amsori - uin syarif hidayatullah jakarta official...

89
F'ERPUSTAKAAN I UIN SYAHID PELAKSANAAN KELUARGA BERl:NCANA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESERHASll.AN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI KELURAHAN RANGKAPAN JAVA BARU DEPOK Oleh AMSORI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH IAIN "SY ARIF HIDA YA TULLAII" JAKARTA 1421HI2001 M

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • F'ERPUSTAKAAN UTA~ I UIN SYAHID JAKART~

    PELAKSANAAN KELUARGA BERl:NCANA

    DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESERHASll.AN PENDIDIKAN

    AGAMA ANAK DI KELURAHAN RANGKAPAN JAVA BARU DEPOK

    Oleh

    AMSORI

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH IAIN "SY ARIF

    HIDA YA TULLAII"

    JAKARTA

    1421HI2001 M

  • KATAPENGANTAR

    Alhamdulillah, penulis bersyukur kepada Allah Yang Maha Tunggal,

    segala puji hanya milik-Nya, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam.

    Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

    saw, keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya, yang setia hingga

    Hari· Pembalasan.

    Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar

    sarjana Strata Satu (S1 ), di Perguruan Tinggi-termasuk di IAIN "Syarif

    Hidayatullah" Jakarta-adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk

    skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul "

    Pelaksanaan Ke/uarga Berencana dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan

    Pendidikan Anak di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru DE1pok".

    Selama pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan

    yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,

    pengumpulan bahan-bahan (data), maupun pembiayaan dan lain sebagainya.

    Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan

    bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat

    diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga skripsi ini dapatdiselesaikan. Oleh

    karena itu, sepatutnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

    sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-iin1~ginya kepada semua

    pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini,

    terutama kepada:

  • 1. /bu Ora. Hj. Siti Sa/miah, yang dengan cermat, tekun, sabar dan teliti

    dalam memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuknya kepada penulis,

    sehingga upaya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    2. Bapak Ors. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.Ag., yang dengan kelapangan

    dadanya, meluangkan waktu guna memberikan arahan-arahan serta

    bimbingan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

    dengan baik. Juga sebagai Dasen Penasehat Akademik, yang telah

    banyak memberikan dorongan moral dalam penyelesaian studi, serta

    sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN

    "Syarif Hidayatullah" Jakarta, yang telah banyal< rnemberikan nasihat-

    nasihat berharga.

    Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Rif'at Syauqi Nawawi, MA., Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN "Syarif Hidayatuilah" Jakarta, yang telah memberikan petunjuk-

    petunjuk yang berharga.

    2. Bapak Chepi Suradi SA, Lurah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, yang

    benyak memberikan arahan-arahan yang berharga dalam penAlitian

    penulis.

    3. /bu Karmaini dan Bapak Agus Suryana, pengurus KB Kelurahan

    Rangkapan Jaya Baru Depok yang telah banyak memberikan motifasi

    dan penjelasan-penjelasan berharga dalam pencarian data penelitian

    untuk penyelesaian penulisan skripsi ini.

    ii

  • DAFTAR ISi

    Hal.

    KATA PENGANTAR. ......................................................................... i

    DAFTAR ISi. ................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL. .............................................................................. vi

    DAFT AR LAMPIRAN ................................................... -..................... viii

    . BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masai ah ....................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 5

    C. Metodologi Penelitian ........................................................... 6

    D. Sistematika Penulisan ......................................................... 8

    BAB II. KELUARGA BERENCANA (KB) DAN PENDIDll

  • C. Keadaan Ekonorni Penduduk .............................................. 32

    D. Keadaan Pendidikan Penduduk ........................................... 33

    E. Keadaan Agarna Penduduk ................................................ 35

    BAB IV. PENGARUH KB TERHADAP KEBERHASILAN

    PENDi Di KAN AGAMA ANAK DI KELURAHAN RANGKAPAN

    JAYA BARU DEPOK ......................................................... 37

    A. Pelaksanaan Keluarga Berencana (KB)

    di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok ............................ 37

    B. Pengaruh Keluarga Berencana (KB) Terhadap

    Keberhasilan Pendidikan Agarna Anak

    Di Kelurahan Tersebut.. ..................................................... 39

    C. Beberapa Faktor Penunjang dan Pengharnbat

    Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agarna Anak .................... 62

    BAB V. PENUTUP ..................................................................... 69

    A. Kesirnpulan .................................................................... 69

    B. Saran-Saran ................................................................... 71

    DAFT AR PUSTAKA ........................................................................ 73

    LAMPIRAN .................................................................................... 76

    \I

  • Tabel 1

    Tabel 2

    Tabel 3

    Tabel4

    Tabel5

    Tabel 6

    Tabel 7

    Tabel8

    Tabel9

    Tabel 10

    Tabel 11

    Tabel 12

    Tabel 13

    Tabel 14

    DAFTAR TABEL

    : Jumlah Anak Peserta KB (Keluarga Berencana). (hal. 39)

    : Jumlah Anak Ketika mulai ber-KB. (hal. 41)

    : Perhatian Peserta KB Terhadap Pendidikan Agama Anak. (hal.42)

    : Cara Peserta KB Memberikan Perhatian Terhadap Pendidikan Agama Anak. (ha!.43)

    Cara Peserta KB Membentuk Suasana Rumah Yang Agamis. (hal.45)

    Cara Peserta KB Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Agama Anak. (hal.46)

    Perintah Peserta KB kepada Anak untuk Menjalankan Ajaran Agama. (hal.48)

    lntensitas Peserta KB Mengajarkan dan Memberi Petunjuk kepada Anak tentang Ajaran-Ajaran A(Jama. (hal.49)

    : Motivasi Peserta KB. (hal.50)

    Perkiraan Jumlah Anak Peserta KB yang Memiliki Kemampuan Mengarahkannya ke arah Pendidikan Agama. (hal.51)

    Kemudahan yang Dirasakan oleh Peserta KB dalam Memberikan Pendidikan A.gama Anak Setelah Menjadi Peserta KB. (hal.52)

    Terjaminnya Keberhasilan Pendidikan Agama Anak bagi Peserta KB. (hal.53)

    Tindakan lbu Peserta KB Terhadap Penyimpangan yang Dilakukan oleh Anaknya dari Ajaran Agama. (hal.54)

    Cara lbu Peserta KB Memberikan Dorongan kepada Anal\

    VI

  • DAFTAR LAMPIRAN

    1. Surat keterangan risel/penelitian dari Fakultas Tarbiyah lnstitut Agama Islam Negeri "Syarif Hidayatullah" Jakarta. (hal. 76)

    Surat · Keterangan telah melaksanakan Riset di Kelurahan Rangkapan 2. Jaya Baru .. ( hal.77)

    3. Serita Acara Wawancara. (hal. 78)

    4. Angket penelitian untuk peserta KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok. (hal. Du)

    viii

  • PERPUST AKAAN UT AMA .f ~ UIN SYAHID JAKA.RTA j_J

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembentukan keluarga dalam Islam bermulc1 dengan terciptanya

    hubungan suci yang terjalin antara seorang lelaki dengan seorang

    perempuan melalui perkawinan yang sah. Oleh sebab itu kedua suami istri

    , . merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Jadi keluarga dalam

    pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari

    seorang suami dan seorang istri, atau dengan kata lain keluarga adalah

    perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang

    bersifat terus menerus di mana yang satu merasa tentram dengan yang lain

    sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika

    suami istri itu dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi

    unsur ketiga dalam keluarga di samping dua unsur sebelumnya.

    Tentang pentingnya unsur anak-anak ini sendiri banyak ayat Al Qur'an

    yang menegaskan bagaimana tabiat manusia · cinta kepada anak sebagai

    salah satu perhiasan hidup dan sumber kebahagiaan umat manusia jika

    anak-anak itu saleh.1 Di antara ayat Al Qur'an yan9 menjelaskan hal itu

    adalah Firman Allah SWT.:

    1Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995),

    Cet. ke-3, h. 346-34 7

  • 2

    Artinya:

    "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatangternak dan sawah

    · ladang. ltulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." 2

    Kepentingan ganda inilah yang menyebabkan masyarakat Islam

    berusaha keras untuk mengukuhkan, menguatkan dan mengusahakan

    segala jalan untuk menolong keluarga menjadi kuat dan terpadu.

    Diusahakannya segala jalan untuk menguatkan dan memperkokoh keluarga

    agar ia dapat ia rnenjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam hidup.

    Salah satu fungsi keluarga di sini adalah pendidik.an putera-puteri yang

    ada di keluarga tersebut. Penting atau tidak akan berobah karena

    berobahnya konsep-konsep dan pemikiran-pemikiran pendidikan, juga tidak

    akan berobah karena bertambahnya jumlah institusi-institusi khas untuk

    pendidikan seperti taman kanak-kanak, sekolah-sekolah, akaderni-akademi,

    universitas-universitas dan lain-lain. Begitu juga d1~ngan bertambahnya

    lembaga-lembaga, pembudayaan, kesehatan, politik, agarna

    2Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara,

    1993), h. 77

  • 3

    dan pengeluaran dalam bidang-bidang pengajaran, peinyadaran, bimbingan

    dan lain-lain.3

    Keberhasilan pendidikan anak tidak mudah diciptakan semudah

    membalikan telapak tangan. Di sini terlihat betapa bewatnya tugas seorang

    pendidik, terlebih lagi pada institusi keluarga. Peranan orang tua sangat vital

    dalam mendukung keberhasilan pendidikan anak baik moral, iman, fisik,

    intelektual, psikis, sosial maupun seksual.

    Keberhasilan pendidikan pada keluarga itu akan mendukung

    keberhasilan pendidikan pada tingkat negara/nasional. Oleh karena itu

    pendidikan pada keluarga dengan pendidikan yang dilakukan oleh

    pemerintah/negara harus saling mendukung untuk tercapainya tujuan

    pendidikan nasional.

    Ada satu permasalahan menarik dari program pemerintah, yaitu

    program Keluarga Berencana (KB) agar dengan adanya program ini angka

    kelahiran bisa ditekan, sehingga dari sudut sosial, ekonomi juga pendidikan

    dapat terperhatikan dengan baik, yang nantinya dapal. mendukung program

    pemerintah lainnya seperti, Wajib Belajar Sembilan Tahun, kemudian

    peningkatan Iman dan Taqwa (IMTAQ) yang harus diiringi dengan llmu

    Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK), serta terlihat pada tujuan pendidikan

    nasional yaitu di antaranya membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa.

    Hal ini sangat menarik penulis untuk mengkaji lebih dalam dan teliti tentang

    hubungan kedua program tersebut.

    3Hasan Langgulung, op.cit., h. 359

  • 4

    Keluarga Berencana atau dalam istilah yang dipakai di dunia

    International adalah "Family Planning" atau "Planned Parenthood", dalam

    istilah Bahasa Arab," Tanzimun Annasaf', tetapi bukan, "Tahdiduf Annasaf", 4

    yang menurut penulis sangat penting dalam rangka pengaturan jarak

    kelahiran sehingga anak dapat diperhatikan dan diawasi dalam hal

    pendidikan dan kesejahtraannya. Dalah hal ini ada firman Allah SWT. yang

    berbunyi

    Artinya:

    "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yan9 lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah rnereka mengucapkan perkataan yang benar."5

    Dalam hal ini penulis bukan berarti menerima dan meligitimasi secara

    mental dan total dengan keberadaan Keluarga Berencana (KB), akan tetapi

    melihat kondisi dan situasi yang sedang dialami saat ini. Permasalahan ini

    nanti akan dibahas pada bab berikutnya, yang penulis tekankan adalah

    pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan agama anal

  • 5

    keberhasilan program KB di satu sisi. Oleh karena itu penulis pun ingin

    melihat sisi lain yaitu segi kualitas dari program KB tersebut. Tetapi penulis

    hanya ingin melihat program KB pengaruhnya te1·hadap keberhasilan

    pendidikan agama anak. Sehingga yang pada a~:hirnya penulis bisa

    menyimpulkan berhasil atau tidak program KB tersebut secara kualitas.

    Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas

    masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi dengan judul

    '"PELAKSANAAN KELUARGA BERENCANA DAN PENGARUHNYA

    TERHADAP KEBERHAS/LAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI

    KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU DEPOK".

    Adapun alasan untuk memilih judul di atas adalah sebagai berikut:

    1. Sepengetahuan penulis, judul tersebut belum ada yang membahasnya di

    Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN "Syarif

    Hidayatullah" Jakarta.

    2. Mengingat dangkalnya pengetahuan penulis dalarn masalah Keluarga

    Berencana (KB) terutama yang menjadi pokok bahasan tentang

    hubungannya dengan keberhasilan pendidikan agarna anak, penulis ingin

    mengetahui dan mendalami masalah tersebut kemudian dapat

    rnenerapkannya.

    3. Masalah tersebut menarik perhatian penulis, di mana penulis kuliah di

    Fakultas Tarbiyah yang seharusnya ikut rnemperhatikan masalah yang

    sering terjadi dalam dunia pendidikan pada umumnya.

    4. Agar masyarakat muslim mengetahui tentang pentingnya ikut serta dalam

    Program Keluarga Berencana (KB) yang dapat mernpengaruhi

    keberhasilan pendidikan agama anak.

  • 6

    5. Penulis sebagai mahasiswa ingin menyumbangkan pikiran kepada

    masyarakat khususnya kaum muslimin tentang KB pengaruhnya terhadap

    keberhasilan pendidikan agama anak.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Agar pembahasan dalam skripsi terarah, maka masalah yang akan

    ·. dibahas dibatasi pada:

    a. Pelaksanaan KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok

    b. Pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan anak di kelurahan

    tersebut

    2. Perumusan Masalah

    Dari pembatasan masalah di atas, dapat dibuat perumusan

    masalahnya sebagai berikut:

    a. Bagaimana pelaksanaan KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok?

    b. Adakah pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan anak di

    kelurahan tersebut?

    C. Metodologi Penelitian

    1. Populasi dan Sampel

    Yang menjadi populasi penelitian ini adalah peserta Keluarga

    Berencana (KB) sebanyak 1600 orang yang berada di Kelurahan Rangkapan

    Jaya Baru.

  • 7

    Sampel diambil 7,5 % dari populasi, yaitu 7,5% X 1600 orang= 120

    orang. Adapun pengambilan sampel ini penulis lakukan secara acak (sampe/

    random).

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

    menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan

    ·. (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Reseiarch).

    Yang dimaksud dengan penelitian kepustakaan yaitu membaca dan

    mengkaji berbagai literatur yang erat kaitannya di:mgan masalah yang

    dibahas.

    Penelitian lapangan dilakukan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    Oepok. Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, teknik

    pengumpulan data yang digunakan berupa:

    a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara cermat di wilayah

    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok.

    b. Wawancara, dilakukan dengan staf Kelurahan yang menangani Keluarga

    Berencana (KB), tokoh masyarakat serta para peserta KB.

    c. Angket, yang berisi item-item perta11yaa11 disebarkan beberapa kepada

    para peserta KB.

    3. Pengolahan Data

    Data-data yang terkumpul (setelah melalui proses editing)

    dikuantifikasikan atau dituang ke dalam bentuk angka-angka, sehingga data

  • 8

    tersebut bersifat kuantitatif, untuk selanjutnya ditafsirkan secara deskriftif.

    Pengalihan data ke dalam bentuk kuantitatif ini ditempuh dengan

    menggunakan rumus:

    P= F )i.100%

    N

    Keterangan: P = Prosentase

    F = Frekuensi

    N = Jumlah keseluruhan responden

    Dari data yang diperoleh baik melalui penelitian kepustakaan maupun

    penelitian lapangan, penulis membahasnya dan men1~analisanya sehingga

    mendapat kesimpulan.

    D. Sistematika Penulisan

    Penulis menyusun skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika

    penyusunan sebagai berikut:

    Bab I. Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang

    Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian dan

    Sistematika Penulisan.

    Bab II. Keluarga Berencana (KB) dan Pendidikan Agama Anak, ·

    meliputi: Pengertian Keluarga dan Keluarga Berencana, Tujuan Keluarga

    Berencana (KB), Dasar Hukum KB Menurut Islam dan Negara, Pengertian

    dan Tujuan Penjdidikan Agama, Urgensi Keberhasilan Pendidikan Agama

    Anak dalam Keluarga dan lndikator Keberhasilan Pendidikan Agama Anak.

  • 9

    Bab Ill. Gambaran Umum Lokasi Penelitian rneliputi: Letak Geografis

    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Keadaan Penduduk, Ekonomi, Pendidikan,

    dan Agama.

    Bab IV. Pengaruh KB Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama

    Anak di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok, meliputi: Pelaksanaan

    Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Rangkapan ,laya Baru, Pengaruh

    Keluarga Berencana Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Anak, dan

    Beberapa Faktor Penunjang dan Penghambat Terhadap Keberhasilan

    Pendidikan Agama Anak.

    Bab V. Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran.

  • BAB II

    KELUARGA BERENCANA (KB) DAN PENDIDIKAN ANAK

    A. Pengertian Keluarga dan Keluarga Berencana (KB)

    Sebelum membahas lebih jauh tentang keluarga, penulis

    memberikan pengertian terlebih dahulu tentang keluarga dan Keluarga

    .I'* ,) ~/ /

    Berencana (KB). Keluarga dalam Bahasa Arab disebut o;,v\ atau ~U;:, .1

    Menurut Bahasa lnggris disebut "family'', "group of people like a family''

    yaitu kumpulan orang-orang seperti sebuah keluarga".2 Sedangkan

    keluarga menurut pengertian umum adalah suatu kumpulan manusia

    dalam kelompok kecil yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.3 Ada

    pengertian lain yang menurut penulis memiliki hakikat makna yang sama

    yaitu unitlsatuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan

    suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam

    hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan

    sebutan primary group. 4 Keluarga dalam Islam meliputi inti keluarga

    1Mahmud Yunus, Kamus Arab - Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

    1989), Get. ke-8, h. 41 2 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus lndQnesia-lnqgris, (Jakarta: PT.

    Gramedia, 1997), Ce!. ke-5, h. 276 3Hasan Ayyub, Etika Islam, (Bandung: Triganda Karya, 1994), Get. ke-1, h. 254

    ''Abu Ahmadi, llmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Get. ke-2,

    h 87

  • 11

    (suami, istri dan anak mereka), dan varitas-varitas yang meluas yang

    ,, '/ mencakup semua kerabat ( ~\ ).5

    Sedangkan istilah Keluarga Berencana (KB) merupakan istilah

    resmi yang dipakai di dalam lembaga-lembaga negara kita seperti Badan

    Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). lstilah KB ini

    mempunyai arti yang sama dengan istilah yang umum dipakai di dunia .

    intsirnational yakni family planning atau planned parenthood, seperti

    International Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah

    organisasi KB tingkat internasional dengan kantor pusatnya di London.

    Keluarga Berencana juga mempunyai arti yang sama dengan

    istilah Arab J,.....lll , • .J!;:i (pengaturan keturunan/kelahiran), bukan ,µJI .l:J.i:.:i

    (Arab) atau Birth Control (lnggris), yang mempunyai arti pembatasan

    kelahiran.

    KB/Family Planning atau Planned Parenthood berarti pasangan

    suami istri telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan

    anak/anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan

    rasa gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah

    merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan

    kemampuannya sendiri dan situasi kondisi masyarnkat dan negaranya.

    Jadi KB/Family Planning itu dititik beratkan pada perencanaan,

    pengaturan, dan pertanggungjawaban orang terhadap anggota-anggota

    keluarganya. Berbeda dengan istilah Birth Control yang artinya

    pembatasan/penghapusan kelahiran. lstilah birlh control ini bisa

  • 12

    mempunyai konotasi yang negatif, karena bisa mencakup kontrasepsi,

    sterilisasi, aborsi, dan penundaan kawin sampai usia lanjut sebagaimana

    yang disarankan oleh Malthus (1766 - 1834) untuk mengatasi ferlility of

    men dan ferlility of soi/ (kesuburan manusia dan kesuburan tanah) yang

    tidak seimbang sebagai deret ukur berbanding dengan deret hitung.6

    Menurut WHO (World Health Organisation) Experl Commite 1970

    adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan ~uami istri untuk:

    1. Mendapatkan objektif tertentu 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 3. Mendapatkan kelahiran yang tidal< diinginkan 4. Mengatur interval di antara kehamilan 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

    suami istri 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.7

    Menurut Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia

    nomor 1 O tahun 1992 tentang perkembangan k.ependudukan dan

    pembangunan keluarga sejahtra pasal 1 ayat 12 bahwa "Keluarga

    Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

    masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan k.elahiran,

    pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahtraan keluarga untuk

    mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtra".8

    6Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1996), Cet.

    ke-9, h. 54-55

    'Hanafi Hartanto, KB dan Kontrasepsi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994),

    Cet. ke-1, h. 14-15 8Himpunan Peraturan Perundanq-Undangan Republik Indonesia, Tahun 1992,

    (Jakarta: CV. Eko Java. 1993). h. 243

  • 13

    B. Tujuan Keluarga Berencana

    "Tujuan Keluarga Berencana adalah mewujudkan keluarga kecil

    yang bahagia dan sejahtra".9 Tujuan KB juga dapat dilihat pada Undang-

    Undang Republik Indonesia nomor 1 O tahun 1992 pada pasal 4 sebagai

    berikut:

    Ayat 1 berbunyi: "Perkembangan kependudukan bertujuan untuk

    mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseirnbangan antara

    kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup".

    Ayat 2 berbunyi: "Pembangunan keluarga sejahtra bertujuan untuk

    mengembangan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,

    tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam

    mewujudkan kesejahtraan lahir dan kebahagiaan batin". 10

    C. Dasar Hukum KB Menurut Islam dan Negara

    1. Dasar Hukum KB Menurut Islam

    Tidak ada nas yang melarang pengendalian kelahiran dalam

    Al-Qur'an. Menurut Kaidah Ushul Fiqh, diamnya Al Qur'an tentang suatu

    masalah bukanlah menunjukkan kelalaian Pemberi hukum, karena la

    Maha Mengetahui, bukan pula disebabkan oleh tidak adanya masalah

    kependudukan dizaman itu, karena Islam dimaksudkan untuk segala

    zaman. Diamnya Al Qur'an tentang perencanaan keluarga menurut

    9Hanafi Ha1ianlo, op.cit., h. 13 10 Himpunan Peraluran Penundang-Undangan RI, op.cit,, h. 244

  • 14

    tafsiran banyak ulama, menunjukkan bahwa Al Qur'an tidak melarang

    praktiknya. lni terbukti dalam pandangan Imam Besar Al Azhar, Syekh

    Jadil Haq Ali Jadil Haq, yang menyatakan bahwa:

    Artinya:

    "Suatu tinjauan yang cermat pada Al Qur'an mengungkapkan bahwa tidak ada nas yang melarang pencegahan kehamilan atau penyedikitan jumlah anak. (pendapat syekh Jadil Hak)". 11

    Karena tidak ada nas yang sharih, maka cfapat dikemabalikan

    pada Qaidah Fiqhiyah yang menyatakan:

    Artinya:

    "Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, kecuali/sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya".

    Selain berpegang dengan kaidah hukum Islam tersebut, kita juga

    bisa menemukan beberapa ayat Al Qur'an dan Hadist Nabi yang

    memberikan indikasi, bahwa pada dasarnya Islam rnembolehkan orang

    Islam ber-KB. Bahkan hukumnya bisa berubah tergantung kepada situasi

    dan kondisi individu muslim yang bersangkutan. Ha:I ini sesuai dengan

    kaidah hukum Islam yang berbunyi:

    11 Ahrl Al R:::thirn I lmr:::tn nn rit h Q7_QR

  • 15

    Artinya:

    "Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman,

    tempat, dan keadaan".12

    Adapun ayat-ayat Al Qur'an dan Hadist yang dapat dijadikan dalil

    untuk dibenarkan ber-KB antara lain:

    1. Firman Allah dalam surat An Nisa ayat : 9 J ~ / / / / , ..,n,,. fl 11 / / .? ./ # / ~ ... .ft tt / 11 ~ J' ,......,....."' /tr w /ti " /

    , .till_# ~ljt?ti~~jll ~,;. 0-°)fi'_; y ~.DI ~ J / / // /

    r-' ~ff ,/ -7 I\ / ,/ .)'/rl /

    ("I:£/~ WI) 1~..L...>~jl)JA)J /

    Artinya:

    "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka

    mengucapkan perkataan yang benar".13

    2. Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat : 233

    12Ma~jfuk Zuhdi, op.cit., h. 56 13Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Tertemahn.'l!!. (Surabaya: Surya Cipta

  • 16

    Artinya:

    "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Jangan seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga SE!Orang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat

    apa yang kamu kerjakan". 14

    3. Sabda Rosulullah Saw.:

    Artinya:

    "Dari Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash dari ayahnya r.a berkata, Rosulullah Saw. bersabda, sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan orang banyak".

    (H.R. Al Bukhori).15

    1·1lbid., h. 57

    15Badruddin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad Al Aini, Umdatul Qari, Syarah C'h~h:h Ill 0 •• 1.1-..--..: 10 ..... : ....... .U\ ,,, .... 0 h 00

  • 17

    4. Sabda Rosulullah Saw.:

    J JJ->) Jl.9 Jl.9 ~ y!.yill

  • -· -~ PERPUSTAl

  • 19

    pengaturan/penjarangan kehamilan/kelahiran itu mutlak cliperlukan

    musyawarah antara suami istri dan adanya persetujuan dari mereka

    yang bersangkutanrn

    B. Dasar Hukum KB Menurut Negara

    Dasar hukum Keluarga Berencana menurut negara berdasarkan

    Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 O tahun 1992 tentang

    Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan K!?luarga Sejahtra

    pasal 16 sebagai berikut:

    Ayat ( 1 ): Untuk mewujudkan pembangunan keluarga sejahtra, pemerintah menetapkan kebijaksanaan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana.

    (2): Kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga dan pengaturan kelahiran dengan memperhatikan nilai-nilai agama, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya serta tata nilai yang hidup dalam m:3syarakat.

    (3): Kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhubungan dengan penetapan mengenai jumlah ideal anak, jarak kelahiran anak, usia ideal perkawinan, dan usia ideal untuk melahirkan.

    (4): Penetapan kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan dari waktu kewaktu berdasarkan ketentuan

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).19

    D. Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan

    1. Pengertian Pendidikan

    lstilah Pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu

    "Paedagogie", yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.lstilah

    18Masjfuk Zuhdi, op.cit., h. 57-62 19Himpunan Peraturan Perundang-Undangan RI., Tahun 1992, op.cit., h. 248-

  • 20

    ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa lnggris dengan "education"

    pengembangan atau bimbingan. Dalam Bahasa Arab istilah ini sering

    /n/

    diterjemahkan dengan tarbiyah " 4.) "yang berarti p•:indidikan.2° Kata ini /

    memiliki akar kata:

    /(f/ //

    a. J{j..-~J yang artinya bertambah dan berkembang.

    ' (.f/ / / b. "4fl-"4J mengandung arti tumbuh dan bE>rkembang.

    "/

    ~/~ ,:;/ c. y~-y) yang berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan,

    /

    mengatur, menjaga dan memperhatikan. 21 Kata ini dalam kamus

    Bahasa Arab yang dikarang oleh Mahmud Yunus berarti

    mengasuh, memimpin.22

    Setelah diungkapkan pengertian etimologi, maka selanjutnya

    penulis menjelaskan secara terminologi dari berbagai macam pendapat

    dari beberapa pakar pendidikan akan tetapi tidak akan semua diletakkan

    pada lembaran yang sempit ini, hanya beberapa pendapat para pakar

    pendidikan saja yang akan penulis kemukakan, di antaranya:

    1 ). Menurut UUSPN 1989, Pendidikan adalah usaha sadar untuk

    menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

    dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.23

    2). Menurut Ahmad .D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau

    pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

    '0Ramayulis, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet. ke-2,h. 1

    21Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di F

  • 21

    jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

    utama. 24

    3). Menurut Poerbakawatja dan Harahap (198'1) sebagaimana yang

    dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya, bahwa Pendidikan

    adalah: usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan

    pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu

    . diartikan mampu menimbulkan tanggungjawab riioril dari segala

    perbuatannya. 25

    4). Menurut S. Brodjonegoro, Pendidikan/Mendidik adalah tuntunan

    kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat

    memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat.

    Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir

    sampai tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniah dan rohaniah.

    5). Menurut Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan berarti daya upaya untuk

    memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran

    (intelek) dan jasmani anak-anak. Maksudnya ialah upaya kita dapat

    memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan

    anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.

    6). Sedangkan menurut M.J. Langeveld, Prof. ldrak Jassin M.A.

    mengemukakan: Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar

    24Ahmad D. Marimba, Penqantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al

    Ma'arif, 1989), Get. ke-8, h. 19 25Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan denqan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.

    r>.---'- ,-..--- . ....!-I/--·- .tAl"\'"7\ /"",...-t J~,....., h .\'I

  • 22

    dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam

    pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan clalam arti dapat berdiri

    sendiri dan bertanggungjawab susi!a atas segala tindakannya

    menurut pilihannya sendiri.26

    Setelah mengemukakan beberapa pendapat tentang definisi

    pendidikan, maka penulis berkesimpulan bahwa pendidikan adalah proses

    bimbingan, pengarahan, pembinaan jasmani dan rohani yang dilakukan

    oleh si pendidik kepada si terdidik secara sadar menuju kedewasaan dan

    membentuk kepribadian utuh.

    Perlu kiranya penulis kemukakan definisi Pendidikan Agama dan

    Pendidikan Agama Islam. Karena dalam pembahasan skripsi ini

    menyinggung masalah Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama

    Islam. Menurut Zuhairini, dalam bukunya "Metodik l

  • 23

    oleh pemeluknya sebagai aJaran yang berasal dari Allah, yang

    memberikan petunjuk ke jalan yang benar menuju keselamatan hidup

    dunia akhirat. Pendidikan Agama Islam, dalam ha! ini, bisa difahami

    sebagai: "Proses dan upaya serta cara mendidikan ajaran-ajaran Agama

    Islam tersebut, agar menjadi anutan dan pandangan hidup (way of life)

    bagi seseorang".28

    2. Tujuan Pendidikan

    Tujuan merupakan suatu ha! yang sangat penting dan oleh

    karena itu penulis perlu mengemukakan tujuan pendidikan. Perlu kiranya

    penulis kemukakan tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat dalam

    UUSPN 1989, pada Bab II, pasal 4 yang berbunyi:

    "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan

    dan kebangsaan". 29

    Pada hakekatnya tujuan pendidikan itu terdapat pada definisi

    pendidikan itu sendiri. Menurut Langeveld untuk rnerumuskan tujuan

    pendidikan yang universil maka tujuan tersebut harus mengandung 3 inti

    hakiki kemanusiaan yaitu:

    a. Manusia pada hakekatnya makhluk individu

    28Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam,

    (Surabaya: Karya Abditama, 1996), Cet. 1, h. 2 29

    UUSPN. 1989, op.cit.. h. 4

  • 24

    b. Manusia pada hakekatnya makhluk sosial

    c. Manusia pada hakekatnya makhluk susila

    Sehingga tujuan pendidikan menurutnya adalah; "untuk membimbing anal<

    ke arah kedewasaan'', yang dikemukakan oleh Langeveld mempunyai arti

    membentuk individu berkesadaran sosial dan susila atau membentuk

    pribadi sosial yang bermoral. Lain halnya dengan .John Dewey yang

    merumuskan tujuan pendidikan sebagai pembentukan anggota

    masyarakat yang baik, sedang Kersheristeiner menekankan pada

    pe~bentukan warga negara yang baik".30

    Tujuan pendidikan di alas yang dikemukakan oleh beberapa

    pakar pendidikan merupakan tujuan yang ticlak dikaitkan clengan agama

    kecuali dalam Tujuan Pendidikan Nasional tadi. Dengan demikian

    dipandang perlu untuk mengungkapkan tujuan Pendidikan Agama yang

    ditinjau secara umum, ialah membimbing anak agar mereka menjadi

    orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia

    serta berguna bagi masyarakat, Agama dan Negara.31 Dan penulis

    memberikan tujuan pendidikan agama yaitu: "membimbing dan

    mengarahkan anak didik kearah keimanan yang teguh menuju manusia

    yang taqwa.

    E. Urgensi Keberhasilan Pendidikan Agama Anak Dalam Keluarga

    Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang

    pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap

    anak-anaknya. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan

    kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-

    30suwarno, op.cit., h. 47-50 31 Zuhairini, at al., op.cit., h. 45

  • 25

    anak melalui bimbingan f'lgama yang sehat dan mengamalkan ajaran-

    ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga membekalkan anak-

    anak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan Islam

    yang sesuai dengan umurnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat,

    muamalat dan sejarah. Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya cara-

    cara yang betul untuk menunaikan syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban

    agama dan menolongnya mengembangkan sikap agama yang betul, yang

    pertama kali diberikan iman yang kuat kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-

    Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, kepercayaan agama yang kuat, takut

    kepada Allah dan selalu mendapat pengawasan clari pada-Nya dalam

    segala perbuatan dan perkataan.

    Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga

    untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak, yaitu:

    a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman

    kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam

    bentuknya yang sempurna dalam waktu tertenlu.

    b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama sejak kecil

    sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,

    mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram

    sebab mereka melakukannya.

    c. Menyiapakan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah.

    cl. Membimbing mereka membaca bacaan-bac:aan agama yang

    berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk

    unluk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dah alas wujud dan

    keagungan-Nya.

  • 26

    e. Menggalakan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama

    dan sebagainya.32

    Keluarga sebagai institusi nonformal untuk pembinaan agama

    anak, di samping sekolah. Sekolah sebagai institusi formal bukan sarana

    pembinaan/pendidikan agama anak secara totalitas akan tetapi sebagai

    sarana pembantu pembentukkan nilai-nilai agama anak sehingga anak

    memiliki keyakinan agama yang kuat.

    Tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pihak keluarga

    yang dikemukakan di alas, merupakan tindakan yang sangat membantu

    sekali untuk terbentuknya peserta didik menjadi manusia yang memiliki

    keyakinan agama yang kuat. Karena institusi semacam sekolah, menurut

    Rif'at Syauki Nawawi (Dekan Fakultas Tarbiyah) dalam tulisannya

    memiliki beberapa problema, antara lain:

    1. Kurangnya jam pelajaran agama. Sebagaimana disebutkan dalam

    UUSPN Nomor 2/1989, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan

    tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan

    pemerintah. Di dalam pasal 9 (3) disebutkan: "Saluan pendidikan luar

    sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan

    pendidikan yang sejenis. lni berarti waktu dihabiskan lebih banyak di

    luar, maka di sinilah keluarga dan masyarakat harus berperan dalam

    pembentukan keyakinan agama pada anak.

    3"' ·Hasan Langgulung, op.cit., h. 371-372

  • 27

    2. Adanya dikotomi iimu. Munculnya dikotomi antara llmu Umum dengan

    llmu Agama bersumber dari perdebatan hakikat atau asal usul

    keduanya. Dari sinilah menurut penulis adanya pendangkalan

    keyakinan agama, karena pada hakikatnya ilmu-ilmu umum (science)

    bisa dikaitkan dengan agama, melalui pengaitan antara nilai-nilai

    kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan reproduksi manusia

    (sebagai contoh). Dikotomi yang acla ini menyebabkan keluarga harus

    ·bekerja keras untuk menghilangkan dikotomi ilmu di dalam keluarga.

    3. Masalah metodologi. Jumlah jam yang terbatas dengan materi

    pendidikan agama yang sarat, menyebabkan guru agama menjadikan

    materi pendidikan agama sebagai "pelajaran" agama claripada

    pendidikan agama yang hanya menyentuh ranah kognitifnya saja.

    Padahal pendidikan itu harus menyentuh 3 ranah yaitu; koginitif, afektif

    clan psikomotor. Dengan demikian karena metodologi sangat terkait

    dengan kualitas guru maka dipandang perlu untuk menyusun

    metodologi Pendidikan Agama Islam sehingga terwujud metodologi

    yang integral.

    4. Masalah kurangnya perhatian guru-guru lain.

    Problema-problema yang dipaparkan di alas memiliki imbas yang

    cukup besar. Pengelola pendidikan guru, keluarga dan masyarakat

    harus bekerja keras untuk mengatasi itu semua dalam rangka

  • PE"'PUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKARTA

    28

    membentuk peserta didik yang memiliki keyakinan agama yang

    kuat.33

    Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Kalau kita

    menghendaki terbentuknya masyarakat agamis, warga negara yang

    agamis, maka yang harus diperhatikan dalam pemberian pendidikan

    agama pertama kali adalah keluarga. Karena keluarga yang pertama kali

    ditemui oleh si anak, di sinilah peran orang tua/keluarga untuk

    membentuk anaknya, Apakah akan dijadikan Yahudi, Nasrani atau

    Musyrikin,sebagaimana yang diungkapkan dalam hadist Rasulullah Saw. :

    !". JI / / /--: / "' / ,/ / /..,, /.? / / ,.J/ ,.P / ///~ /fl ii / / ' / (f Jl p) J~ ,4},tS' ~j ~l~j ~I~~ oly.~ !~\~ .JJ y,. /(I / / / / J /I' /.I'/ / / / I /JI/ / //1/ /~I/// ' / (1/ / /

    ~,,L.$.ljtS'~ ~I .\ill Jlj ~~ i..\J ..::.i~-~ i.:'.-!\J\ fall JJ--" J~

    ( ~ Olj)) Artinya:

    "Dari Abi Shalih dari Abi Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: tidak ada seorang bayipun melainkan dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani dan Musyrik, lalu seorang lakHaki be1-kata; Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu seandainya ia mati se,belum itu (sebelum dibentuk Yahudi, Nasrani atau Musyrik}, jawab Rasul, Allah lebih

    mengetahui terhadap apa yang mereka lakukan''. (H.R. Muslim).34

    Pemahaman hadist di atas bahwa keluarga mempunyai porsi yang

    besar untuk membentuk anaknya. Dengan demikian keluarga dituntut

    33Rifat Syauqi Nawawi, Peran Pendidikan Agama, Gema, II, (April, 2000),

    h. 28-32 34Muslim, op.cit., h. 209

  • 29

    untuk memberikan pendidikan agama secara maksimal, karena hasil

    pendidikan yang diberikan oleh keluarga sangat me~mpengaruhi segala

    aspek, baik aspek sosial, aspek agama, aspek hukum dan sebagainya. Di

    sinilah menurut penulis urgensi keberhasilan pendidikan agama anal<

    dalam keluarga.

  • BABlll

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Letak Geografis Kelurahan Rangkapan Jaya Baru IDepok

    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru salah satu kelurahan di wilayah

    Kecamatan Pancoran Mas Kata Depok dengan luas wilayah 377.375 Ha,

    . terdiFi dari 3 Lingkungan, 12 Rukun Warga (RW) dan 71 Rukun Tetangga

    (RT).

    Batas wilayah Kelurahan Rangkapan Jaya Elaru adalal1 sebagai

    berikut:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Meruyung/Kecamatan Limo

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Rangkapan Jaya

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cipayun1;i/Bojonggede

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sawangan/Sawangan.

    Jarak kantor kelurahan ke !bu Kata Kecamatan, Kola Depok Propinsi

    Jawa Baral, ke !bu Kola Negara Jakarta sebagai berikut:

    lbu Kata Kecamatan dengan jarak 5 km.

    lbu Kola Kata Depok dengan jarak 8 km.

    !bu Kata Propinsi DT. I Jawa Baral dengan jarak 160 km.

    !bu Kola Negara Jakarta dengan jarak 35 km.

    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru juga berada di antara dua kota

    besar yaitu Kola Jakarta dengan Kata Bogar. Sehingga letak tersebut

    membawa dampak yang besar untuk kernajuan Kelurahan Rangkapan Jaya

    30

  • 31

    Baru secara khusus dan Kota Depok secara umum. lni terlihat pada berbagai

    sektor di antaranya perkembangan pada sektor pendidikan, kependudukan,

    ekonomi, agama, politik, budaya dan sebagainya, yang semuanya itu tidak

    terlepas dari pengaruh letak geografis Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    Depok.

    B. Keadaan Penduduk

    Penduduk Kelurahan Rangkapan Jaya Baru rnengalami pertumbuhan

    yang cukup pesat, di samping angka kelahiran yang terus melaju karena

    banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS), juga banyaknya imigran-imigran

    yang berdatangan dari kota-kota lainnya, khususnya kota Jakarta, karena

    letak yang berdekatan itu.

    Hal ini kita bisa lihat, hasil pendataan penduduk pada bulan Juni

    2000 yang dituangkan pada laporan bulanan penduduk dalam bentuk Tabel

    sebagai berikut:

    Penduduk Nomor Usia Jumlah Keterangan

    Laki-laki Perempuan 1. 0 -15 1472 1866 3338 2. 6 - 16 2037 2130 4167 3. 17 - 25 1771 1493 3264 4. 26-55 2292 2437 4729 5 56 Ke atas 309 476 785

    Jumlah 7881 8402 16283

    Jumlah penduduk sebesar 16.283, memiliki latar belakang kultur yang

    berbeda-beda, di antaranya; ada yang berasal dari Suku Betawi (Jakarta

  • 32

    Asli), Suku Sunda (Jawa Barat Asli), Suku Jawa (Jawa Tengah dan Jawa

    Timur Asli), .Suku Sumatra dan sebagainya. Walaupun demikian tidak tampak

    di Kelurahan ini fanatisme yang berlebih-lebihan terhadap sukunya sehingga

    sosialisasi antar penduduk di lalui dengan mudah dan membawa implikasi

    yang positif yaitu tidak adanya konflik SARA.

    C. Keadaan Ekonomi penduduk

    · Sebelum pemaparan lebih lanjut tentang kondisi ekonomi penduduk

    kelurahan Rangkapan Jaya Baru, penulis mengelompokan usaha penduduk

    terleb1h dahulu, dengan produk-produk sebagai berikut :

    1. Petani 273 orang

    2. Pedagang 578 orang

    3. Pegawai Negri 364 orang

    4. AB RI 308 orang

    5. Pensiunan/Purnawirawan 59 orang

    6. Peternak 16 orang

    7. Pengusaha 6 orang

    8. Swasta 527 orang

    9. Pengrajin 44 orang

    10. Tukang Bangunan : 1100 orang

    11 . Penjahit 6 orang

    12. Tukang Las 4 orang

    13. Tukang Ojek 102 orang

    14. Bengkel 11 orang

    15. Sopir Angkot 35 orang

    16. Seniman 2 orang

    17. Lain-lain - orang

  • 33

    Jumlah terbesar bidang usaha yang di~1eluti adalah sektor

    perdagangan. Pada priode lalu lebih banyak sektor pEirtanian yang digeluti,

    tetapi karena lahan pertanian yang semakin menyernpit sehingga banyak

    petani-petani beralih profesi menjadi pedagang. Perlu pula kita kelompokkan

    jumlah penduduk ke dalam kategori-kategori yang diberikan oleh pemerintah

    yaitu sebagai berikut:

    1. · Kelompok Pra Keluarga Sejahtra 1

    2. Kelompok Sejahtra I

    3. Kelompok Sejahtra II

    4. Kelompok Sejahtra Ill

    5. Kelompok Sejahtra Ill Plus

    61 orang

    ~743 orang

    : 1 !500 orang

    : 1033 orang

    : 410 orang

    Dengan demikian keadaan ekonomi penduduk Kelurahan Rangkapan

    Jaya Baru masuk kategori ekonomi menengah, ini terbukli sedikitnya jumlati

    anggota keluarga Pra Sejahtra.

    D. Keadaan Pendidikan Penduduk

    Letak strategis Kelurahan Rangkapan Jaya Baru yang berdekatan

    dengan Kata Jakarta, di mana pertumbuhan dan perkembangan pendidikan

    di kola itu menjadi lebih penting, sehingga mernpengaruhi kegiatan-kegiatan

    pendidikan yang ada di sekitarnya termasuk Kata Depok, khususnya

    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.

    Taraf kesadaran akan pentingnya pendidikan oleh penduduk sudah

    mengalami kemajuan, hal ini terbukti dengan adanya jumlah tingkat

  • 34

    pendidikan penduduk yang ada di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, dapat

    dilihat sebagai berikut:

    1. Tama! SD sebanyak

    2. Tamat SL TP sebanyak

    3. TamatSLTAseb.anyak

    4. Tamat Akademi/Sarjana Muda sebanyak

    : 4021 orang

    : 3G35 orang

    : 2477 orang

    : 1487 orang

    5. Tama! Perguruan Tinggi/Sarjana : ·151 orang

    Selepihnya yang tidak tamat sekolah dan belum sekolah.

    Terlihat juga pada pertumbuhan institusi-institusi pendidikan yang

    pesat, yang dapat dilihat pada jumlah institusi pendidikan umum sebagai

    berikut:

    1. lnstitusi TK sebanyak : 7 buah

    2. lnstitusi SD sebanyak : 7 buah

    3. lnstitusi SL TP sebanyak : 5 buah

    4. lnstitusi SL TA sebanyak : 1 buah

    5. lnstitusi Perguruan Tinggi sebanyak : - buah

    lnstitusi Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut:

    1. lnstitusi TK/TP Al Qur'an sebanyak : 7 buah

    2. lnstitusi Ml sebanyak : 3 buah

    3. lnstitusi MTs sebanyak : 1 buah

    4. lnstitusi MA sebanyak : 1 buah

    5. Pondok Pesantren sebanyak : 1 buah

    6. Perguruan Tinggi Islam sebanyak : 1 buah

  • 35

    Melihat gambaran di alas, maka penulis berkesimpulan bahwa

    sarana pendidikan sedikit banyak mempengaruhi penduduk dalam hal

    pendidikan.

    E. Keadaan Agama Penduduk

    Berdasarkan data yang ada di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    bahwa keadaan penduduk berdasarkan agama yan~i dianutnya, sebagai

    berikut:

    1. Islam : ·15.475 oran(J

    2. Katolik dan Protestan 813 orang

    3. Budha· 19 orang

    4. Hindu 16 orang

    Penduduk asli Kelurahan Rangkapan Jaya Baru seluruhnya

    beragama Islam, sedangkan penduduk imigrannya berbagai macam agama

    yang dianut mereka.

    Sedangkan tempat peribadatan masing-masrng agama sebagai

    berikut:

    1. Masjid

    2. Mushalla

    3. Gereja

    4. Vihara

    : 11 buah

    : 32 buah

    - buah

    - buah

  • 36

    Walaupun ada penganut agama yang minoritas akan tetapi

    kehidupan mereka tidak terganggu dan bebas menjalankan agamanya

    masing-masing, karena mereka memiliki toleransi yang tinggi. 1

    10ata dan Laporan Kantor Kelurahlln Rangkapan Jaya Baru, Depok: 2000

  • BABIV

    PENGARUH KB TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAK

    DI KELURAHAN RANGKAPAN JAVA BARU DEPOK

    Peserta KB berjumlah 1600 orang, penulis hanya mengambil sample

    sejumlah 120 orang dari populasi. Jika di prosentasekan sebesar 7,5 %

    dari populasi.

    Analisa dan interpretasi data yang penulis kemukakan disini

    berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil angket, wawancara dan

    observasi di wilayah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Depok.

    Untuk mengefahui pengaruh KB terhadap keberhasilan pendidikan

    anak khususnya pendidikan agama anak, penulis menggunakan tabel-tabel

    dari hasil angket dan observasi yang dilakukan oleh penulis sendiri.

    A. Pelaksanaan Keluarga Berencana di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    Depok

    Perkembangan Program KB di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    cukup pesat. lni ditandai dengan jumlal1 peserta KB yang cukup banyak,

    sejumlah 1600 peserta. Untuk mengontrol pelaksanaan KB jangan sampai

    terjadi penyimpangan yang dikehendaki dengan adanya program KB

    tersebut, maka dalam hal ini pemerintah setempat atau Lurah Rangkapan

    Jaya Baru dengan pembina KB, mengadal\an 3 gerakan. yaitu:

    07

  • 38

    1. Penyuluhan

    Penyuluhan dilakukan minimal 1 bulan sekali. Penyuluhan dilakukan

    oleh pembina KB Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dan terkadang dilakukan

    oleh pembina dari Kecamatan Pancoran Mas atau pembina dari Balai Kota

    Depok.Yang menjadi sasaran pembinaan KB adalah pasangan usia subur,

    ibu hamil dan ibu menyusui. Biasanya ketika pelaksanaan penyuluhan itu

    disediakan pil KB yang diberikan secara cuma-cuma. Pemerintah melakukan

    hal ini, agar program KB yang dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan

    dengan baik. Dan bagi rakyat misk1n dapat menjangkaunya, tanpa harus

    mengeluarkan biaya yang besar.

    2. Penimbangan Bayi

    Penimbangan dilakukan 1 bulan sekali. Yang menjadi sasarannya

    adalah mulai Batita (Bayi Usia Tiga Tahun) dan Balita (Bayi Usia Lima

    Tahun). Bertujuan untuk mengawasi perkemabangan dan pertumbuhan anak.

    Sehingga dapat diketahui perkembangan dan pertumbuhan serta kesehatan

    anak, dan pada akhirnya pemerintah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    melakukan usaha-usaha dalam rangka mendinamisasikan perkembangan

    dan pertumbuhan serta kesehatan anak. Penimban9an dilakukan tanpa

    pungutan biaya dan pemerintah menyediakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

  • 3. lmunisasi

    PERPUSTAKAAN UT A~A -] UIN SYAHID JAKARTA

    39

    lmunisasi dilakukan berdasarkan aturan-aturan tertentu dan pada

    usia dan kondisi tertentu. Seperti pada usia Balita, pada ibu hamil dan lain-

    lain. Dan imunisasi ini diberikan secara cuma-cuma. Setiap peserta diberikan

    Kartu lmunisasi. lmunisasi ini bertujuan untuk menangkal atau mencegah

    penyakit-penyakit tertentu yang rentan pada usia tertentu dan pada kondisi

    tertentu.

    Semua kegiatan yang disebulkan tadi buk.an hanya terjadi di

    Kelurahan Rangkapan Jaya Baru saja, tetapi terjadi pula di Kelurahan lain

    pun ada program semacam ini pula. Semuanya ini dilakukan untuk

    mengawasi penggunaan KB serta hasil-hasilnya. 1

    B. Pengaruh Keluarga Berencana Terhadap Keberhasilan Pendidikan

    Anak di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

    Tabel 1

    Jumlah Anak Peserta KB

    N = 120 -

    Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

    a. 1 Anak 0 0

    1 Agus, Staf Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Wawancara Pribadi, Depok, 23 Nopember 2000

  • 40

    b. 2 Anak 49 40,83

    c. 3 Anak 50 41,67

    d. 4Anak 15 12,50

    e. 5 Anak 6 5,00

    Jumlah 120 100 %

    Dari label diatas dapat di ungkapkan bahwa responden yang memiliki

    · 1 anak tidak mendapatkan prosentase, di mungkinkan karena penulis tidak

    mendapatkan responden yang memiliki 1 anak, ·sehingga menghasilkan O %.

    Sedangkan responden yang memiliki 2 anak berjumlah 49 orang atau 40,83

    % responden. Sedangkan responden yang memiliki :3 anak berjumlah 50

    orang atau 41,67 % responden. Disini tampak dominasi responden yang

    memiliki 2 anak dan 3 anak, disebabkan oleh beberapa hal, tulisan ini

    merupakan hasil wawancara dengan beberapa responden, yaitu: 1 ). Latar

    belakang ekonomi, sehingga mereka khawatir kalau banyak anak segala

    kebutuhan sandang, pangan, papan juga pendidikan akan terabaikan. 2).

    Pemahaman Responden terhadap ketentraman hidup terletak pada

    keberhasilan anak-anaknya dalam mencapai kesuksesan duniawi, dan

    diharapkan pula kesuksesan ukhrowinya. Jadi singkatnya memiliki 2 atau 3

    anak dengan mencapai keberhasilan semua lebih baik dari pada banyak

    anak tapi semuanya tidak berhasil. Pemahaman " keberhasilan" menurut

    responden anak itu dapat mengenyam per.didikan yang layak, memperoleh

  • 41

    pekerjaan yang layak pula, sehingga ekonomi mapan, dan dapat

    menyenangkan orang tua. Kemudian responden yang memiliki 4 anak

    berjumlah 15 orang atau 12,50% . dan responden yang memiliki 5 anak

    berjumlah 6 orang atau 5,00%. Kedua kelompok msponden terakhir ini

    jumlahnya lebih kecil, karena di mungkinkan lebih banyak responden yang

    mencukupkan diri dengan memiliki 2 atau 3 anak saja.

    Tabel2

    Jumlah Anak Ketika Mulai Ber-KB

    N = 120

    Alternatif Jawaban Frekuensi

    a. 1 Anal\ 80

    b. 2 Anak 22

    C. 3 Anak 10

    d. 4 Anak 7

    e. 5 Anak 1

    Jumlah 120

    Prosentase

    66,67

    18,33

    8,33 I

    5,83 J 0,84

    ----100 % I

    Hasil penelitian pada label 2 ini dapat di ungkapkan bahwa responden

    mayoritas mulai menjadi peserta KB ketika mulai memiliki 1 anak, hal ini

    terbukti dengan jumlah responden yang cukup besar. berjumlah 80 orang

    atau 66,67%. Sedangkan responden yang memulai menjadi peserta KB

    ketika memiliki 2 anak, berjumlah 22 orang atau 18,33%. Selanjutnya

    responden yang memulai dengan jumlah 3 anak sebanyak 1 O responden

    atau 8,33%. Kemudian responden yang ketika memulai menjadi peserta KB

  • 42

    setelah memiliki 4 anak berjumlah 7 orang atau 5,83%. Dan responden yang

    telah memiliki 5 anak baru mulai menjadi peserta KB b13rjumlah 1 responden

    atau 0,84%. Disini tampak jelas semakin besar jumlah anak semakin

    mengecil jumlah responden yang mulai ber-KB. Hal ini disebabkan oleh

    kekhawatirkan responden terhadap kesehatan dirinya dan anaknya,

    kesejahteraan ekonominya, serta waktu kelahiran yang tidak wajar atau tidak

    diinginkan. Sehingga jika ber-KB setelah memiliki 1 anak maka kekhawatiran

    . tersebut dapat teratasi dan perencanaan kelahiran akan lebih matang.

    Tabel3

    Perhatian Peserta KB Terhadap Penclidikan J~gama Anak

    N = 120 Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase ~-

    a. Selalu 117 97,50

    b. Terkadang 3 2,50

    c. Tidak Pernah 0 0

    Jumlah 120 100 % .~.

    Dari label 3 ini terungkap data sebagai berikut, ternyata mayoritas

    responden selalu memperhatikan pendidikan agama anaknya. lni terbukti

    dengan jumlah responden 117 orang atau 97,50%. Hal ini terlihat kesadaran

    mereka dalam pendidikan agama anaknya yang pad.s masa sekarang ini

    sangat penting sekali dalam rangka membentengi anak-anaknya dengan

    keimanan dan ketaqwaan, sehingga dengan diberikannya pendidikan agama

  • 43

    diharapkan dapat memperoleh kesejahteraan di dunia dan akherat. Lalu

    responden yang terkadang memperhatikan pendidikan agama anaknya,

    hanya berjumlah 3 orang atau 2,50%. Jumlah ini sangat kecil bahkan

    responden yang tidak memperhatikan pendidikan a9ama anaknya tidak

    memperoleh prosentase. Dengan demikian pada hakekatnya orang tua

    secara umum selalu memperhatikan pendidikan agama anaknya, hanya saja

    . yang menjadi perbedaan adalah cara yang dipakai oleh masing-masing

    orang tua dalam membina pendidikan agama anak-anaknya.

    Tabel4

    Cara Peserta KB Memberil

  • 44

    Cara yang digunakan responden berbeda sesuai dengan tingkat

    pengetahuan dan pendidikan, tingkat ekonomi, tingkat kerjasama antar

    keluarga, tingkat kesadaran dan tingkat peluang waktu yang dimiliki oleh

    responden. Kecenderungan responden memberikan pendidikan agama

    anaknya dengan mendatangkan guru agama ke rumah hanya berjumlah 1

    orang atau 0,83%. Dengan jumlah prosentase yang k•:icil ini di mungkinkan

    . respe>nden tidak mampu untuk memberikan pengl1argaan terhadap guru

    agama tersebut, karena dilatar belakangi oleh tingkat ke·sejahteraan ekonomi

    yang belum memadai, atau lingkungan yang dianggap sudah mendukung

    pendidikan agama anaknya. Lalu responden yang mengambil cara dengan

    menyekolahkan anaknya ke sekolah pendidikan agama, mendapatkan

    pilihan yang terbanyak berjumah 56 orang atau 46,67%. Hal ini menunjukkan

    bahwa responden lebih cenderung dan yakin clengan menyekolahkan

    kesekolah penclidikan agama untuk menclapatkan penclidikan agama yang

    lebih baik.Kemuclian responden yang mengambil cara dengan menyediakan

    buku-buku agama tidak menclapatkan prosentase. Dimungkinkan

    keterbatasan kemampuan ekonominya serta ketidaktahuan atau

    kebelumtahuan responden, buku-buku apa yang harus disediakan untuk

    anak-anaknya. Kemudian responden yang mengambil cara clengan

    menitipkan anak-anaknya ketempat-tempat pengajian berjumlah 28 orang

    atau 23,33%. Pengajian-pengajian semacam ini san~1at membantu sekali

    dalam pendidikan agama anak, khususnya dalam bidann membaca Al Qur'an

  • 45

    dan ini masih dapat kita rasakan di perkampungan-perkampungan. Namun

    sekarang dengan tumbuh suburnya Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA)

    bukan hanya berada diperkampungan saja, akan tetapi juga di kota besar

    semacam kola Jakarta tumbuh TPA. Dan responden yang mengambil semua

    cara ini berjumlah 35 orang atau 29, 17%. Menurut hasil penelitian penulis,

    banyak responden yang hanya melingkari tiga cara di atas yaitu point b,c dan

    d, sedangkan point a sangat sedikit sekali yang memilihnya.

    Tabel5

    Cara Peserta KB Membentuk Suasana Rumah T

  • 46

    berjamaah, berjumlah 9 orang atau 7,50%. Ada juga rnsponden yang hanya

    mengajak anaknya mengaji, hanya berjumlah 6 orang atau 5,00%. Kemudian

    responden yang menempuh cara memberikan tauladan yang baik berjumlah

    31 orang atau 25,83%. Berdasarkan wawancara ada responden yang

    mengatakan: bahwa memberikan tauladan yang baik merupakan keharusan

    bagi orang tua. Menurut penulis, apa yang dikatakan oleh salah seorang

    responden itu betul sekali, karena anak kecil diibaratkan kertas putih. Orang

    tuanyalah yang berperan penting untuk mewarnai kertas putih tadi.

    Responden yang menempuh cara dengan melengkapi kebutuhan anaknya

    dengan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan untuk kegiatan keagamaan

    berjumlah 8 orang atau 6,67%. Responden yang menoambil semua cara ini

    mendapatkan peringkat teratas berjumlah 66 orang atau 55,00%. Hal ini

    dapat dimungkinkan bahwa tingkat kesadaran responden terhadap

    urgensinya membentuk suasana rumah tangga yang agamis mulai tinggi.

    Tabel6

    Cara Peserta KB Memenuhi Kebutuhan

    Pendidikan Agama Anak

    N = 120

    Alternatif Jawaban

    a. Memenuhi sesuai kebutuhan anak

    b. Memenuhi sesuai keinginan anak

    Frekuensi

    42

    6

    Prosentase

    35,00

    5,00

  • 47

    c. Memenuhi sesuai kemampuan 70 58,33

    d. Memenuhi sewaktu-waktu saja 2 1,67

    Jumlah 120 100 %

    Penelitian yang dilakukan oleh penulis pada label 6 irn

    men~gambarkan, bahwa dalam proses pendidikan agama anak pasti

    membutuhkan perlengkapan untuk suksesnya pendidikan anak. Dalam hal ini

    responden berbeda-beda cara memenuhi kebutuhan anak-anaknya

    khususnya untuk kebutuhan pendidikan agamanya. Ada responden yang

    memenuhi kebutuhan anaknya sesuai dengan kebutuhan anak, responden

    yang mengambil cara ini berjumlah 42 orang atau 35,00%. Peringkat kedua

    terbanyak ini di mungkin sudah memahami kebutuhan anak dalam

    pendidikan agamanya. Kemudian responden yang memenuhi kebutuhan

    pendidikan agama anak sesuai dengan keinginan anak berjumlah 6 orang

    atau 5,00%. Sedikitnya yang memilih jawaban ini di mungkinkan jika

    kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan anak, cenderung memanjakan

    anak dan kemungkinan akan menghalangi sifat kreatifltasnya.

    Peringkat terbanyak adalah responden yang memilih c, yaitu

    memenuhi kebutuhan untuk aktivitas pendidikan agama anaknya dengan

    menyesuaikan kemampuannya, berjumlah 70 orang atau 58,33%.

    Disebabkan responden menyesuaikan dengan kemampuan ekonominya

  • 48

    yang dapat dikatakan masih mengalami pasang surut serta berkaitan pula

    situasi dan kondisinya. Dan yang terakhir adalah responden yang

    memenuhinya sewaktu-waktu saja, artinya dengan melakukan perencanaan

    terprogram atau bisa juga berarti tidak ada program yang pasti waktunya,

    untuk alternatif jawaban ini paling sedikit yaitu berjumlah 2 orang atau 1,67%.

    Dan di anggap cara ini kurang baik.

    Tabel7

    Perintah Peserta KB Kepada Anak

    Untuk Menjalankan Ajaran Agama

    N = 120 •..

    ~

    Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

    -------a. Selalu 117 I 97,5

    b. Terkadang 3 I 2,5

    c. Tidak Pernah 0 0 I

    -·------~-

    Jumlah 120 100 % ______ ___J

    Pada label 7 diatas, terungkap data bahwa responden yang selalu

    memerintahkan anaknya untuk menjalankan agama berjumlah 117 orang

    atau 97,5%. Prosentase yang terbesar ini dapat difahami bahwa tingkat

    kesadaran responden tentang pentingnya menjalankan ajaran agama serta

  • 49

    pentingnya pendidikan dalam bentuk perintah untuk menjalankan ajaran

    agama sudah tinggi. Kemudian responden yang terkadang memerintahkan

    dan terkadang tidak, berjumlah 3 orang atau2,5%. Ballkan responden yang

    terkategorikan tidak pernall memrintahkan anaknya untuk menjalankan

    ajaran agama tidak mendapatkan prosentase. Karena jika tidak ada tindakan

    sam sekali dari orang tua baik dalam bentuk perintah maupun bentuk

    perbuatan maka akan membahayakan anaknya sendiri.

    Tabel8

    lntensitas Peserta KB mengajurkan

    dan Memberi Petunjuk Kepada Anak Tentang Ajarnn-Ajaran Agama

    N = 120 -

    Alternatif Jawaban Frekuensi . Prosentase

    a. Selalu 115 95,83

    b. Terkadang 5 4,17

    c. Tidak Pernah

    I

    0 0

    Jumlah -·

    I 120 100 %

    Pada tabel 8 di alas, terungkap data sebagai berikut: Tingkat

    pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama responden berbeda-beda,

    sehingga dalam memberikan pengajaran dan memberikan petunjuk tentang

    ajaran-ajaran agama yang benar kepada anak pun berbeda-beda, akan tetapi

  • 50

    pada hakekatnya sama yaitu se!alu mengajarkan dan memberi petunjuk

    kepada anak tentang ajaran-ajaran agama yang benar, terbukti sebanyak

    115 orang atau 95,83% mendominasi jawaban ini. Teirlihat pula responden

    yang terkadang melakukannya yaitu hanya berjumlah 5 orang atau 4, 17%.

    Bahkan responden yang tidak pernah melakukannya, tidak mendapatkan

    prosentase.

    Tabel9

    Motivasi Peserta KB

    N = 120

    Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase I 15 12.50 I 19 15,83

    Meningkatkan Pend1dikan Anak

    b. Memperbaiki Perekonomian Keluarga

    c. Menjaga kesehatan lbu dan Anak 13 10,83 I

    d. Semua Motivasi ini 73 60,84

    Jumlah -----+-~

    120 100 %

    Dari hasil penelitian pada tabel 9 ini, terungkap bahwa para responden

    memiliki motivasi yang berbeda-beda sesuai den9an pemahamannnya

    terhadap program KB. Ada responden yang hanya rnemiliki motivasi untuk

    meningkatkan pendidikan anaknya berjumlah 15 orang atau 12,50%. Ada

    juga responden yang hanya memiliki motivasi untuk memperbaiki

    perekonomian keluarga saja sebanyak 19 orang atau 15,83%. Kemudian

  • 51

    responden yang hanya memiliki motivasi untuk menjaqa kesehatan diri dan

    anaknya, sebanyak 13 orang atau 10,83%>. Dua motivas1 diatas yaitu motivasi

    pada point b dan c adalah dua motivasi yang dipahami oleh peserta KB pada

    awal-awal perkembangannya. Namun kemudian berkembang dan meningkat

    kemotivasi yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan bagi anak. Dan

    responden yang mengambil semua motivasi ini, sebanyak 73 orang atau

    60,84%. Menurut beberapa responden yang memilil1 ketiga motivasi ini

    bahwa motivasi ini dapat dirasakan oleh dirinya.

    Tabel10

    Perkiraan Jumlah Anak Peserta KB

    Yang Memiliki Kemampuan Mengarahkannya Kearah Pendidikan Anak

    N = 120 I Alternatif Jawaban fa 1 Anak I b. 2 Anak

    c. 3 Anak

    d. 4 Anak

    e. 5 Anak

    Frnk~•n•i I Pm•:n••1 31 3o,s3 I 54 45 00 I , I 24

    5

    20,00

    4,17

    ----"·~--·--------~~---·----·· -·+----~--+---·--·-----·-

    Jumlah 120 100 %

    Pada tabel 1 O diatas, terungkap data bahwa prosentase terbesar dari

    perkiraan kemampuan jumlah anak yang akan diarahk.an kearah pendidikan

    agama bagi responden yaitu 3 anak, sebanyak 54 orang atau 45,00%. Lalu

  • prosentase terbesar kedua yang hanya diperkirakan mampu 2 anak saja,

    sebanyak 37 orang atau 30,83%. Kedua kelompok terbesar ini, beranggapan

    bahwa memiliki 2 atau 3 anak, dapat meringankannya clalam menclidik anak,

    sehingga kemungkinan berhasil itu besar. (Menurut beberapa responden).

    Ada juga responden menurut perkiraannya mampu hanya 4 anak, pada

    golongan ini berjumlah 24 orang atau 20,00%. Dan responden yang

    diperkirakan mampu 5 anak berjumlah 5 orang atau 4, 17'%. Tetapi responden

    yang hanya memperkirakan mampu 1 anak ticlak mendapatkan prosentase.

    Dalam hal ini penulis menduga bahwa responden yang berkeinginan memiliki

    hanya 1 anak.

    Tabel 11

    Kemudahan Yang Dirasakan Peserta KB Dalam Memberikan

    Pendidikan Agama Anak Setelah Menjadi Peserta KB

    N = 120 Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

    -------a. Ya 108 90

    b. Terkadang 9 7,5

    c. Tidak 3 2,5

    Jumlah 120 100 %

    Has ii penelitian penulis pada label 11 ini terungkap, sebanyak 108

    orang atau 90% responden menyatakan setuju bahwa dengan masuknya

    mereka menjadi peserta KB dapat mempermudah pemberian pendidikan

    agama pada anak. Hal ini disebabkan: 1 ). Terencananya kelahiran anak,

  • 53

    sehingga tidak terlahir anak yang tidak diinginkan. 2).Terjaga kesehatan diri

    dan anaknya 3). Terfokus perhatiannya kepada anak. Kemudian Responden

    yang kadang-kadang merasakan kemudahan setelah masuknya responden

    tersebut menjadi peserta KB hanya berjumlah 9 ornng atau 7,5%. Dan

    responden yangntida mengalami kemudal1an dan perubahan dalam

    memberikan pendidikan agama anak setelah masuknya mereka menjadi

    peserta KB, sebanyak 3 orang atau 2,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

    kebanyakan responden mengalami pengaruh atau mengalami perubahan

    setelah menjadi peserta KB, dalam hal mendapatkan kemudahan dalam

    memberikan pendidikan agama anak.

    -

    Tabel ·12

    Terjaminnya Keberhasilan Pendidik.an

    Agama Anak Bagi Peserta KB

    N = 120 -

    Alternatif Jawaban Frekuensi

    a. Ya 99

    b. Terkadang 12

    c. Tidak 9

    Jumlah 120

    Prosentase

    82,50

    10,00

    7,50

    ---100 %

    Tabel 12 ini, dapat diuraikan bahwa 99 orang atau 82,50% responden,

    yang meyakini bahwa masuknya mereka menjadi peserta KB dapat

  • 54

    menjamin keberhasilan pendidikan agama anak. Ada juga responden yang

    hanya meyakini 50% saja dari keyakinannya terhadap jaminan masuknya ia

    menjadi peserta KB dapat menjamin keberhasilan pendidikan agama anak.

    Kelompok responden ini berjumlah 12 orang atau 10,00%. Sedangkan

    responden yang tidak yakin terhadap jaminan itu, b1:irjumlah 9 orang atau

    7,50%. Menurut penulis pada kelompok terakhir ini dimungkinkan belum atau

    tidak terbuktinya jaminan tersebut.

    Tabel13

    Tindakan lbu Peserta KB Terhadap Penyimpangan

    Yang dilakukan Oleh Anaknya Terhadap Aj;aran Agama

    N = 120 ··---

    Alternatif Jawaban Freku en :Si Prosentase .

    a. Menegur dengan memberikan 11l 95,0

    nasehat 6 5,0

    b. Memarahi 0 0

    c. Memberikan hukuman 0 0

    d. Membiarkan

    ---··---· -Jumlah 12 0 100 %

    .

    '

    Dari data penelitian pada label 13 di alas, dapat diungkap data bahwa

    responden yang melakukan tindakan dengan menegur sambil memberikan

    nasihat, memperoleh jumlah terbanyak, sejumlah 114 orang atau 95,0%.

    Kemudian responden yang mengambil tindakan dengan memarahi, sejumlah

  • 55

    6 orang atau 5,0%. Dan responden yang mengambil tindakan dengan

    memberikan hukuman (point c) dan responden yang tidak mengambil

    tindakan atau membiarkan (point d) tidak mendapatkan prosentase. Terlihat

    jelas bahwa kebanyakan responden mengambil tindakan yang tidak melukai

    rohani atau jasmani anaknya, walaupun penyimpangan itu dilakukan oleh

    anaknya. Di sinilah tampak kasih sayang orang tua terhadap anak.

    Tabel14

    Cara lbu Peserta KB Memberikan Dorongan

    Kepada Anak Agar Mau Melaksanakan Ajaran Agama

    N= 120

    .. -·---Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

    ··- -· a. Memberikan pujian 37 30,83

    b. Memberikan ganjaran 4 3,33

    c. Memberikan hukuman 5 4, 17

    d. Memberikan perlengkapan ib adah 74 61,67

    Jumlah 120 100 % . -·

    Pada label 14 di atas, dapat dijelaskan bahwa responden yang

    memberikan dorongan kepada anak agar mau melaksanakan ajaran agama

    dengan cara memberikan pujian, sebanyak 37 orang atau 30,83%. Dampak

    positif dari pujian orang tua terhadap anak di antaranya dapat menimbulkan

    satu kekuatan yang dapat mendorong anak untuk rnelakukan kebaikan.

    Karena dengan pujian, anak merasakan bahwa perbuatan baiknya yang telah

  • 56

    1a lakukan, membuatnya semakin dihormati dan disayangi orang lain,

    terutama oleh orang tuanya. Kemudian responden yang memberikan

    dorongan dengan cara memberikan ganjaran kepada anal

  • 58

    mendominasi dari pernyataan-pernyataan berikutnya. Hal ini

    mengindikasikan juga sebagian keberhasilan pendidikan agama anak bagi

    responden. Kemudian responden yang menyatakan bahwa anaknya

    mendengarkan dan tidak/kadang-kadang melaksanakan nasehatnya

    sejumlah 30 orang atau 25,00%. Lalu responden yang menyatakan anaknya

    lebih banyak membantah dengan kata-kata sebanyak 2 orang atau 1,67%.

    Tetapi responden yang mneyatakan, anaknya membantah dengan perbuatan

    tidak mendapatkan prosentase. Dan yang menyatakan diam saja berjumlah

    1 O orang atau 8,33%. Terlihat jelas dari prosentase-prosentase di alas sikap

    penghormatan seorang anak terhadap orang tuanya kotika sedang dinasehati

    cukup tinggi.

    Tabel '17

    Sikap Anak Terhadap Perintah Orang Tua

    N = 120

    I Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase - -a. Mematuhi 93 77,50

    b. Terkadang 27 22,50

    c. Tidak patuh 0 0

    ~-- ---Jumlah 120 100%

    Hasil penulis lakukan, dapat digambarkan responden yang

    menyatakan kepatuhan anak terhadap perintahnya sebanyak 93 orang atau

  • 59

    77,50%. Pernyataan ini yang mendapatkan prosentase terbesar. Responden

    yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 27 orang atau 22,50%. Dan

    responden yang mneyatakan tidak kepatuhan anak terhadap perintah orang

    tua, tidak mendapatkan prosentase. Jumlah terbEisar dari penyataan

    responden tentang kepatuhan anaknya, mengindikasikan sikap positif yang

    dimfliki anak seperti tersebut diatas merupakan suatu bagian keberhasilan

    pendidikan agama anak juga.

    Tabel 18

    Sikap Anak Ketika Berbicara Kepada Kedua Orang Tuanya

    N = 120

    f

    --···-- Alternatif Jawaban a. Sopan

    1 b. Terkadang

    c. Tidal< Sopan

    I

    Frekuensi Prosentase ·1-------98 81,67

    21 17,50

    1 0,83

    120 100 %

    Data yang terungkap dari label diatas yaitu, sebanyak 98 orang atau

    81,67% responden yang mneyatakan sikap sopan anaknya ketika mereka

    berbicara. Responden yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 21 orang

    atau 17 ,50% dan responden yang menyatakan ketidak sopanan anaknya

    hanya 1 orang atau 0,83%. Kondisi jiwa sedang berduka cita atau riang

    gembira, sedang dikuasai oleh emosi marah atau tidak dan sebagainya

    sangat mempengaruhi pembicaraan seseorang terhadap orang lain. Begitu

  • 60

    pula anak terhadap orang tuanya. Sehingga berbicaranya sang anak kepada

    orang tuanya bersifat nisbi atau relatif artinya berubah-ubah tergantung

    kondisi si anak tadi. Pada tabel ini yang mendominasi adalah sikap sopan

    anak ketika berbicara pada orang tuanya. Hal ini dimungkinkan temperatur

    jiwa anak bersifat stabil, walaupun waktu-waktu tertentu ada ketidak stabilan

    tetapi dapat dikendalikan dan dimungkinkan pula kewibawaan orang tua

    dihadapan anak-anaknya.

    Tabel19

    Sikap Anak Ketika Keluar Rumah

    Alternatif Jawaban

    a. lzin

    b. Terkadang

    c. Tidak lzin

    Jumlah

    N = 120 -~------··-~- --~

    Frekuensi Prosentase -+---c-cc=-----l--·----~~-1

    101 89,11

    13

    0

    120

    10,83

    0

    , 100 % I J_ ___ ____J

    Pada label 19 ini menggambarkan sikap anak ketika keluar rumah,

    ada anak yang selalu izin dinyatakan oleh responden sebanyak 101 orang

    atau 89, 11%. Ada pula anak yang kadang-kadang izin dan kadang-kadang

    tidak dinyatakan oleh responden sebanyak 13 orang atau 10,83%. Tetapi

    yang tidal< pernah izin tidak mendapatkan prosentase. Berdasarkan

    wawancara penulis dengan beberapa responden bagaimana sikap anak izin

    kepada orang tuanya? Ada responden yang menjawab: "Anak saya izin

  • PERPUSTA~N~TAMAJ UIN SYAHID JAKAHTA

    61

    hanya dengan kata-kata", ada juga responden yang menjawab: "Anak saya

    izin denga berjabatan tangan sambil mengucapkan salam dengan orang

    tuanya". Dengan demikian ini juga merupakan sebagian keberhasilan

    pendidikan agama anak bagi responden.

    Tabel20

    Sikap Anak Terhadap Kegiatan-Kegiatan

    Keagamaan Di Lingkungannya

    N = 120

    r----·--A-lt __ e __ rn_a __ t __ if __ J __ a_w._ab __ a __ n ________ + Frnk"'"';-1 Pmsonfaso a. Turut Serta 95 79, 17

    b. Terkadang 25 I 20,83

    ,_c __ . __ T_id~--k--P __ e __ rna __ h___________ ··-+-----0-·- _L .. o ___ , 120 .1-.1.~0 % _J Jumlah

    ···--··-~-·-·-----------------~-

    Tabel 20 di atas terungkap data bahwa responden yang menyatakan

    anaknya selalu turut serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan

    dilingkungannya sebanyak 95 orang atau 79, 17%. Yang menyatakan kadang-

    kadang berjumlah 25 orang atau 20,83% dan yang menyatakan tidak pernah

    tidak mendapatkan prosentase. Kegiatan keagamaan yang dimaksud adalah

    kegiatan yang bersifat ritual seperti salat lima waktu secara berjamaah

    dimasjid, mushala, atau surai dan yang bersifat non ritual seperti pengajian-

  • 62

    pengajian yang diadakan oleh karangan orang tua maupun remaja, diskusi

    atau dialog tentang agama dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan inilah yang

    sangat mendukung proses pendidikan agama anak.

    C. Beberapa Faktor Penunjang dan Penghambat Ter!hadap Keberhasilan

    Pendidikan Anak

    Tabel 21

    Pandangan Peserta KB Terhadap Elmnomi

    Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak

    N = 120

    Alternatif Jawaban Frekmmsi Prosentase

    a 93 77,5

    erkadang 18 15,0

    idak 9 7,5 . ·-· ..•

    Jumlah 120 100 % ----·---·-"'

    Pada label 21 di atas mengungkapkan bahwa ekonomi menjadi faktor

    penunjang bahkan faktor utama terhadap keberhasilan pendidikan anak, hal

    ini diyakini oleh 93 orang atau 77,5%responden. Ada beberapa responden

    beralasan bahwa kalau ekonomi tidak mapan, maka mereka tidak akan

    111a111pu melengkapi kebutuhan anak untuk pendidikan agamanya. Demikian

    pula kalau ekonomi mapan, belajar anak pun tenang, tidak selalu memikirkan

    kemampuan ekonomi orang tuanya serta dapal: terpenuhi segala

    kebutuhannya. Ada pula responden yang menyatakan: terkadang

  • 63

    kemapanan ekonomi dapat menjamin keberhasilan pe1ndidikan agama anak

    terkadang juga tidak. lni menurut 18 orang atau 15,0% responden. Karena

    keberhasilan pendidikan agama anak ditentukan oleh pembinaan orang tua

    terhadap anaknya serta tergantung pada individu si anak tersebut,

    pernyataan ini menurut beberapa responden. Tetapi ada pula reseponden

    yang menyatakan, bahwa ekonomi bukan menjadi faktor penunjang

    keberhasilan pendidikan anak. Responden yang berkeyakinan seperti ini

    sebanyak 9 orang atau 7,5% responden. Bahkan ada responden yang

    menyatakan: bisa saja ekonomi menjadi penghalang l

  • 64

    merupakan faktor penunjang keberhasilan pendidikan a~iama anak, sebanyak

    87 orang atau 72,50% responden. Mereka yang setuju pernyataan ini sekolah

    menjadi tumpuan besar untuk membina dan mendidik a!~ama anak mereka di

    sekolah agama tersebut dan juga karena keterbatasan waktu atau

    pengetahuan mereka sehingga mereka lebih cenderung untuk menitipkan

    anak mereka ke sekolah agama tersebut. Kemudian ada juga pernyataan

    seko1ah agama bisa juga menjamin dan tidak bisa menjamin untuk

    keberhasilan pendidikan agama anak. Responden yang setuju dengan

    pernyataan ini sebanyak 22 orang atau 18,33% responden. Ada juga

    responden yang bersifat fesimis, artinya mereka tidak yakin bahwa sekolah

    dapat menunjang keberhasilan pendidikan agama anak, ini diikuti oleh 11

    orang atau 9, 17% responden. Ada responden yang berpendapat: faktor

    keluarga dan lingkunganlah yang sangat menentukan keberhasilan

    pendidikan agama anak.

    Tabel23

    Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Peserta KB

    Dalam Memberikan Pendidikan Agama Anak

    N = 120

    Altematif Jawaban Frekuensi

    a. Anak tidak menurut 51

    b. Tidak banyak memiliki waktu 24

    c. Perlengkapan belajar agama anak 21

    L kurang

    Prosentas

    e

    42,5

    20,0

    17,5

  • d. Tidak mengetahui cara mendidik agama

    anak yang baik

    e .................................. . Jumlah

    --------· ---

    24

    0

    120

    20,0

    0

    [ 100%

    65

    Didapat data dari label 23 di atas sebagai berikut, dalam proses

    pendidikan agama anak pasti akan menemui hambatan-hambatan atau

    kesulitan-kesulitan yang akan dialami oleh pendidik (orang tua). Berbagai

    macam kesulitan yang akan ditemui seperti anak tidak rnenurut kepada orang

    tua, hal ini dialami oleh 51 orang atau 42,5% responden. Adapula responden

    yang tidak memiliki banyak waktu karena responden tersebut mungkin

    sebagai wanita karir atau sebagai pegawai disuatu instansi atau lainnya,

    sebanyak 24 orang atau 20,0% responden. Kemudian responden yang

    menemui kesulitan pada perlengkapan belajar agama anak sebanyak 21

    orang atau 17,5% responden. Dan responden yang mengalami kesulitan

    karena tidak mengetahui cara mendidik agama yang baik untuk anak,

    sejumlah 24 orang atau 20,0% responden. Kemudian ada responden

    menambahkan kesulitan-kesulitan yang ditemuinya, di antaranya: 1 ).

    Kurangnya pengetahuan agama, 2). Tidak memiliki kemampuan ekonomi

    yang cukup.

    Tabel24

    Pandanagan Peserta KB Terhadap Kebudayaan Setempat

    Menjadi Penghalang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak

    N = 120

  • 66

    Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

    a. Ya 33 27,50

    b. Terkadang 29 24,17

    c. Tidak 58 48,33

    Jumlah 120 100 %

    Dari label 24 di atas dapat diungkap data sebagai berikut sebanyak

    33 orang atau 27,50% responden menyatakan ya atau setuju bahwa

    kebudayaan setempat menjadi penghalang proses pendidikan agama anak.

    Berdasarkan wawancara antara penulis dengan beberapa orang responden,

    bahwa hiburan yang diadakan oleh orang yang mengadakan walimah

    (resepsi) atau pesta, sudah menjadi tradisi atau sudah membudaya

    dikalangan masyarakat. Hiburan tersebut berupa film layar, film VCD atau

    kesenian dangdut yang menampakkan aural yang tidak wajar atau dilarang

    oleh Islam. Hal semacam inilah yang clikatakan kelompok responden tadi

    menjadi penghalang. Adapula responden yang menyatakan bahwa,

    terkadang kebudayaan setempat menjadi penghalang dan terkaclang pula

    kebudayaan setempat menjadi pendukung/penunjang, ini yang clinyatakan

    oleh 29 orang atau 24, 17% responden. Karena kelompok responden ini

    memahami bahwa kebudayaan tersebut ada yang negatif ada pula yang

    positif. Dan kelompok responden yang terakhir, lebih cendrung kepada

    pemahaman bahwa kebudayaan setempat menjadi P'"ndukung/penunjang

    iuga keberhasilan pendidikan agama anak. Pendapat ini diikuti oleh 58 orang

    atau 48,33% responden. Kebudayaan dalam hal ini adalah kebudayaan yang

    positif.

  • Tabel25

    Pandangan Peserta KB Terhadap Lingkungan

    Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak

    N = 120 Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

    a. Ya 76 63,33

    b. Terkadang 34 . 28,33

    c .. Tidak 10 8,34

    Jumlah 120 100 % .

    67

    Berdasarkan data yang penulis dapat dari label 25 ini terungkap

    bahwa mayoritas responden setuju atau menyatakan ya kepada pernyataan

    bahwa lingkungan itu menjadi penunjang keberhasilan pendidikan agama

    anak tentunya lingkungan yang mengandung nilai-nilai positif. Pernyataan

    semacam ini diikuti oleh 76 orang atau 63,33% responden. Sedangkan

    responden yang menyatakan bahwa terkadang lingkungan mendukung

    proses pendidikan agama anak tapi terkadang pula dapat menjadi

    penghalang keberhasilan pendidikan agama anak, pendapat ini dianut oleh

    34 orang atau 28,33% responden. Dan yang menyatakan bahwa lingkungan

    tidak mendukung proses pendidikan anak sebanyak 10 orang atau 8,340/o

    responden.

    Tabel26

    Pandangan Peserta KB Terhadap Program KB

    Sebagai Penunjang Keberhasilan Pendidikan Agama Anak

    N = 120

  • 68

    Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase - --

    a. Ya 48 81,62 b. Terkadang 18 15,00

    c. Tidak 4 3,33

    Jumlah 120 100 %

    Pada label 26 terakhir ini derungkap data bahwa sebanyak 98 orang

    atau 81,67% responden merasakan adanya program KB menjadi penunjang

    keberhasilan pendidikan agama anak. Dengan alasan sebagaimana yang

    telah penulis utarakan pada tabel 11. Kemudian yang menyatakan bahwa

    terkadang dengan adanya program KB dapat menunjang dan terkadang pula

    tidak bisa menunjang keberhasilan pendidikan agama anak. Yang setuju

    pernyataan ini sebanyak 18 orang atau 15,00% responden. Dan sejumlah 4

    orang atau 3,33% responden yang menyatakan dengan adanya program KB

    tidak menjamin atau menunjang keberhasilan pendidikan anak. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program KB dapat

    menunjang keberhasilan pendidikan agama anak. Hal ini terbukti dengan

    mayoritas responden yang menyatakan ya atau setuju dengan pernyataan

    lnl.

  • BABV

    PENUTUP

    Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab

    sebelumnya, dengan didukung oleh analisa data terhadap persoalan

    Keluarga Berencana yang berhubungan dengan Keberhasilan Pendidikan

    Ana~, khususnya pendidikan agama anak, maka diperoleh kesimpulan

    sebagai berikut:

    A. Kesimpulan

    1. Keluarga Berencana dapat dimaksuclkan kepada penggunaan metode-

    metode kontrasepsi oleh suami isteri berclasarkan persetujuan bersama

    dalam rangka mengatur kesuburan mereka untuk menghinclari kesulitan

    kesehatan, pendidikan, kemasyarakatan dan 13konomi, dan untuk

    memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya

    dan masyarakat.

    2. Ukuran keberhasilan penclidikan agama anak dapat di tilik dari sikap anak

    yang positif atau memiliki akhla