan menurut M.J. Langeveld, Prof. ldrak Jassin M.A.
mengemukakan: Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar
24Ahmad D. Marimba, Penqantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al
Ma'arif, 1989), Get. ke-8, h. 19 25Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan denqan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
r>.---'- ,-..--- . ....!-I/--·- .tAl"\'"7\ /"",...-t J~,....., h .\'I
-
22
dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam
pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan clalam arti dapat berdiri
sendiri dan bertanggungjawab susi!a atas segala tindakannya
menurut pilihannya sendiri.26
Setelah mengemukakan beberapa pendapat tentang definisi
pendidikan, maka penulis berkesimpulan bahwa pendidikan adalah proses
bimbingan, pengarahan, pembinaan jasmani dan rohani yang dilakukan
oleh si pendidik kepada si terdidik secara sadar menuju kedewasaan dan
membentuk kepribadian utuh.
Perlu kiranya penulis kemukakan definisi Pendidikan Agama dan
Pendidikan Agama Islam. Karena dalam pembahasan skripsi ini
menyinggung masalah Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama
Islam. Menurut Zuhairini, dalam bukunya "Metodik l
-
23
oleh pemeluknya sebagai aJaran yang berasal dari Allah, yang
memberikan petunjuk ke jalan yang benar menuju keselamatan hidup
dunia akhirat. Pendidikan Agama Islam, dalam ha! ini, bisa difahami
sebagai: "Proses dan upaya serta cara mendidikan ajaran-ajaran Agama
Islam tersebut, agar menjadi anutan dan pandangan hidup (way of life)
bagi seseorang".28
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan merupakan suatu ha! yang sangat penting dan oleh
karena itu penulis perlu mengemukakan tujuan pendidikan. Perlu kiranya
penulis kemukakan tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat dalam
UUSPN 1989, pada Bab II, pasal 4 yang berbunyi:
"Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan
dan kebangsaan". 29
Pada hakekatnya tujuan pendidikan itu terdapat pada definisi
pendidikan itu sendiri. Menurut Langeveld untuk rnerumuskan tujuan
pendidikan yang universil maka tujuan tersebut harus mengandung 3 inti
hakiki kemanusiaan yaitu:
a. Manusia pada hakekatnya makhluk individu
28Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam,
(Surabaya: Karya Abditama, 1996), Cet. 1, h. 2 29
UUSPN. 1989, op.cit.. h. 4
-
24
b. Manusia pada hakekatnya makhluk sosial
c. Manusia pada hakekatnya makhluk susila
Sehingga tujuan pendidikan menurutnya adalah; "untuk membimbing anal<
ke arah kedewasaan'', yang dikemukakan oleh Langeveld mempunyai arti
membentuk individu berkesadaran sosial dan susila atau membentuk
pribadi sosial yang bermoral. Lain halnya dengan .John Dewey yang
merumuskan tujuan pendidikan sebagai pembentukan anggota
masyarakat yang baik, sedang Kersheristeiner menekankan pada
pe~bentukan warga negara yang baik".30
Tujuan pendidikan di alas yang dikemukakan oleh beberapa
pakar pendidikan merupakan tujuan yang ticlak dikaitkan clengan agama
kecuali dalam Tujuan Pendidikan Nasional tadi. Dengan demikian
dipandang perlu untuk mengungkapkan tujuan Pendidikan Agama yang
ditinjau secara umum, ialah membimbing anak agar mereka menjadi
orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia
serta berguna bagi masyarakat, Agama dan Negara.31 Dan penulis
memberikan tujuan pendidikan agama yaitu: "membimbing dan
mengarahkan anak didik kearah keimanan yang teguh menuju manusia
yang taqwa.
E. Urgensi Keberhasilan Pendidikan Agama Anak Dalam Keluarga
Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang
pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap
anak-anaknya. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan
kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-
30suwarno, op.cit., h. 47-50 31 Zuhairini, at al., op.cit., h. 45
-
25
anak melalui bimbingan f'lgama yang sehat dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga membekalkan anak-
anak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan Islam
yang sesuai dengan umurnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat,
muamalat dan sejarah. Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya cara-
cara yang betul untuk menunaikan syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban
agama dan menolongnya mengembangkan sikap agama yang betul, yang
pertama kali diberikan iman yang kuat kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, kepercayaan agama yang kuat, takut
kepada Allah dan selalu mendapat pengawasan clari pada-Nya dalam
segala perbuatan dan perkataan.
Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga
untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak, yaitu:
a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam
bentuknya yang sempurna dalam waktu tertenlu.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama sejak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram
sebab mereka melakukannya.
c. Menyiapakan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah.
cl. Membimbing mereka membaca bacaan-bac:aan agama yang
berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk
unluk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dah alas wujud dan
keagungan-Nya.
-
26
e. Menggalakan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama
dan sebagainya.32
Keluarga sebagai institusi nonformal untuk pembinaan agama
anak, di samping sekolah. Sekolah sebagai institusi formal bukan sarana
pembinaan/pendidikan agama anak secara totalitas akan tetapi sebagai
sarana pembantu pembentukkan nilai-nilai agama anak sehingga anak
memiliki keyakinan agama yang kuat.
Tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pihak keluarga
yang dikemukakan di alas, merupakan tindakan yang sangat membantu
sekali untuk terbentuknya peserta didik menjadi manusia yang memiliki
keyakinan agama yang kuat. Karena institusi semacam sekolah, menurut
Rif'at Syauki Nawawi (Dekan Fakultas Tarbiyah) dalam tulisannya
memiliki beberapa problema, antara lain:
1. Kurangnya jam pelajaran agama. Sebagaimana disebutkan dalam
UUSPN Nomor 2/1989, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Di dalam pasal 9 (3) disebutkan: "Saluan pendidikan luar
sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan
pendidikan yang sejenis. lni berarti waktu dihabiskan lebih banyak di
luar, maka di sinilah keluarga dan masyarakat harus berperan dalam
pembentukan keyakinan agama pada anak.
3"' ·Hasan Langgulung, op.cit., h. 371-372
-
27
2. Adanya dikotomi iimu. Munculnya dikotomi antara llmu Umum dengan
llmu Agama bersumber dari perdebatan hakikat atau asal usul
keduanya. Dari sinilah menurut penulis adanya pendangkalan
keyakinan agama, karena pada hakikatnya ilmu-ilmu umum (science)
bisa dikaitkan dengan agama, melalui pengaitan antara nilai-nilai
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan reproduksi manusia
(sebagai contoh). Dikotomi yang acla ini menyebabkan keluarga harus
·bekerja keras untuk menghilangkan dikotomi ilmu di dalam keluarga.
3. Masalah metodologi. Jumlah jam yang terbatas dengan materi
pendidikan agama yang sarat, menyebabkan guru agama menjadikan
materi pendidikan agama sebagai "pelajaran" agama claripada
pendidikan agama yang hanya menyentuh ranah kognitifnya saja.
Padahal pendidikan itu harus menyentuh 3 ranah yaitu; koginitif, afektif
clan psikomotor. Dengan demikian karena metodologi sangat terkait
dengan kualitas guru maka dipandang perlu untuk menyusun
metodologi Pendidikan Agama Islam sehingga terwujud metodologi
yang integral.
4. Masalah kurangnya perhatian guru-guru lain.
Problema-problema yang dipaparkan di alas memiliki imbas yang
cukup besar. Pengelola pendidikan guru, keluarga dan masyarakat
harus bekerja keras untuk mengatasi itu semua dalam rangka
-
PE"'PUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA
28
membentuk peserta didik yang memiliki keyakinan agama yang
kuat.33
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Kalau kita
menghendaki terbentuknya masyarakat agamis, warga negara yang
agamis, maka yang harus diperhatikan dalam pemberian pendidikan
agama pertama kali adalah keluarga. Karena keluarga yang pertama kali
ditemui oleh si anak, di sinilah peran orang tua/keluarga untuk
membentuk anaknya, Apakah akan dijadikan Yahudi, Nasrani atau
Musyrikin,sebagaimana yang diungkapkan dalam hadist Rasulullah Saw. :
!". JI / / /--: / "' / ,/ / /..,, /.? / / ,.J/ ,.P / ///~ /fl ii / / ' / (f Jl p) J~ ,4},tS' ~j ~l~j ~I~~ oly.~ !~\~ .JJ y,. /(I / / / / J /I' /.I'/ / / / I /JI/ / //1/ /~I/// ' / (1/ / /
~,,L.$.ljtS'~ ~I .\ill Jlj ~~ i..\J ..::.i~-~ i.:'.-!\J\ fall JJ--" J~
( ~ Olj)) Artinya:
"Dari Abi Shalih dari Abi Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: tidak ada seorang bayipun melainkan dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani dan Musyrik, lalu seorang lakHaki be1-kata; Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu seandainya ia mati se,belum itu (sebelum dibentuk Yahudi, Nasrani atau Musyrik}, jawab Rasul, Allah lebih
mengetahui terhadap apa yang mereka lakukan''. (H.R. Muslim).34
Pemahaman hadist di atas bahwa keluarga mempunyai porsi yang
besar untuk membentuk anaknya. Dengan demikian keluarga dituntut
33Rifat Syauqi Nawawi, Peran Pendidikan Agama, Gema, II, (April, 2000),
h. 28-32 34Muslim, op.cit., h. 209
-
29
untuk memberikan pendidikan agama secara maksimal, karena hasil
pendidikan yang diberikan oleh keluarga sangat me~mpengaruhi segala
aspek, baik aspek sosial, aspek agama, aspek hukum dan sebagainya. Di
sinilah menurut penulis urgensi keberhasilan pendidikan agama anal<
dalam keluarga.
-
BABlll
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Kelurahan Rangkapan Jaya Baru IDepok
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru salah satu kelurahan di wilayah
Kecamatan Pancoran Mas Kata Depok dengan luas wilayah 377.375 Ha,
. terdiFi dari 3 Lingkungan, 12 Rukun Warga (RW) dan 71 Rukun Tetangga
(RT).
Batas wilayah Kelurahan Rangkapan Jaya Elaru adalal1 sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Meruyung/Kecamatan Limo
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rangkapan Jaya
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cipayun1;i/Bojonggede
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sawangan/Sawangan.
Jarak kantor kelurahan ke !bu Kata Kecamatan, Kola Depok Propinsi
Jawa Baral, ke !bu Kola Negara Jakarta sebagai berikut:
lbu Kata Kecamatan dengan jarak 5 km.
lbu Kola Kata Depok dengan jarak 8 km.
!bu Kata Propinsi DT. I Jawa Baral dengan jarak 160 km.
!bu Kola Negara Jakarta dengan jarak 35 km.
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru juga berada di antara dua kota
besar yaitu Kola Jakarta dengan Kata Bogar. Sehingga letak tersebut
membawa dampak yang besar untuk kernajuan Kelurahan Rangkapan Jaya
30
-
31
Baru secara khusus dan Kota Depok secara umum. lni terlihat pada berbagai
sektor di antaranya perkembangan pada sektor pendidikan, kependudukan,
ekonomi, agama, politik, budaya dan sebagainya, yang semuanya itu tidak
terlepas dari pengaruh letak geografis Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Depok.
B. Keadaan Penduduk
Penduduk Kelurahan Rangkapan Jaya Baru rnengalami pertumbuhan
yang cukup pesat, di samping angka kelahiran yang terus melaju karena
banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS), juga banyaknya imigran-imigran
yang berdatangan dari kota-kota lainnya, khususnya kota Jakarta, karena
letak yang berdekatan itu.
Hal ini kita bisa lihat, hasil pendataan penduduk pada bulan Juni
2000 yang dituangkan pada laporan bulanan penduduk dalam bentuk Tabel
sebagai berikut:
Penduduk Nomor Usia Jumlah Keterangan
Laki-laki Perempuan 1. 0 -15 1472 1866 3338 2. 6 - 16 2037 2130 4167 3. 17 - 25 1771 1493 3264 4. 26-55 2292 2437 4729 5 56 Ke atas 309 476 785
Jumlah 7881 8402 16283
Jumlah penduduk sebesar 16.283, memiliki latar belakang kultur yang
berbeda-beda, di antaranya; ada yang berasal dari Suku Betawi (Jakarta
-
32
Asli), Suku Sunda (Jawa Barat Asli), Suku Jawa (Jawa Tengah dan Jawa
Timur Asli), .Suku Sumatra dan sebagainya. Walaupun demikian tidak tampak
di Kelurahan ini fanatisme yang berlebih-lebihan terhadap sukunya sehingga
sosialisasi antar penduduk di lalui dengan mudah dan membawa implikasi
yang positif yaitu tidak adanya konflik SARA.
C. Keadaan Ekonomi penduduk
· Sebelum pemaparan lebih lanjut tentang kondisi ekonomi penduduk
kelurahan Rangkapan Jaya Baru, penulis mengelompokan usaha penduduk
terleb1h dahulu, dengan produk-produk sebagai berikut :
1. Petani 273 orang
2. Pedagang 578 orang
3. Pegawai Negri 364 orang
4. AB RI 308 orang
5. Pensiunan/Purnawirawan 59 orang
6. Peternak 16 orang
7. Pengusaha 6 orang
8. Swasta 527 orang
9. Pengrajin 44 orang
10. Tukang Bangunan : 1100 orang
11 . Penjahit 6 orang
12. Tukang Las 4 orang
13. Tukang Ojek 102 orang
14. Bengkel 11 orang
15. Sopir Angkot 35 orang
16. Seniman 2 orang
17. Lain-lain - orang
-
33
Jumlah terbesar bidang usaha yang di~1eluti adalah sektor
perdagangan. Pada priode lalu lebih banyak sektor pEirtanian yang digeluti,
tetapi karena lahan pertanian yang semakin menyernpit sehingga banyak
petani-petani beralih profesi menjadi pedagang. Perlu pula kita kelompokkan
jumlah penduduk ke dalam kategori-kategori yang diberikan oleh pemerintah
yaitu sebagai berikut:
1. · Kelompok Pra Keluarga Sejahtra 1
2. Kelompok Sejahtra I
3. Kelompok Sejahtra II
4. Kelompok Sejahtra Ill
5. Kelompok Sejahtra Ill Plus
61 orang
~743 orang
: 1 !500 orang
: 1033 orang
: 410 orang
Dengan demikian keadaan ekonomi penduduk Kelurahan Rangkapan
Jaya Baru masuk kategori ekonomi menengah, ini terbukli sedikitnya jumlati
anggota keluarga Pra Sejahtra.
D. Keadaan Pendidikan Penduduk
Letak strategis Kelurahan Rangkapan Jaya Baru yang berdekatan
dengan Kata Jakarta, di mana pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
di kola itu menjadi lebih penting, sehingga mernpengaruhi kegiatan-kegiatan
pendidikan yang ada di sekitarnya termasuk Kata Depok, khususnya
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
Taraf kesadaran akan pentingnya pendidikan oleh penduduk sudah
mengalami kemajuan, hal ini terbukti dengan adanya jumlah tingkat
-
34
pendidikan penduduk yang ada di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Tama! SD sebanyak
2. Tamat SL TP sebanyak
3. TamatSLTAseb.anyak
4. Tamat Akademi/Sarjana Muda sebanyak
: 4021 orang
: 3G35 orang
: 2477 orang
: 1487 orang
5. Tama! Perguruan Tinggi/Sarjana : ·151 orang
Selepihnya yang tidak tamat sekolah dan belum sekolah.
Terlihat juga pada pertumbuhan institusi-institusi pendidikan yang
pesat, yang dapat dilihat pada jumlah institusi pendidikan umum sebagai
berikut:
1. lnstitusi TK sebanyak : 7 buah
2. lnstitusi SD sebanyak : 7 buah
3. lnstitusi SL TP sebanyak : 5 buah
4. lnstitusi SL TA sebanyak : 1 buah
5. lnstitusi Perguruan Tinggi sebanyak : - buah
lnstitusi Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut:
1. lnstitusi TK/TP Al Qur'an sebanyak : 7 buah
2. lnstitusi Ml sebanyak : 3 buah
3. lnstitusi MTs sebanyak : 1 buah
4. lnstitusi MA sebanyak : 1 buah
5. Pondok Pesantren sebanyak : 1 buah
6. Perguruan Tinggi Islam sebanyak : 1 buah
-
35
Melihat gambaran di alas, maka penulis berkesimpulan bahwa
sarana pendidikan sedikit banyak mempengaruhi penduduk dalam hal
pendidikan.
E. Keadaan Agama Penduduk
Berdasarkan data yang ada di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
bahwa keadaan penduduk berdasarkan agama yan~i dianutnya, sebagai
berikut:
1. Islam : ·15.475 oran(J
2. Katolik dan Protestan 813 orang
3. Budha· 19 orang
4. Hindu 16 orang
Penduduk asli Kelurahan Rangkapan Jaya Baru seluruhnya
beragama Islam, sedangkan penduduk imigrannya berbagai macam agama
yang dianut mereka.
Sedangkan tempat peribadatan masing-masrng agama sebagai
berikut:
1. Masjid
2. Mushalla
3. Gereja
4. Vihara
: 11 buah
: 32 buah
- buah
- buah
-
36
Walaupun ada penganut agama yang minoritas akan tetapi
kehidupan mereka tidak terganggu dan bebas menjalankan agamanya
masing-masing, karena mereka memiliki toleransi yang tinggi. 1
10ata dan Laporan Kantor Kelurahlln Rangkapan Jaya Baru, Depok: 2000
-
BABIV
PENGARUH KB TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAK
DI KELURAHAN RANGKAPAN JAVA BARU DEPOK
Peserta KB berjumlah 1600 orang, penulis hanya mengambil sample
sejumlah 120 orang dari populasi. Jika di prosentasekan sebesar 7,5 %
dari populasi.
Analisa dan interpretasi data yang penulis kemukakan disini
berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil angket, wawancara dan
observasi di wilayah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok.
Untuk mengefahui pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan
anak khususnya pendidikan agama anak, penulis menggunakan tabel-tabel
dari hasil angket dan observasi yang dilakukan oleh penulis sendiri.
A. Pelaksanaan Keluarga Berencana di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Depok
Perkembangan Program KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
cukup pesat. lni ditandai dengan jumlal1 peserta KB yang cukup banyak,
sejumlah 1600 peserta. Untuk mengontrol pelaksanaan KB jangan sampai
terjadi penyimpangan yang dikehendaki dengan adanya program KB
tersebut, maka dalam hal ini pemerintah setempat atau Lurah Rangkapan
Jaya Baru dengan pembina KB, mengadal\an 3 gerakan. yaitu:
07
-
38
1. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan minimal 1 bulan sekali. Penyuluhan dilakukan
oleh pembina KB Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dan terkadang dilakukan
oleh pembina dari Kecamatan Pancoran Mas atau pembina dari Balai Kota
Depok.Yang menjadi sasaran pembinaan KB adalah pasangan usia subur,
ibu hamil dan ibu menyusui. Biasanya ketika pelaksanaan penyuluhan itu
disediakan pil KB yang diberikan secara cuma-cuma. Pemerintah melakukan
hal ini, agar program KB yang dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan
dengan baik. Dan bagi rakyat misk1n dapat menjangkaunya, tanpa harus
mengeluarkan biaya yang besar.
2. Penimbangan Bayi
Penimbangan dilakukan 1 bulan sekali. Yang menjadi sasarannya
adalah mulai Batita (Bayi Usia Tiga Tahun) dan Balita (Bayi Usia Lima
Tahun). Bertujuan untuk mengawasi perkemabangan dan pertumbuhan anak.
Sehingga dapat diketahui perkembangan dan pertumbuhan serta kesehatan
anak, dan pada akhirnya pemerintah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
melakukan usaha-usaha dalam rangka mendinamisasikan perkembangan
dan pertumbuhan serta kesehatan anak. Penimban9an dilakukan tanpa
pungutan biaya dan pemerintah menyediakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
-
3. lmunisasi
PERPUSTAKAAN UT A~A -] UIN SYAHID JAKARTA
39
lmunisasi dilakukan berdasarkan aturan-aturan tertentu dan pada
usia dan kondisi tertentu. Seperti pada usia Balita, pada ibu hamil dan lain-
lain. Dan imunisasi ini diberikan secara cuma-cuma. Setiap peserta diberikan
Kartu lmunisasi. lmunisasi ini bertujuan untuk menangkal atau mencegah
penyakit-penyakit tertentu yang rentan pada usia tertentu dan pada kondisi
tertentu.
Semua kegiatan yang disebulkan tadi buk.an hanya terjadi di
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru saja, tetapi terjadi pula di Kelurahan lain
pun ada program semacam ini pula. Semuanya ini dilakukan untuk
mengawasi penggunaan KB serta hasil-hasilnya. 1
B. Pengaruh Keluarga Berencana Terhadap Keberhasilan Pendidikan
Anak di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
Tabel 1
Jumlah Anak Peserta KB
N = 120 -
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. 1 Anak 0 0
1 Agus, Staf Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Wawancara Pribadi, Depok, 23 Nopember 2000
-
40
b. 2 Anak 49 40,83
c. 3 Anak 50 41,67
d. 4Anak 15 12,50
e. 5 Anak 6 5,00
Jumlah 120 100 %
Dari label diatas dapat di ungkapkan bahwa responden yang memiliki
· 1 anak tidak mendapatkan prosentase, di mungkinkan karena penulis tidak
mendapatkan responden yang memiliki 1 anak, ·sehingga menghasilkan O %.
Sedangkan responden yang memiliki 2 anak berjumlah 49 orang atau 40,83
% responden. Sedangkan responden yang memiliki :3 anak berjumlah 50
orang atau 41,67 % responden. Disini tampak dominasi responden yang
memiliki 2 anak dan 3 anak, disebabkan oleh beberapa hal, tulisan ini
merupakan hasil wawancara dengan beberapa responden, yaitu: 1 ). Latar
belakang ekonomi, sehingga mereka khawatir kalau banyak anak segala
kebutuhan sandang, pangan, papan juga pendidikan akan terabaikan. 2).
Pemahaman Responden terhadap ketentraman hidup terletak pada
keberhasilan anak-anaknya dalam mencapai kesuksesan duniawi, dan
diharapkan pula kesuksesan ukhrowinya. Jadi singkatnya memiliki 2 atau 3
anak dengan mencapai keberhasilan semua lebih baik dari pada banyak
anak tapi semuanya tidak berhasil. Pemahaman " keberhasilan" menurut
responden anak itu dapat mengenyam per.didikan yang layak, memperoleh
-
41
pekerjaan yang layak pula, sehingga ekonomi mapan, dan dapat
menyenangkan orang tua. Kemudian responden yang memiliki 4 anak
berjumlah 15 orang atau 12,50% . dan responden yang memiliki 5 anak
berjumlah 6 orang atau 5,00%. Kedua kelompok msponden terakhir ini
jumlahnya lebih kecil, karena di mungkinkan lebih banyak responden yang
mencukupkan diri dengan memiliki 2 atau 3 anak saja.
Tabel2
Jumlah Anak Ketika Mulai Ber-KB
N = 120
Alternatif Jawaban Frekuensi
a. 1 Anal\ 80
b. 2 Anak 22
C. 3 Anak 10
d. 4 Anak 7
e. 5 Anak 1
Jumlah 120
Prosentase
66,67
18,33
8,33 I
5,83 J 0,84
----100 % I
Hasil penelitian pada label 2 ini dapat di ungkapkan bahwa responden
mayoritas mulai menjadi peserta KB ketika mulai memiliki 1 anak, hal ini
terbukti dengan jumlah responden yang cukup besar. berjumlah 80 orang
atau 66,67%. Sedangkan responden yang memulai menjadi peserta KB
ketika memiliki 2 anak, berjumlah 22 orang atau 18,33%. Selanjutnya
responden yang memulai dengan jumlah 3 anak sebanyak 1 O responden
atau 8,33%. Kemudian responden yang ketika memulai menjadi peserta KB
-
42
setelah memiliki 4 anak berjumlah 7 orang atau 5,83%. Dan responden yang
telah memiliki 5 anak baru mulai menjadi peserta KB b13rjumlah 1 responden
atau 0,84%. Disini tampak jelas semakin besar jumlah anak semakin
mengecil jumlah responden yang mulai ber-KB. Hal ini disebabkan oleh
kekhawatirkan responden terhadap kesehatan dirinya dan anaknya,
kesejahteraan ekonominya, serta waktu kelahiran yang tidak wajar atau tidak
diinginkan. Sehingga jika ber-KB setelah memiliki 1 anak maka kekhawatiran
. tersebut dapat teratasi dan perencanaan kelahiran akan lebih matang.
Tabel3
Perhatian Peserta KB Terhadap Penclidikan J~gama Anak
N = 120 Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase ~-
a. Selalu 117 97,50
b. Terkadang 3 2,50
c. Tidak Pernah 0 0
Jumlah 120 100 % .~.
Dari label 3 ini terungkap data sebagai berikut, ternyata mayoritas
responden selalu memperhatikan pendidikan agama anaknya. lni terbukti
dengan jumlah responden 117 orang atau 97,50%. Hal ini terlihat kesadaran
mereka dalam pendidikan agama anaknya yang pad.s masa sekarang ini
sangat penting sekali dalam rangka membentengi anak-anaknya dengan
keimanan dan ketaqwaan, sehingga dengan diberikannya pendidikan agama
-
43
diharapkan dapat memperoleh kesejahteraan di dunia dan akherat. Lalu
responden yang terkadang memperhatikan pendidikan agama anaknya,
hanya berjumlah 3 orang atau 2,50%. Jumlah ini sangat kecil bahkan
responden yang tidak memperhatikan pendidikan a9ama anaknya tidak
memperoleh prosentase. Dengan demikian pada hakekatnya orang tua
secara umum selalu memperhatikan pendidikan agama anaknya, hanya saja
. yang menjadi perbedaan adalah cara yang dipakai oleh masing-masing
orang tua dalam membina pendidikan agama anak-anaknya.
Tabel4
Cara Peserta KB Memberil
-
44
Cara yang digunakan responden berbeda sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan pendidikan, tingkat ekonomi, tingkat kerjasama antar
keluarga, tingkat kesadaran dan tingkat peluang waktu yang dimiliki oleh
responden. Kecenderungan responden memberikan pendidikan agama
anaknya dengan mendatangkan guru agama ke rumah hanya berjumlah 1
orang atau 0,83%. Dengan jumlah prosentase yang k•:icil ini di mungkinkan
. respe>nden tidak mampu untuk memberikan pengl1argaan terhadap guru
agama tersebut, karena dilatar belakangi oleh tingkat ke·sejahteraan ekonomi
yang belum memadai, atau lingkungan yang dianggap sudah mendukung
pendidikan agama anaknya. Lalu responden yang mengambil cara dengan
menyekolahkan anaknya ke sekolah pendidikan agama, mendapatkan
pilihan yang terbanyak berjumah 56 orang atau 46,67%. Hal ini menunjukkan
bahwa responden lebih cenderung dan yakin clengan menyekolahkan
kesekolah penclidikan agama untuk menclapatkan penclidikan agama yang
lebih baik.Kemuclian responden yang mengambil cara dengan menyediakan
buku-buku agama tidak menclapatkan prosentase. Dimungkinkan
keterbatasan kemampuan ekonominya serta ketidaktahuan atau
kebelumtahuan responden, buku-buku apa yang harus disediakan untuk
anak-anaknya. Kemudian responden yang mengambil cara clengan
menitipkan anak-anaknya ketempat-tempat pengajian berjumlah 28 orang
atau 23,33%. Pengajian-pengajian semacam ini san~1at membantu sekali
dalam pendidikan agama anak, khususnya dalam bidann membaca Al Qur'an
-
45
dan ini masih dapat kita rasakan di perkampungan-perkampungan. Namun
sekarang dengan tumbuh suburnya Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA)
bukan hanya berada diperkampungan saja, akan tetapi juga di kota besar
semacam kola Jakarta tumbuh TPA. Dan responden yang mengambil semua
cara ini berjumlah 35 orang atau 29, 17%. Menurut hasil penelitian penulis,
banyak responden yang hanya melingkari tiga cara di atas yaitu point b,c dan
d, sedangkan point a sangat sedikit sekali yang memilihnya.
Tabel5
Cara Peserta KB Membentuk Suasana Rumah T
-
46
berjamaah, berjumlah 9 orang atau 7,50%. Ada juga rnsponden yang hanya
mengajak anaknya mengaji, hanya berjumlah 6 orang atau 5,00%. Kemudian
responden yang menempuh cara memberikan tauladan yang baik berjumlah
31 orang atau 25,83%. Berdasarkan wawancara ada responden yang
mengatakan: bahwa memberikan tauladan yang baik merupakan keharusan
bagi orang tua. Menurut penulis, apa yang dikatakan oleh salah seorang
responden itu betul sekali, karena anak kecil diibaratkan kertas putih. Orang
tuanyalah yang berperan penting untuk mewarnai kertas putih tadi.
Responden yang menempuh cara dengan melengkapi kebutuhan anaknya
dengan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan untuk kegiatan keagamaan
berjumlah 8 orang atau 6,67%. Responden yang menoambil semua cara ini
mendapatkan peringkat teratas berjumlah 66 orang atau 55,00%. Hal ini
dapat dimungkinkan bahwa tingkat kesadaran responden terhadap
urgensinya membentuk suasana rumah tangga yang agamis mulai tinggi.
Tabel6
Cara Peserta KB Memenuhi Kebutuhan
Pendidikan Agama Anak
N = 120
Alternatif Jawaban
a. Memenuhi sesuai kebutuhan anak
b. Memenuhi sesuai keinginan anak
Frekuensi
42
6
Prosentase
35,00
5,00
-
47
c. Memenuhi sesuai kemampuan 70 58,33
d. Memenuhi sewaktu-waktu saja 2 1,67
Jumlah 120 100 %
Penelitian yang dilakukan oleh penulis pada label 6 irn
men~gambarkan, bahwa dalam proses pendidikan agama anak pasti
membutuhkan perlengkapan untuk suksesnya pendidikan anak. Dalam hal ini
responden berbeda-beda cara memenuhi kebutuhan anak-anaknya
khususnya untuk kebutuhan pendidikan agamanya. Ada responden yang
memenuhi kebutuhan anaknya sesuai dengan kebutuhan anak, responden
yang mengambil cara ini berjumlah 42 orang atau 35,00%. Peringkat kedua
terbanyak ini di mungkin sudah memahami kebutuhan anak dalam
pendidikan agamanya. Kemudian responden yang memenuhi kebutuhan
pendidikan agama anak sesuai dengan keinginan anak berjumlah 6 orang
atau 5,00%. Sedikitnya yang memilih jawaban ini di mungkinkan jika
kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan anak, cenderung memanjakan
anak dan kemungkinan akan menghalangi sifat kreatifltasnya.
Peringkat terbanyak adalah responden yang memilih c, yaitu
memenuhi kebutuhan untuk aktivitas pendidikan agama anaknya dengan
menyesuaikan kemampuannya, berjumlah 70 orang atau 58,33%.
Disebabkan responden menyesuaikan dengan kemampuan ekonominya
-
48
yang dapat dikatakan masih mengalami pasang surut serta berkaitan pula
situasi dan kondisinya. Dan yang terakhir adalah responden yang
memenuhinya sewaktu-waktu saja, artinya dengan melakukan perencanaan
terprogram atau bisa juga berarti tidak ada program yang pasti waktunya,
untuk alternatif jawaban ini paling sedikit yaitu berjumlah 2 orang atau 1,67%.
Dan di anggap cara ini kurang baik.
Tabel7
Perintah Peserta KB Kepada Anak
Untuk Menjalankan Ajaran Agama
N = 120 •..
~
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
-------a. Selalu 117 I 97,5
b. Terkadang 3 I 2,5
c. Tidak Pernah 0 0 I
-·------~-
Jumlah 120 100 % ______ ___J
Pada label 7 diatas, terungkap data bahwa responden yang selalu
memerintahkan anaknya untuk menjalankan agama berjumlah 117 orang
atau 97,5%. Prosentase yang terbesar ini dapat difahami bahwa tingkat
kesadaran responden tentang pentingnya menjalankan ajaran agama serta
-
49
pentingnya pendidikan dalam bentuk perintah untuk menjalankan ajaran
agama sudah tinggi. Kemudian responden yang terkadang memerintahkan
dan terkadang tidak, berjumlah 3 orang atau2,5%. Ballkan responden yang
terkategorikan tidak pernall memrintahkan anaknya untuk menjalankan
ajaran agama tidak mendapatkan prosentase. Karena jika tidak ada tindakan
sam sekali dari orang tua baik dalam bentuk perintah maupun bentuk
perbuatan maka akan membahayakan anaknya sendiri.
Tabel8
lntensitas Peserta KB mengajurkan
dan Memberi Petunjuk Kepada Anak Tentang Ajarnn-Ajaran Agama
N = 120 -
Alternatif Jawaban Frekuensi . Prosentase
a. Selalu 115 95,83
b. Terkadang 5 4,17
c. Tidak Pernah
I
0 0
Jumlah -·
I 120 100 %
Pada tabel 8 di alas, terungkap data sebagai berikut: Tingkat
pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama responden berbeda-beda,
sehingga dalam memberikan pengajaran dan memberikan petunjuk tentang
ajaran-ajaran agama yang benar kepada anak pun berbeda-beda, akan tetapi
-
50
pada hakekatnya sama yaitu se!alu mengajarkan dan memberi petunjuk
kepada anak tentang ajaran-ajaran agama yang benar, terbukti sebanyak
115 orang atau 95,83% mendominasi jawaban ini. Teirlihat pula responden
yang terkadang melakukannya yaitu hanya berjumlah 5 orang atau 4, 17%.
Bahkan responden yang tidak pernah melakukannya, tidak mendapatkan
prosentase.
Tabel9
Motivasi Peserta KB
N = 120
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase I 15 12.50 I 19 15,83
Meningkatkan Pend1dikan Anak
b. Memperbaiki Perekonomian Keluarga
c. Menjaga kesehatan lbu dan Anak 13 10,83 I
d. Semua Motivasi ini 73 60,84
Jumlah -----+-~
120 100 %
Dari hasil penelitian pada tabel 9 ini, terungkap bahwa para responden
memiliki motivasi yang berbeda-beda sesuai den9an pemahamannnya
terhadap program KB. Ada responden yang hanya rnemiliki motivasi untuk
meningkatkan pendidikan anaknya berjumlah 15 orang atau 12,50%. Ada
juga responden yang hanya memiliki motivasi untuk memperbaiki
perekonomian keluarga saja sebanyak 19 orang atau 15,83%. Kemudian
-
51
responden yang hanya memiliki motivasi untuk menjaqa kesehatan diri dan
anaknya, sebanyak 13 orang atau 10,83%>. Dua motivas1 diatas yaitu motivasi
pada point b dan c adalah dua motivasi yang dipahami oleh peserta KB pada
awal-awal perkembangannya. Namun kemudian berkembang dan meningkat
kemotivasi yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan bagi anak. Dan
responden yang mengambil semua motivasi ini, sebanyak 73 orang atau
60,84%. Menurut beberapa responden yang memilil1 ketiga motivasi ini
bahwa motivasi ini dapat dirasakan oleh dirinya.
Tabel10
Perkiraan Jumlah Anak Peserta KB
Yang Memiliki Kemampuan Mengarahkannya Kearah Pendidikan Anak
N = 120 I Alternatif Jawaban fa 1 Anak I b. 2 Anak
c. 3 Anak
d. 4 Anak
e. 5 Anak
Frnk~•n•i I Pm•:n••1 31 3o,s3 I 54 45 00 I , I 24
5
20,00
4,17
----"·~--·--------~~---·----·· -·+----~--+---·--·-----·-
Jumlah 120 100 %
Pada tabel 1 O diatas, terungkap data bahwa prosentase terbesar dari
perkiraan kemampuan jumlah anak yang akan diarahk.an kearah pendidikan
agama bagi responden yaitu 3 anak, sebanyak 54 orang atau 45,00%. Lalu
-
prosentase terbesar kedua yang hanya diperkirakan mampu 2 anak saja,
sebanyak 37 orang atau 30,83%. Kedua kelompok terbesar ini, beranggapan
bahwa memiliki 2 atau 3 anak, dapat meringankannya clalam menclidik anak,
sehingga kemungkinan berhasil itu besar. (Menurut beberapa responden).
Ada juga responden menurut perkiraannya mampu hanya 4 anak, pada
golongan ini berjumlah 24 orang atau 20,00%. Dan responden yang
diperkirakan mampu 5 anak berjumlah 5 orang atau 4, 17'%. Tetapi responden
yang hanya memperkirakan mampu 1 anak ticlak mendapatkan prosentase.
Dalam hal ini penulis menduga bahwa responden yang berkeinginan memiliki
hanya 1 anak.
Tabel 11
Kemudahan Yang Dirasakan Peserta KB Dalam Memberikan
Pendidikan Agama Anak Setelah Menjadi Peserta KB
N = 120 Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
-------a. Ya 108 90
b. Terkadang 9 7,5
c. Tidak 3 2,5
Jumlah 120 100 %
Has ii penelitian penulis pada label 11 ini terungkap, sebanyak 108
orang atau 90% responden menyatakan setuju bahwa dengan masuknya
mereka menjadi peserta KB dapat mempermudah pemberian pendidikan
agama pada anak. Hal ini disebabkan: 1 ). Terencananya kelahiran anak,
-
53
sehingga tidak terlahir anak yang tidak diinginkan. 2).Terjaga kesehatan diri
dan anaknya 3). Terfokus perhatiannya kepada anak. Kemudian Responden
yang kadang-kadang merasakan kemudahan setelah masuknya responden
tersebut menjadi peserta KB hanya berjumlah 9 ornng atau 7,5%. Dan
responden yangntida mengalami kemudal1an dan perubahan dalam
memberikan pendidikan agama anak setelah masuknya mereka menjadi
peserta KB, sebanyak 3 orang atau 2,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan responden mengalami pengaruh atau mengalami perubahan
setelah menjadi peserta KB, dalam hal mendapatkan kemudahan dalam
memberikan pendidikan agama anak.
-
Tabel ·12
Terjaminnya Keberhasilan Pendidik.an
Agama Anak Bagi Peserta KB
N = 120 -
Alternatif Jawaban Frekuensi
a. Ya 99
b. Terkadang 12
c. Tidak 9
Jumlah 120
Prosentase
82,50
10,00
7,50
---100 %
Tabel 12 ini, dapat diuraikan bahwa 99 orang atau 82,50% responden,
yang meyakini bahwa masuknya mereka menjadi peserta KB dapat
-
54
menjamin keberhasilan pendidikan agama anak. Ada juga responden yang
hanya meyakini 50% saja dari keyakinannya terhadap jaminan masuknya ia
menjadi peserta KB dapat menjamin keberhasilan pendidikan agama anak.
Kelompok responden ini berjumlah 12 orang atau 10,00%. Sedangkan
responden yang tidak yakin terhadap jaminan itu, b1:irjumlah 9 orang atau
7,50%. Menurut penulis pada kelompok terakhir ini dimungkinkan belum atau
tidak terbuktinya jaminan tersebut.
Tabel13
Tindakan lbu Peserta KB Terhadap Penyimpangan
Yang dilakukan Oleh Anaknya Terhadap Aj;aran Agama
N = 120 ··---
Alternatif Jawaban Freku en :Si Prosentase .
a. Menegur dengan memberikan 11l 95,0
nasehat 6 5,0
b. Memarahi 0 0
c. Memberikan hukuman 0 0
d. Membiarkan
---··---· -Jumlah 12 0 100 %
.
'
Dari data penelitian pada label 13 di alas, dapat diungkap data bahwa
responden yang melakukan tindakan dengan menegur sambil memberikan
nasihat, memperoleh jumlah terbanyak, sejumlah 114 orang atau 95,0%.
Kemudian responden yang mengambil tindakan dengan memarahi, sejumlah
-
55
6 orang atau 5,0%. Dan responden yang mengambil tindakan dengan
memberikan hukuman (point c) dan responden yang tidak mengambil
tindakan atau membiarkan (point d) tidak mendapatkan prosentase. Terlihat
jelas bahwa kebanyakan responden mengambil tindakan yang tidak melukai
rohani atau jasmani anaknya, walaupun penyimpangan itu dilakukan oleh
anaknya. Di sinilah tampak kasih sayang orang tua terhadap anak.
Tabel14
Cara lbu Peserta KB Memberikan Dorongan
Kepada Anak Agar Mau Melaksanakan Ajaran Agama
N= 120
.. -·---Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
··- -· a. Memberikan pujian 37 30,83
b. Memberikan ganjaran 4 3,33
c. Memberikan hukuman 5 4, 17
d. Memberikan perlengkapan ib adah 74 61,67
Jumlah 120 100 % . -·
Pada label 14 di atas, dapat dijelaskan bahwa responden yang
memberikan dorongan kepada anak agar mau melaksanakan ajaran agama
dengan cara memberikan pujian, sebanyak 37 orang atau 30,83%. Dampak
positif dari pujian orang tua terhadap anak di antaranya dapat menimbulkan
satu kekuatan yang dapat mendorong anak untuk rnelakukan kebaikan.
Karena dengan pujian, anak merasakan bahwa perbuatan baiknya yang telah
-
56
1a lakukan, membuatnya semakin dihormati dan disayangi orang lain,
terutama oleh orang tuanya. Kemudian responden yang memberikan
dorongan dengan cara memberikan ganjaran kepada anal
-
58
mendominasi dari pernyataan-pernyataan berikutnya. Hal ini
mengindikasikan juga sebagian keberhasilan pendidikan agama anak bagi
responden. Kemudian responden yang menyatakan bahwa anaknya
mendengarkan dan tidak/kadang-kadang melaksanakan nasehatnya
sejumlah 30 orang atau 25,00%. Lalu responden yang menyatakan anaknya
lebih banyak membantah dengan kata-kata sebanyak 2 orang atau 1,67%.
Tetapi responden yang mneyatakan, anaknya membantah dengan perbuatan
tidak mendapatkan prosentase. Dan yang menyatakan diam saja berjumlah
1 O orang atau 8,33%. Terlihat jelas dari prosentase-prosentase di alas sikap
penghormatan seorang anak terhadap orang tuanya kotika sedang dinasehati
cukup tinggi.
Tabel '17
Sikap Anak Terhadap Perintah Orang Tua
N = 120
I Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase - -a. Mematuhi 93 77,50
b. Terkadang 27 22,50
c. Tidak patuh 0 0
~-- ---Jumlah 120 100%
Hasil penulis lakukan, dapat digambarkan responden yang
menyatakan kepatuhan anak terhadap perintahnya sebanyak 93 orang atau
-
59
77,50%. Pernyataan ini yang mendapatkan prosentase terbesar. Responden
yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 27 orang atau 22,50%. Dan
responden yang mneyatakan tidak kepatuhan anak terhadap perintah orang
tua, tidak mendapatkan prosentase. Jumlah terbEisar dari penyataan
responden tentang kepatuhan anaknya, mengindikasikan sikap positif yang
dimfliki anak seperti tersebut diatas merupakan suatu bagian keberhasilan
pendidikan agama anak juga.
Tabel 18
Sikap Anak Ketika Berbicara Kepada Kedua Orang Tuanya
N = 120
f
--···-- Alternatif Jawaban a. Sopan
1 b. Terkadang
c. Tidal< Sopan
I
Frekuensi Prosentase ·1-------98 81,67
21 17,50
1 0,83
120 100 %
Data yang terungkap dari label diatas yaitu, sebanyak 98 orang atau
81,67% responden yang mneyatakan sikap sopan anaknya ketika mereka
berbicara. Responden yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 21 orang
atau 17 ,50% dan responden yang menyatakan ketidak sopanan anaknya
hanya 1 orang atau 0,83%. Kondisi jiwa sedang berduka cita atau riang
gembira, sedang dikuasai oleh emosi marah atau tidak dan sebagainya
sangat mempengaruhi pembicaraan seseorang terhadap orang lain. Begitu
-
60
pula anak terhadap orang tuanya. Sehingga berbicaranya sang anak kepada
orang tuanya bersifat nisbi atau relatif artinya berubah-ubah tergantung
kondisi si anak tadi. Pada tabel ini yang mendominasi adalah sikap sopan
anak ketika berbicara pada orang tuanya. Hal ini dimungkinkan temperatur
jiwa anak bersifat stabil, walaupun waktu-waktu tertentu ada ketidak stabilan
tetapi dapat dikendalikan dan dimungkinkan pula kewibawaan orang tua
dihadapan anak-anaknya.
Tabel19
Sikap Anak Ketika Keluar Rumah
Alternatif Jawaban
a. lzin
b. Terkadang
c. Tidak lzin
Jumlah
N = 120 -~------··-~- --~
Frekuensi Prosentase -+---c-cc=-----l--·----~~-1
101 89,11
13
0
120
10,83
0
, 100 % I J_ ___ ____J
Pada label 19 ini menggambarkan sikap anak ketika keluar rumah,
ada anak yang selalu izin dinyatakan oleh responden sebanyak 101 orang
atau 89, 11%. Ada pula anak yang kadang-kadang izin dan kadang-kadang
tidak dinyatakan oleh responden sebanyak 13 orang atau 10,83%. Tetapi
yang tidal< pernah izin tidak mendapatkan prosentase. Berdasarkan
wawancara penulis dengan beberapa responden bagaimana sikap anak izin
kepada orang tuanya? Ada responden yang menjawab: "Anak saya izin
-
PERPUSTA~N~TAMAJ UIN SYAHID JAKAHTA
61
hanya dengan kata-kata", ada juga responden yang menjawab: "Anak saya
izin denga berjabatan tangan sambil mengucapkan salam dengan orang
tuanya". Dengan demikian ini juga merupakan sebagian keberhasilan
pendidikan agama anak bagi responden.
Tabel20
Sikap Anak Terhadap Kegiatan-Kegiatan
Keagamaan Di Lingkungannya
N = 120
r----·--A-lt __ e __ rn_a __ t __ if __ J __ a_w._ab __ a __ n ________ + Frnk"'"';-1 Pmsonfaso a. Turut Serta 95 79, 17
b. Terkadang 25 I 20,83
,_c __ . __ T_id~--k--P __ e __ rna __ h___________ ··-+-----0-·- _L .. o ___ , 120 .1-.1.~0 % _J Jumlah
···--··-~-·-·-----------------~-
Tabel 20 di atas terungkap data bahwa responden yang menyatakan
anaknya selalu turut serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
dilingkungannya sebanyak 95 orang atau 79, 17%. Yang menyatakan kadang-
kadang berjumlah 25 orang atau 20,83% dan yang menyatakan tidak pernah
tidak mendapatkan prosentase. Kegiatan keagamaan yang dimaksud adalah
kegiatan yang bersifat ritual seperti salat lima waktu secara berjamaah
dimasjid, mushala, atau surai dan yang bersifat non ritual seperti pengajian-
-
62
pengajian yang diadakan oleh karangan orang tua maupun remaja, diskusi
atau dialog tentang agama dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan inilah yang
sangat mendukung proses pendidikan agama anak.
C. Beberapa Faktor Penunjang dan Penghambat Ter!hadap Keberhasilan
Pendidikan Anak
Tabel 21
Pandangan Peserta KB Terhadap Elmnomi
Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak
N = 120
Alternatif Jawaban Frekmmsi Prosentase
a 93 77,5
erkadang 18 15,0
idak 9 7,5 . ·-· ..•
Jumlah 120 100 % ----·---·-"'
Pada label 21 di atas mengungkapkan bahwa ekonomi menjadi faktor
penunjang bahkan faktor utama terhadap keberhasilan pendidikan anak, hal
ini diyakini oleh 93 orang atau 77,5%responden. Ada beberapa responden
beralasan bahwa kalau ekonomi tidak mapan, maka mereka tidak akan
111a111pu melengkapi kebutuhan anak untuk pendidikan agamanya. Demikian
pula kalau ekonomi mapan, belajar anak pun tenang, tidak selalu memikirkan
kemampuan ekonomi orang tuanya serta dapal: terpenuhi segala
kebutuhannya. Ada pula responden yang menyatakan: terkadang
-
63
kemapanan ekonomi dapat menjamin keberhasilan pe1ndidikan agama anak
terkadang juga tidak. lni menurut 18 orang atau 15,0% responden. Karena
keberhasilan pendidikan agama anak ditentukan oleh pembinaan orang tua
terhadap anaknya serta tergantung pada individu si anak tersebut,
pernyataan ini menurut beberapa responden. Tetapi ada pula reseponden
yang menyatakan, bahwa ekonomi bukan menjadi faktor penunjang
keberhasilan pendidikan anak. Responden yang berkeyakinan seperti ini
sebanyak 9 orang atau 7,5% responden. Bahkan ada responden yang
menyatakan: bisa saja ekonomi menjadi penghalang l
-
64
merupakan faktor penunjang keberhasilan pendidikan a~iama anak, sebanyak
87 orang atau 72,50% responden. Mereka yang setuju pernyataan ini sekolah
menjadi tumpuan besar untuk membina dan mendidik a!~ama anak mereka di
sekolah agama tersebut dan juga karena keterbatasan waktu atau
pengetahuan mereka sehingga mereka lebih cenderung untuk menitipkan
anak mereka ke sekolah agama tersebut. Kemudian ada juga pernyataan
seko1ah agama bisa juga menjamin dan tidak bisa menjamin untuk
keberhasilan pendidikan agama anak. Responden yang setuju dengan
pernyataan ini sebanyak 22 orang atau 18,33% responden. Ada juga
responden yang bersifat fesimis, artinya mereka tidak yakin bahwa sekolah
dapat menunjang keberhasilan pendidikan agama anak, ini diikuti oleh 11
orang atau 9, 17% responden. Ada responden yang berpendapat: faktor
keluarga dan lingkunganlah yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan agama anak.
Tabel23
Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Peserta KB
Dalam Memberikan Pendidikan Agama Anak
N = 120
Altematif Jawaban Frekuensi
a. Anak tidak menurut 51
b. Tidak banyak memiliki waktu 24
c. Perlengkapan belajar agama anak 21
L kurang
Prosentas
e
42,5
20,0
17,5
-
d. Tidak mengetahui cara mendidik agama
anak yang baik
e .................................. . Jumlah
--------· ---
24
0
120
20,0
0
[ 100%
65
Didapat data dari label 23 di atas sebagai berikut, dalam proses
pendidikan agama anak pasti akan menemui hambatan-hambatan atau
kesulitan-kesulitan yang akan dialami oleh pendidik (orang tua). Berbagai
macam kesulitan yang akan ditemui seperti anak tidak rnenurut kepada orang
tua, hal ini dialami oleh 51 orang atau 42,5% responden. Adapula responden
yang tidak memiliki banyak waktu karena responden tersebut mungkin
sebagai wanita karir atau sebagai pegawai disuatu instansi atau lainnya,
sebanyak 24 orang atau 20,0% responden. Kemudian responden yang
menemui kesulitan pada perlengkapan belajar agama anak sebanyak 21
orang atau 17,5% responden. Dan responden yang mengalami kesulitan
karena tidak mengetahui cara mendidik agama yang baik untuk anak,
sejumlah 24 orang atau 20,0% responden. Kemudian ada responden
menambahkan kesulitan-kesulitan yang ditemuinya, di antaranya: 1 ).
Kurangnya pengetahuan agama, 2). Tidak memiliki kemampuan ekonomi
yang cukup.
Tabel24
Pandanagan Peserta KB Terhadap Kebudayaan Setempat
Menjadi Penghalang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak
N = 120
-
66
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ya 33 27,50
b. Terkadang 29 24,17
c. Tidak 58 48,33
Jumlah 120 100 %
Dari label 24 di atas dapat diungkap data sebagai berikut sebanyak
33 orang atau 27,50% responden menyatakan ya atau setuju bahwa
kebudayaan setempat menjadi penghalang proses pendidikan agama anak.
Berdasarkan wawancara antara penulis dengan beberapa orang responden,
bahwa hiburan yang diadakan oleh orang yang mengadakan walimah
(resepsi) atau pesta, sudah menjadi tradisi atau sudah membudaya
dikalangan masyarakat. Hiburan tersebut berupa film layar, film VCD atau
kesenian dangdut yang menampakkan aural yang tidak wajar atau dilarang
oleh Islam. Hal semacam inilah yang clikatakan kelompok responden tadi
menjadi penghalang. Adapula responden yang menyatakan bahwa,
terkadang kebudayaan setempat menjadi penghalang dan terkaclang pula
kebudayaan setempat menjadi pendukung/penunjang, ini yang clinyatakan
oleh 29 orang atau 24, 17% responden. Karena kelompok responden ini
memahami bahwa kebudayaan tersebut ada yang negatif ada pula yang
positif. Dan kelompok responden yang terakhir, lebih cendrung kepada
pemahaman bahwa kebudayaan setempat menjadi P'"ndukung/penunjang
iuga keberhasilan pendidikan agama anak. Pendapat ini diikuti oleh 58 orang
atau 48,33% responden. Kebudayaan dalam hal ini adalah kebudayaan yang
positif.
-
Tabel25
Pandangan Peserta KB Terhadap Lingkungan
Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak
N = 120 Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ya 76 63,33
b. Terkadang 34 . 28,33
c .. Tidak 10 8,34
Jumlah 120 100 % .
67
Berdasarkan data yang penulis dapat dari label 25 ini terungkap
bahwa mayoritas responden setuju atau menyatakan ya kepada pernyataan
bahwa lingkungan itu menjadi penunjang keberhasilan pendidikan agama
anak tentunya lingkungan yang mengandung nilai-nilai positif. Pernyataan
semacam ini diikuti oleh 76 orang atau 63,33% responden. Sedangkan
responden yang menyatakan bahwa terkadang lingkungan mendukung
proses pendidikan agama anak tapi terkadang pula dapat menjadi
penghalang keberhasilan pendidikan agama anak, pendapat ini dianut oleh
34 orang atau 28,33% responden. Dan yang menyatakan bahwa lingkungan
tidak mendukung proses pendidikan anak sebanyak 10 orang atau 8,340/o
responden.
Tabel26
Pandangan Peserta KB Terhadap Program KB
Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak
N = 120
-
68
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase - --
a. Ya 48 81,62 b. Terkadang 18 15,00
c. Tidak 4 3,33
Jumlah 120 100 %
Pada label 26 terakhir ini derungkap data bahwa sebanyak 98 orang
atau 81,67% responden merasakan adanya program KB menjadi penunjang
keberhasilan pendidikan agama anak. Dengan alasan sebagaimana yang
telah penulis utarakan pada tabel 11. Kemudian yang menyatakan bahwa
terkadang dengan adanya program KB dapat menunjang dan terkadang pula
tidak bisa menunjang keberhasilan pendidikan agama anak. Yang setuju
pernyataan ini sebanyak 18 orang atau 15,00% responden. Dan sejumlah 4
orang atau 3,33% responden yang menyatakan dengan adanya program KB
tidak menjamin atau menunjang keberhasilan pendidikan anak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program KB dapat
menunjang keberhasilan pendidikan agama anak. Hal ini terbukti dengan
mayoritas responden yang menyatakan ya atau setuju dengan pernyataan
lnl.
-
BABV
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab
sebelumnya, dengan didukung oleh analisa data terhadap persoalan
Keluarga Berencana yang berhubungan dengan Keberhasilan Pendidikan
Ana~, khususnya pendidikan agama anak, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Keluarga Berencana dapat dimaksuclkan kepada penggunaan metode-
metode kontrasepsi oleh suami isteri berclasarkan persetujuan bersama
dalam rangka mengatur kesuburan mereka untuk menghinclari kesulitan
kesehatan, pendidikan, kemasyarakatan dan 13konomi, dan untuk
memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya
dan masyarakat.
2. Ukuran keberhasilan penclidikan agama anak dapat di tilik dari sikap anak
yang positif atau memiliki akhla